Gambaran Pola Konsumsi Dan Status Gizi Baduta (Bayi 6-24 Bulan) Yang Mendapatkan Makanan Tambahan Taburia Di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  2.1. Pola Konsumsi Menurut Harper (1985) dalam Evawany, dkk (2004) bahwa pola konsumsi pangan merupakan gambaran mengenai jumlah, jenis, dan frekuensi bahan makanan yang dikonsumsi seseorang sehari-hari dan merupakan ciri khas pada suatu kelompok masyarakat tertentu. Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang. Dengan demikian diharapkan konsumsi pangan yang beraneka ragam dapat memperbaiki mutu gizi makanan seseorang.

  Menurut Hoang yang dikutip oleh Aminah (2005) pola konsumsi adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan mempunyai ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang (keluarga) dalam memilih makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologi, psikologis, kebudayaan dan sosial.

  Pada saat bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan Air Susu Ibu (ASI) saja sudah cukup. Walaupun Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik, namun dengan bertambahnya umur, maka anak memerlukan makanan yang jenisnya berbeda-beda, mereka membutuhkan makanan lumat, lembek, sampai akhirnya makanan orang dewasa (Aminah, 2005).

  Menurut Baliwati (2004) dalam Sufnidar (2010) bahwa pola konsumsi yang baik dan jenis makanan yang beraneka ragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi kebutuhan gizi

  8 seseorang. Sehingga status gizi seseorang akan lebih baik dan memperkuat daya tahan tubuh terhadap serangan dari penyakit.

  2.1.1. Jenis Makanan Bayi 6-24 bulan 1.

  Air Susu Ibu (ASI) ASI sebagai makanan alamiah adalah makanan terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang dilahirkannya, dimana komposisinya sesuai untuk pertumbuhan bayi yang biasanya berubah sesuai dengan kebutuhan setiap saat. Pemberian ASI secara Eksklusif berarti hanya diberikan ASI selama 6 bulan tanpa makan dan minum lainnya (Solihin, 1990). Menurut Nadesul dalam Aminah (2005) bahwa setiap bayi 6 bulan ke atas membutuhkan 210-250 ml ASI setiap minum.

2. Makanan Pendamping ASI

  Makanan Pendamping ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi/anak di samping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Depkes RI, 1992).

  ASI dapat mencukupi kebutuhan gizi sebagian besar bayi sampai berumur 6 bulan. Oleh karena itu penting diberikan makanan pendamping (Muchtadi, 1994).

  Pola makan hendaknya sesuai dengan umurnya. Penggunaan bahan makanan juga harus seimbang dan terdiri atas zat-zat yang diperlukan anak, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Selain itu, ASI harus tetap diberikan selain makanan tambahan (Abbas, 1998)

  Menurut Yenrina dalam Aminah (2005) bahwa makanan yang sering digunakan sebagai PASI bagi bayi 6-24 bulan yaitu makanan bayi berupa susu formula yang hanya mendapatkan penambahan air yang bersih, sari buah, buah- buahan, nasi tim, makanan lembek dan lunak, bubur.

  Menurut Muchtadi dalam Aminah (2005) bahwa makanan tambahan pada bayi hendaknya padat bergizi, mudah dicerna dan tidak mengganggu pencernaan bayi sehingga pada umur dua belas bulan maka bayi dapat diberikan makanan keluarga yang lembek dan tidak merangsang karena sudah memiliki gigi.

  2.1.2. Jumlah Makanan Anak Umur 6-24 Bulan Makanan yang ideal harus mengandung cukup bahan bakar (energi) dan semua zat gizi esensial (komponen bahan makanan yang tidak dapat disintesis oleh tubuh sendiri akan tetapi diperlukan bagi kesehatan dan pertumbuhan) harus dalam jumlah yang cukup pula. Dengan cukup diartikan sesuai dengan keperluan sehari- harinya (Solihin, 1990).

  1. ASI hendaknya diberikan kapan saja setiap anak meminta, setidaknya sampai anak berusia 2 tahun. Setiap kali menyusui hendaknya dilaksanakan sampai anak benar-benar puas.

  2. Makanan lumat mulai diberikan pada waktu anak berusia sekitar 6 bulan sampai usia 9 bulan (mulai 1 piring dan seterusnya), secara bertahap makanan lumat diganti makanan lembek.

3. Makanan lembek diberikan menggantikan makanan lumat secara bertahap.

  Sehingga pada usia 9 bulan, 3-4 kali 1 piring sedang (± berisi : 1 genggam lebih beras). Pada usia 1 tahun, anak mulai dilatih makan bersama keluarganya.

