Gambaran Pola Konsumsi Dan Status Gizi Baduta (Bayi 6-24 Bulan) Yang Mendapatkan Makanan Tambahan Taburia Di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

GAMBARAN POLA KONSUMSI DAN STATUS GIZI BADUTA (BAYI 6-24 BULAN) YANG TELAH MENDAPATKAN MAKANAN TAMBAHAN TABURIA DI KELURAHAN KEMENANGAN TANI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2012
SKRIPSI
Oleh : MONA SYLVIA JUNITA MANULLANG
NIM. 081000248
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013 1
Universitas Sumatera Utara

GAMBARAN POLA KONSUMSI DAN STATUS GIZI BADUTA (BAYI 6-24 BULAN) YANG TELAH MENDAPATKAN MAKANAN TAMBAHAN TABURIA DI KELURAHAN KEMENANGAN TANI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH : MONA SYLVIA JUNITA MANULLANG
NIM. 081000248
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 1
Universitas Sumatera Utara

i
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Taburia merupakan makanan tambahan multivitamin dan multimineral untuk memenuhi kebutuhan gizi dan tumbuh kembang balita umur 6-24 bulan. Taburia merupakan pengembangan produk lokal micronutrient powder (MNP) atau Bubuk Tabur Gizi (BTG) yang menjadi strategi dalam mengatasi anemia kurang zat besi dan kekurangan zat gizi mikro lainnya. Program pemberian Taburia dapat diperoleh secara gratis di posyandu.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran pola konsumsi dan status gizi baduta (bayi 6-24 bulan) yang mendapatkan Taburia di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2012. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan desain penelitian Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi 6-24 bulan yang mendapatkan Taburia di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan yaitu sebanyak 62 orang bayi.
Hasil penelitian ini menunjukkan pola konsumsi bayi berusia 6-24 bulan berdasarkan kategori tingkat susunan makanan mayoritas berada dalam kategori baik yaitu sebanyak 67,7% dan pola konsumsi bayi berusia 6-24 bulan berdasarkan kategori frekuensi makan juga mayoritas berada dalam kategori baik yaitu sebanyak 53,2% sedangkan untuk kategori status gizi baduta yang telah mendapatkan Taburia berdasarkan berat badan per umur berada dalam kategori normal sebanyak 57,6%, status gizi baduta berdasarkan panjang badan per umur berada dalam kategori normal sebanyak 68,1% dan status gizi baduta berdasarkan berat badan per panjang badan berada dalam kategori normal sebanyak 73,0%.
Program pemberian Taburia berhasil meningkatkan status gizi baduta menjadi normal. Oleh karena itu diharapkan Departemen Kesehatan sebaiknya melanjutkan program pemberian Taburia yang terbukti dapat meningkatkan status gizi balita di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan dan juga Puskesmas Tuntungan diharapkan lebih aktif dalam memberikan sosialisasi informasi dan penyuluhan mengenai pola konsumsi makan bayi yang baik dan pemberian Taburia.
Kata Kunci: pola konsumsi, Taburia, status gizi, baduta
ii
Universitas Sumatera Utara

Abstract
Taburia means supplemental food of multivitamin and multimineral to fulfill nutrient needs and the growth for the babies aged 6-24 months. Taburia is as the expansion of local product of micronutrient powder (MNP) and as the strategy to overcome the anemia as the effect of iron deficiency and other micro nutrient deficiencies. Taburia administration program can be obtained without pay at Integrated Services Centre.
The objective of this research was to know the description of consumption pattern and nutrient status of the babies aged 6-24 months getting Taburia in Kemenangan Tani area, Medan Tuntungan, Medan City in 2012. This research was quantitative descriptive with Cross sectional design. The population in this research were all babies aged 6-24 months getting Taburia in Kemenangan Tani area, Medan Tuntungan for 62 babies.
The results of research showed that consumption pattern of the babies aged 6-24 months based on the category of food menu was categorized good for 67,7% and consumption pattern of the babies aged 6-24 months based on the category of eating frequency was categorized good for 53,2%, whereas based on the weight per age was categorized normal for 24,8%, nutritional status based on height per age was categorized normal for 68,1% and nutritional status based on weight per height was categorized normal for 73,0%.
Taburia administration program may enhance nutritional status of two years old of the babies into normal. Hence, it is expected that Health Department should continue Taburia administration program since it is proved that it may enhance nutritional status of two years old of the babies in Kemenangan Tani area, Medan Tuntungan and also it is expected that Primary Health Center is more active in giving the socialization of information and counseling about good consumption pattern of the baby and Taburia administration.
Key words : consumption pattern, Taburia, nutritional status, two years old - babies
iii
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama


: Mona Sylvia Junita Manullang

Tempat/Tanggal Lahir : P. Brandan, 10 Juni 1986

Agama

: Kristen Protestan

Status Perkawinan

: Belum Kawin

Jumlah Anggota Keluarga : Anak Ke 5 Dari 5 Bersaudara

Alamat

: Jl. Gereja No. 44 Kelurahan Sei Agul Kecamatan

Medan Barat


Riwayat Pendidikan

:

