Asupan Vitamin A, Status Vitamin A, dan Status Gizi Anak SD di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor

ASUPAN VITAMIN A, STATUS VITAMIN A DAN STATUS
GIZI ANAK SD DI KECAMATAN LEUWILIANG,
KABUPATEN BOGOR

AJI NUGRAHA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Asupan Vitamin A, Status Vitamin
A, dan Status Gizi Anak SD di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir usulan
penelitian ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian

Bogor.
Bogor, Juni 2014

Aji Nugraha
NIM I14090114

ABSTRAK
Aji Nugraha. Asupan Vitamin A, Status Vitamin A dan Status Gizi Anak SD di
Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh Prof Dr Ir Faisal
Anwar, MS dan Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, M.Si.
Pertumbuhan dalam kehidupan manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah
satunya asupan gizi. Asupan gizi masyarakat masih menjadi masalah yang berdampak
pada kualitas SDM. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari asupan vitamin A, status
vitamin A, status gizi dan status kesehatan anak SD di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten
Bogor. Sebanyak 31 anak kelas 2 dan 3 SD Angsana I dan II Desa Cibeber dipilih dengan
teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh anak
memiliki tingkat kecukupan vitamin A kategori sedang (54.8%) dengan rata-rata tingkat
kecukupan vitamin A 112.3%. Pada umumnya status gizi mereka normal (93.5%). Lebih
dari separuh anak memiliki status vitamin A rendah (58.1%) dengan rata-rata retinol
serum 10.7 µg/dl. Hasil uji hubungan antara tingkat kecukupan energi dan protein

dengan status gizi tidak menunjukkan hubungan yang signifikan (p>0.05). Hasil uji
hubungan antara asupan vitamin A dengan status vitamin A juga tidak menunjukkan
hubungan yang signifikan (p>0.05). Hal ini diduga karena adanya faktor lain (cadangan
vitamin A dalam hati) yang memengaruhi. Tidak ada hubungan yang signifikan antara
status vitamin A dan status gizi (p>0.05). Hal ini diduga karena adanya faktor lain
(konsumsi pangan, kondisi ekonomi dan faktor penyakit) yang memengaruhi status gizi.
Kata kunci: anak usia sekolah, konsumsi energi protein, konsumsi vitamin A

ABSTRACT
Aji Nugraha. Intake of Vitamin A, Vitamin A Status, and Nutritional Status of
Primary School Children in Leuwiliang Sub-district, Bogor Regency. Supervised
by Prof Dr Ir Faisal Anwar, MS dan Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, M.Si.
Growth in human life is influenced by various factors, one of them is nutrient
intake. Nutrient intake still a problem that affects the quality of human resources. The
objective of this research was to study the intake of vitamin A, vitamin A status, and
nutritional status of primary school children in Leuwiliang Sub-District, Bogor Regency.
There were 31 children grade 2 and 3 in SD Angsana I and II Cibeber Village selected by
purposive sampling technique. The results showed that more than half of the children had
medium sufficient levels of vitamin A (54.8 %) with mean value levels of vitamin A
112.3%. Generally, they had normal nutritional status (93.5%). More than half of children

had low vitamin A status (58.1%) with mean value retinol serum is 10.7 µg/dl . The
result also found that relationship between the level of adequacy of energy and protein
with nutritional status of the children were not significant (p>0.05). The relationship
between intake of vitamin A to vitamin A status also showed no significant relationship
(p>0.05). It was presumably due to the presence of other factors (reserves of vitamin A in
the liver). There was no significant relationship between vitamin A status and nutritional
status (p>0.05). It was presumably due to the presence of other factors (food
consumption, socio-economic and disease factors) affected nutritinal status.
Keywords: energy and protein consumption, school-age children vitamin A consumption

ASUPAN VITAMIN A, STATUS VITAMIN A DAN STATUS GIZI
ANAK SD DI KECAMATAN LEUWILIANG, KABUPATEN BOGOR

AJI NUGRAHA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat


DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul

: Asupan Vitamin A, Status Vitamin A, dan Status Gizi Anak SD
di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor

Nama

: Aji Nugraha

NIM

: I14090114


Disetujui oleh :

Prof. Dr. Ir. Faisal Anwar, MS
Pembimbing I

Dr. Ir. Sri Anna Marliyati M.Si
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Rimbawan
Ketua Departemen

