Daya Dukung Sumberdaya Alam dalam Pemenuhan Kebutuhan Dinamika Pertumbuhan Ekonomi dan Penduduk Jawa Barat

DAYA DUKUNG SUMBERDAYA ALAM
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DINAMIKA
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDUDUK JAWA BARAT

TONNY FIRMAN KURNIAWAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Daya Dukung Sumberdaya
Alam dalam Pemenuhan Kebutuhan Dinamika Pertumbuhan Ekonomi dan
Penduduk Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015
Tonny Firman Kurniawan
NIM H351100024

RINGKASAN
TONNY FIRMAN KURNIAWAN. Daya Dukung Sumberdaya Alam dalam
Pemenuhan Kebutuhan Dinamika Pertumbuhan Ekonomi dan Penduduk Jawa
Barat. Dibimbing oleh AKHMAD FAUZI dan AHYAR ISMAIL.
Populasi penduduk Jawa Barat tahun 2025 diproyeksikan 52.740.800 orang
dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6% per tahun membutuhkan daya
dukung sumber daya alam yang memadai dalam hal kebutuhan air, pangan, dan
energi. Penelitian ini bertujuan: 1) mengetahui kondisi perekonomian dan
sumberdaya alam Jawa Barat dari era tahun 2000 hingga saat ini, 2) melakukan
simulasi proyeksi kebutuhan SDA guna menunjang pembangunan perekonomian
dengan pertambahan jumlah penduduk, 3) menghitung daya dukung SDA
berdasarkan perkembangan jumlah penduduk guna menjamin pembangunan
perekonomian. Metode analisis yang digunakan: analisis deskriptif,
proyeksi/peramalan, regresi linier berganda, DEA (Data Envelopment Analysis),

indeks daya dukung. Hasil penelitian menunjukkan perkonomian Jawa Barat dari
Tahun 2000 sampai Tahun 2013 mengalami kinerja membaik dengan
pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 5,36%. Sektor sumberdaya alam pada
periode tersebut memberikan kontribusi dari sektor pertanian sebesar 13,42%
serta pertambangan dan penggalian sebesar 2,60%. Proyeksi kebutuhan
sumberdaya alam pada Tahun 2025 penduduk Jawa Barat antara lain:
Kebutuhan air sebesar 2,1 milyar m3/tahun atau 10,12 persen dari deposit air
permukaan pada Tahun 2012, Kebutuhan beras sebesar 3.957.151 ton atau
surplus 6.522.911 ton, Kebutuhan energi listrik sebesar 20.630 MW. Indeks daya
dukung sumberdaya air bawah tanah sebesar 7,27 dan indeks daya dukung
sumberdaya air permukaan sebesar 2,44. Indeks daya dukung wilayah pertanian
Jawa Barat sebesar 2,96. Indeks daya dukung energi listrik pada tahun 2013
sebesar 0,78. Kuantitas air di Jawa Barat masih sangat berlimpah namun perlu
melakukan konservasi air dan penambahan kawasan penutupan hutan.
Pembukaan lahan sawah baru dengan mengoptimalkan pemanfaatan lahan di
kawasan selatan Jawa Barat, peningkatan produktifitas dan perubahan pola
konsumsi pangan khususnya beras. Transformasi pola konsumsi dan
penyediaan energi dari mengandalkan energi fosil yang tak terbaharukan kepada
bauran energi baru dan terbaharukan (EBT) khususnya panas bumi dan
pembangkit listrik tenaga air yang keberadaanya sangat berlimpah di Jawa Barat.

Kata kunci: Daya Dukung Sumber Daya Alam, Pertumbuhan Ekonomi,
Dinamika Populasi

SUMMARY
TONNY FIRMAN KURNIAWAN. Natural Resources Carrying Capacity to Support
Economic Growth and Population Dynamics in West Java. Supervised by
AHMAD FAUZI and AHYAR ISMAIL.
West Java's population in 2025 is projected to 52.7408 million people with an
average economic growth of 6 % per year requires the carrying capacity of
natural resources are adequate in terms of the need for water, food, and energy.
This study aims to: 1) determine the condition of the economy and natural
resources of the era of West Java in 2000 until today, 2) to simulate the projected
needs of the SDA in order to support economic development with population
growth, 3) calculate the carrying capacity of natural resources based on
population growth in order to ensure economic development. The method of
analysis used: descriptive analysis, projection/forecasting, multiple linear
regression, DEA (Data Envelopment Analysis), carrying capacity index. The
results showed perkonomian West Java from 2000 to 2013 experienced
improved performance with an annual average growth of 5,36%. Natural resource
sector in the period of the agricultural sector contributed by 13,42% and mining

and quarrying amounted to 2,60%. Projected demand of natural resources in
2025 the population of West Java, among others: Water needs of 2,1 billion
m3/year or 10,12 percent of deposits on the surface of the water in 2012,
amounted to 3.957.151 tons of rice requirement or surplus of 6.522.911 tons,
electrical energy needs of 20.630 MW. Index carrying capacity of the
underground water resources of 7,27 and an index of surface water resources
carrying capacity of 2,44. Index carrying capacity of the agricultural region of
West Java 2,96 . Index carrying capacity of electrical energy in 2013 was 0,78.
The quantity of water in West Java is still very abundant, but need to conserve
water and increase forest cover area. The opening of a new wetland to optimize
land use in the southern region of West Java, increased productivity and changes
in food consumption patterns, especially rice. Transformation and consumption
patterns of the energy supply to rely on nonrenewable fossil energy to the mix of
new and renewable energy in particular geothermal and hydroelectric plants that
are present at very abundant in West Java .
Keywords: Carrying Capacity of Natural Resources, Economic Growth,
Population Dynamics

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

DAYA DUKUNG SUMBERDAYA ALAM
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DINAMIKA
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDUDUK JAWA BARAT

TONNY FIRMAN KURNIAWAN

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:
Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS

Judul Tesis
Nama
NIM

: Daya Dukung Sumberdaya Alam dalam Pemenuhan
Kebutuhan Dinamika Pertumbuhan Ekonomi dan
Penduduk Jawa Barat
: Tonny Firman Kurniawan
: H 351100024

