Gambaran Pengetahuan Gizi, Pola Konsumsi Pangan Dan Status Gizi Pada Supir Angkot Rahayu Medanceria Trayek 104 Di Kota Medan Tahun 2008

(1)

Enika R. Siregar : Gambaran Pengetahuan Gizi, Pola Konsumsi Pangan Dan Status Gizi Pada Supir Angkot Rahayu Medanceria Trayek 104 Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA SUPIR ANGKOT RAHAYU MEDAN CERIA

TRAYEK 104 DI KOTA MEDAN TAHUN 2008

SKRIPSI

OLEH :

ENIKE R SIREGAR NIM.041000177

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(2)

GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA SUPIR ANGKOT RAHAYU MEDAN CERIA

TRAYEK 104 DI KOTA MEDAN TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana kesehatan Masyarakat

OLEH

ENIKE R SIREGAR NIM.041000177

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA SUPIR ANGKOT RAHAYU MEDAN CERIA

TRAYEK 104 DI KOTA MEDAN TAHUN 2008

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :

ENIKE R SIREGAR NIM.041000177

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 14 Januari 2009 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

( Dr.Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si ) ( dr. Mhd. Arifin Siregar MS )

NIP. 132 049 788 NIP. 131 695 307

Penguji II Penguji III

( Ernawati Nasution, SKM, M.Kes ) ( Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si )

NIP. 132 126 844 NIP.132 049 786

Medan, Januari 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan

( dr. Ria Masniari Lubis, M.Si ) NIP.131 124 053


(4)

ABSTRAK

Masalah kekurangan konsumsi pangan bukanlah merupakan hal baru yang mempunyai dampak sangat nyata terhadap timbulnya masalah gizi. Salah satu faktor yang menyebabkan keadaan ini adalah bertambahnya jumlah penduduk, disamping itu masalah gizi dapat timbul disebabkan oleh beberapa faktor yang mencakup aspek-aspek ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya serta agama. Apabila pemenuhan kebutuhan tubuh akan makanan tidak dapat diperhatikan maka tubuh akan menunjukkan beberapa gejala yaitu tubuh menjadi lesu, kurang bergairah untuk menimbulkan berbagai kegiatan, dan kondisi yang demikian tentunya akan banyak menimbulkan kerugian seperti peka akan macam-macam penyakit, kemalasan untuk mencari nafkah, produktifitas kerja sangat lemah dan lain-lain.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross

sectional untuk mengetahui gambaran pengetahuan gizi, pola konsumsi pangan dan

status gizi pada supir angkot Rahayu Medan Ceria trayek 104 tahun 2008. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh supir angkot RMC Trayek 104 di kota Medan yang berjumlah 150 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara accidental

sampling yaitu sebanyak 61 orang. Data pola makan didapat melalui wawancara

dengan menggunakan food recall dan food-frequency, data tentang pengetahuan gizi menggunakan kuesioner dan pengukuran status gizi dengan menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan, kemudian data dianalisis dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pengetahuan gizi supir angkot kategori baik (52,46%). Tingkat konsumsi energi termasuk kategori sedang (68,85%), sedangkan tingkat konsumsi protein termasuk kategori baik (60,66%). Sebagian besar status gizi supir angkot normal (67,21%).

Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada supir angkot agar lebih memperhatikan konsumsi pangannya dengan mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang, mengonsumsi susu dan buah-buahan, dan dianjurkan pada pemilik rumah makan sekitar pangkalan menyediakan buah-buahan


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Enike Ronian Ito Siregar

Tempat/Tanggal Lahir : Pematangsiantar, 12 November 1985 Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah anggota keluarga : 8 orang

Anak ke : 3 dari 5 orang bersaudara

Alamat rumah : Jalan Berdikari No. 2a Padang Bulan Medan Alamat Orang tua : Jalan Kesatria Lorong 29 No. 32 Pematangsiantar

Riwayat pendidikan

1. Tahun 1992-1998 : SD Swasta RK Cinta Rakyat No.4 Pematangsiantar 2. Tahun 1998-2001 : SLTP Negeri 1 Pematangsiantar

3. Tahun 2001-2004 : SMU Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar 4. Tahun 2004-2009 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU


(6)

KATA PENGHANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran

Pengetahuan Gizi, Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi pada Supir Angkot Rahayu Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan Tahun 2008“. Kemuliaan hanya

bagi Dia yang selalu menyertai setiap langkah penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Selama menyusun skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan, bantuan secara moril maupun materil serta bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih setulusnya kepada :

1. Ibu dr.Ria Masniari Lubis, MSi Selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ketua Departemen Gizi Masyarakat, Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes.

3. Ibu Dr.Ir. Evawany Y Aritonang, MSi selaku dosen pembimbing I dan Bapak dr. Mhd. Arifin Siregar, MS sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Ernawati Nasution, SKM, MKes dan Bapak Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi selaku dosen penguji II dan dosen penguji III yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini

5. Ibu dr.Rusmalawaty sebagai dosen pembimbing akademik yang telah banyak membantu dan mengarahkan penulis pada masa perkuliahan di FKM USU. 6. Bang Marihot yang mau memberi informasi yang banyak dalam membantu

penulisan skripsi ini.

7. Bapak Direktur PT. Rahayu Medan Ceria yang telah memberikan izin dan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini

8. Abang-abang dan Bapak-bapak supir yang telah mau diwawancarai saat penelitian.

9. Sihar Boy Ruky Hutahaean, ST (Bang Boim) terima kasih atas perhatian, kasih sayang dan dukungan doanya.


(7)

10. Buat temanku Sonti Erika, SKM, Ade Nofe Siahaan dan Miranti Ompusunggu, terima kasih atas bantuan dan dukungan doanya.

11. Buat teman dekat ku dari awal perkuliahan Fedy_Girls ada Deta Sepriani Barus, SKM, Fransiska Dewi Silalahi, dan Yunita Fitriani Simanjuntak, SKM, terima kasih atas kebersamaannya selama perkuliahan kita juga atas dukungan doanya, terkhusus buat siska.

12. Teman-teman seperjuanganku terkhusus civitas GMKI’04, ada Junisbon, Richi, David, SKM, Rinto, SKM, Frengki, SKM, Mardin, Iwan, Niel, Jariston, Doni, Gibeon, Marlina SKM, Rita SKM, Vutri SKM, Tresia SKM,dll yang telah sama-sama berjuang dari awal perkuliahan.

13. Buat adek-adek stambuk terkhusus civitas GMKI ada Anggi’06, Eva’06, lafandi’06, Arito”06, Johannes’06, okvianus’06, Wilda’06, Christin’06, dll, terima kasih atas dukungan dan doanya.

14. Buat teman-teman satu peminatan gizi, K’Siska, Indah, Ica, Yuli, K’Lina, K’Rika, K’Rusmiati dll terimakasih atas dukungan dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

15. Buat teman satu kosku ada K’Risda, Lisma, Rosa, terima kasih juga atas dukungan doanya.

16. Buat kru vector (B’Ryolta, B’Bewoks, B’Lerry, B’Junihar, B’Toms, B’Mul, dll), terima kasih atas dukungannya dan bantuannya.

17. Buat teman-teman GMKI cabang Medan, ada Sonya, Lamhot, Roni, Rey, dll, terima kasih atas dukungan doanya.

18. Buat Keluargaku ada bou Nova, bou Wandi, bou Jeff, uda Lolo,uda Lidia,

uda Trisno, uda Elek, dan uda Natar, terkhusus buat opung doli dan opung boruku di muara terima kasih buat semuanya atas dukungan doanya dan

perhatiannya.

Terkhusus buat kedua orangtuaku M. Siregar dan S. Siringo-ringo, yang selalu senantiasa mendoakan penulis selama awal perkuliahan sampai sekarang dan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis, terima kasih buat semuanya


(8)

hanya Tuhan yang dapat membalas kebaikan Mamak dan Bapak. Kemudian saudara-saudaraku tersayang, kakakku Morry Siregar, SP, Juliati Siregar, SS, adik-adikku Bonando Siregar, Doli Andreas Siregar dan adekku yang paling imut Roy Siregar, terimakasih atas dukungan baik moril maupun materil dan juga dukungan doanya

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik membangun untuk kesempurnaan skripsi nin. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Tuhan Yesus selalu senantiasa melimpahkan kasih dan berkat-Nya kepada kita. Akhir kata tinggilah iman, tinggilah ilmu, tinggilah pengabdian kita.

Ut Omnes Unum Sint. Syalom!

Medan, Januari 2009 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Riwayat Hidup Penulis ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2 . Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Gizi ... 6

2.2. Pola Konsumsi Pangan ... 7

2.3. Angka kecukupan Gizi Yang dianjurkan ... 9

2.4. Penilaian Status Gizi ... 10

2.5. Indeks Massa Tubuh (IMT)/ Body Mass Index (BMI)... 15

2.6. Gizi Kerja ... 17

2.7. Supir Angkutan Kota (Angkot) ... 20

2.8. Kerangka Konsep Penelitian ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 23

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 23

3.2.2. Waktu Penelitian ... 23

3.3. Populasi dan Sampel ... 23

3.3.1. Populasi ... 23

3.3.2. Sampel ... 24

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 24

3.4.1. Data Primer ... 25

3.4.2. Data Sekunder ... 25

3.5. Instrumen Penelitian ... 25

3.6. Defenisi Operasional Variabel ... 26

3.7. Aspek Pengukuran Data ... 27


(10)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian... 29

4.2. Gambaran Umum Responden ... 30

4.2.1 Umur Responden ... 30

4.2.2 Pendidikan Responden... 31

4.2.3 Status Perkawinan Responden ... 31

4.2.4 Pendapatan Responden ... 32

4.2.5 Lama bekerja Sebagai Supir ... 32

4.2.6 Lama Bekerja Dalam Sehari ... 33

4.2.7 Trip Bekerja ... 33

4.3 Pengetahuan Responden ... 33

4.4 Pola Konsumsi Pangan ... 33

4.4.1 Jenis dan Frekuensi Makanan ... 33

4.4.2 Konsumsi Energi dan Protein... 38

4.4.2.1 Konsumsi Energi ... 38

4.4.2.2 Konsumsi Protein ... 38

4.5 Status Gizi Responden ... 39

4.6 Pengetahuan Gizi Responden Dilihat Dari Tingkat Konsumsi Energi Dan Protein ... 39

4.7 Status Gizi Responden dilihat dari Tingkat Konsumsi Energi dan Protein ... 41

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden ... 44

5.2 Pengetahuan Gizi ... 45

5.3 Pola Konsumsi Pangan ... 46

5.3.1 Jenis dan Frekuensi Makanan Supir Angkot RMC Trayek 104 di kota Medan ... 46

5.3.2 Konsumsi Energi dan Protein ... 49

5.4 Status Gizi Supir Angkot ... 51

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 53

6.2 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

- Kuesioner - Master data - Foto penelitian - Surat izin penelitian - Surat selesai penelitian