Tanggal lulus :

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat, nikmat dan hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan sehingga penulisan
dan penyusunan skripsi dengan judul “Asupan Vitamin A, Status Vitamin A dan
Status Gizi Anak SD di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor” sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana gizi dari program ilmu gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
dapat diselesaikan dengan baik. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan dan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Faisal Anwar, MS dan Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MS yang
telah senantiasa sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam
melaksanakan penelitian dan penyelesaian penulisan skripsi.
2. Ibu dr. Karina Rahmadia Ekawidyani, M.Sc sebagai dosen pemandu
seminar dan dosen penguji skripsi, atas saran dan perbaikan untuk
penyempurnaan skripsi ini.
3. Papah Hasan Kuswara, Mamah Eti Puspitasari serta kedua adik tercinta
yaitu Bugi Kurniadi dan Cintari Nurnajmi yang senantiasa memberikan
doa, dukungan dan semangat dengan penuh kasih sayang.
4. Pretty Dinda Srikandi, SSi yang selalu memberikan semangat, saran,
kritik, dan ketenangan serta selalu ada saat kondisi suka dan duka sehingga
penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Rekan-rekan pembahas seminar (April, Iqbar, Richardson dan Ineke) atas
saran dan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini
6. Sahabat seperjuangan (Ryan, Albeta, Diego, Agustino, Karim, Ronald,

Bagus, Evi, Michel, Tania) yang setia menemani dan memberi semangat.
7. Saudara saudara sepupu yang selalu menghibur dan memotivasi dalam
penyusunan skripsi ini.
8. Teman-teman Gizi Masyarakat 45, 46 dan 47 yang tidak bisa disebutkan
satu per satu atas segala bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.
9. Staf Gizi Masyarakat (Bari, Regal, De’e, Pak sadi, Bu yati, Bu omi, Pak
Abo, dll) yang telah memberi semangat.
10. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala
bantuan dan dukungan selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan
dan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis dengan terbuka menerima
saran maupun kritik yang berkaitan dengan penulisan skripsi sehingga dapat
memberikan hasil yang optimal dan berguna bagi berbagai pihak.
Bogor, Mei 2014

Aji Nugraha

DAFTAR ISI
ABSTRAK


v

DAFTAR ISI

xiii

DAFTAR TABEL

xiv

DAFTAR GAMBAR

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

xiv

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Kegunaan Penelitian

3

KERANGKA PEMIKIRAN

3

METODE


5

Desain, Waktu dan Tempat

5

Responden Penelitian

5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

6

Pengukuran Status Gizi

6

Pengolahan dan Analisis Data


7

Definisi Operasional

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

10

Karakteristik Anak SD

10

Karakteristik Keluarga

11

Asupan Energi, Protein, Lemak dan Vitamin A

14

Status Gizi

19

Status Vitamin A

20

Status Kesehatan

21

Hubungan Variabel

22

SIMPULAN DAN SARAN

25

Simpulan

25

Saran

25

DAFTAR PUSTAKA

26

LAMPIRAN

29

RIWAYAT HIDUP

31

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Kriteria inklusi dan eksklusi untuk penentuan responden
Jenis dan cara pengumpulan atau pengukuran data
Pengkategorian Data
Sebaran anak SD berdasarkan jenis kelamin, usia dan jenjang
pendidikan
Sebaran anak SD berdasarkan tingkat pendidikan ibu dan ayah
anak SD
Sebaran anak SD berdasarkan pekerjaan ibu dan ayah anak SD
Sebaran anak SD berdasarkan pendapatan keluarga dan
kondisi ekonomi keluarga
Sebaran anak SD berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi
Sebaran anak SD berdasarkan tingkat kecukupan energi dan
kondisi ekonomi keluarga
Sebaran anak SD berdasarkan tingkat kecukupan protein
Sebaran anak SD berdasarkan tingkat kecukupan protein dan
kondisi ekonomi keluarga
Sebaran anak SD berdasarkan asupan lemak
Sebaran anak SD berdasarkan tingkat kecukupan vitamin A
Sebaran anak SD berdasarkan tingkat kecukupan vitamin A
dan kondisi ekonomi keluarga
Sebaran anak SD berdasarkan status gizi
Sebaran anak SD berdasarkan status vitamin A
Sebaran anak SD berdasarkan jenis penyakit yang diderita
selama 2 mingu terakhir
Sebaran anak SD berdasarkan angka morbiditas
Sebaran anak SD berdasarkan tingkat kecukupan energi dan
status gizi
Sebaran anak SD berdasarkan tingkat kecukupan protein dan
status gizi
Sebaran anak SD berdasarkan tingkat kecukupan vitamin A
dengan status vitamin A
Sebaran anak SD berdasarkan status gizi dengan status
vitamin A