1. SD. 4 DP. YKPP UP-I P. Brandan

2. SLTP N 1 Babalan P. Brandan

3. SMA N 1 Babalan P. Brandan

4. Akademi Perawat Gleneagles Medan

5. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

Tahun 1992-1998 Tahun 1998-2001 Tahun 2001-2004 Tahun 2004-2007 Tahun 2008-2013

iv
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kekuatan maupun kesehatan kepada penulis selama dalam penyelesaian skripsi yang berjudul : gambaran pola konsumsi dan status gizi baduta (bayi 6-24 bulan) yang mendapatkan makanan tambahan Taburia di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012 yang merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya materi skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan berarti bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan masyarakat
Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara. 2. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes selaku dosen Penasehat Akademik. 3. Bapak Prof Dr Ir. Albiner Siagian., M.Si selaku dosen pembimbing I dan Bapak
dr. Mhd. Arifin Siregar, MS selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan kritik dan saran dalam penulisan skipsi ini.
v
Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Jumirah, Apt, M.Kes selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan kritik dan saran dalam penulisan skipsi ini.
5. Ibu Ernawati Nasution, SKM, M.Kes Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan kritik dan saran dalam penulisan skipsi ini.
6. Seluruh dosen dan staf pegawai FKM USU yang telah membantu dalam penyelesaian pendidikan dan skripsi ini.
7. Kepada kedua Orangtua ku yang telah memberikan doanya, semangat, nasehat, dukungan tanpa kenal waktu, dan kasih sayang yang tak terhitung banyaknya.
8. Kepada abang serta kakak-kakakku yang telah memberikan dukungan, nasehat selama proses perkuliahan serta penyelesaian skripsi.
9. Para Ibu yang menjadi responden di Wilayah Kerja Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan yang telah bersedia untuk diwawancarai.
10. Teman-teman peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat yang namanya tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan dukungan dan bantuan serta kritikan yang menambah semangat penulis.
11. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi dan inspirasi bagi penulis selama masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.
Medan, Juli 2013 Penulis
Mona Sylvia J. Manullang
vi
Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman Halaman Pengesahan.................................................................................... i Abstrak........................................................................................................... ii Abstract ........................................................................................................... iii Daftar Riwayat Hidup .................................................................................. iv Kata Pengantar ............................................................................................. v Daftar Isi ........................................................................................................ vii Daftar Tabel................................................................................................... x Daftar Gambar .............................................................................................. xii BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 6 1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
1.3.1. Tujuan Umum ................................................................. 6 1.3.2. Tujuan Khusus ................................................................ 6 1.4. Manfaat Penelitian ................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 2.1. Pola Konsumsi............................................................................ 2.1.1. Jenis Makanan Bayi 6-24 Bulan ...................................... 2.1.2. Jumlah Makanan Anak Umur 6-24 Bulan ....................... 2.1.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pola Konsumsi ........ 2.1.4. Pengukuran Konsumsi Makanan ..................................... 2.2. Status Gizi ................................................................................. 2.2.1. Pengukuran Anthropometri.............................................. 2.3. Asupan Zat Gizi Bayi................................................................. 2.4. Taburia ....................................................................................... 2.4.1. Kandungan Taburia.......................................................... 2.4.2. Cara Pemberian Taburia................................................... 2.4.3. Sasaran Taburia................................................................ 2.5. Kerangka Konsep .......................................................................

8 8 9 10 12 12 13 14 19 24 25 32 33 35

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 3.1. Jenis Penelitian .......................................................................... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 3.2.1. Lokasi Penelitian ............................................................. 3.2.2. Waktu Penelitian ............................................................. 3.3. Populasi dan Sampel ................................................................. 3.3.1. Populasi ........................................................................... 3.4. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 3.4.1. Data Primer ...................................................................... 3.4.2. Data Sekunder .................................................................

36 36 36 36 36 36 36 36 36 37

vii
Universitas Sumatera Utara

3.5. Definisi Operasional .................................................................. 3.6. Aspek Pengukuran...................................................................... 3.7. Pengolahan Data dan Analisis Data ...........................................
3.7.1. Teknik dan Analisa Data ..................................................


37 38 40 40

BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................. 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian.......................................... 4.1.1. Demografi......................................................................... 4.2. Karakteristik Ibu......................................................................... 4.3. Karakteristik Anak 6-24 Bulan .................................................. 4.4. Pola Konsumsi Makanan............................................................ 4.4.1. Pola Konsumsi Makanan Berdasarkan Tingkat Susunan Makanan ........................................................................... 4.4.2. Pola Konsumsi Makanan Berdasarkan Jenis Bahan Makanan dan Frekuensi Makanan.................................... 4.5. Pertumbuhan Anak 6-24 Bulan di Kelurahan Kemenangan Tani ....................................................................... 4.5.1. Pertumbuhan Anak 6-24 Bulan Menurut Indeks BB/U .. 4.5.2. Pertumbuhan Anak Berdasarkan Indeks Panjang Badan/Umur (PB/U)........................................................ 4.5.3. Pertumbuhan Anak Berdasarkan Berat Badan /Panjang Badan (BB/PB)................................................................

41 41 41 41 44 45
45
46
54 54
56
57

BAB V PEMBAHASAN .............................................................................. 5.1. Pengetahuan Ibu Dalam Pemberian Taburia.............................. 5.2. Pola Konsumsi Makanan Berdasarkan Tingkat Susunan Makanan ..................................................................... 5.3. Pola Konsumsi Makan Bayi 6-24 Bulan Berdasarkan Frekuensi Mengkonsumsi ASI dan Nasi Bubur/ Nasi Tim........ 5.4. Tingkatan Kategori Pola Konsumsi Makan Bayi 6-24 Bulan Berdasarkan Frekuensi Makan................................................... 5.5. Gambaran Status Gizi Bayi Menurut Berat Badan Per Umur (BB/U) Setelah Mendapatkan Taburia ...................... 5.6. Gambaran Status Gizi Bayi Berdasarkan Panjang Badan Per Umur (PB/U) Setelah Mendapatkan Taburia....................... 5.7. Gambaran Status Gizi Bayi Menurut Berat Badan Per Tinggi Badan (BB/PB) Setelah Mendapatkan Taburia........