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Angka Kecukupan Gizi (Energi dan Protein) Rata-rata yang dianjurkan pada

Pria Kelompok umur 20-60 tahun ... 10 Tabel 2.2. Kategori ambang batas IMT menurut WH……… ... 17 Tabel 4.1. Trayek Mobil Angkutan Kota P.T. Rahayu Medan Ceria di Kota Medan

Tahun 2008... 29 Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Umur pada Supir Angkot Rahayu Medan

Ceria Trayek 104 di Kota Medan ... 30 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan pada Supir Angkot Rahayu

Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan ... 30 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan Supir Angkot

Rahayu Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan ... 31 Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Supir Angkot Rahayu

Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan ... 31 Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bekerja Supir Angkot Rahayu

Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan ... 32 Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bekerja Supir Angkot Rahayu

Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan ... 32 Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Trip Bekerja Supir Angkot Rahayu

Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan ... 32 Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Supir Angkot Rahayu

Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan ... 33 Tabel 4.10 Distribusi Jenis Bahan Makanan dan Frekuensi Makanan Supir Angkot

Rahayu Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan ... 34 Tabel 4.11 Distribusi Tempat Sarapan Pagi Supir Angkot Rahayu Medan Ceria

Trayek 104 di Kota Medan tahun 2008 ... 35 Tabel 4.12 Distribusi Waktu Sarapan Pagi Supir Angkot Rahayu Medan Ceria Trayek


(12)

Tabel 4.13 Distribusi Tempat Makan Siang Supir Angkot Rahayu Medan Ceria

Trayek 104 di Kota Medan tahun 2008 ... 36 Tabel 4.14 Distribusi Waktu Makan Siang Supir Angkot Rahayu Medan Ceria Trayek

104 di Kota Medan tahun 2008 ... 37 Tabel 4.15 Distribusi Tempat Makan Malam Supir Angkot Rahayu Medan Ceria

Trayek 104 di Kota Medan Tahun 2008 ... 37 Tabel 4.16 Distribusi Waktu Makan Malam Supir Angkot Rahayu Medan Ceria

Trayek 104 di Kota Medan tahun 2008 ... 37 Tabel 4.17 Distribusi Kecukupan Energi yang Dikonsumsi Supir Angkot Rahayu

Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan tahun 2008 ... 38 Tabel 4.18 Distribusi Kecukupan Protein Yang Dikonsumsi Supir Angkot Rahayu

Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan tahun 2008 ... 38 Tabel 4.19 Distribusi Status Gizi Supir Angkot Rahayu Medan Ceria Trayek 104 di

Kota Medan menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) tahun 2008 ... 39 Tabel 4.20 Distribusi Pengetahuan Gizi Responden Berdasarkan Konsumsi Energi

Supir Angkot Rahayu Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan tahun

2008 ... 39 Tabel 4.21 Distribusi Pengetahuan Gizi Responden Berdasarkan Konsumsi Protein

Supir Angkot Rahayu Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan tahun

2008 ... 40

Tabel 4.22 Distribusi Status Gizi Responden Berdasarkan Konsumsi Energi Pada Supir Angkot Rahayu Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan

berdasarkan kelompok Umur tahun 2008 ... 41 Tabel 4.23 Distribusi Status Gizi Responden Berdasarkan Konsumsi Protein Pada

Supir Angkot Rahayu Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan tahun


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah kekurangan pangan bukanlah merupakan hal yang baru, namun masalah ini tetap aktual terutama di negara-negara sedang berkembang Salah satu faktor yang menyebabkan keadaan ini terjadi adalah bertambahnya jumlah penduduk di berbagai negara yang sedang berkembang yang cenderung meningkat terus, sedangkan pertambahan produksi belum mengimbanginya, walaupun telah diterapkan beragam teknologi mutakhir (Suhardjo, 1996).

Era globalisasi ikut berpengaruh terhadap perubahan gaya hidup dan pola konsumsi makan masyarakat, terutama masyarakat perkotaan. Selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal tetapi menjadi global. Dalam waktu yang relatif singkat telah berkembang pola makan fast food yang cenderung tinggi lemak jenuh dan gula, rendah serat, dan rendah zat gizi mikro. Tentu saja perubahan selera makan yang jauh dari konsep seimbang akan berdampak terhadap kesehatan dan status gizi. Dalam kaitannya dengan produsen, era globalisasi juga akan berpengaruh terhadap sistem ketahanan dan keamanan pangan (Baliwati, 2006).

Kekurangan dan kelebihan zat gizi yang diterima tubuh seseorang akan sama mempunyai dampak yang negatif, perbaikan konsumsi pangan dan peningkatan status gizi sesuai atau seimbang dengan yang diperlukan tubuh jelas merupakan unsur penting yang berdampak positif bagi peningkatan kualitas hidup manusia, sehat, kreatif dan produktif. Apabila pemenuhan kebutuhan tubuh akan makanan tidak dapat diperhatikan maka tubuh akan menunjukkan beberapa gejala yaitu tubuh menjadi


(14)

lesu, kurang bergairah untuk menimbulkan berbagai kegiatan, dan kondisi yang demikian tentunya akan banyak menimbulkan kerugian seperti peka akan macam-macam penyakit, kemalasan untuk mencari nafkah, produktifitas kerja sangat lemah dan lain-lain.

Pola konsumsi pangan sangat ditentukan oleh faktor sosial ekonomi rumah tangga seperti tingkat pendapatan, harga pangan, selera dan kebiasaan makan. Pola konsumsi pangan juga dipengaruhi oleh karakteristik rumah tangga yaitu jumlah anggota rumah tangga, struktur umur jenis kelamin, pendidikan dan lapangan pekerjaan. Dalam masa pembangunan dewasa ini secara umum pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia telah berubah. Umumnya pola konsumsi telah beralih ke bahan pangan yang lebih bergizi, sehingga kesehatan masyarakat secara umum dapat diperbaiki.

Pendidikan gizi merupakan suatu proses belajar tentang pangan, bagaimana tubuh kita menggunakannya dan mengapa diperlukan untuk kesehatan umumnya. Masalah kekurangan konsumsi pangan bukanlah merupakan hal yang baru yang mempunyai dampak sangat nyata terhadap timbulnya masalah gizi. Salah satu faktor yang menyebabkan keadaan ini adalah bertambahnya jumlah penduduk, disamping itu masalah gizi dapat timbul disebabkan oleh beberapa faktor yang mencakup aspek-aspek ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya serta agama (Suhardjo, 1996).

Menurut Suhardjo, 1996, kurangnya pengetahuan dan salah persepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Sebab penting dari gangguan gizi adalah


(15)

kekurangan pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan pengetahuan gizi yang cukup diharapkan seseorang dapat mengubah perilaku yang kurang benar sehingga dapat memilih bahan makanan bergizi serta menyusun menu seimbang sesuai dengan kebutuhan dan selera serta akan mengetahui akibat adanya kurang gizi. Pemberian pengetahuan gizi yang baik diharapkan dapat mengubah kebiasaan makan yang semula kurang menjadi lebih baik.

Di era globalisasi dan pasar bebas AFTA 2003, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu persyaratan yang ditetapkan dalam hubungan antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh anggota termasuk Indonesia. Beban ini cukup berat dimana dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007, penduduk Indonesia dewasa ini diperkirakan berjumlah 228,5 juta. Pada tahun 2001 angkatan kerja perempuan berbanding laki-laki perbandingannya adalah 5,1 juta berbanding 7,6 juta menjadi 5,3 juta berbanding 8,7 juta di tahun 2008. Dalam keadaan ini dimana jumlah pekerja pria lebih banyak dari wanita, maka ada hal yang harus diperhatikan dalam tujuan membantu kesehatan yang optimal.

Akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan di tanah air, kondisi kekurangan gizi yang melanda masyarakat kita semakin luas. Banyaknya PHK telah meningkatkan jumlah pengangguran. Hak dan perlindungan tenaga kerja belum terwujud, jumlah penduduk miskin semakin membengkak, dan derajat kesehatan masyarakat menurun drastis (Rahardja, 2001).

Banyaknya pengangguran dan tingkat pengetahuan yang rendah membuat sebagian masyarakat memilih pekerjaan sebagai supir angkot, khususnya pria. Supir


(16)

angkot adalah mereka yang mencari nafkah dengan membawa mobil angkotan kota dan mencari penumpang sebanyak-banyaknya sehingga sesama supir-supir angkot sering kejar-mengejar mencari penumpang. Kehidupan supir Angkot sudah terpuruk karena tidak sebandingnya pengeluaran dengan pendapatan. Apalagi supirnya adalah kepala keluarga yang harus menafkahi keluarganya. Pastinya mereka pusing memikirkan pendapatan yang sedikit dan setoran kepada bos-nya. Tidak seperti lelaki yang belum menikah, lelaki yang sudah menikah harus menyesuaikan pengeluarannya dengan kebutuhan istri dan anak-anak mereka (Wirawan, 2006). Jadi mereka harus memperhatikan pola konsumsi pangannya supaya tercapai kesehatan yang optimal.

Berdasarkan pengamatan penulis sebagian besar supir angkot Rahayu Medan Ceria (RMC) trayek 104 memiliki pola konsumsi pangan yang salah yaitu waktu makan yang tidak teratur dan mereka mengonsumsi jenis makanan yang tidak bergizi hal ini dicurigai penyebabnya adalah kurangnya kesadaran para supir angkutan kota akan kesehatan terhadap pola konsumsi pangan, dan masih memiliki pengetahuan gizi yang kurang. Sementara salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pola konsumsi seseorang adalah tingkat pengetahuan gizi. Seseorang yang mempunyai tingkat pengetahuan gizi yang baik, seharusnya memiliki pola konsumsi pangan yang baik dan benar.

Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih lanjut sejauh mana gambaran pengetahuan gizi, pola konsumsi pangan dan status gizi pada supir angkot RMC trayek 104 di kota Medan.


(17)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan gizi, pola konsumsi pangan dan status gizi supir angkot Rahayu Medan Ceria trayek 104 di kota Medan tahun 2008.

1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan gizi, pola konsumsi pangan dan status gizi pada supir angkot Rahayu Medan Ceria trayek 104 tahun 2008

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan gizi supir angkot Rahayu Medan Ceria trayek 104 mengenai makanan sehat dan bergizi.