5
6
7
11
12
13
14
15
16
16
17
17
18
19
20
21
21
21
22
23
24
25

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penelitian (modifikasi Gusthianza 2010)
asupan vitamin A, status vitamin A dan status gizi anak SD di
Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor

4

DAFTAR LAMPIRAN
1 Dokumentasi
2 Uji hubungan

29
30

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejak dalam rahim ibu, kelahiran, pertumbuhan dan perkembangan
selanjutnya berupa tahap bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan tua terdapat saling
pengaruh antara faktor keturunan dan faktor lingkungan yang dapat menentukan
jalannya proses tersebut. Faktor keturunan tidak dapat diabaikan dan faktor
lingkungan juga jelas mempunyai potensi untuk mengubah perjalanan daur
kehidupan (Almatsier, Soetardjo, Soekatri 2011). Lingkungan yang tidak kondusif
dapat mengakibatkan penyakit yang semakin parah dan meningkatkan kematian.
Dampak dari hal-hal tersebut dapat merugikan perekonomian negara karena
kualitas sumber daya manusia yang menurun.
Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
lapisan masyarakat. Peningkatan kemajuan dan kesejahteraan bangsa sangat
tergantung pada kemampuan dan kualitas sumber daya manusia (Depkes 2007).
Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berkelanjutan merupakan tujuan
pembangunan nasional. Kualitas sumber daya manusia di suatu negara salah
satunya dapat dilihat dengan status gizi dari masyarakatnya sendiri. Sekitar 30
persen dari jumlah penduduk Indonesia adalah anak-anak, maka status gizi pada
anak perlu diperhatikan karena merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
suatu bangsa. Status gizi anak usia 6-18 tahun di Indonesia dilakukan penilaian
dengan mengelompokkan menjadi tiga yaitu untuk anak usia 6-12 tahun, 13-15
tahun, dan 16-18 tahun (Depkes 2007). Pada tahun 2007 prevalensi anak sekolah
yang mengalami gizi kurang sekitar 18.4 persen, pada tahun 2010 menurun
menjadi 17.9 persen, meskipun mengalami penurunan Indonesia termasuk
diantara 36 negara di dunia yang memberi 90 persen kontribusi maasalah gizi
dunia (Depkes 2007).
Keadaan gizi masyarakat Indonesia masih memprihatinkan, meskipun
berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasinya. Masalah gizi penduduk
Indonesia salah satunya adalah masalah pada asupan makanan yang tidak
seimbang dan konsumsi pangan yang tidak beragam. Masalah gizi terjadi karena
adanya gangguan pada beberapa segi kesejahteraan perorangan dan atau
masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi
yang diperoleh dari makanan. Zat gizi adalah zat kimia yang terdapat dalam
makanan yang diperlukan manusia untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan. Masyarakat Indonesia sampai saat ini masih menghadapi empat
masalah gizi yaitu kurang energi protein (KEP), kurang vitamin A (KVA),
anemia gizi besi (AGB) dan gangguan akibat kurang yodium (GAKY) (Susilowati
2007).
Vitamin A merupakan zat gizi penting yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
fungsi pertumbuhan dan perkembangan serta sistem kekebalan tubuh (Kapil &
Sachdev 2013). Vitamin A tidak dapat dibentuk oleh tubuh sehingga harus
didatangkan dari makanan sehari-hari. Kurang Vitamin A (KVA) selama tiga
dekade terakhir, telah tercatat sebagai masalah kesehatan masyarakat dan
merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian anak usia prasekolah di
negara berkembang (Maqsood 2004). Vitamin A berfungsi untuk siklus

