PENERAPAN ETIKA BISNIS ISLAM PEDAGANG

PENERAPAN ETIKA BISNIS ISLAM PEDAGANG
MAKANAN DAN MINUMAN DI LINGKUNGAN INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

PROPOSAL KUALITATIF

Oleh :

Umi Hanik
(17402153460)
ES-6J

JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
APRIL 2018

A. Judul
Penerapan Etika Bisnis Islam Pedagang Makanan dan Minuman Di
Lingkungan Institut Agama Islam Negeri Tulungagung.
B. Latar Belakang

Perkembangan ilmu ekonomi belakangan ini semakin berkembang
termasuk sekarang banyak usaha dengan menerapkan sistem ekonomi islam.
Sistem

ekomomi

islam

adalah

suatu

perekonomian

yang

dalam

pelaksanaannya berpedoman pada ajaran dan nilai islam, serta bersumber
pada Al-Qur’an, Hadits, Ijma dan Qiyas. Dalam islam nilai-nilai moralitas

yang meliputi kejujuran, keadilan, dan keterbukaan dalam segala hal sangat
diperlukan.

Rasulullah

tidak

menyukai

jika

dalam

transaksi

tidak

memperhatikan nilai-nilai moralitas.
Ekonomi islam merupakan sistem ekonomi yang tujuan utamanya
mewujudkan keadilan dan kesejahteraan yang merata. Islam mewajibkan

umatnya dalam bekerja didasarkan iman, etika kerja dan akhlak islam. Produk
ekonomi islam melarang membuat produk-produk yang mengandung banyak
madharatnya dan melarang untuk menunda-nunda membayar gaji dan hutang.
Dalam penjualan produk tersebut baik individu ataupun kelompok diberikan
kebebasan

untuk

mencari

keuntungan

ebesar-besarnya

tetapi

harus

berpedoman dengan iman dan etika. Sehingga tetap terikat dengan akidah dan
etika disamping hukum islam.

Munculnya kesadaran masyarakat untuk menjalankan syariah islam serta
mengubah pola pikir dari sistem ekonomi kapitalis ke sistem ekonomi islam
merupakan suatu perubahan ke arah yang lebih baik termasuk dalam
berbisnis. Kita dalam melakukan bisnis tidak bisa lepas dari etika bisnis.
Penelitian sebelum-sebelumnya membuktikan bahwa adanya hubungan
positif antara etika bisnis dalam menunjang kesuksesan suatu bisnis tersebut.
Seperti bangkrutnya Lehman Brothers merupakan bukti dari perusahaan yang
tidak menerapkan etika bisnis dalam aktivitas bisnisnya. Bisnis yang tidak

jujur dan hanya mementingkan keuntungan semata akan menyebabkan
kehancuran pada bisnisnya meskipun perusahaan tersebut sudah besar.
Islam sendiri juga mempunyai etika sendiri dalam berbisnis. Seperti
halnya memberikan batasan antara yang halal dan haram. Penting bagi kita
sebagai umat islam untuk menerapkan etika bisnis. Sejak abad ke 18 sampai
sekarang, keterkaitan etika dan bisnis banyak diperdebatkan. Seperti di AS
tahun 1870, pemilik Standard Oil Company Ohio melakukan kesepakatan
rahasia mengenai potongan harga dengan perusahaan kereta api yang akan
mengangkut minyaknya. Pesaing tersebut kalah sehingga memutuskan untuk
keluar dari bisnis perminyakan. Dikarenakan bisnis melibatkan praktikpraktik kecurangan, penipuan dan lain-lain sehingga etika bisnis perlu
mendapat perhatian yang serius.

Selain itu masih banyak perusahaan lain yang menerapkan etika bisnis
dalam malakukan bisnisnya. Seperti, Arnotts, perusahaan biskuit di Australia
yang berani menarik seluruh produknya demi keselamatan para konsumennya
meskipun ada orang yang mau memberitahu produk yang beracun dengan
diberi sejumlah uang. Dan dampaknya enam bulan kemudian pendapatan
perusahaan naik tiga kali lipat.
Dalam kaidah bermuamalah, islam telah mengatur semua perilaku manusia
untuk memenuhi hidupnya. Seorang muslim dalam berbisnis jangan sampai
bertentangan dengan syariat. Salah satu profesi yang dianjurkan islam adalah
petani dan berdagang. Oleh karena itu, Rasulullah dan para sahabatnya
banyak yang berprofesi dagang. Namun, sesungguhnya semua profesi itu
sama jika dilakukan bukan semata-mata mencari keuntungan dan kekayaan
serta dilakukan sesuai syariat islam.
Perbuatan curang dalam perdagangan seringkali dilakukan. Masih banyak
orang menganggap bahwa kesuksesan diukur dari untung rugi dalam bentuk
uang. Para pedagang memandang bisnis bahwa bagaimana mendapat untung
yang besar untuk mengukur kesuksesan dan untung yang rendah kinerjanya
buruk. Namun seiring berjalannya waktu mereka sadar, bisnis yang baik dan

