Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Telapak Tangan

(1)

PENENTUAN TINGGI BADAN BERDASARKAN

PANJANG TELAPAK TANGAN

TESIS

ISMURRIZAL 057113001/ IKF

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I

ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

HALAMAN PERSETUJUAN Judul Penelitian

PENENTUAN TINGGI BADAN BERDASARKAN

PANJANG TELAPAK TANGAN

Oleh ISMURRIZAL 057113001/ IKF

Telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarikan.

Medan, Disetujui,

Dosen Pembimbing

dr. H. Guntur Bumi Nasution Sp.F NIP : 195103021989031001


(3)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Riwayat Pribadi

Nama : dr. Ismurrizal SH

NIM : 057113001/ IKF

Tempat/Tanggal lahir : Medan, 18 Desember 1968

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jln. Manggis No. 21 Medan 20114

Riwayat Pendidikan

1. SD : Lulus 1981 2. SMP : Lulus 1984 3. SMA : Lulus 1987

4. Universitas : FK- UISU Lulus 2000 5. Universitas : FH-UNPAB Lulus 2009 Riwayat Pekerjaan

Pegawai Swasta : dokter praktek umum PT Poli Pos Indonesia (Persero), Medan Riwayat Keluarga

Nama orang tua ayah : H. Abdullah Muhammad ibu : Hj. Sofia


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalammualaikum, ww.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan Berkat dan RahmatNYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian/ Tessis

yang berjudul “PENENTUAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJANG TELAPAK TANGAN” sebagaimana telah direncanakan sebelumnya dan dalam keadaan sehat wal afiat.

Sebagaimana telah ditetapkan, bahwa Penelitian/ Tesis ini merupakan suatu syarat mutlak dalam upaya penyelesaian tugas akhir Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan. Dengan ikut menyertakan para mahasiswa yang sedang menjalani kepaniteraan klinik senior (KKS) di bagian Ilmu Kedokteran

Forensik dan Medikolegal FK-USU/ RSU Provinsi. H. Adam Malik dan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, sebagai subjek Penelitian/ Tesis tersebut.

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dengan rasa bangga dan penuh hormat, rasa terima kasih ini juga penulis haturkan kepada orang tua tercinta, dan seluruh keluarga, atas ketabahan dan doa restu dalam upaya penulis mencapai akhir dari proses panjang tesis ini.

2. Kepada dr. H. Guntur Bumi Nasution SpF dan Prof. dr. H. Amri Amir, SpF (K), SH, DFM, SpAK, sebagai pembimbing utama dan pembimbing

kedua, yang telah meluangkan waktu, pemikiran serta doa selama proses pelaksanaan tesis ini.

3. Kepada dr. Arlinda Sri Wahyuni MKes sebagai staff dosen pembimbing metodelogi penelitian dan statistik FK-USU yang telah membimbing penulis dalam hal pengolahan data penelitian.


(5)

4. Kepada para dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK-USU yang turut serta memberikan sumbangsih ilmunya. 5. Penghargaan yang setinggi-tingginya juga penulis sampaikan kepada semua

responden (subjek penelitian), atas kesediaan dan keterlibatan untuk menjadi sampel penelitian.

6. Serta terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh rekan sejawat (PPDS), staf pegawai di bagian Kedokteran Forensik FK-USU/ RSU Provinsi H. Adam Malik dan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, yang juga telah memberikan dorongan, motifasi serta doa selama penulis menjalankan Penelitian/ Tesis ini.

7. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, yang telah membantu proses pendidikan dan selesainya Penelitian/ Tesis ini penulis juga haturkan rasa terima kasih.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan kita dan selalu melimpahkan rahmatNYA kepada kita semua.

Medan, Penulis


(6)

KATA PENGANTAR

Seorang ahli kedokteran forensik di dalam peranan dan tugas fungsinya sebagai warga negara yang baik, wajib memberikan bantuan kepada penyidik guna penegakan hukum. Salah satunya adalah dalam hal melakukan identikasi. Identifikasi bertujuan menentukan/ mengenal kembali jati diri korban yang mungkin sudah tidak utuh lagi (misalnya oleh karena pembusukan dan mutilasi).

Ada beberapa teknik dan cara dalam melakukan identifikasi, antara lain dalam hal menentukan tinggi badan seseorang dengan melakukan pengukuran pada bagian tubuh korban yang tidak utuh lagi. Identifikasi dengan cara ini telah banyak dilakukan oleh pakar-pakar kedokteran forensik, sejak dahulu kala. Pada kesempatan ini, penulis mencoba untuk menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan guna menentukan tinggi badan, jika hanya didapati bagian tubuh (telapak tangan) korban yang masih utuh. Dan penulis juga mencoba menciptakan suatu rumusan baku yang dapat dmembantu dalam menentukan tinggi badan seseorang (korban).

Adapun subjek yang penulis gunakan adalah telapak tangan dari subjek hidup. Dengan harapan, setelah didapatkan rumusan baku dan diuji kelayakannya, dapat dipergunakan dalam menentukan tinggi badan pada orang yang sudah meninggal dunia, yang tidak utuh lagi. Dan dalam penelitian ini, penulis tetap berpegangan pada prinsip-prinsip dasar penelitian yaitu, kejujuran, etika penelitian dan ilmu pengetahuan.

Kiranya penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


(7)

ABSTRAK

Kasus mutilasi, semakin sering kita jumpai, dalam kondisi tubuh korban yang terpotong-potong. Sebagai seorang Ahli Kedokteran Forensik maka sangatlah dibutuhkan suatu perhitungan untuk menentukan tinggi badan korban tersebut, guna pengungkapan peristiwa tindak pidana.

Ada banyak cara yang dapat dilakukan menentukan tinggi badan seseorang, diantaranya adalah dengan melakukan pengukuran terhadap bagian-bagian tubuh manusia. Berbagai macam formula juga telah dirumuskan oleh para ahli kedokteran forensic dan antropologi tentang perkiraan tinggi badan misalnya, yang dikemukakan oleh Trotter – Glesser (tahun 1952, 1958).

Atas dasar tersebut maka tercetus suatu pemikiran, apakah hal ini juga dapat dilakukan terhadap panjang tulang telapak tangan, guna menentukan panjang badan seseorang, dan untuk membuktikannya maka dilakukan suatu penelitian terhadap subjek penelitian orang hidup (laki-laki dan perempuan) sebanyak 261 orang. Dengan menggunakan metode penelitian yang bersifat sekat lintang (cross sectional) dan uji statistik Pearson Correlation agar dapat diperoleh suatu khorelasi antara panjang telapak tangan dengan tinggi badan seseorang.


(8)

ABSTRAC

The case of mutilation, the more often we meet, in the condition of the victim's body is cut into pieces. As a Forensic Medicine Expert so desperately needed a calculation to determine the heights of these victims, in order disclosure of criminal events.

There are many ways that can be done to determine a person's height, such as by measuring the human body parts. Various formulas have also been formulated by medical experts and forensic anthropology of the estimated height for example, proposed by Trotter - Glesser (1952, 1958).

On the basis of the then blaze a thought, whether this is also made to the long bones of your hand, in order to determine the length of one's body, and to prove it then conducted an investigation of persons living research subjects (male and female) total of 261 people. By using research methods that are bulkhead latitude (cross sectional) and Pearson Correlation statistic test to get the khorelasi between the length of your palm with a person's height.

Keywords: Formula, Long palms and research methods,


(9)

Nomor Judul Halaman

Gambar.2.1 Gambar Papan osteometri dan antropometer menurut Martin. . 3 Gambar.2.2 Gambar Dataran frankfurt. ... 4 Gambar.2.3 Gambar Anatomi kerangka tubuh manusia tampak

depan dan belakang. ... 5 Gambar.2.4 Gambar Kaliper geser/ sorong... 6 Gambar.2.5 Gambar pengukuran tinggi badan dan

titik anatomis lainnya. ... 6 Gambar.2.6 Gambar Sketsa radiologis bagian caput tulang panjang... 7 Gambar.2.7 Gambaran Komponen tulang panjang pada potongan sagital... 7 Gambar.2.8 Gambaran Penyatuan garis epifise pada

tulang-tulang kerangka... 8 Gambar.2.9 Gambar Korban mutilasi.. ... 10 Gambar.2.10 Gambar Struktur ruas telapak tangan.. ... 13 Gambar.5.1 Gambar Grafik linier Sebaran hubungan antara panjang

telapak kanan dengan tinggi badan. ... 31 Gambar.5.2 Gambar Grafik linier Sebaran hubungan antara panjang

telapak kiri dengan tinggi badan. ... 32


(10)

Nomor Judul Halaman

2.1 Tabel Gambaran derajat garis epifise... 9

2.2 Tabel Perkiraan rata-rata kehilangan tulang rawan... 13

2.3 Tabel Formula Karl Pearson untuk laki-laki dan perempuan ... 14

2.4 Tabel Formula Trotter-Glesser (1952). ... 15

2.5 Tabel Formula Trotter-Glesser (1958).. ... 17

2.6 Tabel Formula Modifikasi Trotter-Glesser ... 17

2.7 Tabel Formula Dupertuis dan Hadden. ... 18

2.8 Tabel Formula Telkka. ... 19

2.9 Tabel Formula Parikh... 19

2.10 Tabel Formula Mohd. Som dan Syed Abdul Rahman. ... 20

2.11 Tabel Formula Antropologi Ragawi UGM ... 20

2.12 Tabel Formula Djaja Surya Atmadja ... 21

2.13 Tabel Formula Amri Amir (1) ... 22

2.14 Tabel Formula Amri Amir (2)... 22

2.15 Tabel Formula Amri Amir (3)... 23

2.16 Tabel Formula Amri Amir (4)... 23

2.17 Tabel Formula perkalian penentuan tinggi badan di India ... 23

5.1 Tabel Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin ... 28

5.2 Tabel Sebaran responden menurut ukuran tinggi badan panjang telapak tangan kanan dan kiri ... 28


(11)

5.3 Tabel Hubungan panjang telapak tangan kanan dengan tinggi badan .. 29 5.4 Tabel Hubungan panjang telapak tangan kiri dengan tinggi badan ... 29 5.5 Tabel Regresi hubungan panjang telapak tangan kanan dengan

tinggi badan... 29 5.6 Tabel Regresi hubungan panjang telapak tangan kiri dengan

tinggi badan... 31 5.7 Tabel Perbandingan panjang telapak tangan kanan – kiri

antara kaki-laki dengan perempuan ... 32 5.8 Tabel Hubungan panjang telapak tangan kanan dan kiri dengan tinggi

badan pada laki-laki ... 32 5.9 Tabel Hubungan panjang telapak tangan kanan dan kiri dengan tinggi

badan pada perempuan... 33 5.10 Tabel Regresi hubungan panjang telapak tangan kanan dengan tinggi

badan menurut jenis kelamin (pria) ... 33 5.11 Tabel Regresi hubungan panjang telapak tangan kiri dengan tinggi badan menurut jenis kelamin (pria) ... 33 5.12 Tabel Regresi hubungan panjang telapak tangan kanan dengan tinggi

badan menurut jenis kelamin (perempuan) ... 34 5.13 Tabel Regresi hubungan panjang telapak tangan Kiri dengan tinggi badan menurut jenis kelamin (perempuan)... 34


(12)

Lembar Persetujuan i

Daftar Riwayat Hidup ii

Ucapan Terima Kasih iii

Kata Pengantar v

Abstrac vi

Abstrak vii Daftar Gambar viii

Daftar Table ix

Daftar Isi xi

BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 2

1.3. Hipotesis 2

1.4. Tujuan Penelitian 2

1.5. Manfaat Penelitian 2

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Antropometri 3

2.2. Struktur Tinggi Tubuh Manusia 4

2.3. Pertumbuhan Tulang 6

2.4. Mutilasi 10

2.5. Identifikasi Tulang 10

2.6. Perkiraan Tinggi Badan 11

Bab 3 Kerangka Konsep Penelitian dan Difinisi Oprasional 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 24

3.2. Difinisi Oprasional 24

Bab 4 Metodologi Penelitian 4.1. Rancangan Penelittian 25


(13)

4.3. Populasi dan Sampel 25

4.4. Variable Penelitian 26

4.5. Bahan dan Alat Penelitian 26

4.6. Prosedur Pengumpulan data dan Analisa data 27 Bab 5 Hasil Penelitian dan Pembahasan

5.1. Hasil Penelitian 28

5.2. Pembahasan 35

Bab 6 Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan 36

6.2 Saran 36

Daftar Pustaka 37

Lampiran :

1. Lembar Penjelasan kepada Subjek Penelitian 40

2. Lembar Persetujuan Subjek Penelitian 41

3. Tabel Induk Data Pengukuran Hasil Subjek Penelitian 42 4. Tabel - Tabel dan Grafik-Grafik Visualisasi Komputer 47 5. Surat Persetujuan Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan FK-USU 59


(14)

ABSTRAK

Kasus mutilasi, semakin sering kita jumpai, dalam kondisi tubuh korban yang terpotong-potong. Sebagai seorang Ahli Kedokteran Forensik maka sangatlah dibutuhkan suatu perhitungan untuk menentukan tinggi badan korban tersebut, guna pengungkapan peristiwa tindak pidana.