Disetujui oleh,
Komisi Pembimbing


Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc
Ketua

Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc, Agr

Tanggal Ujian: 12 Januari 2015


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan mulai dari tahap persiapan data
hingga penyusunan laporan sejak bulan Mei 2013 sampai Juni 2014 ini ialah
mengenai daya dukung (carrying capacity) dan proyeksi kebutuhan serta
implikasi kebijakan sumberdaya alam, dengan judul: “Daya Dukung
Sumberdaya Alam dalam Pemenuhan Kebutuhan Dinamika Pertumbuhan
Ekonomi dan Penduduk Jawa Barat”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, MSc
dan Dr. Ir. Ahyar Ismail, MAgr selaku pembimbing, serta seluruh dosen dan staf
di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, khususnya Departemen
Ekonomi sumberdaya dan Lingkungan (ESL-IPB) yang telah banyak membantu
penulis dalam melaksanakan proses perkuliahan. Penghargaan khusus
disampaikan kepada Gubernur Jawa Barat Dr. (HC) Ahmad Heryawan, Lc, MSi
atas segala dukungannya dalam penyelesaian studi ini. Penghargaan penulis
sampaikan juga kepada Bapak/Ibu pimpinan Organisasi Perangkat Daerah

(OPD) di Lingkungan Provinsi Jawa Barat beserta teman-teman di kelas
Pascasarjana ESL-IPB yang telah membantu selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, istri terkasih dan
anak-anak tersayang serta seluruh keluarga, handai taulan atas doa dan kasih
sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor,

Januari 2015

Tonny Firman Kurniawan

DAFTAR ISI
RINGKASAN ........................................................................................................ i
SUMMARY .......................................................................................................... ii
PRAKATA ......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi

1 PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
Latar Belakang ................................................................................................ 1
Perumusan Masalah ....................................................................................... 2
Tujuan Penelitian ............................................................................................ 4
Batasan Penelitian .......................................................................................... 4
2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 4
Teori Malthus .................................................................................................. 4
Perkembangan Teori Malthus ................................................................... 4
Kritik Teori Malthus ................................................................................... 5
Ekonomi Pembangunan .................................................................................. 6
Definisi dan Lingkup Ekonomi Pembangunan........................................... 6
Teori Pertumbuhan Ekonomi .................................................................... 6
Teori Harrod-Domar ............................................................................. 6
Teori Big Push dan Balanced Growth .................................................. 7
Pembangunan dan Sumberdaya Alam ............................................................ 8
Pembangunan Berkelanjutan .......................................................................... 9
Dampak Perubahan Iklim Pada Sektor Pertanian .......................................... 10
Daya Dukung Lingkungan ............................................................................. 12
Penelitian Sebelumnya .................................................................................. 13
3 KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................................. 14

4 METODE PENELITIAN ................................................................................. 16
Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 16
Sumber dan Pengumpulan Data ................................................................... 16
Metode Analisis ............................................................................................. 17
Analisis Deskriptif ................................................................................... 17
Analisis Regresi Linier Berganda ............................................................ 18
Analisis DEA (Data Envelopment Analysis) ............................................ 18
Analisis Daya Dukung Lingkungan ......................................................... 19
Proyeksi dan Peramalan ........................................................................ 19
Ekstrapolasi ..................................................................................... 20
Proyeksi Jumlah Penduduk ............................................................. 20
Proyeksi Kebutuhan Sumberdaya Air .............................................. 21
Proyeksi Kebutuhan Pangan ........................................................... 21
Proyeksi Kebutuhan Energi ............................................................. 22
Penentuan Asumsi Dalam Proyeksi ................................................. 22

5 GAMBARAN PEMBANGUNAN JAWA BARAT ............................................. 23
Keragaan Makro Jawa Barat ......................................................................... 23
Geografis................................................................................................ 23
Demografis ............................................................................................. 24
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ..................................................... 26
Peran Sumberdaya Alam dan Lingkungan dalam Pembangunan
di Jawa Barat ................................................................................................ 27
Potensi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Jawa Barat ............................... 27
Sumberdaya Air ................................................................................. 27
Pertanian ........................................................................................... 30
Sumberdaya Energi ........................................................................... 31
Bencana Alam dan Dampak Perubahan Iklim ............................................... 33
6 HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................... 34
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Laju Pertumbuhan Ekonomi
(LPE)............................................................................................................. 34
Pertumbuhan Penduduk dan Tenaga Kerja Jawa Barat ................................ 36
Proyeksi Jumlah Penduduk .................................................................... 36
Proyeksi perubahan komposisi penduduk di perkotaan dan perdesaan 38
Tenaga Kerja Sektor Pertanian .............................................................. 39
Daya Dukung Sumberdaya Alam .................................................................. 40
Sumberdaya Lahan Sawah .................................................................... 40
Alih Fungsi Lahan ............................................................................ 40
Perluasan Lahan Sawah Baru ......................................................... 42
Proyeksi Luas Sawah ...................................................................... 43
Sumberdaya Air...................................................................................... 45
Air Bawah Tanah ............................................................................. 45
Air Permukaan ................................................................................. 47
Proyeksi Pemenuhan Kebutuhan Air Domestik................................ 48
Ketersediaan Pangan ............................................................................. 50
Produksi Padi .................................................................................. 50
Konsumsi Beras .............................................................................. 54
Proyeksi Pemenuhan Kebutuhan Pangan ....................................... 56
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi .............. 57
Indeks Daya Dukung Wilayah Pertanian .......................................... 59
Kinerja Pembangunan Sektor Pertanian .......................................... 60
Sumberdaya Energi ...................................................................................... 61
Implikasi Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Alam ..................................... 64
Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Air................................................. 64
Kebijakan Pemenuhan Kebutuhan Pangan ............................................ 65
Kebijakan Mewujudkan Kemandirian Energi........................................... 67
7 SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 68
Simpulan ....................................................................................................... 68
Saran ............................................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 69
LAMPIRAN ........................................................................................................ 73
RIWAYAT HIDUP PENULIS .............................................................................. 81

DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15
Tabel 16
Tabel 17
Tabel 18
Tabel 19
Tabel 20
Tabel 21
Tabel 22
Tabel 23
Tabel 24
Tabel 25
Tabel 26
Tabel 27
Tabel 28

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Barat
atas dasar harga konstan 2000, Tahun 2011 dan 2012
(trilyun rupiah) ................................................................................. 3
Data dan alat analisis yang digunakan dalam penelitian................ 17
Luas wilayah per kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat .................. 24
Kependudukan Jawa Barat Tahun 2007 - 2013 ............................. 25
Kependudukan Jawa Barat per kabupaten/kota berdasarkan
jenis kelamin tahun 2010 ............................................................... 26
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat tahun
2013 atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan
tahun 2000 .................................................................................... 27
Potensi air tanah di Provinsi Jawa Barat ....................................... 28
Pemanfaatan debit air sungai untuk irigasai dan non irigasi di
Jawa Barat Tahun 2012 (milyar m3) .............................................. 29
Luas sawah, luas panen, dan produktivitas padi di Jawa Barat
Tahun 2001-2013 .......................................................................... 30
Potensi dan manifestasi panas bumi di Jawa Barat ....................... 32
Data kumulatif luas lahan terkena banjir dan kekeringan pada
tanaman padi di Jawa Barat (dalam hektar) .................................. 33
Proporsi dan pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) rata-rata Jawa Barat tahun 2000-2013 atas dasar
harga dasar konstan Tahun 2000 .................................................. 34
Tingkat inflasi, laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat dan
nasional Tahun 2007-2013 ............................................................ 36
Perkembangan, laju pertumbuhan, dan proyeksi jumlah
penduduk Jawa Barat .................................................................... 36
Proyeksi perubahan komposisi jumlah penduduk Jawa Barat
yang tinggal di perkotaan dan perdesaan. ..................................... 38
Tenaga kerja sektor pertanian di Jawa Barat tahun 2001-2013 ..... 39
Luas potensi dan rencana realisasi perluasan sawah Jawa
Barat Tahun 2013-2018 (dalam hektar) ......................................... 43
Proyeksi luas sawah di Jawa Barat sampai tahun 2025 (dalam
hektar) ........................................................................................... 44
Neraca fisik sumberdaya air bawah tanah di Jawa Barat............... 46
Perubahan kondisi dan indeks daya dukung sumberdaya air
tanah di Jawa Barat....................................................................... 47
Neraca air permukaan Jawa Barat Tahun 2012 ( milyar m3 )......... 47
Neraca air permukaan Jawa Barat Tahun 2012 (volume dan
persentase) ................................................................................... 48
Proyeksi kebutuhan air penduduk Jawa Barat Tahun 2025 ........... 49
Indeks pertanaman dan produktivitas padi sawah di Jawa
Barat ............................................................................................. 50
Proyeksi ketersediaan padi Jawa Barat sampai tahun 2025 .......... 52
Persentase tingkat kehilangan hasil (losses) padi Jawa Barat
tahun 2006-2010 ........................................................................... 53
Proyeksi ketersediaan beras Jawa Barat sampai tahun 2025
(dalam ton) .................................................................................... 54
Konsumsi beras per kapita penduduk Jawa Barat dan
nasional tahun 2007 – 2013 (kg/kapita/tahun) ............................... 54

Tabel 29
Tabel 30

Tabel 31

Tabel 32

Tabel 33
Tabel 34
Tabel 35
Tabel 36

Proyeksi kebutuhan atau konsumsi beras penduduk Jawa
Barat sampai tahun 2025 .............................................................. 56
Proyeksi surplus pangan beras Jawa Barat sampai tahun
2025 asumsi realisasi cetak sawah 100% dengan sekenario
pengurangan konsumsi 1,5%/tahun terealisir 100%, 50%, dan
25% ............................................................................................... 56
Proyeksi surplus pangan beras Jawa Barat sampai tahun
2025 asumsi realisasi cetak sawah 50% dengan sekenario
pengurangan konsumsi 1,5%/tahun terealisir 100%, 50%, dan
25% ............................................................................................... 57
Proyeksi surplus pangan beras Jawa Barat sampai tahun
2025 asumsi realisasi cetak sawah 25% dengan sekenario
pengurangan konsumsi 1,5%/tahun terealisir 100%, 50%, dan
25% ............................................................................................... 57
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi di Jawa Barat
tahun 2001-2013 ........................................................................... 58
Indeks Daya Dukung Wilayah Pertanian Jawa Barat ..................... 59
Kinerja pembangunan sektor pertanian (padi) Jawa Barat
tahun 2001-2013 ........................................................................... 60
Jumlah dan sebaran pembangkit tenaga listrik di Jawa Barat ....... 61

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8.
Gambar 9.
Gambar 10.
Gambar 11.
Gambar 12.
Gambar 13.
Gambar 14.
Gambar 15.

Diagram alir kerangka pemikiran penelitian ................................... 15
Peta administrasi Provinsi Jawa Barat........................................... 23
Tren pertumbuhan penduduk Jawa Barat Tahun 2000 - 2012 ...... 25
Grafik produksi dan produktivitas padi di Jawa Barat .................... 31
Proporsi PDRB rata-rata per sektor di Jawa Barat......................... 35
Piramida penduduk Jawa Barat Tahun 2000, 2010 dan 2025 ....... 37
Peta luas tanam padi sawah di Jawa Barat menurut
kabupaten ..................................................................................... 40
Peramalan luas sawah di Jawa Barat tahun 2001-2025 ................ 42
Proyeksi dan sekenario luas sawah di Jawa Barat ........................ 44
Grafik perkembangan indeks pertanaman padi sawah .................. 51
Grafik perkembangan produktivitas padi sawah ............................ 51
Grafik proyeksi produksi padi Jawa Barat Tahun 2014 – 2025 ...... 53
Grafik proyeksi konsumsi beras per kapita masyarakat ................. 55
Prakiraan kebutuhan energi listrik Provinsi Jawa Barat ................. 62
Transformasi bauran energi di Jawa Barat .................................... 63

