Penentuan Umur Berdasarkan Obliterasi

(1)

PENENTUAN UMUR BERDASARKAN

OBLITERASI SUTURA

TESIS

OLEH

INDRA SYAKTI NASUTION 067113001 / IKK

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

DEPARTEMEN KEDOKTERAN FORENSIK & MEDICOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

PENENTUAN UMUR BERDASARKAN OBLITERASI SUTURA

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Spesialis Forensik (Sp.F)

Dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis

Konsentrasi Ilmu Kedokteran Kehakiman

Pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

INDRA SYAKTI NASUTION 067113001 / IKK

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DEPARTEMEN KEDOKTERAN KEHAKIMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

JUDUL PENELITIAN : Penentuan Umur Berdasarkan Obliterasi Sutura

Nama Mahasiswa : Indra Syakti Nasution Nomor Induk Mahasiswa : 0067113001

Program : Spesialisasi

Konsentrasi : Ilmu Kedokteran Kehakiman dan Medicolegal

Menyetujui: Komisi Pembimbing:

Dr.H. Guntur Bumi Nasution Sp.F Ketua

Dr.H. Mistar Ritonga Anggota

Ketua Program Studi Ketua TKP PPDS

Dr. Mistar Ritonga, Sp.F Dr. Zainuddin Amir, SpP(K)


(4)

PENENTUAN UMUR BERDASARKANOBLITERASI SUTURA

T E S I S

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan

saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Hormat saya Penulis


(5)

Telah diuji pada Tanggal ...

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua :

Anggota : 1. 2. 3. 4.


(6)

Ucapan Terima Kasih

Assalamuallaikum warahmatullahuhi wabarakatu

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat allah SWT karena kita masih diberikannya kesehatan sehingga masih dapat menjalankan segala perintahNya, dan semoga kita selalu dalam lindunganNya, Amin. Dalam lindunganNya juga penulis telah menyelesaikan tesis yang berjudul ” PENENTUAN UMUR BERDASARKAN OBLITERASI SUTURA”. Penelitian ini dilakukan pada kamar jenazah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Medan. Penulis menyadari dan menemukan banyaknya hambatan dan kesukaran dalam penelitian ini, sehingga memerlukan bantuan dari berbagai pihak hingga akhirnya tesis ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya atas kesediaan dan keterlibatan keluarga korban dalam penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terimah kasih sebanyak-banyaknya dan penghargaan yang setinggi-tingginya pada Dr.H.Guntur Bumi Nasution atas waktu dan bimbingan yang diberikan kepada saya sehingga selesai penelitian ini dan juga kepada Prof.dr.H.Amri Amir,Sp.F,DFM,SH, Sp.Ak, Dr.H.Mistar Ritonga Sp.F, Dr. Surjit Singh Sp.F,DFM dan Dr. Rita Mawarni Sp.F. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada istri tercinta dr. Eka


(7)

susanti dan juga anak-anak yang tersayang Thasya, Chaterrina dan Arya karena telah diberikan waktu untuk menyelesaikan tesis ini. Penulis menyadari banyak kekurangan dari hasil penelitian ini dan perlu diperbaharui, semoga penelitian ini dapat berguna bagi para pembaca. Terima kasih.

Hormat saya Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Pembimbing ii

Ucapan terima kasih iii

Daftar isi vii

Daftar tabel ix

Daftar gambar x

Daftar singkatan dan Tanda xii

BAB I Pendahuluan 1 – 4

a. Latar Belakang 1

b. Rumusan Masalah 3

c. Tujuan 3

d. Manfaat 4

BAB II Tinjauan pustaka 5 – 11

Kerangka Konseptual 11 – 13

BAB III Metodologi 14 – 16

a. Jenis Penelitian 14

b. Waktu dan Tempat Penelitian 14

c. Populsi dan sampel 14


(9)

e. Ijin Subjek Penelitian 15

f. Etika Penelitian 16

g. Tehnik Pengumpulan Data 16

h. Pengolahan dan Analisa Data 16

BAB IV Hasi Penelitian 17 – 33

BAB V Pembahasan 34 – 37

BAB VI Kesimpulan dan Saran 38 – 40 Daftar pustaka

Lampiran

1. Data penelitian

2. Surat penjelasan kepada keluarga korban

3. Surat pernyataan persetujuan autopsi dari keluarga korban

4. Surat persetujuan Panitia Tetap Etik Penelitian


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Karakteristik korban

Table 4.2. karakteristik berdasarkan sutura sagittal pada permukaan ectocranial dan endocranial

Table 4.3. Karakteristik berdasarkan hubungan agama sutura CR (kanan) pada permukaan ectocranial dan endocranial

Table 4.4. Karakteristik berdasarkan hubungan agama sutura CL (kiri) pada permukaan ectocranial dan endocranial.

Table 4.5. Karakteristik sutura LR (right) pada permukaan ectocranial dan endocranial

Table 4.6 arakteristik sutura LL (left) pada permukaan ectocranial dan endocranial Tabel.4.7. Hubungan antara umur dengan sutura sagittal pada permukaan

ectocranial dan endocranial

Table 4.8. Hubungan antara umur dengan sutura CR (right) pada permukaan ectocranial dan endocranial

Table 4.9. Hubungan antara umur dengan sutura CL (left) pada permukaan ectocranial dan endocranial

Table 4.10. Hubungan antara umur dengan sutura LR (right) pada permukaan ectocranial dan endocranial

Table 4.11. Hubungan antara umur dengan sutura LL (left) pada permukaan ectocranial dan endocranial.


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sutura sagittal, coronal dan lambdoid. Gambar 3.1 Tabel Kerangka Konsepsional

Gambar 6.1 Tulang tengkorak kepala wanita berusia 27 tahun dengan score 1 pada sutura lamdoib permukaan ectocranial.

Gambar 5.1 Tulang tengkorak kepala wanita berusia 27 tahun dengan score 2 pada sutura coronal permukaan ectocranial.

Gambar 6.1 Tulang tengkorak kepala wanita berusia 27 tahun dengan score 1 pada sutura lamdoib permukaan ectocranial.

Gambar 4.1 Tulang tengkorak kepala wanita berusia 27 tahun dengan score 3 pada sutura sagittal permukaan endocranial


(12)

(13)

Abstrak

Pada kasus mutilasi, sebagian korban dalam keadaan terpotong-potong dengan jaringan otot dan kulit yang masih melekat sehingga perlu dilakukan identifikasi. Dalam proses identifikasi forensik ada beberapa hal yang sangat dibutuhkan agar seseorang itu dapat teridentifikasi yaitu dengan cara menentukan tinggi badan dan usia. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh ahli kedokteran forensik maupun antropologi forensik untuk menentukan usia seseorang, diantaranya adalah dengan melihat pertumbuhan gigi dan obliterasi (penutupan) dari sutura. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan dan dirumuskan oleh para ahli kedokteran forensik dan antropologi tentang ”penentuan umur menurut obliterasi sutura” seperti yang dikemukakan oleh Todd dan Lyon, Thomas Bartholin, Louis Pierre Gratiolet, Mc Kern dan Stewart dan lain-lain.

Penelitian ini dilakukan pada korban yang sudah meninggal dengan jumlah sebanyak 20 orang serta jenis pemeriksaan yaitu pemeriksaan luar dan dalam. Setelah kulit kepala dibuka dan tulang tengkorak kepala bagian atas dipisahkan, maka tengkorak kepala tersebut dibersihkan kemudian dilihat dan diperiksa sutura-sutura tersebut lalu dibuat foto dari sutura-sutura itu.

Dengan menggunakan metode penelitian yang bersifat cross sectional (sekat lintang) ditambah dengan uji statistik Pearson corelation maka diperoleh hasil yang berarti menunjukkan adanya hubungan umur antara permukaan ectocranial dan endocranial


(14)

Abstrak

Pada kasus mutilasi, sebagian korban dalam keadaan terpotong-potong dengan jaringan otot dan kulit yang masih melekat sehingga perlu dilakukan identifikasi. Dalam proses identifikasi forensik ada beberapa hal yang sangat dibutuhkan agar seseorang itu dapat teridentifikasi yaitu dengan cara menentukan tinggi badan dan usia. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh ahli kedokteran forensik maupun antropologi forensik untuk menentukan usia seseorang, diantaranya adalah dengan melihat pertumbuhan gigi dan obliterasi (penutupan) dari sutura. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan dan dirumuskan oleh para ahli kedokteran forensik dan antropologi tentang ”penentuan umur menurut obliterasi sutura” seperti yang dikemukakan oleh Todd dan Lyon, Thomas Bartholin, Louis Pierre Gratiolet, Mc Kern dan Stewart dan lain-lain.