2. Untuk mengetahui jenis makanan dan frekuensi makanan yang dikonsumsi supir angkot Rahayu Medan Ceria trayek 104.

3. Untuk mengetahui konsumsi energi dan protein dari makanan yang dikonsumsi supir angkot Rahayu Medan Ceria trayek 104.

4. Untuk mengetahui status gizi supir angkot Rahayu Medan Ceria trayek 104.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan dan informasi bagi para supir angkotan kota untuk lebih memperhatikan pola makannya.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan adalah apa yang diketahui seseorang tentang sesuatu yang didapat baik secara formal maupun informal. Pengetahuan merupakan hasil tahu, ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu melalui pancaindera. Pengetahuan yang dimiliki sangat penting untuk terbentuknya sikap dan tindakan.

Hal ini juga berlaku dalam pemenuhan gizi bagi setiap orang. Seseorang yang didasari dengan pengetahuan gizi yang baik akan memperhatikan keadaan gizi setiap makanan yang akan dikonsumsinya. Makanan yang bergizi bukanlah suatu makanan yang mahal dan enak rasanya. Pandangan awam yang menyatakan bahwa makanan yang bergizi baik dan sangat baik untuk dikonsumsi, tidaklah selalu benar/ seseorang dapat memenuhi gizinya dengan hanya mengkonsumsi makanan yang harganya murah dan bervariasi.

Pengetahuan gizi sangat diperlukan dalam upaya pemilihan makanan yang akan dikonsumsi, dengan tujuan agar makanan tersebut memberikan gizi yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh atau sering disebut dengan gizi seimbang.

Suatu hal yang menyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan:


(19)

2. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi.

3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi.

Kurangnya pengetahuan dan salah persepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan persedian pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Sebab lain yang penting dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari

2.2. Pola Konsumsi Pangan

Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Mudanijah, 2006). Pola konsumsi pangan merupakan gambaran mengenai jumlah, jenis, dan frekuensi bahan makanan yang dikonsumsi seseorang sehari-hari dan merupakan ciri khas pada suatu kelompok masyarakat tertentu (Aritonang, 2004).

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah faktor ekonomi dan harga, serta faktor sosio budaya dan religi seperti yang dijelaskan berikut ini.

1. Faktor Ekonomi dan Harga

Keadaan ekonomi keluarga relative mudah diukur dan berpengaruh besar pada konsumsi pangan, terutama pada golongan miskin. Hal ini disebabkan


(20)

karena penduduk golongan miskin sebagian besar pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan makanan.

Perubahan pendapatan secara langsung dapat memmpengaruhi perubahan konsumsi pangan keluarga. Meningkatnya pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan keluarga. Meningkatnya pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya, penurunan pendapatan akan menyebabkan penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli.

2. Faktor Sosio Budaya dan Religi

Kebudayaan suatu bangsa masyarakat mempunyai kekuatan yang berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan yang digunakan untuk dikonsumsi. Aspek Sosio Budaya pangan adalah fungsi pangan dalam masyarakat yang berkembang sesuai dengan keaadaan lingkungan, agama, adat kebiasaan dan pendidikan masyarakat tersebut.

Kebudayaan juga menentukan kapan seseorang boleh atau tidak boleh memakan suatu makanan (tabu), walaupun tidak semua tabu rasional, bahkan banyak jenis tabu yang tidak masuk akal. Oleh karena itu kebudyaan mempengaruhi seseorang dalam konsumsi pangan yang menyangkut pemilihan jenis pangan, serta persiapan serta penyajiannya.

Banyak sekali penemuan para peneliti yang menyatakan bahwa faktor sosio budaya sangat berperan dalam proses konsumsi pangan dan terjadinya masalah gizi di berbagai masyarakat dan negara.


(21)

Apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beraneka ragam maka akan timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan produktif. Dengan mengonsumsi yang satu akan melengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan yang lain, sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang. Jadi, untuk mencapai masukan zat gizi yang seimbang tidak mungkin hanya dipenuhi oleh satu jenis makanan, melainkan harus terdiri dari aneka ragam makanan.

2.3. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan

Angka kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) adalah banyaknya masing-masing zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari makanan mencakup hampir semua orang sehat untuk mencegah defesiensi zat gizi. AKG dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, tinggi badan, genetika dan keadaan fisiologis seperti ibu hamil dan menyusui.

Nilai AKG untuk semua zat gizi kecuali energi ditetapkan selalu lebih tinggi daripada kecukupan rata-rata sehingga dapat dijamin, bahwa kecukupan hampir seluruh penduduk terpenuhi. Oleh karena itu asupan dibawah nilai AKG tidak selalu berarti tidak cukup, tetapi makin jauh di bawah nilai tersebut risiko untuk memperoleh asupan tidak cukup meningkat. Khusus untuk energi, nilai kecukupannya ditaksir setara dengan nilai pakainya sebab asupan energi yang kurang maupun lebih dari nilai pakainya akan memberikan dampak pada terganggunya kesehatan.

Angka Kecukupan Gizi (Energi dan Protein) rata-rata yang dianjurkan untuk orang dewasa pada pria kelompok umur 20-60 tahun tampak pada tabel berikut :


(22)

Tabel 2.1. Angka Kecukupan Gizi (Energi dan Protein) Rata-rata yang Dianjurkan pada Pria Kelompok umur 20-60 tahun

Kelompok Umur

Berat Badan Tinggi Badan Energi Protein

(Kg) (cm) (Kkal) (g)

20- 45 tahun 46-59 tahun

≥ 60 tahun

62 62 62

165 165 165

2800 2500 2200

55 55 55

Sumber : Almatsier, 2005, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, hal.302.

2.4. Penilaian Status Gizi

Hal yang penting dalam kehidupan manusia adalah meningkatkan perhatian terhadap kesehatan guna mencegah terjadinya malnutrisi (gizi salah) dan resiko untuk menjadi gizi kurang. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor resiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik pada seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan.

Peran dan kedudukan penilaian Status Gizi (PSG) di dalam ilmu gizi adalah untuk mengetahui status gizi, yaitu ada tidaknya malnutrisi pada individu atau masyarakat.

Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi dan dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih (Almatsier, 2005).

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan dalam bentuk variable tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indicator baik-buruknya penyediaan makanan sehari-hari (Supriasa, 2001).

Penilaian status gizi bertujuan untuk:


(23)

2. memerikan penjelasan mengenai keuntungan dan kelemahan dari masing-masing metode yang ada

3. memerikan gambaran singkat mengenai pengumpulan data, perencanaan dan implementasi untuk penilaian status gizi.

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu: 1. Biokimia

Pada pemeriksaan biokimia dibutuhkan spesimen yang akan diuji seperti darah, urin, tinja dan jaringan tubuh seperti hati, otot, tulang, rambut, kuku, dan lemak bawah kulit.

2. Pemeriksaan Tanda-tanda Klinik

Penilaian tanda-tanda klinik berdasarkan pada perubahan yang terjadi yang berhubungan dengan kekurangan atau kelebihan asupan zat gizi yang dapat dilihat pada jaringan epitel di mata, kulit, rambut, mukosa mulut dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

3. Pemeriksaan Biofisik

Metode bofisik adalah penentuan status gizi berdasarkan kemampuan fungsi dari jaringan dan perubahan struktur dari jaringan.

4. Pengukuran Antropometri.

Pengukuran antorpometri adalah pengukuran terhadap dimensi tubuh dan komposisi tubuh. Antropometri adalah pengukuran yang paling sering digunakan sebagai metode PSG secara langsung untuk menilai dua masalah utama gizi yaitu: 1) Kurang Energi Protein (KEP), khususnya pada anak-anak dan ibu hamil. 2) Obesitas pada semua kelompok umur.


(24)

Macam-macam pengukuran antropometri yang bisa digunakan untuk melihat pertumbuhan adalah sebagai berikut :

a) Massa Tubuh

Berat badan ada pengukuran antropometri yang paling sering digunakan meskipun sering terjadi kesalahan dalam pengukuran.

1) Berat Badan

Berat badan mencerminkan jumlah protein, lemak, air dan massa mineral tubuh. Pada orang dewasa terdapat peningkatan jumlah lemak sehubungan dengan umur dan terjadi penurunan protein otot. Untuk menilai satus gizi biasanya berat badan dihubungkan dengan pengukuran lain seperti umur dan tinggi badan.

b) Pengukuran Linear (panjang)

Dasar pengukuran linear adalah tinggi (panjang) atau stature dalam merefleksikan pertumbuhan sketal. Pengukuran linear lainnya seprti tulang, biasa digunakan untuk tujuan tertentu.

1) Tinggi Badan

Pengukuran Tinggi badan seseorang pada prinsipnya adalah mengukur jaringan tulang skeletal yang terdiri dari kaki, panggul, tulang belakang, dan tulang tengkorak. Penilaian status gizi pada umumnya hanya mengukur total tinggi yang diukur secara rutin.


(25)

2) Panjang Badan

Panjang badan dilakukan pada balita yang berumur kurang dari dua tahun atau kurang dari tiga tahun yang sukakar untuk berdiri pada waktu pengumpulan data tinggi badan.

3) Lingkar Kepala

Pengukuran lingkar kepala biasa digunakan untuk mendeteksi kelainan seperti hydrocephalus (ukuran kepala besar) atau microcephaly.

4) Lingkar Dada

Pertumbuhan lingkar dada pesat sampai anak berumur 3 tahun sehungga biasa digunakan pada anak berusia 2-3 tahun.

5) Lingkar Lengan Atas

Lingkar lengan atas (LILA) biasa digunakan pada anak balita serta wanita usia subur. Pengukuran LILA dipilih karena pengukuran relatif mudah, cepat, harga alat murah, tidak memerlukan data umur yang tepat.

6) Tinggi Lutut

Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan sehingga data tinggi badan didapatkan dari tinggi lutut bagi orang yang tidak dapat berdiri pada manula. Pada manula digunakan tinggi lutut karena pada manula telah terjadi penurunan massa tulang yang menyebabkan bungkuk sehingga untuk mendapatkan data tinggi badan yang akurat.

c) Komposisi Tubuh

Otot dan lemak merupakan jaringan lunak yang bervariasi pada penderita KEP. Antropometri jaringan tersebut untuk menilai status gizi di masyarakat.


(26)

Asupan makanan merupakan faktor utama yang berperan terhadap status gizi seseorang. Dalam rangka menilai status gizi individu dapat dilakukan melalui penilaian konsumsi makanan individu. Metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu, antara lain :

1. Metode Food Recall 24 Jam

Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan serta minuman yang telah dikonsumsi dalam 24 jam yang lalu.

2. Metode Estimated Food Records

Metode ini disebut juga food records atau diary records, yang digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta untuk dapat mencatat semua yang ia makan dan minum setiap kali sebelum makan Ukuran Rumah Tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berta (gram) dalam periode tertentu (2-4 hari berturut-turut), termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan tersebut.

3. Metode Penimbangan Makanan (food weighing)

Pada metode penimbangan makanan, reponden atau petugas menimbang dsn mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama 1 hari. Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung beberapa hari tergantung dari tujuan, dana penelitian dan tenaga yang tersedia.