sukses merupakan hasil dari usaha mereka yang baik dan menerapkan etika

bisnis dengan tepat. Modal dalam berdagang adalah kejujuran dan keadilan
dalam melakukan transaksi. Meskipun ada pedagang yang curang kemudian
mendapat untung yang besar, perlahan-lahan pasti akan mengalami
kemunduran.
Biasanya kegiatan perdagangan banyak dilakukan di tempat yang banyak
keramaian, misalnya saja di perguruan tinggi karena disitu terdapat banyak
aktivitas para mahasiswa yang pastinya akan membutuhkan jasa para
pedagang khusunya pedagang makanan dan minuman yang akan membantu
mereka dalam mengisi tenaga untuk beraktivitas. Dibandingkan dengan
berjualan di tempat yang lebih sedikit populasi masyarakat, berjualan di
tempat keramaian akan cepat mendapatkan keuntungan yang banyak.
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung merupakan salah satu
perguruan tinggi yang ada di daerah Tulungagung, serta memiliki banyak
mahasiswa dibanding dengan kampus lain yang ada di Tulungagung.
Sehingga bagi siapapun yang ingin berdagang di sekitar kampus tersebut akan
memiliki kemungkinan mendapat pembeli yang banyak. Apalagi jika kita
berdagang sesuai dengan etika bisnis islam.
Penerapan etika bisnis tesebut juga harus mampu diterapkan di semua
aspek kegiatan perekonomian termasuk kegiatan para pedagang dimanapun.
Seharusnya pedagang di sekitar Institut Agama Islam Negeri Tulungagung

juga menerapkan etika bisnis agar bisnis yang dijalankan terus berkembang
dan mengalami kemajuan. Oleh karena itu saya disini ingin meneliti apakah
para pedagang tersebut menerapkan etika bisnis atau tidak dan apakah sudah
sesuai syariat islam atau belum.

C. Fokus Penelitian
Bagaimana penerapan etika bisnis pedagang makanan dan minuman di
lingkungan Institut Agama Islam Negeri Tulungagung menurut perspektif
ekonomi islam.

D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui penerapan etika bisnis pedagang makanan dan minuman
di lingkungan Institut Agama Islam Negeri Tulungagung menurut perspektif
ekonomi islam.
E. Identifikasi Penelitian dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Penelitian
Berdasarkan masalah yang dikemukakan, masalah penerapan etika bisnis
menjadi perhatian peneliti dan menuntut pemecahan berkaitan dengan
belum optimalnya penerapan etika bisnis pada semua pedagang makanan
dan minuman di lingkungan Institut Agama Islam Negeri Tulungagung.

2. Batasan Masalah
Penulis membatasi ruang lingkup pembahasan hanya pada penerapan
etika bisnis pada pedagang makanan dan minuman serta dampaknya
untuk pedagang yang sudah menerapkan etika bisnis.
F. Landasan Teoritis
1. Pengertian etika bisnis
Etika (Yunani Kuno, “ethikos”, berarti “timbul dari kebiasaan”)
adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas. Etika
mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar-salah, baik buruk,
dan tanggung jawab. Etika adalah ilmu berkenaan tentang yang baik dan
tentang hak kewajiban moral.1
Menurut Briffin dan Ebert bisnis (perdagangan) dalam arti luas adalah
istilah umum yang menggambarkan semua aktifitas dan institusi yang
memproduksi barang dan jasa dalam kehiddupan sehari-hari. Bisnis
merupakan suatu organisasi yang menyediakan barang dan jasa yang
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Namun di samping tujuan

1

Veithzal Rivai, Islamic Business and Economic Ethics, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

2012), hal. 2.