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil uji stasioner pada plot autocorrelation faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi padi di Jawa Barat............................... 73
Lampiran 2 Regresi Linier Berganda Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Produksi Padi di Jawa Barat Tahun 2001-2013......................... 734
Lampiran 3 Hasil Proses Analisis menggunakan DEA Output orientated ....... 75
Lampiran 4 Hasil Proses Analisis menggunakan DEA Input orientated ............ 78

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jawa Barat dengan jumlah penduduk sebesar 45.340.799 jiwa dan laju
pertambahan penduduk 1,77 persen pada tahun 2013 (BPS 2013). Jawa Barat
merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia. Jumlah
penduduk yang begitu besar merupakan tantangan sekaligus ancaman apabila
tidak mampu dikelola dengan baik.
Menurut Thomas Robert Malthus dalam bukunya yang berjudul An Essay
on the Principle of Population as It Affects the Future Improvement of Society
Tahun 1798, menyatakan pokok pemikiran bahwa pertumbuhan penduduk
cenderung melampui pertumbuhan pangan, sehingga manusia akan senantiasa
berhubungan dengan masalah kemiskinan dan kelaparan. Dalam jangka
panjang, tidak ada kemajuan teknologi yang dapat mengalihkan keadaan itu
karena kenaikan suplai makanan terbatas, sedangkan pertumbuhan penduduk
tidak terbatas.
Malthus yakin bahwa manusia akan tetap hidup miskin selama terjadi
ketidak-seimbangan jumlah penduduk dengan daya dukung sumberdaya alam,
khususnya ketidak-seimbangan jumlah penduduk dengan persediaan bahan
makanan. Jumlah penduduk yang terus bertambah dapat mempercepat
eksploitasi sumberdaya alam dan mempersempit persediaan lahan hunian dan
lahan yang digunakan. Jumlah penduduk yang terus bertambah dan makin padat
sangat mengancam daya dukung sumberdaya alam dan daya tampung
lingkungan.
Jumlah penduduk harus seimbang dengan ambang batas lingkungan,
agar tidak menjadi beban lingkungan atau mengancam daya dukung
sumberdaya alam dan daya tampung lingkungan. Munculnya bencana alam
berupa banjir, kekeringan, gagal panen, kelaparan, wabah penyakit dan kematian
merupakan wujud dari perubahan ketidaksetimbangan lingkungan. Ada beberapa
bentuk pengekangan penduduk yang terdiri atas pengekangan preventif seperti
penundaan nafsu seksual dan juga pengekangan positif yang mempengaruhi
angka kematiaan seperti penyakit dan kemiskinan. Sedangkan pengekangan
lainnya adalah yang berhubungan dengan masalah ketersediaan pangan serta
pendukung kebutuhan kehidupan lainnya.
Tujuan utama pembangunan ekonomi suatu wilayah adalah menciptakan
kemakmuran masyarakat di wilayah tersebut. Beberapa parameter yang biasa
digunakan untuk mengukur pembangunan adalah peningkatan pendapatan,
peningkatan lapangan kerja, dan pemerataan pendapatan masyarakat. Belajar
dari kegagalan orde lama, sejak awal tahun 1970 pertumbuhan perekonomian
suatu wilayah pada masa orde baru menerapkan planned economy dengan pola
Growth First then Distribution of Wealth.
Meskipun pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dari tahun 2000 sampai
2013 tumbuh rata-rata sebesar 5,68 persen, namun angka kemiskinan masih
tetap tinggi yakni 9,61 persen (BPS 2013). Pertumbuhan ekonomi yang
dicerminkan pada pertumbuhan pendapatan nasional, ternyata hanya dinikmati
golongan masyarakat tertentu saja dan menimbulkan permasalahan terhadap
permasalahan degradasi sumberdaya alam dan kualitas lingkungan.
Pembangunan ekonomi model Growth First then Distribution of Wealth ternyata
menimbulkan kesenjangan sosial ekonomi pada masyarakat dan degradasi
sumberdaya alam serta penurunan kualitas lingkungan. Hasil pembangunan
ekonomi tidak dirasakan secara merata oleh masyarakat di Jawa Barat.