Penelitian ini dilakukan pada korban yang sudah meninggal dengan jumlah sebanyak 20 orang serta jenis pemeriksaan yaitu pemeriksaan luar dan dalam. Setelah kulit kepala dibuka dan tulang tengkorak kepala bagian atas dipisahkan, maka tengkorak kepala tersebut dibersihkan kemudian dilihat dan diperiksa sutura-sutura tersebut lalu dibuat foto dari sutura-sutura itu.

Dengan menggunakan metode penelitian yang bersifat cross sectional (sekat lintang) ditambah dengan uji statistik Pearson corelation maka diperoleh hasil yang berarti menunjukkan adanya hubungan umur antara permukaan ectocranial dan endocranial


(15)

BAB I PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Pertanyaan identifikasi muncul dalam praktek medicolegal setiap hari baik dalam kasus perdata maupun pidana. Identifikasi adalah pengenalan seseorang dengan menggunakan berbagai fitur fisik dan parameter biologi yang unik pada setiap orang. Ada berbagai parameter yang telah ditetapkan untuk identifikasi individu yaitu fitur eksternal (seperti tanda lahir, tatoo, jaringan parut, malformasi) dan fitur personal (seperti pakaian, ucapan, kebiasaan, tulisan tangan, penilaian usia, sidik jari tangan dan sidik jari kaki, dan DNA)123. Karena tulang yang tahan terhadap pembusukkan dan kerusakan oleh hewan, maka tulang sering digunakan dalam penentuan jenis kelamin, ras, ukuran tinggi dan penentuan (estimasi) umur. Estimasi usia adalah sangat penting dan membutuhkan perhatian khusus dalam kasus dimana tubuh yang ditemukan dalam keadaan terpotong-potong (mutilasi) atau hanya beberapa bagian tubuh yang ditemukan.

Disamping digunakan sejak abad ke 16, penggunaan obliterasi sutura untuk menentukan usia adalah dianggap oleh para pakar antropologi sebagai metode yang lemah. Metode penentuan standard didasarkan pada obliterasi sutura menggunakan dua asumsi acak yaitu ; 1. bahwa tingkat obliterasi sutura yang berbeda (umumnya empat tahap) menunjukkan proses kemajuan normal. 2) bahwa perbedaan proses ontogenik bekerja dalam segmen yang berbeda dari penutupan yang sama.4


(16)

Selama abad ke 19, diamati bahwa oblitererasi sutura pertama sekali terjadi dalam penyatuan sutura sagittal dan berlangsung lebih awal pada bagian endocranium.5 Ditahun 1856, pakar anatomi Louis Pierre Gratiolet (1915-1965), mengajukan rangkaian untuk obliterasi sutura dan menyatakan bahwa obliterasi sutura akan terjadi lebih awal pada orang negro. Gratiolet juga telah membuat perbedaan pada urutan penutupan antara ras manusia tinggi dan rendah, dengan ras negroid termasuk dalam kelompok Pendek. Gratiolet mengamati bahwa obliterasi sutura bagian ectocranium berkembang secara berurutan ; sagittal, lambdoid dan baru coronal.

Pada tahun 1861, dokter Paul Broca mengamati obliterasi sutura pada laki-laki usia diatas 50 tahun, dan mengembangkan sistem rating 4 point untuk obliterasi sutura. Dari waktu ke waktu diterima bahwa pada orang kulit putih penyatuan sutura terjadi antara usia 40-45 tahun. Di tahun 1869, F. Pommerol mencatat bahwa masa penyatuan, untuk setiap sutura adalah bervariasi pada setiap orang tetapi mengikuti pola umum. Pommerol mengindentifikasikan sebagai berikut ; 1) Seseorang yang berusia dibawah 35 tahun memiliki sutura yang terbuka. 2) Sekitar 40 tahun, sutura sagittal mulai tertutup. 3) Sekitar usia 50 tahun sutura coronal mulai tertutup. 4) Pada usia diatas 65 tahun, sutura temporal telah tertutup sempurna.

Ditahun 1885, F.C Ribbe menguji 50 tengkorak yang diketahui berusia 40 tahun pada orang kulit putih, 10 lainnya adalah bukan orang kulit putih. Dia menemukan bahwa obliterasi sutura adalah 21 tahun dan berakhir pada usia 55 tahun. Dengan mengambil rata-rata, Ribbe menyimpulkan bahwa penutupan sutura dimulai


(17)

antara 40 dan 45 tahun dengan deviasi stándar 15-20 tahun. Dia menekankan bahwa secara ectocranial, sutura sagittal dan lambdoid akan tertutup sebelum sutura coronal.

Tahun 1888, Schmidt mengajukan bahwa obliterasi sutura antara usia 18-21 tahun, tetapi kemungkinan antara 25 dan 40 tahun, dan lengkap diantara 40 dan 60 tahun.6 Obliterasi sutura dimulai secara endocranial dan berlangsung lambat pada perempuan daripada laki-laki dan sebelum mencapai usia 30 tahun semua sutura craneal ádalah terbuka. 7

I.2 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah penutupan dari sutura sagittal, sutura coronal dan sutura lambdoid maka estimasi (penentuan) usia dapat ditentukan ?

2. Penutupan (obliterasi) sutura menurut metode manakah yang paling akurat apakah metode Ascadi-Nemeskeri, Masset, Baker dan Meindl-Lovejoy.

I.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum: Untuk menentukan umur dari derajat obliterasi sutura.

1.3.2 Tujuan Khusus:

a) Untuk mendeteksi variasi bilateral dan biseksual dalam penutupan sutura cranial jika ada


(18)

b) Untuk menentukan hubungan antara kemajuan union sutura cranial dan usia subjek

c) Untuk menentukan metode estimasi usia yang praktis berdasarkan status kemajuan dari penutupan sutura dengan menggunakan data yang telah dikumpulkan.

1.4 Manfaat penelitian

Agar dapat dipergunakan bagi para dokter diperifer (pedalaman) dalam menentukan umur / usia berdasarkan derajat penutupan (obliterasi) sutura sehingga korban yang tidak kenal dapat diketahui berapa usianya tanpa adanya dokumentasi seperti akte kelahiran, KTP dan sebagainya.


(19)

BAB II Tinjauan Pustaka

Selama bertahun tahun penutupan sutura tengkorak dianggap metode yang paling akurat. Adalah merupakan pengetahuan umum bahwa sebagian besar orang dewasa mengalami sedikitnya sebagian sutura mereka tertutup dan ini cendrung menyebar lebih luas ketika usia mereka bertambah. Penutupan berurut dari berbagai sutura tengkorak memberikan informasi penting mengenai usia dari orang tersebut. Selama usia 25 tahun dan khususnya dalam usia 25 – 40 tahun, estimasi usia menjadi lebih sulit. Tidak adanya tanda penutupan dari tengkorak menunjukkan probabilitas kuat bahwa usia tidak melebihi 30 tahun.8

Tiga tehnik estimasi usia yang menggunakan penutupan sutura ectocranial dan/atau endocranial diuji pada sebuah sample dengan usia yang telah diketahui oleh Spitalfield, London untuk menentukan nilai penutupan sutura cranial sebagai indicator penentuan umur .Tiga tehnik tersebut dikemukakan oleh Ascadi – Nemeskeri, Meindl, dan Perizonius dan hasil menunjukkan bahwa tehnik Ascaradi – Nemeskeri, yang didasarkan pada sutura endocranial dapat digunakan untuk membedakan orang-orang muda dan berusia menengah dalam sampel SpitalFields akan tetapi tidak memberikan informasi untuk cranium pada usia 50 tahun.9.10.11 Estimasi usia dengan menggunakan tehnik Meindl dan Lovejoy dan Perizonius (system lama) menggunakan sutura ectocranial , ditemukan menjadi subjek pada sejumlah factor yang bertentangan, dimana dimorfisme seksual dalam tingkat dan pola penutupan adalah sangat signifikan. Untuk tehnik estimasi usia


(20)

yang akurat didasarkan pada penutupan sutura cranial maka kita perlu mengetahui lebih banyak lagi tentang penyebab dan fungsi-fungsi dari penutupan sutura pada manusia.

Ada beberapa teori mengenai obliterasi sutura

 Perubahan pertumbuhan dalam skeleton, walaupun pemberian dasar yang sangat dipercaya untuk estimasi usia, tidak memungkinkan didapat penentuan yang tepat, akan tetapi hanya tingkatan karena ada variasi sehubungan dengan pertumbuhan dan usia.