2

penglihatan (penyesuaian terhadap terang dan gelap) dan pertumbuhan jaringan
(kulit dan selaput lender) dan toksik (racun) dalam jumlah yang tinggi (Almatsier,
Soetardjo, Soekatri 2011). Masalah kurang vitamin A (KVA) masih merupakan
salah satu permasalahan gizi masyarakat Indonesia. KVA memengaruhi 40 persen
penduduk dunia (Zeba et al. 2006), dan anak-anak dengan retinol serum < 20
µg/dl berisiko menderita xerophtalmia. Widyastuti (2006) menunjukkan bahwa
masalah KVA pada anak usia sekolah di Jawa Timur adalah sebesar 1 persen
dengan hasil analisa kadar vitamin A yang rendah sebesar 8 persen dan serum
vitamin A kurang sebesar 32 persen. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan
penelitian Zimmerman et al. (2006) bahwa anak-anak adalah salah satu kelompok
yang paling rentan mengalami kekurangan vitamin A. Kelompok lain yang juga
rentan mengalami KVA adalah wanita yang dalam masa reproduktif dan balita
(Zimmerman et al. 2006).
Kekurangan Vitamin A dapat disebabkan karena kekurangan konsumsi
pangan sumber vitamin A, gangguan penyerapan dan proses metabolisme dalam
tubuh, kebutuhan vitamin A yang meningkat, atau terganggunya metabolisme
yang mengubah karoten menjadi vitamin A (Almatsier 2006). Pendapatan yang
rendah, ketidakpedulian terhadap status gizi, kurangnya pengetahuan terhadap zat
gizi, serta kebiasaan konsumsi pangan dapat menjadi penyebab masalah KVA.
Kekurangan Vitamin A dapat menyebabkan kebutaan, mengurangi daya tahan
tubuh, sehingga mudah terserang infeksi yang dapat menimbulkan kematian.
KVA lebih banyak diderita oleh kalangan anak-anak, hal ini disebabkan karena
mereka memiliki kebutuhan vitamin A yang tinggi akibat dari peningkatan
pertumbuhan fisik dan asupan makanan yang rendah (Kapil & Sachdev 2013).
Sommer (2008) menjelaskan bahwa seiring dengan kenaikan KVA, terdapat
peningkatan angka kematian yang lebih tinggi pada anak-anak dengan masalah
KVA (xerophtalmia; rabun senja, bintik Bitot) dibandingkan dengan anak yang
tidak mengalami KVA, sehingga penanganan terhadap KVA akan mengurangi
angka kematian anak-anak di Indonesia sebesar 16 persen. Oleh karena
permasalahan tersebut, diperlukan penelitian mengenai asupan vitamin A, status
vitamin A dan status gizi pada anak SD di Desa Cibeber, Kecamatan Leuwiliang,
Kabupaten Bogor. Desa Cibeber dipilih karena sebagian besar masyarakatnya
memiliki status ekonomi rendah dan merata dintara mereka karena kualitas
sumber daya manusia (SDM) yang rendah akibat rendahnya tingkat pendidikan.
Rendahnya tingkat pendidikan orang tua dapat memengaruhi asupan makanan
yang diberikan kepada anak. Selain itu, di Desa Cibeber terdapat 2 Sekolah Dasar
yang jaraknya berdekatan.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mempelajari asupan vitamin A,
status vitamin A dan status gizi anak SD di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten
Bogor.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengidentifikasi karakteristik anak SD.

3

2. Mengidentifikasi karakteristik keluarga anak SD.
3. Mengidentifikasi konsumsi pangan, status gizi, status vitamin A dan
status kesehatan anak SD.
4. Menganalisis hubungan tingkat kecukupan energi dan protein dengan
status gizi anak SD.
5. Menganalisis hubungan tingkat kecukupan vitamin A dengan status
vitamin A anak SD.
6. Menganalisis hubungan status gizi dengan status vitamin A anak SD.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemerintah
tentang asupan vitamin A, status vitamin A dan status gizi anak SD di kecamatan
Leuwiliang, Kabupaten Bogor sehingga pemerintah dapat lebih memperhatikan
dan peduli terhadap anak-anak agar masalah gizi khususnya kejadian KVA
(Kurang Vitamin A) di Indonesia semakin berkurang dan dapat meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia yang lebih baik. Selain itu, diharapkan agar orang
tua lebih memperhatikan keadaan anak khususnya pada asupan zat gizi.