58 59 59 62 65 67 68 70

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 6.1. Kesimpulan................................................................................. 6.2. Saran .......................................................................................

72 72 73


DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

viii
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No

Judul

Halaman

2.1. Daftar Pemberian Makanan Balita Sesuai Umur dan Pemberian ......... 11

2.2 Kebutuhan Zat Gizi Energi dan Protein Balita Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata perhari ............................................. 20

2.3 Komposisi Taburia dalam per Bungkus................................................ 32

4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Ibu di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012 ........................................................................................... 42


4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Ibu pada Kuesioner yang Diajukan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012.......................................... 43

4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Baduta 6-24 Bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012 ........................................................................................... 44

4.4 Distribusi Umur Baduta 6-24 Bulan Berdasarkan Jenis Kelamin........................................................................................ 45

4.5 Distribusi Tingkat Susunan Makanan Pada Bayi 6-24 Bulan Sebelum Diberikan Taburia di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012............................................................. 45

4.6 Distribusi Tingkat Susunan Makanan Pada Bayi 6-24 Bulan Sesudah Diberikan Taburia di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012............................................................. 46

4.7 Distribusi Frekuensi Makan Baduta( Bayi 6-12 Bulan) Sebelum Diberikan Taburia Berdasarkan ASI/PASI di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012 ........... 47

4.8 Distribusi Frekuensi Makan Baduta( Bayi 6-12 Bulan) Sesudah Diberikan Taburia Berdasarkan ASI/PASI di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012 ........... 48

4.9 Distribusi Frekuensi Makan Baduta (Bayi 13-24 Bulan) Sebelum Diberikan Taburia Berdasarkan ASI/PASI di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012 ........... 50

ix
Universitas Sumatera Utara


4.10 Distribusi Frekuensi Makan Baduta (Bayi 13-24 Bulan) Sesudah Diberikan Taburia Berdasarkan ASI/PASI di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012 ........... 51
4.11 Distribusi Tingkat Frekuensi Mengkonsumsi ASI, Nasi Bubur/ Nasi Tim, Sumber Protein dan Buah Sebelum Diberikan Taburia Pada Bayi 6-24 Bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012.......................................... 53
4.12 Distribusi Tingkat Frekuensi Mengkonsumsi ASI, Nasi Bubur/ Nasi Tim, Sumber Protein dan Buah Sesudah Diberikan Taburia Pada Bayi 6-24 Bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012.......................................... 53
4.13 Distribusi Frekuensi Status Gizi Bayi 6-24 Bulan Sebelum Diberikan Taburia Berdasarkan Indeks BB/U dan Kelompok Umur di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012 ........... 55
4.14 Distribusi Frekuensi Status Gizi Bayi 6-24 Bulan Sesudah Diberikan Taburia Berdasarkan Indeks BB/U dan Kelompok Umur di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012 ........... 55
4.15 Distribusi Frekuensi Status Gizi Bayi 6-24 Bulan Sebelum Diberikan Taburia Berdasarkan Indeks PB/U di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012.......................................... 56
4.16 Distribusi Frekuensi Status Gizi Bayi 6-24 Bulan Sesudah Diberikan Taburia Berdasarkan Indeks PB/U di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012.......................................... 56
4.17 Distribusi Frekuensi Status Gizi Bayi 6-24 Bulan Sebelum Diberikan Taburia Berdasarkan BB/PB di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012.......................................... 57
4.18 Distribusi Frekuensi Status Gizi Bayi 6-24 Bulan Sesudah Diberikan Taburia Berdasarkan BB/PB di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012.......................................... 57
x
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No

Judul

Halaman


2.1. Kerangka Konsep............................................................................... 35

xi
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Taburia merupakan makanan tambahan multivitamin dan multimineral untuk memenuhi kebutuhan gizi dan tumbuh kembang balita umur 6-24 bulan. Taburia merupakan pengembangan produk lokal micronutrient powder (MNP) atau Bubuk Tabur Gizi (BTG) yang menjadi strategi dalam mengatasi anemia kurang zat besi dan kekurangan zat gizi mikro lainnya. Program pemberian Taburia dapat diperoleh secara gratis di posyandu.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran pola konsumsi dan status gizi baduta (bayi 6-24 bulan) yang mendapatkan Taburia di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2012. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan desain penelitian Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi 6-24 bulan yang mendapatkan Taburia di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan yaitu sebanyak 62 orang bayi.
Hasil penelitian ini menunjukkan pola konsumsi bayi berusia 6-24 bulan berdasarkan kategori tingkat susunan makanan mayoritas berada dalam kategori baik yaitu sebanyak 67,7% dan pola konsumsi bayi berusia 6-24 bulan berdasarkan kategori frekuensi makan juga mayoritas berada dalam kategori baik yaitu sebanyak 53,2% sedangkan untuk kategori status gizi baduta yang telah mendapatkan Taburia berdasarkan berat badan per umur berada dalam kategori normal sebanyak 57,6%, status gizi baduta berdasarkan panjang badan per umur berada dalam kategori normal sebanyak 68,1% dan status gizi baduta berdasarkan berat badan per panjang badan berada dalam kategori normal sebanyak 73,0%.
Program pemberian Taburia berhasil meningkatkan status gizi baduta menjadi normal. Oleh karena itu diharapkan Departemen Kesehatan sebaiknya melanjutkan program pemberian Taburia yang terbukti dapat meningkatkan status gizi balita di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan dan juga Puskesmas Tuntungan diharapkan lebih aktif dalam memberikan sosialisasi informasi dan penyuluhan mengenai pola konsumsi makan bayi yang baik dan pemberian Taburia.
Kata Kunci: pola konsumsi, Taburia, status gizi, baduta
ii
Universitas Sumatera Utara