4. Metode Riwayat Makanan (dietary history)

Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan ganbaran pola konsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama (bisa 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun).


(27)

5. Metode Frekuensi Makanan (food frequency)

Metode frekuensi makanan adalah memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun.

2.5. Indeks Massa Tubuh (IMT)/ Body Mass Index (BMI)

Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun ke atas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai risiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan ideal.

Berat badan yang berada di bawah batas minimun dinyatakan sebagai under

weight atau “kekurusan”, dan berat badan yang berada di atas batas maksimun

dinyatakan sebagai “over weight” atau kegemukan. Orang-orang yang berada di bawah ukuran berat normal mempunyai risiko terhadap penyakit infeksi, sementara yang berada di atas ukuran normal mempunyai risiko tinggi terhadap penyakit degeneratif.

Di Indonesia batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang.


(28)

Pengunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur 18 tahun ke atas. IMT tidak tidak diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragwan. Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut :

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Disebutkan bahwa batas ambang normal untuk laki-laki adalah: 20,1–25,0; dan untuk perempuan adalah: 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defesiensi kalori ataupun tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada perempuan untuk kategori gemuk tingkat berat.

BMI dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar seseorang dapat terkena resiko penyakit tertentu yang disebabkan karena berat badannya. Seseorang dikatakan obese dan membutuhkan pengobatan bila mempunyai BMI di atas 30, dengan kata lain orang tersebut memiliki kelebihan BB sebanyak 20%

IMT =

) ( )

(

) (

m an xTinggibad m

n Tinggibada

kg Beratbadan


(29)

Tabel.2.2. Kategori ambang batas IMT menurut WHO

Kategori BMI (kg/m2) Resiko Comorbiditas

Underweight < 18.5 kg/m2 Rendah (tetapi resiko terhadap masalah-masalah klinis lain meningkat)

Batas Normal 18.5 - 24.9 kg/m2 Rata-rata

Pre-obese 25.0 – 29.9 kg/m2 Meningkat

Obese I 30.0 - 34.9kg/m2 Sedang

Obese II 35.0 - 39.9 kg/m2 Berbahaya

Obese III > 40.0 kg/m2 Sangat Berbahaya

(Sumber: Anonim

2.6. Gizi Kerja

Manusia memerlukan makanan untuk memperoleh zat-zat yang sangat berguna untuk kelangsungan proses kehidupannya. Makanan yang dikonsumsi harus mengandung berbagai zat-zat gizi dengan jumlah dan mutu masing-masing yang mencukupi.

Untuk menjadi sehat, setiap orang mempunyai kebutuhan gizi yang berbeda-beda tergantung pada usia dan kondisi tubuhnya. Jadi anak balita berberbeda-beda kebutuhan gizinya dengan anak usia 7 sampai 9 tahun. Orang yang kurus tidak sama kebutuhan gizinya dengan orang gemuk.

Istilah “gizi” di Indonesia baru mulai dikenal sekitar tahun 1955 sebagai terjemahan kata bahasa Inggris nutrition. Kata gizi berasal dari bahasa arab “ghidza” yang berarti makanan. Menurut dialek mesir, ghidza dibaca ghizi. Selain itu sebagian orang menerjemahkan nutrition dengan mengejanya sebagai “nutrisi”.

Gizi adalah suatu proses dimana semua makluk hidup memanfaatkan makanan untuk keperluan pemeliharaan fungsi organ tubuh, pertumbuhan, reproduksi dan sebagai penghasil energi. Lebih luas, gizi diartikan sebagai suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses


(30)

pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga (Irianto, 2006).

Gizi kerja ditujukan untuk kesehatan dan daya kerja setinggi-tingginya. Gizi kerja berarti zat gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan kalorinya sesuai dengan jenis pekerjaannya.

Zat gizi yaitu zat yang diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi, yang mempunyai nilai penting tergantung pada macam-macam bahan makanannya untuk:

1. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan, terutama bagi mereka yang masih dalam poses pertumbuhan

2. Memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari.

Yang termasuk dalam memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yaitu pergantian sel-sel yang telah rusak dan sebagai zat pelindung dalam tubuh (dengan cara menjaga keseimbangan cairan tubuh). Proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang terpelihara dengan baik akan menunjukkan status kesehatan yang baik. Seseorang yang sehat tentu mememiliki daya pikir dan kegiatan fisik sehari-hari yang cukup tinggi.

Kebutuhan akan gizi bagi tenaga kerja lebih besar dari kebutuhan atau pemenuhan gizi seseorang sebagai kelompok masyarakat awam. Jumlah zat-zat gizi yang dibutuhkan tenaga kerja sangat tergantung dari jumlah tenaga yang dikeluarkan untuk melakukan pekerjaan. Jumlah tenaga yang diperlukan untuk melakukan suatu pekerjaan tergantung dari jumlah otot tersebut harus bekerja.


(31)

Seseorang makan untuk menjaga agar tubuhnya tetap melakukan segala proses fisiologis. Makanan berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup karena ada yang berfungsi sebagai sumber sebagia sumber tenaga, pembangun, dan pelindung atau pengatur segala proses.

Bila orang salah dalam mengonsumsi makanan dapat menimbulkan dampak yang tidak baik. Makanan yang dimakan sehari-hari hendaknya merupakan makanan yang tersusun secara seimbang baik kualitas maupun kuantitas untuk memenuhi syarat hidup sehat.

Kekurangan akan zat-zat gizi tersebut akan menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan yang akan berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja, sebagai contoh adalah sebagai berikut:

1. Kurang memadai kebutuhan energi biasanya akan terjadi suatu proses kronis dengan akibat penurunan berat badan tenaga kerja dan kapasitas.

2. Tidak cukupnya zat gizi terutama zat gizi besi dapat mengakibatkan anemia gizi pada tenaga kerja.

Ini berarti untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang sebaik-baiknya maka setiap tenaga kerja harus mendapatkan makanan sehari-hari yang bermacam-macam dan jumlahnya sesuai/sebanding dengan jenis pekerjaannya, ciri-ciri pribadi masing-masing pekerja (jenis kelamin, umur) serta kesehatannya (menderita penyakit atau tidak).

Cukup tidaknya pangan yang dikonsumsi oleh tenaga kerja secara kuantitaif dapat diperkirakan dari nila energi (kalori) yang dikandungnya. Adapun energi total yang digunakan tenaga kerja untuk kegiatan sehari-hari dapat digolongkan menjadi


(32)

tiga macam yaitu untuk tidur, untuk kerja, untuk kegiatan-kegiatan di luar pekerjaannya (Suhardjo, dkk, 1992).

2.7. Supir Angkutan Kota (Angkot)

Angkutan Kota atau angkot adalah salah satu sarana perhubungan dalam kota dan antar kota yang banyak digunakan di Indonesia, berupa mobil jenis minibus atau van yang dikendarai oleh seorang supir dan kadang juga dibantu oleh seorang kenek. Tugas kenek adalah memanggil penumpang dan membantu supir dalam perawatan kendaraan (ganti ban mobil, isi bahan bakar, dan lain-lain). Setiap jurusan dibedakan melalui warna armadanya atau melalui angka.

Angkutan Kota sebenarnya cuma diperbolehkan berhenti di halte-halte/Tempat perhentian bus tertentu, namun pada praktiknya semua supir angkot akan menghentikan kendaraannya di mana saja untuk menaikkan dan menurunkan penumpang..

Tarif angkot biasanya ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat, namun orang yang menumpang jarak pendek atau anak sekolah biasanya membayar lebih sedikit. Hal ini tidak dirumuskan dalam peraturan tertulis, namun menjadi praktik umum.

Biasanya, angkot-angkot tersebut adalah milik sebuah perusahaan. Misalnya berbentuk CV, UD, dan lainnya. Di beberapa daerah, angkot-angkotnya adalah milik pribadi dan tidak bergantung pada perusahaan manapun. Seperti di Irian, misalnya. Angkot-angkot di beberapa daerah sana adalah milik pribadi supirnya dan dinamai sesuai keinginan pemiliknya.


(33)

Di Medan, ada berbagai macam angkot. Contohnya ; CV. Nitra, UD. Mabar Jaya, UD. Mekar Jaya, CV. Karya Sari, PT. Rahayu Medan Ceria (RMC) dan masih banyak lagi. Sedangkan rute angkot-angkot ini didasarkan pada nomornya. Misal, RMC 104 mengambil rute Unimed-Simalingkar, Medan. Sedangkan RMC 54 mengambil rute Unimed-Simalingkar B.

Biasanya, supir-supir angkot adalah laki-laki, walau ada juga yang perempuan. Pendapatan supir angkot tidaklah besar. Rata-rata dari mereka cuma bisa mendapatkan 100-150 ribu rupiah dalam satu hari. Itu setelah dikurangkan biaya bahan bakar, uang rokok dan uang adminstrasi di stasiun ataupun terminal angkutan umum. Dalam beberapa kasus, supir angkot bahkan cuma bisa mendapatkan di bawah 100 ribu sehari. Sopir-sopir angkot nantinya akan menyetor kepada perusahaan tempat ia menyewa mobil angkutan itu. Maksudnya kepada pemilik kenderaan tersebut. Besarnya setoran ini tergantung kesepakatan supir dan pemilik kenderaan. Ada juga beberapa supir angkot adalah pemilik kenderaan itu juga. Jika begitu, pendapatannya akan lebih besar sedikit dibandingkan supir-supir angkot yang menyewa kenderaan lainnya.

Supir-supir angkot Medan jarang yang ceria. Kalaupun ada, kebanyakan mereka masih lajang dan belum mempunyai tanggungan. Jika supirnya adalah orang tua, rata-rata kening mereka berkerut dan mata sayu. Pastinya mereka pusing memikirkan pendapatan yang sedikit dan setoran kepada bos-nya. Apalagi terjadi kerusakan hingga mengharuskan supir membawa angkot ke bengkel. Sudah uang keluar, harus pula berhenti narek selama perbaikan.


(34)

Kehidupan supir Angkot sudah terpuruk karena tidak sebandingnya pengeluaran dengan pendapatan. Tingkat pendidikan sopir angkot yang rendah dan tidak adanya keterampilan yang dimiliki membuat mereka tetap memilih pekerjaan supir. Karena terlalu mengejar sewa/penumpang kadang membuat supir lupa untuk makan sehingga terjadi pola makan yang salah.

2.8. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Keterangan :

Pengetahuan gizi supir angkot tentang makanan sehat dan bergizi dapat dilihat dari karakteristiknya yaitu umur dan pendidikan mereka, yang mana pengetahuan gizi supir angkot dapat mempengaruhi pola konsumsi pangan mereka yang dapat dilihat dari jenis makanan, frekuensi makanan dan jumlah konsumsi energi dan protein sehingga pola konsumsi pangan dapat mempengaruhi status gizi supir angkot.