Ada banyak cara yang dapat dilakukan menentukan tinggi badan seseorang, diantaranya adalah dengan melakukan pengukuran terhadap bagian-bagian tubuh manusia. Berbagai macam formula juga telah dirumuskan oleh para ahli kedokteran forensic dan antropologi tentang perkiraan tinggi badan misalnya, yang dikemukakan oleh Trotter – Glesser (tahun 1952, 1958).

Atas dasar tersebut maka tercetus suatu pemikiran, apakah hal ini juga dapat dilakukan terhadap panjang tulang telapak tangan, guna menentukan panjang badan seseorang, dan untuk membuktikannya maka dilakukan suatu penelitian terhadap subjek penelitian orang hidup (laki-laki dan perempuan) sebanyak 261 orang. Dengan menggunakan metode penelitian yang bersifat sekat lintang (cross sectional) dan uji statistik Pearson Correlation agar dapat diperoleh suatu khorelasi antara panjang telapak tangan dengan tinggi badan seseorang.


(15)

ABSTRAC

The case of mutilation, the more often we meet, in the condition of the victim's body is cut into pieces. As a Forensic Medicine Expert so desperately needed a calculation to determine the heights of these victims, in order disclosure of criminal events.

There are many ways that can be done to determine a person's height, such as by measuring the human body parts. Various formulas have also been formulated by medical experts and forensic anthropology of the estimated height for example, proposed by Trotter - Glesser (1952, 1958).

On the basis of the then blaze a thought, whether this is also made to the long bones of your hand, in order to determine the length of one's body, and to prove it then conducted an investigation of persons living research subjects (male and female) total of 261 people. By using research methods that are bulkhead latitude (cross sectional) and Pearson Correlation statistic test to get the khorelasi between the length of your palm with a person's height.

Keywords: Formula, Long palms and research methods,


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Seiring dengan perkembangan zaman dan perjalanan waktu, ilmu kedokteran forensik terus berkembang menjadi suatu ilmu yang universal karena meliputi berbagai aspek ilmu pengetahuan. Salah satu bidang penting dalam ilmu kedokteran forensik yaitu, identifikasi (suatu usaha untuk mengenal kembali siapa korban/ orang yang diperiksa).1

Alfonsus Bertillon yang seorang dokter berkebangsaan Prancis (1854-1914) pertama sekali memperkenalkan pengetahuan identifikasi secara ilmiah dengan cara memanfaatkan ciri umum seseorang, seperti ukuran antropometri, warna rambut, mata dan lain sebagainya.2

Kasus mutilasi yang sering terjadi, selain dijumpai potongan tubuh korban pada bagian kepala dari leher, leher dari badan, atau pada setiap persendian anggota gerak, kemungkinan juga akan dapat kita jumpai anggota tubuh tangan yang terpisah dari lengan, hal ini dilakukan untuk menghilangkan identitas si korban. Sehingga sangatlah diperlukan keahlian khusus dalam penilaian terhadap cara/ teknik mengukur anggota tubuh tersebut dan menentukannya sebagai perkiraan panjang badan/ tinggi badan korban sewaktu masih hidup.3

Dalam keadaan termutilasi, penentuan panjang/ tinggi badan seseorang, juga dapat dilakukan melalui beberapa pengukuran. Beberapa penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang pernah dilakukan oleh ahli kedokteran Forensik dan Medikolegal. Antara lain, Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Tulang Panjang dan Ukuran Beberapa Bagian Tubuh, pernah diteliti oleh Amir . A. 1989,4 Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Formula G. S. Kler dan Dengan Menentukan Tinggi Hidung, pernah diteliti oleh Ritonga. M, 1992 5


(17)

Berdasarkan uraian di atas dan beberapa litelatur bacaan yang telah dibaca, peneliti melihat bahwa sejauh ini belum ada dilakukan suatu penelitian untuk menentukan tinggi badan pada manusia, dengan mengukur panjang telapak tangan di kota Medan. Hal ini sangat memiliki arti penting bagi ilmu pengetahuan (umumnya) serta ilmu kedokteran forensik dan proses peradilan (khususnya), terutama dalam hal identifikasi. Oleh karena itulah, maka peneliti terinspirasi untuk melakukan penelitian ini.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Apakah tinggi badan manusia dapat ditentukan dengan mengukur panjang telapak tangan ?

1.3. HIPOTESA

Ada khorelasi (hubungan) antara panjang telapak tangan dengan tinggi badan. 1.4. TUJUAN PENELITIAN

1.4.1 Tujuan umum

Menentukan tinggi badan berdasarkan pengukuran panjang telapak tangan. 2.4.1 Tujuan Khusus

Untuk menentukan jenis kelamin berdasarkan pengukuran panjang telapak tangan

1.5. MANFAAT PENELITIAN

1.5.1 Membantu kinerja dokter dan ahli kedokteran forensik, sebagai salah satu cara dalam memperkirakan tinggi badan baerdasrkan panjang telapak tangan untuk identifikasi pada peristiwa mutilasi atau bombing (korban yang tidak utuh).


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANTROPOMETRI

Johan Sigismund Elsholtz adalah orang pertama yang menggunakan istilah antropometri dalam pengertian sesungguhnya (tahun 1654). Ia adalah seorang ahli anatomi berkebangsaan Jerman. Pada saat itu ia menciptakan alat ukur yang disebut “anthropometron”, namun pada akhirnya Elsholtz menyempurnakan alat ukurnya dan inilah cikal bakal instrumen atau alat ukur yang sekarang kita kenal sebagai antropometer. (Gambar 2.1 ).6

(A) (B)

Gambar 2.1: (A). Papan Osteometri.6 (B). Antropometer menurut Martin.6

Pada abad 19, penelitian di bidang antropometri mulai berkembang dari perhitungan sederhana menjadi lebih rumit, yaitu dengan menghitung indeks. Indeks adalah cara perhitungan yang dikembangkan untuk mendeskripsikan bentuk (shape) melalui keterkaitan antar titik pengukuran. Perhitungan indeks, titik pengukuran dan cara pengukuran berkembang pesat yang berdampak pada banyaknya variasi cara klasifikasi. Hal ini berdampak pada tidak adanya standarisasi, terutama pada bidang osteometri (pengukuran tulang-tulang).7 Ini membuat para ahli tidak bisa membandingkan hasil penelitiannya karena standar pengukuran dan titik pengukuran serta indeks yang berbeda-beda.6


(19)

Upaya standarisasi mulai dilakukan pada pertengahan abad 19 berdasarkan studi Paul Broca yang mana upaya tersebut telah telah dilakukan sejak awal 1870-an, dan kemudian disempurnakan melalui kongres ahli antropologi Jerman pada 1882 di Frankfurt yang kemudian dikenal sebagai “Kesepakatan Frankfurt”, yaitu menentukan garis dasar posisi kepala atau kranium ditetapkan sebagai garis “Frankfurt Horizontal Plane” atau “Dataran Frankfurt”. (Gambar 2.2).6

Gambar 2.2 : Dataran Frankfurt.6

Garis C adalah Dataran Frankfurt Yang merupakan bidang horizontal sejajar dengan dasar/ lantai yang melalui titik paling bawah pada satu lekuk mata (umumnya paling kiri) dan titik paling atas pada dua lubang telinga luar (porion pada tengkorak, tragion pada manusia hidup). Dataran ini merupakan patokan penilaian dan pengukuran baik pengukuran tinggi badan maupun pengukuran sudut.Perkembangan berikutnya dibuat oleh antropologi Jerman lainnya yaitu Rudolf Martin yang pada tahun 1914 penerbitkan buku yang berjudul “Lehrbuch der Anthropologie”. Selanjutnya pada tahun 1981 bersama Knussmann, Rudolf Martin memperbaharui buku tersebut.6


(20)

Struktur tubuh manusia disusun atas berbagai macam organ yang tersusun sedemikian rupa satu dengan lainnya, sehingga membentuk tubuh manusia seutuhnya, dan kerangka adalah struktur keras pembentuk tinggi badan. (Gambar 2.3).8

Gambar 2.3 : Anatomi kerangka tubuh manusia tampak depan dan belakang.8 Proses pertumbuhan dimulai sejak terjadi konsepsi dan berlangsung terus-menerus sampai umur dewasa, kemudian stabil dan pada usia relatif tua akan kembali berkurang. Pada saat sesudah dilahirkan, umur dapat diperkirakan sesuai golongan pertumbuhan dan perkembangan badan, antara lain bayi, balita, anak-anak, dewasa muda. Pada janin, bayi baru lahir dan anak-anak sampai masa puber, umur dapat ditentukan berdasarkan tinggi (panjang) dan berat badan. Beberapa faktor harus dipertimbangkan antara lain keturunan, bangsa, gizi dan lain-lain. Namun pada orang dewasa tua penentuan umur berdasarkan tinggi badan dan berat badan tidak dapat dipergunakan lagi.9


(21)

Dalam rangka membangun/ membentuk tinggi tubuh manusia, maka tubuh dibangun atas struktur susunan tulang-tulang/ kerangka yang terikat/ terkait satu sama lainnya, dengan demikian maka tinggi tubuh manusia akhirnya dapat diukur. Pengukuran tinggi badan manusia umumnya diukur dalam satuan centimeter (cm), ini juga didasari atas formula tentang perkiraan tinggi badan yang sudah ada, dan alat ukur yang digunakan umumnya adalah antropometer ataupun alat ukur lainnya (seperti kaliper geser/ sorong). (Gambar 2.4).10

Gambar 2.4 : Kaliper geser/ sorong.10

Tinggi badan diukur pada saat berdiri secara tegak lurus dalam sikap anatomi. Kepala berada dalam posisi sejajar dengan dataran Frankfurt. Tinggi badan adalah hasil pengukuran maksimum panjang tulang-tulang secara paralel yang membentuk poros tubuh (The Body Axix), yaitu diukur dari titik tertinggi di kepala (cranium) yang disebut Vertex, ke titik terendah dari tulang kalkaneus (the calcanear tuberosity) yang disebut heel. (Gambar 2.5).10


(22)

Gambar 2.5: Pengukuran tinggi badan dan tinggi titik anatomis lainnya.6

2.3. PERTUMBUHAN TULANG

Kerangka merupakan organ penyangga tubuh kita sehingga tubuh dapat berdiri tegak. Ada sekitar 206 jumlah tulang manusia dewasa yang membentuk bangun tubuh manusia. Sedangkan pada anak-anak jumlah tersebut sebenarnya lebih dari 300 tulang. Proses pertumbuhan anak-anak (bayi) menjadi dewasa menyebabkan terjadinya penyatuan beberapa tulang sehingga ketika dewasa jumlahnya menjadi lebih sedikit.11