Abstract
Taburia means supplemental food of multivitamin and multimineral to fulfill nutrient needs and the growth for the babies aged 6-24 months. Taburia is as the expansion of local product of micronutrient powder (MNP) and as the strategy to overcome the anemia as the effect of iron deficiency and other micro nutrient deficiencies. Taburia administration program can be obtained without pay at Integrated Services Centre.
The objective of this research was to know the description of consumption pattern and nutrient status of the babies aged 6-24 months getting Taburia in Kemenangan Tani area, Medan Tuntungan, Medan City in 2012. This research was quantitative descriptive with Cross sectional design. The population in this research were all babies aged 6-24 months getting Taburia in Kemenangan Tani area, Medan Tuntungan for 62 babies.
The results of research showed that consumption pattern of the babies aged 6-24 months based on the category of food menu was categorized good for 67,7% and consumption pattern of the babies aged 6-24 months based on the category of eating frequency was categorized good for 53,2%, whereas based on the weight per age was categorized normal for 24,8%, nutritional status based on height per age was categorized normal for 68,1% and nutritional status based on weight per height was categorized normal for 73,0%.
Taburia administration program may enhance nutritional status of two years old of the babies into normal. Hence, it is expected that Health Department should continue Taburia administration program since it is proved that it may enhance nutritional status of two years old of the babies in Kemenangan Tani area, Medan Tuntungan and also it is expected that Primary Health Center is more active in giving the socialization of information and counseling about good consumption pattern of the baby and Taburia administration.
Key words : consumption pattern, Taburia, nutritional status, two years old - babies

iii
Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan oleh status gizi yang baik, dan status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi. Masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi, budaya dan politik.Apabila gizi kurang dan gizi buruk terus terjadi dapat menjadi faktor penghambat dalam pembangunan nasional (Depkes, 2010). Pembangunan kesehatan nasional sedang menghadapi tantangan yang cukup besar dalam mempertahankan peningkatan status kesehatan masyarakat. Indikasi ini terlihat dari meningkatnya kekurangan gizi pada balita. Dalam status gizi, Indonesia berada pada masalah gizi yang cukup kompleks (Helmi, 2011). Status gizi yang baik untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas pada hakekatnya harus dimulai sedini mungkin yakni sejak manusia itu masih berada dalam kandungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah makanannya. Melalui makanan bayi mendapatkan zat gizi yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk tumbuh dan berkembang. Hal ini sesuai dengan pendapat Amelia dan Muljati (1991) yang menyatakan bahwa adanya penurunan
1
Universitas Sumatera Utara

2
status gizi disebabkan karena kurangnya jumlah makanan yang dikonsumsi baik secara kualitas maupun kuantitas. Ketidaktahuan tentang cara pemberian makan pada bayi baik dari jumlah, jenis dan frekuensi makanan secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab terjadinya masalah kurang gizi pada bayi (Sufnidar, 2010).
Menurut Depkes (2011), sasaran pembangunan pangan dan gizi pada tahun 2015 yaitu menurunkan prevalensi gizi kurang balita menjadi 15,5% dan juga menurunnya prevalensi balita pendek menjadi 32%. Berdasarkan data Riskesdas (2010) bahwa secara nasional telah terjadi penurunan prevalensi kurang gizi (berat badan menurut umur) pada balita di Indonesia tahun 2007 yaitu sebanyak 18,4 persen menjadi 17,9 persen tahun 2010. Penurunan terjadi pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4 persen pada tahun 2007 menjadi 4,9 persen tahun 2010, tetapi tidak ada terjadi penurunan prevalensi gizi kurang, yaitu 13,0 persen. Walaupun secara nasional terjadi penurunan prevalensi masalah gizi pada balita, tetapi masih terdapat kesenjangan antar provinsi.
Berdasarkan hasil Riskesdas (2010) bahwa salah satu provinsi yang memiliki prevalensi gizi buruk dan gizi kurang tertinggi yaitu Provinsi Sumatera Utara dengan perevalensi gizi buruk sebesar 7,8% dan prevalensi gizi kurang sebesar 13,5%.
Bayi usia 6-24 bulan (baduta) menjadi salah satu kelompok rawan mengalami gizi kurang, hal ini dikarenakan bayi berusia 6-24 bulan memerlukan zat gizi dalam jumlah yang besar. Pola pemberian makan juga sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan bayi. Dengan pola makan gizi seimbang, bayi usia 6-24 bulan akan mengalami tumbuh optimal termasuk kecerdasannya, apabila dalam periode ini
Universitas Sumatera Utara

