Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Return on Asset, Net Profit Margin, dan Earning Per Share Pada Perusahaan yang Terdaftar di Corporate Governance Perception Index

Oon boy M S Pane dan Endang Sulistya Rini : Pengaruh Brand Equity...

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP RETURN ON ASSET, NET PROFIT MARGIN, DAN EARNING PER SHARE PADA PERUSAHAAN
YANG TERDAFTAR DI CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION INDEX

Dani Riandi dan Hasan Sakti Siregar 1Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
2Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Abstract: The main objective of this research was to determine the effect of implementation of good corporate governance (GCG) to return on assets, net profit margin , and earning per share in particular. CGPI scores are used as indicators of the implementation of GCG as the independent variable, while return on assets (ROA), net profit margin (NPM), and earning per share (EPS) are used as the dependent variables. This research is explanatory variable associative nature of causality. Samples are included in the rating companies CGPI selected by purposive sampling method. The data used are pooling (data series and cross sectional) and taken from CGPI reports and annual financial statements from year 2006 to 2009. Hypothesis testing is done by statistical methods through simple regression analysis. The results of this study show that GCG has no effect on ROA partially, but has effect on NPM and EPS partially. ROA can not be explained by the GCG, while NPM and EPS can be explained by the GCG.
Keywords: Good Corporate Governance (GCG), Return on Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM), and Earning Per Share (EPS)..

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Diberlakukannya China-ASEAN

Free Trade Agreement (CAFTA) pada awal

2010 membuat peta persaingan


perdagangan di negara-negara ASEAN

menjadi lebih kompetitif dikarenakan

semakin mudahnya produsen asal China

memasarkan produknya di negara-negara

ASEAN termasuk Indonesia. China yang

merupakan negara dengan pertumbuhan

ekonomi yang tertinggi di dunia akan

menjadi ancaman yang serius bagi produsen

dalam negeri. Dengan dibukanya kerjasama

antar China–Indonesia dalam bentuk


CAFTA akan membuat produk-produk asal

China yang harganya lebih murah dari

produk lokal membanjiri pasar di Indonesia

sehingga produk lokal akan mengalami

kesulitan

dalam

pemasarannya.

Berdasarkan inventarisasi Komisi VI DPR,

ada sepuluh sektor industri yang akan

terpuruk jika CAFTA dilaksanakan yaitu


meliputi industri tekstil dan produk tekstil

(TPT), industri makanan dan minuman,

industri petrokimia, industri peralatan dan

mesin pertanian, industri alas kaki, industri

fiber sintetik, industri elektronik (termasuk

kabel dan peralatan listrik), industri

permesinan, industri rancang bangun serta

industri baja (Suarakarya-online.com).

Menghadapi kondisi seperti ini seharusnya

perusahaan dalam negeri memikirkan


solusi-solusi yang memungkinkan untuk

dilakukan agar dapat tetap bertahan dan

memiliki nilai lebih dibandingkan dengan

perusahaan asal China, salah satu cara yang

dapat dilakukan perusahaan adalah dengan

menerapkan Good Corporate Governance

(GCG).