Tempat dimana dua tulang atau lebih saling berhubungan dinamakan sendi. Beberapa sendi tidak mempunyai pergerakan, namun beberapa sendi lainnya ada yang memiliki gerakan sedikit dan banyak. Mengukur tinggi badan adalah mengukur tubuh yang dibentuk oleh tulang yang dihubungkan dengan sendi.12

Struktur dasar tulang pada umumnya terdiri atas epifise, metafise dan diafise. (Gambar 2.6 dan 2.7).13


(23)

Gambar 2.6: Sketsa radiologis bagian caput tulang panjang.13

Gambar 2.7 : Komponen tulang panjang pada potongan sagital.14

Epifise adalah pusat kalsifikasi pada ujung-ujung tulang, metafise adalah bagian diafisis yang berbatasan dengan lempeng epifiseal, dan diafise sendiri adalah pusat pertumbuhan tulang yang ditemukan pada batang tulang. Pada tulang-tulang panjang ekstremitas (alat gerak) terjadi perkembangan secara osifikasi endokondral, dan osifikasi ini merupakan proses lambat dan tidak lengkap dari mulai dalam kandungan sampai usia sekitar 18-20 tahun atau bahkan dapat lebih lama lagi. Pertumbuhan manusia dimulai sejak dalam kandungan, sampai usia kira-kira 10 tahun anak pria dan wanita tumbuh dengan kecepatan yang kira-kira sama. Sejak usia 12 tahun, anak


(24)

pria sering mengalami pertumbuhan lebih cepat dibandingkan wanita, sehingga kebanyakan pria yang mencapai remaja lebih tinggi daripada wanita.12 Pusat kalsifikasi pada ujung-ujung tulang atau dikenal dengan “Epifise Line” akan berakhir seiring dengan pertambahan usia, dan pada setiap tulang, penutupan dari garis epifise line tersebut rata-rata sampai dengan umur 21 tahun (Tabel 2.1 dan Gambar 2.8).15

Gambar 2.8 : Usia penyatuan garis epifise pada tulang-tulang kerangka.16

Hal inilah yang menjadi dasar peneliti menetapkan usia sampel penelitian (subjek penelitian) di atas 21 tahun agar tidak terjadi bias yang besar pada pengukuran, oleh karena pertumbuhan tulang yang masih berlanjut bila dilakukan di bawah usia 21 tahun. Secara teori disebutkan bahwa umumnya pria dewasa cenderung lebih tinggi dibandingkan wanita dewasa dan juga mempunyai tungkai yang lebih panjang, tulangnya yang lebih besar dan lebih berat serta massa otot yang lebih besar dan padat. Pria mempunyai lemak sub kutan yang lebih sedikit, sehingga membuat bentuknya lebih angular. Sedangkan wanita dewasa cenderung lebih pendek dibandingkan pria dewasa dan mempunyai tulang yang lebih kecil dan lebih sedikit


(25)

massa otot. Wanita lebih banyak mempunyai lemak sub kutan. Wanita mempunyai sudut siku yang lebih luas, dengan akibat deviasi lateral lengan bawah terhadap lengan atas yang lebih besar.12 Seluruh permukaan tulang, kecuali permukaan yang mengadakan persendian, diliputi oleh lapisan jaringan fibrosa tebal yang dinamakan periosteum. Periosteum banyak mengandung pembuluh darah, dan sel-sel pada permukaannya yang lebih dalam bersifat osteogenik. Periosteum khususnya berhubungan erat dengan tulang-tulang pada tempat-tempat perlekatan otot, tendon, dan ligamentum pada tulang.12

Table 2.1 : Gambaran derajat garis epifise (Epiphyseal line/ union).16

Jenis Tulang Usia (Thn) Jenis Tulang Usia (Thn)

Head of femur . 16-19. Acromion. 17-19.

Greater trochanter. 19-19. Distal femur. 17-20. Lesser trochanter. 16-19. Proximal tibia. 17-19. Head of humerus. 16-23. Proximal fibula. 16-21.

Distal humerus. 13-16. Dista tibia. 16-19.

Medial epicondyle. 16-17. Distal fibula. 16-19.

Proximal radius. 14-17. Metatarsals. 15-17.

Proximal ulna. 14-17. Iliac crest. 18-22.

Distal radius. 18-21. Primary elements pelvis. 14-16. Distal ulna. 18-21. Sternal clavicle. 23-28. Metacarpals. 14-17. Acromial clavicle. 18-21.

2.4. MUTILASI

Pada prinsipnya bahwa jenazah yang termutilasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti, akibat ledakan bom, kecelakaan pesawat terbang, termutilasi karena gigitan binatang buas serta termutilasi akibat tindak pidana pelaku mutilasi.


(26)

Dari sekian banyak kasus mutilasi, yang sering menjadi sorotan adalah mutilasi akibat tindakan kriminal (pembunuhan dengan cara mutilasi).16 Mutilasi akibat tindakan kriminal sering dihubungkan oleh beberapa ahli dengan perilaku kejahatan seksual.17 Kasus mutilasi yang pernah tercatat dan paling terkenal di London adalah “Jack The Ripper” yang terjadi pada tahun 1888, dimana pembunuhan dengan cara mutilasi tersebut merupakan kejahatan seksual yang sangat sadis, yaitu isi bagian dalam si korban dikeluarkan dan dipotong-potong oleh si pelaku.18

Identifikasi merupakan tindakan yang mutlak dilakukan terhadap jenazah yang tidak dikenal, apalagi terhadap jenazah yang termutilasi. Untuk itu peran dokter forensik dalam melakukan pemeriksaan secara maksimal sangat diharapkan.19

Gambar 2.9 : Korban mutilasi.17 2.5. IDENTIFIKASI TULANG

Upaya identifikasi pada tulang/ kerangka bertujuan untuk membuktikan bahwa tulang tersebut adalah : 1. Apakah tulang manusia atau hewan; 2. Apakah tulang berasal dari satu individu; 3. Berapakah usianya; 4. Berapakah umur tulang itu

sendiri; 5. Jenis kelamin; 6. Tinggi badan; 7. Ras; 8. Berapa lama kematian; 9. Adakah ruda paksa/ deformitas tulang; 10. Sebab kematian.20


(27)

Ada begitu banyak hal yang dapat diungkap dari pemeriksaan terhadap tulang/ kerangka, dan kenyataannya bahwa tinggi badan memiliki peranan penting dalam sebuah proses identifikasi. Pengetahuan identifikasi terhadap tulang sangat berperan tidak hanya pada saat organ tubuh hanya tinggal tulang-belulang saja, tetapi banyak hal yang dapat diungkap dari tulang/ kerangka tersebut pada saat masih dibaluti oleh jaringan otot, tendon dan kulit.21 Diantara hal yang dapat diungkapkan pada saat tulang terbalut jaringan lunak, adalah pengukuran panjang dari tulang-tulang panjang untuk mengukur tinggi badan, perkiraan usia korban juga dapat dilakukan dengan melihat gambaran garis epifise. Hal tersebut tentunya dapat dilakukan dengan mengukur tulang secara langsung pada organ tersebut ataupun dengan mengukur panjangnya organ dan melihat garis epifise melalui pemeriksaan radiologist.22

Identifikasi tulang belulang atau bagian potongan tulang maupun bagian tulang belulang yang masih dibaluti sebagian atau seluruh jaringan kulit yang diakibatkan oleh kasus mutilasi, gigitan binatang buas, maupun akibat lainnya sebaiknya tidak menggunakan satu prosedur pemeriksaan identifikasi, sangat disarankan agar semaksimal mungkin menggunakan berbagai metode identifikasi yang ada sehingga kesimpulan yang diperoleh dapat maksimal. Dalam penentuan tinggi badan juga sebaiknya demikian agar hasil maksimal maka disarankan untuk menggunakan seluruh bagian sisa jaringan yang ada dan menggunakan berbagai metode/ formula pengukuran yang ada.10

2.6. PERKIRAAN TINGGI BADAN

Berdasarkan hal tersebut, maka diyakini bahwa tinggi badan tubuh manusia diyakini erat hubungannya dengan ukuran dari panjang tulang-tulang tersebut. Disebutkan bahwa ukuran panjang tulang-tulang panjang memiliki hubungan yang signifikan dalam memperkirakan tinggi badan manusia. Sering sekali autopsi yang dilakukan oleh ahli forensik tidak dilakukan terhadap tubuh yang masih utuh, tetapi sudah dalam keadaan rusak atau terpotong-potong.23


(28)

Pada keadaan tubuh yang tidak lagi utuh, dapat diperkirakan tinggi badan seseorang secara kasar, yaitu dengan : 1

a) Mengukur jarak kedua ujung jari tengah kiri dan kanan pada saat direntangkan secara maksimum, akan sama dengan ukuran tinggi badan, b) Mengukur panjang dari puncak kepala (Vertex) sampai symphisis pubis

dikali 2, ataupun ukuran panjang dari symphisis pubis sampai ke salah satu tumit, dengan posisi pinggang dan kaki diregang serta tumit dijinjitkan, c) Mengukur panjang salah satu lengan (diukur dari salah satu ujung jari tengah

sampai ke acromion di klavicula pada sisi yang sama) dikali dua (cm), lalu ditambah lagi 34 cm (terdiri dari 30 cm panjang 2 buah klavicula dan 4 cm lebar dari manubrium sterni/ sternum),

d) Mengukur panjang dari lekuk di atas sternum (sternal notch) sampai symphisis pubis lalu dikali 3,3,

e) Mengukur panjang ujung jari tengah sampai ujung olecranon pada satu sisi yang sama, lalu dikali 3,7,

f) Panjang femur dikali 4, g) Panjang humerus dikali 6.

Bila pengukuran dilakukan pada tulang-tulang saja, maka dilakukan penambahan 2,5 sampai 4 cm untuk mengganti jarak sambungan dari sendi-sendi. Ketika sendi-sendi tidak lagi didapat, maka perhitungan tinggi badan dapat dilakukan dengan mengukur tulang-tulang panjang dengan menggunakan beberapa formula yang ada. 24

Ketebalan bagian tulang rawan yang hilang rata-rata (Martin-Saller, 1957) adalah : (Tabel 2.2).6


(29)

Tabel 2.2: Perkiraan rata-rata kehilangan tulang rawan.6

Tulang Ujung atas Ujung bawah Total Maka harus ditambah

Femur. Humerus. Tibia. Radius.

2,0 mm. 1,5 mm. 3,0 mm. 1,5 mm.

2,5 mm. 1,3 mm. 1,5 mm. 1,0 mm.

4,5 mm. 2,8 mm. 4,5 mm. 2,5 mm.

7,1 mm. 4,1 mm. 6,2 mm. 3,2 mm.

Gambar 2.10 : Struktur ruas telapak tangan.24

Bila yang diukur adalah tulang yang dalam keadaan kering, maka umumnya telah terjadi pemendekan sepanjang 2 millimeter (mm) dibanding dengan tulang yang segar, yang tentunya hal tersebut harus diperhatikan dalam melakukan penghitungan tinggi badan.22 Secara spesifik Glinka menyebutkan bahwa bila ingin merekonstruksi tinggi badan manusia ketika hidup, namun rekonstruksi dilakukan dari tulang-tulang saja maka karena tulang menjadi kering harus diperhitungkan penyusutan yang terjadi untuk tiap-tiap tulang. Pada beberapa tulang disebutkan penyusutan untuk masing-masing tulang femur sebesar 2,3-2,6 mm, humerus sebesar 1,3 mm, tibia sebesar 1,7 mm dan radius sebesar 0,7 mm.5 Dalam mencari tinggi badan sebenarnya, perlu diketahui pula bahwa rata-rata tinggi badan laki-laki lebih besar dari perempuan, maka perlu ada rumus yang terpisah antara laki-laki dan perempuan. Apabila tidak dibedakan, maka perhitungan ratio laki-laki : perempuan adalah 100:90.16


(30)

Secara sederhana pula, Topmaid dan Rollet membuat formula perkiraan tinggi badan yang kemudian dipopulerkan oleh Ewing pada tahun 1923, formula tersebut hanya memperkirakan apakah seseorang tersebut tinggi, sedang atau pendek, dan tidak memberi ukuran ketinggian yang begitu tepat. Dalam formula ini disebutkan bahwa panjang tulang humerus, femur, tibia dan tulang belakang masing-masing adalah 20%, 22%, 27% dan 35% dari pada ketinggian individu si empunya tulang tersebut.26

Di bawah ini akan ditampilkan beberapa formula yang ada tentang perhitungan perkiraan tinggi badan oleh beberapa ahli.