3
mengalami kekurangan maka pertumbuhan bayi akan terhambat. Tetapi masih banyak terdapat bayi usia 6-24 bulan yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk.
Berdasarkan hasil data Riskesdas (2010) dapat dilihat prevalensi status gizi bayi berusia 6-11 bulan yang memiliki status gizi buruk sebanyak 4,7% dan status gizi kurang sebanyak 8,5%, sedangkan bayi dengan usia 12-23 bulan yang memiliki status gizi buruk sebanyak 5,2% dan memiliki status gizi kurang sebanyak 12,1%. Hal ini menunjukkan masih banyaknya bayi berusia 6-24 bulan yang masih tergolong bayi dengan status gizi kurang dan bayi dengan status gizi buruk.
Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu dan cakupan pelayanan gizi guna mengatasi permasalahan gizi di Indonesia adalah melalui program Taburia. Taburia merupakan makanan tambahan multivitamin dan multimineral untuk memenuhi kebutuhan gizi dan tumbuh kembang balita umur 6-24 bulan. Taburia merupakan pengembangan produk lokal micronutrient powder (MNP) atau Bubuk Tabur Gizi (BTG) yang menjadi strategi dalam mengatasi anemia kurang zat besi dan kekurangan zat gizi mikro lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Kunayarti (2011) bahwa pemberian Taburia dapat memperbaiki status anemia dan status gizi anak balita gizi kurang dengan tetap memperhatikan asupan zat gizi terutama energi dan protein yang cukup pada bayi kelompok umur 24 bulan. Hasil penelitian Rauf (2010) juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan status gizi pada bayi yang telah mendapatkan Taburia (p = 0,031), hal ini semakin diperkuat dari hasil penelitian Jeppry (2011) menunjukkan bahwa terbukti secara signifikan terdapat perubahan
Universitas Sumatera Utara

4
status gizi (BB/U) yang bermakna dengan (P= 0,000) pada anak setelah pemberian Taburia.
Program kegiatan Taburia dapat diperoleh secara gratis di posyandu di 24 Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan. Pemberian Taburia diprioritaskan untuk bayi yang berada di usia 6-24 bulan dari keluarga miskin (Jeppry, 2011). Program pemberian Taburia merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan yang bekerja sama dengan NICE sebagai upaya untuk perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat.
Program pemberian Taburia untuk wilayah Sumatera Utara, dari 33 Kabupaten/Kota hanya empat Kabupaten yang mendapatkan Taburia yaitu Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Dairi dan Kota Medan. Hal ini dikarenakan tiga daerah tersebut memiliki angka kemiskinan dan angka gizi buruk yang tinggi.
Kota Medan masih memiliki penduduk yang miskin dan juga balita yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk, hal ini berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota tahun 2008 yang menunjukkan bahwa dari 21 Kecamatan yang ada di Kota Medan terdapat 79.136 warga miskin di Kota Medan. Menurut Pengelola Program Gizi Dinas Kesehatan Medan, Evita Harahap yang menyebutkan bahwa sampai pada bulan September 2011 terdapat 14 Kelurahan di Kota Medan yang mengalami masalah gizi buruk dan gizi kurang yaitu 124 anak gizi buruk dan 1.896 anak gizi kurang.
Universitas Sumatera Utara

5
Kelurahan Kemenangan Tani merupakan salah satu kelurahan di wilayah Kota Medan yang mendapatkan program pemberian bubuk Taburia dengan alasan bahwa di kelurahan ini dianggap banyak keluarga miskin yang memiliki bayi berusia 6-24 bulan dibandingkan dengan kelurahan lain di Kecamatan Medan Tuntungan. Hal ini dapat dilihat data dari Bapeda Kota Medan tahun 2010 menunjukkan bahwa terdapat 2747 KK miskin di Kecamatan Medan Tuntungan dan wilayah Kelurahan Kemenangan Tani memiliki distribusi KK miskin sebanyak 111 kepala keluarga (27, 22%) dalam kategori miskin dengan jumlah total penduduk miskin sebanyak 437 orang dan terdapat 228 orang (52,5%) masuk dalam kategori anak-anak.
Berdasarkan data laporan dari bagian gizi Puskesmas Medan Tuntungan bahwa Kelurahan Kemenangan Tani menjadi salah satu puskesmas yang memiliki bayi dengan status gizi bayi kurang terbanyak di Kecamatan Medan Tuntungan yaitu sebanyak 35 orang bayi status gizi kurang dan terdapat 16 orang bayi dengan pertumbuhan tinggi badan yang tidak bertambah.
Pemberian Taburia telah terbukti dapat meningkatkan status gizi, meningkatkan HB dan mengurangi kejadian anemia pada bayi sehingga sudah seharusnya setiap ibu memberikan Taburia kepada bayinya. Menurut Depkes (2011), lebih dari 85% balita mau mengonsumsi bubuk Taburia, akan tetapi tidak selamanya pemberian Taburia dapat berjalan dengan lancar, hal ini dapat dillihat dari hasil penelitian Rauf (2010) yang menunjukkan sebanyak 27,5 % balita di Kecamatan Pangkajahe tidak mengonsumsi Taburia dengan rutin dan berkala yang dikarenakan rasa Taburia tidak enak, bosan, minimnya pengetahuan ibu tentang manfaat dan pola konsumsi pemberian Taburia yang baik dan benar.
Universitas Sumatera Utara

