jaring pengaman pemerintah. Ini sangat penting, oleh karena itu bank memiliki tata kelola perusahaan yang kuat.
5. Kepemilikan Publik
Kepemilikan publik dapat dilihat sebagai suatu perbanding antara jumlah saham yang dimiliki oleh pihak dalam atau manajemen
insider dengan jumlah saham yang dimiliki oleh pihak luar outsider. Penelitian yang dilakukan oleh Grant dan kirchmaier, 2004
dalam Winata galihyoga, 2012 menemukan adanya hubungan yang positif antara kepemilikan publik dengan kinerja perusahaan. Dalam
penelitiannya mereka menyatakan bahwa meningkatnya kepemilikan publik disebabkan adanya perlindungan hukum terhadap pemegang
saham dan keterbukan informasi kepada publik. Meningkatnya kepemilikan publik menunjukan adanya sistem
corporate governance
yang baik,
sehingga kepemilikan
publik diharapkan
dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Pendapat berbeda dikemukakan
oleh kustono, 2009 dalam winata galihyoga, 2012 yang menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan publik diasumsikan kepemilikan
perusahaanakan semakin tersebar, maka dapat mengakibatkan mekanisme monitoring terhadap manajer akan berkurang. Hal tersebut
akan menimbulkan asimetri informasi dan memberikan keleluasaan manajemen yang bertindak opportunis dengan mengutamakan
kepentingan pribadinya. Pada perusahaan yang kepemilikanya kurang tersebar, pemilik memiliki lebih banyak dorongan untuk memonitor
secara langsung manajemen dan pembayaran kontrak menjadi tidak terlalu penting pada perusahaan publik. Penelitian yang dilakukan oleh
Xu dan Wang, 1999 dalam winata galihyoga, 2012 menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh individupublik tidak berpengaruh
terhadap perusahaan karena representasinya yang rendah dalam Board of
Directors. Rendahnya
representasi mereka
ini akhirnya
mengakibatkan ketidak mampuan dalam melakukan monitoring terhadap kinerja perusahaan.
6. Kepemilikan Manajerial
Menurut Faisal, 2005 pemisahaan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik keagenan. Konflik
keagenan disebabkan prinsipal dan agen mempunyai kepntingan pribadi yang saling bertentangan, proporsi jumlah kepemilikan
manajerial dalam perusahaan dapat mengidentifikasi ada kesamaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham. Manajer
memperoleh kesempatan untuk terlibat dalam kepemilikan saham dengan tujuan menstarakan pemegang saham melalui kebijakan ini
diharapkan manajer dapat menghasilkan kinerja yang baik serta mangarahkan deviden pada tingkat rendah, Dewi, 2008. Dengan
menetapkan devinden rendah perusahaan memiliki laba ditahan yang tinggi sehingga memiliki sumber dana internal relatif tinggi untuk
membiayai investasi dimasa yang akan datang. Laba ditahan artinya
besar kecilnya deviden yang dibayar perusahaan akan mempengaruhi sumber dana internal perusahaan.
Berdasarkan teori keagenan, perbedaan dengan kepentingan antar manajer dan pemegang saham mengakibatkan timbul konflik yang
disebut
agency conflict
. Konflik kepentingan yang sangat potensial ini menyebabkan pentingnya suatu mekanisme yang diterapkan guna
melindungi pemegang saham Jensen dan Meckling, 1976. Secara teoritis ketika kepemilikan manajemen rendah, maka
insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat yang akan merugikan para pemegang saham
Siallagan dan Machfoedz, 2006. Sehingga menurut Jensen dan Meckling 1976 kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan
dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen. Dengan adanya
kepemilikan manajemen dalam sebuah perusahaan akan menimbulkan dugaan yang menarik bahwa nilai perusahaan meningkat sebagai
akibat kepemilikan manajemen yang meningkat. Kepemilikan oleh manajemen yang besar akan efektif memonitoring aktivitas perusahaan
Permanasari, 2010. 7.
Kepemilikan Institusional
Menurut Tarjo,2008 bahwa kepemilikan institusional merupakan saham perusahaan yang dimiliki perusahaan oleh institusi atau
lembaga seperti bank, perusahaan investasi, perusahaan asuransi dan
kepemilikan institusi lain. Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena adanya kepemilikan oleh
institusional akan mendorong pengawasan yang lebih opti
mal. Monitoring
tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen
pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal.
Penelitian Smith 1996 dalam Suranta dan Midiastuty, 2004 menunjukkan bahwa aktivitas monitoring institusi dapat mengubah
struktur pengelolaan perusahaan dan dapat meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Hal ini didukung oleh Cruthley et al., dalam
Suranta dan Midiastuty, 2004 yang menemukan bahwa
monitoring
yang dilakukan institusi mampumensubstutisi biaya keagenan lain sehingga biaya keagenan menurun dan nilaiperusahaan meningkat.
Menurut Shleifer and Vishny dalam Barnae dan Rubin, 2005 bahwa
institutional shareholders
, dengan kepemilikan saham yang besar, memiliki insentif untuk memantau pengambilan keputusan perusahaan.
Begitu pula penelitian Wening 2009 Semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan
dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan. Kepemilikan institusional memiliki kelebihan antara lain:
1 Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi
sehingga dapat menguji keandalan informasi.
2 Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan
lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.
B. Penelitian Terdahulu