Pengetahuan Gizi supir angkot tentang

makanan sehat dan bergizi.

Status Gizi Supir Angkot Pola Konsumsi

Pangan supir angkot :

- jenis makanan - frekuensi - konsumsi energi

dan protein

Karakteristik supir angkot: - umur - pendidikan


(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross

sectional (pengamatan sesaat) untuk mendapatkan gambaran pengetahuan gizi, pola

konsumsi pangan dan status gizi pada supir angkotan kota Rahayu Medan Ceria trayek 104 di kota Medan tahun 2008.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pangkalan angkutan kota Rahayu Medan Ceria (RMC) Trayek 104 di jalan nilam ujung perumnas simalingkar Medan. Lokasi ini dipilih karena rute perjalanan angkot RMC 104 cukup panjang dan tingkat kompetisi yang tinggi antar sesama supir angkutan kota lainnya karena melewati daerah pusat kota dan tempat tertentu lainnya. Oleh sebab itu jam makan supir angkot tidak teratur sehingga mereka jadi lupa makan dan tidak memperhatikan kondisi kesehatannya. 3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan November-Desember 2008.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh supir angkot RMC Trayek 104 di kota Medan yang berjumlah 150 orang.


(36)

3.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental sampling dan besar sampel ditentukan dengan rumus : ( Soekidjo, 2002)

n =

) (

1 2

d N

N +

n =

) 1 , 0 ( 147 1

150

2

+

n = 61 Keterangan : N = besar populasi n = besar sampel

d = tingkat penyimpangan yang bisa ditolerir yaitu 10%(0,10)

Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel sebanyak 61 orang supir. Pengambilan sampel dilakukan secara accidental sampling yaitu dengan cara mengambil sampel yang kebetulan ada atau tersedia, sampai dapat diperoleh sampel sebanyak 61 orang. Pemilihan sampel dimana individu yang dipilih adalah supir angkot yang sedang dijumpai berada di lokasi penelitian. Dengan cara hanya supir angkot yang kebetulan berada di lokasi saja yang menjadi obyek penelitian, yang ditemui dan bersedia diwawancarai akan terpilih menjadi sampel penelitian hingga mencukupi 61 orang.

Sampel diambil dari antara supir yang bekerja selama 6-8 jam per-hari,baik trip pagi (pukul 06.00 WIB – 14.00 WIB) maupun trip siang (pukul 14.00 WIB – 10.00 WIB).


(37)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup data primer dan data sekunder.

3.4.1. Data Primer

Data primer meliputi data responden yang diambil secara langsung melalui wawancara di pangkalan angkutan kota trayek 104 jalan nilam ujung perumnas simalingkar Medan yaitu :

- Data tinggi badan dan berat badan supir angkot yang didapat melalui pengukuran dan penimbangan badan secara langsung.

- Data tingkat pengetahuan mengenai makanan yang sehat didapat melalui hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner.

- Data konsumsi pangan didasarkan pada metode food recall 24 jam sedangkan frekuensi dan jenis makanan diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan formulir food-frequency.

- Data lama bekerja selama 1 (satu) hari yang diperoleh melalui wawancara.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder meliputi data jumlah supir angkot RMC trayek 104 di kota Medan tahun 2008.

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah :

- Kuesioner, yang berisi data identitas diri responden dan pertanyaan tentang pengetahuan gizi


(38)

- Formulir food-frequency

- Timbangan injak untuk menimbang berat badan (merk Hanson, skala 0,1 sampai dengan 120 kg)

- Microtoise untuk mengukur tinggi badan.

3.6. Defenisi Operasional Variabel

1. Supir angkot adalah orang yang bekerja sebagai pengemudi angkutan umum perkotaan (angkot) di kota Medan.

2. Pengetahuan gizi supir angkot adalah segala sesuatu yang diketahui oleh supir angkot tentang makanan yang sehat dan bergizi.

3. Pola konsumsi pangan supir angkot adalah jenis makanan, konsumsi energi dan protein serta frekuensi makanan yang dikonsumsi oleh supir angkot. 4. Jenis makanan adalah setiap macam bahan makanan yang dikonsumsi supir

angkot.

5. Konsumsi energi dan protein adalah kuantitas energi (kalori) dan protein (gram) yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi dan dihitung dengan menggunakan food recall 2 kali 24 jam kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan energi dan protein.

6. Frekuensi makanan adalah keacapan mengonsumsi makanan, misalnya >1x1 hari, 1x1 hari, 4-5x /minggu, 1-3x /minggu, 2x1 bulan, 1x1 bulan, tidak pernah.

7. Status gizi adalah keadaan yang dapat menggambarkan petunjuk tentang keadaan gizi supir angkot yang diukur berdasarkan Indeks Massa Tubuh


(39)

(IMT) kemudian diacukan kepada kategori ambang batas IMT berdasarkan WHO.

3.7. Aspek Pengukuran Data

1. Pengetahuan gizi supir angkot tentang makanan yang bergizi diperoleh melalui wawancara dengan bantuan kuesioner. Setiap jawaban yang paling benar diberikan skor 3 sedangkan jawaban jawaban paling rendah diberi nilai 1. Skor total pengetahuan tertinggi adalah 60 dan terendah 1. Pengukuran tingkat pengetahuan dibedakan atas 3 kategori menurut Pratomo (1990) : - Tingkat pengetahuan gizi yang baik, apabila >75 % jawaban benar, yaitu

dengan total nilai > 45.

- Tingkat pengetahuan gizi sedang, apabila 40-75 % jawaban benar, yaitu dengan total nilai 24-45.

- Tingkat pengetahuan gizi kurang, apabila <40 % jawaban benar, yaitu dengan total nila < 24.

2. Data tingkat energi dan protein diperoleh melalui food recall 2 kali 24 jam dan hasil analisis bahan makanan dihitung rata-rata konsumsi energi, kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan energi dan protein. Tingkat energi dan protein dapat digolongkan atas (Supriasa, dkk, 2001):

- ≥ 100% AKG : Baik

- 80-99% AKG : Sedang - 70-80% AKG : Kurang - < 70 % AKG : Defisit


(40)

3. Status gizi supir angkot diperoleh dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT), berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (meter), kemudian disesuaikan kategori ambang batas klasifikasi IMT Menurut WHO (1998) yaitu :

- IMT < 18.5 kg/m2 : underweight (beresiko rendah tetapi resiko masalah klinis lain meningkat)

- IMT 18.5 - 24.9 kg/m2 : normal (resiko masih rata-rata) - IMT 25.0 - 29.9 kg/m2 : pre-obese (resiko meningkat) - IMT 30.0 - 34.9kg/m2 : obese I (resiko sedang) - IMT 35.0 - 39.9 kg/m2 : obese II (resiko bahaya)

- IMT > 40.0 kg/m2 : obese III (resiko sangat Berbahaya)

3.8. Teknik Analisa Data

Data dianalisis secara deskriptif dan akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Derah Penelitian

P.T. Rahayu Medan Ceria adalah sebuah perusahaan jasa yang mengusahakan mobil angkutan kota. Didirikan oleh S.J. Ginting pada tahun 1981. Awalnya namanya U.D. Rahayu Medan Ceria. Sampai sekarang P.T. Rahayu Medan Ceria sudah memiliki sebanyak 19 trayek dengan jumlah sekitar 3000-an mobil yang aktif. Sembilan belas trayek tersebut yaitu :

Tabel 4.1. Trayek Mobil Angkutan Kota P.T. Rahayu Medan Ceria di Kota

Medan Tahun 2008

No Trayek Jurusan

1 Trayek 41 RSU. Adam Malik – Tembung 2 Trayek 42 RSU. Adam Malik – Pancing 3 Trayek 43 Simalingkar – Perumnas Mandala 4 Trayek 44 Martubung – Simalingkar

5 Trayek 53 Belawan – Amplas

6 Trayek 54 Simalingkar B - Universitas Negeri Medan (UNIMED) 7 Trayek 57 Amplas – Mabar

8 Trayek 64 Belawan – Pinang Baris

9 Trayek 101 Simalingkar – Petisah (mobil pintu belakang) 10 Trayek 102 Simalingkar – Petisah (mobil pintu belakang)

11 Trayek 103 Pancur batu – Universitas Negeri Medan (UNIMED) 12 Trayek 104 Simalingkar – Universitas Negeri Medan (UNIMED) 13 Trayek 105 Amplas – Komplek Uka Terjun/ Kayu Putih

14 Trayek 106 Amplas – Perumnas Mandala 15 Trayek 113 Amplas – Kayu Putih

16 Trayek 120 Pinang Baris – Tembung 17 Trayek 121 Simalingkar – Medan Estate 18 Trayek 124 Amplas – Pinang baris 19 Trayek 125 Martubung - Amplas

Pada tahun 1990 mobil angkutan kota P.T. Rahayu Medan Ceria trayek 104 mulai dioperasikan yaitu trayek simalingkar- Universitas Negeri Medan (UNIMED), pangkalan di Jalan Nilam Ujung Simalingkar.


(42)

4.2. Gambaran Umum Responden

4.2.1. Umur Responden

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Umur pada Supir Angkot Rahayu

Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan

Umur (Thn) n %

23 - 30 45 73,77

31 - 38 11 18,03

39 - 46 4 6,56

47 - 54 1 1,64

Jumlah 61 100,00

Umur responden terendah adalah 23 tahun dan umur tertinggi adalah 53 tahun. Dari tabel 4.2 di atas terlihat bahwa responden dengan kelompok umur 23 – 30 tahun merupakan persentase tertinggi yaitu sebanyak 45 responden (73,77 %), sedangkan yang paling sedikit yaitu sebanyak 1 responden (1,64 %).

4.2.2. Pendidikan Responden

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan pada Supir

Angkot Rahayu Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan

Pendidikan n %

Tamat SMP 10 16,39

Tamat SMU 48 78,69

Tamat Diploma/Sarjana 3 4,92

Jumlah 61 100,00

Dari tabel 4.3 terlihat bahwa pendidikan responden yang terbanyak adalah tamat SMU yaitu sebanyak 48 responden (78,69%), sedangkan yang paling sedikit tingkat pendidikan responden yaitu sebanyak 3 responden (4,92%).