 Penutupan sutura mulai secara endocranial dan kemudian berlangsung secara ectocranial, yaitu mulai dari sisi dalam tengkorak dan berlanjut ke sisi luar.

 Penutupan sutura mulai secara endocranial dan meluas ke arah luar pada ectocranium. waktu penutupan bagian apapun dari sutura dan urutan dimana proses berlanjut adalah sangat tidak pasti. Akan tetapi penutupan endocranial lebih dapat dipercaya daripada fusi ectocranial.  Sutura mulai menutup pada aspek luar dan dalam pada waktu yang

hampir bersamaan. Meskipun demikian, sutura ectocranial berlangsung secara lebih lambat, dan umumnya tidak sempurna seperti obliterasi endocranial .


(21)

 Sutura tengkorak memulai mengalami obliterasi pada usia 25 – 45 tahun, yang biasanya mulai pada permukaan ectocranial akan tetapi, meskipun penutupan sutura pada permukaan endocranial lebih lambat, namun kemajuan pada level ini lebih cepat, lebih seragam dan lebih sempurna daripada level ectocranial.

 Tidak ada waktu yang berbeda antara dimulai penutupan endocranial dan ectocranial, ada satu indicator usia yang dapat dipercaya yaitu lapsed union. Lapsed union adalah union yang tidak sempurna dalam pengertian bahwa sebuah proses yang pernah mulai tidak berlangsung hingga sempurna. Lapsed union terjadi lebih sering dalam sutura sagittal.

Lapsed union adalah karekteristik dari semua sutura ectocranial. Pada tahun 1910,Jones mengamati bahwa penutupan eksternal dari sutura dapat terjadi tetapi sangat sedikit. Sutura ectocranial cendrung masih dalam keadaan yang tidak sempurna, beberapa dalam keadan belum mengalami obliterasi.

Penentuan usia menjadi sulit ketika usia lanjut terutama setelah usia 40 tahun dengan metode-metode konvensional. Untuk mengatasi masalah ini sebuah penelitian telah dilaksanakan dimana 100 kasus dengan tingkatan usia 40-70 tahun diambil. Penelitian meneliti dan mendapati level yang berbeda dari penutupan sutura lambdoid, parietomastoid, coronal dan squamous diteliti. Setiap sutura ditemukan tertutup pada kelompok usia tertentu.Union yang paling dini ditemukan pada usi


(22)

40-50 tahun. Usia fusi ditemukan menjadi lambdoid (45-40-50), parieto-mastoid (55-60), squamous (60-65) dan coronal (45-50).

Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun1998 dimana total 963 jumlah tulang tengkorak yang diteliti untuk menguji metode-metode cranial makroskopik untuk memperkiraan usia dari korban. Adapun metode-metode yang yang dipakai seperti Ascadi-Nemeskeri, Masset, Baker dan Meindl-Lovejoy yang digunakan untuk setiap tengkorak. Hasil mengindikasikan bahwa tehnik yang paling akurat dalam aplikasi ini adalah tehnik yang mempertimbangkan penutupan sutura endocranial. Metode-metode Ascadi-Nemereski dan Masset adalah yang paling akurat dalam semua sub sampel menurut populasi, jenis kelamin, dan dalam jumlah total walaupun akurasi relative dapat berbeda-beda dalam aplikasi terhadap populasi lain.

Waktu penutupan sutura sagital, coronal, dan lambdoid diteliti pada waktu dilakukan autopsi terhadap 538 pria dan 127 wanita dewasa dengan usia yang diketahui. Apakah sebuah segmen terbuka atau tertutup pada setiap permukaan direkam. Dalam menganalisa rekaman, para penulis sampai pada kesimpulan bahwa obliterasi sutura mulai lebih awal pada permukaan endocranial daripada ectocranial. Obliterasi sempurna dari sebuah segmen atau sutura menyeluruh adalah sangat tidak menentu dan tidak begitu bermanfaat untuk mengestimasi usia tengkorak

Usia 20 pria dan 20 wanita dievaluasi berdasarkan sutura vault. Hasilnya dibandingkan dengan usia kronologis aktual dari korban yang dikalkulasikan berdasarkan tanggal kelahiran dan kematian mereka. Dalam banyak kasus, over estimasi ringan terjadi dalam pengevaluasian usia dengan menganalisa sutura.


(23)

Selanjutnya hasil memperlihatkan bahwa evaluasi tepat dan menyeluruh dari korban adalah tidak memungkinkan berdasarkan penutupan sutura cranial tanpa maserasi tengkorak.

Metode Meindl-Lovejoy digunakan pada 3663 tengkorak dari koleksi Hamman-Todd dan Terry. Ditemukan bahwa penutupan sutura sagittal adalah tergantung usia dan terbias secara seksual. Interval kepercayaan yang luas terlihat menghambat aplikasi yang sangat berarti dari status sutura untuk penentuan usia. Tidak ada korelasi yang ditemukan dengan stressor biologi yang diuji.

Sebuah metode baru diterapkan yang menggunakan penutupan sutura ectocranial dari anterior lateral dan sutura vault pada 236 sampel dari koleksi Hamman-Todd. Ditemukan bahwa metode ectocranial adalah lebih baik daripada endocranial dan bahwa estimasi usia adalah tidak tergantung pada ras dan jenis kelamin. Kesimpulannya adalah bahwa penutupan sutura dapat memberikan estimasi yang penting dari usia pada waktu kematian dalam konteks arkeologi dan forensik ketika digunakan bersama dengan indikator-indikator usia skeletal lainnya.

Penelitian lain yang menggunakan tiga tehnik estimasi usia (metode Ascadi-Nemeskeri, Meindl-Lovejoy, dan Perizonius) telah diuji pada sebuah sampel dengan usia yang diketahui untuk menentukan nilai sutura cranial untuk estimasi usia. Hasil mengindikasikan bahwa tehnik Ascadi-Nemeskeri yang didasarkan pada sutura endocranial dapat digunakan untuk membedakan antara orang-orang berusia muda dan menengah dalam sampel akan tetapi tidak memberikan informasi untuk cranial usia 50 tahun.


(24)

Scala penutupan menurut metode Ascadi – Nemeskeri

 0 = Terbuka. Masih ada sedikit ruang yang tersisa antara sisi-sisi dari tulang yang menyatu

 1 = Penutupan yang baru mulai. Terlihat secara jelas sebagai yang berkelanjutan sering dengan jalur zigzag

 2 = Penutupan dalam proses. Garis lebih tebal, kurang zigzag, dihentikan oleh penutupan sutura.

 3 = Penutupan lanjut. Hanya pit (lubang) yang mengindikasikan dimana sutura terletak.

4 = Tertutup. Bahkan lokasi tidak dapat dikenal.

Dari hasil observasi bagian ectocranial dari sutura sagittal didapati bahwa S3 menutup lebih dini yang diikuti oleh S4,S2 dan kemudian S1. Pada sutura coronal didapati C3 menutup lebih dini diikuti oleh C1 dan C2. Sedang pada sutura lambdoid didapati L3 menutup secara dini yang diikuti oleh L2 dan L1. Disini didapati bagian sutura dari ectocranium tidak pernah dijumpai penutupan total.

Sedangkan bagian endocranium didapati tidak ada perbedaan dalam penutupan sutura pada sisi kanan dan kiri. Dalam sutura sagittal didapati S3 menutup secara dini yang diikuti oleh S4,S1 dan S2. Pada sutura coronal didapati didapati C2 mentup lebih dini dari pada C1 dan C3, sedangkan Sutura lambdoid didapati didapati L3 menutup lebih dini dan diikuti oleh L2 dan L1.


(25)

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

III.1 Kerangka konsepsional

Gambar 3.1 Tabel Kerangka Konsepsional Derajat

Obliterasi Sutura

Kriteria Inklusi Dokomentasi / KTP Akte kelahiran Kriteria eksklusi Tidak dikenal Fraktur, Jenis Kelamin, Gigi

Umur

III.2 Variabel dan Defenisi Operasional

Identifikasi variabel

Variable bebas : sutura sagittal, sutura coronal, sutura lambdoid, ras, dan jenis kelamin

Variabel tergantung : umur

Definisi Operasional

Dalam tahun-tahun terakhir kehidupan semua gigi telah bererupsi,secara praktis semua epiphyse telah menyatu dengan diaphysis., tinggi dan bobot tidak memiliki signifikan untuk menentukan usia. Gustafson telah melakukan penelitian dimana dia telah memberikan gagasan untuk menentukan usia berdasarkan perubahan yang terjadi pada gigi. Obliterasi sutura tengkorak pada akhir usia, terutama ketika semua gigi telah bererupsi dan epiphysis telah menyatu, yakni setelah usia 21 tahun,


(26)

memberikan gagasan yang agak akurat akan tetapi penentuan usia hanya dapat dalam beberapa dekade, berdasarkan kriteria dari obliterasi sutura.

