Gambaran Konsumsi Zat Besi, Seng dan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar di SDN NO.060813 Kelurahan Pasar Merah Barat Kecamatan Medan Kota Tahun 2014

GAMBARAN KONSUMSI ZAT BESI, SENG DAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SDN NO.060813 KELURAHAN PASAR MERAH BARAT KECAMATAN MEDAN KOTA TAHUN 2014
SKRIPSI
Oleh :
FADHLAN MULIA A HRP NIM. 101000059
s FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

GAMBARAN KONSUMSI ZAT BESI, SENG DAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SDN NO.060813 KELURAHAN PASAR MERAH BARAT KECAMATAN MEDAN KOTA TAHUN 2014 SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh : FADHLAN MULIA A HRP
NIM. 101000059
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

i

ABSTRAK Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam bidang gizi yaitu gizi kurang dan gizi lebih, status gizi anak sekolah dasar merupakan gambaran apa yang dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Salah satu yang sering terjadi adalah masalah konsumsi zat besi dan seng, sehingga diperlukan perhatian dalam konsumsi makanan dan zat gizi adalah anak usia sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsumsi zat besi, seng dan status gizi pada anak sekolah dasar di SDN No. 060813 Kelurahan Pasar Merah Barat Kecamatan Medan Kota. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling dengan jumlah sampel 69 siswa. Jenis Data yang dikumpulkan yaitu data primer, dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, kuesioner recall 24 jam, food frequency dan pengukuran status gizi (TB/U dan IMT/U) dan Data sekunder diperoleh diinstansi yang terkait, pengolahan dan analisis data dengan menggunakan program komputer yaitu SPSS, Nutrisurvey dan WHO antro plus 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi zat besi pada anak sekolah di SDN 060813 Kelurahan Pasar Merah Barat Kecamatan Medan Kota sebagian besar pada kategori kurang yaitu sebanyak 39 orang (56,5%), Konsumsi zat seng sebagian besar pada kategori kurang yaitu sebanyak 52 orang (75,4%), Status gizi berdasarkan IMT/U sebagian besar pada kategori normal yaitu sebanyak 57 orang (82,6%), Status gizi berdasarkan TB/U sebagian besar pada kategori normal yaitu sebanyak 44 orang (63,8%) Hasil dari penelitian ini dapat menjadi arahan bagi siswa agar mengkonsumsi makanan yang bervariasi dan bergizi, dan kepada peneliti lain untuk meneliti lebih lanjut pada variabel yang berbeda.
Kata Kunci: Anak Sekolah Dasar, Zat Besi, Seng, Status Gizi
ii

ABSTRACT Indonesia still faces major challenges in the field of nutrition, namely malnutrition and nutrition, nutritional status of primary school children is a picture of what is consumed in the long term. One problem that often occurs is the consumption of iron and zinc, so that the necessary attention in the consumption of foods and nutrients are school-age children. This study aims to describe the consumption of iron, zinc and nutritional status of primary school children in SDN No. 060813 Kelurahan Pasar Merah Barat Kecamatan Medan Kota. This type of research is a survey research using quantitative approach. Sampling was carried out with a total sampling method with a sample of 69 students. The type of data collected primary data, performed by using interviews, questionnaires 24 hour recall, food frequency and measurement of nutritional status (TB/U and IMT/U) and secondary data obtained diinstansi related, processing and analysis of data by using a computer program SPSS, Nutrisurvey and WHO antro plus 2007. The results showed that the consumption of iron in school children in SDN 060 813 Kelurahan Pasar Merah Barat Kecamatan Medan Kota largely on the category of less as many as 39 people (56.5%), consumption of zinc mostly in the category of less as many as 52 people (75 , 4%), nutritional status based on IMT/U mostly in the normal category as many as 57 people (82.6%), based on the nutritional status of TB/U mostly in the normal category as many as 44 people (63.8%) The results of this study may be a referral for students to consume a varied diet and nutrition, and to other researchers to further explore the different variables. Keywords: Elementary School Children, Consumption Iron, Zinc, Nutritional Status

iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Fadhlan Mulia A Hrp

Tempat/Tanggal lahir : Medan/ 07 Agustus 1993

Agama

: Islam

Status perkawinan : Belum Menikah

Nama Orang Tua :

Ayah


: (alm) Drs. H. Alimin Harahap Apt Msi

Ibu : (almh) Dra. Hj. Misra Gaffar MS, Apt

Anak ke

: 3 (tiga) dari 3 (tiga) bersaudara

Alamat Rumah

: Jalan Pimpong No 23 Medan

Riwayat Pendidikan

1997-1998

: TK Busthanul Athfal 01 Medan

1998-2002


: SD Muhammadiyah 01 Medan

2002-2004

: SD AL-Ulum Medan

2004-2005

: SMP PMT Prof. Dr. Hamka Padang, Sumatera Barat

2005-2007

: SMP Muhammadiyah 01 Medan

2007-2010

: SMA NEGERI 6 Medan

2010-2015


: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

iv

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas izin dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Konsumsi Zat Besi, Seng dan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar di SDN NO.060813 Kelurahan Pasar Merah Barat Kecamatan Medan Kota Tahun 2014”.
Penulisan skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Mayarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua penulis yang sudah dipanggil oleh sang khalik, (alm) Drs.H.Alimin Harahap Apt, Msi dan (almh) Dra. Hj. Misra Gaffar Ms, Apt karena tanpa perjuangan mereka selama hidup penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada kedua kakak penulis dr. Mira Alhafiizah Harahap dan dr. Fadhlina Muharmi Harahap sebagai pengganti orang tua penulis yang selalu memberikan semangat kepada penulis agar segera menyelesaikan skripisi ini. Penulisan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagi pihak baik secara moriil maupun materiil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin berterimakasih kepada: 1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara 2. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, Msi, selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus menjadi penguji dalam membantu penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi.
v