A. Formula Karl Pearson.6

Formula ini telah dipakai luas diseluruh dunia sejak lama (tahun 1899). Formula ini membedakan formula untuk laki-laki dan perempuan untuk subjek penelitian kelompok orang-orang Eropa (European) dengan melakukan pengukuran pada tulang-tulang panjang yang kering. (Tabel 2.2).6

Tabel 2.3: Formula Karl Pearson untuk laki-laki dan perempuan :

No Laki-laki Perempuan

1 Tinggi badan = 81.306 + 1.88 x F1.

Tinggi badan = 72.844 + 1.945 x F1.

2 Tinggi badan = 70.641 + 2.894 x HI.

Tinggi badan = 71.475 + 2.754 x H1.

3 Tinggi badan = 78.664 + 2.376 x TI.

Tinggi badan = 74.774 + 2.352 x TI.

4 Tinggi badan = 85.925 + 3.271 x RI.

Tinggi badan = 81.224 + 3.343 x R1.

5 Tinggi badan = 71.272 + 1.159 x (F1 + T1).

Tinggi badan = 69.154 + 1.126 x (F1+T1). 6 Tinggi badan = 71.443

+ 1.22 x (F1 + 1.08 x TI).

Tinggi badan = 69.154 + 1.126 x (F1 + 1.125 x T1). 7 Tinggi badan = 66.855 + 1.73

x (H1 + R1).

Tinggi badan = 69.911 + 1.628 x (H1+R1).


(31)

8 Tinggi badan = 69.788 + 2.769 x (H1 + 0.195 x R1).

Tinggi badan = 70.542 + 2.582 x (H1 + 0.281 x RI). 9 Tinggi badan = 68.397

+ 1.03 x F1 + 1.557 x HI.

Tinggi badan = 67.435 + 1.339 x F1 + 1.027 x H1.

10 Tinggi badan = 67.049 + 0.913 x F1 + 0.6 x T1 + 1.225 x HI – 0.187 x RI.

Tinggi badan = 67.469 + 0.782 x F1 + 1.12 x T1 + 1.059 x H1 – 0.711 x R1.

Nota : F1 - panjang maksimal tulang paha (femur).

H1 - panjang maksimal tulang lengan atas (humerus). R1 - panjang maksimal tulang pengumpil (radius). T1 - panjang maksimal tulang kering (tibia). B. Formula Trotter-Glesser (1952).5

Formula ini memakai subjek penelitian orang-orang Amerika kulit hitam (negro) dan kulit putih yang berusia antara 28-30 tahun baik laki-laki maupun perempuan. Pertama sekali diteliti pada tahun 1952 oleh Trotter dan kemudian disempurnakan oleh Krogman dan Iscan pada tahun 1977. (Tabel 2.4).16

Tabel 2.4: Formula Trotter-Glesser (1952).

Male Whites Male Negroes

Stature = 63.05 + 1.31 (femur + Fibula) ± 3.63 cm.

Stature = 67.77 + 1.20 (femur + fibula) ± 3.63 cm. Stature = 67.09 + 1.26

(femur + tibia) ± 3.74 cm.

Stature = 71.75 + 1.15 (femur + tibia) ± 3.68 cm; Stature = 75.50 + 2.60 fibula

± 3.86 cm.

Stature = 72.22 + 2.10 femur ± 3.91 cm.

Stature = 65.53 + 2.32 femur ± 3.94 cm.

Stature = 85.36 + 2.19 tibia ± 3.96 cm.

Stature = 81.93 + 2.42 tibia ± 4.00 cm.

Stature = 80.07 + 2.34 fibula ± 4.02 cm.


(32)

Stature = 67.97 + 1.82 (humerus + raditis) ± 4.31 cm.

Stature = 73.08 + 1.66 (humerus + raditis) ± 4.18 cm.

Stature = 66.98 +

(humerus + ulna) ± 4.37 cm.

Stature = 70.67 + 1.65 (humerus + ulna) ± 4.23 cm. Stature = 78.10 + 2.89

humerus ± 4.57 cm.

Stature = 75.48 + 2.88 humerus ± 4.23 cm. Stature = 79.42 + 3.79

radius ± 4.66 cm.

Stature = 85.43 + 3.32 radius ± 4.57 cm. Stature = 75.55 + 3.76

ulna ± 4.72 cm.

Stature = 82.77 + 3.20 ulna ± 4.74 cm.

Male Whites Male Negroes

Stature = 50.12 + 0.68 humerus + 1.17 femur + 1.15 tibia ± 3.51 cm.

Stature = 56.33 + 0.44 humerus – 0.20 radius + 1.46 femur + 0.86 tibia ± 3.22 cm. Stature = 53.20 + 1.39

(femur + tibia) ± 3.55 cm.

Stature = 58.54 + 1.53 femur + 0.96 tibia ± 3.23 cm.

Stature = 53.07 + 1.48 femur + 1.28 tibia ± 3.55cm.

Stature = 59.72 + 1.26 (femur + tibia ) ± 3.28 cm. Stature = 59.61 + 2.93 fibula

± 3.57 cm.

Stature = 59.76 + 2.28 femur ± 3.41 cm.

Stature = 61.53 + 2.90 tibia ± 3.66 cm.

Stature = 62.80 + 1.08 humerus + 1.79 tibia ± 3.58 cm. Stature = 52.77 + 1.35 humereus

+ 1.95 tibia ± 3.67 cm.

Stature = 72.65 + 2.45 tibia ± 3.70 cm.

Stature = 54.10 + 2.47 femur ± 3.72 cm.

Stature = 70.90 + 2.49 fibula ± 3.80 cm.

Stature = 54.93 + 4.74 radius ± 4.24 cm.

Stature = 64.67 + 3.08 humerus ± 4.25 cm.


(33)

± 4.20 cm. ± 4.83 cm. Stature = 57.97 + 3.36 humerus

± 4.45 cm.

Stature = 94.51 + 2.75 radius ± 5.05cm.

C. Formula Trotter-Glesser (1958).1

Formula yang dipopulerkan dalam buku Martin-Knussmann (1988) ini memakai subjek penelitian kelompok laki-laki ras mongoloid. (Tabel 2.5).6

Tabel 2.5: Formula Trotter-Glesser (1958).

No. Tinggi badan

1 2.68 X (H1) + 83.2 ± 4.3. 2 3.54 X (R1) + 82.0 ± 4.6. 3 3.48 X (U1) + 77.5 ± 4.8. 4 2.15 X (F1) + 72.6 ± 3.9. 5 2.39 X (T1) + 81.5 ± 3.3. 6 2.40 X (Fi1) + 80.6 ± 3.2. 7 1.67 X (H1 + R1) + 74.8 ± 4.2. 8 1.68 X (H1 + U1) + 71.2 ± 4.1. 9 1.22 X (F1 + T1) + 70.4 ± 3.2. 10 1.22 X (F1 + Fi1) + 70.2 ± 3.2.

Nota : Angka dengan tanda ± adalah nilai Standard Error, yang dapat dikurangi atau ditambah pada nlai yang diterima dari kalkulasi. Makin kecil SE, makin tepat taksiran menurut rumus regresi.


(34)

Merupakan formula Trotter-Glesser tahun 1952 yang dimodifikasi pada tahun 1977 oleh Krogman dan Iscan (Tabel 2.6).

Tabel 2.6: Formula Modifikasi Trotter-Glesser

WHITE MALES BLACK MALES

SE SE

3.08 Hum + 70.45 4.05 3.26 Hum + 62.10 4.43

3.78 Rad + 79.01 4.32 3.42 Rad + 81.56 4.30

3.70 Ulna + 74.05 4.32 3.26 Ulna + 79.29 4.42

2.38 Fem + 61.41 3.27 2.11 Fem + 70.35 3.94

2.52 Tib + 78.62 3.37 2.19 Tib + 86.02 3.78

2.68 Fib + 71.78 3.29 2.19 Fib + 85.65 4.08

1.30 (Fem + Tib)

+ 63.29 2.99 1.15 (Fem

+ Tib )

+ 71.04 3.53

1.42 Fem + 1.24 Tib + 59.88 2.00 0.66 Fem + 1.62 Tib + 76.13 3.49 0.93 Hum + 1.94 Tib + 69.30 3.26 0.90 Hum + 1.78 Tib + 71.29 3.49 0.27 Hum + 1.32 Fem + 1.16

Tib + 58.57

2.99 0.89 Hum + 1.01 Rad + 0.38 Fem + 1.92 Tib + 74.56

3.38

WHITE MALES BLACK MALES

SE SE

3.36 Hum + 57.97 4.45 3.08 Hum + 64.67 4.25

4.74 Rad + 54.93 4.24 3.67 Rad + 71.79 4.59

4.27 Ulna + 57.76 4.30 3.31 Ulna + 75.38 4.83

2.47 Fem + 54.10 3.72 2.28 Fem + 59.76 3.41

2.90 Tib + 61.53 3.66 2.45 Tib + 72.65 3.70

2.93 Fib + 59.61 3.57 2.49 Fib + 70.90 3.80

1.39 (Fem + Tib)

+ 53.20 3.55 1.26 (Fem + Tib)

+ 59.72 3.28

1.48 Fem + 1.28 Tib + 53.07

3.55 1.53 Fem + 0.96 Tib + 58.54 3.23 1.35 Hum + 1.95 Tib + 3.67 1.08 Hum + 1.79 Tib 3.58


(35)

52.77 0.68 Hum + 1.17 Fem +

1.15 Tib + 50.122

3.51 0.44 Hum + 0.20 Rad + 1.46 Fem + 0.86 Tib + 56.33

3.22

E. Formula Dupertuis dan Hadden.5

Merupakan formula yang didasarkan atas penelitian terhadap tulang-tulang panjang pada orang Amerika.(Tabel 2.7).16

Tabel 2.7: Formula Dupertuis dan Hadden.

