Analisis mekanisme harga terhadap etika bisnis pedagang kuliner pada Restourant Taman Resto

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SE.Sy)

Oleh:

RIVALDI PRAGOLA 205046100642

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M


(2)

telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Pada Tanggal 18 Maret 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) Pada Program Studi (Ekonomi Islam).

Jakarta, 18 Maret 2010 Mengesahkan

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof.DR.H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM NIP. 19550505 198203 1021

PANITIA UJIAN

Ketua : Drs. Djawahir Hejazzieh, SH., MA. (………) NIP. 19551015 197903 1002

Sekertaris : Drs. Ahmad Yani, M.Ag (………)

NIP. 196404412 199403 1004

Penguji I : Prof.Dr.H. Hasanuddin AF, M.A. (………) NIP. 150050917

Penguji II : Drs. H. Martono, MM (………)

NIDN. 0428035301

Pembimbing I : Prof. Dr.H. Faturahman Djamil, MA (………) NIP. 196011071985051001


(3)

karunia-Nya yang telah dilimpahkan pada kita semua.

Sepenuhnya penulis menyadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini yang berjudul "ANALISA MEKANISME HARGA TERHADAP ETIKA BISNIS PEDAGANG KULINER PADA RESTAURAN TAMAN RESTO " bukan semata-mata atas usaha penulis sendiri namun juga karena bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH.,MA.,MM selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

2. Dr. Euis Amalia, M.Ag selaku Ketua Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ah Azharudin Latief, M.Ag.,MH selaku Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Drs. Djawahier Hejazziey,SH.,MA selaku Koordinator Teknis Program Non reguler dan Drs.H. Ahmad Yani,M.Ag selaku Sekretaris Teknis Program Non reguler Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Untuk orang tuaku tercinta. Ibundaku (Tuti Liswarina) dan ayahanda ( Rustam Efendi ), Kakak, Abang Ipar, dan Abangku , dan seluruh keluarga besar penulis atas curahan cinta dan kasih " sayangnya, yang tiada henti mendoakan, menyemangati baik moril maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan


(4)

ii

doa yang tiada letih. Trima kasih Mama..

6. Untuk Pacarku, Annisa Dyah Utami dan keluarga. Ini untuk mu.. Ini buah dari doa, semangat, dorongan kamu. Cepat selesai juga ya de’, Semangat trus...

7. Untuk ibu Mufidah SEI dan Bapak Syafi'I SEI yang telah banyak membantu memberikan arahan dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Untuk staf perpustakaan, terutama kepada bapak Zuhri.SH. dan Mas Farhan terima kasih atas kemudahan, arahan dan bantuannya kepada penulis dalam memperoleh data-data kepustakaan dalam penulisan skripsi ini.

9. Selaku owner RM. Taman Resto ( Bapak Dr. Ir. Wahyu Saidi, MSC )yang telah banyak membantu dan meluangkan memberikan informasi, data , dalam menyelesaikan skripsi ini. dan motivasi wirausahanya kepada penulis sehingga penulis terbuka pikirannya untuk menggeluti dunia bisnis.

10.Untuk Para dosen fakultas Syariah dan Hukum, aku belajar banyak dari Bapak dan Ibu. Trima kasih..

11.Untuk teman-temanku Rahman Sidiq, Se. Sy, Jedy Oktora Lausu, M. rofiuddin, Abdul Fatah, dan anggota persaudaraan Hotel Bu Wardah , dan semua teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.


(5)

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Metode Penelitian ... 8

D. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II KERANGKA TEORI A. Pengertian Biaya... 11

B. Teori Harga... 14

1. Pengertian Penetapan harga... 14

2. Tujuan Penetapan harga ... 22

3. Faktor-faktor Penetapan Harga ... 24

4. Metode penetapan harga... 27

5. Prosedur Penetapan Harga... 33

BAB III GAMBARAN UMUM RM. TAMAN RESTO A. Sejarah Perjalanan RM. Taman Resto... 37

B. Sekmentasi ... 38

C. Surviving Usaha RM. Taman Resto ... 48

D. Pandangan Umum Terhadap Etika Bisnis... 51


(6)

iv

pada Kelangsungan Usaha ... 55 B. Peran Etika Moral Dalam Kegiatan Usaha ... 62

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 67 B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA


(7)

A. Latar Belakang Masalah

.

Pasar adalah sebuah mekanisme pertukaran barang dan jasa yang alamiah dan telah berlangsung sejak awal peradapan manusia. Islam menempatkan pasar pada kedudukan terpenting dalam perekonomian. Praktik ekonomi pada masa Rasulullah dan khulafahurrasyidin menunjukan peran pasar yang besar. Rasulullah sangat menghargai harga yang dibentuk oleh pasar sebagai harga yang adil. Beliau menolak adanya suatu price intervention seandainya perubahan harga terjadi karena mekanisme pasar yang wajar. Namun pasar disini mengharuskan adanya moralitas, antara lain: persaingan yang sehat (fair play), kejujuran (honesty), keterbukaan (tranparancy) dan keadilan (justice). Jika nilai-nilai ini telah ditegakan, Maka tidak ada alasan untuk menolak harga pasar.1

Ketika membahas masalah mekanisme pasar, yang dijelaskan didalam konsep Islam, penentuan harga dilakukan oleh kekuatan-kekuatan pasar, yaitu kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran. Pertemuan antara permintaan dan penawaran tersebut harus terjadi rela sama rela dan juga tidak ada pihak yang merasa tertipu atau adanya kekeliruan objek transaksi dalam melakukan transaksi barang tertentu (Q) pada tingkat harga (P). Dengan demikian, Islam menjamin

1

Ekonomi Islam, P3EI univ Islam Indonesia Yogya. 2006


(8)

pasar bebas dimana para pembeli dan para penjual bersaing satu dengan yang lain dengan arus informasi yang berjalan lancar dalam kerangka keadilan, yakni tidak ada (baik individu maupun kelompok, produsen apalagi pemerintah) yang zalim atau dizalimi.2

Islam amatlah tegas dalam terciptannya suatu harga dan Islam pulalah yang amat membuka kesempatan berekonomi sebesar-besarnya, selama kegiatan berekonomi itu tidak bertentangan dalam ajaran Islam. “Sebaik-baiknya usaha adalah usaha orang-orang yang berniaga (pengusaha atau Intrepreneur),yang jika berbicara tidak dusta, jika diberi amanat tidak khianat, jika berjanji tidak meleset, jika membeli tidak mencela (barang yang akan dibelinya), jika menjual tidak memuji-muji (barang yang akan dijualnya), jika berhutang tidak menunda-nunda pembayarannya, dan jika berpiutang tidak mempersulit (orang yang berhutangnya).” (HR.Baihaqi).

Nabi Muhammad Saw., melalui hadist diatas, mengajarkan kepada kita tentang profesi usaha yang paling baik menurut beliau. Yaitu, singkatnya, profesi menjadi pengusaha atau intrepreneur yang bermoral. Pada hadist lain beliau mengatakan: “Para pengusaha (intrepreneur) akan dibangkitkan sebagai pendurhaka, kecuali pengusaha yang bertaqwa kepada ALLAH, yang berlaku baik dan jujur.” (HR. At-Tirmidzi).

2

Ir. Adiwarnman Karim, Ekonomi Mikro Islam, Jakarta: The Internasional Institute of Islamic Thought. 2003


(9)

Dari hadist diatas, kita menangkap pesan penting dari Baginda Nabi, yaitu bahwa beliau menyukai profesi pengusaha,sebagaimana beliau sendiri adalah pengusaha. Tapi, beliau juga mengingatkan bahwa pengusaha yang benar adalah pengusaha yang saleh. Menjadi pengusaha saja, tanpa dibarengi dengan akhlak dan moral yang baik, malah akan mendapat konotasi buruk, yaitu sebagai pendurhaka. Jadi, dengan ajaran itu sesungguhnya Islam telah memberikan tempat yang terbaik bagi profesi pengusaha yang bermoral.3

Kepedulian Nabi Muhammad Saw dan diikuti oleh para Sohabat Nabi dalam mekanisme pembentukan harga dan etika bisnis mengkristal pada satu titik yaitu keadilan dan kejujuran. Pilar utama pada transaksi ekonomi adalah keadilan dan kejujuran yang hanya dapat dijamin jika semua kontrak berdasarkan pada kesediaan menyetujui dari semua pihak, jadi tidak ada pihak yang merasa terdzolimi dari dari suatu transaksi ekonomi. Untuk lebih bermakna persetujuan ini harus berdasarkan informasi yang memadai.

Moralitas sebagimana yang telah diabadikan dalam ketentuan Syari’ah memerlukan keharusan tidak adanya paksaan, tidak adanya kecurangan, dan tidak mengambil keuntungan dari keadaan yang menakutkan atau ketidaktahuan dari satu pihak yang melakukan perjanjian. Ketika semua ketentuan-ketentuan diatas telah terpenuhi maka harga yang terjadi dipasar adalah harga yang adil dan wajar.

Dengan mekanisme harga yang telah sesuai seharusnya dapat diikuti dengan kualitas barang yang diperdagangkan. Dan juga menjaga daya tahan dari

3


(10)

berbagai macam gangguan-ganguan, hal ini bukan tanpa alasan banyak pelaku-pelaku pasar yang mengambil suatu keuntungan dari situasi dan kondisi seperti ini. Salah satu contoh dan yang banyak terjadi adalah masuknya barang-barang dengan kualitas buruk atau rendah yang diperdagangkan, situasi ini bukan tanpa alasan, dengan naiknya harga barang-barang yang diperdagangkan dipasar masyarakat seperti “digiring” dan tidak punya pilihan lain untuk membeli barang-barang dengan kulitas buruk atau rendah ini. Dikarenakan barang-barang-barang-barang kualitas baik dibandrol dengan harga yang cukup tinggi bahkan sangat tinggi.

Seharusnya dengan mekanisme harga yang tercipta secara benar dan adil, dapat disertai dengan terjaganya transaksi barang, dari barang kualitas buruk. Sehingga masyarakat atau konsumen akhir tidak merasa dirugikan atau terdzolimi. Masyarakat atau konsumen akhir ini membayar dengan harga yang yang telah tersepakati, tetapi dengan adanya kenaikan harga dari mekanisme pasar produsen mengurangi kulitas barang yang diperdagangkan atau meminimalkan total cosh. Tak jarang pelaku usaha melakukan kecurangan atau merugikan konsumen dengan mencampur bahan baku produksi dengan zat-zat kimia yang tidak diperuntukan untuk makanan, yang tujuannya menekan total cost atau mengurangi kerugian yang akan dialami. Sebagaimana yang banyak terjadi, pengusaha makanan yang menggunakan Formalin, Borax, Pewarna Textile dan Melamin. Semua bahan-bahan kimia ini amat bahaya untuk untuk kesehatan tubuh, meskipun tidak secara langsung efeknya terhadap tubuh. Fungsi-fungsi tubuh terutama ginjal dan hati akan terganggu dan akhirnya rusak.


(11)

Dari pengamatan ini penulis mencoba untuk meneliti lebih lanjut tentang bagaimana etika dalam menentukan harga yang dilakukan pedagang. Penelitian ini mencoba menggambarkan kembali bagaimana etika dan moral dijunjung tinggi dalam dalam proses produksi dalam kaitannya dengan harga dan kondisi flaktusinya harga.

