xvi Dilihat dari kandungan protein kasar, bungkil biji kapuk kemungkinan
dapat dijadikan sebagai sumber protein dalam pakan ternak ataupun sebagai pengganti bahan pakan sumber protein yang harganya relatif lebih mahal dan
kemungkinan penggunaannya bersaing dengan kebutuhan ternak lain. Monison 1961 cit Kiroh 1992, menyatakan bahwa bungkil biji kapuk
digunakan dalam pakan ruminansia tidak lebih dari 10. Selain memiliki kandungan nutrien yang tinggi, di dalam bungkil biji
kapuk terdapat zat anti nutrisi yaitu gosipol dan asam lemak siklopropinoid. Kandungan gosipol relatif rendah yakni 0,0032 sehingga tidak berbahaya
bagi ternak. Asam lemak siklopropinoid ini terdapat dalam biji kapuk sekitar 10-13 Sihombing dan Simamora, 1979 cit Kiroh, 1992. Selain adanya
gosipol dan asam lemak siklopropinoid juga terdapat selulosa yang terkandung di dalam bungkil biji kapuk yang dapat menurunkan daya cerna ternak,
sehingga penggunaannya sebagai bahan pakan ternak perlu dibatasi Widodo, 2005. Ternak yang keracunan gosipol atau asam lemak
siklopropinoid akan memperlihatkan gejala yang hampir sama yaitu penurunan kualitas produksi, penurunan nafsu makan, penurunan efisiensi
penggunaan pakan, penurunan bobot badan dan kadar Hb dalam darah atau berkurangnya sel darah merah dalam tubuh Widodo, 2005.
E. Konsumsi Pakan
Ternak ruminansia yang normal tidak dalam keadaan sakit atau sedang berproduksi , mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang terbatas sesuai
dengan kebutuhannya untuk mencukupui hidup pokok. Tinggi rendahnya konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor
eksternal lingkungan yang meliputi temperatur lingkungan, palatabilitas, kandungan nutrien, bentuk pakan, sedangkan faktor internal kondisi
ternak meliputi selera, status fisiologis, produksi dan bobot tubuh Kartadisastra, 1997.
Ternak ruminansia dalam kehidupannya menghendaki temperatur lingkungan yang sesuai dengan kehidupannya, baik dalam keadaan sedang
berproduksi maupun tidak. Kondisi lingkungan tersebut sangat bervariasi dan
xvii erat kaitannya dengan kondisi ternak, umur, tingkat kegemukan, bobot badan,
keadaan penutup tubuh kulit, bulu , tingkat produksi, dan tingkat kehilangan panas tubuhnya akibat pengaruh lingkungan Kartadisastra, 1997.
Apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan maka akan terjadi pula perubahan konsumsi pakannya. Konsumsi pakan ternak biasanya menurun
sejalan dengan kenaikan temperatur lingkungan. Makin tinggi temperatur lingkungan maka pada tubuh ternak akan terjadi kelebihan panas sehingga
kebutuhannya terhadap pakan akan menurun. Sebaliknya, pada temperatur lingkungan yang lebih rendah ternak akan membutuhkan tambahan panas
dengan mengkonsumsi pakan lebih banyak Kartadisastra, 1997. Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan-bahan pakan sebagai
akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa
hambar, asin, manis, pahit, tekstur dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya Kartadisastra, 1997. Ternak ruminansia lebih menyukai
pakan yang memiliki rasa manis dan hambar daripada rasa asin atau pahit. Disamping itu, ternak ruminansia menyukai jenis rumput yang lebih segar
Kartadisastra, 1997. Kandungan nutrien yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan
adalah energi. Kandungan energi pakan ini berbanding terbalik dengan tingkat konsumsinya. Makin tinggi kandungan energi di dalam pakan, maka jumlah
konsumsinya akan menurun. Sebaliknya konsumsi pakan akan meningkat jika kandungan energi yang terkandung pakan rendah Kartadisastra, 1997.
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan dalam bentuk butiran misalnya hijauan yang telah dibuat pellet atau dipotong daripada hijauan
yang diberikan seutuhnya. Hal ini berkaitan erat dengan ukuran partikel yang lebih mudah dikonsumsi dan dicerna. Oleh karena itu rumput yang diberikan
sebaiknya dipotong-potong menjadi partikel yang lebih kecil dengan ukuran 3-5 cm sebelum diberikan kepada ternak Kartadisastra, 1997.
Selera sangat bersifat internal, tetapi sangat erat berkaitan dengan keadaan lapar. Pada ternak ruminansia, selera merangsang pusat saraf
xviii hypothalamus yang menstimulasi keadaan lapar. Selanjutnya ternak akan
berusaha mengatasi kondisi ini dengan cara mengkonsumsi pakan Kartadisastra, 1997.
Status fisiologis ternak ruminansia seperti umur, jenis kelamin, kondisi tubuh misalnya bunting atau dalam keadaan sakit sangat mempengaruhi
konsumsi pakannya Kartadisastra, 1997. Pada ternak ruminansia produksi dapat berupa pertambahan bobot
badan ternak potong, susu ternak perah, tenaga ternak kerja atau kulit dan buluwol. Makin tinggi produk yang dihasilkan, makin tinggi pula
kebutuhannya terhadap pakan Kartadisastra, 1997. Bobot tubuh ternak senantiasa berbanding lurus dengan tingkat
konsumsi pakannya. Makin tinggi bobot badannya, akan makin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap pakan Kartadisastra, 1997. Konsumsi bahan
kering domba lokal jantan dengan bobot badan ± 13 kg berkisar 496,08- 626,41 gramekorhari Sari, 2007.
F. Kecernaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pencernaan