Perlindungan Konsumen Tinjauan Pustaka

16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Perlindungan Konsumen

Pasal 1 Undang-Udang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menentukan bahwa perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Terdapat berbagai pengertian mengenai konsumen walaupun tidak terdapat perbedaan yang mencolok antara satu pendapat dengan pendapat lainnya. Konsumen sebagai peng-Indonesia-an istilah asing Inggris yaitu consumer, secara harfiah dalam kamus-kamus diartikan sebagai seseorang atau sesuatu perusahaan yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu. Pengertian lain konsumen adalah sesuatu atau seseorang yang mengunakan suatu persediaan atau sejumlah barang. Ada juga yang mengartikan setiap orang yang menggunakan barang atau jasa. Rajagukguk, dkk, 2000:44. Pengertian pelindungan konsumen dalam bukunya Nasution menyebutkan perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas – asas dan kaidah – kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan produk barangjasa konsumen antara penyedia dan penggunanya, dalam kehidupan bermasyarakat Nasution, 2002:38. Sedangkan menurut Sidabalok dalam bukunya Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, hukum perlindungan konsumen adalah hukum yang mengatur upaya-upaya untuk menjamin terwujudnya perlindungan hukum terhadap kepentingan konsumen Sidabalok Pardosi, 2008:44. Bentuk perlindungan kepada konsumen dapat diberikan dalam dua jenis yaitu www.akademiasuransi.org, Budi, 2012, Diakses pada tanggal 18 September 2014: 1. Perlindungan Preventif Perlindungan yang diberikan kepada konsumen pada saat konsumen tersebut akan membeli atau menggunakan atau memanfaatkan suatu barang dan atau jasa tertentu, mulai melakukan proses pemilihan serangkaian atau sejumlah barang dan atau jasa tersebut dan selanjutnya memutuskan untuk membeli atau menggunakan atau memanfaatkan barang dan jasa dengan spesifikasi tertentu dan merek tertentu tersebut. 2. Perlindungan Kuratif Perlindungan yang diberikan kepada konsumen sebagai akibat dari penggunaan atau pemanfaatan barang atau jasa tertentu oleh konsumen. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa konsumen belum tentu dan tidak perlu, serta tidak boleh dipersamakan dengan pembeli barang dan atau jasa, meskipun pada umumnya konsumen adalah mereka yang membeli suatu barang atau jasa. Dalam hal ini seseorang dikatakan konsumen, cukup jika orang tersebut adalah pengguna atau pemanfaat atau penikmat dari suatu barang atau jasa, tidak peduli ia mendapatkannya melalui pembelian atau pemberian. Konsumen masih dibedakan lagi antara konsumen dengan konsumen antara dan konsumen akhir. Konsumen antara adalah “Setiap orang yang mendapatkan barang dan jasa untuk dipergunakan dengan tujuan membuat barang dan jasa lain atau untuk diperdagangkan tujuan komersial, konsumen akhir yang dimaksud adalah pemakai, pengguna danatau pemanfaat barang danatau jasa konsumen untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga atau rumah tangganya dan tidak untuk diperdagangkan kembali Nasution, 2002:23. Rumusan dan ketentuan diatas menunjukan sangat beragamnya pengertian perlindungan konsumen. Masing-masing rumusan yang berbeda akan perlindungan konsumen tetapi memiliki maka yang hampir sama. Undang-Undang Perlindungan Konsumen UU PK telah mendifinisikan perlindungan konsumen dengan sangat jelas, perlu diperhatikan adalah kalimat “segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen ”. Upaya perlindungan konsumen di Indonesia didasarkan pada asas yang diyakini memberikan arahan dan implementasinya di tingkatan praktis. Berdasarkan Pasal 2 Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen, ada 5 lima asas perlindungan konsumen yaitu: 1. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan. 2. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil. 3. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti materiil ataupun spiritual. 4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang danatau jasa yang dikonsumsi atau digunakan. 5. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum. Berdasarkan asas tersebut maka tujuan utama dari perlindungan konsumen seperti termuat dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 : a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri. b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang dan jasa. c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen. d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi. e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha. f. Meningkatkan kualitas barang dan jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen. Tujuan perlindungan konsumen diatas juga berlaku terhadap konsumen yang menggunakan media internet. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mohammad dalam jurnal fakultas hukum Universitas Indonesia menjelaskan bahwa perlunya perlindungan konsumen yang menggunakan media internet karena banyak konsumen yang telah beralih mengunakan media internet dalam transaki bisnisnya Mohammad, 2012:7. Menurut Mohammad perlindungan konsumen dapat mencegah penipuan yang dilakukan melalui media internet. Mohammad dalam tulisanya salah satu caranya adalah memberikan penanda kepada website privat dimana sertifikasi tesebut dikeluarkan oleh pemerintah atau lembaga swasta. Tujuan dan bentuk perlindungan tersebut tentunya diharapkan untuk melindungi hak-hak konsumen. Sementara dalam penelitian yang dilakukan oleh Marheni mengungkapkan bahwa pengaturan mengenai perlindungan hak- hak konsumen pada Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik UU ITE masih belum diatur secara tegas terlebih dalam perlindungan konsumen yang mengatur secara khusus kegiatan transaksi elektronik di dunia maya cyberspace Marheni, 2013:187. Secara umum mengenai hak-hak dan kewajiban konsumen masih mengacu pada Pasal 4 5 UU PK. Hak-hak konsumen sebagaimana diatur dalam Pasal 4 UU PK adalah: a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang danatau jasa; b. hak untuk memilih barang danatau jasa serta mendapatkan barang danatau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa; d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang danatau jasa yang digunakan; e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut; f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; g. hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi danatau penggantian, apabila barang danatau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Kewajiban konsumen sebagaimana diatur dalam Pasal 5 UU PK adalah: a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang danatau jasa, demi keamanan dan keselamatan; b. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang danatau jasa; c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati; d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut. Secara umum mengenai hak-hak dan kewajiban pelaku usaha masih mengacu pada Pasal 6 7 UU PK. Hak-hak pelaku usaha sebagaimana diatur dalam Pasal 6 UU PK adalah: a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang danatau jasa yang diperdagangkan; b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik; c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen; d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang danatau jasa yang diperdagangkan; e. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Kewajiban pelaku usaha sebagaimana diatur dalam Pasal 7 UU PK adalah : a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya; b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan; c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; d. menjamin mutu barang danatau jasa yang diproduksi danatau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang danatau jasa yang berlaku; e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, danatau mencoba barang danatau jasa tertentu serta memberi jaminan danatau garansi atas barang yang dibuat danatau yang diperdagangkan; f. memberi kompensasi, ganti rugi danatau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang danatau jasa yang diperdagangkan; g. memberi kompensasi, ganti rugi danatau penggantian apabila barang danatau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. Berdasarkan hak dan kewajiban konsumen dan para pelaku sesuai dengan apa yang telah dituliskan diatas dapat menjadi acuan bagi konsumen dalam menggunakan website privat. Secara rinci UU ITE tidak menuliskan hak dan kewajiban bagi konsumen dan para pelaku usaha. Apabila konsumen merasa dirugkin maka konsumen dapat menuntut ganti rugi, kepada pelaku usaha. Sebagaimana diatur dalam Pasal 19 UU PK: 1. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. 2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang danatau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan danatau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Pemberian gantirugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 tujuh hari setelah tanggal transaksi. 4. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan. 5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen.

2. Transaksi Elektronik