  4. Makanan orang dewasa dalam bentuk makan bersama segenap anggota keluarga harus dilaksanakan pada usia satu tahun setengah (sejak usia 1 tahun sudah mulai dilatih). Anak usia 2 tahun harus makan setengah dari jumlah yang dimakan orang dewasa. Hal ini disebabkan karena pada usia tersebut sedang tumbuh dengan pesat dan untuk itu dibutuhkan makanan yang banyak. Bila dalam waktu makan bersama jumlah tersebut belum tercapai, harus diberikan 2-3 kali makanan tersendiri (di luar waktu makan keluarga) untuk mencapai jumlah tersebut (Aminah, 2005). Pada saat inilah pemberian makan pada anak balita harus seimbang, sebab masa pertumbuhan diusia ini sangat pesat sehingga harus diperhatikan kecukupan gizinya terutama kecukupan protein untuk pertumbuhan panjang badannya. Bayi dan balita yang sedang mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan harus mengonsumsi protein yang lebih banyak dibandingkan orang dewasa (Winarno, 1992).

Tabel 2.1. Daftar Pemberian Makanan Balita Sesuai Umur dan Pemberian

  No Umur Balita

  (Bulan) Macam Makanan

  Pemberian Dalam Sehari 1 6-8 bulan ASI,

  Buah Bubur, Susu, Nasi tim saring 4 atau 5 kali

  1 kali 1 kali 1 kali 2 8-10 bulan ASI,

  Buah Bubur, Susu, Nasi tim saring yang dihaluskan 3 atau 4 kali

  1 kali 1 kali 2 kali 3 10-12 bulan ASI

  Buah Nasi Tim 3 atau 4 kali

  1 kali 3 kali 4 lebih dari 12 bulan ASI,

  Buah Nasi tim atau makanan keluarga Makanan kecil 2 atau 3 kali

  1 kali 3 kali 1 kali

   (Sumber: Husaini, Aminah, 2005)

  2.1.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pola Konsumsi 1.

  Pengetahuan Ibu Mengenai Makanan yang Bergizi Pengetahuan ibu tentang bahan makanan yang bergizi masih kurang, maka pemberian makanan untuk keluarga biasa dipilih bahan-bahan makanan yang hanya dapat mengenyangkan perut saja tanpa memikirkan apakah makanan itu bergizi atau tidak, sehingga kebutuhan gizi energi dan zat gizi masyarakat dan anggota keluarga tidak tercukupi (Sufnidar, 2010).

  2. Pendidikan Ibu Peranan ibu sangat penting dalam penyediaan makanan bagi anaknya.

  Pendidikan ibu sangat menentukan dalam pilihan makanan dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh anak dan anggota keluarganya lainnya.

  Pendidikan gizi ibu bertujuan meningkatkan penggunaan sumber daya makanan yang tersedia. Hal ini dapat diasumsikan bahwa tingkat kecukupan zat gizi pada anak tinggi bila pendidikan ibu tinggi. (Sufnidar, 2010).

  3. Pendapatan Keluarga Pendapatan salah satu faktor dalam menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Tingkat pendapatan ikut menentukan jenis pangan yang akan dibeli dengan tambahan uang tersebut. Orang miskin membelanjakan sebagian pendapatan tambahan untuk makanan sedangkan orang kaya jauh lebih rendah (Sufnidar, 2010).

  2.1.4. Pengukuran Konsumsi Makanan Beberapa metode dapat dipergunakan untuk mendapatkan informasi tentang riwayat gizi. Salah satunya dengan metode recall 24 jam dimana individu diminta untuk mengingat segala sesuatu yang dimakan sehari sebelumnya. Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi 24 jam yang lalu (Supariasa dkk, 2002).

  Dalam metode ini, responden, ibu, pengasuh (bila anak masih kecil) diintruksikan untuk menceritakan semua makanan yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Biasanya dimulai dari ia bangun pagi kemarin sampai dia tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari waktu saat dilakukan wawancara sampai mundur ke belakang 24 jam (Supariasa dkk, 2002). Untuk perhitungan ASI dimana anak yang sehat mengkonsumsi 700-800 ml ASI per hari dengan intensitas pemberian maksimal 10 kali per hari (Prastyono, 2009).

  Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring, dll) atau ukuran lain yang dipergunakan sehari-hari oleh rumah tangga (Supariasa, dkk, 2002).

  2.2. Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, gizi kurang dan gizi lebih (Supariasa dkk, 2002).

  Keadaan gizi seseorang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya, serta ketahanan tubuh terhadap penyakit. Penilaian gizi adalah proses yang digunakan untuk mengevaluasi status gizi, mengidentifikasi malnutrisi, dan menentukan individu mana yang sangat membutuhkan bantuan gizi (Moore, 1997).

  Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia dan biofisik (Rahmah, 2010).

  2.2.1. Pengukuran Anthropometri Pengertian istilah “nutritional anthropometry” mula-mula muncul dalam

  “Body measurements and Human Nutrition” yang ditulis oleh Brozek pada tahun 1966 yang telah didefinisikan oleh Jelliffe (1966) sebagai, pengukuran pada variasi dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada tingkat usia dan derajat nutrisi yang berbeda (Narendra, 2010).