6
Hasil penelitian Fuad (2011) juga menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang pemberian Taburia dapat mempengaruhi kepatuhan ibu dalam memberikan Taburia di Kabupaten Pangkep.
Oleh karena itu, peneliti berfikir bahwa perlu ada penelitian tentang” Gambaran pola konsumsi dan status gizi baduta (bayi 6-24 bulan) yang telah mendapatkan makanan tambahan Taburia Di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012”. 1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran pola konsumsi dan status gizi baduta (bayi 6-24 bulan) yang mendapatkan Makanan Tambahan Taburia di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pola konsumsi dan status gizi bayi 6-24 bulan yang mendapatkan Taburia di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui frekuensi pemberian makanan yang diberikan kepada bayi 6-
24 bulan yang telah mendapatkan Makanan Tambahan Taburia di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012.
Universitas Sumatera Utara

7 2. Untuk mengetahui susunan makanan yang diberikan kepada bayi 6-24 bulan
yang telah mendapatkan Makanan Tambahan Taburia di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012. 3. Untuk mengetahui status gizi bayi 6-24 bulan (BB/U, PB/U, BB/PB) yang mendapatkan Makanan Tambahan Taburia di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Kota 2012. 1.4. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain. Sebagai bahan masukan kepada pihak Kelurahan Kemenangan Tani dan Puskesmas Medan Tuntungan tentang susunan makanan, pola konsumsi makanan dan status gizi bayi 6-24 bulan yang telah mendapatkan Taburia.
Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Konsumsi Menurut Harper (1985) dalam Evawany, dkk (2004) bahwa pola konsumsi pangan merupakan gambaran mengenai jumlah, jenis, dan frekuensi bahan makanan yang dikonsumsi seseorang sehari-hari dan merupakan ciri khas pada suatu kelompok masyarakat tertentu. Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang. Dengan demikian diharapkan konsumsi pangan yang beraneka ragam dapat memperbaiki mutu gizi makanan seseorang. Menurut Hoang yang dikutip oleh Aminah (2005) pola konsumsi adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan mempunyai ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang (keluarga) dalam memilih makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologi, psikologis, kebudayaan dan sosial. Pada saat bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan Air Susu Ibu (ASI) saja sudah cukup. Walaupun Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik, namun dengan bertambahnya umur, maka anak memerlukan makanan yang jenisnya berbeda-beda, mereka membutuhkan makanan lumat, lembek, sampai akhirnya makanan orang dewasa (Aminah, 2005). Menurut Baliwati (2004) dalam Sufnidar (2010) bahwa pola konsumsi yang baik dan jenis makanan yang beraneka ragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi kebutuhan gizi
8
Universitas Sumatera Utara

9
seseorang. Sehingga status gizi seseorang akan lebih baik dan memperkuat daya tahan tubuh terhadap serangan dari penyakit. 2.1.1. Jenis Makanan Bayi 6-24 bulan 1. Air Susu Ibu (ASI)
ASI sebagai makanan alamiah adalah makanan terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang dilahirkannya, dimana komposisinya sesuai untuk pertumbuhan bayi yang biasanya berubah sesuai dengan kebutuhan setiap saat. Pemberian ASI secara Eksklusif berarti hanya diberikan ASI selama 6 bulan tanpa makan dan minum lainnya (Solihin, 1990). Menurut Nadesul dalam Aminah (2005) bahwa setiap bayi 6 bulan ke atas membutuhkan 210-250 ml ASI setiap minum. 2. Makanan Pendamping ASI
Makanan Pendamping ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi/anak di samping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Depkes RI, 1992). ASI dapat mencukupi kebutuhan gizi sebagian besar bayi sampai berumur 6 bulan. Oleh karena itu penting diberikan makanan pendamping (Muchtadi, 1994).
Pola makan hendaknya sesuai dengan umurnya. Penggunaan bahan makanan juga harus seimbang dan terdiri atas zat-zat yang diperlukan anak, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Selain itu, ASI harus tetap diberikan selain makanan tambahan (Abbas, 1998)
Menurut Yenrina dalam Aminah (2005) bahwa makanan yang sering digunakan sebagai PASI bagi bayi 6-24 bulan yaitu makanan bayi berupa susu formula yang hanya mendapatkan penambahan air yang bersih, sari buah, buah-
Universitas Sumatera Utara

10
buahan, nasi tim, makanan lembek dan lunak, bubur. Menurut Muchtadi dalam Aminah (2005) bahwa makanan tambahan pada
bayi hendaknya padat bergizi, mudah dicerna dan tidak mengganggu pencernaan bayi sehingga pada umur dua belas bulan maka bayi dapat diberikan makanan keluarga yang lembek dan tidak merangsang karena sudah memiliki gigi. 2.1.2. Jumlah Makanan Anak Umur 6-24 Bulan
Makanan yang ideal harus mengandung cukup bahan bakar (energi) dan semua zat gizi esensial (komponen bahan makanan yang tidak dapat disintesis oleh tubuh sendiri akan tetapi diperlukan bagi kesehatan dan pertumbuhan) harus dalam jumlah yang cukup pula. Dengan cukup diartikan sesuai dengan keperluan sehariharinya (Solihin, 1990).
1. ASI hendaknya diberikan kapan saja setiap anak meminta, setidaknya sampai anak berusia 2 tahun. Setiap kali menyusui hendaknya dilaksanakan sampai anak benar-benar puas.
2. Makanan lumat mulai diberikan pada waktu anak berusia sekitar 6 bulan sampai usia 9 bulan (mulai 1 piring dan seterusnya), secara bertahap makanan lumat diganti makanan lembek.
3. Makanan lembek diberikan menggantikan makanan lumat secara bertahap. Sehingga pada usia 9 bulan, 3-4 kali 1 piring sedang (± berisi : 1 genggam lebih beras). Pada usia 1 tahun, anak mulai dilatih makan bersama keluarganya.
4. Makanan orang dewasa dalam bentuk makan bersama segenap anggota keluarga harus dilaksanakan pada usia satu tahun setengah (sejak usia 1 tahun
Universitas Sumatera Utara

11

sudah mulai dilatih). Anak usia 2 tahun harus makan setengah dari jumlah

yang dimakan orang dewasa. Hal ini disebabkan karena pada usia tersebut

sedang tumbuh dengan pesat dan untuk itu dibutuhkan makanan yang banyak.