2
Perbedaan kondisi perekonomian dan infrastruktur di kawasan utara, tengah, dan
selatan merupakan keadaan yang memperlihatkan ketidakmerataan
pembangunan ekonomi di Jawa Barat.
Pertumbuhan ekonomi dan kondisi ekonomi makro nasional masih
cenderung dimotori oleh sektor konsumsi yang belum dibarengi dengan
pertumbuhan sektor-sektor produktif, belum lagi permasalahan pengelolaan
sumberdaya alam yang muncul di berbagai daerah. Berbeda halnya dengan
fenomena yang berkembang di negara-negara maju, kenaikan konsumsi
masyarakat senantiasa direspon oleh perusahaan-perusahaan dengan berbagai
aktivitas produksi, permasalahan sumberdaya alam dan lingkungan pun sudah
mulai diperhatikan dan dimasukkan dalam perhitungan dalam pembangunan.
Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan suatu wilayah biasanya diukur
melalui GNP dan telah menjadi standar pengukuran selama bertahun-tahun,
namun GNP tidak pernah dirancang untuk mengukur kesejahteraan yang sejati.
Simon Kuznets dalam Journal of Futures Studies, November 2010 menyatakan:
”The Welfare of a nation can scarcely be inferred from a measurement of national
income..” (Hall, 2010).
Penelitian yang dilakukan akan memadukan pendekatan analisis teori
ekonomi pembangunan dan teori ekonomi sumberdaya alam. Penelitian ini akan
mengkaji sisi permintaan (demand side) konsumsi masyarakat dan sisi
penawaran (supply side). Diperlukan penelitian mengenai perkembangan daya
dukung sumberdaya alam guna menjamin pembangunan perekonomian
berkelanjutan, dimana pembangunan yang dilakukan memiliki tujuan:
pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan perkapita, penciptaan lapangan
kerja, dan kelestarian sumberdaya alam.
Penelitian ini didasari pula oleh amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan semakin
relevan dengan adanya perubahan Undang-Undang Pemerintahan Daerah
Nomor 32 Tahun 2004 menjadi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 yang
mengatur penguatan kewenangan gubernur dan pemerintahan tingkat provinsi.
Penguatan kewenangan gubernur dan pemerintahan tingkat provinsi berkaitan
dengan perizinan serta pengelolaan sumberdaya alam khususnya dalam bidang
kehutanan, ESDM, perikanan dan kelautan. Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tersebut efektif berlaku pada tahun 2015.
Perumusan Masalah
Perkembangan perekonomian Jawa Barat pada lima tahun terakhir
menunjukkan perbaikan. Hal ini dapat dilihat melalui indikator Laju Pertumbuhan
Ekonomi (LPE) yang tumbuh dari 6,21% pada tahun 2008, kemudian 4,29%
pada tahun 2009, lalu 6,09% pada tahun 2010, dan pada tahun 2011 sebesar
6,48%, serta sebesar 6,21 pada tahun 2012. Berdasarkan Tabel 1 kinerja sektor
sekunder dan sektor tersier selama tahun 2012 menunjukkan pertumbuhan
pesat, sedangkan sektor primer mengalami pertumbuhan melambat. Kinerja
kelompok sektor sekunder mampu tumbuh sebesar 4,91% dari tahun 2011.
PDRB sektor sekunder tahun 2011 sebesar Rp 164,92 trilyun, tahun 2012 naik
menjadi Rp 173,01 trilyun. Kelompok sektor tersier tahun 2012 meningkat
sebesar 10,88% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2011 PDRB kelompok
sektor tersier sebesar Rp 128,99 trilyun, meningkat menjadi Rp 143,02 trilyun
tahun 2012. Pada tahun 2012 sektor primer mengalami perlambatan sebesar
1,63% dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2011, kelompok sektor primer
sebesar Rp 49,18 trilyun turun menjadi Rp 48,38 trilyun tahun 2012. PDRB
perkapita di Jawa Barat pada tahun 2012 sebesar 8.187.772 dengan

3
pertumbuhan rata-rata 4,36 persen. Tabel PDRB Jawa Barat tahun 2011 – 2012
dapat dilihap pada tabel berikut:
Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Barat atas
dasar harga konstan 2000, Tahun 2011 dan 2012 (trilyun rupiah)
Lapangan Usaha
2011
I. Primer
49,18
1. Pertanian
42,10
2. Pertambangan dan Penggalian
7,08
II. Sekunder
164,92
1. Industri Pengolahan
144,01
2. Listrik, Gas dan Air Bersih
7,43
3. Bangunan
13,48
III. Tersier
128,99
1. Perdagangan Hotel, & Restoran
75,77
2. Pengangkutan & Komunikasi
17,65
3. Keuangan, Persewaan & Jasa
11,96
Perusahaan
4. Jasa-jasa
23,61
PDRB
343,11
PDRB TANPA MIGAS
334,46
PDRB Perkapita (juta rupiah)
7.830.693
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat 2011, 2012

2012
48,38
41,80
6,58
173,01
149,68
8,01
15,32
143,02
84,52
19,76
13,21

Pertumbuhan
-1,63
-0,71
-7,06
4,91
3,94
7,81
13,65
10,88
11,55
11,95
10,45

25,53
364,41
356,31
8.187.772

8,13
6,12
6,53
4,36

Sebagaimana Tabel 1 kondisi tersebut cukup mengkhawatirkan karena
mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi Jawa Barat masih ditopang oleh
sektor konsumsi yang digerakkan sektor sekunder dan tersier, sedangkan sektor
primer mengalami perlambatan yang menggambarkan kondisi pemanfaatan
sumberdaya alam di Jawa Barat yang belum optimal dan mengalami desakan
dari sektor-sektor lain kategori sekunder dan tersier.
Jumlah penduduk Jawa Barat terbesar nasional yakni 45.340.799 jiwa
dan laju pertambahan penduduk 1,77 persen pada tahun 2013. Jumlah
penduduk Jawa Barat diproyeksikan oleh BPS pada Tahun 2025 mencapai
52.740.800 jiwa dengan LPP rata-rata sebesar 1,4 persen atau bertambah
9.687.068 jiwa dibandingkan jumlah penduduk tahun 2010. Hal tersebut akan
berkonsekuensi terhadap: tata guna lahan; pemenuhan kebutuhan air, pangan,
dan energi; serta kesempatan kerja.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang diukur melalui GDP tidak
pernah dirancang untuk menggambarkan konsep pembangunan
berkelanjutan.
2. Diperlukan jaminan sumberdaya alam yang memadai guna menjamin
pembangunan perekonomian berkelanjutan serta pertumbuhan jumlah
penduduk.
3. Perlu disusun proyeksi daya dukung sumberdaya alam berdasarkan
perkembangan jumlah penduduk guna menjamin pembangunan
perekonomian berkelanjutan.

4
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas dapat ditentukan tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Mengetahui kondisi perekonomian dan sumberdaya alam Jawa Barat dari
era tahun 2000 hingga saat ini.
2. Melakukan simulasi proyeksi kebutuhan SDA guna menunjang
pembangunan perekonomian dengan pertambahan jumlah penduduk.
3. Menghitung daya dukung SDA berdasarkan perkembangan jumlah
penduduk guna menjamin pembangunan perekonomian.
.
Batasan Penelitian
Penelitian melakukan proses analisis berdasarkan data sekunder yang
tersedia dari instansi terkait dari tahun 2000 dan memproyeksikannya sampai
tahun 2025.
Batasan sampai tahun 2025 disesuaikan dengan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Jawa Barat sampai tahun 2025.
Penelitian ini menyajikan data dan proyeksi daya dukung sumberdaya alam di
Jawa Barat dengan menyajikannya berdasarkan beberapa asusmsi dan
sekenario. Penelitian ini bersifat mengumpan atau memberi masukan atau
rekomendasi bagi pengambilan kebijakan pembangunan dan tidak melakukan
formulasi kebijakan.
Sumberdaya alam yang dimaksud adalah air, pangan, dan energi.
Sumberdaya air yang dimaksud adalah air bawah tanah dan permukaan dengan
lebih mengeksplorasi sumberdaya air permukaan. Perhitungan konsumsi air
lebih dilakukan pada konsumsi domestik atau rumah tangga yang berorientasi
pada pemenuhan kebutuhan hidup harian masyarakat di Jawa Barat.
Sumberdaya pangan yang dimaksudkan dalam penelitian adalah padi atau beras
yang merupakan pangan pokok sebagian besar penduduk Jawa Barat.
Sedangkan sumberdaya energi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah energi
listrik. Pada penelitian yang dilakukan hanya menghitung kuantitas atau volume
dari sumberdaya alam, sedangkan bagaimana kualitas tidak dilakukan
pembedaan atau pembahasan secara mendalam.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Teori Malthus