1. Jenis Parameter

  Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan dan tinggi badan.

  a.

  Umur Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan (Depkes, 2004). b.

  Berat Badan Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengan melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Narendra, 2010).

  c.

  Tinggi Badan Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U (Tinggi Badan menurut Umur), atau juga indeks BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. (Depkes RI, 2004).

2. Syarat Pengukuran Antropometri (Narendra, 2010): a.

  Pengukuran antropometri sesuai dengan cara-cara yang baku, beberapa kali secara berkala misalnya berat badan anak diukur tanpa baju, mengukur panjang bayi dilakukan oleh 2 orang pemeriksa pada papan pengukur

  (infantometer), tinggi badan anak diatas 2 tahun dengan berdiri diukur dengan microtoise.

  b.

  Baku yang dianjurkan adalah buku NCHS secara Internasional untuk anak usia 0-18 tahun yang dibedakan menurut jender laki-laki dan wanita.

  c.

  Tebal kulit di ukur dengan alat Skinfold caliper pada kulit lengan, subskapula dan daerah pinggul, penting untuk menilai kegemukan. Memerlukan latihan karena sukar melakukannya dan alatnyapun mahal (Harpenden Caliper). Penggunaan dan interpretasinya yang terlebih penting.

  d.

  Body Mass Index (BMI) adalah Quetelet’s index, yang telah dipakai secara

  2

  luas, yaitu berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m ). BMI mulai disosialisasikan untuk penilaian obesitas pada anak dalam kurva persentil juga.

3. Indeks Antropometri

  Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Di Indonesia ukuran baku hasil pengukuran dalam negeri belum ada, maka untuk berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) digunakan baku Harvard (Rahma, 2010).

  Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu berat badan dan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

  a.

  Berat Badan menurut Umur (BB/U) Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan maka indeks berat badan/umur digunakan sebagai salah satu cara mengukur status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil maka berat badan/umur lebih menggambarkan status gizi seseorang. BB/U dapat dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur (Supariasa, 2002).

  b.

  Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh definisi gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama (Supariasa, 2002).

  c.

  Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecapatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat kini (Supariasa, 2002). a.

  Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Umumnya untuk survei klinis secara cepat (Supariasa, 2002).

  Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat (rapid clinical surveys) ciri-ciri klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (sympton) atau riwayat penyakit (Supariasa, 2002).

  b.

  Biokimia Biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi (Supariasa, 2002).

  c.

  Biofisik Biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan jaringan. Umumnya digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindness ). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Supariasa, 2002).

  Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi 3 penilaian yaitu : survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

  Dietary History Method memberikan gambaran pola konsumsi berdasarkan

  pengamatan dalam waktu yang cukup lama. Burke (1947) menyatakan bahwa metode ini terdiri dari tiga komponen yaitu (Rahma, 2010): 1)

  Wawancara (termasuk recall 24 jam), yang mengumpulkan data tentang apa saja yang dimakan responden selama 24 jam terakhir.

  2) Frekuensi penggunaan dari sejumlah bahan makanan dengan memberikan daftar (check list) yang sudah disiapkan untuk mengecek kebenaran dari recall

  24 jam tadi.

3) Pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sebagai cek ulang.

2.3. Asupan Zat Gizi Bayi

  Gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, dkk, 2002).

  Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak, dimana kebutuhan anak berbeda dengan orang dewasa, karena makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk pertumbuhan, dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan (food

  

security ) keluarga. Kesehatan makanan keluarga mencakup pada ketersediaan

  makanan dan pembagian makanan secara adil dalam keluarga. Dimana sering kali kepentingan budaya bertabrakan dengan kepentingan biologis anggota-anggota keluarga. Satu aspek yang perlu ditambahkan adalah keamanan pangan (food safety) yaitu bagaimana makanan bebas dari berbagai racun; fisik, kimia, biologis yang mengancam kesehatan (Soetjiningsih, 2000).

  Pengaturan makanan selanjutnya harus disesuaikan dengan usia anak. Makanan harus mengandung energi dan semua zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral) yang dibutuhkan pada tingkat usianya. Pemberian makanan pendamping harus bertahap dan bervariasi dari mulai bentuk bubur cair ke bentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat. Pada usia 1-2 tahun perlu diperkenalkan pola makanan dewasa secara bertahap dengan menu seimbang (Kania, 2010).

1. Zat Gizi Yang Dibutuhkan Oleh Anak

  Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi rata-rata yang dianjurkan Oleh Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (2004) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2. Kebutuhan Zat Gizi Energi dan Protein Balita Berdasarkan Angka

  Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata perhari Golongan Berat Badan Tinggi Badan Energi Protein

  Umur (kg) (cm) (Kkal) (g) 0-6 bulan

  6 60 550

  10 7-12 bulan 8,5 71 650

  16 1-3 tahun

  12 90 1000

  25 Sumber: Widya Karya Pangan dan Gizi, 2004 a. Karbohidrat Karbohidrat merupakan zat gizi utama sebagai sumber energi bagi tubuh.