KERANGKA PEMIKIRAN
Keberlangsungan masa depan suatu negara salah satunya ditentukan oleh
anak. Karakteristik responden (usia, jenis kelamin, dan jenjang pendidikan) serta
karakteristik keluarga (pendapatan, pendidikan orang tua, dan kondisi sosial
ekonomi keluarga) dapat memberikan dampak pada pemberian asupan vitamin A
kepada anak. Agrawal dan Agrawal (2013) menemukan bahwa pada keluarga
dengan status sosial ekonomi rendah, anak tidak memperoleh asupan vitamin A
yang cukup, sedangkan pada keluarga dengan status sosial ekonomi tinggi,
kebutuhan vitamin A anak dapat terpenuhi dengan baik.
Status gizi merupakan keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang
sebagai akibat dari konsumsi, penyerapan, penggunaan zat gizi makanan, aktifitas
fisik dan kebiasaan makan (Almatsier 2006). Anak usia sekolah memiliki
kebutuhan zat gizi yang tinggi akibat dari masa pertumbuhan yang pesat (Natalia
et al. 2013). Pengukuran status gizi anak sekolah berdasarkan Z-score
menggunakan indikator indeks massa tubuh menurut usia (IMT/U).
Vitamin A dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang relatif kecil tetapi
sangat penting untuk pertumbuhan dan menjaga kesehatan (Almatsier 2006).
Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan daya tahan tubuh yang kurang.
Vitamin A dalam bahan pangan nabati berbentuk beta karoten yang memiliki
keuntungan lain yaitu sebagai antioksidan. Sistem imun di dalam tubuh dapat
bekerja secara optimal apabila jumlah vitamin dan mineral yang dikonsumsi
cukup. Vitamin A juga terbukti dapat meningkatkan respon antibodi. Status
Vitamin A merupakan gambaran dari asupan vitamin A yang diserap oleh tubuh.
Status vitamin A ditunjukkan oleh kadar retinol serum. Status vitamin A dalam
tubuh, status gizi, dan status kesehatan memiliki hubungan yang sinergis (saling
berhubungan) satu sama lain. Kerangka pemikiran penelitian digambarkan pada
Gambar 1.

4

Karakteristik Responden:

Karakteristik keluarga:

- Usia

- Pendapatan

- Jenis Kelamin

- Pendidikan

- Jenjang pendidikan

- Kondisi ekonomi keluarga

Konsumsi Pangan dan Tingkat
Konsumsi Zat Gizi
Asupan Vitamin A

Status Gizi
(IMT/U)

Status Vitamin A
(Retinol Serum)

Status Kesehatan
(Angka Morbiditas)

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian (modifikasi Gusthianza 2010) asupan
vitamin A, status vitamin A dan status gizi anak SD di Kecamatan
Leuwiliang, Kabupaten Bogor.

5

METODE
Desain, Waktu dan Tempat
Penelitian ini merupakan baseline data dari penelitian Fortifikasi Karoten
dari Red Palm Oil (RPO) pada Minyak Goreng Curah Sebagai Alternatif
Pangan Strategis untuk Pencegahan dan Pengentasan Masalah Kurang
Vitamin A (KVA) di Indonesia (Marliyati et al. 2013). Desain penelitian yang
digunakan yaitu Cross sectional study. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan
efektif yang dilakukan pada bulan Mei 2013. Lokasi penelitian dilaksanakan pada
2 tempat, yaitu di Sekolah Dasar Negeri Angsana I dan Sekolah Dasar Negeri
Angsana II, Desa Cibeber, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor (Lampiran
1).
Responden Penelitian
Responden yang mengikuti penelitian merupakan anak SD yang terdaftar di
Sekolah Dasar Negeri Angsana I dan II, Desa Cibeber, Kecamatan Leuwiliang,
Kabupaten Bogor (Lampiran 1). Responden dipilih dengan tekhnik purposive
sampling dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada Tabel 1.
Tabel 1 Kriteria inklusi dan eksklusi untuk penentuan responden.
Kriteria
Inklusi:
Usia 7 sampai 9 tahun (kelas 2-3 SD)
Sehat (tidak menderita infeksi sekunder) berdasarkan hasil pemeriksaan dokter
Mendapatkan penjelasan penelitian dan menyetujui informed consent
Bersedia untuk mematuhi prosedur penelitian
Eksklusi:
Mempunyai kelainan kongenital/cacat bawaan
Mempunyai alergi berat berdasarkan medical Questionnaire
Mengkonsumsi antibiotik dan/atau laxative (4 minggu sebelum penelitian)
Menerima kapsul vitamin A dosis tinggi setahun sebelum penelitian
Berpartisipasi dalam penelitian lain

