Tingkat Konsumsi Zat Gizi, Status Vitamin A dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Setelah Mendapatkan Intervensi Sayuran Sumber Vitamin A (Studi Perbandingan di Desa Karangtengah dan Ciheulang Tonggoh, Kecamatan Cibadak, Kabypaten Sukabumi, Jabar)
TINGKAT KONSUMSI ZAT GIZI, STATUS VITAMIN A DAN STATUS GIZI
ANAK SEKOLAH DASAR SETELAH MENDAPATKAN INTERVENSI
SAYURAN SUMBER VITAMIN A
(Studi Perbandingan di Desa Karangtengah dan Ciheulang
Tonggoh,
Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jabar)
Oleh
UMI HIDAYATI
A 250908
JURUSAN GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1993
RINGKASAN
UMI HIDAYATI. Tingkat Konsumsi Zat Gizi, Status Vitamin A, dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Setelah Mendapatkan Intervensi Sayuran Sumber Vitamin A. Studi
perbandingan di Desa Karangtengah dan Ciheulang Tonggoh, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jabar.
(Di bawah bimbingan AMIN1 NASOETION dan DIAH KRISNATUTI
PRANADJI )
.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahsi
tingkat pendidikan formal orangtua, pendapatan keluarga, besar keluarga dan pola konsumsi pangan keluarga;
membandingkan tingkat konsumsi energi, protein dan vitamin A serta status gizi dan status vitamin A antara
anak yang telah mendapatkan intervensi dengan yang tidak mendapatkan intervensi; mengetahui hubungan tingkat konsumsi energi, protein, vitamin A, dan status
gizi anak dengan tingkat pendidikan formal ibu, pendapatan keluarga dan besar keluarga; serta mengetahui hubungan status vitamin A anak dengan status gizinya.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Karangtengah V
dan Karanghilir yang terletak di Desa Karangtengah, dan
SD Karangtengah I1 dan VIII di Desa Ciheulang Tonggoh,
Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi; selama tiga bulan, dari bulan Agustus sampai Oktober 1992. Contoh
diambil secara purposive dari anak kelas 3,4 dan 5 yang
berstatus gizi kurang dan tidak menderita penyakit menahun, yaitu sebanyak 38 anak yang telah mendapatkan
intervensi juice wortel (kelompok intervensi yang terletak di Desa Karangtengah) dan 41 anak yang tidak mendapat intervensi (kelompok kontrol yang terletak di
Desa Ciheulang Tonggoh).
Analisis data dilakukan secara deskriptif dan statistik. Kecukupan energi dan protein dihitung berdasarkan anjuran FAO/WHO (Hardinsyah dan Martianto,
1989). Kecukupan vitamin A berdasarkan angka kecukupan
vitamin A yang dianjurkan dalam Widya Karya Nasional
Pangan dan Gizi ( LIPI, 1993). Status gizi ditentukan
berdasarkan baku rujukan WHO-NCHS (1983). Status vitamin A ditentukan berdasarkan kandungan serum vitamin A
dalam darah anak dan digolongkan dalam cukup ( > 36 ug/ dl), rendah (20-30 ug/dl), dan kurang (10 - 20 ug/dl).
Tingkat pendidikan formal orang tua kelompok intervensi tinggi daripada kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi sebagian besar Kepala Keluarga (KK) berpendidikan SMA tamat, sedangkan istri SD tamat. Pada
kelompok kontrol sebagian besar KK berpendidikan SD tamat, sedangkan istri SD tidak tamat. Tingkat pendapatan per kapita per bulan kedua kelompok tidak berbeda
nyata. Rata-rata besar keluarga kedua kelompok adalah
termasuk keluarga besar. Pola konsumsi pangan pada ke-
dua kelompok tidak banyak berbeda, namun frekuensi konsumsi bayam dan wortel lebih sering pada kelompok intervensi .
Konsumsi energi sebagian besar anak pada kedua kelompok tergolong rendah (2/3 - 3/3 dari kecukupan kalori dan zat gizi lain yang dianjurkan [K3G]). Konsumsi protein anak kelompok intervensi sebagian besar tergolong rendah (50,0%), sedangkan pada kelompok kontrol
sebagian besar tergolong kurang ( 36 ug/ dl), rendah (20-30 ug/dl), dan kurang (10 - 20 ug/dl).
Tingkat pendidikan formal orang tua kelompok intervensi tinggi daripada kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi sebagian besar Kepala Keluarga (KK) berpendidikan SMA tamat, sedangkan istri SD tamat. Pada
kelompok kontrol sebagian besar KK berpendidikan SD tamat, sedangkan istri SD tidak tamat. Tingkat pendapatan per kapita per bulan kedua kelompok tidak berbeda
nyata. Rata-rata besar keluarga kedua kelompok adalah
termasuk keluarga besar. Pola konsumsi pangan pada ke-
dua kelompok tidak banyak berbeda, namun frekuensi konsumsi bayam dan wortel lebih sering pada kelompok intervensi .