  Terpenuhinya kebutuhan tubuh akan karbohidrat akan menentukan jumlah energi yang tersedia bagi tubuh setiap hari (Moehji, 2002). Karbohidrat lebih banyak terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti beras, jagung, ubi kayu dan lain-lain.

  Karbohidrat gizi utama penghasil energi, jika anak kekurangan asupan karbohidrat akan berakibat pada kekurangan energi. Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Bila terjadi pada bayi dan anak-anak akan menghambat pertumbuhan dan pada orang dewasa penurunan berat badan dan kerusakan jaringan tubuh. Gejala yang ditimbulkan adalah kurang perhatian, gelisah, lemah, cengeng, kurang bersemangat dan penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Akibat berat pada bayi dinamakan marasmus dan disertai kekurangan protein dinamakan kwashiorkor. Jika gabungan kekurangan energi dan protein dinamakan marasmus-kwashiorkor (Almatsier, 2003).

  Energi adalah bahan utama untuk bergeraknya tubuh. Perkembangan motorik kasar adalah bagaimana keterampilan anak dalam menjaga keseimbang tubuhnya mulai dari merangkak sampai berjalan dan berlari. Untuk melakukan gerakan itu dibutuhkan energi yang cukup sesuai angka kecukupan gizi berdasarkan umurnya.

  Kekurangan gizi dalam makanan menyebabkan pertumbuhan anak terganggu yang akan mempengaruhi perkembangan seluruh dirinya.

  b.

  Protein Protein merupakan bahan utama dalam pembentukan jaringan, baik jaringan tubuh tumbuh-tumbuhan maupun tubuh manusia dan hewan. Karena itu protein disebut unsur pembangun (Moehji, 2002). Protein sama halnya dengan karbohidrat, asam amino juga merupakan senyawa organik yang tersusun dari atom karbon, hidrogen, dan oksigen. Protein terdapat dalam berbagai bentuk dan ukuran, serta tersusun atas berbagai macam asam amino yang menyatu dalam berbagai proporsi dan rangkaian (Williams Lippincott and Wilkins, 2007).

  Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal. Protein dipecah dalam tubuh sebagai sumber energi ketika pasokan karbohidrat dan lemak tidak mencukupi. Protein disimpan dalam otot, tulang darah, kulit dan limfe (Williams Lippincott and Wilkins, 2007).

  Berbagai bahan makanan dapat digunakan sebagai sumber protein, baik berasal dari hewani maupun nabati, seperti (Depkes, 2009): 1) Daging berwarna merah termasuk sapi dan kambing. 2) Daging ayam, telur dan susu. 3) Golongan kacang-kacang ; legume, kacang kedelai, kacang hijau.

  Protein memiliki fungsi sebagai bagian kunci semua pembentukan jaringan tubuh, yaitu dengan mensintesisnya dari makanan. Pertumbuhan dan pertahanan hidup manusia dapat terjadi bila konsumsi protein cukup (Depkes, 2009):

  Kekurangan protein akan menyebabkan kwasiorkor yang bisanya diikuti dengan kekurangan energi yaitu marasmus. Ini merupakan masalah yang banyak terjadi pada balita Indonesia. Sebagaimana diketahui perkembangan tidak dapat dipisahkan dari masalah pertumbuhan (Moehji, 2002).

  Kebutuhan energi dan protein bayi dan balita relatif besar jika dibandingkan dengan orang dewasa sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat.

  Tidak ada perbedaan yang signifikan antara anak perempuan dan laki-laki dalam hal kebutuhan energi dan protein. Kecukupan akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia. Namun untuk protein, angka kebutuhannya bergantung pada mutu protein. Semakin baik mutu protein, semakin rendah angka kebutuhan protein.

  Mutu protein bergantung pada susunan asam amino yang membentuknya, terutama asam amino essensial (Sulistijani, 2001).

  c.

  Lemak Lemak merupakan sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur-unsur

  Carbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Lemak bersifat larut dalam pelarut lemak. Lemak yang memiliki titik lebur tinggi berbentuk padat pada suhu kamar disebut lemak, sedang yang mempunyai titik lebur rendah berbentuk cair disebut minyak (Depkes, 2009):

  Lemak merupakan sumber asam lemak esensial asam linoleat, pelarut vitamin yang juga membantu transportasi, menghemat sintesis protein untuk protein, dan membantu sekresi asam lambung (Depkes, 2009). Sebagaimana diketahui Balita memiliki kebutuhan gizi yang berbeda dari orang dewasa. Mereka butuh lebih banyak lemak dan lebih sedikit serat (Nursalam, 2005). Ada enam fungsi lemak di dalam tubuh (Williams Lippincott and Wilkins, 2007):

  1) Menghasilkan energi bagi tubuh. 2) Memudahkan penyerapan vitamin larut lemak. 3) Memasok asam lemak esensial. 4) Menyokong dan melindungi organ dalam. 5) Membantu pengaturan suhu. 6) Melumasi jaringan tubuh.

  d.