Anak usia 7 sampai 9 tahun merupakan masa pertumbuhan yang penting,
dimana kebutuhan akan zat gizi meningkat untuk mencapai pertumbuhan yang
optimal. Jumlah anak SD yang mengikuti penelitian dihitung berdasarkan rumus:
2 σ2 (Z1-α/2 + Z1-β)2
n

=

δ2

Keterangan:
n
= besar sampel
Z1-α/2 = suatu nilai sehingga P(Z > Zα) = 1-α/2, Z adalah peubah acak normal baku
Z1-β
= suatu nilai sehingga P(Z > Zβ) = 1-β, Z adalah peubah acak normal baku
σ
= 4.61 (perkiraan standar deviasi serum Imunoglobulin G (IgG) berdasarkan
penelitian Ghustianza 2010)
δ
= 6.62 (Peningkatan titer IgG berdasarkan penelitian Ghustianza 2010)
(Sumber : Steel dan Torrie 1991)

6

Nilai Z1-α/2 diperoleh sebesar 2,575 dan Z1-β sebesar 1,272, berdasarkan
rumus perhitungan tersebut, maka diperoleh ukuran sampel (n) sebanyak 14
responden. Antisipasi drop out yang digunakan pada penelitian ini sebesar 10%,
sehingga diperoleh sebanyak 16 responden. Jumlah keseluruhan anak SD yang
mengikuti penelitian yaitu 31 anak.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data Sekunder yang dikumpulkan berupa nama lengkap, usia, dan jenis
kelamin responden. Data primer berupa data berat badan, tinggi badan,
karakteristik keluarga, konsumsi pangan, status gizi, dan status vitamin A. Jenis
dan cara pengumpulan data disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Jenis dan cara pengumpulan atau pengukuran data
Data
Karakteristik responden
(nama, jenis kelamin, berat
badan, urutan anak ke
berapa, dll)
Karakteristik keluarga
(Pendidikan orang tua,
pendapatan keluarga)
Berat badan
Tinggi badan
Konsumsi pangan

Status Gizi
Status Vitamin A
Status Kesehatan (angka
morbiditas)

Cara Pengukuran atau
Pengumpulan
Wawancara dengan
orangtua atau pengasuh
anak sekolah dasar
menggunakan kuesioner
Wawancara dengan
orangtua atau pengasuh
anak sekolah dasar
menggunakan kuesioner
Penimbangan dan
Pengukuran
Food recall

Antropometri
Pengambilan darah
Pemeriksaan klinis dan
observasi serta wawancara
oleh tenaga medis dan
peneliti kepada orangtua
(pengasuh) anak sekolah
dasar dan guru
menggunakan kuesioner

Frekuensi
Satu kali

Satu kali

Satu Kali
2x24 jam (1x24jam
hari libur dan 1x24
jam hari sekolah)
Satu kali
Satu kali
Satu kali

Pengukuran Status Gizi
Pengukuran berat badan dan tinggi badan dilakukan untuk mengetahui
status gizi anak SD. Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan injak
analog dengan ketelitian 0,1 kg. Tinggi badan diukur dengan menggunakan
microtoise dengan ketelitian 0,1 cm. Pengukuran status gizi dilaksanakan dalam
satu rangkaian bersama pemeriksaan klinis dan pengambilan darah untuk analisis
retinol dan IgG serum. Sampel darah diambil dengan melibatkan tenaga medis
dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Pusat Teknologi Terapan