Men Cm Women Cm

2.238 (Femur) + 69.089 2.317 (Femur) + 61.412

2.392 (Tibia) + 81.688 2.533 (Tibia) + 72.572

2.970 (Humerus) + 73.570 3.144 (Humerus) + 64.977 3.650 (Radius) + 80.405 3.876 (Radius) + 73.502 1.225 (Femur + Tibia) + 69.294 1.233 (Femur + Tibia) + 65.213 1.728 (Humerus +

Radius)

+ 71.429 1.984 (Humerus + Radius)

+ 55.729

1.422 (Femur) + 1.062 (Tibia)

+ 66.544 1.657 (Femur) + 0.879 (Tibia)

+ 59.259

1.789 (Humerus) + 1.841 (Radius)

+ 66.400 2.164 (Humerus) + 1.525 (Radius)

+ 60.344

1.928 (Femur) 0.568 (Humerus)

+ 64.505 2.009 (Femur) 0.566 (Humerus)

+ 57.600

1.442 (Femur) + 0.931 (Tibia) + 0.083

(Humerus) + 0.480 (Radius)

+ 56.006 1.544 (Femur) + 0.764 (Tibia) + 0.126

(Humerus) + 0.295 (Radius)

+ 57.495

F. Formula Telkka.16

Merupakan formula yang didasarkan dari pemeriksaan terhadap orang-orang Finisia (Finnish) (Tabel 2.8)


(36)

MEN SE WOMEN SE

169.4 + 2.8 (Humerus – 32.9) 5.0 156.8 + 2.7 (Humerus – 30.7) 3.9 169.4 + 3.4 (Radius – 22.7) 5.0 156.8 + 3.1 (Radius – 20.8) 4.5 169.4 + 3.2 (Ulna – 23.1) 5.2 156.8 + 3.3 (Ulna – 21.3) 4.4 169.4 + 2.1 (Femur – 45.5) 4.9 156.8 + 1.8 (Femur – 41.8) 4.0 169.4 + 2.1 (Tibia – 36.6) 4.6 156.8 + 1.9 (Tibia – 33.1) 4.6 169.4 + 2.5 (Fibula – 36.1) 4.4 156.8 + 2.3 (Fibula – 32.7) 4.5 G. Formula Parikh.26

Formula ini didasarkan atas pemeriksaan terhadap tulang-tulang kering. Tabel 2.9: Formula Parikh

No Laki-laki Perempuan

1 TB (Cm) = Humerus x 5.31 TB (Cm) = Humerus x 5.31 2 TB (Cm) = Radius x 6.78 TB (Cm) = Radius x 6.70 3 TB (Cm) = Ulna x 6.00 TB (Cm) = Ulna x 6.00 4 TB (Cm) = Femur x 3.82 TB (Cm) = Femur x 3.80 5 TB (Cm) = Tibia x 4.49 TB (Cm) = Tibia x 4.46 6 TB (Cm) = Fibula x 4.46 TB (Cm) = Fibula x 4.43 H. Formula Mohd. Som dan Syed Abdul Rahman.26

Formula hasil kajian Mohd. Som (Tahun 1990) dan Syed Abdul Rahman (Tahun 1991) di Malaysia ini didasarkan atas penelitian terhadap jenis kelamin laki-laki dari 3 suku bangsa terbesar di Malaysia (Tabel 2.10).

Tabel 2.10: Formula Mohd. Som dan Syed Abdul Rahman.

Lelaki Melayu Lelaki Cina

Y = 2.44 H + 101.6 y = 2.48 H + 101.9

Y = 1.96 R + 117.9 y = 3.05 R + 91.8

Y = 1.86 U + 119.1 y = 1.49 U + 130.0


(37)

Y = 0.93 F + 133.0 y = 1.35 F + 117.5

Y = 1.16Fi + 127.1 y = 1.68Fi + 108.5

Lelaki India Pengertian:

Y = 3.71 H + 69.3 Y = Anggaran ketinggian (cm)

Y = 5.32 R + 35.5 H = Panjang humerus (cm)

Y = 6.86 U + (-7.4) R = Panjang radius (cm)

Y = 2.72 T + 70.2 U = Panjang ulna (cm)

Y = 2.59 F + 71.3 T = Panjang tibia (cm)

Y = 2.15Fi + 92.4 F = Panjang femur (cm) I. Formula Antropologi Ragawi UGM.25

Merupakan formula perkiraan tinggi badan untuk jenis kelamin pria orang dewasa suku Jawa (Tabel 2.11).

Tabel 2.11: Formula Antropologi Ragawi UGM

Tinggi badan = 897 + 1.74 Y (femur kanan) Tinggi badan = 822 + 1.90 Y (femur kiri) Tinggi badan = 879 + 2.12 Y (tibia kanan) Tinggi badan = 847 + 2.22 y (tibia kiri) Tinggi badan = 867 + 2.19 y (fibula kanan) Tinggi badan = 883 + 2.14 y (fibula kiri) Tinggi badan = 847 + 2.60 y (humerus kanan) Tinggi badan = 805 + 2.74 y (humerus kiri) Tinggi badan = 842 + 3.45 y (radius kanan) Tinggi badan = 862 + 3.40 y (radius kiri) Tinggi badan = 819 + 3.15 y (ulna kanan) Tinggi badan = 847 + 3.06 y (ulna kiri ) Keterangan: Semua ukuran dalam satuan millimeter (mm).


(38)

J. Formula Djaja Surya Atmadja.25

Merupakan formula yang dilakukan oleh Jaya terhadap orang dewasa yang hidup, panjang tulang-tulang panjang diukur dari luar tubuh, berikut kulit di luarnya (Tabel 2.12).

Tabel 2.12: Formula Djaja Surya Atmadja

Pria : TB = 72,9912 + 1,7227 (tib) + 0,7545 (fib) (± 4,2961 cm) TB = 75,9800 + 2,3922 (tib) (± 4,3572 cm)

TB = 80,8078 + 2,2788 (fib) (± 4,6186 cm)

Wanita : TB = 71,2817 + 1,3346 (tib) + 1,0459 (fib) (± 4,8684 cm) TB = 77,4717 + 2,1889 (tib) (± 4,9526 cm)

TB = 76,2772 + 2,2522 (fib) (± 5,0226 cm) K. Formula Amri Amir.3

Formula yang dibuat oleh Prof.dr.Amri Amir pada tahun 1989 ini dibuat berdasarkan pemeriksaan terhadap orang hidup pada laki-laki dan perempuan dewasa muda (Tabel 2.13 – 2.16).

Tabel 2.13: Formula Amri Amir (1)

Rumus regresi hubungan tinggi badan dengan tulang panjang pada laki-laki dengan nilai R2 untuk masing-masing tulang :

No T u l a n g Rumus Regresi r2

1 Humerus 1.34 X H + 123.43 0.22

2 Radius 3.13 X Ra + 87.91 0.45

3 Ulna 2.88 X U + 91.27 0.43


(39)

5 Tibia 1.12 X T + 124.88 0.23

6 Fibula 1.35 X Fi + 117.20 9.29

Tabel 2.14: Formula Amri Amir (2)

Rumus regresi hubungan tinggi badan dengan ukuran beberapa bagian tubuh pada laki-laki dengan nilai R2 untuk masing-masing tulang :

No Bagian Tubuh Rumus Regresi r2

1 Rentang tangan 0.64 X RT + 56.98 0.62

2 Lengan 0.99 X L + 89.01 0.46

3 Lengan bawah 1.81 X LB + 83.65 0.52

4 Symphisis kaki 1.09 X SK + 71.59 0.62

5 Dagu vertex 2.47 X DV + 104.53 0.14

6 Clavicula 2.27 X C + 130.30 0.14

Keterangan : Panjang lengan bawah diukur jarak antara olecranon sampai ke ujung jari tangan tengah.

Tabel 2.15: Formula Amri Amir (3)

Rumus regresi hubungan tinggi badan dengan tulang panjang pada wanita dengan nilai R2 untuk masing-masing tulang:

No T u l a n g Rumus Regresi r2

1 Humerus 1.46 X H + 111.33 0.32

2 Radius 1.50 X Ra + 119.58 0.30

3 Ulna 2.85 X U + 86.75 0.46

4 Femur 0.79 X Fe + 124.67 0.17

5 Tibia 1.33 X T + 110.70 0.26

6 Fibula 1.71 X Fi + 99.20 0.36


(40)

Rumus regresi hubungan tinggi badan dengan ukuran beberapa bagian tubuh pada wanita dengan nilai R2 untuk masing-masing tulang:

No Bagian Tubuh Rumus Regresi r2

1 Rentang tangan 0.64 X RT + 53.64 0.69

2 Lengan 0.87 X L + 92.65 0.39

3 Lengan bawah 1.83 X LB + 78.36 0.44

4 Symphisis kaki 0.98 X SK + 76.92 0.56

5 Dagu vertex 0.49 X DV + 143.30 0.02

6 Clavicula 2.15 X C + 124.58 0.27

L. Formula India.

Faktor perkalian untuk menentukan tinggi badan pada orang di beberapa negara bagian India oleh beberapa peneliti India (Tabel 2.17).26

Tabel 2.17. Formula perkalian penentuan tinggi badan di India

Multiplication factors to get the stature For Bengal, bihar and

Orissa, Pan ( 1924)

For U.P Nat (1931)

For Punjabi

Siddiqui & Shah (1944) Bones

Male Female Male Male

Femur 3.82 3.8 3.7 3.6

Tibia 4.49 4.46 4.48 4.2

Fibula 4.46 4.43 4.48 4.4

Humerus 5.31 5.31 5.3 5.0

Radius 6.78 6.7 6.9 6.3


(41)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka konsep penelitian ---

---

3.2 Definisi operasional penelitian

Penilaian Definisi Cara

pemeriksaan Alat ukur Skala penelitian Satuan ukur TINGGI BADAN Tinggi badan adalah mengukur tinggi badan mulai dari puncak kepala (vertex) sampai ketumit (heel) badan berdiri tegak lurus sempurna, kepala berada dalam posisi dataran. Menggun akan alat ukur yang terbuat dari Stature 2 meter. Numerik rasio. Satuan centimeter PANJANG TELAPAK TANGAN Panjang telapak tangan adalah panjang yang diukur dari ujung jari tangan yang terjauh (gelangan terpanjang) hingga pergelangan tangan (padapermuka an tonjolan dari mata tangan kiri dan kanan

(malleolus medialis dan lateralis)

Posisi tangan di letakkan di atas meja (alas),dengan telapak tangan dalam sikap terbuka (ekstensi) serta jari jemari dirapatkan. Kaliper geser Numerik rasio. Satuan centimeter JENIS KELAMIN TINGGI BADAN PANJANG TELAPAK TANGAN


(42)

JENIS KELAMIN

Penilaian manusia atas 2 kelompok jenis kelamin.

Dengan pengamatan langsung (kondisi fisik dari kriteria sekunder) atau kartu identitas.

Kartu identitas

Jenis kelamin Pria atau jenis kelamin wanita


(43)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskritif dengan menggunakan desien penelitian cross sectional

4.2 Tempat dan waktu penelitian a. Tempat penelitian

Dilakukan di Departeman Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK USU RSU Provinsi. H. Adam Malik dan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan.

b. Waktu penelitian

Dilaksanakan dalam periode waktu 2 bulan (4 juli 2011 sampai dengan 30 Agustus 2011).

4.3 Populasi dan sampel a. Populasi

1. Populasi target

Semua kepaniteraan klinis junior kedokteran yang sedang menjalani kepaniteraan klinik di RSU Provinsi. H. Adam Malik dan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan..

2. Populasi terjangkau

Semua kepaniteraan klinis junior kedokteran yang sedang menjalani kepaniteraan klinik ilmu kedokteran forensik dan medikolegal di RSU Provinsi. H. Adam Malik dan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan .

b. Sampel

1. Kriteria sampel inklusi

a. Kepaniteraan klinis junior kedokteran yang sedang melakukan pendidikan kepaniteran klinik ilmu kedokteran forensik dan medikolegal di RSU Provinsi.


(44)

H. Adam Malik dan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, yang bersedia dijadikan sempel penelitian.

b. Kepaniteraan klinis junior kedokteran (laki-laki dan perempuan) yang berusia lebih dari 21 tahun, sehat fisik (tidak cacat) dan mental.

2. Kriteria sampel ekslusi

a. Subjek yang menggunakan penutup kepala dimana tidak dapat ijin untuk dibuka di muka orang lain (berjilbab), sehingga tidak dapat diukur tinggi badan dengan benar.

b. Subjek yang memiliki kuku-kuku pada ujung jari telapak tangan kanan dan/ atau kiri yang panjang, sehingga tidak dapat diukur panjang telapak tangan kanan dan/ atau kiri dengan benar.

3. Estimasi besar sampel.

n = (Z1-α/2 + Z1-β)2 +3 0,5 1n {(1+r) (1-r)} Dimana :

n adalah : besar sampel minimum.

Z1-α/2 adalah : nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α 5 % = 1,96 Z1-β adalah : nilai distribusi baku (tabel Z) pada β 10 % = 1,282

r adalah : perkiraan koefisien korelasi (0,2). 4. Cara pengambilan sampel

Pengambilan sampel dengan cara: Populasi total sampling 4.4 Variabel penelitian

a. Variabel independen/ bebas/ risiko :

Telapak tangan kanan dan kiri, jenis kelamin. b. Variabel dependen/ tergantung/ hasil :

Tinggi badan.


(45)

a. Bahan penelitian.