Berdasarkan fenomena di atas, penulis terarik untuk meneliti bagaimana mekanisme harga dalam membentuk etika bisnis dalam pandangan Islam yang bertujuan untuk memberikan pemahaman yang mendalam bagi pelaku pasar dan pelaku bisnis dalam menjalankan kegiatannya. Disamping menerangkan tentang mekanisme harga penulis juga akan membahas tentang bagaimana para pengusaha menyikapi dari kenaikan harga barang produksi yang itu secara tiba-tiba dan terus-menerus, akan tetapi disisi lain pengusaha juga ingin menjaga daya-beli pelanggan tetap tinggi, karena hal tersebut maka timbul pertanyaan pada kondisi ini bagaimana Islam memberikan solusi dan memandang tentang mekanisme harga yang diikuti penurunan dan ketidakmampuan masyarakat atau pengusaha untuk membeli barang-barang kualitas baik atau unggul sehingga konsumen akhir tidak terzdolimi dari praktek-praktek yang merugikan.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.

Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah dan sistematis, maka perlu adanya pembatasan masalah. Begitu luasnya pemahaman tentang mekanisme


(12)

harga dan juga etika bisnis maka kajian dalam penulisan skripsi ini akan dibatasi pada mekanisme harga yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep harga yang adil dalam Islam ? 2. Bagaimana etika dalam berbisnis ?

3. Bagaimana dampak dari etika bisnis ?

4. Apa yang terjadi dari bisnis yang tidak beretika ?

5. Bagaimana menyikapi persaingan bisnis yang beretika ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

Dalam skripsi ini penulis akan membahas hal tersebut denagn tujuan : 1. Mengetahui tentang konsep harga yang adil.

2. Mengetahui dengan jelas keuntungan dari usaha yang beretika. 3. Mengetahui dengan jelas dampak dari bisnis yang tidak beretika. 4. Sebagai acuan bagi para pengusaha untuk menjalankan bisnis.

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sarana sosialisasi system ekonomi (terutama tentang konsep harga dan etika bisnis) kepada masyarakat luas.

D. Review Studi Terdahulu.

Dari beberapa literature skripsi yang berada di Perpustakaan fakultas Syari’ah dan Hukum penulis hanya mendapat empat buah judul skripsi yang relefan dengan skripsi yang akan peneliti lakukan. Keempat skripsi yang menjadi literature penulis


(13)

terdiri dari dua variable yang mencakup judul skripsi yang ingin penulis ajukan. Tentunya ada hal-hal yang berbeda, dibawah ini adalah hasil studi terdahulu pada skripsi yang telah ada.

No Nama/tahun judul sksipsi Pembahasan skripsi

1. Lili Amaliya Tahun 2003 Konsep harga yang adil menurut Ibnu Taymiyah

Fokus pembahasan dalam skripsi ini lebih terfokus pada pengertian konsep harga yang adil dan regulasi harga yang dilakukan oleh Ibnu Taymiyah serta menyajikan suatu analisis perbandingan konsep yang dilakukan para pemikir lain dan relevansi dalam konteks indonesia sekarang ini.

2. Muhammad Yunus tahun 2005

Persaingan harga dalam perdagangan internasional dalam perspektif dan Islam

Fokus pembahasan dalam skripsi ini antara lain: pengertian harga, teori permintaan dan penawaran dalam membentuk suatu harga, intervensi harga yang dilakukan oleh pemerintah dan bagaimana mekanisme harga dalam Islam 3. Tuti Awaliyah Tahun 2008

Tinjauan Etika Bisnis islam terhadap pemasaran pada PT. Asuransi Tripakarta

Lebih menerangkan pada sisi etika bisnis yang antara lain: pengertian, dasar hukum, prinsip-prinsip dalam islam. Serta dampaknya pada pemasaran produk

4. Serly Maria Tahun 2003 Etika usahawan dalam perspektif ekonomi islam

dan ekonomi konferensional

Lebih berfokus pada subyek atau perilaku pada individunya dan suatu perbandingan dengan ekonomi konvensional. Hal ini akan menunjukkan suatu nilai atau benefit dalam dua perspektif yang dibangun.


(14)

Adapun focus kajian ini, penulis mencoba melihat sejauh mana Islam melihat permasalahan ini dan adakah factor pendamping jika terjadi suatu kenaikan harga yang terlampau tinggi dan secara terus-menerus, yang ini bertujuan agar pasar tetap terjaga dari berbagai kerusakan yang terjadi dalam situasi dan kondisi separti ini.

E. Kerangka Teori dan Kerangka Konseptual.

Adapun kerangka teori dalam pembahasan ini antara lain mengacu pada teori harga dalam pandangan Islam, faktor yang mempengaruhi harga, teori etika bisnis dalam Islam, pengaruhnya harga dalam etika bisnis, dan manfaat etika bisnis dalam Islam.

Adapun kerangka konseptual dalam kajian ini lebih menyajikan berbagai pendapat para ulama yang seriaus dalam bidang ekonomi, dengan melihat prinsip-prinsip berekonomi dalam Islam yaitu ridho sama ridho, juga tidak mendzolimi dan tidak terdzolimi. Adapun disisi etika bisnis dalam Islam, lebih terfokus pada sumber hukum Islam yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menerangkan tentang beretika dalam bisnis dan juga suatu contoh yang dilakukan oleh Nabi Muhammad yang sebagai seorang pedagang yang ulung dan sukses.

F. Metode Penelitian dan Tehnik Penulisan.

Metode yang digunakan dalam Skripsi ini adalah Metode Deskriptif. Penggunaan metode deskriptif bertujuan menggambarkan generalisasi konsep dan peran etika bisnis dalam merencanakan dan mengelola usaha bila terjadi suatu masalah tentang kenaikan harga.


(15)

Metode Pengumpulan data dalam rangka penulisan skripsi ini dilakukan dengan metode penelitian yaitu :

a. Penelitian kepustakaan (Library Research), dalam melakukan penelitian ini penulis mendapatkan data-data dengna cara mencari dan mempelajari literature dari buku-buku dalam kepustakaan, majalah-majalah, surat kabar dan artikel dalam internet yang tentunya sesuai dengan apa yang penulis bahas dalam skripsi ini.

b. Penelitian lapangan (Field Research), dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengadakan penelitian langsung dalam rangka memperoleh informasi dan data-data dengan wawancara dengan para pedagang UMK yang bergerak dibidang makanan yang dengan ini penulis mengobservasi RM Taman Resto Bekasi.

c. Manajemen Partrisipatif, yaitu metode pendekatan manajemen berdasarkan sasaran dan hasil yang dicapai oleh pemilik.

Oleh karena itu penelitian yang dilakukan bersifat Kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Bersifat kualitatif dalam arti mempelajari dan menganalisa permasalahan yang terjadi dan upaya apa yang dilakukan pedagang UMK dalam mengatasi atau menyiasati masalah yang terjadi.

Adapun teknik penyusunan dalam penulisan skripsi ini berdasarkan pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan UIN Jakarta Press, 2008.


(16)

G. Sistematika Penulisan.

Untuk memudahkan dan memperjelas penyusunan skripsi ini, maka secara sisitematis penulis membagi skripsi ini kedalam lima bab dengan sub-sub sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, yang berisikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat, motode penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II KERANGKA TEORI, meliputi Pengertian biaya dan Teori harga, yang terdiri dari pengertian penetapan harga, tinjauan penetapan harga, faktor-faktor penetapan harga, metode penetapan harga, prosedur penetapan harga.

Bab III GAMBARAN UMUM RM TAMAN RESTO, meliputi Sejarah perjalanan RM Taman Resto, sekmentasi, Surveving usaha RM Taman Resto, Pandangan umum terhadap etika bisnis.

Bab IV ANALISA DAMPAK MEKANISME HARGA DALAM

MEMEBENTUK ETIKA BISNIS, meliputi Analisa hubungan mekanisme harga dengan dampaknya terhadap kelangsungan usaha dan Peran etika moral dalam kegiatan usaha.


(17)

A. Pengertian Biaya

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan

uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan

tertentu. Dari definisi tersebut diatas, pengorbanan sumber ekonomis dibedakan

menjadi dua macam yaitu: (a) Pengorbanan yang telah terjadi dan (b)

Pengorbanan yang mempunyai kemungkinan akan terjadi. Nilai sumber ekonomi

yang telah dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu merupakan biaya historis,

yaitu biaya yang telah terjadi di masa lalu.1

Penentuan harga berdasarkan biaya tidak hanya merupakan prosedur yang

relatif sederhana, tetapi juga menyiratkan keadilan dan kewajaran bahwa yang

dibebankan hanyalah jasa yang diberikan seperti, biaya “nilai” yang ditambahkan

oleh penjual kepada produk.

Biaya juga penting dalam pengertian yang lebih luas. Bahkan kendatipun

harga tidak terkait secara langsung dengan biaya, terdapat sejumlah alasan agar

memiliki informasi biaya yang rinci. Biaya pun berguna dalam penentuan suatu

dasar harga (price floor).2

1

Mulyadi, Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya, (Yogyakarta: BPFE, 2003), h. 3

2

Henri Simamora, Manajemen Pemasaran Internasional, (Jakarta: Salemba Empat, 2000), h. 607.


(18)

Biaya merupakan dasar dalam penetapan harga, karena suatu tingkat harga

yang tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan kerugian. Sebaliknya

apabila suatu tingkat harga melebihi semua biaya, baik biaya produksi, biaya

operasi, amupun biaya non operasi, akan menghasilkan keuntungan.

Namun biaya bukanlah satu-satunya faktor yang harus dipertimbangkan

oleh manajemen di dalam melaksanakan perusahaan atau bagiannya hanya atas

dasar informasi saja. Di lain pihak, bukanlah seorang manajer yang baik bila

mana pengelolanya tidak didasarkan atas informasi biaya yang paling lengkap,

yang dapat dikumpulkan. Macam-macam cara penggolongan biaya sebagai

berikut:3

1. Penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran

Penggolongan biaya yang paling sederhana adalah penggolongan atas dasar

objek pengeluaran, dalam hal ini berupa penjelasan singkat objek suatu

pengeluaran. Biaya untuk mengolah bahan baku menjadi produk, jika

digolongkan atas dasar objek pengeluaran dapat dibagi menjadi tiga golongan

besar: a) biaya bahan baku, b) biaya tenaga kerja, c) biaya overhead pabrik

(factory overhead expenses). Penggolongan atas dasar objek pengeluaran bermanfaat untuk perencanaan perusahaan secara menyeluruh dan pada

umumnya untuk kepentingan penyajian laporan pihak luar.

3


(19)

2. Penggolongan biaya atas dasar fungsi-fungsi pokok dalam perusahaan

Biaya dapat digolongkan berdasarkan fungsi-fungsi di mana biaya tersebut

terjadi atau berhubungan. Adapun fngsi-fungsi pokok yang terdapat di dalam

perusahaan manufaktur meliputi fungsi-fungsi produksi, administrasi dan

umum serta fungsi pemasaran. Oleh karena itu biaya-biaya di dalam

perusahaan manufaktur dapat digolongkan menjadi biaya produksi, biaya

administrasi dan umum serta biaya pemasaran.

Dalam memperkirakan biaya biasanya perusahaan menentukan batas

terendahnya. Perusahaan yang ingin menetapkan harga dapat menutup biaya

produksi, distribusi dan penjualan produknya, termasuk pengembalian yang

memadai atas usaha dan risikonya.