Sutura sagittal.

Penutupan sutura sagittal secara ectocranial tidak pernah sempurna. Sutura sagittal secara endocranial mulai menyatu pada akhir usia 20-29 tahun dan sempurna pada usia 60-69 tahun.

Sutura Coronal

Sutura coronal memperlihatkan kasus-kasus lapsed union yang palig tinggi. Dalam sutura coronal usia yang paling muda dimana union yang sempurna terlihat pada usia 60 tahun secara ectocranial dan 32 tahun secara endocranial.

Sutura Lambdoid

Lambdoid secara endocranial, mulai menyatu pada usia 20-29 tahun. Usia paling dini dimana union sutura lambdoid yang sempurna terlihat pada usia 52 tahun secara ectocranial dan 36 tahun secara endocranial.


(27)

(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional desriptif III.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian : dilaksanakan dalam periode waktu 3 bulan (12 April sampai 30 Juni 2010)

Tempat penelitian: Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dan Rumah sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

III.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi target: Semua kasus yang datang ke Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

2. Populasi terjangkau: Semua kasus yang diautopsi (pemeriksaan luar dan dalam) periode 12 April sampai 30 juni 2010

3. Sampel penelitian : pada kasus yang diketahui umur (Usia lebih 20 tahun)

4. Cara pengambilan sampel dengan non probability sampling jenis consecutive sampling.


(29)

III.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi

1. Kasus-kasus dari pemeriksaan postmortem medicolegal yang usia korban diketahui. Usia ini diperoleh melalui bukti dokumentasi seperti akte kelahiran, kartu tanda penduduk (KTP), dan sebagainya.

2. Subjek yang diambil berusia lebih dari 20 tahun

Kriteria eksklusi

1. Korban yang tidak dikenal (Mr.X) sehingga usia yang tepat tidak dapat diperoleh.

2. Pada kasus-kasus yang mana tengkorak kepala pernah mengalami kelainan bentuk seperti fraktur sehingga dapat menghambat penelitian.

III.5 Ijin Subjek Penelitian

Semua pemeriksaan / penelitian yang dilakukan telah mendapat ijin dari keluarga korban setelah terlebih dahulu mendapat penjelasan tentang maksud, tujuan, cara, manfaat dan resiko dari penelitian yang dilakukan sesuai dengan lembar penjelasan kepada keluarga korban (terlampir), selanjutnya persetujuan / ijin dari keluarga korban (informed consent) dilakukan pada lembar persetujuan subjek penelitian (terlampir)


(30)

III.6 Etika Penelitian

Penelitia yang dilakukan telah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian (Reseach Ethical Committee of North Sumatera c/0 Medical School, Universitas Sumatera Utara) tentang Pelaksanaan penelitian bidang kesehatan dengan nomor 155 / KOMET / FK USU / 2010

III.7 Tehik Pengumpulan Data

Untuk dapat mengestimasi hubungan yang memungkinkan antara penutupan sutura dan usia pada saat kematian, alat statistik yang tepat untuk digunakan (koefisien korelasi tingkatan spearman, Uji Levene untuk ekualitas perbedaan, uji/student untuk ekualitas rata-rata, SPSS software) dan P < 0,05 dianggap sebagai signifikan.

III.8 Pengolahan dan Analisa Data

Untuk memperkirakan umur korban yang dapat dilihat dari penutupan sutura sagittal, corona dan lambdoid dengan menggunakan metode dari ascardi-nemeskeri dengan mengetahui identitas korban.


(31)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada penelitian ini responden yang ikut serta dalam penelitian deskriptif adalah berjumlah 20 orang. Factor yang diteliti adalah berupa jenis kelamin, umur, agama dan pekerjaan.

4.1. Karakteristik sosiodemografi Korban

Table 1. karakteristik jenis kelamin, umur, agama dan pekerjaan.

Tabel 4.1. Karakteristik korban

karakteristik responden

n %

Jenis kelamin laki-laki

14 70

Peremuan

6 30

Total

20 100

Umur 21-30


(32)

31-40 2 10

41-50 4 20

>50 4 20

Total 20 100

Agama Islam 17 85

Kristen 1 5

Budha 2 10

Total 20 100

Pekerjaan Wiraswasta 8 40


(33)

Irt 3 15

Petani 2 10

tdk bekerja 2 10

total 20 100

Dari table diatas dapat diamati bahwa responden yang paling banyak korban berdasarkan kelompok umur adalah umur 21-30 tahun (50.0%), dan kelompok umur 41-50 tahun (20.0%), > 50 tahun (20.0%) dan umur 31-40 tahun sebanyak 10.0%). Berdasarkan jenis kelamin dapat di lihat laki-laki berjumlah 14 orang (70.0%) dan yang perempuan 6 orang (30.0%), dari agama islam 17 orang (85.0%), budha berjumlah 2 orang (10.0%) dan Kristen berjumlah 1 orang (5.0%). Sedangkan dari pekerjaannya dapat di lihat pekerjaan wiraswasta 8 orang (40.0%), karyawan 5 orang (25.0%), ibu rumah tangga 3 orang (15%), petani 2 orang (10.0%) dan tidak bekerja 2 orang (10.0%).


(34)

IV.2 Karakteristik berdasarkan nilai sutura sagital pada permukaan ectocranial dan endocranial

Table 4.2. karakteristik berdasarkan sutura sagittal pada permukaan ectocranial dan endocranial

ECTOCRANIAL ENDOKRANIAL

Mean sd min max mean sd min max

S1 1.15 1.30 0 4.00 2.45 1.46 0 4.00 S2 1.25 1.40 0 4.00 2.45 1.27 0 4.00 S3 1.50 1.46 0 4.00 2.45 1.23 0 4.00 S4 1.35 1.49 0 4.00 2.45 1.23 0 4.00

Pada table 4.2 diatas, pada pemeriksaan S1 kelompok ectocranial mean sebesar 1.15, standard deviasi sebesar 1.30 dan kelompok endocranial mean sebesar 2.45, standard deviasi sebesar 1.46. berdasakan kelompok S2 pada kelompok ectocranial mean 1.25, standard deviasi sebesar 1.40 dan kelompok endocranial mean 2.45, standard deviasi sebesar 1.27. berdasarkan kelompok S3 pada kelompok ectocranial mean 1.50, standard deviasi sebesar 1.46 dan kelompok endocranial mean 2.45, sampai dengan sebesar 1.23. dan berdasarkan kelompok S4 pada kelompok ectocranial mean 1.35, standard deviasi sebesar 1.49 dan kelompok endocranial mean sebesar 2.45, sampai dengan sebesar 1.23.


(35)

IV.3 Karakteristik berdasarkan nilai sutura Coronal pada permukaan ectocranial dan endocranial

Table 4.3. karakteristik berdasarkan hubungan agama sutura CR (kanan) pada permukaan ectocranial dan endocranial

ECTOCRANIAL ENDOKRANIAL

mean sd min max mean sd Min max

CR1 1.35 0.93 0 3.00 2.30 1.41 0 4.00

CR2 1.20 0.89 0 3.00 2.30 1.41 0 4.00

CR3 1.60 0.94 0 3.00 2.25 1.20 0 4.00

Pada table 4.3. diatas, dapat dilihat dari CR1 yaitu , pada kelompok ectocranial mean sebesar 1.35, standard deviasi sebesar 0.93 dan kelompok endocranial mean sebesar 2.30, standard deviasi sebesar 1.41. berdasarkan kelompok CR2 pada kelompok ectocranial mean 1.20, standard deviasi sebesar 0.89 pada kelompok endocranial mean 2.30, standard deviasi sebesar 1.41. berdasarkan kelompok CR3 pada ectocranial mean 1.60, standard deviasi sebesar 0.94 dan kelompok endocranial mean sebesar 2.25, standard deviasi sebesar 1.20.


(36)

Table 4.4. karakteristik berdasarkan hubungan agama sutura CL (kiri) pada permukaan ectocranial dan endocranial

ECTOCRANIAL ENDOKRANIAL

mean sd min max mean sd min max

CL1 1.25 0.91 0 3.00 2.20 1.36 0 4.00

CL2 1.30 0.97 0 3.00 2.30 1.41 0 4.00

CL3 1.45 0.99 0 3.00 2.35 1.26 0 4.00

Pada table 4.4. diatas, dapat dilihat dari CL1 yaitu , pada kelompok ectocranial mean sebesar 1.25, standard deviasi sebesar 0.91 dan kelompok endocranial mean sebesar 2.20, standard deviasi sebesar 1.36. berdasarkan kelompok CL2 pada kelompok ectocranial mean 1.30, standard deviasi sebesar 0.97 pada kelompok endocranial mean 2.30, standard deviasi sebesar 1.41. berdasarkan kelompok CL3 pada ectocranial mean 1.45, standard deviasii sebesar 0.99 dan kelompok endocranial mean sebesar 2.35, standard deviasii sebesar 1.26.