(43)

4.2.3. Status Perkawinan Responden

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan Supir

Angkot Rahayu Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan

Status Perkawinan n %

Belum menikah 36 59,00

Sudah menikah 25 41,00

Jumlah 61 100,00

Dari tabel 4.4 terlihat bahwa status perkawinan responden yang terbanyak adalah belum menikah yaitu sebanyak 36 responden (59,00%) sedangkan yang sudah menikah sebanyak 25 responden (41,00%)

4.2.4. Pendapatan Responden

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Supir Angkot

Rahayu Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan

Pendapatan Responden n %

< Rp. 50.000,00 22 36,07

> Rp 50.000,00 39 63,93

Jumlah 61 100,00

Dari tabel 4.5 terlihat bahwa pendapatan responden yang terbanyak adalah yang memiliki pendapatan bersih sebesar > Rp 50.000,00 yaitu sebanyak 39 responden (63,93%), sedangkan yang paling sedikit adalah < Rp. 50.000,00, yaitu 22 responden (36,07%).

Pendapatan bersih supir angkot sebesar ± Rp. 50.000,00, setelah dikurangi uang setoran kepada pemilik mobil sebesar Rp. 90.000,00 dan uang wajib kepada mandor


(44)

sebesar Rp. 3000,00. Dari 61 supir angkot yang memiliki mobil angkutan kota sebanyak 4 orang dan yang lainnya harus bayar setoran kepada pemilik mobil.

4.2.5. Lama bekerja Sebagai Supir

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bekerja Supir Angkot

Rahayu Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan

Lama Bekerja (Tahun) n %

1 - 10 50 81,98

11 - 20 9 14,74

21 - 30 1 1,64

31 - 40 1 1,64

Jumlah 61 100,00

Dari tabel 4.6 terlihat bahwa lama bekerja yang paling banyak adalah pada kelompok lama bekerja 1 - 10 tahun yaitu sebanyak 50 responden (81,98%).

4.2.6. Lama Bekerja Dalam Sehari

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bekerja Supir Angkot

Rahayu Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan

Lama Bekerja (jam) n %

6 jam 3 4,92

7 jam 21 34,43

8 jam 37 60,65

Jumlah 61 100,00

Dari tabel 4.7 terlihat bahwa lama bekerja yang paling banyak adalah lama bekerja 8 jam perhari yaitu sebanyak 37 responden (60,65%) sedangkan yang paling sedikit adalah yang lama bekerja 6 jam perhari yaitu sebanyak 3 responden (4,92%)


(45)

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Trip Bekerja Supir Angkot Rahayu Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan

Trip Bekerja n %

Trip pagi 32 52,46

Trip siang 29 47,54

Jumlah 61 100,00

Dari tabel 4.8 terlihat bahwa trip bekerja yang paling banyak adalah pada trip pagi yaitu sebanyak 32 responden (52,46%), sedangkan yang paling sedikit pada trip siang yaitu 29 responden (47,54 %).

4.3. Pengetahuan Responden

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Supir Angkot

Rahayu Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan

Pengetahuan n %

Baik 28 45,90

Sedang 31 50,82

Kurang 2 3,28

Jumlah 61 100,00

Dari tabel 4.9 terlihat bahwa pengetahuan responden yang paling banyak adalah pada pengetahuan yang sedang yaitu sebanyak 31 responden (50,82%), sedangkan yang paling sedikit adalah pengetahuan kurang yaitu sebanyak 2 responden (3,28 %)

4.4. Pola Konsumsi Pangan

Pola konsumsi pangan responden meliputi jenis, jumlah, frekuensi dan susunan makanan yang diperoleh melalui daftar menu makanan yang dikonsumsi responden.

4.4.1. Jenis dan Frekuensi Makanan

Jenis bahan makanan yang dikonsumsi terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, sayur, buah, dan jenis lain-lain. Jenis dan frekuensi makan yang dikonsumsi oleh


(46)

supir angkot rahayu medan ceria trayek 104 pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.10 Distribusi Jenis Bahan Makanan dan Frekuensi Makanan Supir

Angkot Rahayu Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan

JENIS BAHAN MAKANAN

FREKUENSI MAKAN Jumlah

>1x1HR 1x1HR 4-5x/MG 1-3x/MG 2x1BL 1x1BL n % n % n % n % n % n % n %

Bahan Makanan Pokok - Nasi - Mie - Roti 6 1 0 0 100 0 0 0 5 3 1 0 8,20 50,8 2 0 2 4 2 0 0 39,3 4 32,7 9 0 3 2 1 0 0 52,4 6 16,3 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 1 6 1 6 1 10 0 10 0 10 0 Lauk-pauk - Ayam - Daging - Ik. kering - Ik. basah - Telur - Tahu - Tempe 1 5 1 0 1 6 1 8 1 0 1 9 2 1 24,6 0 16,3 9 26,2 3 29,5 1 16,3 9 31,1 5 34,4 3 2 0 2 0 3 0 3 2 3 1 3 0 2 0 32,7 8 32,7 9 49,1 8 52,4 6 50,8 2 49,1 8 32,7 9 2 1 1 0 1 0 1 1 1 5 1 2 1 1 34,4 2 16,3 9 16,3 9 18,0 3 24,5 9 19,6 7 18,0 3 5 2 1 5 0 5 0 9 8,20 34,4 3 8,20 0 8,20 0 14,7 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 10 0 10 0 10 0 10 0 10 0 10 0 10 0 Sayuran

- Daun ubi - Bayam - Kangkun g - Sawi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 16,3 9 5 1 4 9 5 9 83,6 1 80,3 3 96,7 2 1 0 1 2 2 2 16,3 9 19,6 7 3,28 3,28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 1 6 1 6 1 10 0 10 0 10 0


(47)

4 9 80,3 3 6 1 10 0 Buah - Pisang - Pepaya - Jeruk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 1 9 2 0 49,1 8 31,1 5 32,7 9 2 1 3 1 3 1 34,4 3 50,8 2 50,8 2 1 0 1 1 1 0 16,3 9 18,0 3 16,3 9 6 1 6 1 6 1 10 0 10 0 10 0 Lain-lain

- Teh manis 1 2 19,6 7 4 1 67,2 1

8 13,1

2

0 0 0 0 0 6

1 10

0

Pada tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa seluruh supir angkot mengkonsumsi setiap jenis bahan makanan (bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran, jenis buah, jenis lain) secara bergantian dengan frekuensi makan yang beragam.

Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa seluruh supir angkot mengkonsumsi nasi sebagai bahan makanan pokok dengan frekuensi makan >1x1 hari dan yang paling sedikit, yaitu mengkonsumsi mie dengan frekuensi makan 1x1 hari sebanyak 5 responden (8,20 %).

Pada jenis lauk pauk, mayoritas supir angkot mengkonsumsi ikan basah dengan frekuensi makan 1x1 hari sebanyak 32 responden (52,46%), dan yang paling sedikit, yaitu mengkonsumsi ayam, ikan kering dan telur dengan frekuensi makan 1-3x / minggu sebanyak 5 responden (8,20%).

Pada jenis sayuran, mayoritas supir angkot mengkonsumsi kangkung dengan frekuensi makan 4-5x / minggu sebanyak 59 responden ( 96,72%) dan yang paling


(48)

sedikit, yaitu mengkonsumsi kangkung dan sawi dengan frekuensi makan 1-3x / minggu sebanyak 2 responden (3,28%).

Pada jenis buah-buahan, mayoritas supir angkot mengkonsumsi pepaya dan jeruk dengan frekuensi makan 2 x 1 bulan sebanyak 31 responden (50,82%), sedangkan yang paling sedikit, yaitu mengkonsumsi pisang dan jeruk dengan frekuensi makan 1x 1 bulan sebanyak 10 responden (16,39%)

Pada jenis bahan makanan lain, mayoritas supir angkot mengkonsumsi teh manis dengan frekuensi makan 1x1 hari sebanyak 41 orang (67,21%), yang palig sedikit yaitu mengkonsumsi teh manis dengan frekuensi makan 4-5x / minggu sebanyak 8 orang (13,12%).

Tabel 4.11 Distribusi Tempat Sarapan Pagi Supir Angkot Rahayu Medan

Ceria Trayek 104 di Kota Medan tahun 2008

Tempat Sarapan Pagi n %

Rumah 12 19,67

Luar rumah 49 80,33

Jumlah 61 100,00

Dari tabel 4.11 terlihat tempat sarapan pagi supir angkot paling tinggi pada di luar rumah yaitu sebanyak 49 responden (80,33%), sedangkan yang paling sedikit di rumah yaitu sebanyak 12 responden (19,67%).

Tabel 4.12 Distribusi Waktu Sarapan Pagi Supir Angkot Rahayu Medan

Ceria Trayek 104 di Kota Medan tahun 2008

Waktu Sarapan Pagi n %

Pukul < 08.00 WIB 9 14,75

Pukul > 08.00 WIB 52 85,25


(49)

Dari tabel 4.12 terlihat waktu makan sarapan pagi pada supir angkot paling tinggi pada pukul > 08.00 WIB yaitu sebanyak 52 responden (85,25%), sedangkan yang paling sedikit pada pukul < 08.00 WIB yaitu sebanyak 9 responden (14,75%).

Tabel 4.13 Distribusi Tempat Makan Siang Supir Angkot Rahayu Medan

Ceria Trayek 104 di Kota Medan tahun 2008

Tempat Makan Siang n %

Rumah 17 27,87

Luar rumah 44 72,13

Jumlah 61 100,00

Dari tabel 4.13 terlihat tempat makan siang pada supir angkot paling di luar rumah yaitu sebanyak 44 responden (72,13%), sedangkan yang paling sedikit di rumah yaitu sebanyak17 responden (27,87%).

Tabel 4.14 Distribusi Waktu Makan Siang Supir Angkot Rahayu Medan

Ceria Trayek 104 di Kota Medan tahun 2008

Waktu Makan n %

Pukul < 14.00 WIB 26 42,62

Pukul > 14.00 WIB 35 57,38

Jumlah 61 100,00


(50)

Dari tabel 4.14 terlihat waktu makan siang supir angkot paling tinggi pada pukul > 14.00 WIB yaitu sebanyak 35 responden (57,38%), sedangkan yang paling sedikit pada pukul < 14.00 WIB yaitu sebanyak 26 responden (42,62%).

Tabel 4.15 Distribusi Tempat Makan Malam Supir Angkot Rahayu Medan

Ceria Trayek 104 di Kota Medan Tahun 2008

Tempat Makan Malam n %

Rumah 19 31,15

Luar Rumah 42 68,85

Jumlah 61 100,00

Dari tabel 4.15 terlihat tempat makan siang pada supir angkot paling di luar rumah yaitu sebanyak 42 responden (68,85%), sedangkan yang paling sedikit di rumah yaitu sebanyak19 responden (31,15%).

Tabel 4.16 Distribusi Waktu Makan Malam Supir Angkot Rahayu Medan

Ceria Trayek 104 di Kota Medan tahun 2008

Waktu Makan n %

pukul < 20.00 WIB 28 45,90

pukul > 20.00 WIB 33 54,10

Jumlah 61 100,00

Dari tabel 4.16 terlihat waktu malam supir angkot paling tinggi pada pukul > 20.00 WIB yaitu sebanyak 33 responden (54,10%), sedangkan yang paling sedikit pada pukul < 20.00 WIB yaitu sebanyak 28 responden (45,90%).