Biaya perusahaan ada dua jenis, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya

tetap adalah biaya-biaya yang tiak bervariasi dengan produksi atau penjualan,

misalnya perusahaan membayar sewa gedung, membayar gaji dan lain-lain. Biaya

variabel adalah biaya yang bervariasi langsung dengan tingkat produksi, mislanya

tiap kakulator yang diproduksi melibatkan biaya plastik, chip microprosesus, pengemasan dan lain-lain.4

Dalam ekonomi islam komponen biaya dapat dibagi menjadi tiga yaitu

biaya tetap (fixed cost, FC), biaya variabel (variabel cost, VC), dan biaya keseluruhan (total cost, TC).5

4

Hendra Teguh, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol,

(Jakarta: PT. Prenallindo, 1997), h. 111

5


(20)

Analisa yang paling fundamental untuk menerangkan analisa biaya adalah

fungsi hubungan antara biaya produksi dan tingkat output yang akan dicapai

dalam satu periode. Dengan kata lain, fungsi biaya akan dipengaruhi oleh

seberapa besar output yang diproduksi:

cost= f (output)

Sedangkan bila kita bandingkan formula di atas dengan fungsi output,

output = f (input)

Maka dapat dikatakan bahwa fungsi biaya tidak lain sebagai turunan dari fungsi

output produksi.

Biaya tetep (FC) besarnya tidak dipengaruhi oleh beberapa banyak output

atau produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, kurva FC digambarkan sebagai

garis horzontal: berapapun output yang dihasilkan, biayanya tetap. Biaya variabel

(VC) besarnya ditentukan langsung oleh beberapa banyak output yang dihasilkan.

Sedangkan biaya keseluruhan (TC) adalah penambahan antara FC dan VC.

B. Teori Harga

1. Pengertian Penetapan harga

Penetapan harga adalah pembentukan suatu harga umum untuk suatu

barang atau jasa oleh suatu kelompok pemasok yang bertindak secara

bersama-sama, sebagai kebalikan atau pemasok yang menetapkan harganya

sendiri secara bebas.6

6


(21)

Menurut Ricky W dan Ronald J. Ebert mengemukakan bahwa

“Penetapan harga adalah proses penentuan apa yang akan diterima suatu

perusahaan dalam menjual produknya.”7

Pengertian lain dari penetapan harga (princing) adalah proses penentuan harga penjualan barang perusahaan.8

Penetapan harga disini bukanlah seperti penetapan tas’ir (penetapan

harga oleh pihak pemerintah), namun penetapan harga ini didasarkan atas

kebijakan perusahaan itu sendiri.

Penetapan harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan,

mengingat harga merupakan salah satu penyebab laku tidaknya produk dan

jasa yang ditawarkan. Kekeliruan dalam menetapkan harga maka akan

berakibat fatal terhadap produk yang ditawarkan dan mengakibatkan tidak

lakunya produk tersebut. Seiring dengan itu, ketidakpastian dari semua

kekuatan yang tidak terprediski, seperti: biaya kompetisi dan permintaan akan

mengancam penetapan harga denga berbagai kesukaran yang tersembunyi.

Sedangkan pengertian dari harga adalah salah satu aspek penting

dalam kegiatan marketing mix (bauran pemasaran).9 Dalam teori ekonomi, harga, nilai, dan faedah merupakan istilah-istilah yang saling berhubungan.

Faedah adalah atribut suatu barang yang dapat memuaskan kebutuhan, nilai

adalah ungkapan secara kuantitatif tentang kekuatan barang untuk dapat

7

Ilmu Manajemen.worpress.com/2007/06/15 Penetapan_harga_jual.

8

B.N Marhabun, Kamus Manajemen, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), h. 236

9

Djaslim Saladain, Intisari Pemasaran dan Unsur-Unsur Pemasaran, (Bandung: Ghalia Indonesia, 1999), h. 55


(22)

menarik barang lain dalam pertukaran, sedangkan harga adalah nilai yang

dinyatakan dalam rupiah.10

Harga menurut Kamus bahasa Indonesia mempunyai empat arti, yaitu: pertama, nilai barang yang ditentukan dan dirupakan dengan uang. Kedua, jumlah uang atau alat tukar lain yang senilai yang harus dibayarkan untuk

produk atau jasa pada waktu tertentu dan di pasar tertentu. Ketiga, kehormatan. Keempat, guna(arti, kepentingan, kabar, dan sebagainya).11

Menurut Basu Swastha dan Irawan dalam bukunya “Manajemen

Pemasaran Modern” yang dimaksud dengan harga adalah “Jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya.”12

Sedagkan menurut Alex S. Nitisemito dalam bukunya “Marketing”

mendefinisikan harga secara sederhana, yaitu “harga adalah nilai suatu barang dan jasa yang diukur dengan sejumlah uang di mana berdasarkan nilai tersebut seseorang/pengusaha bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki

kepada pihak lain.”13 Pengertian lain harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau sejumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.14

10

Basu Sawastha, Azas-Azas Marketing, (Yogyakarta: Liberty, 2002), h. 147

11

Departemen P& K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 340

12

Swastha dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, (Yogyakarta: Liberty, 1999), h. 241

13

Alex S. Nitisemito, Marketing, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000), h. 55

14

Philip Kotler dan Gary Armstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 439


(23)

Sebagaimana diketahui bahwa harga adalah sejumlah uang sebagai alat

tukar untuk memperoleh produk atau jasa dan harga adalah suatu variabel pemasaran yang perlu diperhatikan oleh perusahaan karena harga sangat menentukan besarnya volume penjualan serta laba yang akan diperoleh suatu perusahaan. Sehingga apabila suatu perusahaan salah satu dalam menentukan

harga akan berakibat fatal terhadap produk yang ditawarkan nantinya.

Harga ditentukan oleh kekuatan pasar yakni kekuatan perminataan (demand) dan penawaran (supply). Dalam hukum permintaan dinyatakan bahwa apabila “Harga suatu barang naik maka jumlah barang yang dibeli oleh konsumen akan menurun dan sebaliknya jika harga turun maka jumlah permintaan terhadap barang tersebut akan naik, dengan asumsi faktor-faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus).”15hubungan antara harga dan jumlah barang yang diminta konsumen dapat dinyatakan dalam ebntuk tabel dibawah ini:

Tabel 2.1 Permintaan Barang X

Harga Per Unit

P

Jumah Permintaan Q

A 500 300

B 400 500

C 300 700

D 200 1000

E 100 1500

15


(24)

Hubungan antara harga (P) dan jumlah barang yang diminta (Q) dapat

digambarkan dalam kurva permintaan seperti di bawah ini:

Gambar 2.1 Kurva Permintaan

P

Q

E D C

B A

500

400

300

200

100

300 500 700 1000 1500

Dimana:

Formulasi ini menunjukkan bahwa pengaruh harga terhadap jumlah

permintaan suatu komoditi adalah negatif. Apabila P↑ maka Q↓, begitu pula sebaliknya jika P↓ maka Q↑. Dapat disimpulkan bahwa hukum permintaan mengatakan bila harga komoditi naik maka akan direspons oleh penurunan

jumlah komoditi turun maka akan direspons oleh konsumen dengan

meningkatkan jumlah komoditi yang dibeli.

Formulasi bentuk hubungan antara P (harga) dan Q (jumlah barang

yang diminta) memberi arti bahwa di antara kedua variabel itu, variabel P

merupakan variabel bebas (independent variable), sedangkan Q merupakan variabel menggantung (dependent variable). Jelasnya, tidak benar apabila


(25)

dinyatakan bahwa jika Q bergerak, maka P pun ikut bergerak pula dalam arah

yang berlawanan. P itulah yang bergerak terlebih dahulu, yang kemudian

diikuti oleh gerakan Q dan bukan sebaliknya.

Permintaan akan terwujud apabila para penjual menyediakan

barang-barang yang dibutuhkan pembeli. Terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi permintaan suatu barang yaitu:16

a. Harga barang itu sendiri

b. Harga barang lain yang terkait

c. Tingkat pendapatan per katpita

d. Selera atau kebiasaan

e. Jumlah penduduk

f. Perkiraan harga di masa mendatang

g. Distribusi pendapatan

h. Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan

Sedangkan hukum penawaran menyatakan bahwa “makin tinggi harga

sesuatu barang maka jumlah barang yang ditawarkan oleh para penjual akan

naik dan sebaliknya jika harga turun makan jumlah barang yang ditawarkan

juga akan turun dengan asumsi faktor-faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus).”

16

Mandala Manurung, Teori Ekonomi Mikro: Suatu Pengantar, (Jakarta: LPFEUI, 2004), h. 26


(26)

Hubungan antara harga (P) dengan jumlah barang yang ditawarkan

penjual (Q) dapat dinyatakan dalam bentuk tabel di bawah ini:

Tabel 2.2 Penawaran barang X

Harga Per Unit

P

Jumah Permintaan Q

A 500 1200

B 400 800

C 300 600

D 200 400

E 100 200

Berdasarakan tabel diatas dapat diuraikan ke dalam bentuk kurva

sebagai berikut:

Dalam hukum penawaran terhadap barang dikatakan bahwa hubungan

antara harga dengan jumlah komoditi yang ditawarkan mempunyai

kemiringan positif. Dalam sebuah formulasi yang sderhana, hubungan antara

harga dengan jumlah komoditi dapat dilihat dibawah ini:

Formulasi ini menunjukkan bahwa pengaruh harga terhadap jumlah

penawaran suatu komoditi adalah positif, apabila P maka Q pula demikian

juga sebaliknya. Dari formulasi ini kita dapat simpulkan bahwa hokum

penawaran mengatakan bahwa bila harga komoditi naik, maka akan direspon


(27)

Biasanya dalam jangka pendek perusahaan akan memaksimalkan

labanya dengan memilih jumlah output dimana harga = biaya marginal cost (P = MC), selama tingkat harga tersebut lebih besar daripada nilai minimal biaya

variable rata-rata (average variable cost, AVC). Jika kedua keadaan tersebut terpenuhi, maka itulah kurva penawaran.

Pada setiap tingkat harga di bawah minimum AVC, jumlah yang

ditawarkan adalah nihil. Pada tingkat harga diatas AVC, jumlah yang

ditawarkan adalah Q2. Pada setiap tingkat harga di atas AVC, jumlah yang

ditawarkan digambarkan oleh kurva MC. Misalnya pada tingkat = ATC,

jumlah yang ditawarkan adalah Q3. Jadi kurva penawaran adalah kurva biaya

marginal yang berada di atas AVC.

Perhatikanlah kurva penawaran (kurva biaya marginal yang dicetak

tebal). Selisih antara kurva ATC dan kurva AVC yang digambarkan dengan

celah diantara kedua kurva tersebut, menggambarkan AFC. Sekarang

perhatikanlah kurva penawaran yang berada diantara kedua kurva ATC dan

AVC. Setiap tingkat harga di atas AVC namun dibawah ATC (antara output

Q2 dan Q3), menunjukkan perusahaan mengalami kegurian pada setiap output

yang dijual karena harga lebih kecil dibandingkan ATC.

Meskipun harga lebih kecil dibandingkan ATC, akan lebih baik bagi

perusahaan untuk tetap menjual output karena pada tingkat harga tersebut

perusahaan mampu membayar AVC, kerugian yang terjadi adalah sebesar


(28)

perusahaan berproduksi atau tidak berproduksi, maka lebih baik bagi

perusahaan berharap memantapkan keberadaan produknya di pasar. Bila

kemudian tingkat harga melampui ATC, perusahaan ini akan membukukan

laba.