3. Ir. Etti Sudaryati. MKM, Ph.D selaku dosen pembimbing I yang telah banyak membantu dalam memberikan arahan, bimbingan kepada penulis dengan sabar walaupun penulis banyak melakukan kesalahan dalam penulisan skripsi.
4. Fitri Ardiani, SKM, MPH selaku dosen pembimbing II yang juga banyak memberi masukan dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Ernawati Nasution, SKM, M.kes selaku dosen penguji yang memberikan masukan dan arahan kepada penulis.
6. Dosen staf pengajar departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yamg memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menjalani perkuliahan di FKM USU.
7. Bang Marihot selaku asisten departemen gizi kesehatan masyarakat yang telah membantu penulis dalam membantu segala hal yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
8. dr. Heldy BZ, MPH selaku dosen pembimbing akademik yang sudah banyak memberikan bimbingan akademik kepada penulis dari semester I sampai penulis menyelesaikan skripsi.
9. Pihak sekolah SDN 060813, ibu kepala sekolah Ramfauziati S.Pd dan seluruh staf pengajar di sekolah SDN 060813 yang sudah memberikan informasi dan data yang dibutuhkan oleh penulis.
10. Keluarga besar almarhum ayahku dan mamaku yang sudah memberikan motivasi dan juga materil kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

vi

11. Sahabat seperjuangan penulis selama duduk dibangku perkuliahan Indra Kurniawan, Mabruri Pratama, Imam Khusnan, Eko Pranata, dan kawan kawan 2010 yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang sudah bersama penulis selama masa perkuliahan sampai penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
12. .Teman-teman di Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat angkatan 2010: Fitri Maihana, Fitri Hayani, Hardianti Meliala, Ade Irma dan teman teman yang lain yang banyak memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.
13. Abang-abang senior yang sudah banyak membantu, memberikan motivasi dan arahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
14. Adik-adik junior yang selalu memberikan bantuan dan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan
dalam penulisan skripsi ini baik dari segi isi maupun penyajiannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Medan, Maret 2015 Penulis
Fadhlan Mulia A Hrp
vii

DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... i ABSTRAK ......................................................................................................... ii ABSTRACT ........................................................................................................ iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... iv KATA PENGANTAR......................................................................................... v DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 7 1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 7 1.4 Manfaat Penelitian............................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………...... 9 2.1 Zat Besi................................................................................................ 9 2.1.1 Kebutuhan Zat Besi ................................................................. 10 2.1.2 Metabolisme zat besi ............................................................... 11 2.1.3 Kekurangan Zat Besi ............................................................... 15 2.1.4 Pencegahan Kekurangan Zat Besi ........................................... 17 2.1.5 Besi dan Pertumbuhan Anak.................................................... 19 2.2 Seng ..................................................................................................... 22 2.2.1 Kebutuhan Seng yang Dianjurkan .......................................... 23 2.2.2 Metabolisme seng ................................................................... 24 2.2.3 Defisiensi Seng ....................................................................... 26 2.2.4 Penentuan Status Seng ............................................................ 27 2.2.5 Seng dan Pertumbuhan Anak.................................................. 28 2.3 Makanan Yang Membantu dan Menghambat Penyerapan Besi dan Seng .............................................................................................................. 30 2.4 Interaksi Besi dan Seng ....................................................................... 31 2.5 Status Gizi ........................................................................................... 32 2.6 Status Gizi Anak Sekolah dasar........................................................... 33 2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi .................................. 34
viii

2.8 Penilaian Status Gizi Anak Sekolah Dasar.......................................... 35 2.8.1 Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)............................. 36 2.8.2 Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) ........................... 37 2.8.3 Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) ......................... 38 2.8.4 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Antropometri.................... 39
2.9 Kerangka Konsep ............................................................................. 41 BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ ` 42
3.1 Desain Penelitian ............................................................................... 42 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................... 42

3.2.1 Lokasi Penelitian.......................................................................... 42 3.2.2 Waktu Penelitian.......................................................................... 42 3.3 Populasi dan Sampel............................................................................ 42 3.3.1 Populasi....................................................................................... 42 3.3.2 Sampel ........................................................................................ 42 3.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...................................................... 43 3.5 Definisi Operasional ............................................................................ 43 3.6 Aspek Pengukuran .............................................................................. 44 3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ........................................ 45 3.7.1 Pengolahan Data .......................................................................... 45 3.7.2 Analisa Data ................................................................................ 46 BAB IV HASIL PENELITIAN...................................................................... ` 47 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................... 47 4.2 Jenis Kelamin Anak Sekolah Dasar..................................................... 48 4.3 Sumber Bahan Makanan Pada Aanak Sekolah Dasar ......................... 48 4.3.1 Sumber Zat Besi dan Seng Anak Sekolah Dasar......................... 50 4.3.2 Kecukupan Zat Besi dan Seng ..................................................... 51 4.3.3 Status Gizi.................................................................................... 52 4.4 Kecukupan Konsumsi Zat Besi dan Status Gizi.................................. 53 4.5 Kecukupan Konsumsi Seng dan Status Gizi ...................................... 54 BAB V PEMBAHASAN ................................................................................. ` 55 5.1 Konsumsi Zat Besi ............................................................................... 55 5.2 Konsumsi Seng .................................................................................... 61
ix

5.3 Status Gizi............................................................................................ 63 5.4 Kecukupan Konsumsi Zat Besi dan Seng terhadap Status Gizi........... 65 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ ` 69 6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 69 6.2 Saran .................................................................................................... 69 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x

DAFTAR LAMPIRAN No Judul 1 Surat Permohonan Izin penelitian 2 Surat Keterangan Pelaksanaan penelitian 3 Formulir FOOD RECALL 24 Jam 4 Formulir FOOD FREQUENCY 5 Tabel Master Data Penelitian 6 Output Hasil Penelitian 7 Dokumentasi Gambar Penelitian
xi