Bila dalam waktu makan bersama jumlah tersebut belum tercapai, harus

diberikan 2-3 kali makanan tersendiri (di luar waktu makan keluarga) untuk

mencapai jumlah tersebut (Aminah, 2005).

Pada saat inilah pemberian makan pada anak balita harus seimbang, sebab

masa pertumbuhan diusia ini sangat pesat sehingga harus diperhatikan kecukupan

gizinya terutama kecukupan protein untuk pertumbuhan panjang badannya. Bayi dan

balita yang sedang mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan harus

mengonsumsi protein yang lebih banyak dibandingkan orang dewasa (Winarno,

1992).

Tabel 2.1. Daftar Pemberian Makanan Balita Sesuai Umur dan Pemberian

No

Umur Balita (Bulan)

Macam Makanan

1 6-8 bulan

ASI,

Buah

Bubur, Susu,

Nasi tim saring

2 8-10 bulan

ASI,

Buah

Bubur, Susu,

Nasi tim saring yang dihaluskan

3 10-12 bulan

ASI

Buah

Nasi Tim

4 lebih dari 12 bulan ASI,

Buah

Nasi tim atau makanan keluarga

Makanan kecil

(Sumber: Husaini, Aminah, 2005)

Pemberian Dalam Sehari 4 atau 5 kali 1 kali 1 kali 1 kali 3 atau 4 kali 1 kali 1 kali 2 kali 3 atau 4 kali 1 kali 3 kali 2 atau 3 kali 1 kali 3 kali 1 kali

Universitas Sumatera Utara

12
2.1.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pola Konsumsi 1. Pengetahuan Ibu Mengenai Makanan yang Bergizi
Pengetahuan ibu tentang bahan makanan yang bergizi masih kurang, maka pemberian makanan untuk keluarga biasa dipilih bahan-bahan makanan yang hanya dapat mengenyangkan perut saja tanpa memikirkan apakah makanan itu bergizi atau tidak, sehingga kebutuhan gizi energi dan zat gizi masyarakat dan anggota keluarga tidak tercukupi (Sufnidar, 2010). 2. Pendidikan Ibu
Peranan ibu sangat penting dalam penyediaan makanan bagi anaknya. Pendidikan ibu sangat menentukan dalam pilihan makanan dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh anak dan anggota keluarganya lainnya.
Pendidikan gizi ibu bertujuan meningkatkan penggunaan sumber daya makanan yang tersedia. Hal ini dapat diasumsikan bahwa tingkat kecukupan zat gizi pada anak tinggi bila pendidikan ibu tinggi. (Sufnidar, 2010). 3. Pendapatan Keluarga
Pendapatan salah satu faktor dalam menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Tingkat pendapatan ikut menentukan jenis pangan yang akan dibeli dengan tambahan uang tersebut. Orang miskin membelanjakan sebagian pendapatan tambahan untuk makanan sedangkan orang kaya jauh lebih rendah (Sufnidar, 2010). 2.1.4. Pengukuran Konsumsi Makanan
Beberapa metode dapat dipergunakan untuk mendapatkan informasi tentang riwayat gizi. Salah satunya dengan metode recall 24 jam dimana individu diminta untuk mengingat segala sesuatu yang dimakan sehari sebelumnya. Prinsip dari
Universitas Sumatera Utara

13
metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi 24 jam yang lalu (Supariasa dkk, 2002).
Dalam metode ini, responden, ibu, pengasuh (bila anak masih kecil) diintruksikan untuk menceritakan semua makanan yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Biasanya dimulai dari ia bangun pagi kemarin sampai dia tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari waktu saat dilakukan wawancara sampai mundur ke belakang 24 jam (Supariasa dkk, 2002). Untuk perhitungan ASI dimana anak yang sehat mengkonsumsi 700-800 ml ASI per hari dengan intensitas pemberian maksimal 10 kali per hari (Prastyono, 2009).
Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring, dll) atau ukuran lain yang dipergunakan sehari-hari oleh rumah tangga (Supariasa, dkk, 2002). 2.2. Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, gizi kurang dan gizi lebih (Supariasa dkk, 2002).
Keadaan gizi seseorang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya, serta ketahanan tubuh terhadap penyakit. Penilaian gizi adalah proses yang digunakan untuk mengevaluasi status gizi, mengidentifikasi malnutrisi, dan menentukan individu mana yang sangat membutuhkan bantuan gizi (Moore, 1997).
Universitas Sumatera Utara