tersebut, hakikat dari kegiatan bisnis itu adalah untuk memenuhi
kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial.2
Bisnis dapat didefinisikan sebagai pertukaran barang, jasa atau uang
yang saling menguntungkan atau memberikan manfaat. Barang yang
dimaksud adalah suatu produk yang secara fisik memiliki wujud (dapat
diindra)sedang jasa adalah aktivitas-aktivitas yang memberi manfaat
kepada konsumen atau pelaku bisnis lainnya.
Islam mewajibkan setiap muslim (khususnya) mempunyai tanggungan
untuk bekerja. Bekerja merupakan salah satu sebab pokok yang
memungkinkan manusia mencari nafkah (rezeki). Allah melapangkan
bumi dan seisinya dengan berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh
manusia untuk mencari rezeki.
Etika bisnis didefinisikan sebagai seperangkat nilai tentang baik,
buruk, benar, salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip
moralitas. Dalam arti luas etika bisnis berarti seperangkat prinsip dan
norma dimana para pelaku bisnis harus komit padanya dalam
bertransaksi, berperilaku dan berelasi guna mencapai tujuan bisnisnya
dengan selamat.3

2. Konsep etika bisnis
Mustaq Ahmad menyatakan di dalam buku Etika Bisnis Dalam Islam
tentang konsep bisnis menurut Al-Quran dengan mengklarifikasikan ke
dalam tiga kategori yakni bisnis yang menguntungkan, bisnis yang merugi
dan selanjutnya tentang pemeliharaan prestasi. Disamping adanya hadiah
dan hukuman yang dijanjikan. Bisnis yang benar-benar sukses menurut
Al-Quran adalah bisnis yang dapat membawa keuntungan pada pelakunya
dalam dua fase kehidupan yang fana dan terbatas yakni dunia sekaligus
kehidupan yang abadi dan tak terbatas yakni akhirat.

2

Muhammad Farid dan Amilatuz Zahroh, “Analisis Penerapan Etika Bisnis Islam
Dalam Perdagangan Sapi di Pasar Hewan Pasirian”, Jurnal Iqtishoduna Vol. 6 No 2, 2 Oktober
2015, hal. 15.
3
Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Kencana, 2015), hal. 5.

Etika bisnis sebenarnya telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Selain
memiliki sifat ulet dan berdedikasi dalam berdagang, beliau juga memiliki

sifat shiddiq, amanah, fathanah dan tabligh. Shiddiq berarti mempunyai
kejujuran dan selalu melandasi ucapan, amal perbuatan serta keyakinan
seperti nilai dasar yang diajarkan dalam islam. Istiqamah atau konsisten
dalam keimanan dan nilai kebaikan meskipun dihadapkan pada tantangan
serta godaan, serta ditampilkan dalam kesabaran dan keuletan sehingga
menghasilkan sesuatu yang optimal. Fathanah berarti cerdas dalam
memahami secara mendalam segala sesuatu yang menjadi tugas dan
kewajibannya, dengan demikian akan timbul kreatifitas dan kemampuan
melakukan inovasi yang bermanfaat. Amanah yaitu terpercaya, sehingga
dapat ditampilkan dalam kejujuran berdagang serta pelayanan yang
optimal dalam segala hal. Yang terakhir adalah tabligh yaitu
menyampaikan

wahyu,

maksudnya

bahwa

Rasulullah

pasti

menyampaikan seluruh ajaran Allah SWT sekaligus memberikan contoh
kepada pihak lain untuk melakukan ketentuan-ketentuan ajaran islam
dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Badroen dalam bukunya Etika Bisnis Dalam Islam
menyebutkan etika islam memiliki aksioma-aksioma, yaitu :
a. Unity (persatuan): konsep tauhid, aspek sosekpol dan alam, semuanya
milik Allah, dimensi vertikal, hindari deskriminasi di segala aspek,
hindari kegiatan yang tidak etis.
b. Equilibrium (keseimbangan): konsep adil, dimensi horizontal, jujur
dalam bertransaksi, tidak merugikan dan tidak dirugikan.
c. Free will (kehendak bebas): kebebasan melakukan kontrak namun
menolak laizez fire (invisible hand), karena nafs amarah cenderung
mendorong pelanggaran sistem responsibility (tanggung jawab),
manusia harus bertanggung jawab atas perbuatannya.
d. Responsibility (tanggung jawab): aksioma tanggung jawab individu
beegitu mendasar pada ajaran-ajaran islam. Islam tidak mengenal