Table 4.5. karakteristik sutura LR (right) pada permukaan ectocranial dan endocranial

ECTOCRANIAL ENDOKRANIAL

mean sd min max mean sd min max

LR1 1.20 1.00 0 3.00 2.05 1.27 0 4.00

LR2 1.15 0.98 0 3.00 2.10 1.29 0 4.00


(37)

Pada table 4.5. diatas, dapat dilihat dari LR1 yaitu , pada kelompok ectocranial mean sebesar 1.20, standard deviasi sebesar 1.00 dan kelompok endocranial mean sebesar 2.05, standard deviasi sebesar 1.27. berdasarkan kelompok LR2 pada kelompok ectocranial mean 1.15, standard deviasi sebesar 0.98 pada kelompok endocranial mean 2.10, standard deviasi sebesar 1.29. berdasarkan kelompok LR3 pada ectocranial mean 1.40, standard deviasii sebesar 1.04 dan kelompok endocranial mean sebesar 2.40, sd sebesar 1.27.

Table 4.6 karakteristik sutura LL (left) pada permukaan ectocranial dan endocranial

ECTOCRANIAL ENDOKRANIAL

mean sd min max mean sd min max LL1 1.10 0.96 0 3.00 2.30 1.21 0 4.00 LL2 1.10 0.96 0 3.00 2.30 1.17 0 4.00 LL3 1.40 1.04 0 3.00 2.30 1.21 0 4.00

Pada table 4.5. diatas, dapat dilihat dari LL1 yaitu , pada kelompok ectocranial mean sebesar 1.10, standard deviasi sebesar 0.96 dan kelompok endocranial mean sebesar 2.30, standard deviasi sebesar 1.21. berdasarkan kelompok LL2 pada kelompok ectocranial mean 1.10, standard deviasi sebesar 0.96 pada kelompok endocranial mean 2.30, standard deviasi sebesar 1.17. berdasarkan kelompok LL3 pada ectocranial mean 1.40, standard deviasi sebesar 1.04 dan kelompok endocranial mean sebesar 2.30, standard deviasi sebesar 1.21.


(38)

IV.3 Hubungan antara umur dengan sutura sagittal pada permukaan ectocranial dan endocranial.

Tabel.4.7. Hubungan antara umur dengan sutura sagittal pada permukaan ectocranial dan endocranial

Ectocranial Endocraial Hubungan

r P* r P*

Umur - s1 0.816 0.0001 0.851 0.0001 Umur - s2 0.800 0.0001 0.839 0.0001 Umur - s3 0.802 0.0001 0.796 0.0001 Umur - s4 0.797 0.0001 0.796 0.0001 *uji korelasi spearmen

Pada table 4.7. diatas, dapat dilihat berdasarkan hubungan r yaitu , pada kelompok ectocranial umur-S1 sebesar 0.816, umur-S2 sebesar 0.800, umur-S3 sebesar 0.802,dan umur- S4 sebesar 0.797. sedangkan p yang diperoleh sebesar 0.0001. berdasarkan kelompok endocranial r pada kelompok umur-S1 sebesar 0.851, umur-S2 sebesar 0.839, umur-S3 sebesar 0.796 dan umur-S4 sebesar 0.796. p yang didapat sebesar 0.0001. Hal ini berarti terdapat hubungan umur dengan S1 s.d S4 pada permukaan ectocranial dan endocranial.


(39)

Gambar 4.1 Tulang tengkorak kepala wanita berusia 27 tahun dengan score 3 pada sutura sagittal permukaan endocranial


(40)

Table 4.8. Hubungan antara umur dengan sutura CR (right) pada permukaan ectocranial dan endocranial.

Ectocranial Endocraial Hubungan

r P* r P*

Umur-CR1 0.788 0.0001 0.791 0.0001

Umur-CR2 0.781 0.0001 0.791 0.0001

Umur-CR3 0.770 0.0001 0.753 0.0001

Pada table 4.8. diatas, dapat dilihat berdasarkan hubungan r yaitu , pada kelompok ectocranial CR1 sebesar 0.788, CR2 sebesar 0.781 dan umur-CR3 sebesar 0.770, sedangkan p yang diperoleh sebesar 0.0001. berdasarkan kelompok endocranial r pada kelompok umur-CR1 sebesar 0.791, umur-CR2 sebesar 0.791 dan umur-CR3 sebesar 0.753. sedangkan p yang d dapat sebesar 0.0001. Hal ini berarti terdapat hubungan antara umur dengan CR1 s.d CR3 pada permukaan ectocranial dan endocranial (p<0.05).

Table 4.9. Hubungan antara umur dengan sutura CL (left) pada permukaan ectocranial dan endocranial.

Ectocranial Endocraial Hubungan

r P* r P*

Umur-CL1 0.726 0.0001 0.787 0.0001


(41)

Umur-CL3 0.808 0.0001 0.728 0.0001

Pada table 4.9. diatas, dapat dilihat berdasarkan hubungan r yaitu , pada kelompok ectocranial CL1 sebesar 0.726, CL2 sebesar 0.814 dan umur-CL3 sebesar 0.808, sedangkan p yang diperoleh sebesar 0.0001. berdasarkan kelompok endocranial r pada kelompok umur-CL1 sebesar 0.787, umur-CL2 sebesar 0.760 dan umur-CL3 sebesar 0.728. sedangkan p yang d dapat sebesar 0.0001. Hal ini berarti terdapat hubungan umur dengan CL1 s.d CL4 pada permukaan ectocranial dan endocranial (p<0.05).

Gambar 5.1 Tulang tengkorak kepala wanita berusia 27 tahun dengan score 2 pada sutura coronal permukaan ectocranial


(42)

Table 4.10. Hubungan antara umur dengan sutura LR (right) pada permukaan ectocranial dan endocranial.

Ectocranial Endocraial Hubungan

r P* r P*

Umur-LR1 0.766 0.0001 0.808 0.0001

Umur-LR2 0.741 0.0001 0.815 0.0001

Umur-LR3 0.639 0.0001 0.918 0.0001

Pada table 4.10. diatas, dapat dilihat berdasarkan hubungan r yaitu , pada kelompok ectocranial LR1 sebesar 0.766, LR2 sebesar 0.741 dan umur-LR3 sebesar 0.639, sedangkan p yang diperoleh sebesar 0.0001. berdasarkan kelompok endocranial r pada kelompok umur-LR1 sebesar 0.808, umur-LR2 sebesar 0.815 dan umur-LR3 sebesar 0.918. sedangkan p yang didapat sebesar 0.0001. Hal ini berarti terdapat hubungan umur dengan LR1 sampai dengan LR3 pada permukaan ecto dan endocranial (p<0.05)

Table 4.11 Hubungan antara umur dengan sutura LL (left) pada permukaan ectocranial dan endocranial.

Ectocranial Endocraial Hubungan

r P* r P*

Umur-LL1 0.776 0.0001 0.913 0.0001

Umur-LL2 0.776 0.0001 0.904 0.0001


(43)

Pada table 4.11. diatas, dapat dilihat berdasarkan hubungan r yaitu, pada kelompok ectocranial LL1 sebesar 0.776, LL2 sebesar 0.776 dan umur-LL3 sebesar 0.639, sedangkan p yang diperoleh sebesar 0.0001. berdasarkan kelompok endocranial r pada kelompok umur-LL1 sebesar 0.913, umur-LL2 sebesar 0.904 dan umur-LL3 sebesar 0.859. sedangkan p yang d dapat sebesar 0.0001. Hal ini berarti terdapat hubungan umur dengan LL1 sampai dengan LL4 pada permukaan ectocranial dan endocranial (p<0.05).