2. Tujuan Penetapan harga

Tujuan penetapan harga pada dasarnya berawal dari tujuan perusahaan itu

sendiri yang selalu berusaha menetapkan harga barang dan jasa secepat

mungkin. Secara mendasar terdapat empat tujuan utama dalam penetapan

harga produk yang ingin dicapai oleh setiap perusahaan antara lain:

mendapatkan laba maksimum, mendapatkan pengembalian investasi yang

ditargetkan atau pengembalian pada penjualan bersih, mencegah atau

mengurangi persaingan dan mempertahankan atau memperbaiki market share.17

Tujuan perusahaan dalam menetapkan harga produknya adalah: (1)

Meningkatkan penjualan, (2) Mempertahankan dan memperbaiki market

share, (3) Stabilitas harga, (4) Mencapai target pengembalian investasi (5)

Mencapai laba maksimum.18

Penetapan harga merupakan suatu proses yang dinamis dan biasanya

ditentukan setelah mempertimbangkan berbagai tujuan perusahaan. Dimana

tujuan-tujuan penetapan harga, antara lain:

17

Swastha, Azas-Azas Marketing, (Yogyakarta: Liberty, 1986), h. 148

18


(29)

a. Orientasi Keuntungan

Orientasi keuntungan berarti perusahaan berusaha untuk memaksimalkan

keuntungan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Orientasi

ini harus diteliti sebaik-baiknya karena ada kemungkinan terjadi praktek

tidak etis, misalnya terlalu membebani atau menipu pelanggan.

b. Orientasi Pangsa Pasar

Untuk mempertahankan pangsa pasar, perusahaan dapat menetapkan

harga rendah dengan maksud memperoleh keuntungan di waktu yang akan

datang.

c. Orientasi Pesaing

Setelah beroerintasi terhadap pangsa pasar dengan cara menetapkan

bharga rendah, cara ini efektif bila perusahaan menjadi leader bagi perusahaan sejenis. Selanjutnya perusahaan dapat menetapkan harga yang

sama dengan pesaingnya.

d. Orientasi Pembelian

Untuk memperoleh harga yang dapat diterima masyarakat, perusahaan

menerapkan harga dengan orientasi pembeli, ini dapat dilakukan agar

harga dapat disesuaikan keinginan masyarakat.

e. Orientasi Pemerintah

Harga beberpa produk dapat dipengaruhi oleh pemerintah, misalnya harga


(30)

serta masyarakat pada umumya dengan cara membebaskan atau melarang

import beras atau gula dari luar negeri.

f. Orientasi Produk

Agar suatu produk semakin dikenal konsumen maka melalui iklan

perusahaan dapat member diskon khusus, misalnya pada masa inflasi.

g. Orientasi Saluran dan promosi

Untuk menaikkan penjualan suatu produk maka perusahaan member

berbagai daya tarik seperti diskon, kupon, atau harga yang lebih

kompetitif.19

Dengan adanya tujuan yang jelas dari sebauh perusahaan maka akan

mempermudah untuk mencapai target, baik untuk jangka pendek maupun

jangka panjang. Karena pada dasarnya tidak ada satupun suatu perusahaan

dalam menjalankan usahanya tanpa adanya tujuan-tujuan yang pasti.

3. Faktor-faktor Penetapan Harga

Dalam sebuah perusahaan hendaknya seorang manajer harus memperhatikan

faktor-faktor internal dan eksternal dalam menetapkan harga, di mana faktor

internal meliputi:20

a. Tujuan Pemasaran

Tujuan pemasaran pada setiap perusahaan berbeda-beda, biasanya

tergantung pada ukuran perusahaan dari segi situasi keuangan atau kondisi

19

M. Manullang, Pengantar Bisnis, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2002), h. 226

20

M. Taufik Amir, Dinamika Pemasaran: Jelajahi dan Rasakan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 165


(31)

pasar. Namun pada dasarnya tujuan dari pemasaran ini sama yaitu untuk

mendapatkan keuntungan.

b. Bauran pemasaran

Dalam bauran pemasaran selain harga tentu saja tidak bisa dilupakan yaitu

mulai dari produk, tempat pendistribusianm dan program komunikasi

pemasaram dalam menetapkan kebijakan harga.

c. Biaya

Faktor yang satu ini adalah salah satu bagian penting dalam menetapkan

harga. Biaya terbagai menjadi: biaya variabel yaitu biaya yang akan

berubah-ubah disebabkan adanya perubahan jumlah hasil, apabila jumlah

barang yang dihasilkan bertambah maka biaya variabelnya juga akan

meningkat dan biaya tetap, muali dari upah buruh serta fasilitas yang

harus dikenainya.21

d. Pertimbangan lain.

Selain dari tiga faktor di atas, masih ada kebijakan perusahaan yang turut

menentuka penetapan harga produk, misalnya kebijakan perusahaan

tentang siapa yang memiliki otoritas untuk memutuskan harga, atau

bagaimana pembebanan kegiatan setiap departemen saat menentukan

harga akhir sebuah produk.

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi dalam penetapan

harga antara lain:

21


(32)

a. Karakter pasar dan permintaan pasar

Karakter pasar ini sangat terkait dengan maksimalisasi keuntungan, oleh

karena itu perusahaan diharapkan dapat membaca pasar dan melihat

peluang. Dengan ini diharapkan perusahaan dapat menetapkan beberapa

harga yang pantas untuk produk tersebut.

b. Pesaing

Dalam sebuah bisni persaingan sangatlah mempengaruhi dalam penetapan

harga, dengan mengetahui program-program yang dijalankan pesaing

maka sangay menentukan harga dan paket penawaran apa yang akan

dibeikan perusahaan untuk para pelanggannya.

c. Faktor lingkungan lain (ekonoomi, politik dan pemerintah)

Faktor ekternal seperti ekonomi, politik dan pemerintah juga tidak luput

dari perhatian perusahaan dalam menetapkan harga. Dimana didalamnya

sangat terkait dengan berbagai maslaah sosial yang harus diperhatikan.

Adapun menurut Manullang faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan

dalam penetapan harga produk.22 Untuk menentapkan suatu harga memang

bukanlah hal yang mudah, karena harus benar-benar tepat dimata konsumen.

Justru seninya dengan menggunakan faktor-faktor penetapan harga, dimana

selain untuk mencapai keuntungan namun juga harus melihat pasar, pesaing,

harga pokok produk serta melihat faktor-faktor lain seperti ekonomi, politik,

pemerintah.

22


(33)

4. Metode penetapan harga

Penetapan harga merupakan suatu proses yang harus dilaksanakan

dengan teliti dan tepat. Banyak perusahaan menggunakan berbagai metode

yang berbeda dalam bentuk menetapkan harga dasar bagi barang dan jasa

yang dihasilkan, oleh sebab itu perusahaan membutuhkan seorang manajer

yang mampu mengembangkan dan menerapkan strategi penetapan harga yang

dapat memenuhi keinginan perusahaan pada waktu tertentu.

Untuk memecahkan masalah penetapan harga, perusahaan dapat

memilih suatu metode pendekatan yang terdiri dari: (1) Metode Pendekatan

berdasarkan biaya, (2) Metode pendekatan berdasarkan pembeli, dan (3)

metode pendekatan berdasarkan persaingan.23

a. Metode Pendekatan berdasarkan biaya

Menurut Basu Swastha, aplikasi penetapan harga berbasis biaya dapat

dilakukan dengan cara:24

1) Cost-Plus Pricing method

Dalam metode ini, penjual menetapkan harga jual untuk satu unit

barang yang besarnya sama dengan jumlah biaya per unit ditambah

dengan suatu jumlah untuk menutup laba yang diinginkan (disebut

margin) pada unit tersebut.

BIAYA TOTAL + MARJIN = HARGA JUAL

23

Kotler dan Armstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, h. 456

24


(34)

Diketahui:

• Biaya tetap material = Rp 7.500.000,- • Biaya tenaga kerja = Rp 2.500.000,- • Biaya lain seperti sewa toko dan rumah produk,

penyusutan alat-alat, dan sebagainya = Rp 4.000.000,- • Perusahaan membuat dan menjual 5 buah barang

Ditanyakan: harga jual?

Jawab:

• Biaya tetap (FC) Rp 7.500.000,- • Biaya variable (VC) Rp 6.500.000,- + Biaya total (TC) Rp 14.000.000,-

Apabila menghendaki laba sebesar 10% dari biaya total, maka:

Harga total = biaya + laba

= Rp 14.000.000,- + (10% x Rp 14.000.000)

= Rp 15.400.000,-

Dengan demikian masing-masing barang yang dijual seharga Rp

3.080.000,- (dari Rp 15.400.000,- ÷ 5) dengan laba sebesar Rp

2.800.000,- (dari Rp 14.000.000,- ÷ 5). Jika barang tersebut tidak

menderita kerugian. Namun perlu diketahui bahwa pada umumnya

perusahaan baru melaksanakan produksi apabila telah memperoleh


(35)

2) Mark-Up PricingMethod

Mark up pricing method, banyak dipakai oleh yang membeli

barang-barang guna menentukan hrga jualnya setelah menambah harga beli

dengan sejumlah mark-up.

Mark up ini merupakan kelebihan harga jual di atas harga belinya,

sehingga keuntungan bisa diperoleh dari sebagian mark-up tesebut.

Selain itu, pedagang tersebut juga harus mengeluarkan sejumlah biaya

eksploitasi yang juga diambil dari sebagian mark-up.

Diketahui: Biaya variabel rata-rata (AVC) dan biaya total rata-rata

(AFC) sehingga didapat biaya produksi per unit (AC),

dengan menggunakan formula; AC = AFC + AVC.

Misalkan nilai AC adalah Rp 10.000, dengan keuntungan

yang ingin diperoleh adalah 25%

Ditanyakan: Harga jual? Jawab:

HARGA BELI + MARJIN = HARGA JUAL

• AC = Rp 10.000,- • Keuntungan = 25%

25% x Rp 10.000 = Rp 2.500


(36)

3) Titik break-Even

Titik impas adalah kualitas keluaran (jumlah unit yang diproduksi) di

mana biaya total seimbang dengan pendapatan penjualan. Kuantitas

penjualan di atas titik impas berarti laba setiap unit produk. Makin

tinggi penjualan di atas tidik impas, makin besar laba unit dan

akhirnya laba total. Penjualan di bahwa titik impas berarti kerugian

bagi perusahaan.

Diketahui: y Perusahaan membuat dan menjual 5 unit

Titik Break – Even Dalam Unit =

overhead pada

unit per Kontribusi

total tetap Biaya

• Biaya tetap peusahaan = Rp 500,- • Biaay variabel = Rp 60,- perunit

Ditanyakan: titik break-even

Jawab:

Biaya total = biaya tetap + biaya variabel

= Rp 500,- + (5 x Rp 60,-)

= Rp 800,-

Apabila 5 unit tersebut dijual dengan harga Rp 160, per unit,maka total

revenue yang diterima dari penjualan sebesar (5 x Rp 160,-) = Rp

800,-. Pada saat inilah perusahaan berada dalam keadaan break-even

Lebih jelasnya dapat dilihat [ada kurva di bawah ini:


(37)

P Rp

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Q

b. Penetapan harga berdasarkan pembeli (nilai).

Penetapan harga berdasarkan atas nilai, bukannya atas biaya yang

ditanggung penjual atau berdasarkan oleh kesan pembeli (persepsi)

terhadap produk yang ditawarkan.25 Penetapan harga berdasarkan nilai

ditentukan oleh pelanggan. Perusahaan menetapkan harga sasaran

berdasarkan persepsi pelanggan terhadap nilai produk. Nilai dan harga

sasaran kemudian menghasilkan keputusan mengenai rancangan produk

dan berapa biaya yang dapat dimasukkan, karenannya penetapan harga

dimulai dengan menganalisis kebutuhan dan persepsi nilai konsumen lalu

harga ditetapkan agar sesuai dengan persepsi nilai konsumen.

c. Metode pendekatan berdasarkan persaingan

25

Kotler dan Armstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, h. 461

Garis penjualan

1600 1400 1200 1000 800 600 400

Garis biaya total biaya variabel

Titik BEP


(38)

Suatu harga mungkin ditetapkan oleh perusahaan sama dengan

pesaingnya, atau mungkin ditetapkan di atas/ di bawah harga pesaingnya26

1) Menetapkan harga sama dengan harga pesaing

Banyak perusahaan menetapkan harga jual produknya atas dasar harga

jual oleh pesaingnya. Perusahaan mengikuti harga jual pesaing utama,

dimaksudkan untuk menghindari bentuk persaingan harga yang lebih

tajam. Bentuk proteksi semacam ini sering dijumpai bagi perusahaan

yang menghadapi persaingan yang bersifat oligopoly.