konsep Dosa Warisan (dan karena itu) tidak ada seorangpun
bertanggung jawab atas kesalahan-kesalahan orang lain.
e. Benevolence (ihsan): artinya melaksanakan perbuatan baik yang dapat
memberikan kemanfaatan kepada orang lain, tanpa adanya kewajiban
tertentu yang mengharuskan perbuatan tersebut.4
3. Parameter kemajuan bisnis
Tingkat pertumbuhan suatu bisnis banyak dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Baik faktor yang berasal dari internal maupun faktor yang
berasal dari eksternal. Baik faktor yang dapat mendukung kemajuan dan
perkembangan bisnis, maupun faktor-faktor yang dapat menghambat
perjalanan suatu bisnis. Parameter penerapan etika bisnis juga dapat
digunkan untuk mengukur kemajuan suatu bisnis. Paraameter-parameter
tersebut antara lain aspek pemasaran, manajemen dan SDM, hukum,
sosial, dampak lingkungan, dan finansial. Dari keseluruhan parameter
aspek yang digunakan untuk menilai perkembangan suatu bisnis, aspek
finansial merupakan parameter yang umumnya digunakan sebagai standar
untuk menilai tingkat kemajuan suatu perusahaan bisnis.
Untuk

dapat

menilai

suatu

perusahaan

bisnis

tersebut

menguntungkan atau tidak, maka perlu dilakukan analisis dan evaluasi
terhadap perusahaan bisnis dengan menghitung manfaat dan biaya yang
diperlukan sepanjang operasional perusahaan bisnis tersebut, dalah satu
komponen yang diperlukan dalam analisis tingkat kemajuan bisnis adalah
tingkat cash flow. Parameter uni dapat terwujud dengan baik apabila suatu
perusahaan binis dapat sukses pada lima tahap sebelumnya. Tanpa kelima
hal di atas kecil kemungkinan tercipta cash flow atau perpuataran uang
yang baik pada suatu perusahaan. Cash flow yang baik pada suatu
perusahaan

dapat

menjadi

parameter

untuk

mengukur

tingkat

perkembangan suatu perusahaan. Apabila perusahaan mempunyai cash

4

Elida Elfi Barus dan Nuraini, “Implementasi Etika Bisnis Islam (Studi Pada Rumah
makan Wong Solo Medan)”, jurnal perspektif ekonomi islam Vol. 2 No. 2, 2 September 2016, hal.
129-131.

flow yang sehat dan baik, maka kemungkinan besar perusahaan tersebut
dapat tumbuh berkembang dengan baik.5
4. Perbedaan etika bisnis islam dengan konvensional
Perbedaan etka bisnis islam dengan etika bisnis yang selama ini
dipahami dalam kajian ekonomi terletak pada landaan tauhid dan orientasi
jangka panjang (akhirat). Prinsip ini dipastikan lebih mengikat dan tegas
sanksinya. Etika bisnis islam memiliki dua cakupan. Pertama, cakupan
internal, yang berarti perusahaan memiliki manajemen internal yang
memperhatikan aspek kesejahteraan karyawan, perlakuan yang manusiawi
dan tidak diskriminatif, plus pendidikan. Kedua, cakupan eksternal
meliputi aspek transparansi, akuntanbilitas, kejujuran dan tanggung
jawab. Demikian pula kesediaan perusahaan untuk memperhatikan aspek
lingkungan dan masyarakat sebagai stakeholder perusahaan.
Etika bisnis islam juga bersifat universal dan bisa dipraktikkan
siapa saja. Etika bisnis islam bisa diwujudkan dalam bentuk ketulusan
perusahaan dengan orientasi yang tidak hanya pada keuntungan
perusahaan tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat dalam arti sebenarnya.
Pendekatan win-win solution menjadi prioritas. Semua pihak diuntungkan
sehingga tidak ada praktik “culas”. Bisnis juga merupakan wujud
memperkuat persaudaraan manusia dan bukan mencari musuh.6
G. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu merupakan referensi bagi peneliti untuk
melakukan penelitian ini. Dalam penelitian tersebut terdapat kesamaan
permasalahan penelitian :
Judul