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar Bahan Makanan Sumber Zat Besi.............................................. 10 Tabel 2.2 Daftar Bahan Makanan Sumber Seng ................................................... 23 Tabel 2.3 Kebutuhan Seng Menurut Umur berdasarkan Reference
Nutrient Intake (RNI-UK) dan Recommended Dietary Allowances (RDA – USA) dalam mg/hari (Aggett PJ, 1994)...................................................................................................... 24 Tabel 2.4 Gejala Defisiensi Seng (Aggett PJ, 1994) ............................................. 26 Tabel 2.5 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks TB/U Baku Rujukan Antropometeri CDC 2000....................................................... 40 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Siswa/i berdasarkan Jenis Kelamin Pada Anak Sekolah Dasar di SDN 060813 Kelurahan Pasar Merah Barat Kecamatan Medan Kota Tahun 2014 ............................... 48 Tabel 4.2. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin Pada Anak Sekolah Dasar di SDN 060813 Kelurahan Pasar Merah Barat Kecamatan Medan Kota Tahun 2014 ............................... 48 Tabel 4.3 Variasi Sumber Makanan Pada Anak Sekolah Dasar di SDN 060813 Kelurahan Pasar Merah Barat Kecamatan Medan Kota Tahun 2014 ....................................................................... 49 Tabel 4.4 Distribusi Responden berdasarkan Sumber Zat Besi Pada Anak Sekolah Dasar di SDN 060813 Kelurahan Pasar Merah Barat Kecamatan Medan Kota Tahun 2014 ............................... 50 Tabel 4.5 Distribusi Responden berdasarkan Sumber Zat Seng Pada Anak Sekolah Dasar di SDN 060813 Kelurahan Pasar Merah Barat Kecamatan Medan Kota Tahun 2014 ............................... 51 Tabel 4.6 Distribusi Responden berdasarkan Kecukupan Konsumsi Zat Besi Pada Anak Sekolah Dasar di SDN 060813 Kelurahan Pasar Merah Barat Kecamatan Medan Kota Tahun 2014............................................................................................ 51 Tabel 4.7 Distribusi Responden berdasarkan Kecukupan Konsumsi Zat Seng Pada Anak Sekolah Dasar di SDN 060813 Kelurahan Pasar Merah Barat Kecamatan Medan Kota Tahun 2014............................................................................................ 51 Tabel 4.8 Distribusi Status Gizi Responden berdasarkan IMT/U Pada Anak Sekolah Dasar di SDN 060813 Kelurahan Pasar Merah Barat Kecamatan Medan Kota Tahun 2014 ............................... 52 Tabel 4.9 Distribusi Status Gizi Responden berdasarkan TB/U Pada Anak Sekolah Dasar di SDN 060813 Kelurahan Pasar Merah Barat Kecamatan Medan Kota Tahun 2014 ............................... 52 Tabel 4.10 Distribusi Kecukupan Konsumsi Zat Besi dan Status Gizi (IMT/U) Pada Anak Sekolah Dasar di SDN 060813 Kelurahan Pasar Merah Barat Kecamatan Medan Kota Tahun 2014............................................................................................ 53 Tabel 4.11 Distribusi Kecukupan Konsumsi Zat Besi dan Status Gizi (TB/U) Pada Anak Sekolah Dasar di SDN 060813 Kelurahan Pasar Merah Barat Kecamatan Medan Kota Tahun 2014............................................................................................ 53
xii

Tabel 4.12 Distribusi Kecukupan Konsumsi Seng dan Status Gizi (IMT/U) Pada Anak Sekolah Dasar di SDN 060813 Kelurahan Pasar Merah Barat Kecamatan Medan Kota Tahun 2014............................................................................................ 54
Tabel 4.13 Distribusi Kecukupan Konsumsi Seng dan Status Gizi (TB/U) Pada Anak Sekolah Dasar di SDN 060813 Kelurahan Pasar Merah Barat Kecamatan Medan Kota Tahun 2014............................................................................................ 54
xiii

DAFTAR GAMBAR


No Judul

Halaman

2.1 Kerangka Konsep Penelitian................................................................... 41

xiv

ABSTRAK Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam bidang gizi yaitu gizi kurang dan gizi lebih, status gizi anak sekolah dasar merupakan gambaran apa yang dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Salah satu yang sering terjadi adalah masalah konsumsi zat besi dan seng, sehingga diperlukan perhatian dalam konsumsi makanan dan zat gizi adalah anak usia sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsumsi zat besi, seng dan status gizi pada anak sekolah dasar di SDN No. 060813 Kelurahan Pasar Merah Barat Kecamatan Medan Kota. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling dengan jumlah sampel 69 siswa. Jenis Data yang dikumpulkan yaitu data primer, dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, kuesioner recall 24 jam, food frequency dan pengukuran status gizi (TB/U dan IMT/U) dan Data sekunder diperoleh diinstansi yang terkait, pengolahan dan analisis data dengan menggunakan program komputer yaitu SPSS, Nutrisurvey dan WHO antro plus 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi zat besi pada anak sekolah di SDN 060813 Kelurahan Pasar Merah Barat Kecamatan Medan Kota sebagian besar pada kategori kurang yaitu sebanyak 39 orang (56,5%), Konsumsi zat seng sebagian besar pada kategori kurang yaitu sebanyak 52 orang (75,4%), Status gizi berdasarkan IMT/U sebagian besar pada kategori normal yaitu sebanyak 57 orang (82,6%), Status gizi berdasarkan TB/U sebagian besar pada kategori normal yaitu sebanyak 44 orang (63,8%) Hasil dari penelitian ini dapat menjadi arahan bagi siswa agar mengkonsumsi makanan yang bervariasi dan bergizi, dan kepada peneliti lain untuk meneliti lebih lanjut pada variabel yang berbeda.
Kata Kunci: Anak Sekolah Dasar, Zat Besi, Seng, Status Gizi
ii