14
Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia dan biofisik (Rahmah, 2010). 2.2.1. Pengukuran Anthropometri
Pengertian istilah “nutritional anthropometry” mula-mula muncul dalam “Body measurements and Human Nutrition” yang ditulis oleh Brozek pada tahun 1966 yang telah didefinisikan oleh Jelliffe (1966) sebagai, pengukuran pada variasi dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada tingkat usia dan derajat nutrisi yang berbeda (Narendra, 2010). 1. Jenis Parameter
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan dan tinggi badan.
a. Umur Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan (Depkes, 2004).
Universitas Sumatera Utara

15
b. Berat Badan Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengan melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Narendra, 2010).
c. Tinggi Badan Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U (Tinggi Badan menurut Umur), atau juga indeks BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. (Depkes RI, 2004).
2. Syarat Pengukuran Antropometri (Narendra, 2010): a. Pengukuran antropometri sesuai dengan cara-cara yang baku, beberapa kali secara berkala misalnya berat badan anak diukur tanpa baju, mengukur panjang bayi dilakukan oleh 2 orang pemeriksa pada papan pengukur
Universitas Sumatera Utara

16
(infantometer), tinggi badan anak diatas 2 tahun dengan berdiri diukur dengan microtoise. b. Baku yang dianjurkan adalah buku NCHS secara Internasional untuk anak usia 0-18 tahun yang dibedakan menurut jender laki-laki dan wanita. c. Tebal kulit di ukur dengan alat Skinfold caliper pada kulit lengan, subskapula dan daerah pinggul, penting untuk menilai kegemukan. Memerlukan latihan karena sukar melakukannya dan alatnyapun mahal (Harpenden Caliper). Penggunaan dan interpretasinya yang terlebih penting. d. Body Mass Index (BMI) adalah Quetelet’s index, yang telah dipakai secara luas, yaitu berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m2). BMI mulai disosialisasikan untuk penilaian obesitas pada anak dalam kurva persentil juga. 3. Indeks Antropometri Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Di Indonesia ukuran baku hasil pengukuran dalam negeri belum ada, maka untuk berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) digunakan baku Harvard (Rahma, 2010). Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu berat badan dan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). a. Berat Badan menurut Umur (BB/U) Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang
Universitas Sumatera Utara

17
mendadak. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan maka indeks berat badan/umur digunakan sebagai salah satu cara mengukur status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil maka berat badan/umur lebih menggambarkan status gizi seseorang. BB/U dapat dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur (Supariasa, 2002). b. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh definisi gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama (Supariasa, 2002). c. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecapatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat kini (Supariasa, 2002).
Universitas Sumatera Utara

18
a. Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status
gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Umumnya untuk survei klinis secara cepat (Supariasa, 2002).
Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat (rapid clinical surveys) ciri-ciri klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (sympton) atau riwayat penyakit (Supariasa, 2002). b. Biokimia
Biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi (Supariasa, 2002). c. Biofisik
Biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan jaringan. Umumnya digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Supariasa, 2002).
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi 3 penilaian yaitu : survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
Universitas Sumatera Utara

19
Dietary History Method memberikan gambaran pola konsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama. Burke (1947) menyatakan bahwa metode ini terdiri dari tiga komponen yaitu (Rahma, 2010):
1) Wawancara (termasuk recall 24 jam), yang mengumpulkan data tentang apa saja yang dimakan responden selama 24 jam terakhir.
2) Frekuensi penggunaan dari sejumlah bahan makanan dengan memberikan daftar (check list) yang sudah disiapkan untuk mengecek kebenaran dari recall 24 jam tadi.
3) Pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sebagai cek ulang. 2.3. Asupan Zat Gizi Bayi
Gizi merupakan suatu proses or

Dokumen yang terkait

Pengkajian Status Gizi Ibu Hamil di Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan – Belawan

7 219 93

Gambaran Konsumsi Zat Besi, Seng dan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar di SDN NO.060813 Kelurahan Pasar Merah Barat Kecamatan Medan Kota Tahun 2014

5 83 108

Perbedaan Status Gizi Anak Batita Dari Ibu Akseptor Kb Pil Dengan Ibu Non Akseptor Kb (Studi Kasus Di Kelurahan Kota Matsum Iv Kecamatan Medan Area,Medan)

0 38 63

Gambaran Konsumsi Makanan Dan Status Gizi Balita 0-24 bulan di Kelurahan Tanjung Leidong Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu Propinsi Sumatera Utara thaun 2005

0 22 55

Praktek Pemberian Makan Dan Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan Ditinjau Dari Pekerjaan Ibu Di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Tahun 2005

1 46 80

Pola Konsumsi Makanan Jajanan Dan Status Gizi Remaja Pesantren Irsyadul Islamiyah Tanjung Medan Dan SMU Negeri 1 Kampung Rakyat Rantau Prapat Tahun 2006

0 38 83

Gambaran Konsumsi Makanan Dan Status Gizi Pada Anak Penderita Karies Gigi Di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009

0 27 68

Gambaran Pengetahuan Gizi, Pola Konsumsi Pangan Dan Status Gizi Pada Supir Angkot Rahayu Medanceria Trayek 104 Di Kota Medan Tahun 2008

0 48 80

Hubungan Status Gizi Dengan Status Perkembangan Motorik Kasar Anak (Gross Motor) Pada Anak Usia 6 Sampai 24 Bulan di Posyandu Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten Tahun 2014

4 35 158

Gambaran Pola Konsumsi Dan Status Gizi Baduta (Bayi 6-24 Bulan) Yang Mendapatkan Makanan Tambahan Taburia Di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

0 1 28