Ekonomi DAMPAK PERISTIWA CAROK TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA PELAKU CAROK DI KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

62

BAB 6. DAMPAK PERISTIWA CAROK TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA PELAKU CAROK DI KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

2000-2015 Tindakan carok yang dianggap sebagai solusi dalam menyelesaikan konflik yang dialami seseorang ataupun sekelompok orang akibat pelecehan harga diri, ternyata tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi, namun menimbulkan adanya masalah baru. Segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh manusia memiliki dampak masing-masing, termasuk tindakan carok yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Madura. Dampak peristiwa carok bagi pelakunya adalah apabila pelakunya berstatus tersangka, maka ia harus menjalani hukuman penjara sesuai dengan putusan hukuman yang telah ditetapkan. Namun, apabila pelakunya berstatus korban, maka ia dapat mengalami luka, cacat, ataupun kematian. Oleh sebab itu, peristiwa carok yang terjadi dapat merugikan diri-sendiri maupun orang lain. Dampak akibat peristiwa tersebut juga dirasakan oleh pihak keluarga pelaku carok. Berdasarkan analisis data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian lapangan, dampak yang dirasakan oleh keluarga pelaku carok yang telah terjadi di Kabupaten Bondowoso adalah: 1 ekonomi; 2 kesenjangan sosial; 3 konflik baru.

5.1 Ekonomi

Kesulitan ekonomi begitu dirasakan oleh keluarga pelaku carok, terlebih apabila pelaku carok baik tersangka maupun korban adalah mereka yang menjadi tulang punggung keluarga. Secara otomatis, apabila tersangka sedang menjalani hukuman penjara selama bertahun-tahun, atau sang korban mengalami lumpuh ataupun kematian, maka pemasukan keuangan keluarga semakin merosot akibat kehilangan tulang punggung keluarga yang menjadi satu-satunya sumber penghasilan keuangan mereka. Kondisi ini jelas akan mempengaruhi keadaan ekonomi keluarga. Dalam hal ini kadangkala seseorang yang telah kehilangan pasangan hidup suami akan mengalami tekanan mental, sehingga tidak mampu lagi mencari solusi dalam mengatasi masalah ekonomi. Menghadapi situasi yang sedemikian sulit, membuat sebagian dari keluarga pelaku carok mengalami hari-hari yang semakin berat, seolah melalui dan menemukan jalan buntu, tidak tahu harus bagaimana dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, sehingga tidak dapat dipungkiri lagi apabila timbul perasaan putus asa dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Tidak hadirnya suami sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah, seorang istri yang telah ditinggalkan suaminya selama menjalani hukuman penjara, ataupun seorang istri yang telah terpisah dari suaminya akibat menjadi korban peristiwa carok yang telah meregang nyawa, mereka terpaksa mengambil keputusan dan bertanggung jawab sendiri, termasuk menjalani kewajiban ganda yaitu mencari nafkan bagi dirinya dan keluarga, juga mengurus keperluan rumah. Contoh kasus seperti istri Pak Jatim dan Pak Abdullah tersangka pelaku carok tahun 2013, mereka bekerja sebagai pencari rumput dan beberapa pekerjaan lain yang dikategorikan musiman. Penghasilan perhari tidak menentu dan penghasilan yang akan ia peroleh besok tidak dapat ditebak. Berbagai pekerjaan kecil-kecilan terpaksa dilakoninya demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bagi beberapa perempuan, penyesuaian terhadap kehilangan suami meliputi perubahan terhadap konsep diri mereka. Peran penting sebagai seorang istri tidak akan ada lagi dalam kehidupan mereka, terlebih setelah suaminya meninggal dunia. Oleh karena itu, secara emosional seorang istri yang telah ditinggalkan suaminya ataupun menjadi seorang janda, mereka kehilangan dukungan dan pelayanan dari orang yang dekat dengannya, dampak dari kondisi itu menjadikan sang istri serta keluarga mengalami depresi, meningkatnya konsultasi medis, kasus rawat inap di rumah sakit, terlebih kesulitan ekonomi begitu dirasakan keluarga pelaku carok.

5.2 Kesenjangan Sosial