  Vitamin Vitamin adalah zat organik yang tidak dapat dibuat oleh tubuh tetapi diperlukan tubuh. Vitamin berperan sebagai katalisator organik, mengatur proses metabolisme dan fungsi normal tubuh. Di tubuh vitamin berperan sebagai zat pengatur dan pembangun bersama zat gizi yang lain melalui pembentukan enzim, antibodi dan hormon.

  2.4. Taburia Menurut Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi

  Masyarakat (2010), taburia merupakan bubuk multivitamin dan multimineral untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral setiap anak balita. Taburia mengandung 12 vitamin dan 4 mineral yang dibutuhkan dalam tumbuh kembang anak dan juga dapat mengatasi anemia.

  Kementerian Kesehatan melalui program NICE (Nutrition Improvement

  

through Community Empowerment ) membuat sebuah terobosan untuk mengatasi

  permasalahan gizi bagi balita melalui suplemen Taburia, yakni serbuk yang mengandung vitamin dan mineral yang cara pakainya tinggal ditaburkan ke atas makanan. Peluncuran suplemen Taburia merupakan bagian dari program Direktorat Bina Gizi Masyarakat Kemenkes, yakni Nutrition Improvement through Community

Empowerment (NICE) atau perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat.

  Masyarakat yang membutuhkannya bisa memperoleh di Posyandu atau rumah kader dengan harga Rp 300/bungkus (Kemenkes, 2010).

  NICE merupakan salah satu program pemerintah untuk memacu dan meningkatkan minat serta semangat masyarakat untuk memperhatikan diri terutama dalam permasalahan gizi. Dengan adanya program NICE pemerintah berharap dapat mengatasi kasus mencuatnya kasus gizi buruk di daerah, serta dapat meningkatakan taraf hidup masyarakat dengan terbentuknya SDM yang baik.

  Program NICE dilaksanakan oleh para Kader Kesehatan Desa yang dihimpun dalam sebuah team yang disebut dengan KGM (Kelompok Gizi Masyarakat). Namun distribusi untuk suplemen Taburia ini belum menjangkau seluruh Indonesia. Sementara ini, Taburia baru tersedia di wilayah-wilayah yang menjadi lokasi proyek NICE meliputi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, NTB, NTT, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan.

  Adapun manfaat dari taburia itu sendiri adalah : 1. Meningkatkan nafsu makan anak.

  2. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang meliputi otak, mata, tulang dan gigi.

  3. Memperbaiki penglihatan, pencernaan, daya ingat, fungsi saraf dan kesehatan kulit.

  4. Merangsang pembentukan sel darah merah, mencegah kurang darah dan 5 L (letih, lemah, lesu, lelah, lalai/kurang konsentrasi).

  5. Meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah infeksi, sariawan, gangguan mental, gangguan bicara serta berbagai penyakit yang sering diderita anak.

  2.4.1. Kandungan Taburia Taburia sebagai pelengkap gizi makanan balita sehari-hari yang mengandung 12 macam vitamin dan 4 macam mineral yang dibutuhkan anak untuk tumbuh kembang secara optimal.

1. Vitamin

  Beberapa vitamin yang terkandung dalam taburia adalah : a. Vitamin A

  Vitamin A (Retinol atau Vitamin A, retina, dan empat karotenoid, termasuk beta karoten) merupakan vitamin yang dibutuhkan oleh retina mata menyerap cahaya retina yang mutlak diperlukan untuk kedua cahaya rendah (scotopic visi) dan penglihatan mata. Vitamin ini berfungsi untuk memelihara kesehatan mata, kekebalan tubuh, dan meningkatkan pertumbuhan anak (Almatsier, 2004).

  b.

  Vitamin B1 Vitamin B1 atau thiamin disebut sebagai "thio-vitamin" (sulfur yang mengadung vitamin) adalah air-larut vitamin B kompleks. Pertama bernama aneurin untuk efek neurologis merugikan jika tidak hadir dalam makanan, itu akhirnya diberi nama deskriptor generik vitamin B

  1. Vitamin ini

  berfungsi untuk meningkatkan nafsu makan, pertumbuhan, dan meningkatkan fungsi pencernaan dan saraf (Almatsier, 2004).

  c.

  Vitamin B2 Riboflavin, juga dikenal sebagai vitamin B

  2 , adalah mudah diserap

  mikronutrien dengan peran kunci dalam menjaga kesehatan pada manusia dan hewan. Dengan demikian, vitamin B

  2 diperlukan untuk berbagai proses

  selular. Vitamin ini berfungsi untuk memelihara kesehatan kulit, mencegah pecah-pecah pada sudut bibir, serta mempertahankan penglihatan dan pertumbuhan (Almatsier, 2004). d.