ABSTRACT Indonesia still faces major challenges in the field of nutrition, namely malnutrition and nutrition, nutritional status of primary school children is a picture of what is consumed in the long term. One problem that often occurs is the consumption of iron and zinc, so that the necessary attention in the consumption of foods and nutrients are school-age children. This study aims to describe the consumption of iron, zinc and nutritional status of primary school children in SDN No. 060813 Kelurahan Pasar Merah Barat Kecamatan Medan Kota. This type of research is a survey research using quantitative approach. Sampling was carried out with a total sampling method with a sample of 69 students. The type of data collected primary data, performed by using interviews, questionnaires 24 hour recall, food frequency and measurement of nutritional status (TB/U and IMT/U) and secondary data obtained diinstansi related, processing and analysis of data by using a computer program SPSS, Nutrisurvey and WHO antro plus 2007. The results showed that the consumption of iron in school children in SDN 060 813 Kelurahan Pasar Merah Barat Kecamatan Medan Kota largely on the category of less as many as 39 people (56.5%), consumption of zinc mostly in the category of less as many as 52 people (75 , 4%), nutritional status based on IMT/U mostly in the normal category as many as 57 people (82.6%), based on the nutritional status of TB/U mostly in the normal category as many as 44 people (63.8%) The results of this study may be a referral for students to consume a varied diet and nutrition, and to other researchers to further explore the different variables. Keywords: Elementary School Children, Consumption Iron, Zinc, Nutritional Status
iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh
ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat dan kesehatan yang prima di samping penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi (Nursari, 2010). Upaya untuk meningkatkan SDM adalah melalui program gizi yaitu meningkatkan status gizi masyarakat. Salah satu indikator pengukur tinggi rendahnya kualitas SDM adalah Indeks Kualitas Hidup Manusia (Human Development Indeks-HDI) (Manampiring, 2008).
Human Development Indeks Indonesia pada tahun 2013 masuk pada peringkat ke-121 dari 186 negara dan 8 negara teritorial. Hal ini menunjukkan masih rendahnya kesehatan di Indonesia terutama kesehatan ibu dan anak. Ibu dan anak terutama ibu hamil, menyusui, bayi, balita dan anak usia sekolah merupakan kelompok yang harus diperhatikan dengan serius.
Pertumbuhan anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian zat gizi dengan kualitas dan kuantitas yang memadai. Selama masa pertumbuhan tersebut pemberian nutrisi pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna (Judarwanto, 2006). Pada fase ini, tubuh dengan optimal menyimpan cadangan nutrisi yang diperlukan anak pada fase pubertas nantinya. Selain itu, anak usia sekolah merupakan fase dimana aktivitas anak berlangsung sangat dinamis dan aktif sehingga membutuhkan asupan nutrisi yang memadai. Dengan

1

2
demikian kecukupan zat gizi menjadi hal utama yang harus dipenuhi oleh keluarga (Akhmadi, 2009).
Anak usia sekolah dasar yaitu antara umur 6-12 tahun merupakan masa saat mereka mengalami growth spurt (percepatan pertumbuhan) yang kedua setelah masa balita. Kelompok ini rentan terhadap anemia zat besi karena kebutuhan zat besi selama masa ini meningkat dengan adanya pertumbuhan jaringan yang cepat dan kenaikan massa sel darah merah (Zulaekah & Widyaningsih, 2008).
Gizi dibutuhkan anak sekolah untuk pertumbuhan dan perkembangan, energi, berpikir, beraktivitas fisik, dan daya tahan tubuh. Zat gizi yang dibutuhkan anak adalah seluruh zat gizi yang terdiri dari zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, lemak serta zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral. Kebutuhan energi golongan umur 10-12 tahun relatif lebih besar dari pada golongan umur 7-9 tahun, karena pertumbuhan relatif cepat, terutama penambahan tinggi badan (Devi, 2012).
Gizi merupakan salah satu faktor penentu untuk mencapai kesehatan yang prima dan optimal. Namun, masyarakat di Indonesia masih menghadapi beberapa masalah gizi, salah satunya adalah anemia. Zat gizi mikro (miconutrienf) adalah terminologi yang digunakan untuk menjelaskan elemen kelumit (trace element) yang terdiri dari pelbagai vitamin dan mineral. Mineral yang termasuk zat gizi mikro antara lain adalah besi, seng, tembaga, selenium, chromium, iodium, fluorine, mangan, molybdenium, nikel, silikon, vanadium, arsenik dan cobalt. Kesemua zat gizi mikro diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil dan harus didapatkan dari makanan dan minuman (Sara & James, 1990).

3
Anak sekolah dasar merupakan kelompok yang rentan terhadap defisiensi zat gizi mikro diantaranya adalah zat besi dan seng, hal ini disebabkan oleh kurangnya zat besi dan seng dalam makanan. Pada kondisi ini, anak harus mendapatkan asupan gizi dalam kuantitas dan kualitas yang cukup. Cerminan kecukupan gizi dapat dinilai dari status gizi anak dan merupakan salah satu tolak ukur yang penting untuk menilai keadaan pertumbuhan dan status kesehatannya.
Besi dan seng merupakan mikronutrein esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta sistem imun manusia. Defisiensi mikronutrien tersebut menyebabkan penurunan sistem imun, gangguan perkembangan psikomotor dan menurunkan kemampuan kerja. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kesegaran jasmani, yang sangat penting dalam tercapainya perkembangan dan pertumbuhan optimal pada masa anak-anak (Lestari, 2009).
Defisiensi besi dan seng sering terjadi pada populasi gizi kurang (Donald, 2000) terutama pada negara-negara berkembang dengan tingkat ekonomi masih lemah. Defisiensi besi berpengaruh pada pertumbuhan anak. Salah satu akibatnya adalah lemahnya peningkatan berat badan yang pada akhirnya akan memperburuk status gizinya (Lonnerdal, 1998). Selain itu juga menyebabkan gangguan perkembangan mental dan motorik anak, serta menyebabkan anemia yang merupakan penyakit penyerta gizi buruk ataupun sebaliknya yaitu anemia berlanjut yang menyebabkan gizi buruk (Nasution, 2004).
Kekurangan zat besi pada anak-anak dan orang dewasa dengan atau tanpa anemia sangat erat berhubungan dengan kemampuan belajar, selain itu berhubungan erat dengan pertumbuhan dan nafsu makan (Chwang, 1989; Lawless, 1994; Allen, 1994). Siswono (2004) menyatakan pada anak usia