Perkembangan Teori Malthus
Tahun 1798, pendeta Inggris yang bernama Thomas Robert Malthus
menerbitkan sebuah buku yang berjudul An Essay on the Principle of Population
as It Affects the Future Improvement of Society. Pokok tesis Malthus ini adalah
pemikiran bahwa pertumbuhan penduduk cenderung melampui pertumbuhan
Malthus menekankan bahwa penduduk cenderung bertumbuh secara tak
terbatas hingga mencapai batas persediaan makanan. Dari kedua bentuk uraian
tesis itu, Malthus berkesimpulan bahwa kuantitas manusia akan berhubungan
dengan masalah kemiskinan dan kelaparan. Dalam jangka panjang, tidak ada
kemajuan teknologi yang dapat mengalihkan keadaan itu karena kenaikan suplai
makanan terbatas, sedangkan pertumbuhan penduduk tidak terbatas. Secara

5
tidak langsung sebenarnya Teori Malthus tersebut sudah mempertanyakan daya
dukung sumberdaya alam.
Malthus berpendapat bahwa populasi yang semakin meningkat akan
terus membebani masyarakat dalam hal kemampuan untuk menyediakan
kebutuhan dirinya sendiri. Akibatnya, manusia ditakdirkan untuk selamanya hidup
dalam kemiskinan (Mankiw, 2008). Malthus yakin bahwa manusia akan tetap
hidup miskin/melarat selama terjadi ketidak-seimbangan jumlah penduduk
dengan daya dukung lingkungan, khususnya ketidak-seimbangan jumlah
penduduk dengan persediaan bahan makanan. Jumlah penduduk yang terus
bertambah mencerminkan pula makin padat jumlah penduduk tiap 1 km2, dapat
mempercepat eksploitasi sumberdaya alam dan mempersempit persediaan lahan
hunian dan lahan pakai. Dengan kata lain jumlah penduduk yang terus
bertambah dan makin padat sangat mengganggu daya dukung dan daya
tampung lingkungan.
Jumlah penduduk harus seimbang dengan batas ambang lingkungan,
agar tidak menjadi beban lingkungan atau mengganggu daya dukung dan daya
tampung lingkungan, dengan menampakkan bencana alam berupa banjir,
kekeringan, gagal panen, kelaparan, wabah penyakit dan kematian. Karena itu
menurutnya, ada bentuk pengekangan penduduk yang terdiri atas pengekangan
segera dan hakiki. Pengekangan ini dibagi menjadi dua, preventif seperti
penundaan nafsu seksual dan juga pengekangan positif yang mempengaruhi
angka kematiaan seperti penyakit dan kemiskinan. Sedangkan pengekangan
adalah yang berhubungan dengan masalah pangan.
Doktrin Malthus mengenai kelangkaan sumber daya dan pertumbuhan
ekonomi adalah sebagai berikut (Hussen, 2004):
1 Sumber daya langka secara absolut. Artinya, manusia mendapatkan
secara terbatas jumlah material sumber daya yang diberikan.
2 Jika tidak dikontrol, kecenderungan populasi manusia akan tumbuh
secara eksponensial.
3 Teknologi tidak bisa dianggap sebagai solusi dari masalah kelangkaan
sumber daya.
Kritik Teori Malthus
Letak kesalahan Teori Malthus ialah kegagalan menghargai bahwa
pertumbuhan kecerdasan manusia akan melebihi pertumbuhan populasi. Ide-ide
baru tentang bagaimana kemampuan menghasilkan barang, bahkan kemampuan
menciptakan jenis-jenis barang baru yang dapat menyebabkan tercapainya
kemakmuran di luar yang telah dibayangkan. Pestisida, pupuk, peralatan
mekanisasi pertanian, dan varietas tanaman baru telah memungkinkan setiap
petani untuk menghasilkan makanan dalam jumlah yang lebih banyak. Efek
pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan teknologi telah mampu meingkatkan
kesejahteraan manusia (Mankiw, 2008).
Meskipun populasi dunia telah meningkat sekitar enam kali lipat selama
dua abad terakhir, namun standar hidup di seluruh dunia mengalami perubahan
rata-rata lebih lebih tinggi dari waktu ke waktu. Hal tersebut sebagai hasil dari
pertumbuhan ekonomi, kelaparan kronis dan kekurangan gizi merupakan
fenomena yang makin bekurang sekarang ini bila dibandingkan pada zaman
Malthus. Kelaparan masih terjadi dari waktu ke waktu, tetapi hal tersebut terjadi
lebih sering disebabkan oleh distribusi pendapatan yang tidak merata atau
ketidakstabilan politik bukan lebih disebabkan oleh tidak memadainya produksi
makanan.