  Vitamin B3 Vitamin B3 juga dikenal dengan istilah niasin. Vitamin ini berperan penting dalam metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan energi, metabolisme lemak, dan protein. Vitamin B3 memiliki peranan besar dalam menjaga kadar gula darah, tekanan darah tinggi, penyembuhan migrain, dan vertigo. Berbagai jenis senyawa racun dapat dinetralisir dengan bantuan vitamin ini. Vitamin B3 termasuk salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada makanan hewani, seperti ragi, hati, ginjal, daging unggas, dan ikan. Vitamin B3, terdapat juga dalam beberapa sumber pangan lainnya, antara lain gandum dan kentang manis. Vitamin ini berfungsi untuk meningkatkan nafsu makan, kesehatan kulit, dan meningkatkan daya ingat (Almatsier , 2004).

  e.

  Vitamin B6 Vitamin B6, atau dikenal juga dengan istilah piridoksin, merupakan vitamin yang esensial bagi pertumbuhan tubuh. Vitamin ini berperan sebagai salah satu senyawa koenzim A yang digunakan tubuh untuk menghasilkan energi melalui jalur sintesis asam lemak, seperti spingolipid dan fosfolipid. Selain itu, vitamin ini juga berperan dalam metabolisme nutrisi dan memproduksi antibodi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap antigen atau senyawa asing yang berbahaya bagi tubuh. Vitamin ini merupakan salah satu jenis vitamin yang mudah didapatkan karena vitamin ini banyak terdapat di dalam beras, jagung, kacang-kacangan, daging, dan ikan. Vitamin ini berfungsi untuk membantu pembentukan sel darah merah, pertumbuhan, dan mencegah gangguan fungsi otak (Almatsier, 2004).

  f.

  Vitamin B12 Vitamin B12 atau sianokobalamin merupakan jenis vitamin yang hanya khusus diproduksi oleh hewan dan tidak ditemukan pada tanaman. Oleh karena itu, vegetarian sering kali mengalami gangguan kesehatan tubuh akibat kekurangan vitamin ini. Vitamin ini banyak berperan dalam metabolisme energi di dalam tubuh. Vitamin B12 juga termasuk dalam salah satu jenis vitamin yang berperan dalam pemeliharaan kesehatan sel saraf, pembentukkan Molekul DNA dan RNA. Telur, hati, dan daging merupakan sumber makanan yang baik untuk memenuhi kebutuhan vitamin B12. Vitamin ini berfungsi untuk meningkatkan nafsu makan, fungsi saraf, pembentukan sel darah merah, dan mencegah gangguan mental (Almatsier, 2004).

  g.

  Vitamin D Vitamin D juga merupakan salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada makanan hewani, antara lain ikan, telur, susu, serta produk olahannya, seperti keju. Bagian tubuh yang paling banyak dipengaruhi oleh vitamin ini adalah tulang. Vitamin D ini dapat membantu metabolisme kalsium dan mineralisasi tulang. Sel kulit akan segera memproduksi vitamin D saat terkena cahaya matahari (sinar ultraviolet). Vitamin ini berfungsi untuk membantu pembentukan tulang dan gigi serta mencegah gangguan pertumbuhan dan gigi rapuh (Almatsier, 2004). h.

  Vitamin E Vitamin E berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan di dalam tubuh, mulai dari jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga hati. Selain itu, vitamin ini juga dapat melindungi paru-paru manusia dari polusi udara. Nilai kesehatan ini terkait dengan kerja vitamin E di dalam tubuh sebagai senyawa antioksidan alami. Vitamin E banyak ditemukan pada ikan, ayam, kuning telur, ragi, dan minyak tumbuh-tumbuhan. Vitamin ini berfungsi untuk membantu pembentukan sel darah merah serta mencegah gangguan bicara dan penglihatan (Almatsier, 2004). i.

  Vitamin C Vitamin C (asam askorbat) banyak memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh kita. Di dalam tubuh, vitamin C juga berperan sebagai senyawa pembentuk kolagen yang merupakan protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang dan jaringan penyokong lainnya. Vitamin C merupakan senyawa antioksidan alami yang dapat menangkal berbagai radikal bebas dari polusi di sekitar lingkungan kita. Vitamin ini berfungsi untuk mencegah sariawan dan perdarahan gusi, menjaga kesehatan gusi dan gigi, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit, serta mencegah kelesuan dan kurang darah (Almatsier, 2004). j.