2) Menetapkan harga di atas pesaing

Banyak orang mengira bahwa harga menunjukkan kualitas. Mereka

merasakan bahwa makin mahal harga suatu barang, maka kualitasnya

semakin baik, karena itu beberapa produsen menetapkan harga di atas

harga pasar yang berlaku untuk memberi kesan suatu kualitas yang

lebih tinggi. Ini dilakukan dengan baik bila sulit menilai kualitas dari

barang yang dibeli.

3) Menetapkan harga di bawah pesaing

Perusahaan menetapkan harga di bawah pesaingnya dengan cara

memproduksi dan kualitas banyak yang lebih rendah dibandingkan

dengan barang yang ada di pasar. Bila sebuah perusahaan berada di

wilayah yang surplus tenaga kerja, maka biaya produksi lebih rendah.

26


(39)

Dalam rentang harga yang memungkinkan, yaitu di antara biaya

permintaan pasar, baiya pesaing, harga pesaing dan kemungkinan reaksi

harga membantu perusahaan menetapkan harga yang akan dikenakannya.

Perusahaan perlu mengukur biayanya dengan biaya pesaing untuk

mengetahui harga dan kualaitas penawaran pesaing. Jika perusahaan

mengetahui harga dan penawaran pesaing, ia dapat menggunakannya

untuk penetapan harga sendiri.

5. Prosedur Penetapan Harga

Jika tujuan penentuan harga sudah ditentukan maka manajemen dapat

mengalihkan perhatian pada prosedur penentuan harga barang atau jasa yang

ditawarkan, namun tidak semua perusahaan menggunakan prosedur penetapan

harga yang sama. Prosedur penetapan harga meliputi enam tahap yaitu:27

1. Mengestimasikan permintaan untuk barang tersebut

Penjual membuat estimasi permintaan barangnya secara total dengan cara

sebagai berikut:

a. Menentukan harga yang diharapkan (expected price), yaitu harga yang diharapkan dapat diterima oleh konsumen. Hal ini dapat ditentukan

dengan menggunakan ancar-ancar, misalnya Rp 300,- dan Rp 400,-

atau

b. Mengestimalkan volume penjualan pada berbagai tingkat harga, hal ini

menyangkut pula pertimbangan tentang masalah elastisitas permintaan

27


(40)

suatu barang. Barang yang mempunyai permintaan pasar elastis,

biasanya akan diberi harga lebih rendah dari barang yang mempunyai

permintaan inelastis.

2. Mengetahui lebih ulu reaksi dalam persaingan

Kondisi persaingan sangat mempengaruhi kebijakan penentuan harga bagi

perusahaan atau penjual. Oleh karena itu, penjual mengetahui reaksi

persaingan yang terjadi di pasar serta sumber-sumber penyebabnya.

Adapun sumber-sumber persaingan yang ada dapat berasal dari:

a. Barang sejenis yang dihasilkan oleh perusahaan lain.

b. Barang pengganti atau substitusi.

c. Barang yang dibuat oleh perusahaan lain yang sama-sama

menginginkan uang konsumen.

3. Menentukan market share yang dapat diharapkan

Perusahaan yang agresif selalu menginginkan market share yang lebih

besar. Kadang-kadang perluasan market share harus dilakukan dengan

mengadakan periklanan dan bentuk lain dari persaingan bukan harga,

disamping dengan harga tertentu. Market share yang diharapkan tersebut

akan dipengaruhi oleh kapasitas prosuksi yang ada, biaya ekspansi dan

mudahnya memasuki persaingan.

4. Memilih strategi untk mencapai target pasar

Dalam hal ini penjual dapat memilih diantara dua macam strategi yang


(41)

a. Skim the cream pricing

Merupakan strategi penetapan harga yang setnggi-tingginya. Harga

yang tinggi tersebut dimaksudkan untuk menutup biaya penelitian,

pengembangan, dan promosi. Strategi ini sesuai untuk barang-barang

baru.

b. Penetration pricing

Merupakan strategi penetapan harga yang serendah-rendahnya, yang

bertujuan untuk mencapai volume penjualan sebesar-besarnya dalam

waktu yang relatif singkat. Dibandingkan dengan skim the cream pricing, strategi ini lebih agresif dan dapat memperkuat kedudukan perusahaan dalam persingan.

5. Mempertimbangkan politik pemasaran perusahaan

Mempertimbangkan politik pemasaran dengan melihat pada barang,

sistem distribusi dan program promosinya. Perusahaan tidak dapat

menentukan harga suatu barang tanpa mepertimbangkan barang lain yang

dijualnya. Demikian pula dalam saluran distribusinya, harus diperhatikan

ada tanggungjawab yang juga menerima sebagian dari harga jual.

Bilamana tanggungjawab promosi dilimpahkan pada penyalur, maka

margin yang akan diterima menjadi lebih tinggi.

6. Memilih harga akhir

Dalam memilih harga akhir, peusahaan harus mempertimbangkan


(42)

marketing mix, kebijakan penetapan harga perusahaan dan harga-harga

terhadap pihak lain.

Sebagaimana enam tahap prosedur penetapan harga yang ditawarkan di

atas tidaklah semua perusahaan menggunakannya. Namun apabila sebuah

perusahaan mempunyai prosedur dalam penetapan harga maka perusahaan

tersebut akan mendapatkan kemudahan dalam memperkirakan berapa harga


(43)

A. Sejarah Perjalanan RM. Taman Resto.

Perjalanan rumah makan ini diawali dari melihat peluang yang ada, dan lebih dari itu minat akan pilihan karir memang didunia kuliner. Konsep yang coba ditawarkan pada rumah makan ini adalah suatu konsep keluarga yang disesuaikan dengan lingkungan lokasi kami ini. Lokasi kami ini terletak ditengah-tengah tiga kompleks perumahan. Kami pun menambahkan konsep dari rumah makan ini yaitu menyediakan beberapa kebutuhan atau pilihan dari masyarakat sekitar, seperti toko atau agen beras dan makanan yang beraneka ragam dari sea food sampai masakan padang.

Didasari bahwa konsep kami ini dan tersedianya lokasi yang cukup luas, maka kami menambahkan pula taman bermain untuk anak-anak. Tujuannya ialah untuk memberikan ruang bermain bagi anak-anak yang kecil tetapi tetap bisa terkomtrol oleh orang tua, maka dari itu tempat bermain kami tepatkan dibagian belakang dari rumah makan kami.

Kami sangat sadar bahwa kesehatan serta kebersihan harus kami nomer satukan, karena biasanya orang tua sangat hati-hati sekali dengan asupan makanan bagi anak-anaknya. Maka dari itu kami berkomitmen pada konsep keluarga pada rumah makan kami ini. Pada rumah makan kami ini seperti sea food misalnya, kami memberikan pelayanan yang membebaskan para pelanggan untuk memilih


(44)

ikan yang diinginkan. Fungsinya adalah untuk meyakinkan kepada pelanggan kami ikan atau hasil laut lainnya dalam keadaan segar, pelanggan bisa melihat ataupun menekan-nekan badan ikan apakah masih segar atau tidak.

Etika bisnis pada bisnis makanan dapat dibuktikan dari hasil akhir suatu prodak, bila prodak yang baik akan menghasilakan prodak yang baik pula. Banyak para pengusaha yang masih takut menerapkan etika dalam berbisnis, atau kerakusan dalam memperoleh keuntungan dengan meminimalkan biaya. Ketakutan ini yang pada akhirnya merusak citra dari usaha kita, coba perhatikan restoran-restoran besar sangat memegang erat prinsip etika dalam berbisnis. Mereka itu sangat berani menerapkan quality control dalam setiap prodaknya, yang tujuannya adalah menarik kepercayaan calon pembeli.1

B. Sekmentasi.

TABEL I

Langkah langkah Segmentasi Pasar, Penetapan Pasar Sasaran, Penempatan Pasar

Segmentasi Pasar

Menetapkan Pasar Sasaran

Penempatan Produk 1. Identifikasi

dasar-dasar segmentasi pasar

2. Mengembangkan profit setiap segmen

1. Mengembangkan metode penilaian atas daya tarik segmen

2. Memilih segmen

yang akan dimasuki

1.Merumuskan

penempatan produk pada masing-masing segmen yang dipilih sebagai sasaran

2.Mengembangkan

bauran pemasaran bagi setiap segmen yang dipilih sebagai sasaran

1

Saidi, Wahyu, Haryadi, J, 25 Ide Bisnis Paling Kreatif, (Jakarta: Penerbit Iqro Graf, 2007). H. 25


(45)

1. Segmentasi Pasar

Segmentasi Pasar adalah kegiatan membagi-bagi pasar yang bersifat heterogen dari suatu produk kedalam satuan-satuan pasar (segmen pasar) yang bersifat homogen. Berdasarkan definisi diatas diketahui bahwa pasar suatu produk tidaklah homogen, akan tetapi pada kenyataannya adalah heterogen. Pada dasarnya segmentasi pasar adalah suatu strategi yang didasarkan pada falsafah manajemen pemasaran yang orientasinya adalah konsumen. Dengan melaksanakan segmentasi pasar, kegiatan pemasaran dapat dilakukan lebih terarah dan sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat digunakan secara lebih efektif dan efisien dalam rangka memberikan kepuasan bagi konsumen.

Ada empat ktiteria yang harus dipenuhi segmen pasar agar proses segmentasi pasar dapat dijalankan dengan efektif dan bermanfaat bagi perusahaan, yaitu:

a. Terukur (Measurable), artinya segmen pasar tersebut dapat diukur, baik besarnya, maupun luasnya serta daya beli segmen pasar tersebut.

b. Terjangkau (Accessible), artinya segmen pasar tersebut dapat dicapai sehingga dapat dilayani secara efektif.

c. Cukup luas (Substantial), sehingga dapat menguntungkan bila dilayani. d. Dapat dilaksanakan (Actjonable), sehingga semua program yang telah

disusun untuk menarik dan melayani segmen pasar itu dapat efektif. Kebijakan segmentasi pasar haruslah dilakukan dengan menggunakan ktiteria tertentu. Tentunya segmentasi ini berbeda antara barang industri


(46)

dengan barang konsumsi. Namun dengan demikian secara umum setiap perubahan akan mensegmentasikan pasarnya atas dasar:

a. Segmentasi atas dasar Geografis, Segmentasi pasar ini dilakukan dengan cara membagi pasar kedalam unit-unit geografis seperti negara, propinsi, kabupaten. kota, desa, dan lain sebagainya. Dalam hal ini perusahaan akan beroperasi disemua segmen, akan tetapi, harus memperhatikan perbedaan kebutuhan dan selera yang ada dimasing-masing daerah.

b. Segmentasi atas dasar Demografis, Segmentasi pasar ini dapat dilakukan dengan cara memisahkan pasar kedalam kelompok-kelompok yang didasarkan pada variabel-variabel demografis, seperti umur, jenis kelamin, besarnya keluarga, pendapatan, agama, pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain.

c. Segmentasi atas dasar psychografis, Segmentasi pasar ini dilakukan dengan cara membagi-bagi konsumen kedalam kelompok-kelompok yang berlainan menurut kelas sosial, gaya hidup, berbagai ciri kepribadian, motif pembelian, dan lain-lain.