4
prasekolah dan sekolah, anemia defisiensi besi dapat mengganggu proses tumbuh kembang, menurunkan daya konsentrasi belajar, dan memudahkan anak terserang penyakit. Hal ini terjadi oleh karena masukan zat besi melalui makanan seharihari tidak mencukupi kebutuhan fisiologis atau menderita infeksi kronis yang menyebabkan pertumbuhan otak tidak optimal, pertumbuhan fisik yang lemah, daya tahan terhadap infeksi menurun dan penurunan kemampuan kognitif (Oski, 1993).
Kekurangan seng yang terjadi pada usia sekolah dapat berakibat gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan sel otak. Menurut Groff (1998) defisiensi seng dapat menurunkan kemampuan ekspresi gen dalam proses replikasi sel dan pertumbuhan tulang (SKRT, 2001). Anak dengan gizi buruk juga mengalami penurunan konsentrasi serum seng dan seng yang rendah pada hati dan otot. Berdasarkan laporan Golden, meskipun anak gizi buruk mendapat rehabilitasi berupa formula susu, mereka tetap memiliki konsentrasi seng rendah dan kenaikan berat badan pada tingkat rendah pula. Setelah menerima suplementasi seng, mengalami peningkatan berat badan pada tingkat baik (Lonnerdal, 1998).
Defisiensi seng dapat mengganggu pertumbuhan yang menyebabkan anak menjadi gizi buruk dan meningkatkan risiko diare dan infeksi saluran nafas (Nasution, 2004). Defisiensi seng terjadi karena kurangnya asupan makanan, terutama yang mengandung protein tinggi, ketersediaan hayati seng rendah, malabsorpsi dan meningkatnya ekskresi oleh tubuh melalui tinja dan air seni (Linder, 1994). Defisiensi seng ringan kemungkinan lebih banyak prevalensinya dibanding prevalensi defisiensi besi, baik di negara berkembang dan di negara maju (Prasad, 1998).

5

Seng merupakan zat yang sangat penting bagi tubuh, lebih dari 300 metaloenzim tubuh bergantung pada seng. Seng terlibat dalam berbagai keseimbangan asam-basa, metabolisme asam amino, pembentukan protein sistem kekebalan, reproduksi dan perkernbangan sistem syaraf (O'Dell, B, 1992). Defisiensi seng menyebabkan beberapa gangguan pada sistem kekebalan tubuh, berkurangnya fungsi indra perasa, anorexia, diare, memperlambat penyembuhan luka, dermatitis, memperlambat pertumbuhan dan perkembangan selama kehamilan, masa kanak-kanak dan masa remaja (Cousins, 1990).
Status gizi pada anak usia sekolah dapat dinilai dengan indeks antropometri IMT/U yaitu proporsi tubuh antara berat badan menurut umur yang seharusnya. Hasil RISKESDAS 2008 menunjukkan prevalensi status gizi anak sekolah (6-I4 tahun) secara nasional dengan kategori kurus dan sangat kurus menurut indeks IMT menurut umur pada laki-laki sebesar 13,3% dan perempuan 10,9%. Status gizi berdasarkan indeks IMT rnenurut umur menggambarkan kekurangan gizi pada saat ini. Gangguan gizi selain makro (energi dan protein), dapat juga disebabkan kurang zat gizi mikro (zat besi,vitamin A dan seng) atau kombinasi dari ketiganya. Saat ini status gizi secara antropometri lebih dikaitkan dengan asupan zat gizi makro (karbohidrat, kalori, protein dan lemak), padahal peranan zat gizi makro tidak akan optimal tanpa kehadiran zat gizi mikro. Ratarata konsumsi orang dewasa yang dianjurkan sebesar 2100 kalori per hari merupakan patokan global dengan asumsi di dalamnya tersedia zat gizi mikro yang memadai (RISKESDAS, 2008).
Status gizi anak usia sekolah dasar yaitu pada usia 5-12 tahun menurut RISKESDAS 2013 diukur berdasarkan indeks antara TB/U dan IMT/U hasilnya

6
menunjukkan bahwa secara nasional prevalensi kurus (menurut IMT/U) pada anak umur 5-12 tahun adalah 11,2 persen, terdiri dari 4,0 persen sangat kurus dan 7,2 persen kurus. Prevalensi sangat kurus paling rendah di Bali (2,3%) dan paling tinggi di Nusa Tenggara Timur (7,8%). Sebanyak 16 provinsi dengan prevalensi sangat kurus diatas nasional, yaitu Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Papua, Papua Barat, Sulawesi Tengah, Banten, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Maluku, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Riau, Gorontalo, dan Nusa Tenggara Timur. Provinsi sumatera utara merupakan salah satu provinsi dari 16 provinsi yang mempunyai prevalensi sangat kurus diatas-rata-rata nasional yaitu sebesar 18% (RISKESDAS, 2013).
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Wisesa (2013) untuk menilai status gizi anak sekolah dasar di SDN 064977 melalui pengukuran antropometri dan menggunakan grafik CDC-NCHS 2000 berdasarkan IMT/U. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan sebanyak 81,5% anak di SDN tersebut memiliki gizi baik.
Survei awal yang dilakukan oleh peneliti di SD Negeri 060813 bahwa jumlah murid keseluruhan di sekolah tersebut berjumlah 158 anak, dimana ada 15 orang dari 20 siswa SD yang diukur memiliki badan yang kurus. Penilaian dilakukan dengan menggunakan IMT/U dan juga dengan bantuan software WHO Antro dengan klasifikasi menurut Kemenkes RI 2010 untuk anak usia 5-18 tahun. Disamping itu, dilakukan pula wawancara untuk melihat gambaran konsumsi makanan dalam waktu 24 jam. Hasil nya dalam sehari mereka lebih banyak mengkonsumsi makanan jajanan seperti disaat pagi sebelum sekolah hanya minum teh manis serta roti kering, disertai dengan jajanan sekolahan seperti nasi goreng yang ukurannya hanya sepiring kecil,