  Vitamin K Vitamin K banyak berperan dalam pembentukan sistem peredaran darah yang baik dan penutupan luka. Defisiensi vitamin ini akan berakibat pada pendarahan di dalam tubuh dan kesulitan pembekuan darah saat terjadi luka atau pendarahan. Selain itu, vitamin K juga berperan sebagai kofaktor enzim untuk mengkatalis reaksi karboksilasi asam amino asam glutamat. Oleh karena itu, kita perlu banyak mengkonsumsi susu, kuning telur, dan sayuran segar yang merupakan sumber vitamin K yang baik bagi pemenuhan kebutuhan di dalam tubuh (Almatsier, 2004). k.

  Asam Folat Vitamin B (asam folat dan inklusif folat) adalah penting yaitu untuk berbagai

  9 fungsi tubuh. Tubuh manusia membutuhkan folat untuk mensintesis DNA.

  Hal ini terutama penting dalam membantu cepat pembelahan sel dan pertumbuhan, seperti pada masa bayi dan kehamilan. Anak-anak dan orang dewasa membutuhkan asam folat untuk menghasilkan sel darah merah dan mencegah anemia. Vitamin ini berfungsi untuk membantu pembentukan sel darah merah serta mencegah infeksi dan kelelahan (Almatsier, 2004). l.

  Asam Pantotenat Asam pantotenat (PA), merupakan vitamin B-kompleks yang sangat penting untuk manusia untuk pertumbuhan, reproduksi dan fisiologis normal. Vitamin ini berfungsi untuk mencegah kelelahan dan mengatasi sulit tidur pada anak (Almatsier, 2004).

2. Mineral

  Beberapa mineral yang terkandung dalam Taburia yaitu : a.

  Yodium Yodium merupakan zat makanan yang tergolong ke dalam mineral mikro.

  Dalam keadaan normal, yodium dikonsumsi manusia melalui air dan tumbuh- tumbuhan yang menyerap zat tersebut dari tanah. Dalam makanan sehari-hari yodium banyak dikonsumsi dari makanan laut. Fungsi yodium adalah membantu pertumbuhan dan perkembangan mental, serta mencegah kretin (anak yang mengalami keterbelakang mental) (Almatsier, 2004).

  b.

  Seng Seng adalah salah satu mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. Seng dapat ditemukan pada berbagai jenis makanan yang kaya akan kandungan protein seperti daging, kacang-kacangan dan polong-polongan. Asupan seng yang dibutuhkan tubuh manusia sebenarnya sangat sedikit, namun ternyata penyerapan seng oleh tubuh pun sangatlah kecil. Dari sekitar 4-14 mg/hari jumlah seng yang dianjurkan untuk dikonsumsi, hanya sekitar 10-40% saja yang dapat diserap. Dalam tubuh manusia seng berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan, fungsi saraf dan otak, serta nafsu makan (Almatsier, 2004).

  c.

  Selenium Selenium merupakan mineral yang penting untuk kesehatan yang baik tetapi hanya diperlukan dalam jumlah kecil. Dalam tubuh manusia selenium berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan.

  d.

  Zat besi Zat besi atau iron adalah nutrien penting untuk badan manusia. Zat besi memainkan peranan penting dalam pengangkutan oksigen. Zat besi digunakan dalam pembuatan hemoglobin. Fungsi zat besi adalah untuk meningkatkan nafsu makan, pembentukan sel darah merah, mencegah letih, lemah, lesu, lelah dan lalai (konsentrasi) (Almatsier, 2004).

Tabel 2.3. Komposisi Taburia dalam per Bungkus

  150 mg 3 mg 50 mcg 10 mg

  3. Taburia tidak boleh dicampur dengan makanan yang berair, seperti minuman susu, sayur bening karena akan menggumpal dan tidak larut.

  2. Taburkan satu bungkus Taburia pada makanan utama yang biasa dimakan anak. Makanan utama tersebut dapat berupa nasi atau bubur, yang terbuat dari beras, jagung, kentang, ubi.

  1. Cuci tangan terlebih dahulu sebelum mengambil makanan anak.

  2.4.2. Cara Pemberian Taburia Taburia yang diberikan kepada anak balita usia 6-24 bulan tidak boleh sembarangan, tetapi harus sesuai dengan cara seperti berikut :

  Sumber : Depkes RI, 2010

  5 mg 20 mcg

  5 mcg 6 mg 20 mcg 30 mg

  Zat Gizi Kandungan Vitamin A

  0,5 mg 0,5 mg 5,0 mg 0,5 mg 1 mcg

  Seng (Zn) Selenium (Se) 417 mg

  Iodium Zat Besi (Fe)

  Asam Folat Asam Pantotenat

  Vitamin E Vitamin K Vitamin C

  Vitamin B12 Vitamin D3

  Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B3 Vitamin B6

  4. Tidak boleh dicampur dengan makanan panas karena lemak yang melapisi zat besi akan rusak dan berinteraksi dengan makanan sehingga akan menimbulkan rasa yang kurang enak.

  5. Upayakan makanan yang sudah diberi Taburia segera dimakan dan dihabiskan anak.

  Jumlah taburia yang diberikan kepada anak pada usia 6-24 bulan adalah : 1. Setiap anak mendapat satu bungkus Taburia yang diberikan tiap dua hari sekali.