7

Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
Bogor. Darah untuk analisis retinol diambil dari pembuluh darah vena.
Analisis kadar retinol serum dilakukan dengan menggunakan metode
ektraksi (Concurrent Liqud Chromatographic Assay of Retinol). Metode ini
menggunakan prinsip serum diencerkan dengan larutan retinil asetat pada etanol,
larutan retinil asetat berperan sebagai standar dan etanol berperan mengendapkan
protein, yang membebaskan retinol, kemudian diekstraksi dengan heksana.
Ekstrak dievaporasi atau diuapkan dalam nitrogen atmosfer dan residu dilarutkan
dalam metanol. Retinol dipisahkan dengan menggunakan HPLC. Jumlah serum
yang digunakan untuk analisis retinol adalah sebanyak 100 µ L. Analisis tersebut
menggunakan alat HPLC (High Performance Liquid Chromatography) dengan
menginjeksi sampel secara terpisah. Bahan yang digunakan antara lain serum,
sodium deodecyl sulphate (SDS), alkohol, dan butylated hidroxytoluene (BHT).
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data primer dilakukan dengan beberapa tahapan meliputi
entry data, editing, coding dan cleaning untuk melihat konsistensi informasi. Data
yang telah diverifikasi diolah menggunakan software Microsoft Excel dan
dianalisis dengan menggunakan software SPSS v.20.0 for Windows. Analisis data
dilakukan secara deskriptif dan statistik. Data identitas, kondisi ekonomi keluarga,
asupan zat gizi (tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan vitamin A), status
gizi dan status vitamin A anak SD dikategorikan seperti pada Tabel 3. Setelah itu,
dianalisis secara deskriptif menggunakan software SPSS v.20.0 for Windows.
Tabel 3 Pengkategorian data
Variabel
Tingkat pendidikan
Orang tua

Pekerjaan Ibu

Pekerjaan Ayah

Pendapatan
Keluarga
Pendapatan
perkapita

Kategori
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Petani
Pedagang
Buruh tani
Buruh non tani
Ibu rumah tangga
Lain-lain
Petani
Pedagang
Buruh tani
Buruh non tani
Jasa
Lain-lain
Rendah ( < Rp 1 500 000)
Sedang (Rp. 1 500 000 – 2 500 000
Tinggi (Rp. 2 500 000 - 3 500 000)
Sangat tinggi (> Rp. 3 500 000)
Miskin ( < Rp. 268 251)
Tidak miskin ( > Rp. 268 251)

Acuan
Strata Pendidikan di
Indonesia

Ghustianza 2010

Ghustianza 2010

BPS 2008

BPS 2013

8

Lanjutan Tabel 3 Pengkategorian data
Variabel
Tingkat kecukupan
energi dan protein

Asupan lemak
Tingkat kecukupan
vitamin A
Status Gizi

Status vitamin A

Status Kesehatan
(Angka morbiditas)

Kategori
Defisit berat (120%)
20% kebutuhan energi
Kurang (1 SD - < 2 SD)
Obesitas ( > 2 SD)
Kurang ( Rp. 268 251)
Total
Rata-rata±SD (Rupiah)

n
23
5
2
1
31

%
74.2
16.1
6.5
3.2
100.0
1 254 580.6±1 472 255.7
n
%
21
67.7
10
32.3
31
100.0
338 428.6±488 467.4

Asupan Energi, Protein, Lemak dan Vitamin A
Zat gizi adalah bahan kimia yang terdapat dalam bahan pangan yang
dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan energi, membangun dam memelihara
jaringan, serta mengatur proses kehidupan (Almatsier 2011). Asupan zat gizi
diperoleh tubuh dari konsumsi makanan sehari-hari. Asupan zat gizi sebaiknya
disesuaikan dengan kebutuhan zat gizi perhari. Kebutuhan zat gizi terdapat
didalam Angka Kecukupan Gizi (2012) yang dibedakan berdasarkan usia. Angka
kecukupan zat gizi untuk usia anak sekolah yang berusia 7 sampai 9 tahun yaitu,
energi 1850 kkal, protein 49 gram, dan Vitamin A 500 RE. Kebutuhan energi,
protein diperoleh dengan melihat status gizi anak SD, jika anak SD memiliki
status gizi tidak normal (kurang atau lebih) maka digunakan kebutuhan energi,
protein dan vitamin A sesuai angka kecukupan gizi, tetapi jika anak SD memiliki