6
Ekonomi Pembangunan
Definisi dan Lingkup Ekonomi Pembangunan
Definisi ekonomi yang paling bayak diterima adalah suatu proses dimana
pendapatan per kapita suatu negara meningkat dalam kurun waktu yang
panjang, dengan catatan bahwa penduduk yang hidup di bawah garis
kemiskinan absolut tidak meningkat dan distribusi pendapatan tidak semakin
timpang (Meirer, 1995). Proses yang dimaksudkan adalah berlangsungnya
kekuatan-kekuatan tertentu saling berkaitan dan mempengaruhi, sedangkan
kurun waktu yang panjang dimaksudkan bahwa kenaikan pendapatan per kapita
perlu berlangsung terus menerus dan berkelanjutan.
Lingkup ekonomi pembangunan selain memperhatikan alokasi
sumberdaya secara efisien dan pertumbuhan ekonomi dari waktu ke waktu, juga
bekerja dengan mekanisme ekonomi, sosial, politik, dan kelembagaan publik
maupun privat yang secara keseluruhan diperlukan untuk melakukan proses
percepatan, bersekala besar dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Ekonomi pembangunan mempertimbangkan persyaratan ekonomi, kultur, dan
politik dalam mengusahakan transformasi struktural dan kelembagaan secara
cepat yang memungkinkan dicapainya kemajuan ekonomi secara efisien dan
dinikmati secara meluas, sehingga peran pemerintah dipandang memiliki peran
yang esensial dalam koordinasi pengambilan keputusan untuk berlangsungnya
transformasi ekonomi (Kasliwal, 1995).
Pertumbuhan ekonomi berbeda dengan pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi melihat secara kuantitatif seperti variabel-variabel
ekonomi, variabel GNP/GDP per kapita. Pembangunan ekonomi melihat secara
kuantitatif dan kualitatif serta aspek non kuantitatif seperti kelembagaan,
organisasi, kultural, dan lain-lain di mana ekonomi beroperasi. Ekonomi
pembangunan merupakan aspek kualitatif dari pembangunan ekonomi, oleh
karena itu tidak hanya berbicara tentang pertumbuhan ekonomi tetapi pengaruh
aspek-aspek lain yakni: institusional, sosial, budaya terhadap pertumbuhan
ekonomi dan juga bagaimana dampak dari pertumbuhan ekonomi terhadap
faktor-faktor laju pertumbuhan tersebut (Kasliwal, 1995).
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori Harrod-Domar
Dalam khasanah ilmu ekonomi pembangunan, yang menjadi sangat
populer dan berkembang setelah Perang Dunia kedua, Roy F. Harrod dan Evsey
Domar adalah dua ekonom yang membangun teori masing-masing tanpa
kerjasama jelas tidak bisa dilupakan dalam sejarah teori tersebut. Gagasan
dalam teori Harrod-Domar berfokus pada satu pernyataan penting bahwa kunci
pertumbuhan ekonomi ada pada investasi. Dengan demikian, ekspektasi
terhadap kenaikan pendapatan masyarakat dan kapasitas produktif selalu berkait
dengan pertanyaan mengenai seberapa besar laju kenaikan investasi (Wijayanti,
2002).
Meski tidak lepas dari kritik di sana sini, Harrod-Domar dianggap
membongkar tradisi Keynesian yang mengabaikan variabel-variabel jangka
panjang, kendati masih bekerja dengan kerangka dasar berpikir yang diletakkan
Keynes, khususnya mengenai asumsi full employment. Lebih penting dari itu
adalah bahwa model Harrod-Domar telah memberi inspirasi kepada ilmuwailmuwan lain untuk membentuk perkembangan teori pertumbuhan modern yang
semuanya menempatkan faktor modal dan investasi pada posisi vital dalam

7
peningkatan pendapatan, kapasitas produksi dan employment. Model HarrodDomar, begitu juga teori-teori yang merupakan hasil elaborasi model itu,
dibangun berdasar pengalaman negara maju.
Harrod sendiri, menyadari benar hal itu sehingga merasa perlu untuk
membuat modifikasi agar modelnya bisa operasional di negara terbelakang. Ia
melihat problem tabungan yang rendah di negara terbelakang bisa diselesaikan
dengan ekspansi kredit bank dan penanaman modal otomatis dari keuntungan
inflasioner di pasar modal. Rekomendasi Harrod ini menyimpang dari asumsi
awal model Harrod-Domar yang tidak memasukkan variabel eksogen dan
campur tangan pemerintah. Sebab, di negara terbelakang, kebutuhan investasi
biasanya memang lebih tinggi daripada kemampuan masyarakat membentuk
tabungan. Karenanya, campur tangan pemerintah menjadi mutlak diperlukan bila
alternatif yang dipilih adalah ekspansi kredit perbankan dengan tingkat suku
bunga bersubsidi. Sampai di sini, logika dorongan besar (big push) Paul
Rosenstein-Rodan tampaknya menjadi komplementer dengan jalan yang dibuka
Harrod (Wijayanti, 2002).
Teori Big Push dan Balanced Growth
Garis besar teori dorongan besar ini adalah kendala pembangunan di
negara terbelakang bisa diatasi dengan sebuah program besar yang mampu
menjamin kebutuhan minimum penanaman modal. Namun, seperti ditekankan
oleh Nurkse (1964), negara-negara dunia ketiga selalu menghadapi kendala
pembentukan modal yang berpangkal pada rendahnya kemampuan membentuk
tabungan dan keterbatasan pasar yang menyebabkan insentif investasi demikian
rendah. Hukum dasar yang digunakan Nurkse adalah apa yang dikenal sebagai
Hukum Say; supply creates its own demand. Ia merekomendasikan satu model
pembangunan berimbang yang digerakkan oleh penanaman modal pada semua
sektor sehingga terjadi perluasan pasar secara serentak dan menyeluruh.
Logikanya, satu sektor yang memproduksi output tertentu dan bersifat
komplementer dengan output sektor lain akan bekerja saling mendorong dan
menciptakan daya beli (Wijayanti, 2002).
Teori pertumbuhan berimbang (balanced growth) yang dipromosikan oleh
Rosenstein-Rodan, Nurkse maupun Arthur Lewis menggariskan agar sektor
modern tidak boleh terlalu jauh meninggalkan sektor tradisional. Jika semua
kondisi yang diidealkan Nurkse terjadi, maka apa yang ia sebut sebagai vicious
circle of poverty tidak akan menjadi masalah lagi dalam proses capital formation.
Terhadap gagasan itu, Hirchman (1970) menilai banyak hal yang tidak masuk
akal dan menganggapnya gagal sebagai sebuah teori pembangunan. Satu yang
terpenting dari kritik tersebut adalah; model perekonomian dualistik yang menjadi
pijakan teori dorongan besar dipaksakan untuk sebuah proses pencangkokan
sektor modern yang samasekali baru dan lengkap (self-contained) di atas sektor
tradisional yang lengkap namun macet.
Bagi Hirchman, dorongan besar yang dimaksud para eksponennya tidak
akan menciptakan pembangunan (development) yang berarti perkembangan
(progress). Bertolak dari kritik terhadap model pertumbuhan berimbang,
Hirchman yang kemudian didukung juga oleh Rostow, mengajukan argumen
pertumbuhan tidak berimbang. Bagi Hirchman, pembangunan pada dasarnya
adalah rangkaian ketidakseimbangan (disequilibrium). Secara sederhana, doktrin
perkembangan tidak berimbang ini menolak keharusan investasi secara
besarbesaran untuk memompa setiap sektor ekonomi yang memiliki pola
hubungan komplementer. Dengan membuat sekala prioritas investasi yang tepat,
perekonomian akan berputar terus dan proyek-proyek baru yang ia sebut