4.4.2. Konsumsi Energi dan Protein


(51)

Jumlah bahan makanan supir angkot berdasarkan konsumsi energi dan konsumsi protein dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.17 Distribusi Kecukupan Energi yang Dikonsumsi Supir Angkot

Rahayu Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan tahun 2008

Konsumsi Energi n %

Baik 14 22,95

Sedang 42 68,85

Kurang 5 8,20

Jumlah 61 100,00

Dari tabel 4.17 terlihat bahwa tingkat konsumsi energi supir angkot paling tinggi tingkat konsumsi sedang yaitu sebanyak 42 responden (68,85%), sedangkan yang paling sedikit adalah pada tingkat konsumsi energi kurang yaitu sebanyak 5 responden (8,20%)

4.4.2.2. Konsumsi Protein

Tabel 4.18 Distribusi Kecukupan Protein Yang Dikonsumsi Supir Angkot

Rahayu Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan tahun 2008

Konsumsi Protein n %

Baik 37 60,66

Sedang 22 36,06

Kurang 2 3,28

Jumlah 61 100,00

Dari tabel 4.18 terlihat bahwa tingkat konsumsi protein supir angkot paling tinggi pada tingkat baik yaitu sebanyak 37 responden (60,66%), sedangkan yang paling sedikit adalah pada tingkat kurang yaitu sebanyak 2 responden (3,28%)


(52)

Tabel 4.19 Distribusi Status Gizi Supir Angkot Rahayu Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) tahun 2008

Status Gizi n %

Underweight 6 9,84

Normal 41 67,21

Pre-obese 12 19,67

Obese I 1 1,64

Obese II 1 1,64

Jumlah 61 100,00

Dari tabel 4.19 terlihat status gizi supir angkot menurut indeks massa tubuh yang paling banyak berstatus gizi normal yaitu sebanyak 41 responden (67,21%), sedangkan yang paling sedikit berstatus gizi Obese I dan Obese II yaitu masing-masing 1 responden (1,64%)

4.6. Pengetahuan Gizi Responden Dilihat Dari Konsumsi Energi Dan Protein

Tabel 4.20 Distribusi Konsumsi Energi Responden Berdasarkan

Pengetahuan Gizi Supir Angkot Rahayu Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan tahun 2008

Konsumsi Energi Pengetahuan Gizi

Baik Sedang Kurang Jumlah

n % n % n % n %

Baik 9 64,29 5 35,71 0 0 14 100

Sedang 19 45,24 23 54,76 0 0 42 100

Kurang 0 0 3 60,00 2 40,00 5 100

Dari tabel 4.20 terlihat bahwa dari 14 responden yang konsumsi energi kategori baik ada 9 responden (64,29%) pengetahuan gizi baik dan 5 responden (35,71%) pengetahuan gizi sedang. Dari 42 responden yang konsumsi energi kategori sedang ada 19 responden (45,24%) pengetahuan gizi baik dan 23 responden (54,76%) pengetahuan gizi sedang, sedangkan dari 5 responden konsumsi energi kurang ada 3


(53)

responden (60,00%) pengetahuan gizi sedang dan 2 responden (40,00%) pengetahuan gizi kurang.

Tabel 4.21 Distribusi Konsumsi Protein Responden Berdasarkan

Pengetahuan Gizi Supir Angkot Rahayu Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan tahun 2008

Konsumsi Protein Pengetahuan Gizi

Baik Sedang Kurang Jumlah

n % n % n % n %

Baik 15 40,54 22 59,46 0 0 37 100

Sedang 13 59,09 8 36,36 1 4,55 22 100 Kurang 0 0 1 50,00 1 50,00 2 100

Dari tabel 4.21 terlihat bahwa dari 38 responden yang konsumsi protein kategori baik ada 15 responden (40,54%) pengetahuan gizi baik dan 22 responden (59,46%) pengetahuan gizi sedang. Dari 22 responden yang konsumsi protein kategori sedang ada 13 responden (59,09%) pengetahuan gizi baik, 8 responden (36,36%) pengetahuan gizi sedang dan 1 responden (4,55%) pengetahuan gizi kurang, sedangkan dari 2 responden konsumsi protein kurang ada 1 responden (50,00%) pengetahuan gizi sedang dan 1 responden (50,00%) pengetahuan gizi kurang.


(54)

Tabel 4.22 Distribusi Konsumsi Energi Responden Berdasarkan Status Gizi Supir Angkot Rahayu Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan berdasarkan kelompok Umur tahun 2008

Konsumsi Energi

Status Gizi

Underweight Normal Pre-obese Obese I Obese II Jumlah

n % n % n % n % n % n %

Baik 0 0 12 85,71 2 14,29 0 0 0 0 14 100 Sedang 4 9,52 26 61,91 10 23,81 1 2,38 1 2,38 42 100 Kurang 2 40,00 3 60,00 0 0 0 0 0 0 5 100

Dari tabel terlihat bahwa dari 14 responden yang konsumsi energi kategori baik ada 12 responden (85,71%) status gizi normal dan 2 responden (14,29%) status gizi

pre-obese. Dari 42 responden konsumsi energi sedang ada 4 responden (9,52%)

status gizi underweight, 26 responden (61,91%) status gizi normal, 10 responden (23,81%) status gizi pre-obese, dan masing-masing 1 responden (2,38%) status gizi

obese I dan obese II. Sedangkan dari 5 responden konsumsi energi kurang ada 2

responden (40,00%) status gizi underweight dan 3 responden (60,00%) status gizi normal.

Tabel 4.23 Distribusi Konsumsi Protein Responden Berdasarkan Status Gizi

Supir Angkot Rahayu Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan tahun 2008

Konsumsi Protein

Status Gizi

Underweight Normal Pre-obese Obese I Obese II Jumlah

n % n % n % n % n % n %

Baik 4 10,81 29 78,38 4 10,81 0 0 0 0 37 100 Sedang 1 4,55 11 50,00 8 36,35 1 4,55 1 4,55 22 100 Kurang 1 50,00 1 50,00 0 0 0 0 0 0 2 100

Dari tabel terlihat bahwa dari 37 responden yang konsumsi protein kategori baik ada 4 responden (10,81%) status gizi underweight, 29 responden (78,38%) status gizi


(55)

normal dan 4 responden (10,81%) status gizi pre-obese. Dari 22 responden konsumsi protein sedang ada 1 responden (4,55%) status gizi underweight, 11 responden (50,00%) status gizi normal, 8 responden (36,35%) status gizi pre-obese, dan masing-masing 1 responden (4,55%) status gizi obese I dan obese II. Sedangkan dari 2 responden konsumsi protein kurang ada 1 responden (50,00%) status gizi


(56)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang telah diberi skor dan dianalisa secara kuantitatif yang bersifat deskriptif dapat dilihat bahwa umur responden bervariasi anatara 23 tahun sampai 53 tahun. Jumlah responden yang paling banyak berada pada umur 23 – 30 tahun yaitu sebesar 73,77% sedangkan yang paling sedikit berumur 47 – 54 tahun yaitu sebesar 1,64%. Hal ini menunjukkan bahwa supir angkot masih dalam usia produktif antara umur 23 – 30 tahun. Data Bappenas mengenai tingkat pengangguran dipaparkan oleh menneg PPN/Kepala Bappenas Paskah Suzetta, pada 2007 (Agustus) tingkat pengangguran sebesar 9,11%, sedangkan kemiskinan 16,58%. Lalu pada 2008 (Februari) tingkat pengangguran 8,46% dan tingkat kemiskinan 15,42%. Kondisi ini menyebabkan supir memilih pekerjaan sebagai supir angkot karena tidak memiliki keahlian yang lain.

Untuk tingkat pendidikan sebagian besar responden berpendidikan SMU yaitu sebesar 78,69%, sedangkan yang paling sedikit adalah berpendidikan tamat diploma/sarjana yaitu 4,92%. Sulitnya mencari pekerjaan saat ini membuat supir mencari pekerjaan sebagai supir angkot dengan keahlian mengemudi yang dimilikinya.

Sebagian besar status pernikahan responden adalah belum menikah sebesar 59,00%, sedangkan yang sudah menikah sebesar 41,00%. Peranan keluarga sangat mempengaruhi pola konsumsi pangan, apalagi yang sudah berkeluarga. Kebiasaan makan supir angkot yang sudah berumahtangga lebih diperhatikan oleh istrinya


(57)

daripada supir yang belum menikah. Karena biasanya supir angkot pulang untuk makan siang di rumah.

Sebagian besar pendapatan perhari responden adalah > Rp 50.000,00 adalah sebesar 63,93%, sedangkan paling sedikit adalah < Rp. 50.000,00 adalah sebesar 36,07%. Apalagi berdasarkan pengakuan supir dari hasil wawancara kadang mereka tidak membawa hasil ke rumah melainkan mereka harus menambah uang di saku untuk membayar setoran. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan mengingat tingginya biaya sehari-hari yang harus dipenuhi. Apalagi pendapatan supir perharinya tidak tetap, tergantung berapa penumpang yang naik angkot.

Untuk lama bekerja sebagai supir angkot sebagian besar responden adalah antara 1 - 10 tahun yaitu sebesar 81,98%, sedangkan yang paling sedikit adalah sebesar 1,64%. Berdasarkan pengakuan supir angkot tersebut mereka menikmati pekerjaan sebagai supir karena adanya rasa kekeluargaan sesama supir, walaupun pada saat mengemudi mereka sering beradu mulut kalau jaraknya terlalu dekat, tetapi sesudah sampai di pangkalan mereka damai lagi.

5.2. Pengetahuan Gizi

Seseorang yang didasari dengan pengetahuan gizi yang baik akan memperhatikan keadaan gizi setiap makanan yang akan dikonsumsinya. Makanan yang bergizi bukanlah suatu makanan yang mahal dan enak rasanya. Pengetahuan gizi sangat diperlukan dalam upaya pemilihan makanan yang akan dikonsumsi, dengan tujuan agar makanan tersebut memberikan gizi yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh atau sering disebut dengan gizi seimbang,


(58)

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa jumlah supir angkot yang mempunyai tingkat pengetahuan gizi sedang sebanyak 50,82%. Dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan gizi supir dikategorikan pengetahuan gizi yang cukup. Hal ini juga terkait dengan tingkat pendidikan yang rata-rata lulusan Sekolah Menengah Umum seperti yang tercantum dalam karakteristik di atas. Supir angkot cukup mengetahui tentang makanan gizi seimbang sehingga diharapkan memiliki pola konsumsi pangan yang cukup. Tetapi makanan yang tersedia terbatas di rumah makan sekitar pangkalan, karena tidak menyediakan makanan yang beranekaragam.

