Pelarutan Logam di Larutan

Aluminium merupakan unsure yang tidak berbahaya. Perairan alami biasanya memiliki kandungan aluminium kurang dari 1,0 mgL. Perairan asam acidic memiliki kadar aluminium yang lebih tinggi. Untuk memelihara kehidupan organism akuatik sebaiknya tidak lebih dari 0,005 gL bagi perairan dengan pH 6,5. Kadar aluminium pada perairan biasanya sekitar 0,01 mgL. Percobaan toksisitas aluminium terhadap avertebrata Chironomus anthrocinus menunjukkan bahwa kadar aluminium 1mgL pada perairan dengan pH 3,5 – 6,5 tidak mengakibatkan terjadinya tingkat mortalitas. Pada perairan yang bersifat asam pH sekitar 4,4 – 5,4 aluminium bersifat lebih toksik. Toksisitas aluminium maksimum terjadi pada pH 5,0 – 5,2. Diperairan, aluminium Al biasanya terserap ke dalam sedimen atau mengalami presipitasi. Aluminium dan bentuk oksida aluminium bersifat tidak larut. Akan tetapi, garam – garam aluminium sangat mudah larut. Sumber aluminium adalah mineral aluminosilicate yang terdapat pada batuan dan tanah secara melimpah. Pada proses pelapukan batuan, aluminium berada dalam bentuk residu yang tidak larut, misalnya bauxite. Aluminium banyak digunakan di pabrik kertas, dyes, penyamakan, dan percetakan. Aluminium yang berupa alum A � 2 �� 4 3 . 4 � 2 � digunakan sebagai koagulan dalam pengolahan limbah. Adapun aluminium juga merupakan salah satu elektroda yang dapat digunakan dalam proses elektrokoagulasi karena nilai konduktivitasnya yang cukup tinggi sehingga dianggap baik untuk menghantarkan muatan – muatan listrik dalam proses tersebut.

2.5.3 Pelarutan Logam di Larutan

Pada proses elektrokoagulasi, penggunaan logam sebagai elektroda yang dialiri oleh arus listrik akan menyebabkan sebagian dari kandungan – kandungan logam terlepas pada air dan bahkan akan terlalut pada air itu sendiri. Jika dua elektroda dari logam, Universitas Sumatera Utara misalnya Aluminium, dimasukkan dalam bejana diisi air yang didestilisasikan, yang satu dihubungkan dengan ujung positif dari sumber arus searah, yang lainnya dengan ujungnya yang negatif, maka tidak ada terdapat arus sama sekali. Jika sedikit asam misalnya asam sulfat H2SO4, atau sodium hydroxide NaOH, atau Aluminium Sulfat Al2SO4, atau garam, maka larutan ini tahanannya cukup rendah sehingga arus dapat mengalir. Tahanan larutan itu tergantung pada konsentrasi dan pada temperatur. Larutan yang menghantar arus listrik disebut elektrolit, fenomena penghantaran yang dibarengi oleh efek-efek kimia disebut elektrolisa. Bejana dimana elektrolit dan elektroda- elektroda itu disebut sel elektrolit. Elektroda-elektroda platina di dalam larutan asam, zat air akan dibentuk sebagai gelembung-gelembung gas pada elektroda negative dan zat asam dibentuk dan dibebaskan sebagai gelembung - gelembung gas pada elektroda positif. Pada tahun 1833, Michel Faraday mengamati bahwa air murni hampir merupakan isolator yang sempurna dan larutan dari sesuatu bahan menghantar listrik. Akibat aliran arus listrik searah ke dalam larutan elektrolit akan terjadi perubahan kimia dalam larutan tersebut. Menurut Michael Faraday 1834 lewatnya arus 1 F mengakibatkan oksidasi 1 massa ekivalen suatu zat pada suatu elektroda anoda dan reduksi 1 massa ekivalen suatu zat pada elektroda yang lain katoda. Hukum Faraday I: Massa zat yang timbul pada elektroda karena elektrolisis berbanding lurus dengan jumlah listrik yang mengalir melalui larutan. Atau dapat diartikan bahwa Hukum faraday mengenai elektrolisa menjelaskan bahwa jumlah gram massa ekivalen dari zat yang menempel, dibebaskan, larut, atau bereaksi pada suatu elektroda sama dengan jumlah faraday 96.500 coul dari muatan listrik yang dipindahkan melalui elektrolit. Jadi hukum Faraday dapat dirumuskan sebagai berikut: w ~ Q w ~ I.t Q Universitas Sumatera Utara � = ��� .� .� � � = �� .� .� � � 2.1 w = massa zat yang diendapkan g. Q = jumlah arus listrik = muatan listrik C e = tetapan = gek : F I = kuat arus listrik A. t = waktu dt. gek = massa ekivalen zat gek = 6,02 x 10 23 e Ar = massa atom relatif. n = valensi ion. F = bilangan faraday 96 500 C

2.6 Arus Pada Elektroda