2. Penetapan Pasar Sasaran ( Target market)

Adalah merupakan kegiatan yang berisi dan menilai serta memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki oleh suatu perusahaan. Apabila perusahaan ingin menentukan segmen pasar mana yang akan dimasukinya, maka langkah yang pertama adalah menghitung dan menilai porensi profit dari berbagai segmen yang ada tadi. Maka dalam hal ini pemasar harus


(47)

mengerti betul tentang teknik-teknik dalam mengukur potensi pasar dan meramalkan permintaan pada masa yang akan datang. Teknik-teknik yang dipergunakan ini sangat bermanfaat dalam memilih pasar sasaran, sehingga pemasar dapat menghindarkan kesalahan-kesalahan yang bakal terjadi, atau paling tidak menguranginya sekecil mungkin dalam prakteknya. Maka untuk tujuan tersebut perusahaan harus membagi-bagi pasar menjadi segmen-segmen pasar utama, setiap segmen-segmen pasar kemudian dievaluasi, dipilih dan diterapkan segmen tertentu sebagai sasaran. Dalam kenyataannya perusahaan dapat mengikuti salah satu diantara lima strategi peliputan pasar, yaitu:

a. Konsentrasi pasar tunggal, ialah sebuah perusahaan dapat memusatkan kegiatannya dalam satu bagian daripada pasar. Biasanya perusahaan yang lebih kecil melakukan pilihan ini.

b. Spesialisasi produk, sebuah perusahaan memutuskan untuk memproduksi satu jenis produk. Misalnya sebuah perusahaan memutuskan untuk memproduksi hanya mesin tik listrik bagi sekelompok pelanggan.

c. Spesialisasi pasar, misalnya sebuah perusahaan memutuskan untuk membuat segala macam mesin tik, tetapi diarahkan untuk kelompok pelanggan yang kecil.

d. Spesialisasi selektif, sebuah perusahaan bergerak dalam berbagai kegiatan usaha yang tidak ada hubungan dengan yang lainnya, kecuali bahwa setiap kegiatan usaha itu mengandung peluang yang menarik.


(48)

5. Peliputan keseluruhan, yang lazim dilaksanakan oleh industri yang lebih besar untuk mengungguli pasar. Mereka menyediakan sebuah produk untuk setiap orang, sesuai dengan daya beli masing-masing.

3. Penempatan produk ( Product Positioning)

Penempatan produk mencakup kegiatan merumuskan penempatan produk dalam persaingan dan menetapkan bauran pemasaran yang terperinci. Pada hakekatnya Penempatan produk adalah: Tindakan merancang produk dan bauran pemasaran agar tercipta kesan tertentu diingatan konsumen.

Bagi setiap segmen yang dimasuki perusahaan, perlu dikembangkan suatu strategi penempatan produk. Saat ini setiap produk yang beredar dipasar menduduki posisi tertentu dalam segmen pasamya. Apa yang sesungguhnya penting disini adalah persepsi atau tanggapan konsumen mengenai posisi yang dipegang oleh setiap produk dipasar.

Salah satu unsur dalam strategi pemasaran terpadu adalah Bauran Pemasaran, yang merupakan strategi yang dijalankan perusahaan, yang berkaitan dengan penentuan, bagaimana perusahaan menyajikan penawaran produk pada satu segmen pasar tertentu, yang merupakan sasaran pasarannya. Marketing mix merupakan kombinasi variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran, variabel mana dapat dikendalikan oleh perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen dalam pasar sasarannya. Variabel atau kegiatan tersebut perlu dikombinasikan dan dikoordinasikan oleh perusahaan seefektif mungkin, dalam melakukan kegiatan pemasarannya. Dengan demikian


(49)

perusahaan tidak hanya sekedar memiliki kombinasi kegiatan yang terbaik saja, akan tetapi dapat mengkoordinasikan berbagai variabel marketing mix tersebut, untuk melaksanakan program pemasaran secara efektif. Menurut William J.Stanton pengertian marketing mix sccara umum adalah sebagai berikut: marketing mix adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan kombinasi empat besar pembentuk inti sistem pemasaran sebuah organisasi. Keempat unsur tersebut adlah penawaran produk/jasa, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi.

Keempat unsur atau variabel bauran pemasaran (Marketing mix) tersebut atau yang disebut four p's adalah sebagai berikut:

1. Strategi Produk 2. Strategi Harga

3. Strategi Penyaluran / Distribusi 4. Strategi Promosi

Marketing mix yang dijalankan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi perusahaan. Disamping itu marketing mix merupakan perpaduan dari faktor-faktor yang dapat dikendalikan perusahaan untuk mempermudah buying decision, maka variabel-variabel marketing mix diatas tadi dapat dijelaskan sedikit lebih mendalam sebagai berikut:

1. Produk (Jasa)

Kebijaksanaan mengenai produk atau jasa meliputi jumlah barang/jasa yang akan ditawarkan perusahaan, pelayanan khusus yang ditawarkan


(50)

perusahaan guna mendukung penjualan barang dan jasa, dan bentuk barang ataupun jasa yang ditawarkan. Produk merupakan elemen yang paling penting. sebab dengan inilah perusahaan berusaha untuk memenuhi "kebutuhan dan keinginan" dari konsumen. namun keputusan itu tidak berdiri sebab produk/jasa sangat erat hubungannya dengan target market yang dipilih. Sedangkan sifat dari produk/jasa tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tidak berwujud

Jasa mempunyai sifat tidak berwujud, karena tidak bisa dilihat, dirasa, diraba, didengar atau dicium, sebelum ada transaksi pembelian.

b. Tidak dapat dipisahkan

Suatu produk jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, apakah sumber itu merupakan orang atau benda. Misalnya jasa yang diberikan oleh sebuah hotel tidak akan bisa terlepas dari bangunan hotel tersebut.

c. Berubah-ubah

Bidang jasa sesungguhnya sangat mudah berubah-ubah, sebab jasa ini sangat tergantung kepada siapa yang menyajikan, kapan disajikan dan dimana disajikan. Misalnya jasa yang diberikan oleh sebuah hotel berbintang satu akan berbeda dengan jasa yang diberiakan oleh hotel berbintang tiga.

d. Daya tahan

Jasa tidak dapat disimpan. Seorang pelanggan yang telah memesan sebuah kamar hotel akan dikenakan biaya sewa, walaupun pelanggan tersebut tidak menempati karnar yang ia sewa.


(51)

2. Harga ( Price)

Setiap perusahaan selalu mengejar keuntungan guna kesinambungan produksi. Keuntungan yang diperoleh ditentukan pada penetapan harga yang ditawarkan. Harga suatu produk atau jasa ditentukan pula dari besarnya pengorbanan yang dilakukan untuk menghasilkan jasa tersebut dan laba atau keuntungan yang diharapkan. Oleh karena itu, penetuan harga produk dari suatu perusahaan merupakan masalah yang cukup penting, karena dapat mempengaruhi hidup matinya serta laba dari perusahaan.

Kebijaksanaan harga erat kaitannya dengan keputusan tentang jasa yang dipasarkan. Hal ini disebabkan harga merupakan penawaran suatu produk atau jasa. Dalam penetapan harga, biasanya didasarkan pada suatu kombinasi barang/jasa ditambah dengan beberapa jasa lain serta keuntungan yang memuaskan. Berdasarkan harga yang ditetapkan ini konsumen akan mengambil keputusan apakah dia membeli barang tersebut atau tidak. Juga konsumen menetapkan berapa jumlah barang/jasa yang harus dibeli berdasarkan harga tersebut. Tentunya keputusan dari konsumen ini tidak hanya berdasarkan pada harga semata, tetapi banyak juga faktor lain yang menjadi pertimbangan, misalilya kualitas dari barang atau jasa, kepercayaan terhadap perusahaan dan sebagainya.

Hendaknya setiap perusahaan dapat menetapkan harga yang peling tepat, dalam arti yang dapat memberikan keuntungan yang paling baik, baik untuk jangka pendek maupun unluk jangka panjang.


(52)

3. Saluran Distribusi (Place)

Setelah perusahaan berhasil menciptakan barang atau jasa yang dibutuhkan dan menetapkan harga yang layak, tahap berikutnya menentukan metode penyampaian produk/jasa ke pasar melalui rute-rute yang efektif hingga tiba pada tempat yang tepat, dengan harapan produk/jasa tersebut berada ditengah-tengah kebutuhan dan keinginan konsumen yang haus akan produk/jasa tersebut.

Yang tidak boleh diabaikan dalam langkah kegiatan memperlancar arus barang/jasa adalah memilih saluran distribusi (Channel Of Distribution). Masalah pemilihan saluran distribusi adalah masalah yang berpengaruh bagi marketing, karena kesalahan dalam memilih dapat menghambat bahkan memacetkan usaha penyaluran produk/jasa dari produsen ke konsumen.

Distributor-distributor atau penyalur ini bekerja aktif untuk mengusahakan

perpindahan bukan hanya secara fisik tapi dalam arti agar jasa-jasa tersebut dapat diterima oleh konsumen. Dalam memilih saluran distribusi ini ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut:

a. Sifat pasar dan lokasi pembeli

b. Lembaga-lembaga pemasaran terutama pedagang-pedagang perantara c. Pengendalian persediaan, yaitu menetapkan tingkat persediaan yang

ekonomis.


(53)

Saluran distribusi jasa biasanya menggunakan agen travel untuk menyalurkan jasanya kepada konsumen. Jadi salah satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam kebijaksanaan saluran distribusi itu sendiri dengan memperhitungkan adanya perubahan pada masyarakat serta pola distribusi perlu mengikuti dinamika para konsumen tadi.

4. Promosi ( Promotion)

Aspek ini berhubungan dengan berbagai usaha untuk memberikan informasi pada pasar tentang produk/jasa yang dijual, tempat dan saatnya. Ada beberapa cara menyebarkan informasi ini, antara lain periklanan (advertising), penjualan pribadi (Personal Selling), Promosi penjualan (Sales Promotion) dan Publisitas (Publicity)

a. Periklanan (Advertising): Merupakan alat utama bagi pengusaha untuk mempengaruhi konsumennya. Periklanan ini dapat dilakukan oleh pengusaha lewat surat kabar, radio, majalah, bioskop, televisi, ataupun dalam bentuk poster-poster yang dipasang dipinggir jalan atau tempat-tempat yang strategis.

b. Penjualan Pribadi (Personal selling): Merupakan kegiatan perusahaan untuk melakukan kontak langsung dengan calon konsumennya. Dengan kontak langsung ini diharapkan akan terjadi hubungan atau interaksi yang positif antara pengusaha dengan calon konsumennya itu. Yang termasuk dalam personal selling adalah: door to door selling, mail order, telephone selling, dan direct selling.


(54)

c. Promosi Penjualan (Sales Promotion): Merupakan kegiatan perusahaan untuk menjajakan produk yang dipasarkarlnya sedemikian rupa sehingga konsumen akan mudah untuk melihatnya dan bahkan dengan cara penempatan dan pengaturan tertentu, maka produk tersebut akan menarik perhatian konsumen.

d. Publsitas (Pubilicity): Merupakan cara yang biasa digunakan juga oleh perusahaan untuk membentuk pengaruh secara tidak langsung kepada konsumen, agar mereka menjadi tahu, dan menyenangi produk yang dipasarkannya, hal ini berbeda dengan promosi, dimana didalam melakukan publisitas perusahaan tidak melakukan hal yang bersifat komersial. Publisitas merupakan suatu alat promosi yang mampu membentuk opini masyarakat secara tepat, sehingga sering disebut sebagai usaha untuk "mensosialisasikan" atau "memasyarakatkan ".

Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah tercapainya keseimbangan yang efektif, dengan mengkombinasikan komponen-komponen tersebut kedalam suatu strategi promosi yang terpadu untuk berkomunikasi dengan para pembeli dan para pembuat keputusan pembelian.

C. Survivor Usaha RM Taman Resto

Bisnis makanan selalu berkembang setiap tahunnya, hal ini disebabkan karena masyarakat yang cendrung ingin praktis ketimbang memasak sendiri atau pun keinginan untuk mencoba suatu jajanan yang banyak bermunculan dengan


(55)

konsep-konsep marketing bisnis yang membuat terbiusnya masyarakat untuk mencobanya. Dan tak kalah banyak juga dari masyarakat itu sendiri yang mencoba peruntungan untuk membuka bisnis kuliner, tak pungkiri keuntungan dari bisnis masakan ini amatlah besar. Jiwa wirausaha atau entrepreneurship dalah salah satu kekuatan yang dikembangkan oleh Rasulullah. Sedangkan wirausaha atau entrepreneur itu sendiri secara sederhana adalah kemampuan kita untuk menciptakan atau mendesain manfaat dari apapun yang ada dalam diri dan lingkungan. Apapun yang dilihat dapat dikemas menjadi sesuatu yang bemanfaat. Seoarang wirausha mampu mengenal situasi dan mendayagunakan situasi tersebut sehingga bisa menghasilkan manfaat.2 Berdirinya banyak restoran atau warung makanan sekelas kaki lima, secara langsung maupun tidak langsung berdampak amat besar bagi perekonomian masyarakat itu sendiri.

Menurut servey dari fenomena yang terjadi sekarang ini, Indonesia adalah salah satu Negara yang bisa menekan dampak negative dari krisis ekonomi yang terjadi diseluruh dunia yang disebabkan runtuhnya pasar modal AS. Menurut survey itu bahwa kekuatan ekonomi Indonesia terletak pada konsumsi masyarakat yang besar, sehingga sector riil masih tetap tumbuh meskipun tak sebesar sebelum krisis.3

Peluang ini dijadikan landasan yang kuat bagi pengusaha ataupun masyarakat yang ingin menjadi pengusaha untuk mendapatkan keuntungan dari

2

Abdullah Gymnastiar, Etika Bisnis MQ, (Bandung: Penerbit MQ Publishing, 2004) 3


(56)

usaha kuliner ini. Bila dicermati lagi bahwa, ada dua arah jalan yang didapat dari usaha yaitu jalan sukses dan jalan gagal atau bangkrut. Usaha apapun bertumpu pada kualiatas yang harus larut didalamnya, ini menjadi senjata kita untuk bisa bertahan ataupun meraih jalan sukses tadi. Kompetisi yang terjadi dalam bisnis kuliner ini amatlah indah bila kita lihat dengan kekuatan hati yang bersih. Bagaimana tidak, kompetisi yang terjadi didalam dunia bisnis mengedepankan kualitas dari purna jual hingga paska jual. Yang intinya adalah menguntungkan atau memberikan nilai yang lebih kepada konsumen.

Dr. Mustaq Ahmad mengatakan, para pelaku bisnis Muslim diharuskan berhati-hati agar jangan sampai melakukan tindakan yang merugikan dan membahayakan orang lain atau malah merugikan dirinya sendiri akibat tindakan-tindakannya dalam dunia bisnis.4

Rumah makan ini, sangat memperhatikan kualitas dari bahan baku yang dipakai, karena kami memahami sekali bahwa mutu merupakan pangkal dari kesuksesan dan daya tahan dari serbuan kompetitor lain. Konsep dari rumah makan ini juga amat menarik karena lokasinya juga besar sehingga menampung beberapa bentuk usaha, ada masakan padang, ada olahan ikan, pasar beras yang semua itu bebas dipilih oleh pembeli didalam satu lokasi. Konsep keluarga kami pilih karena sekmentasinya cukup luas, dari orang tua sampai anak-anak.

4

Dr. Mustaq Ahmad, Business Ethics In Islam, The International Institute of Islamic Thought. (Pakistan), h.150.


(57)

Agar bisa rumah makan ini bertahan, kami menjalankan beberapa prinsip marketing. Hal ini amat penting karena sebagai acuan atau penunjuk arah dari usaha kami. Selain konsep marketing yang kami jalankan, kami juga terjun langsung kedalam konsumen kami. Hubungan antara penjual dan pembeli sangat berguna untuk dalam rangka menggali hal-hal yang perlu diperbaiki. Cepat tanggap terhadap situasi dan serta merta mengambil langkah-langkah yang perlu diperbaiki ataupun diteruskan. Kami tahu benar apa yang diinginkan konsumen akan prodak makanan yang kami tawarkan.

D. Pandangan Umum Terhadap Etika Bisnis.

Etika bisnis memegang berperanan penting dalam bentuk usaha apapun. Etika bisnis mempunyai fungsi yang tidak langsung berdampak dalam bisnis, memakan waktu yang relative lama, maksudnya adalah etika bisnis itu yang menilai adalah konsumen. Konsumen yang menilai tidak langsung memberikan penilaiannya, tetapi membutuhkan waktu dengan cara membandingkan prodak kita dengan prodak lain yang sejenis. Penilaian pun lebih detail mulai dari kebersihan sampai pelayanan, terlebih lagi masalah rasa, tingkat kesegaran dari bahan baku yang dipakai dalam prodak, maupun harga.

Dewasa ini, banyak para pengusaha yang mengusung bisnisnya dengan memperhatikan etika bisnis yang dijadikan nilai pembeda dengan para competitor lainnya. Slogan yang tertulis “ Sehat dimulai dari makanan yang sehat” dan “


(58)

makanan kami tidak memakai minyak jelantah dan vetsin “. Slogan ini yang menjadikanpengusaha bisa bertahan untuk memenangi kompetisi ini.

Penelitian yang penulis jalani ini, menyimpulkan bahwa banyak para pedagang yang memakai vetsin yang melebihi batas sehingga hasil yang dirasakan begitu sangat gurih sekali. Dan pedagang sering sekali memekai es balok dalam minuman yang dijualnya, padahal es balok memekai bahan baku air dari air sungai yang tidak bersih dan tidak terbebas dari kuman dan bakteri. Inilah yang sangat memprihatinkan bila itu terjadi atau terminum oleh kita. Belum lagi bila kita melihat jajanan yang dikonsumsi anak-anak sekolah dasar yang rentan sekali, seperti pemanis buatan atau gula biang atau pewarna tekstil yang dipakai untuk makanan.

Al-Quran memperingatkan para pelaku bisnis yang tidak memerhatikan kepentingan orang lain, sebagaimana Islam juga memperingatkan sesuatu yang akan menimbulkan kerugian pada orang lain; dan bahwa itu bukan hanya tidak disetjui tetapi lebih dari itu, prilaku demikian amat dikutuk. Dalam hubungannya dengan masalah yang telah disebutkan diatas, Al-Quran menemukan dalam beberapa ayat berikut ini:


(59)

Yang artinya : Dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku denagan harga yang rendah dan hanya kepada Aku-lah kamu bertakwa. QS Al-Baqarah (2): 41

Yang artinya : Wahai orang-orang yang beriman, maknlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapatdi dalam bumi, dan janganlah kamu megikuti langkah-langkah setan karena sesngguhnya itu adalah musuh yang nyata bagimu. QS. Al-Baqarah (2): 168.

Menghalalkan segala cara dalam rangka meraup keuntungan yang sebesar-besarnya, sekalipun mengorbankan hal-hak orang lain adalah manifestasi sikap keserakahan yang muncul karena banyak mengikuti nafsu setan.

Kesadaran ini yang kurang disadari oleh pedagang yang nakal, kesiapan untuk menjadi pengusaha sukses yang kurang dipersiapkan. Kesuksesan yang salah diartikan oleh banyak pengusaha, keuntungan yang selalu dikejar dan menjadi prioritas pertama tanpa memperdulikan etika. Ketamakan dan kerakusan dalam mendapatkan untuk yang berlipat ganda, menjadi kunci masalah ini. Dan bila disadari olehnya, bisnis yang dibangun diharapkan menjadi penopang ekonominya dan harapannya bisa tetap terus berjalan. Tetapi kembali lagi dalam penilaian konsumen, apakah prodak kita baik atau tidak? Bermutu, berkualitas


(60)

atau tidak? Bila jawabannya tidak, maka siapa-siaplah untuk kalah saing dengan competitor lain yang siap untuk menggantikan kita kelak.

Kunci dalam bisnis adalah kita harus memulai bisnis itu sekecil apapun, mimpikan yang besar dalam bisnis itu5. Persiapkan yang terbaik dalam pengelolaannya. Buat pelanggan seperti raja, rebut kepercayaannnya dari prodak yang terbaik oleh kita. Tentukan standrat mutu yang terjamin, sehingga konsumen tetap loyal pada prodak kita. Percaya dan yakin kepada-NYA, karena kita sudah berbuat sebaik mungkin dalam bisnis ini, singkirkan masalah harga yang lebih murah dari para pesaing buat suatu inovasi yang terus menerus sebagai nilai pembeda dari pesaing untuk merebut kepercayaan pelanggan kembali.

Hukum sebab-akibat (Law of Cause and Effect), yang memberi tahu bahwa segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup kita, baik dari segi material maupun non-material, pasti ada asal-usulnya6. Ia tidak akan terjadi begitu saja. Sebagai contohnya, jika seseorang jatuh sakit, itu pasti ada penyebabnya. Orang yang gagal atau bangkrut juga ada asal-usulnya. Dengan kata lain kita harus, kita harus selalu waspada pada semua tindakan, pemikiran, dan perasaan kita. Karena semua itu bisa membuat kita terjatuh, bangkrut dan gagal. Ingat, kita selalu diperhatikan oleh-Nya.

5

Seng, A.nn Wan. Rahasia Bisnis Orang Cina, (Kuala Lumpur: Penerbit Fajar Bakti, 2006) 6

Abdullah, Hasyim, Muda Kaya Raya Mati Masuk Surga. (Yogyakarta: SBS Publishing, 2007).


(61)

A. Analisa Hubungan Mekanisme Harga dengan Dampak pada Kelangsungan Usaha.

Penentuan dari harga dari suatu produk adalah suatu hal yang sangat krusial. Penentuan harga dari suatu produk akan sangat mempengaruhi dari keberhasilan suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan yang akan didapatkan oleh suatu perusahaan. Penentapan dari suatu produk, akan sangat dipengaruhi dari seberapa besar pengorbanan yang telah dilakukan dalam memproduksi produk itu sendiri. Semakin besar pengorbanan yang dilakukan maka akan semakin besar dan tinggi harga yang dibandrol dari produk itu sendiri.

Kebijakan dalam menentukan harga dari suatu produk, maka kelak akan sangat mempengaruhi dari pelayanan harus dilakukan oleh perusahaan terhadap konsumen. Dan ini tentunya juga membutuhkan biaya budget yang juga harus diperhitungkan dengan menentukan nilai harga dari produk itu sendiri yang sangat diharapkan dan telah dirancang agar dari harga produk itu sendiri dapat menutupi semua biaya produksi sehingga akan menghasilkan profit bagi perusahaan.