7
bakso cilok, mi instan yang tidak dimasak, minuman buah seperti nutri jeruk, frutang, dan minuman lain yang memiliki pewarna yang menarik. Dan saat siang juga hanya mengonsumsi nasi putih dan lauk apa adanya seperti mie instan, telur, dan beberapa potong ikan tanpa mengonsumsi sayuran. Pada saat malamnya hanya mengonsumsi makanan kecil seperti roti dan snack. Dari hasil wawancara tersebut menunjukkan anak-anak kurang mengonsumsi makanan seperti daging dan sayur-sayuran yang memiliki kandungan zat besi dan seng.
Berdasarkan uraian yang diatas penulis sangat ingin meneliti lebih dalam mengenai “Gambaran Konsumsi Zat Besi, Seng dan Status Gizi Pada Anak Sekolah di SD Negeri 060813 Kecamatan Kota Kelurahan Pasar Merah Barat Tahun 2014”. 1.2. Perumusan masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah bagaimana Gambaran Konsumsi Zat Besi, Seng dan Status Gizi Pada Anak Sekolah di SD Negeri 060813 Kecamatan Kota Kelurahan Pasar Merah Barat Tahun 2014. 1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran konsumsi zat besi, seng dan status gizi pada anak sekolah di SD Negeri 060813 Kecamatan Kota Kelurahan Pasar Merah Barat tahun 2014. 1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi pengelola pendidikan SD Negeri 060813 Kecamatan Kota Kelurahan
Pasar Merah Barat dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai masukan

8
untuk dasar pelaksanaan pengembangan kegiatan di sekolah dalam rangka program peningkatan gizi dan kesehatan berbasis sekolah. Terutama berkaitan dengan masalah asupan zat besi, seng dan status gizi pada anak sekolah. 2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan untuk penelitian lanjutan yang berkaitan dengan zat besi, seng dan status gizi pada anak sekolah dasar.


BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Zat Besi Zat besi sangat diperlukan oleh tubuh untuk pertumbuhan, membantu kerja
berbagai macam enzim dalam tubuh, menanggulangi infeksi, membantu kerja usus untuk menetralisir zat-zat toksin dan yang paling penting adalah untuk pembentukan hemoglobin. Jumlah besi yang disimpan dalam tubuh manusia adalah sekitar 4 g. Terdapat empat bentuk zat besi dalam tubuh. Sebagian besar zat besi yaitu kira-kira 2/3 dari total besi tubuh terikat dalam hemoglobin yang berfungsi khusus, yaitu mengangkut oksigen untuk keperluan metabolisme ke jaringan-jaringan tubuh. Sebagian lagi dari zat besi terikat dalam sistem retikuloendotelial di hepar dan sumsum tulang sebagai depot besi untuk cadangan. Sebagian kecil dari zat besi dijumpai dalam transferin yang merupakan transporting iron binding protein, sedangkan sebagian kecil lagi didapati dalam enzim-enzim yang berfungsi sebagai katalisator bagi proses metabolisme dalam tubuh. Kira-kira 1 mg besi hilang melalui urin, feses, keringat dan jaringan yang lepas dari kulit dan saluran cerna (Provan, 2004).
Zat besi (Fe) terdapat dalam bahan makanan hewani, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau tua. Pemenuhan Fe oleh tubuh memang sering dialami sebab rendahnya tingkat penyerapan Fe di dalam tubuh, terutama dari sumber Fe nabati yang hanya diserap 1-2%. Penyerapan Fe asal bahan makanan hewani dapat mencapai 10-20%. Fe bahan makanan hewani (heme) lebih mudah diserap daripada Fe nabati (non heme). Sumber terbaik zat besi dari makanan ialah hati, tiram, kerang, buah pinggang, daging tanpa lemak, ayam/itik dan ikan. Kacang
9

10

dan sayur yang dikeringkan adalah sumber iron yang baik daripada tumbuhan

Soekirman (2000). Berbagai bahan makanan yang merupakan sumber zat besi

dapat dilihat pada table 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1. Daftar Bahan Makanan Sumber Zat Besi

Jenis Makanan

Kadar Zat Besi (mg)


Daging

2,2-5

Ikan 1,2-4

Telur

1,2-1,5

Kacang hijau

6

Kacang kedelai

15,7

Sumber : Soekirman (2000).

2.1.1. Kebutuhan Zat Besi

Zat besi terdapat dalam makanan dalam bentuk ferri hidroksida, ferri-

protein dan kompleks heme-protein.Kandungan zat besi dan proporsi besi yang

diabsorpsi adalah berbeda bagi setiap jenis makanan.Secara umumnya, daging

terutamanya hati adalah sumber zat besi yang lebih baik berbanding sayur-

sayuran, telur dan sumber tenusu. Kebutuhan zat besi melalui makanan setiap

harinya sangat berbeda bergantung pada umur, jenis kelamin dan keadaan

individu masing- masing. Kebutuhan zat besi yang terbesar ialah dalam 2 tahun

kehidupan pertama, selanjutnya selama periode pertumbuhan cepat dan kenaikan

berat badan pada usia remaja dan sepanjang masa reproduksi wanita. Berdasarkan

Recommended Daily Allowance (RDA), laki-laki dewasa normal (19 tahun ke

atas) memerlukan zat besi sebanyak 8 mg/hari, sedangkan wanita pada usia

reproduktif (19-50 tahun) memerlukan zat besi sekitar 18 mg/hari. Pada wanita

hamil pula kebutuhan zat besi adalah sekitar 27 mg/hari dan tergantung pada usia

kehamilannya. Pada anak usia 4 hingga 8 tahun, zat besi yang dibutuhkan adalah

10 mg/hari manakala anak usia 9 hingga 13 tahun memerlukan zat besi sekitar 8

mg/hari (Hoffbrand, 2006).

11
2.1.2. Metabolisme zat besi Raspati (2010) menyatakan bahwa pada orang dewasa, perkembangan
metabolisme dalam hubungannya dengan homeostasis besi telah diketahui dan dapat difahami dengan baik. Proses metabolisme tersebut diperkirakan sama dengan yang terjadi pada anak-anak. Zat yang berperan penting dalam pembentukan hemoglobin adalah zat besi dengan protein (globin) dan protoporfirin. Selain zat tersebut, terdapat pula enzim-enzim yang berperan dalam metabolisme oksidatif, sintesis DNA, neurotransmitter, dan proses katabolisme.
Jumlah zat besi yang diserap oleh tubuh dipengaruhi oleh jumlah besi dalam makanan, bioavailabilitas besi dalam makanan dan penyerapan oleh mukosa usus. Bioavailabilitas besi dipengaruhi oleh komposisi zat gizi dalam makanan. Asam askorbat, daging, ikan dan unggas akan meningkatkan penyerapan besi non heme. Jenis makanan yang mengandung asam tanat (terdapat dalam teh dan kopi), kalsium, fitat, beras, kuning telur, polifenol, oksalat, fosfat, dan obat-obatan (antasid, tetrasiklin dan kolestiramin) akan mengurangi penyerapan zat besi. Kandungan zat besi pada orang dewasa adalah 55 mg/kg BB atau sekitar 4 gram. Lebih kurang 67% zat besi tersebut dalam bentuk hemoglobin, 30% sebagai cadangan dalam bentuk feritin atau hemosiderin dan 3% dalam bentuk mioglobin. Hanya sekitar 0,07% sebagai transferin dan 0,2% sebagai enzim. Pada bayi yang baru lahir, kandungan zat besi dalam tubuhnya adalah 0,5 gram.
Menurut Anwar (2009) zat besi dalam makanan ada dalam 2 bentuk, yaitu besi heme dan besi non heme. Besi heme adalah senyawa besi yang berikatan dengan protein dan berasal dari hemoglobin dan mioglobin yang terdapat dalam