Telapak tangan kanan dan kiri dari subjek yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi.

b. Alat penelitian

1. Lembar data hasil pengukuran subjek penelitian.

2. Caliper (caliper geser) alat ukur telapak tangan yang terbuat dari logam stainless stell hardener.

3. Alat ukur tinggi badan dengan alat Stature 2 meter. 4.6 Prosedur pengumpulan data dan analisa data

a. Editing

Memeriksa ketepatan dan kelengkapan semua data yang diperoleh. Data yang belum lengkap atau ada kesalahan dilengkapi dengan mewawancarai ulang subjek penelitian.

b. Koding

Data yang telah terkumpul dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode secara manual sebelum diolah dengan computer.

c. Entri

Memasukkan data yang telah dibersihkan kedalam program computer. d. Cleaning data

Memeriksa semua data yang telah dimasukkan kedalam program computer agar tidak terjadi kesalahan dalam pemasukan data.

e. Saving

Menyimpan data untuk siap dianalisis. f. Analisa data

Data dianalisis untuk mencari chorelasi person dan regresi linier dengan menggunakan tehnik komputerisasi, menggunakan program SPSS 17.0 (Statistic Product and Service Solution), dan akan disajikan dalam tabel distribusi frekwensi.


(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL PENELITIAN

Penelitian penentuan tinggi badan berdasarkan panjang telapak tangan ini dilakukan terhadap 261 orang (91 orang laki-laki dan 170 orang perempuan) dalam periode bulan Desember 2010 sampai dengan januari 2011, dan di susun dalam tabel. Berikut ini dipaparkan perincian tabel dan data deskriptifnya.

Tabel 5.1. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin n Persentase (%)

Laki-laki 91 34.87

Perempuan 170 65.13

Total 261 100

Dari tabel 5.1 didapat distribusi subjek penelitian berdasarkan Jenis Kelamin dengan kelompok partisipasi terbanyak adalah perempuan sebanyak 170 orang (65,13 %) dan laki-laki 91 orang (34,87 %).

Tabel 5.2 Tabel sebaran responden menurut ukuran tinggi badan, panjang telapak tangan kanan dan kiri

Pengukuran n Minimum Maksimum

Tinggi badan (cm) 261 150.3 181

Telapak tangan kanan (cm) 261 15.2 19.8 Telapak tangan kiri (cm) 261 15.1 19.7

Dari tabel 5.2 didapatkan sebaran responden berdasarkan beberapa ukuran antara lain dengan perincian:


(47)

a. Tinggi badan minimum 150,3 cm dan maksimum 181 cm.

b. Panjang telapak tangan kanan minimum 15,2 cm dan maksimum 19,8 cm.

c. Panjang telapak tangan kiri minimum 15,1 cm dan maksimum 19,7 cm. Tabel 5.3 : Hubungan panjang telapak tangan kanan dengan tinggi badan

Pengukuran Pearson Correlation (r) N P

Panjang telapak tangan kanan dengan Tinggi Badan

0.680 261 < 0.0001

Dari tabel 5.3 didapatkan adanya hubungan (korelasi) yang signifikan antara tinggi badan dengan panjang telapak tangan kanan pada 261 responden dengan nilai r = 0.680

Tabel 5.4 : Hubungan panjang telapak tangan kiri dengan tinggi badan

Pengukuran Pearson Correlation (r) N p

Panjang telapak tangan Kiri dengan Tinggi Badan

0.684 261 < 0.0001

Dari tabel 5.4 didapatkan adanya hubungan (korelasi) yang signifikan antara tinggi badan dengan panjang telapak tangan kiri pada 261 responden dengan nilai r = 0.684 Tabel 5.5 Regresi hubungan panjang telapak tangan kanan dengan tinggi badan

Pengukuran B SE Beta p

Konstanta 71.395 6.044 - < 0.0001

Panjang telapak tangan kanan 5.436 0.364 0.680 < 0.0001

Dari tabel 5.5 didapatkan rumus regresi yang menunjukkan nilai hubungan yang cukup kuat antara tinggi badan dengan panjang telapak tangan kanan ,yaitu:


(48)

16.00 17.00 18.00 19.00

panjang telapak kanan

150.00 160.00 170.00 180.00

ti

n

g

g

i

b

a

d

a

n

                                                                                                                                                                                                                                                               

tb = 71.40 + 5.44 * pjtelapakkanan R-Square = 0.46

Linear Regression

Gamba r 5.1 Sebaran hubungan antara panjang telapak kanan dengan tinggi badan

Korelasi pearson = 0.680, p=0.0001 artinya ada hubungan yang kuat antara panjang telapak kanan dengan tinggi badan


(49)

Tabel 5.6 Regresi hubungan panjang telapak tangan kiri dengan tinggi badan

Pengukuran B SE Beta p

Konstanta 72.039 5.945 - < 0.0001

Panjang telapak tangan kanan 5.458 0.362 0.684 < 0.0001

Dari tabel 5.6 didapatkan rumus regresi yang menunjukkan nilai hubungan yang cukup kuat antara tinggi badan dengan panjang telapak tangan kiri, yaitu:

Tb= 72.039 + 5.458 (panjang telapak tangan kiri)

15.00 16.00 17.00 18.00 19.00

panjang telapak kiri

150.00 160.00 170.00 180.00

ti

n

g

g

i

b

a

d

a

n

                                                                                                                                                                                                                                                              

tb = 72.04 + 5.46 * pjtelapakkiri R-Square = 0.47


(50)

Gambar 5.2 Sebaran hubungan antara panjang telapak kiri dengan tinggi badan

Korelasi pearson = 0.684, p=0.0001 artinya ada hubungan yang kuat antara panjang telapak tangan kiri dengan tinggi badan

Tabel 5.7 Perbandingan panjang telapak tangan kanan – kiri antara kaki-laki dengan perempuan

Pengukuran N Mean Sd

Panjang telapak tangan kanan laki-laki 91 17.1637 0.66892 Panjang telapak tangan kanan perempuan 170 16.2918 0.65330 Panjang telapak tangan kiri laki-laki 91 16.9824 0.66359 Panjang telapak tangan kiri perempuan 170 16.1053 0.65527

Dari table 5.7 diperoleh sebaran nilai rata-rata panjang telapak tangan kanan pada laki-laki adalah 17.1637 cm, pada perempuan 16.2918 cm, sedangkan rata-rata panjang telapak tangan kiri pada laki-laki adalah 16.9824 cm dan pada perempuan adalah 16.1053 cm.

Tabel 5.8 Hubungan panjang telapak tangan kanan dan kiri dengan tinggi badan pada laki-laki

Pengukuran Pearson Correlation (r) n p

Panjang telapak tangan kanan dengan tinggi badan

0.496 91 < 0.0001

Panjang telapak tangan kiri dengan tinggi badan

0.511 91 < 0.0001

Dari tabel 5.8 didapatkan adanya hubungan (korelasi) yang tidak signifikan antara tinggi badan dengan panjang telapak tangan kanan dan kiri pada 91 responden


(51)

laki-laki dengan nilai r untuk panjang telapak tangan kanan dengan tinggi badan sebesar 0.496 dan nilai r untuk panjang telapak tangan kiri dengan tinggi badan sebesar 0.511

Tabel 5.9 Hubungan panjang telapak tangan kanan dan kiri dengan tinggi badan pada perempuan

Pengukuran Pearson Correlation (r) N p

Panjang telapak tangan kanan dengan tinggi badan

0.550 170 < 0.0001

Panjang telapak tangan kiri dengan tinggi badan

0.545 170 < 0.0001

Dari tabel 5.9 didapatkan adanya hubungan (korelasi) yang tidak signifikan antara tinggi badan dengan panjang telapak tangan kanan dan kiri pada 170 responden perempuan dengan nilai r panjang telapak tangan kanan dengan tinggi badan sebesar 0.550 dan nilai r panjang telapak tangan kiri dengan tinggi badan sebesar 0.545

Tabel 5.10 Regresi hubungan panjang telapak tangan kanan dengan tinggi badan menurut jenis kelamin (pria)

Pengukuran B SE Beta p

Konstanta 92.576 13.857 - < 0.0001

Panjang telapak tangan kanan 4.346 0.807 0.496 < 0.0001

Dari tabel 5.10 didapatkan rumus regresi yang menunjukkan nilai hubungan yang kurang kuat antara tinggi badan dengan panjang telapak tangan kiri menurut jenis kelamin (pria).


(52)

TB (laki-laki) = 92.576 + 4.346 (panjang telapak tangan kanan)

Tabel 5.11 Regresi hubungan panjang telapak tangan kiri dengan tinggi badan menurut jenis kelamin (pria)

Pengukuran B SE Beta p

Konstanta 90.576 13.685 - < 0.0001

Panjang telapak tangan kanan 4.511 0.805 0.511 < 0.0001

Dari tabel 5.11 didapatkan rumus regresi yang menunjukkan nilai hubungan yang kurang kuat antara tinggi badan dengan panjang telapak tangan kiri menurut jenis kelamin (pria).

TB (laki-laki) = 90.576 + 4.511 (panjang telapak tangan kiri)

Tabel 5.12 Regresi hubungan panjang telapak tangan kanan dengan tinggi badan menurut jenis kelamin (perempuan)

Pengukuran B SE Beta p

Konstanta 104.536 6.351 - < 0.0001

Panjang telapak tangan kanan 3.321 0.390 0.550 < 0.0001

Dari tabel 5.12 didapatkan rumus regresi yang menunjukkan nilai hubungan yang kurang kuat antara tinggi badan dengan panjang telapak tangan kanan menurut jenis kelamin (perempuan).

TB (perempuan) = 104.536+ 3.321 (panjang telapak tangan kanan)

Tabel 5.13 Regresi hubungan panjang telapak tangan Kiri dengan tinggi badan menurut jenis kelamin (perempuan)

Pengukuran B SE Beta p

Konstanta 105.714 6.279 - < 0.0001


(53)

Dari tabel 5.13 didapatkan rumus regresi yang menunjukkan nilai hubungan yang kurang kuat antara tinggi badan dengan panjang telapak tangan kiri menurut jenis kelamin (perempuan).

TB (perempuan) = 105.714 + 3.286 (panjang telapak tengan kiri)

5.2 PEMBAHASAN

Dari seluruh total sampel yang diperiksa (261sampel) diperoleh bahwa tabulasi hasil analisa data yang dibuat oleh komputer untuk memudahkan analisa statistik, jelas terlihat bahwa gambaran visualisasi dengan grafik bergaris linier seimbang yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara panjang telapak tangan baik kanan maupun kiri dengan tinggi badan. Maka semakin panjang telapak tangan, akan diikuti dengan semakin bertambahnya tinggi badan. Sedangkan hubungan antara panjang telapak tangan baik kanan maupun kiri dengan tinggi badan berdasarkan jenis kelamin kurang signifikan.

Dari rumus regresi yang diperoleh maka peneliti mencoba melakukan pengujian dengan beberapa rumus (formula) yang sudah ada, seperti Trotter-Glesser (1958), Antropologi Ragawi UGM dan Amri Amir. Sebagai catatan, peneliti menggunakan jaringan yang masih terbalut sendi, otot dan kulit, sedangkan rumus/ formula yang akan dibandingkan didasarkan atas penelitian yang menggunakan tulang-tulang telapak tangan dalam keadaan kering, sehingga perlu diperhatikan bahwa untuk memasukkan ke dalam rumus/ formula yang ada sebenarnya haruslah terlebih dahulu mengurangi nilai hasil pengukuran panjang telapak tangan sebanyak


(54)

2.5 sampai 4 cm sebagai pengurangan terhadap sambungan sendi-sendi, otot dan kulit, agar terjadi relevansi dengan rumus regresi yang di perbuat oleh peneliti, dalam penelitian ini dilakukan pengurangan terhadap hasil pengukuran telapak tangan sebanyak 2.5 cm sebelum dimasukkan ke dalam rumus/ formulanya. Dengan pertimbangan bahwa pengurangan untuk ketebalan otot dan kulit serta persendian harus diperhitungkan.