Harga sangat mempengaruhi penjual dari suatu produk yang ditawarkan oleh suatu perusahaan. Penentuan harga sangat dibutuhkan strategi pemasaran yang


(62)

amatlah matang agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Menetapkan harga yang murah adalah bukan solusi diatas segalanya. Namun penetapan harga dengan cerdas akan sangat membatu untuk mendobrak penjualan. Strategi dalam menetapkan harga produk dapat dilakukan dengan menganalsis kelebihan, keunggulan dan kekurangan dari produk yang dimiliki. Dengan jalan ini maka kelak dikemudian hari tidak akan ditemukan istilah harga yang seharusnya lebih mahal atau lebih murah dari kualitas barang yang dimiliki. Penentuan harga barang juga dapat dianalisis dengan melihat persaingan dan seberapa besar kebutuhan produk yang akan dicari oleh konsumen.1

Pasar mendapat kedudukan yang penting dalam perekonomian Islam. Rasulullah sangat menghargai harga yang dibentuk oleh pasar sebagai harga yang adil. Oleh karena itu, Islam menekankan adanya moralitas seperti persaingan yang sehat, kejujuran, keterbukaan, dan keadilan. Implementasi nilai-nilai moralitas tersebut dalam pasar merupakan tanggung jawab bagi setiap pelaku pasar. Bagi seorang muslim, nilai-nilai ini merupakan refleksi dari keimanannya kepada Allah, bahkan Rasulullah memerankan dirinya sebagai muhtasib di pasar. Beliau menegur langsung transaksi perdagangan yang tidak mengindahkan nilai-nilai moralitas.


(63)

Pada masa Rasulullah, nilai-nilai moralitas sangat diperhatikan dalam kehidupan pasar. Bahkan sampai pada masa awal kerasulannya, beliau adalah seorang pelaku pasar yang aktif, dan kemudian menjadi seorang pengawas pasar yang cermat sampai akhir hayatnya

.

Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi keadilan dan memberikan suatu yang positif, sebagai nilai tambah kepada orang lain. Disetiap kehidupan didunia ini dituntut untuk beretika, hal ini sebagai perintah yang tersurat dalam kitab suci Al-Qur’an. Bila kita lihat hal ini, sungguh besar dan luar biasa dampak yang terjadi bila kita besikap benar dan beretika. Nilai-nilai positif akan datang kepada kita karena kita memberikan nilai-nilai positif bagi orang lain, penulis dan motivator Mario Teguh disela-sela acaranya sering bilang “Tidak ada balasan bagi orang yang melakukan kebaikan bagi orang lain melainkan kebaikan itu sendiri”. Ini jelas sekali, merupakan prinsip yang terdapat dalam al-Qur’an.

Nabi Muhammad sangat menganjurkan umatnya untuk berbisnis (berdagang), karena berbisnis dapat menimbulkan kemandirian dan kesejahteraan bagi keluarga, tanpe tergantung atau menjadi beban orang lain. Beliu berkata, “Berdaganglah kamu, sebab dari sepuluh bagian penghidupan, simbilan diantaranya dihasilkan dari berdagang.2” Al-Quran mengatakan :

2

Syakir Sula, Muhammad, Hermawan Kertajaya, Syariah Marketing, (Bandung: Mizan, 2006).


(1)

68

3. Dengan etika terlihat jelas gambaran bahwa itu merupakan syarat utama usaha yang sukses. Perhatian terhadap etika bisnis telah diajarkan dan dicontoh oleh Nabi Muhammad Saw sebagai pemuka agama, pemimpin negara dan pengusaha yang sukses. Kembali ke hukum, etika dan norma menjadi jalan keberkahan dalam mencari rizki-NYA. Bukan hanya mencari keuntungan semata-mata dengan mencederai hukum-NYA.

4. Pemerintah sebagai fungsi negara harus lebih melihat masalah ini sebagai masalah yang besar, sehingga fungsi kontrol etik pada dunia usaha bisa kembali dijalankan. Sebagai contoh supplyer atau importtir formalin, borax, melamin untuk diawasi penjualannya bukan dijual bebas yang sekarang ini terjadi dan dikembalikan dalam fungsinya semula. Lembaga-lembaga negara seperti Depkes dan BPOM untuk mengawasi dan turun langsung ke pasar, sehingga terkontrol dan produk yang dijual dipasaran bias jelas kualitasnya. Serta payung hukum untuk masalah ini untuk bisa menjadikan efek-jera bagi pelaku penyimpangan yang melanggarnya.

5. Semua pihak yang terjalin seperti pemerintah, pengusaha, pembeli dan ormas-ormas menjadi pengontrol bagi terciptanya keadilan yang kita cita-citakan bersama.

B. Saran

Dan berdasarkan pembahasan dan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:


(2)

69

1. Para pengusaha diharapkan menanamkan sikap kejujuran dan pelayanan yang prima didalam setiap usahanya. Sikap seperti ini adalah tiket untuk mendapatkan kesuksesan dalam berwirausaha. Kesuksesan dalam berbisnis tidak didapat dengan harga yang murah, dalam arti tidak didapat dengan mudah melainkan dengan pengorbanan yang luar biasa. Setiap pengusaha menginginkan usahanya terus berkembang dan menghasilkan untung yang besar pula maka dengan mimpi yang indah ini seharusnya pengusaha mengedepankan sikap beretika dalam berbisnis seperti yang tlah diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw.

2. Pemerintah sebagai pengatur diharapkan lebih mengkontrol pasar dan pelaku pasar sehingga tidak ada celah untuk masuknya bahan-bahan yang berbahaya yang akan dikonsumsi masyarakat. Lembaga-lembaga Negara seperti Depkes, Depperindag, dan BPOM untuk turun dan mengawasi pasar serta pelaku-pelaku pasar. Peraturan hukum yang mengakibatkan efek jera kepada pedanggang yang melakukan kecurangan.

3. Dan masyarakat yang menjadi penilai dari seluruh produk yang ada dipasaran agar bisa berhati-hati dan melaporkan setiap prilaku-prilaku pengusaha yang tidak beretika.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Buana, Zia Permata, Rahasia Bisnis Orang Asia Terkaya di Dunia, Jakarta: Hikmah, 2007

De Porter, B, dan M. Hernacki, Quantum Business, Membiasakan Berbisnis Secara Etis dan Sehat, terjemahan, Bandung: Angkasa, 2000

Gymnastiar, Abdullah, Saya Tidak Ingin Kaya Tapi Harus Kaya, Bandung: Khas MQ, 2006

Harefa, Andrias, Sukses Tanpa Gelar, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005

Hakim, R, Kiat SuksesBerwirausaha, Mengatasi Krisis Etika dan Krisis Motivasi, Jakarta: Alex Media Komputindo, 2000

Kamaluddin, Laode M, 14 Langkah Bagaimana Rasulullah Saw Membangun Kerajaan Bisnis, Jakarta: Penerbit REPUBLIKA, 2007

Manan, Abdul, Teori dan Praktik Ekonomi Islam, Terjemahan, Surabaya: Risalah Gusti, 1995

Nasution, Mustafa Edwin dan Budi Setyanto dkk, Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, Jakarta: Prenada Media Group, 2007

Qardhawi, Yusuf al-, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1997

Saidi, Wahyu, Cara Mudah Menjadi Tukang Bakmi, Jakarta: IQRO Graf, 2005

Saidi, Wahyu. J. Haryadi, dan Ariyanto M.B, 25 Ide Bisnis Paling Kreatif, Jakarta: IQRO Graf, 2007

Sasmito, Semua Orang Bisa Jadi Pengusaha, Jakarta: Hi. Fest Publishing, 2007 Scheinfeld, Robert, Jalan Rahasia Menuju Sukses, Jakarta: Serambi Press, 2005

Sukarno, Bambang, Langkah Jitu Memulai Usaha Dari Nol, Depok: Penerbit Swadaya, 2006


(4)

HASIL WAWANCARA

1. Bisnis apa yang anda jalankan dan mengapa anda mengambil dibidang bisnis tersebut?

Jawaban : Saya mencoba melihat kedalam diri tentang pengalaman dan keahlian serta peluang dari bisnis kuliner/makanan. Sertaa keterdesakan untuk keinginan berbisnis untuk melahirkan kesempatan kerja untuk banyak orang

2. Bagaimana proses pengembangan bisnis anda?

Jawaban : P4 + P3 max berinovasi, lalu pelangganlah yang menilainya dengan loyalitasnya pelanggan yang memakai atau memakan ditempat saya. Kemampuan manajerial dan selalu melihat peluang dari hasil pengamatan.

3. Hal-hal apa yang menjadi kendala dalam bisnis anda tersebut?

Jawaban : Setiap “P” dalam teori marketing atau pemasaran, selalu ada kedala, maka kendala itu diminimalisasi untuk menghadapi kompetitor. Agar jurang pemisah tidak terlalu jauh. Dan kita membuat suatu inovasi dalam pengembangan prodak.

4. Apa strategi anda dalam menghadapi para kompetitor kecil maupun besar yang memiliki usaha bisnis yang sejenis dengan usaha anda?

Jawaban : Tinggalkan sekolah, dalam arti memulai dengan melakukan bukan dengan teori yang membuat memulai usaha itu “ribet”. Menjawab pertanyaan, “


(5)

bagaimana bisa bertahan”. Dengan itu kita selalu membuka pikiran kita, cek lagi segala kekuarangan dalam hal marketing seperti rasa, kebersihan, pelayanan, dll. Melakukan atau memakai standart mutu, agar cita rasa selalu terjaga.

5. Bentuk marketing seperti apa yang anda lakukan atau jalankan dalam menarik konsumen?

Jawaban : P Max. Harapan konsumen itu, produk yang kita jual harus, murah, enak dan banyak. Ini juga melihat dari sekmentasi yang dibentuk. Masalah harga mungkin tidak perpengaruh besar, asalkan kita bisa main dalam cita rasa yang baik dan pelayanan yang memuaskan. Selalu membuat inovasi agar konsumen tidak jenuh dengan menu kita.

6. Hal apa saja yang menjadi syarat atau jalan yang ditempuh untuk menjadi pengusaha yang sukses?

Jawaban : Harus memulai usaha itu sendiri, jika tidak bagaimana kita bisa meraih kesuksesan itu. Dari perjalanan usaha itu kita akan belajar ilmu yang jauh lebih bermanfaat dari teori-teori yang ada. Harus mempunyai tujuan dari bisnis itu, lalu berjuang pantang menyerah dalam meraihnya serta kebeserahan kita kepada ALLAH SWT. Karena-NYA kita diberi kesuksesan tersebut.

7. Seberapa pentingkah “Etika Bisnis” itu?

Jawaban : Amat penting, karena penghargaan datang dari pelanggan. Semua usaha atau cara usaha tidak menggangu atau melanggar norma, al-Qur’an dan


(6)

hukum. Dengan etika, pembeli dapat menilai prodak kita dan menjadikan pembeli itu tetap loyal kepada restoran kita.

8. Bagaimana anda melihat pada pedagang yang tidak beretika, seperti banyak fenomena yang terjadi seperti memakai formalin dalam usaha tempe-tahu, timbangan yang tidak akurat pada pedagang ikan sampai pedagang buah-buahan?

Jawaban : Sebenarnya itu masalah yang mudah dengan menindak suplayer dari formalin dan membuat pengawasan yang ketat dari pemerintah agar lebih mengkontrol segala barang-barang yang berbahaya untuk tidak dijual secara bebas. serta kesadaran yang utama dari pelaku usaha tersebut, dengan cara penyuluhan yang dilakukan oleh dinas terkait.

9. Motivasi apa yang membuat anda memilih berdagang dengan beretika, padalah pada sebagian pedangang itu menekan keuntungan yang ingin didaptkan?

Jawaban : Saya mempunyai tujuan akan bisnis yang saya jalani sekarang ini, bukan hanya untuk sekarang tetapi untuk masa depan kelak. Saya harus menjelaskan posisi saya untuk memenangi kompetisi ini, dengan memerhatikan segala aspek untuk servive.

Yang di wawancarai,