Patogenesis Gejala Klinis Anemia Defisiensi Besi .1 Definisi

Kehilangan darah 1 ml akan mengakibatkan kehilangan besi 0,5 mg, sehingga kehilangan darah 3-4 mlhari 1,5-2 mg besi dapat mengakibatkan keseimbangan negatif besi. d. Transfusi feto-maternal Kebocoran darah yang kronis ke dalam sirkulasi ibu akan menyebabkan ADB pada akhir masa fetus dan pada awal masa neonatus. e. Hemoglobinuria Keadaan ini biasanya dijumpai pada anak yang memakai katup jantung buatan. Pada Paroxismal Nocturnal Hemoglobinuria PNH kehilangan besi melaui urin rata-rata 1,8-7,8 mghari. f. Iatrogenic blood loss Pada anak yang banyak diambil darah vena untuk pemeriksaan laboratorium beresiko untuk menderita ADB. g. Idiopathic pulmonary hemosiderosis Penyakit ini jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan perdarahan paru yang hebat dan berulang serta adanya infiltrat pada paru yang hilang timbul. Keadaan ini dapat menyebabkan kadar Hb menurun drastis hingga 1,5-3 gdL dalam 24 jam. h. Latihan yang berlebihan Pada atlit yang berolahraga berat seperti olah raga lintas alam, sekitar 40 remaja perempuan dan 17 remaja laki-laki kadar feritin serumnya 10 ugdL.

2.3.3 Patogenesis

Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga cadangan besi makin menurun. Jika cadangan besi menurun, keadaan ini disebut iron depleted state atau negative iron balance, ditandai oleh penurunan kadar feritin serum, peningkatan absorpsi besi dalam usus serta pengecatan besi dalam sumsum tulang negatif. Apabila kekurangan besi terus berlanjut maka cadangan besi kosong sama sekali, penyediaan besi untuk eritropoiesis berkurang sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit tetapi anemia secara klinis belum Universitas Sumatera Utara terjadi, keadaan ini disebut iron deficient protoporphyrin atau zinc protophorphyrin dalam eritosit. Saturasi transferin menurun dan total iron binding capacity TIBC meningkat. Akhir-akhir ini parameter yang sangat spesifik adalah peningkatan reseptor transferim dalam serum. Apabila jumlah besi mulai menurun, akibatnya timbul anemia hipokromik mikrositer, disebut sebagai iron deficiency anemia. Pada saat ini terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa enzim yang dapat menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring serta berbagai gejala lainnya Bakta, 2009.

2.3.4 Gejala Klinis

Gejala anemia defisiensi besi dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar,yaitu gejala umum anemia, gejala khas akibat defisiensi besi, dan gejala penyakit dasar Bakta, 2009. a. Gejala Umum Anemia Gejala umum anemia atau sindrom anemia anemic syndrome dijumpai pada anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin turun di bawah 7-8 gdL. Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga mendenging. Pada anemia defisiensi besi karena penurunan yang terjadi secara perlahan-lahan sering kali sindroma anemia tidak tidak terlalu menyolok dibandingkan dengan anemia lain yang penurunan kadar hemoglobinnya terjadi lebih cepat, oleh karena mekanisme kompensasi tubuh dapat berjalan dengan baik. Orang dengan anemia ringan sering tidak memberi gejala. Mereka mungkin mengeluh kelelahan demikian pula dispnea dan palpitasi, terutama setelah latihan jasmani. Gejala anemia yang berat meluas ke berbagai sistem organ lainnya. Pusing, nyeri kepala dan mengalami sinkop atau vertigo. Kebanyakan pasien gelisah dan sulit tidur atau berkonsentrasi. Karena aliran darah ke kulit menurun, pasien menjadi peka terhadap suhu rendah Bunn, 1999.

b. Gejala Khas Defisiensi Besi