12
darah bahan makanan hewani. Sedangkan besi non heme adalah besi yang ada dalam bentuk besi anorganik dan umumnya terdapat dalam bahan makanan dari tumbuh-tumbuhan, seperti sayuran dan kacang-kacangan. Zat besi non heme terdapat dalam bentuk kompleks inorganik Fe3+. Absorbsi besi non heme sangat dipengaruhi oleh faktor yang mempermudah dan faktor yang menghambat, yang terdapat di dalam bahan makanan yang dikonsumsi. Sementara itu, zat besi heme tidak dipengaruhi oleh faktor penghambat. Karena itu, jumlah zat besi heme yang dapat diabsorbsi lebih banyak daripada zat besi dalam bentuk non heme. Dari berbagai penelitian, dibuktikan bahwa besi heme yang dapat diserap hamper 30%, sedangkan besi non heme hanya dapat diserap sebesar 5%. Namun, tingkat penyerapan zat besi non heme yang rendah itu dapat ditingkatkan dengan penambahan faktor yang mempermudah, yaitu vitamin C.
Raspati (2010) menjelaskan bahwa untuk metabolisme, besi heme di dalam lambung dipisahkan dari proteinnya oleh asam lambung dan enzim proteosa. Setelah itu besi heme mengalami oksidasi menjadi hemin yang akan masuk ke dalam sel mukosa usus secara utuh, kemudian dipecah oleh enzim hemeoksigenase menjadi ion feri bebas dan porfirin. Sedangkan besi non heme di lumen usus akan berikatan dengan apotransferin membentuk kompleks transferin besi yang kemudian akan masuk ke dalam sel mukosa. Di dalam sel mukosa, besi akan dilepaskan dan apotransferin kembali ke dalam lumen usus. Selanjutnya sebagian besi bergabung dengan apoferitin membentuk feritin, sedangkan besi yang tidak diikat oleh apoferitin akan masuk ke peredaran darah dan berikatan dengan apotransferin membentuk transferin serum.

13
Selanjutnya Raspati (2010) menyatakan bahwa penyerapan besi oleh tubuh berlangsung melalui mukosa usus halus, terutama di duodenum sampai pertengahan jejunum, makin ke arah distal usus penyerapannya semakin berkurang. Besi dalam makanan terbanyak ditemukan dalam bentuk senyawa besi non heme berupa kompleks senyawa besi inorganik (Feri/ Fe3+) yang oleh pengaruh asam lambung, vitamin C, dan asam amino mengalami reduksi menjadi bentuk fero (Fe2+). Bentuk fero ini kemudian diabsorbsi oleh sel mukosa usus dan di dalam sel usus bentuk fero ini mengalami oksidasi menjadi bentuk feri yang selanjutnya berikatan dengan apoferitin menjadi feritin. Selanjutnya besi feritin dilepaskan ke dalam peredaran darah setelah melalui reduksi menjadi bentuk fero dan di dalam plasma ion fero direoksidasi kembali menjadi bentuk feri yang kemudian berikatan dengan 1 globulin membentuk transferin. Absorbsi besi non heme akan meningkat pada penderita anemia defisiensi besi. Transferin berfungsi untuk mengangkut besi dan selanjutnya didistribusikan ke dalam jaringan hati, limpa dan sumsum tulang serta jaringan lain untuk disimpan sebagai cadangan besi tubuh.
Raspati (2010) juga menjelaskan bahwa di dalam sumsum tulang sebagian besi dilepaskan ke dalam eritrosit (retikulosit) yang selanjutnya bersenyawa dengan porfirin membentuk heme dan persenyawaan globulin dengan heme membentuk hemoglobin. Setelah eritrosit berumur ± 120 hari fungsinya kemudian menurun dan selanjutnya dihancurkan di dalam sel retikuloendotelial. Hemoglobin mengalami proses degradasi menjadi biliverdin dan besi. Selanjutnya biliverdin akan direduksi menjadi bilirubin, sedangkan besi akan masuk ke dalam

14
plasma dan mengalami siklus metabolisme seperti di atas atau akan tetap disimpan sebagai cadangan tergantung aktivitas eritropoisis.
Di dalam tubuh cadangan besi ada 2 bentuk, yang pertama feritin yang bersifat mudah larut, tersebar di sel parenkim dan makrofag, terbanyak di hati. Bentuk kedua adalah hemosiderin yang tidak mudah larut, lebih stabil tetapi lebih sedikit dibandingkan feritin. Hemosiderin ditemukan terutama dalam sel kupfer hati dan makrofag di limpa dan sumsum tulang. Cadangan besi ini akan berfungsi untuk mempertahankan homeostasis besi dalam tubuh. Apabila pemasukan besi dari makanan tidak mencukupi, maka tubuh akan menggunakan cadangan zat besi yang ada untuk mempertahankan kadar Hb (Raspati, 2010).
Anwar (2009) menjelaskan bahwa fungsi utama senyawa besi adalah fungsi metabolik dan fungsi enzimatik. Adapun yang termasuk kategori fungsi metabolik adalah hemoglobin (sel darah merah), mioglobin, dan sitokom. Darah merah merupakan pengangkut dan penyimpan zat gizi dan oksigen. Berkurangnya jumlah sel darah merah dalam tubuh akan mempengaruhi kemampuan darah untuk membawa zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh. Akibatnya, tubuh kekurangan zat gizi dan oksigen. Hal itulah yang menyebabkan timbulnya rasa letih, lelah, lesu, dan lemah. Hal tersebut akan berlanjut pada aktivitas fisik menurun, mudah lelah, dan sesak napas. Jika keadaan itu berlanjut, kegiatan sehari-hari akan terganggu sehingga menurunkan produktifitas.
Anwar (2009) juga menjelaskan bahwa penurunan pemusatan perhatian (atensi), kecerdasan, dan prestasi belajar dapat terjadi akibat anemia besi. Seorang yang menderita anemia akan malas bergerak sehingga kegiatan motoriknya akan terganggu. Distribusi zat gizi yang menurun akan menyebabkan otak kekurangan