Konsumsi energi sebagian besar anak pada kedua kelompok tergolong rendah (2/3 - 3/3 dari kecukupan kalori dan zat gizi lain yang dianjurkan [K3G]). Konsumsi protein anak kelompok intervensi sebagian besar tergolong rendah (50,0%), sedangkan pada kelompok kontrol
sebagian besar tergolong kurang (
ANAK SEKOLAH DASAR SETELAH MENDAPATKAN INTERVENSI
SAYURAN SUMBER VITAMIN A
(Studi Perbandingan di Desa Karangtengah dan Ciheulang
Tonggoh,
Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jabar)
Oleh
UMI HIDAYATI
A 250908
JURUSAN GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1993
RINGKASAN
UMI HIDAYATI. Tingkat Konsumsi Zat Gizi, Status Vitamin A, dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Setelah Mendapatkan Intervensi Sayuran Sumber Vitamin A. Studi
perbandingan di Desa Karangtengah dan Ciheulang Tonggoh, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jabar.
(Di bawah bimbingan AMIN1 NASOETION dan DIAH KRISNATUTI
PRANADJI )
.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahsi
tingkat pendidikan formal orangtua, pendapatan keluarga, besar keluarga dan pola konsumsi pangan keluarga;
membandingkan tingkat konsumsi energi, protein dan vitamin A serta status gizi dan status vitamin A antara
anak yang telah mendapatkan intervensi dengan yang tidak mendapatkan intervensi; mengetahui hubungan tingkat konsumsi energi, protein, vitamin A, dan status
gizi anak dengan tingkat pendidikan formal ibu, pendapatan keluarga dan besar keluarga; serta mengetahui hubungan status vitamin A anak dengan status gizinya.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Karangtengah V
dan Karanghilir yang terletak di Desa Karangtengah, dan
SD Karangtengah I1 dan VIII di Desa Ciheulang Tonggoh,
Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi; selama tiga bulan, dari bulan Agustus sampai Oktober 1992. Contoh
diambil secara purposive dari anak kelas 3,4 dan 5 yang
berstatus gizi kurang dan tidak menderita penyakit menahun, yaitu sebanyak 38 anak yang telah mendapatkan
intervensi juice wortel (kelompok intervensi yang terletak di Desa Karangtengah) dan 41 anak yang tidak mendapat intervensi (kelompok kontrol yang terletak di
Desa Ciheulang Tonggoh).
Analisis data dilakukan secara deskriptif dan statistik. Kecukupan energi dan protein dihitung berdasarkan anjuran FAO/WHO (Hardinsyah dan Martianto,
1989). Kecukupan vitamin A berdasarkan angka kecukupan
vitamin A yang dianjurkan dalam Widya Karya Nasional
Pangan dan Gizi ( LIPI, 1993). Status gizi ditentukan
berdasarkan baku rujukan WHO-NCHS (1983). Status vitamin A ditentukan berdasarkan kandungan serum vitamin A
dalam darah anak dan digolongkan dalam cukup ( > 36 ug/ dl), rendah (20-30 ug/dl), dan kurang (10 - 20 ug/dl).
Tingkat pendidikan formal orang tua kelompok intervensi tinggi daripada kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi sebagian besar Kepala Keluarga (KK) berpendidikan SMA tamat, sedangkan istri SD tamat. Pada
kelompok kontrol sebagian besar KK berpendidikan SD tamat, sedangkan istri SD tidak tamat. Tingkat pendapatan per kapita per bulan kedua kelompok tidak berbeda
nyata. Rata-rata besar keluarga kedua kelompok adalah
termasuk keluarga besar. Pola konsumsi pangan pada ke-
dua kelompok tidak banyak berbeda, namun frekuensi konsumsi bayam dan wortel lebih sering pada kelompok intervensi .
Konsumsi energi sebagian besar anak pada kedua kelompok tergolong rendah (2/3 - 3/3 dari kecukupan kalori dan zat gizi lain yang dianjurkan [K3G]). Konsumsi protein anak kelompok intervensi sebagian besar tergolong rendah (50,0%), sedangkan pada kelompok kontrol
sebagian besar tergolong kurang ( 36 ug/ dl), rendah (20-30 ug/dl), dan kurang (10 - 20 ug/dl).
Tingkat pendidikan formal orang tua kelompok intervensi tinggi daripada kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi sebagian besar Kepala Keluarga (KK) berpendidikan SMA tamat, sedangkan istri SD tamat. Pada
kelompok kontrol sebagian besar KK berpendidikan SD tamat, sedangkan istri SD tidak tamat. Tingkat pendapatan per kapita per bulan kedua kelompok tidak berbeda
nyata. Rata-rata besar keluarga kedua kelompok adalah
termasuk keluarga besar. Pola konsumsi pangan pada ke-
dua kelompok tidak banyak berbeda, namun frekuensi konsumsi bayam dan wortel lebih sering pada kelompok intervensi .
Konsumsi energi sebagian besar anak pada kedua kelompok tergolong rendah (2/3 - 3/3 dari kecukupan kalori dan zat gizi lain yang dianjurkan [K3G]). Konsumsi protein anak kelompok intervensi sebagian besar tergolong rendah (50,0%), sedangkan pada kelompok kontrol
sebagian besar tergolong kurang (