(55)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.3 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan diperoleh bahwa ada hubungan yang sangat kuat (signifikan) dalam hal perkiraan tinggi badan seseorang dengan mengukur panjang telapak tangan kanan maupun kiri, sehingga tinggi badan seseorang dapat ditentukan dengan mengukur panjang telapak tangan orang tersebut, rumus regresi yang dipergunakan:

Tb= 72.039 + 5.458 (panjang telapak tangan kiri) Tb= 71.395 + 5.436 (panjang telapak tangan kanan)

Dari hasil penelitian dan pembahasan juga diperoleh, bahwa ada hubungan yang kurang kuat (tidak signifikan) dalam hal perkiraan tinggi badan seseorang dengan mengukur panjang telapak tangan kanan maupun kiri berdasarkan jenis kelamin, oleh karena memiliki banyak faktor yang mempengaruhi (error),rumus regresi yang dipergunakan:

TB (laki-laki) = 92.576 + 4.346 (panjang telapak tangan kanan) TB (laki-laki) = 90.576 + 4.511 (panjang telapak tangan kiri)

TB (perempuan) = 104.536+ 3.321 (panjang telapak tangan kanan) TB (perempuan) = 105.714 + 3.286 (panjang telapak tengan kiri)

6.4 SARAN

1. Kiranya dapat dilakukan penelitian terhadap beberapa panjang ruas tubuh lainnya dengan sampel yang lebih besar pula.

2. Perlu dilakukan ulasan, kajian dan penelitian agar dapat diperkirakan hubungan tinggi badan pada kelompok umur di bawah 21 tahun.

3. Perlu kiranya penelitian lebih lanjut khusus berdasarkan suku-suku yang ada di Indonesia, seperti yang dilakukan di India.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

1. Amir A. Identifikasi. Dalam: Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FK-USU. Medan. 2005: 178-203.

2. Wahid SA. Identifikasi, dalam: Patologi Forensik. Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia. Kuala Lumpur; 1993.13-48, 56-78.

3. Nandy A. Identification of An Individual. In: Principles of Forensic Medicine. New Central Book Agency (P) Ltd. Calcutta. 1996: 47-109.

4. Amri A. Laporan Hasil Penelitian Tinggi Badan Dari Tulang Panjang dan Ukuran. Beberapa Bagian Tubuh. Lembaga Penelitian. Medan : 1989.1 – 57.

5. Ritonga M, Singh A Laporan Penelitian Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan. Formula G.S.Kler Dengan menentukan Tinggi Hidung Pada Mahasiswa / wi Fakultas Kedokteran USU Dan UISU. Lembaga Penelitian, Medan : 1992. 1 – 24 .

6. Glinka J. Antropometri dan Antroposkopi. Edisi 3. Fisip Universitas Airlangga. Surabaya. 1990:1-77.

7. Glinka J. Artaria MD. Koesbardiati T. Metode Pengukuran Manusia. Airlangga University Press. Surabaya: 2008. 1-66.

8. Chadha PV. Identifikasi. Dalam: Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi V. Alih Bahasa Johan Hutauruk. Widya Medika. Jakarta. 1995: 24-45.

9. Krogman WM. Iscan MY. Osteometry. In: The Human Skeleton In Forensic Medicine. Charles C. Thomas Publisher. Illionis. 1986: 518-532. 10. Snell RS. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Bagian 1. Edisi 3.


(57)

11. Maat GJR. Panhuysen RGAM. Mastwijk RW. Manual for The Physical Anthropological Report. Third Edition. Barge’s Anthopologica Leiden University Medical Centre. Leiden. 2002: 1-29.

12. McMinn RMH. Hutchings RT. Pegington J. et all. A Colour Atlas of Human Anatomy. Third Edition. Wolfe. 1993: 99-154.

13. Parker S. Seri Eyewitness-Kerangka. Edisi Bahasa Indonesia. Terjemahan Andreas Manalu. PT.Bentara Antar Asia. Jakarta. 1992: 1-63.

14. Palmer PES. Cockshott WP. Hegedus V. et all. Foto Tulang. Dalam: Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum. Alih Bahasa L. Hartono. EGC. Jakarta. 1995: 85-124.

15. Byers SN. Basics of Human Osteology and Odontology. In: Introduction to Forensic Anthropology. Third Edition. Boston. 2008: 28-59.

16. Knight B. Identification of the Living and Dead. In: Simpson’s Forensic Medicine. Eleventh Edition. Oxford University Press. New York. 1997: 32-37.

17. Knight B. The Establishment of Identity of Human Remains. In: Forensic Pathology. Second Edition. Oxford University Press. New York : 1996: 95-132.

18. Parikh CK. Personal Identity, Identification in Mass Disasters. In: Textbook of Medical Jurisprudence and Toxicology. Medicolegal Centre. Bombay. 1989: 29-82, 118-123.

19. Camps FE. Identification By The Skeletal Structures. Postmortem inciced wound and mutilation. In: Gradwohl’s Legal Medicine. Third Edition. A John Wright & Sons Ltd. Publication. Chicago :1976. 109-135,272.

20. Ishaq M. DVI Overview: Recent Development in Indonesia. Dalam: Disaster Victim Identification Workshop. Medan. 2007.


(58)

21. Curran WJ. McGarry A.L., Petty C.S. Identification Procedures in Death Investigation. In: Modern Legal Medicine, Psychiatry, and Forensic Science. F.A. Davis Company. Philadelphia. 1980: 1206-1220. 22. Parikh CK. Medicolegal Autopsy. In: Medicolegal Postmortem In India.

Medical Publications. Bombay. 1985: 1-17.

23. Iscan MY. Kennedy K.A.R. Skeletal Markers of Occupational Stress. In: Reconstruction of Life from The Skeleton. Alan R. Liss, Inc. New York. 1989: 129-160.

24. Mestri SC. Examination of Skeletal Remains. In: Manual of Forensic Medicine. Jaypee Brothers Medical Publishers PVT.Ltd. New Delhi: 1994 45-48.

25. Budiyanto A. Widiatmaka W. Atmaja DS. dkk. Identifikasi Forensik. Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik FK-UI. Jakarta :1999. 197-202.

26. Idries AM. Identifikasi. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Binarupa Aksara.Jakarta : 1992: 31-52.


(59)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

LEMBAR PENJELASAN UNTUK PENELITIAN PENENTUAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJANG TELAPAK TANGAN

Bapak/Ibu/Sdr/i Yth,

Saya sedang meneliti tentang penentuan tinggi badan berdasarkan panjang telapak tangan. Dimana Panjang Telapak Tangan adalah penyatuan dari masing-masing Tulang-tulang seperti tulang jari-jari (phalangs), tulang telapak atau punggung tangan (carpal) dan tulang pergelangan tangan (metacarpal) oleh karena dapat dipakai untuk menentukan tinggi badan seseorang. Beberapa penelitian terdahulu telah menyebutkan bahwa penentuan tinggi badan dapat dilakukan dengan cara mengukur tulang-tulang yang tersisa dari tubuh korban.

Partisipasi dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun. Seandainya Bapak/Ibu/Sdr/i bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, kami tidak melakukan memberikan sebuah penghargaan (ganti rugi) atas waktu dan segala yang memang pantas untuk diberikan sebagai tanda terima kasih.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Bapak/Ibu/Sdr/i yang terpilih sebagai sukarelawan dalam penelitian ini, dapat mengisi lembar persetujuan turut serta dalam penelitian yang telah disiapkan.

Medan, Hormat Saya


(60)

LAMPIRAN 2

SURAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian ” Penentuan Panjang Badan Berdasarkan Panjang Telapak Tangan ” dan setelah mendapat kesempatan tanya jawab tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut, termasuk risikonya, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan persetujuan bahwa saya merupakan individu sehat yang bersedia diikutkan dalam penelitian tersebut.

Medan


(61)

LAMPIRAN 3

TABEL INDUK DATA PENGUKURAN HASIL SUBJEK PENELITIAN

Panjang telapak tangan

No. Nama Umur Jenis

Kelamin

Tinggi Badan

kanan Kiri

1 Friska H Saragi 29 Pr 159,5 16,8 16,6

2 Mary 24 Pr 157,5 15,9 15,7

3 Krisna Wen 23 Pr 159,2 15,9 15,8

4 Elisabeth 23 Pr 160,1 16,5 16,3

5 Ellis 24 Pr 157,6 16,6 16,4

6 Netty Oktarina Doloksaribu

23 Pr 158,5 16,9 16,6

7 Rini Anggreini 23 Pr 154,4 15,6 15,4

8 Marissa Teree Nainggolan 23 Pr 150,3 16,3 16,1

9 Christna Louisa 24 Pr 161,5 16,6 16,4

10 Talenta Audila B 22 Pr 157,5 16,7 16,4

11 Novitasari Sihaloho 22 Pr 156,4 15,9 15,7

12 Sherly Filosofiaty 23 Pr 159,1 16,1 15,9

13 Sari Rahnayuli 24 Pr 159,1 15,7 15,4

14 Weasislaus Bathual 24 Lk 161,5 17,7 17,5

15 Gusti andri Yani Sahukril 23 Pr 160 17,7 17,4

16 Finisia Angkasa 22 Pr 160 16,7 16,5

17 Nurbainah Harahap 24 Pr 159,5 16,3 16,1

18 Rahilla Eramliza 24 Pr 161,1 16,8 16,6

19 Indri N.Panggabean 25 Pr 158,7 16,1 15,8

20 Hebdro T Daniel 25 Lk 163 17,7 17,6

21 Risna Waty 22 Pr 161,7 16,7 16,6

22 Sejahtera Surbakti 22 Pr 165 18,9 18,7

23 Diezen 22 Lk 166,4 18,1 17,8

24 Ira Una Muna 23 Pr 160,7 16,9 16,8

25 Elvan Trianda 23 Pr 172,2 19,8 19,7

26 Muhammad Yassir 24 Lk 176,1 18,3 18,1

27 Riama Sari 22 Pr 160,7 17,9 17,8


(62)

29 Nurdin Saleh 26 Lk 163 17,6 17,5

30 Vethatilova 23 pr 161,7 16,8 16,7

31 Putri D.K.Tambunan 23 pr 155,6 16,6 16,5

32 Riana Novatina Pangaribuan

23 pr 154,3 15,2 15,1

33 Noria E.I Pasaribu 24 Lk 160,6 16,4 16,2

34 Jhon Charlos Alberto Pakpahan

26 Lk 173,2 16,8 16,7

35 Alimardin Nasution 25 Lk 159,7 16,7 16,5

36 Hendra M.H.Nainggolan 28 Lk 164 16,9 16,7

37 Harry Sitorus 24 Lk 156,4 16,8 16,6

38 Riska Helmi 24 Lk 180 17,9 17,7

39 Okto Purba 26 Lk 172,3 17,6 17,4

40 William 23 Lk 163 17,4 17,2

41 Raja Raharja M Purba 24 Lk 170,3 17,6 17,5 42 Marufa agustinba Siagian 24 pr 160,7 16,1 15,9

43 Abraham D Siregar 23 Lk 169,2 17,4 17,2

44 Atika Rimalda 23 pr 158,6 15,7 15,4

45 Dedy Suryadi 25 Lk 167,5 17,4 17,2

46 Jesiwa Soyan 23 Lk 173,6 17,7 17,5

47 Melky Simanjuntak 26 Lk 172,3 17,5 17,3

48 Janice 22 pr 155 15,8 15,7

49 Ryan Vardian 22 Lk 170 16,8 16,6

50 Enda Nola 25 pr 155,8 15,9 15,7

51 Riko Radityatama 22 Lk 178 17,1 16,8

52 Rita Angela 24 pr 156,6 16,4 16,2

53 Sutan Mangaloi Siboro 24 Lk 160 16,8 16,6

54 M. Ishaq P.Lubis 23 Lk 175 17,2 17,1

55 Dina Lia Wemvy 24 Lk 165,8 16,6 16,4

56 Febriandry P.H.Nasution 23 Lk 169 16,8 16,6

57 Fenti Oktaviani Mendrofa 22 pr 159,1 15,9 15,7

58 Yessa Seotiara 24 pr 155 16,4 16,2

59 Erwin J.H.Sinaga 22 Lk 179,9 17,7 17,6

60 Suryawani 23 pr 159 16,6 16,4

61 Nadya aprillia Purba 22 pr 152 15,9 15,8

62 Erty W. L. T 23 pr 160 16,8 16,6

63 Putri Yanti Sinaga 22 pr 152,3 16,2 16,1


(63)