15
energi. Akibatnya, daya pikir orang itu pun ikut menurun sehingga prestasi pun ikut menurun. Anemia juga terbukti dapat menurunkan atau mengakibatkan gangguan fungsi imunitas tubuh, seperti menurunnya kemampuan sel leukosit dalam membunuh mikroba. Anemia juga berpengaruh terhadap metabolisme karena besi juga berperan dalam beberapa enzim. Pada anak-anak, hal itu akan menghambat pertumbuhan. Selain itu, anemia juga akan menyebabkan penurunan nafsu makan yang akan menyebabkan seseorang kekurangan gizi. 2.1.3. Kekurangan Zat Besi
Proses metabolisme zat besi digunakan untuk biosintesa hemoglobin, dimana zat besi digunakan secara terus-menerus. Sebagian besar zat besi yang bebas dalam tubuh akan dimanfaatkan kembali (reutilization), dan hanya sebagian kecil sekali yang diekskresikan melalui air kemih, feses dan keringat. Keseimbangan zat besi dalam tubuh diregulasi dengan sebaiknya untuk memastikan bahwa zat besi yang diabsorpsi di usus cukup untuk mengkompensasi zat besi yang hilang dari tubuh. Bila seseorang anak atau bayi sedang tumbuh membutuhkan zat besi yang lebih banyak daripada cadangan zat besi yang ada, maka anak atau bayi tersebut akan mengalami keseimbangan zat besi yang negatif. Bila keadaan ini menetap, maka usaha yang pertama dari tubuh adalah cadangan zat besi akan dipakai, bila cadangan zat besi habis, maka bagian zat besi yang berfungsi akan dengan cepat pula berkurang (Provan, 2004).
Terdapat 3 tingkat dari kekurangan zat besi. Pada tingkat pertama atau "Negative Iron Balance”, ditandai dengan berkurangnya atau tidak adanya cadangan besi, sehingga kadar feritin plasma dan simpanan besi dalam sumsum tulang akan menurun dan absorbsi zat besi akan meningkat. Pada orang dewasa

16
keadaan ini mudah dibedakan dengan keadaan normal, tetapi pada anak yang sedang tumbuh agak sulit ditentukan, karena pada anak-anak yang sedang tumbuh dalam keadaan normal pun bisa didapati kadar hemosiderin dalam sumsum tulang yang sangat rendah. Pada tingkat kedua, bilamana keseimbangan zat besi yang negatif menjadi lebih progresif, maka terjadilah keadaan yang dinamakan "Iron deficiency erythropoesis” dengan tanda-tanda penurunan cadangan zat besi dalam tubuh, penurunan kadar besi dalam serum, dan penurunan kadar jenuh transferin sampai 15-20%. Sintesis hemoglobin terganggu dan konsentrasi hemoglobin berkurang sehingga di bawah kadar optimal tapi belum ada tanda-tanda anemia yang jelas. Pada tingkat ketiga atau dinamakan "Iron deficiency anemia”, keseimbangan zat besi yang negatif yang berlama-lama akan menyebabkan munculnya tanda-tanda anemia yang nyata, disertai dengan kelainan-kelainan seperti pada tingkat kedua (Kasper, 2005).
Kehilangan zat besi, dapat terjadi secara fisiologis atau patologis. Kehilangan secara fisiologis terjadi pada wanita usia reproduktif melalui menstruasi yaitu kira-kira 20 mg besi per bulan. Semasa kehamilan pula, kira-kira 500-1000 mg besi hilang dari ibukepada fetus, plasenta dan perdarahan sewaktu partus (Provan, 2004).Kehilangan zat besi secara patologis pula paling sering terjadi akibat perdarahan saluran cerna.Prosesnya sering tiba-tiba.Perdarahan akibat cacing tambang dan Schistosoma merupakan penyebab tertinggi terjadinya perdarahan saluran cerna dan seterusnya mengakibatkan anemia defisiensi besi (Wijaya, 2007). Pada orang dewasa, penyebab lain yang mengakibatkan perdarahan saluran cerna adalah tukak peptik, hernia hiatus, gastritis akibat konsumsi alkohol dan obat-obatan OAINS, hemoroid, kelainan vaskular

17
contohnya angiodisplasia, penyakit inflamasi usus dan neoplasma. Perdarahan pada saluran urogenital juga boleh menyebabkan anemia defisiensi besi contohnya neoplasma, proses inflamasi atau batu saluran kemih (Beutler, 2000).
Penurunan absorpsi zat besi juga dapat mengakibatkan terjadinya anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi merupakan komplikasi umum dari gastrektomi parsial atau total karena penurunan dari keasaman lambung dan peningkatan kecepatan transit usus mengganggu absorpsi dari zat besi (Greer, 2003). Pasien dengan diare kronik atau malabsorpsi usus halus juga dapat menderita defisiensi zat besi, terutama jika duodenum dan jejunum proksimal ikut terlibat.Penyakit seperti enteropati diinduksi gluten dan gastritis atropik disebabkan autoimun atau infeksi helicobacter pylori turut menjadi faktor predisposisi kepada defisiensi besi akibat gangguan absorpsi (Hoffbrand, 2006).
Penyebab seterusnya adalah asupan zat besi yang tidak adekuat. Tetapi, tanpa ada penyebab lain contohnya kehilangan darah yang signifikan atau infestasi cacing tambang, etiologi ini jarang menimbulk