Seseorang yang mempunyai tingkat pengetahuan gizi yang baik, seharusnya memiliki pola konsumsi pangan yang baik dan benar. Dan bila pengetahuan gizi kurang maka pola konsumsi pangannya kurang, dari hasil penelitian diperoleh 5 responden yang konsumsi energinya kurang ada 2 responden (40%) pengetahuan gizi kurang. Ini disebabkan oleh karena supir angkot yang tidak peduli mencari informasi kesehatan sehingga pengetahuan tentang gizi masih kurang, apalagi dalam mengonsumsi makanan yang sedikit karena kondisi keuangan yang kurang.

Dengan pengetahuan gizi yang cukup diharapkan seseorang dapat mengubah perilaku yang kurang benar sehingga dapat memilih bahan makanan bergizi serta menyusun menu seimbang sesuai dengan kebutuhan dan selera serta akan mengetahui akibat adanya kurang gizi. Pengetahuan gizi yang cukup supir angkot, salah satunya dapat dilihat bahwa supir belum mengerti arti gizi, mereka mengartikan gizi, sesuatu yang identik dengan makanan. Pengetahuan gizi yang kurang, salah satunya dapat dilihat supir mengganggap bahwa air yang baik untuk kesehatan adalah air yang dimasak mendidih sebelum diminum. Pemberian pengetahuan gizi yang baik


(59)

diharapkan dapat mengubah kebiasaan makan yang semula kurang menjadi lebih baik.

5.3. Pola Konsumsi Pangan

5.3.1. Jenis dan Frekuensi Makanan Supir Angkot RMC Trayek 104 di kota

Medan

Pola makan yang dilihat dari frekuensi dan jenis bahan makanan menunjukkan keanekaragaman konsumsi yang cukup bervariasi.Tidak ada satu jenis bahan makanan yang mengandung semua zat gizi yang mampu membuat hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Oleh karena itu, setiap orang perlu mengonsumsi aneka ragam makanan (Almatsier, 2005).

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai jenis makanan pada supir angkot, dijumpai berbagai macam jenis, yaitu jenis bahan makanan pokok yang sering dikonsumsi oleh supir angkot >1x1 hari adalah nasi yaitu 61 orang (100%), dan untuk pengganti atau penambah nasi lebih cenderung memilih mie atau roti, umumnya supir angkot mengonsumsi mie dan roti di sela-sela waktu istirahat mereka dalam bekerja. Karena supir angkot membutuhkan energi yang besar maka mereka harus mengonsumsi nasi sebagai sumber energi, apalagi di rumah makan sekitar pangkalan hanya tersedia nasi putih.

Bahan makanan pokok merupakan sumber penghasil utama energi. Bahan makanan pokok dianggap yang terpenting dalam susunan hidangan pada masyarakat Indonesia dan biasanya merupakan jumlah terbanyak dalam suatu hidangan. Bahan


(1)

Lampiran 3

FORMULIR FREKUENSI MAKAN

JENIS BAHAN

MAKANAN

FREKUENSI MAKAN

>1x1HR

1x1HR

4-5x/MG

1-3x/MG

2x1BL

1x1BL

TDK PRNH

Bahan Makanan

Pokok

-

Nasi

-

Mie

-

Singkong

-

Roti

-

Ubi

Lauk-pauk

-

Ayam

-

Daging

-

Ikan kering

-

Ikan basah

-

Telur

-

Tahu

-

Tempe

-

Sayuran

-

Daun ubi

-

Bayam

-

Kangkung

-

Kol

-

Buah

-

Pisang

-

Pepaya

-

Lain-lain

-

Susu

-

Teh manis

-


(2)

MASTER DATA

no umur pnddk sts

prkwn pndptn/hari LB/hr LB(thn) trip BB TB IMT SG STP TP KE TKE KP TKP

1 28 c a b 7 8 a 54 165 19,83 b 50 1 2226 2 50,6 1

2 36 c a b 8 15 a 55 170 19,03 b 46 1 2406 2 57,6 1

3 44 c b b 8 17 a 96 162 36,25 e 47 1 3981 2 70,5 2

4 25 c a a 8 7 a 45 160 17,5 a 23 3 1624 3 39,7 3

5 44 c b b 8 14 a 68 158 27,23 c 60 1 3095 1 71,8 1

6 26 d a a 8 3 a 65 178 20,1 b 55 1 2783 2 50,7 2

7 24 c a b 6 3 b 47 165 17,26 a 44 2 1795 2 37,5 2

8 23 c a b 6 1 b 71 168 25,15 c 53 1 2815 1 76,0 1

9 25 c a b 7 3.5 a 45 150 20,00 b 39 2 1947 2 54,4 1

10 24 b b b 8 7 b 54 160 21,09 b 45 2 2456 1 53,4 1

11 26 c b b 6 6 b 63 167 22,5 b 39 2 2753 2 57,3 1

12 53 c b b 8 27 a 78 172 26,3 c 46 1 2917 2 65,4 2

13 27 c b b 8 7 b 68 165 24,97 b 42 2 2825 2 63,6 1

14 30 c b b 8 9 b 75 170 25,95 c 51 1 2891 2 65,5 2

15 26 c a b 7 4 b 55 160 22,40 b 53 1 2751 1 58,6 1

16 33 c b b 8 10 a 61 167 21,87 b 42 2 2861 1 54,4 1

17 25 c a b 7 6 b 50 163 18,81 b 44 2 2215 2 51,3 1

18 45 b b b 8 24 a 70 167 25,09 c 47 1 2796 2 59,8 2

19 35 c b b 8 11 a 61 165 22,40 b 47 1 2785 1 58,7 2

20 29 c a a 8 5 a 60 170 20,76 b 42 2 2546 2 56,4 1

21 24 c a a 7 5 b 76 167 27,25 c 53 1 2941 2 57,3 2

22 31 c b b 8 12 a 74 169 25,90 c 51 1 2845 2 56,3 2

23 25 c a a 7 6 b 50 158 20,02 b 57 1 2456 1 54,5 1

24 24 c a a 8 3 b 54 165 19,83 b 46 1 2435 2 56,3 1

25 26 c a a 7 4 b 60 168 21,25 b 42 2 2567 2 59,1 1

26 24 b a b 7 3 b 59 170 20,41 b 42 2 2231 2 54,3 1

27 27 c b b 8 5 a 61 168 21,61 b 42 2 2571 2 55,4 1

28 29 c a b 7 7 b 59 173 19,71 b 42 2 2103 3 51,9 2

29 24 c a b 7 1 a 48 168 18,06 a 35 2 1715 3 49,5 1

30 25 c a b 8 3 a 54 165 19,83 b 23 3 2318 2 53,8 3

31 43 c b b 8 15 a 82 165 30,1 d 43 2 3316 2 68,8 2

32 33 c b b 8 10 a 70 168 24,8 b 37 2 2986 2 48,9 3

33 27 b b b 8 5 a 65 169 22,75 b 43 2 2318 3 53,2 2

34 23 b a a 7 3 b 46 162 17,52 a 37 2 1855 2 53,2 1

35 25 c a a 7 4 b 49 164 18,21 a 42 2 1985 2 52,8 1

36 27 c b a 8 5 b 61 172 20,61 b 43 2 2653 2 53,2 2

37 26 c a a 7 4 b 60 168 21,25 b 42 2 2455 2 59,7 1

38 44 c b b 8 14 a 68 158 27,23 c 60 1 2818 2 71,8 1

39 24 b a a 7 3 b 59 170 20,41 b 47 1 2764 1 59,6 1

40 25 c a a 8 3 a 54 165 19,83 b 47 1 2439 1 57,5 1

41 33 b b a 8 7 a 71 165 26,07 c 53 1 2879 2 62,5 2

42 27 c a a 7 5 b 65 168 23,03 b 53 1 2765 2 56,8 2

43 24 c a a 7 3 b 56 165 20,56 b 43 2 2534 1 55,9 1

44 25 b a a 8 4 b 49 164 18,21 a 42 2 1983 2 49,6 1


(3)

46 28 c a a 7 8 a 54 165 19,83 b 50 1 2435 2 50,6 1

47 25 c a b 7 3.5 a 45 150 20,00 b 39 2 2025 2 54,4 1

48 23 c a b 6 1 b 71 168 25,15 c 53 1 2852 2 76,0 1

49 27 c b a 8 5 a 61 168 21,61 b 42 2 2755 1 55,4 1

50 26 c a b 7 4 b 60 168 21,25 b 42 2 2567 2 59,1 1

51 35 d b b 8 6 a 71 169 24,85 b 42 2 2853 2 61,8 2

52 30 c b b 8 9 b 75 170 25,95 c 51 1 2891 2 65,5 2

53 31 c b b 8 12 a 74 169 25,90 c 51 1 2845 2 56,3 2

54 29 c a b 7 7 b 59 173 19,71 b 42 2 2110 3 53,0 2

55 26 d a a 8 3 a 65 178 20,1 b 55 1 2937 1 50,7 2

56 27 c b b 8 7 b 68 165 24,97 b 42 2 2825 2 63,6 2

57 28 c a b 7 8 a 54 165 19,83 b 50 1 2451 1 50,6 1

58 36 c a b 8 15 a 55 170 19,03 b 46 1 2431 2 57,6 1

59 33 c b b 8 10 a 70 168 24,8 b 37 2 2784 2 58,9 2

60 25 c a a 7 3.5 a 45 150 20,00 b 39 2 1947 2 54,4 1

61 24 b b b 8 7 b 54 160 21,09 b 45 2 2456 1 53,4 1

Keterangan

1. pnddk : Pendidikan 7.SG : Status gizi 12. KP : Kecukupan Protein

a. tamat SD

a. a.Underweight 1. baik

b. tamat SMP b. Normal 2. sedang

c. tamat SMU

c.

Pre-obese c. Pre-obese 3. kurang d. tamat diploma/sarjana d. Obese I 4. defisit 2. sts prkwn : Status Perkawinan e. Obese II

a. belum menikah 8. STP : skor tingkat pengetahuan gizi b. sudah menikah 9. TP : tingkat pengetahuan gizi 3. pndptn : Pendapatan 1. baik

a. < Rp. 50.000,00 2. sedang b. > Rp 50.000,00 3. kurang

4. LB/hr : Lama bekerja perhari 10. KE : Kecukupan Energi 5. LB (thn) : Lama Bekerja Sebagai Supir 11.TKE : Tingkat Kecukupan Energi 6. trip : trip bekerja 1. baik

a. trip pagi 2. sedang b. trip siang 3. kurang 4. defisit


(4)

LAMPIRAN


(5)

(6)