  2. Satu bungkus Taburia hanya diberikan untuk sekali makan saja pada waktu makan pagi.

  2.4.3. Sasaran Taburia Taburia walaupun merupakan sebuah multivitamin dan multimineral yang diberikan kepada anak balita, tetapi tidak semua balita yang menjadi cakupannya.

  Taburia hanya akan diberikan kepada anak bayi usia 6-24 bulan saja. Bayi usia di bawah 6 bulan bukan sasaran Taburia karena bayi usia 0-6 bulan hanya mendapatkan ASI saja (Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2010).

1. Taburia Sebagai Solusi dalam Meningkatkan Kandungan Zat Gizi Mikro

  Anak Taburia merupakan bentuk fortifikasi makanan rumah tangga (home

  

fortification ) untuk menanggulangi defisiensi vitamin dan mineral. Taburia juga

merupakan bentuk penyediaan zat-zat gizi mikro bagi populasi yang beresiko.

  Taburia memungkinkan keluarga dapat melindungi bayi dan balita dengan memperkaya makanan semi padat (MP-ASI) dengan tambahan zat gizi mikro di rumah tangga (Zlotkin, 2004).

  Taburia sebagai jawaban atas tantangan baru untuk mengembangkan produk makanan yang mengalami fortifikasi zat gizi tertentu tanpa mengubah warna, tekstur dan rasa makanan serta biaya produksi relatif murah untuk penanggulangan anemia. Taburia diformulasi dengan kandungan ferrous fumarat (FF) mikroenkapsul dengan zat gizi mikro lain yang dibutuhkan bagi populasi berisiko seperti zinc, vitamin A, C dan D atau asam folat (Zlotkin et al, 2006).

2. Manfaat Pemberian Taburia

  Beberapa manfaat pemberian Taburia (Zlotkin et al, 2006): 1. Taburia mampu menyediakan zat gizi mikro sesuai kebutuhan bagi setiap anak tanpa tergantung besar kecilnya porsi makan.

  2. Taburia mengandung zat gizi mikro seperti vitamin A, B1, B2, B3, B6, B12,

  D, E, K, C, asam folat, asam pantotenat, yodium, seng, selenium dan zat besi untuk mencegah dan mengatasi defisiensi zat gizi mikro.

  3. Meningkatkan nafsu makan anak.

  4. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang meliputi otak, mata, hidung dan gigi anak.

  5. Merangsang pembentukan sel darah merah, mencegah kurang darah.

  2.5. Kerangka Konsep Kerangka konsep kaitan antara serbuk Taburia dengan status gizi baduta dapat dilihat pada gambar berikut:

  Status Gizi Baduta ( Bayi Pola Konsumsi

  6-24 Bulan): Susunan makanan

  − BB/U

  − frekuensi makan −

  PB/U −

  BB/PB −

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

  Bagan diatas menjelaskan bahwa pola konsumsi pangan bayi 6-24 bulan yang mendapatkan bubuk Taburia meliputi susunan makanan dan frekuensi makan bayi dapat menggambarkan status gizi bayi 6-24 bulan yang dapat dilihat dari BB/U, PB/U, BB/PB, sehingga dapat diketahui bagaimana status gizi bayi 6-24 bulan yang mendapatkan bubuk Taburia.

Dokumen yang terkait

Gambaran Pola Konsumsi Dan Status Gizi Baduta (Bayi 6-24 Bulan) Yang Mendapatkan Makanan Tambahan Taburia Di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

1 66 122

Praktek Pemberian Makan Dan Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan Ditinjau Dari Pekerjaan Ibu Di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Tahun 2005

1 46 80

Pola Pengasuhan Dan Status Gizi Anak Batita Ditinjau Dari Karakteristik Ibu Di Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan Tahun 2005

0 30 95

Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian ASI Bersamaan Makanan Tambahan oleh Ibu Pada Bayi 0-6 Bulan Di Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011

6 47 67

Analisis Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut (ISPaA) Pada Anak Balita Di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010

2 41 139

Pola Konsumsi Pangan Dan Status Gizi Supir Angkot Rahayu Medan Ceria Trayek 104 Di Kota Medan

0 58 7

Pengetahuan dan Sikap Pasangan Usia Subur Tentang Infertilitas di Lingkungan I Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010

1 54 54

Tindakan Murid Dan Penjual Makanan Jajajanan Tentang Higiene Sanitasi Makanan Di Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan

4 45 72

Gambaran Pengetahuan Gizi, Pola Konsumsi Pangan Dan Status Gizi Pada Supir Angkot Rahayu Medanceria Trayek 104 Di Kota Medan Tahun 2008

0 48 80

Gambaran Status Gizi Anak Balita Gizi Kurang Setelah Mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan Di Puskesmas Mandala Medan Tahun 2009

0 57 105