Gambar 6.1 Tulang tengkorak kepala wanita berusia 27 tahun dengan score 1 pada sutura lamdoib permukaan ectocranial


(44)

a. Analisis multivariate pada permukaan ectocranial

Pada analisis multivariate dilakukan analisis regresi linier berganda. Analisis yang dilakukan adalah menghubungkan keseluruhan nilai sutura dengan umur. Hasil analisis terlihat pada table berikut ini:

Table 4.2. Hubungan antara sutura dengan umur permukaan ectocranial

Model Β P

Constant 23.790 0.02

S1 -26.990 0.144

S2 20.104 0.196

S3 6.825 0.389

S4 4.834 0.407

CR1 -48.04 0.143 CR2 -32.432 0.085 CR3 3.105 0.772 CL1 42.603 0.136 CL2 42.609 0.072 CL3 3.613 0.685 LR1 30.705 0.224 LR2 -65.747 0.071 LL2 37.512 0.146 LL3 -9.481 0.166


(45)

Tahap selanjutnya adalah mengeluarkan satu persatu variable yang dianalisis dengan metode enter dan dimulai dari nilai p value yang paling tinggi. Tahap akhir dari analisis ini diperoleh hasil berikut ini:

Tabel. 4.2.2. Model prediksi antara sutural dengan umur permukaan ectocranial

Model Β P

Constant 24.916 0.0001

S1 -37.432 0.006

S2 37.33 0.003

CL2 10.898 0.033

LR2 -46.872 0.003

LL2 60.1 0.002

LL3 -11.397 0.026

Hasil akhir analisis multivariate menghasil model persamaan matematis. Adapun model persamaan pada permukaan ectocranial adalah:

Umur = 24.916 + (-37.432 S1) + 37.330 S2 + 10.898 CL2 + (-46.872 LR2) +60.100 LL2 + (-11.397 LL3).

Model ini setelah dilakukan pengujian ketepatan model adalah signifikan yang berarti model ini tepat untuk memprediksi umur dari nilai sutura cranial (S1,S2,CL2,LR2,LL2,LL3)


(46)

b. Analisis multivariate pada permukaan endocranial

Pada analisis multivariate dilakukan analisis regresi linier berganda. Analisis yang dilakukan adalah menghubungkan keseluruhan nilai sutura dengan umur. Hasil analisis terlihat pada table berikut ini:

Tabel.4.3 Hubungan antara sutura dengan umur permukaan endocranial

Model β P

Constan 12.464 0.058

S2 7.471 0.406

S4 -6.358 0.338

CR2 9.700 0.536

CR3 -3.546 0.835

CL1 -5.099 0.636

CL3 -10.458 0.414

LR1 -4.226 0.755

LL2 11.226 0.611

LL3 12.201 0.494

Tahap selanjutnya adalah mengeluarkan satu persatu variable yang dianalisis dengan metode enter dan dimulai dari nilai p value yang paling tinggi. Tahap akhir dari analisis ini diperoleh hasil berikut ini:


(47)

Tabel.4.3.3 Hubungan antara sutura dengan umur endocranial.

Model β P

Constant 11.030 0.023

S2 9.662 0.004

CL3 -12.049 0.006

LL3 14.157 0.001

Hasil akhir analisis multivariate menghasil model persamaan matematis. Adapun model persamaan pada endocranial adalah:

Umur = 11.030 +9.662 S2 endo + (-12.049 CL3 endo) + 14.157 LL3 endo

Model ini setelah dilakukan pengujian ketepatan model adalah signifikan yang berarti model ini tepat untuk memprediksi umur dari nilai sutura cranial (S2 endo, CL3 endo, LL3 endo).


(48)

BAB V PEMBAHASAN

Dalam tahun-tahun terakhir kehidupan semua gigi telah bererupsi, secara praktis semua epiphyses telah menyatu dengan diaphysis, tinggi dan bobot tidak memiliki signifikasi untuk menentukan usia. Gustafson telah melakukan penelitian dimana dia telah memberikan gagasan untuk menentukan usia berdasarkan perubahan yang terjadi pada gigi. Obliterasi sutura tengkorak terjadi terutama ketika semua gigi telah bererupsi dan telah menyatu, yakni setelah usia 21 tahun. Banyak penulis telah menjelaskan perbedaan dan beberapa telah meragukan reabelitas obliterasi (penutupan) sutura sebagai sebuah indikator penentuan umur. Pada kenyataannya obliterasi sutura tidak berhubungan secara positif dengan usia pada orang yang meninggal dunia setelah usia lima puluh tahun misalnya cranium dari empat orang Belanda yang berusia di atas seratus, akan tetapi dengan sutura yang terbuka dijelaskan oleh J.B Davis, Powers dan Bolk. Hasil di atas mengemukakan bahwa orang-orang yang sudah tua dengan sutura terbuka tidak merupakan pengecualian yang jarang terjadi. Cranium dapat menjadi lebih tebal, akan tetapi begitu sutura tertutup tidak akan terbuka lagi. Pertanyaan apakah seleksi alam terjadi? Apakah orang-orang dengan sutura terbuka memiliki lebih banyak peluang untuk tumbuh lebih tua? Dan jika demikian, pada tingkat apakah mekanisme seleksi yang terjadi sehubungan dengan indikator usia lainnya?


(49)

Sutura Sagittal

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa sutura sagittal, secara endocranial mulai menyatu pada akhir usia 20-29 tahun, sesuai dengan yang dilaporkan oleh Todd dan Lyon (1924), sementara berbeda dengan observasi yang dilaporkan oleh Pommerol (1869) dan Topinard (1885). Mereka berpendapat bahwa penutupan sutura sagittal pada bagian endocranial terjadi lebih lambat yaitu sekitar usia 40 tahun. Penutupan sutura sagittal secara ectocranial tidak pernah sempurna dan ini mengimplikasikan bahwa lapsed union adalah sebuah masalah signifikan dalam sutura ectocranial.

Sutura Coronal

Dalam sutura coronal usia yang paling muda dimana union yang sempurna terlihat pada usia 60 tahun secara ectocranial dan pada usia 32 tahun secara endocranial. Jadi disini sutura coronal memperlihatkan kasus-kasus lapsed union yang paling tinggi. Menurut Pommerol (1896), Topinard (1885), Ribbe (1885) bahwa penutupan sutura coronal antara usia 40-50 tahun dan mereka tidak mengindikasikan apakah oblterasi sutura bagian ectocranial atau endocranial dan apakah ini permulaan atau akhir dari obliterasi.

Sutura Lambdoid

Lambdoid secara endocranial mulai menyatu pada usia 20-29 tahun jadi satu tahun lebih awal daripada yang dilaporkan oleh Todd dan Lyon (1924), sedangkan secara ectocranial pada usia 50-59 tahun. Dari penelitian ini jelas terbukti bahwa endocranial adalah sebuah parameter yang jauh lebih baik untuk penentuan usia


(50)

daripada ectocranial sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Todd dan Lyon (1924 dan 1925).

Menurut Todd, Lyon dan Hardlicka bahwa obliterasi sutura lebih awal terjadi pada permukaan endocranial daripada ectocranial. Mereka juga menemukan yang pertama bahwa sutura terluar yang memiliki “lapsed union” adalah bagian yang dapat dipercaya serta tidak ada perbedaan jenis kelamin (gender) dalam penutupan sutura pada kedua permukaan. Menurut Topinard, jika semua sutura terbuka, maka usia tengkorak adalah lebih kurang 35 tahun. Jika bagian posterior dari sutura sagittal mulai menutup, maka usia sekitar 40 tahun, dan jika sutura coronal dekat bregma mulai menutup maka usia berkisar 50 tahun atau lebih. Sedang menurut Wight, sutura mulai menutup dibawah usia 30 tahun dan penutupan sutura hampir sama yaitu penutupan lebih awal pada permukaan endocranial daripada permukaan ectocranial dan variabilitas dalam penutupan sutura adalah ketentuan. Meskipun demikian, dia kehilangan sugesti bahwa sutura tidak dapat digunakan dalam penentuan usia.

Perizonus meneliti waktu penutupan sutura pada 174 tengkorak pria dan 82 tengkorak wanita dari penduduk Amsterdam non yahudi yang usianya adalah antara 20-99 tahun. Dia menguji sutura endocranial dengan memasukkan sebuah lampu kecil melalui foramen magnum dan beliau tidak menemukan perbedaan apapun dalam waktu penutupan sutura pada pria dan wanita atau pada kedua permukaan. Menurutnya obliterasi sutura berhubungan dengan usia pada kelompok usia 20-49 tahun akan tetapi tidak setelah itu.


(51)

Beberapa peneliti termasuk Steward, Singer, McKern dan Powers menyatakan bahwa Obliterasi (penutupan) sutura tidak dapat dipercaya sebagai pedoman untuk penentuan usia seseorang. Studi-studi penelitian ini menyatakan bahwa obliterasi dari berbagai segmen tiga utama dari tengkorak adalah sangat tidak pasti dimana tidak satupun yang dapat mendukung dalam mengestimasi usia dan juga tidak memberikan bukti yang mendukung dalam penentuan usia dari skeletal lainnya.


