unsur hara dari dalam tanah. Pada tingkat serangan ringan tanaman dapat tumbuh terus, karena diatas pangkal akar yang rusak masih dapat tumbuh akar-akar baru
Soehardjan, 1987. Gejala serangan larva pada keping biji menunjukkan suatu kecenderungan
bahwa semakin tua umur tanaman semakin rendah persentase tanaman terserang. Semakin tua umur tanaman semakin kurang disukai lalat sebagai tempat untuk
meletakkan telurnya, Diduga kandungan nutrisi termasuk airnya menurun bagi kesesuaian peneluran imago, sehingga imago kurang tertarik dengan daun yang
tua dan berkadar air rendah Supratha, 2002.
C. Pengendalian Hama Liriomyza huidobrensis
Berdasarkan komponen pengendalian yang tersedia pada tanaman hias dan sayuran, rekomendasi PHT untuk lalat penggorok daun dapat dilakukan dengan:
- Tanam serentak pada hamparan kisaran waktu 14 hari - Pergiliran tanaman dengan padi atau jagung untuk lahan sawah dan jagung ubi
untuk lahan kering. - Pemantauan lalat penggorok daun mulai 6-30 hari
- Pemupukan berimbang dan - Pemasangan perangkap warna likad kuning 16 cm x 15 cm Baliadi, 2010.
Pengendalian hama yang paling utama dilakukan petani adalah penggunaan pestisida. Akan tetapi apabila penggunaan bahan insektisida tersebut
kurang bijaksana akan menimbulkan dampak negatif bagi flora maupun fauna serta lingkungan, dan disamping itu pula bahan kimia atau pestisida tersebut
harganya cukup mahal Thamrin, 2008 .
Di Indonesia, untuk mengatasi lalat penggorok daun, petani sayuran umumnya melakukan aplikasi insektisida setiap minggu, bahkan terkadang
seminggu dua kali. Salah satu insektisida yang digunakan adalah yang berbahan aktif profenopos Baliadi, 2010.
D. Penggunaan Perangkap Warna
Umumnya serangga tertarik dengan cahaya, warna, aroma makanan, atau bau
tertentu. Metode penggunaan perangkap dikembangkan dengan memanfaatkan kelemahannya. Caranya adalah dengan merangsang agar serangga
berkumpul pada perangkap yang disesuaikan dengan kesukaannya sehingga nantinya serangga yang terperangkap tersebut tidak dapat terbang dan akhirnya
mati. Pengendalian metode ini cukup efektif bila digunakan secara meluas dan tepat waktu sebelum terjadi ledakan hama. Perlu diperhatikan dalam penggunaan
perangkap adalah sebagai berikut : 1 ukuran atau jenis serangga yang akan ditangkap, 2 kebiasaan serangga keluar: siang atau malam hari 3 stadium
perkembangan serangga, 4 makanan kesukaannya, 5 warna kesukaannya, 6 kekuatan atau kemampuan hama untuk berinteraksi terhadap jerat. Namun
perangkap ini hanya bisa digunakan pada hama siang hari saja. Prinsip kerjanya pun tidak jauh berbeda dengan perangkap cahaya dimana serangga yang datang
pada tanaman dialihkan perhatiannya pada perangkap warna yang dipasang. Bila pada obyek tersebut telah dilapisi semacam lem, perekat atau getah maka
serangga tersebut akan menempel dan mati Firmansyah, 2008. Salah satu teknik untuk menekan populasi dari serangga hama penggorok
daun adalah melalui penggunaan perangkap kuning. Penggunaan perangkap warna
kuning untuk melakukan pemantauan populasi hama. Perangkap ini berguna untuk menentukan sebaran dan aktivitas kehidupan hariannya. Perangkap warna
kuning tersebut cukup efisien menjebak lalat untuk memantau populasi dan keberadaan lalat di lapangan Hartanto, 2008.
Perangkap warna berperekat cukup aman di gunakan dan tidak membunuh predator dan parasitoid dari hama. Perangkap ini telah digunakan untuk
monitoring hama di lapangan dan di rumah kaca. Penggunaan perangkap berperekat tidak menyebabkan kerusakan tanaman namun dapat mengurangi
populasi hama. Hal ini sesuai dengan program Pengendalian Hama Terpadu PHT Sastrosiswoyo dkk, 1993.
Warna dan posisi ketinggian perangkap sangat efektif dalam mengendalikan hama lalat penggorok daun dan juga untuk memonitor efek
perangkap yang dibuat di lapangan Solis,1997. Tinggi pemasangan perangkap berpengaruh nyata terhadap efisiensi penangkapan hama, yakni semakin menjauhi
kanopi tanaman semakin sedikit jumlah hama yang tadi tertangkap. Perangkap yang paling efisien menangkap hama adalah yang dipasang di sekitar kanopi
tanaman. Hal ini memberi indikasi bahwa aktivitas terbang hanya terjadi di sekitar tinggi tanaman, ukuran tubuh lalat yang relatif kecil, migrasinya sangat
tergantung pada bantuan angin Supriyadi dkk, 2002.
III. BAHAN DAN METODE
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sipil-pil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang, Jl. Medan-Berastagi KM 40 Dengan ketinggian tempat
± 900 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2011.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman Kacang Panjang, kertas atsuro warna kuning, merah, hijau, pupuk kandang, pupuk, air,
perekat berupa lem serangga, plastik transparan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah plank, meteran, tali
plastikgoni, gembor, pacak, pinset, cangkul, tugal, buku tulis, alat tulis, dan kalkulator, lup, timbangan, buku identifikasi serangga.
C.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok RAK dengan faktor perlakuan sebagai berikut dengan ulangan 3 kali.
P1 P2 : Perangkap warna kuning dengan ketinggian 10 cm
: Tanpa perangkap warna kontrol
P3 : Perangkap warna kuning dengan ketinggian 60 cm P4 : Perangkap warna kuning dengan ketinggian 110 cm
P5 : Perangkap warna merah dengan ketinggian 10 cm
P6 : Perangkap warna merah dengan ketinggian 60 cm P7 : Perangkap warna merah dengan ketinggian 110 cm
P8 : Perangkap warna hijau dengan ketinggian 10 cm P9 : Perangkap warna hijau dengan ketinggian 60 cm
P10 : Perangkap warna hijau dengan ketinggian 110 cm Jumlah perlakuan = 10
Ulangan = 3 Model linear dari rancangan yang digunakan :
Yij = µ + αi + βj + εij
i : 1, 2, 3. j : 1,2,3,4...10
dimana : Yij
= Nilai pengamatan dari ulangan ke-i dalam perlakuan ke-j µ
= Nilai tengah umum αi
= Pengaruh ulangan ke-i βj
= Pengaruh perlakuan ke-j εij
= Pengaruh galat dari ulangan ke-i dan perlakuan ke-j Selanjutnya bila hasil analisa sidik ragam menunjukkan hasil yang nyata maka
dilanjutkan dengan uji jarak Duncan Gomez dan Gomez, 1995. Jumlah ulangan
: 3 Jumlah plot
: 10 Jarak antar plot
: 50 cm Lebar parit kelilling
: 75 cm Ukuran plot
: 150 cm x 150 cm
Luas lahan : 176 m
Jarak tanam : 35 x 35 cm
2
Jumlah tanaman per plot : 16 tanaman
Jumlah seluruh tanaman : 480 tanaman
D. Pelaksanaan Penelitian I. Persiapan lahan