65 Desy arianti G 22 pr 160 16,4 16,2

66 Ralph lukas S.S 23 Lk 181 17,7 17,5

67 Cinnie Tentie Soehojo 22 pr 159,5 16,6 16,4

68 Muhammad andri 23 Lk 170 17,1 16,9

69 Denny Iskandar 22 Lk 173 17,7 17,5

70 Nury Usman 23 pr 154 16,1 15,9

71 Anthony Julius 23 Lk 171,5 17,5 17,3

72 Deffy Mira Adrianty 23 Pr 155 16,6 16,4

73 Venny 23 Pr 166,9 16,5 16,3

74 Vani Triana 23 Pr 144 15,6 15,4

75 Patricia 23 Pr 157,6 16,6 16,4

76 Cindy A. Sitompul 22 Pr 157 16,5 16,3

77 Salaweswary 24 Pr 160,8 16,8 16,6

78 Rahmad Gunawan 23 Lk 165 16,8 16,6

79 Anusia P 25 Pr 163,7 16,5 16,3

80 Fellicia Dewi 22 Pr 163 16,4 16,2

81 Joy Firman 25 Lk 171,1 17,5 17,3

82 Friska Meutia Lubis 22 Pr 159 15,9 15,8

83 Helen Hartini Sisilo 24 Pr 162 15,9 15,7

84 Shaili Nadina Nasution 23 Pr 159 15,9 15,8

85 Eleceva Barus 24 Pr 152 15,7 15,5

86 Ekawaty S. M 22 Pr 158 15,8 15,6

87 Tridia Emilda Nasution 24 Pr 162,7 16,4 16,2

88 Efrina M.R. Harahap 22 Pr 154 16,4 16,2

89 Satikala Mohan 25 Pr 164 16,8 16,6

90 Velly Vina Pakpahan 28 Pr 172,4 17,7 17,5

91 Ratna Maydina S 26 Pr 153,9 15,7 15,5

92 Rosa Uly Manurung 23 Pr 161,1 15,8 15,6

93 Winda 25 Pr 168,3 16,3 16,1

94 Agung Hermawan 24 Lk 166 16,8 16,5

95 Beny Harianto 27 Lk 175 17,3 17,2

96 Baharudin 26 Lk 168 16,7 16,6

97 Natali Hermin 25 Pr 157 15,8 15,6

98 Siska Rahmayani 26 Pr 156 15,3 15,1

99 Wili, Heraputra 25 Lk 157 15,7 15,4

100 Cahyadi 26 Lk 154 16,4 16,2

101 Veni Mawarni 25 Pr 159 15,9 15,8


(64)

103 Cantika Wulandari 24 Pr 158 15,8 15,6

104 Syahputra 24 Lk 162,7 16,4 16,2

105 Buha M.B. Purba 28 Lk 161 17,7 17,5

106 Irwan B. Ginting 27 Lk 163 17,5 17,3

107 Roberto Manurung 26 Lk 166 18,3 18,1

108 Aldila Ilma 24 Pr 159 15,9 15,7

109 Nova Yolanda Kembaren 24 Pr 157,5 15,9 15,8

110 Nilariani 24 Pr 159,2 15,9 15,8

111 Aries Mahdalena 24 Pr 157,5 16,5 16,4

112 Putri Kharisma Sari 26 Pr 161,5 16,5 16,4

113 Beatrice Permatasari Zebua

26 Pr 159,1 16,1 15,9

114 Melliza Rizqia 25 Pr 158,7 16,1 15,8

115 Novi Pretty Simanjuntak 25 Pr 159,5 16,3 16,1

116 Frenky Butar-butar 25 Lk 165 17,5 17,3

117 Sry Indria Y.Siregar 25 Pr 165 18,9 18,7

118 Jessica Yeni Ginting 26 Pr 157,5 16,7 16,4

119 Deasy Prasanty 24 Pr 157,5 15,9 15,7

120 Martua A.Sibuea 26 Lk 166,4 18,3 17,8

121 Lius Oktto 28 Lk 163 17,7 17,6

122 Yenny Erika 25 Pr 158 16,1 15,8

123 Sondang Natalia Saragih 26 Pr 160,5 16,1 15,9 124 Vina Pitri Astuti Purba 27 Pr 155,5 16,8 16,7

125 Meryanti Sitomorang 27 Pr 162 16,4 16,2

126 Hendro T. Daniel 26 Lk 169 16,8 16,6

127 Indri Novalina Panggabean

24 Pr 156,6 16,4 16,2

128 Nurbaimah Harahap 25 Pr 156 15,8 15,7

129 Wensis Lans Banual 27 Lk 160 16,8 16,6

130 Marisa T.Nainggolan 27 Pr 158,6 15,7 15,4

131 Netty O.Pasaribu 26 Pr 160,5 16,1 15,9

132 Elisabeth Marpaung 27 Pr 159,1 15,9 15,7

133 Kristina Wen 26 Pr 155 16,4 16,2

134 Rini Angreni 26 Pr 154 16,1 15,9

135 Ellis 27 Pr 159 15,9 15,8

136 Mira Nelli Yesni Zendroto 26 Pr 160,5 17,7 17,5

137 M.E.Endah Pratiwi 24 Pr 159,1 15,9 15,7


(65)

139 Faridathul Idayani 25 Pr 159, 16,6 16,4

140 Siska febriandini 25 Pr 152 15,9 15,8

141 Arika Mutia Sari 25 Pr 158 16,5 16,3

142 Fifi Febrianingsih 25 Pr 152,5 16,2 16,1

143 Nico A.S.Putra 27 Lk 175 17,5 17,3

144 Ismarika 25 Pr 158 16,3 16,1

145 Dedi Andika Seftiawan 26 Lk 170 17,1 16,9

146 Yusri Herdika 26 Lk 168 16,8 16,6

147 Delreta Marros 25 Pr 160 16,6 16,4

148 Rusfa Syamda 26 Pr 157 16,5 16,3

149 Wieid Afrimil 26 Pr 158 15,7 15,5

150 Serly Filosofiaty 25 Pr 159 15,6 15,5

151 Sari Rahmayuli 25 Pr 159,5 15,8 15,6

152 Gusti Andriyani Sulastri 25 Pr 162 15,9 15,7

153 Rohilla R.Mariza 26 Pr 162,5 16,4 16,2

154 Afdhal Abdi 27 Lk 168 16,9 16,7

155 Afif Usman 26 Lk 165 16,8 16,7

156 Andrihakki 27 Lk 170 17,4 17,2

157 Fitria Rosa 26 Pr 162,5 16,2 16,1

158 Mega Fitri Amelia 26 Pr 158 15,8 15,6

159 Martua Raja Nasution 27 Lk 169 17,1 16,8

160 Veta Filova 27 Pr 162 15,9 15,7

161 Nurdin Saleh 26 Lk 168 16,5 16,3

162 Henny Kurmaputri 26 Pr 159 15,8 15,6

163 Dina Syafitri 26 Pr 160,5 16,8 16,6

164 Fitri Indah Lestari 25 Pr 162,5 16,4 16,2

165 Veriza Sari 25 Pr 158 15,8 15,6

166 Febi Ayuputri 26 Pr 162 15,9 15,7

167 Ilham Prima 26 Lk 171 17,5 17,3

168 Silka Ferdanasari 25 Pr 155 16,6 16,4

169 Meriam Belina 26 Pr 164 16,4 16,2

170 Arini Setiawati 24 Pr 163 16,5 16,3

171 Fenni Nurafni 26 Pr 163 16,5 16,4

172 Suranti Adisyahputra 28 Lk 172 16,9 16,8

173 Putri Dewi K.Tambunan 25 Pr 164 16,8 16,6

174 Riana Novalina Pangaribuan

25 Pr 152 15,7 15,5


(1)

B. ANALISIS REGRESI PANJANG TELAPAK TANGAN KANAN

DENGAN TINGGI BADAN BERDASARKAN JENIS KELAMIN (Pada laki-laki)

Regression

Variables Entered/Removed b

pjtelapakk

anan a . Enter

Model 1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: tb b.

Model Summary

.496a .246 .237 5.11951

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), pjtelapakkanan a.

ANOVAb

760.748 1 760.748 29.026 .000a 2332.639 89 26.209

3093.387 90 Regression

Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), pjtelapakkanan a.

Dependent Variable: tb b.


(2)

92.576 13.857 6.681 .000 4.346 .807 .496 5.388 .000 (Constant)

pjtelapakkanan Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: tb a.

Y( laki-laki) = 92.576 + 4.346 panjang telapak tangan kanan

C. ANALISIS REGRESI PANJANG TELAPAK TANGAN KIRI DENGAN TINGGI BADAN BERDASARKAN JENIS KELAMIN (Pada laki-laki) Regression

Variables Entered/Removed b

pjtelapakki

ria . Enter

Model 1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: tb b.

Model Summary

.511a .261 .252 5.06927

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), pjtelapakkiri a.


(3)

ANOVAb

806.311 1 806.311 31.377 .000a 2287.076 89 25.697

3093.387 90 Sum of

Squares

Model df Mean Square F Sig.

Regression Residual 1

Total

Predictors: (Constant), pjtelapakkiri a.

Dependent Variable: tb b.

Coefficientsa

90.576 13.685 6.619 .000

4.511 .805 .511 5.602 .000

(Constant) pjtelapakkiri Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: tb a.

Y(laki-laki) = 90.576 + 4.511 panjang telapak tangan kiri

D. ANALISIS KORELASI/ HUBUNGAN PANJANG TELAPAK TANGAN KANAN DENGAN TINGGI BADAN BERDASARKAN JENIS

KELAMIN (Pada perempuan)

Correlations

1 .550**

.000

170 170

.550** 1

.000

170 170

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

pjtelapakkanan

tb

pjtelapak

kanan tb

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.


(4)

1 .545** .000

170 170

.545** 1

.000

170 170

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

pjtelapakkiri tb pjtelapakkiri

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) tb

N

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

E. ANALISIS REGRESI PANJANG TELAPAK TANGAN KANAN

DENGAN TINGGI BADAN BERDASARKAN JENIS KELAMIN (Pada perempuan)

Regression

Variables Entered/Removed b

pjtelapakk

anan a . Enter

Model 1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: tb b.

Model Summary

.550a .302 .298 3.30802

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), pjtelapakkanan


(5)

ANOVAb

795.303 1 795.303 72.677 .000a 1838.419 168 10.943

2633.722 169 Regression

Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), pjtelapakkanan a.

Dependent Variable: tb b.

Coefficientsa

104.536 6.351 16.460 .000

3.321 .390 .550 8.525 .000

(Constant) pjtelapakkanan Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: tb a.

Y=.104.536+ 3.321 panjang telapak tangan kanan

F. ANALISIS REGRESI PANJANG TELAPAK TANGAN KIRI DENGAN TINGGI BADAN BERDASARKAN JENIS KELAMIN (Pada perempuan) Regression

Variables Entered/Removed b

pjtelapakki

ria . Enter

Model 1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: tb b.


(6)

.545a .297 .293 3.31864 Model

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

R R Square

1

Predictors: (Constant), pjtelapakkiri a.

ANOVAb

783.478 1 783.478 71.139 .000a 1850.244 168 11.013

2633.722 169 Regression

Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), pjtelapakkiri a.

Dependent Variable: tb b.

Coefficientsa

105.714 6.279 16.835 .000 3.286 .390 .545 8.434 .000 (Constant)

pjtelapakkiri Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: tb a.