15

status gizi normal, maka angka kecukupan gizi dikalikan dengan berat badan
aktual dibagi dengan berat badan ideal. Perhitungan tingkat kecukupan gizi
ditentukan dengan membandingkan antara asupan zat gizi dengan angka
kecukupan zat gizi masing–masing anak usia 7 sampai 9 tahun. Kebutuhan lemak
dengan satuan gram, dihitung berdasarkan 20 persen dari kebutuhan energi
kemudian dibagi dengan 9.
Energi
Asupan energi anak SD berkisar dari 522 kkal sampai 2270 kkal dan angka
kecukupan energi anak SD berkisar dari 1096 kkal sampai 1850 kkal. Nilai ratarata±stdev asupan energi dan angka kecukupan energi anak SD yaitu 1302±418
kkal dan 1348±159 kkal. Nilai rata-rata±stdev dari tingkat kecukupan energi anak
SD yaitu 98.0±34.0 persen dari 36.6 persen sampai 179.1 persen. Rata-rata tingkat
kecukupan energi sebesar 98.0 persen dan termasuk dalam kategori normal (90 119 %) (Depkes 1996). Hal tersebut diduga karena porsi makan anak SD yang
sudah baik sehingga kebutuhan energi terpenuhi, tetapi jenis makanan yang
dikonsumsi kurang beragam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak SD pada tingkat kecukupan
energi dengan kategori normal memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan
dengan kategori lainnya. Anak SD dengan tingkat kecukupan energi kategori
normal yaitu 13 anak (41.9%). Sementara itu, masih terdapat anak SD pada
tingkat kecukupan energi dengan kategori defisit berat, yaitu sebanyak 7 anak
(22.6%). Hal ini diduga karena frekuensi makan anak hanya 1 sampai 2 kali sehari
sehingga angka kecukupan tidak terpenuhi. Sementara itu, terdapat 6 anak (19.4
%) anak SD yang memiliki tingkat kecukupan energi kategori lebih. Hal ini
diduga karena anak memiliki nafsu makan yang tinggi serta didukung dengan
ketersediaan pangan sumber energi yang lebih mudah didapat. Sebaran anak SD
berdasarkan tingkat kecukupan energi disajikan dalam Tabel 8.
Tabel 8 Sebaran anak SD berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi
Tingkat Kecukupan Energi
Defisit berat (110%)
Total

n
7
2
3
13
6

%
22.6
6.5
9.7
41.9
19.4

31

100

Data pada Tabel 9 menunjukkan bahwa lebih dari separuh anak SD (67.7%)
berada pada kondisi ekonomi keluarga dengan kategori miskin, yaitu sebanyak.
Pada kondisi sosial ekonomi keluarga kategori miskin, sebagian besar anak SD
memiliki tingkat kecukupan energi defisit berat yaitu 7 anak (33.3%). Hal tersebut
diduga karena keterbatasan ekonomi sehingga ketersediaan pangan sumber energi
kurang. Selain itu, adanya anak SD (23.8%) dengan kondisi ekonomi keluarga
miskin yang memiliki tingkat kecukupan energi lebih diduga karena banyaknya
ketersediaan pangan sumber energi yang didapat dari hasil berkebun. Hampir
separuh anak SD memiliki tingkat kecukupan energi normal, yaitu sebanyak 13
anak (41.4%). Namun, lebih dari separuh anak SD (58.6%) yang berada pada

16

kondisi ekonomi keluarga miskin atau tidak miskin masih memiliki tingkat
kecukupan energi kurang dan lebih. Hal tersebut diduga karena adanya
ketersediaan pangan sumber energi yang diperoleh dari hasil berkebun. Sebaran
anak SD berdasarkan tingkat kecukupan energi dan status gizi disajikan pada
Tabel 9.
Tabel 9 Sebaran anak SD berdasarkan tingkat kecukupan energi dan kondisi
ekonomi keluarga
Variabel
Defisit berat
Tingkat
Defisit sedang
kecukupan Defisit ringan
energi
Normal
Lebih
Total

Kondisi ekonomi keluarga
Miskin
Tidak miskin
n
%
n
%
7
22.6
0
0.0
1
3.2
1
3.2
2
6.4
1
3.2
6
19.4
7
22.7
5
16.1
1
3.2
21
67.7
10
32.3

Total
n
7
2
3
13
6
31

%
22.6
6.4
9.7
41.9
19.4
100.0

Protein
Asupan protein anak SD berkisar dari 14.8 gram sampai 73.4 gram dan
angka kecukupan protein anak SD berkisar dari 29.0 gram sampai 49.0 gram.
Nilai rata-rata±stdev asupan protein dan angka kecukupan energi anak SD yaitu
29.1±11.2 gram dan 35.6±4.3 gram. Nilai rata-rata±stdev tingkat kecukupan
protein yaitu 82.6±33.6 persen. Rata-rata dari tingkat kecukupan protein yaitu
82.6 persen dan termasuk dalam kategori defisit ringan (80-