(52)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Dalam penelitian ini dijumpai kemungkinan bahwa obliterasi sutura dapat dipakai untuk mendukung salah satu landasan esential dalam estimasi usia. Sebelum beberapa indikator usia dikombinasikan ke dalam metode kompleks, sebaiknya sebanyak mungkin informasi mengenai indikator-indikator usia yang terpisah harus dikumpulkan karena untuk estimasi usia yang lebih baik tidak hanya indikator-indikator usia morfologi akan tetapi juga histologi dapat dipergunakan.

1. Terdapat hubungan umur dengan S1 s.d S4 pada permukaan ectocranial dan endocranial.

2. Terdapat hubungan antara umur dengan CR1 s.d CR3 pada permukaan ectocranial dan endocranial (p<0.05).

3. Terdapat hubungan umur dengan CL1 s.d CL4 pada permukaan ectocranial dan endocranial (p<0.05).

4. Terdapat hubungan umur dengan LR1 sampai dengan LR3 pada permukaan ectocranial dan endocranial (p<0.05).

5. Terdapat hubungan umur dengan LL1 sampai dengan LL4 pada permukaan ectocranial dan endocranial (p<0.05).


(53)

6. Penutupan sutura permukaan ectocranial tidak dapat digunakan untuk estimasi usia

7. Obliterasi sutura mulai lebih awal pada permukaan endocranial daripada permukaan ectocranial.

8. Meskipun ada beberapa perbedaan dalam penutupan sutura pada pria dan wanita, namun tidak signifikan secara statistik

9. Hasil akhir analisis multivariate menghasil model persamaan matematis. Adapun model persamaan pada permukaan ectocranial adalah:

Umur = 24.916 + (-37.432 S1) + 37.330 S2 + 10.898 CL2 + (-46.872 LR2) +60.100 LL2 + (-11.397 LL3).

10. Hasil akhir analisis multivariate menghasil model persamaan matematis. Adapun model persamaan pada permukaan endoocranial adalah:


(54)

SARAN

1. Pada penelitian ini sebaiknya jumlah sampel diambil sebanyak mungkin untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

2. Dalam penelitian ini, seseorang yang berumur < 20 tahun dan > 90 tahun untuk menentukan obliterasi sutura tidak diambil, maka untuk mendapatkan hasil yang baik, kelompok ini harus dilibatkan.

3. Perbedaan antara setiap kelompok adalah 10 (sepuluh) tahun dan harus dikurangi untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

4. Dalam penelitian (50% dari kasus adalah dalam kelompok usia 21-30 tahun) distribusi dan jenis kelamin (70% laki-laki) adalah tidak merata. Disini error pengambilan sampel agar dipertimbangkan dalam penelitian yang akan datang.

5. Untuk mendapatkan penilaian yang lebih akurat dan terbaik dari obliterasi sutura diperlukan berbagai disiplin ilmu seperti radiologi (sinar X, CT Scan, MRI) dan histologi perlu dikombinasikan.

6. Estimasi usia dari perubahan morfologi dalam tulang selalu menjadi masalah perdebatan karena bersifat eraktik dan dipengaruhi berbagaii faktor seperti iklim, hereditas, nutrisional, sosiologi, rasial, lingkungan, geografik dan lain-lain. Obliterasi sutura tidak merupakan pengecualian untuk dilakukan penelitian dalam mengestimasi usia.


(55)

VII DAFTAR PUSTAKA

1. Reddy KSN. Identification. In; The Essential of Forensic Medicine and Toxicology. K. Sugna Devi. 2005: hal 76-78.

2. Buchner A. The Identification of Human Remains. Int. Dent J. 1985. Hal 307-311.

3. Vij K. Identification. In: TextBook of Forensic Medicine and Toxicology Principles and Practises. Elsevier. 2005: hal 50-63.

4. Hershkowitz I. Latimer B. Dutour O, Et all. Why Do We Fail in Aging The Skull From The Sagittal Suture ? Am.J. Phys. Anthropol. 1997. Hal; 393-9 5. T.W. Tood, D.W Lyon Jr. Endocranial Suture closure. Its Progress and

Reliationship Part 1. Adult Males of White Stock. Am. J.Phys. Antrophol. 1924. hal 325-384.

6. Krogman WM, Iscan MY. Skeletal Age. Cranium. In: The Human skeleton In Forensic Medicine. Charles C Thomas Publishers. 2nd. 1986 p; 103-132. 7. T. Dwight. The Closure of Cranial Sutures as a Sign of Age. Boston Med.

Surg. J. 1890. Hal. 389-392.

8. Knight Bernard. The establishment of identity of human remain. In: Forensic Pathology. Arnold Publication; 1996. Hal.121-122

9. Ascady G, Nemeskeri J. History of Human Life Span and Mortality. Akademiai Kiado. 1970.

10. Meindl RS, Lovejoy CO. Ectocranial Suture Closure: a Revised Method for The Determination of Skeletal Age at Death Based on Lateral Anterior Suture. Am J. Phys Anthropol. 1985; p. 57-66.


(56)

11. Perzonius WRK. Closing and Non Closing Suture in 256 Cranial of Known Age and Sex from Amsterdam (AD 1883-1909). J Humqn Evolution. 1984. p. 201-216.

12. A. Nandy. Principle of Forensic Medicine. 1st Ed. New Central Book Agency (P) Ltd. Kolkata. 1995: hal 77-83.

13. C.K. Parikh. Parikh’s Text Book of Medical Jurisprudence and Toxicology: 5th Ed. Mumbai. Medicolegal Centre. Colaba.1990; 44-45.

14. F.G Parsons, C.R. Box. The Relation of Cranial Suture to Age. J. Anthropol. Inst. Lond. 1905; p. 30-38.

15. A. Hardlicka. Estimation of Age. In; T.D Stewart (Ed). Hardlicka’s Practical Anthropometry. 4th Ed. Wistar Institute of Anatomy and Biology. Philadelphia. 1952; 54.

16. D. Narayan.I.D. Bajaj. Ages of Epiphyseal Union in Long Bones of Inferior Extremity in U.P. Subject. Ind.J.Med.Res. 1957; p. 645-649.

17. R. Powers. The Disparity Between Known Age and sex As Estimated By Cranial Suture Closure. 1962. P; 52-54

18. R.Singer. Estimation of Age From Cranial Suture Closure. A report of It’s Unreliability. J. Foren. Med. (S.Afr). 1953; 52-59

19. Sahni D, Jit I, Neelam, Sanjeev. Time of Closure of Cranial Suture in North-West Indian Adults. Forensic Sci. Int. 2005. p; 199-205

20. Bednarek J, Bloch-Boguslawska E, Engelgardt P, Wolska E, Sliwka K. The Degree of Closure of Cranial Suture as a Quick Method For Adult Age Evolution in Autopsi. Arch. Med. Sadowej Kryminol.2005 Jul-Sep; p.185-9.


(57)

LEMBAR PENJELASAN UNTUK PENELITIAN PERKIRAAN UMUR MENURUT OBLITERASI SUTURA

Bapak/Ibu/Sdr/i Yth,

Saya sedang meneliti tentang perkiraan umur menurut obliterasi sutura (penyatuan tulang tengkorak kepala). Dimana obliterasi sutura adalah penyatuan dari masing-masing sutura seperti sutura sagittalis (garis pada puncak kepala), sutura coronal (garis yang mengarah ke kanan dan ke kiri pada bagian depan kepala) dan sutura lambdoid (garis yang mengarah ke kanan dan ke kiri pada bagian belakang kepala). Adapun tujuan dilakukan penelitian ini oleh karena penyatuan dari garis tulang tengkorak kepala ini dapat dipakai untuk menentukan umur dari seseorang.dan bila dicocokkan dengan akte kelahiran, KTP maka terdapat sedikit kesalahan. Beberapa penelitian terdahulu telah menyebutkan bahwa perkiraan umur dari obliterasi sutura terbukti efektif didalam menentukan umur seseorang.

Dalam penelitian ini tidak didapati hal-hal yang merugikan ataupun hal-hal yang membahayakan baik bagi korban maupun bagi keluarga korban dan Partisipasi keluarga korban dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun. Seandainya Bapak/Ibu/Sdr/i menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak akan kehilangan hak untuk dilakukan pemeriksaan luar saja.