8
sebagai induced investment akan berjalan memanfaatkan eksternalitas ekonomi
maupun social overhead capital dari proyek sebelumnya.
Pembangunan dan Sumberdaya Alam
Keterkaitan antara perkembangan ekonomi dan kelimpahan SDA sejak
lama telah menjadi objek kajian penelitian ekonomi. Secara intuitif, kelimpahan
SDA yang dimiliki oleh suatu kawasan mampu menjadi faktor pendorong
perekonomian sehingga kawasan yang memiliki kelimpahan SDA seharusnya
memiliki kinerja ekonomi yang lebih baik ketimbang kawasan tanpa kelimpahan
SDA.
Studi Sachs dan Warner tahun 1997 menunjukkan hubungan negatif
antara kelimpahan SDA dengan pertumbuhan ekonomi (Sachs et al, 1997).
Studi ini seakan menguatkan tesis yang sebelumnya dikemukakan oleh Richard
Auty yang dikenal dengan Resource Curse hypothesis (Auty, 1993). Jika tesis
Auty hanya didasarkan pada studi terhadap perekonomian yang berbasiskan
SDA mineral, maka studi Sachs dan Werner juga mengikutsertakan
perekonomian berbasis pertanian sehingga tampaknya tesis kutukan
sumberdaya tidak hanya berlaku pada SDA mineral saja.
Pada studi yang sama Sachs dan Warner bukan hanya menunjukkan
hubungan negatif antara kelimpahan SDA dengan pertumbuhan ekonomi, tetapi
juga mengajukan argumen untuk menjelaskan fenomena tersebut. Salah satu
argumen yang diajukan oleh Sachs dan Warner adalah apa yang disebut sebagai
washout effect. Sachs dan Warner menjelaskan, melalui pendekatan model
dutch disease, bahwa kelimpahan SDA telah menarik kapital dan tenaga kerja
kepada sektor tradables berbasis sumber daya ataupun sektor non-tradables.
Sebagai akibatnya, negara-negara dengan kelimpahan sumberdaya tidak
menikmati pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh increasing return to
scale yang terjadi di sektor manufaktur.
Studi tersebut juga menjelaskan bahwa rente ekonomi yang diberikan
oleh sektor berbasis sumberdaya membuat tenaga kerja di negara-negara
dengan kelimpahan sumberdaya mengabaikan pendidikan. Sementara di
negara-negara tanpa kelimpahan sumberdaya, tenaga kerjanya mengejar
pendidikan untuk mendapatkan upah lebih baik di sektor manufaktur. Dalam
jangka panjang dan dengan bergantinya generasi, pendidikan akan
menghasilkan reaksi berantai yang memicu pertumbuhan yang lebih tinggi, hal
yang tidak terjadi pada negara-negara dengan kelimpahan sumberdaya.
Penjelasan lain mengenai hubungan negatif antara kelimpahan
sumberdaya dengan kinerja pertumbuhan ekonomi dikemukakan oleh Barbier
melalui Frontier Expansion Hypothesis. Teori ini menyatakan bahwa akibat
kegagalan kebijakan pemanfaatan SDA, akan memicu migrasi kaum miskin ke
lahan-lahan frontier (lahan yang belum terjamah) dan memicu konversi lahan.
Akibat lanjutannya adalah ketidakcukupan reinvestasi pada sektor produktif
sehingga mengakibatkan pembangunan yang tidak berkelanjutan (Fauzi, 2007).
Barbier mengajukan empat stylized facts untuk mendukung hipotesisnya
(Barbier, 2006), yakni :
1. Mayoritas negara-negara kategori low and middle income memiliki
ekonomi yang bergantung pada SDA
2. Resource-dependency pada negara-negara berpendapatan rendah dan
menengah tersebut terkait dengan kinerja ekonomi yang buruk
3. Pembangunan pada negara-negara berpendapatan rendah dan
menengah berhubungan dengan konversi lahan dan tekanan atas
sumberdaya air

9
4. Penduduk di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah dalam
jumlah yang signifikan tinggal di daerah-daerah rawan (fragile)

Pembangunan Berkelanjutan
Pada tahun 1966, Kenneth Boulding menulis sebuah tulisan yang diberi
judul The Economics of the Coming Spaceship Earth. Dalam tulisan tersebut
Boulding mengkritik apa yang disebutnya sebagai perilaku cowboy economy
sebagai simbol dari perilaku eksploitatif dan tidak bertanggung jawab (reckless)
terhadap sumberdaya yang ada di bumi. Boulding mengungkapkan bahwa bumi
harus dipandang sebagai sistem tertutup yang tidak memiliki reservoir yang tidak
terbatas baik untuk ekstraksi maupun polusi. Dalam tulisan itu pula Boulding
mengusulkan agar dilakukan pembedaan terhadap GNP yang dihasilkan dari
sumberdaya tidak pulih (exhaustible) dan sumberdaya yang bisa diperbarui
(Boulding dalam Jarrett, 1966).
Pada