Penulis

1. Implementas

Elida

5

Teknik
elfi Teknik

Subjek

Hasil

penelitian
Pengunjung,

Dengan
menerapkan

i etika islam barus,

wawancara

pegawai,

(studi kasus Nuriani

dilakukan

manajer dan etika bisnis

Wahyu Mijil Sampurno, “Penerapan Etika Bisnia Islam dan Dampaknya Terhadap
Kemajuan Bisnis Industri Rumah Tangga”, journal of Islamic Economics Lariba Vol. 2, 2016, hal.
14-15.
6
Veithzal Rivai, Islamic......., hal. 23.

pada rumah

dengan

divisi

islam pihak

makan wong

observasi

personalia

RM

solo Medan)

dan

RM

wawancara

solo Medan

wong

wong solo Medan
sangat

di

RM

merasakan

wong

solo

efeknya,

Medan

yaitu
semakin
banyak
pelanggan
yang
berdatangan
mulai

dari

dalam
negeri dan
luar negeri.
Selain

itu,

RM

wong

solo

juga

mendapat
banyak
pengahrgaa
n di bidang
2. Analisis
penerapan
etika

Muhammad

Menggunak

farid,

an

bisnis Amilatuz

Dilakukan

Teknik dengan

kuliner.
Dalam
penerapan

pengumpula wawancara

etika bisnis

islam dalam zahroh

n

islam masih

perdagangan

penelitian

sapi di pasar

lapangan.

itu

hewan

Berupa

dikarenakan

pasirian

observasi,

kurangnya

wawancara

pengetahua

data dengan
pembeli.

kurang, hal

dan

n

dokumentas

bisnis bagi

i.

para

Teknik

etika

analisis data

pedagang

menggunak

dan

an

pemikiran

tenik

analisis

mereka

model

bahwa

interaktif.

berdagang
hanyalah
mencari
keuntungan
.

H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dengan demikian pendekatan yang diambil adalah pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah pendekatan penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih
menekankan makna daripada generalisasi.
2. Tempat Penelitian
Objek penelitian para pedagang makanan dan minuman di sekitar
kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung.
3. Instrumen Pengumpulan Data
Pada dasarnya ada tiga teknik pengumpulan data yang lazim
digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi, wawancara dan
studi dokumentasi.
1. Observasi

Observasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah observasi
terlibat yang dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu pengamatan
deskriptif, pengamatan terfokus dan pengamatan selektif.
2. Studi dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumbersumber non-insani yakni berupa dokumen-dokumen atau arsip-arsip
yang terkait dengan fokus dan sub fokus penelitian.
3. Wawancara
Wawancara yang dilakukan yaitu dengan cara wawancara yang
mendalah (indepth interview), yaitu penggalian data secara
mendalam terhadap satu topik dengan pertanyaan terbuka.
4. Teknik analisis data
a. Analisis data sebelum di lapangan
Analisis data sekunder yang didapatkan sebelum peneliti masuk
ke lapangan, yang bertujuan untuk menentukan fokus penelitian.
b. Analisis data di lapangan model Miles dan Huberman
Miles dan Huberman mengemukakan tida tahapan yang harus
dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatatif, yaitu
reduksi data, paparan data dan penarika kesimpulan/verifikasi.7

I. Daftar Pustaka
Badroen, Faisal. (2015). Etika Bisnis dalam Islam. (Jakarta: Kencana)
Barus, Elida Elfi dan Nuraini. (2016). “Implementasi Etika Bisnis Islam
(Studi Pada Rumah makan Wong Solo Medan)”. jurnal perspektif ekonomi
islam Vol. 2 No. 2.
Farid, Muhammad dan Amilatuz Zahroh,. (2015). “Analisis Penerapan Etika
Bisnis Islam Dalam Perdagangan Sapi di Pasar Hewan Pasirian”.
Iqtishoduna Vol. 6 No 2.

7

Rokhmat Subagiyo, Metode Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: Alim’s Publishing,
2017), hal. 190-191.

Rivai, Veithzal. (2012). Islamic Business and Economic Ethic. (Jakarta: PT
Bumi Aksara)
Subagiyo, Rohkmat. (2017). Metode Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta:
Alim’s Publishing.
Wahyu Mijil Sampurno. (2016). “Penerapan Etika Bisnia Islam dan
Dampaknya Terhadap Kemajuan Bisnis Industri Rumah Tangga”. journal
of Islamic Economics Lariba Vol. 2.