Oleh sebab itu penelitian mengenai penyatuan dari garis tulang tengkorak kepala amatlah penting dan tidak membahayakan ataupun merugikan bagi keluarga


(58)

korban karena tidak ada sedikitpun biaya yang dikeluarka oleh keluarga korban dalam penelitian ini. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Bapak/Ibu/Sdr/i yang terpilih sebagai sukarelawan dalam penelitian ini, dapat mengisi lembar persetujuan turut serta dalam penelitian yang telah disiapkan. Apabila saudara merasa ada yang kurang dimengerti dalam penelitian ini, maka saudara dapat menghubungi saya di nomor 77923009 atau 081532935203. Dan apabila saudara tidak dapat menghubungi saya maka dapat menjumpai saya di Rumah Sakit Umum dimana tempat saya melaksanakan tugas selama ini. Atas keikut sertaan dan partisipasi saudara saya ucapkan banyak terima kasih.

Medan, Mei 2010 Hormat Saya


(59)

SURAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur : Alamat : Hubungan dengan korban :

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian ” Perkiraan Umur Menurut Obliterasi Sutura ”dan setelah mendapat kesempatan tanya jawab tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut, termasuk risikonya, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedian bahwa korban diikutkan dalam penelitian tersebut.

Medan ... 2010


(60)

Riwayat Hidup Peneliti

Nama : dr. Indra Syakti Nasution Tempat / tgl. Lahir : Medan / 21 Februari 1971 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jalan Pukat IV no.5 Kel. Bantan Timur Nama Orang tua : Drs.H. Gontar Alam Nasution

Hj. Errina (almarhumah)

Status : Menikah

Nama Istri : dr.Eka Susanti

Nama Anak : 1.Nathasya Inka Syakti Nasution 2.Chaterrina Aulia Nasution. 3. Arya Sutan Pratama Nasution Riwayat Pendidikan

1977 – 1983 : SD Sutini Medan (kelas I – V) dan G.B Josua Medan (kelas VI)

1983 – 1986 : SMP Negeri 10 Medan 1986 – 1989 : SMA Negeri 6 Medan

1989 – 2000 : Pendidikan Dokter umum FK-UMI

2006 – sekarang : PPDS I Ilmu Kedokteran Kehakiman dan Medicolegal


(61)

Riwayat Pekerjaan

2000 – 2002 : Dokter PTT Provinsi Sumatera Selatan

2002 – Sekarang : PNS Setjen Depkes RI dpk Kabupaten Lahat kec. Lintang kanan Prov. Sumatera Selatan

Seminar/Simposium/pelatihan/temu ilmiah yang pernah diikuti : 1. PIT (pertemuan ilmiah tahunan, 26 Agustus 2006 di Jogjakarta

2. KONAS (kongres Nasional) PDFI, 24-25 Agustus 2008 di Medan

3. Pelatihan DVI (disarter victim identification), 24-26 November 2007 dii Surabaya


(1)

11.Perzonius WRK. Closing and Non Closing Suture in 256 Cranial of Known Age and Sex from Amsterdam (AD 1883-1909). J Humqn Evolution. 1984. p. 201-216.

12.A. Nandy. Principle of Forensic Medicine. 1st Ed. New Central Book Agency (P) Ltd. Kolkata. 1995: hal 77-83.

13.C.K. Parikh. Parikh’s Text Book of Medical Jurisprudence and Toxicology: 5th Ed. Mumbai. Medicolegal Centre. Colaba.1990; 44-45.

14.F.G Parsons, C.R. Box. The Relation of Cranial Suture to Age. J. Anthropol. Inst. Lond. 1905; p. 30-38.

15.A. Hardlicka. Estimation of Age. In; T.D Stewart (Ed). Hardlicka’s Practical Anthropometry. 4th Ed. Wistar Institute of Anatomy and Biology. Philadelphia. 1952; 54.

16.D. Narayan.I.D. Bajaj. Ages of Epiphyseal Union in Long Bones of Inferior Extremity in U.P. Subject. Ind.J.Med.Res. 1957; p. 645-649.

17.R. Powers. The Disparity Between Known Age and sex As Estimated By Cranial Suture Closure. 1962. P; 52-54

18.R.Singer. Estimation of Age From Cranial Suture Closure. A report of It’s Unreliability. J. Foren. Med. (S.Afr). 1953; 52-59

19.Sahni D, Jit I, Neelam, Sanjeev. Time of Closure of Cranial Suture in North-West Indian Adults. Forensic Sci. Int. 2005. p; 199-205

20.Bednarek J, Bloch-Boguslawska E, Engelgardt P, Wolska E, Sliwka K. The Degree of Closure of Cranial Suture as a Quick Method For Adult Age Evolution in Autopsi. Arch. Med. Sadowej Kryminol.2005 Jul-Sep; p.185-9.


(2)

LEMBAR PENJELASAN UNTUK PENELITIAN PERKIRAAN UMUR MENURUT OBLITERASI SUTURA

Bapak/Ibu/Sdr/i Yth,

Saya sedang meneliti tentang perkiraan umur menurut obliterasi sutura (penyatuan tulang tengkorak kepala). Dimana obliterasi sutura adalah penyatuan dari masing-masing sutura seperti sutura sagittalis (garis pada puncak kepala), sutura coronal (garis yang mengarah ke kanan dan ke kiri pada bagian depan kepala) dan sutura lambdoid (garis yang mengarah ke kanan dan ke kiri pada bagian belakang kepala). Adapun tujuan dilakukan penelitian ini oleh karena penyatuan dari garis tulang tengkorak kepala ini dapat dipakai untuk menentukan umur dari seseorang.dan bila dicocokkan dengan akte kelahiran, KTP maka terdapat sedikit kesalahan. Beberapa penelitian terdahulu telah menyebutkan bahwa perkiraan umur dari obliterasi sutura terbukti efektif didalam menentukan umur seseorang.

Dalam penelitian ini tidak didapati hal-hal yang merugikan ataupun hal-hal yang membahayakan baik bagi korban maupun bagi keluarga korban dan Partisipasi keluarga korban dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun. Seandainya Bapak/Ibu/Sdr/i menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak akan kehilangan hak untuk dilakukan pemeriksaan luar saja.


(3)

korban karena tidak ada sedikitpun biaya yang dikeluarka oleh keluarga korban dalam penelitian ini. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Bapak/Ibu/Sdr/i yang terpilih sebagai sukarelawan dalam penelitian ini, dapat mengisi lembar persetujuan turut serta dalam penelitian yang telah disiapkan. Apabila saudara merasa ada yang kurang dimengerti dalam penelitian ini, maka saudara dapat menghubungi saya di nomor 77923009 atau 081532935203. Dan apabila saudara tidak dapat menghubungi saya maka dapat menjumpai saya di Rumah Sakit Umum dimana tempat saya melaksanakan tugas selama ini. Atas keikut sertaan dan partisipasi saudara saya ucapkan banyak terima kasih.

Medan, Mei 2010 Hormat Saya


(4)

SURAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur : Alamat : Hubungan dengan korban :

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian ” Perkiraan Umur Menurut Obliterasi Sutura ”dan setelah mendapat kesempatan tanya jawab tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut, termasuk risikonya, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedian bahwa korban diikutkan dalam penelitian tersebut.

Medan ... 2010


(5)

Riwayat Hidup Peneliti

Nama : dr. Indra Syakti Nasution Tempat / tgl. Lahir : Medan / 21 Februari 1971 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jalan Pukat IV no.5 Kel. Bantan Timur Nama Orang tua : Drs.H. Gontar Alam Nasution

Hj. Errina (almarhumah)

Status : Menikah

Nama Istri : dr.Eka Susanti

Nama Anak : 1.Nathasya Inka Syakti Nasution 2.Chaterrina Aulia Nasution. 3. Arya Sutan Pratama Nasution Riwayat Pendidikan

1977 – 1983 : SD Sutini Medan (kelas I – V) dan G.B Josua Medan (kelas VI)

1983 – 1986 : SMP Negeri 10 Medan 1986 – 1989 : SMA Negeri 6 Medan

1989 – 2000 : Pendidikan Dokter umum FK-UMI

2006 – sekarang : PPDS I Ilmu Kedokteran Kehakiman dan Medicolegal


(6)

Riwayat Pekerjaan

2000 – 2002 : Dokter PTT Provinsi Sumatera Selatan

2002 – Sekarang : PNS Setjen Depkes RI dpk Kabupaten Lahat kec. Lintang kanan Prov. Sumatera Selatan

Seminar/Simposium/pelatihan/temu ilmiah yang pernah diikuti : 1. PIT (pertemuan ilmiah tahunan, 26 Agustus 2006 di Jogjakarta

2. KONAS (kongres Nasional) PDFI, 24-25 Agustus 2008 di Medan

3. Pelatihan DVI (disarter victim identification), 24-26 November 2007 dii Surabaya