Good Corporate Governance

(GCG) atau yang lebih dikenal dengan tata

kelola perusahaan yang baik muncul


sebagai pilihan sebab secara teoritis praktik

good corporate governance dapat

meningkatkan nilai perusahaan dengan cara

meningkatkan

kinerja

keuangan

perusahaan, mengurangi risiko yang

mungkin dilakukan oleh dewan dengan

keputusan-keputusan yang menguntungkan

127


diri sendiri, dan umumnya corporate governance dapat meningkatkan kepercayaan investor. Di sisi lain, tingginya praktik korupsi di Indonesia menunjukkan masih lemahnya praktik good corporate governance di negeri ini. Perusahaan meyakini bahwa implementasi GCG merupakan bentuk lain penegakan etika bisnis dan etika kerja yang sudah lama menjadi komitmen perusahaan, dan implementasi GCG berhubungan dengan peningkatan citra perusahaan. Peran dan tuntutan investor dan kreditor asing mengenai penerapan prinsip GCG merupakan salah satu faktor dalam pengambilan keputusan berinvestasi pada suatu perusahaan.
Investor ataupun calon investor senantiasa akan menganalisa laporan keuangan perusahaan sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi. Tujuan investor ataupun calon investor berinvestasi pada suatu perusahaan adalah untuk memperoleh return, jika yang diharapkan adalah return yang berasal dari aktifitas normal perusahaan, maka investor ataupun calon investor cenderung menilai profitabilitas perusahaan.. Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan beberapa rasio keuangan yaitu profit margin, ROA (return on assets), ROE (return on equity), ROI (return on investment), dan EPS (earning per share).
Prinsip-prinsip dasar dari Good Corporate Governance (GCG) pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan, salah satu diantaranya adalah profitabilitas perusahaan. Dan untuk tetap dapat bertahan hidup, perusahaan harus berada dalam kondisi yang menguntungkan (profitable). Profitabilitas perusahaan dapat diproksikan dengan return on asset, net profit margin, dan earnig per share. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul ‖Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Return On Asset, Net Profit Margin, dan Earning Per Share Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Corporate Governance Perception Index .‖
Good Corporate Governance (GCG) Menurut IICG (Indonesian institute
of Corporate Governance) pengertian good

Jurnal Ekonom, Vol 14, No 3, Juli 2011

corporate governance adalah proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain. Corporate governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja.

Prinsip-prinsip Dasar Good Corporate Governance
Prinsip- prinsip dasar GCG merupakan kerangka dalam perumusan praktik GCG itu sendiri. Penerapan GCG yang baik adalah ketika prinsip-prinsip dasar GCG dapat dilaksanakan semaksimal mungkin. Menurut FCGI terdapat lima prinsip utama yang penting dalam Corporate Governance yaitu Keadilan (Fairness), Transparansi (Transparency), Kemandirian (Independency), Akuntabilitas (Accountability), dan Pertanggungjawaban (Responsibility).

Profitabilitas Perusahaan Rasio profitabilitas dapat diukur
dengan beberapa indikator, yaitu profit margin, ROA (return on assets), ROE (return on equity), ROI (return on investment), dan EPS (earning per share).

a. Profit Margin Profit Margin merupakan kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan


keuntungan dibandingkan dengan

penjualan yang dicapai. Rumus yang

biasa digunakan adalah sebagai berikut:

laba kotor

Gross Profit Margin =

x

p enjualan

100 %

laba operasi bersih

Profit Margin =


x 100

p enjualan

%

laba bersih

Net Profit Margin =

x

penjualan bersih

100 %

b. ROA (Return on Asset) Return on Asset juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis yang merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

128


Dani Riandi dan Hasan Sakti Siregar : Pengaruh Penerapan Good Corporate...

dengan semua aktiva yang dimiliki oleh

perusahaan. Dalam hal ini laba yang

dihasilkan adalah laba sebelum bunga

dan pajak atau EBIT.

laba bersih

ROA=

x 100%

total aktiva

c. ROE (Return On Equity)


Rasio ini mengukur kemampuan

perusahaan menghasilkan laba

berdasarkan modal tertentu. Rasio ini

merupakan ukuran profitabilitas dari

sudut pandang pemegang saham.

Rasio ROE bisa dihitung sebagai

berikut:

laba bersih

ROE=

x 100%


ekuitas

d. ROI (Return On Investment)

Return on Investment merupakan

kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan yang akan

digunakan untuk menutup investasi

yang dikeluarkan.

Laba yang

digunakan untuk mengukur rasio ini

adalah laba bersih setelah pajak atau

EAT. Formula yang digunakan untuk

menghitung ROI adalah sebagai berikut

:

laba bersih setelah pajak ROI =
total aktiva

e. EPS (Earning Per Share)

Earning per share atau laba per lembar

saham merupakan ukuran kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan perlembar saham pemilik.

Laba yang digunakan sebagai ukuran

adalah laba bagi pemilik atau EAT.

Besarnya hasil perhitungan laba

perlembar saham menunjukkan laba

yang dapat dibukukan oleh perusahaan

setiap unit saham yang digunakannya.

Secara matematis EPS (earning per

share) dapat diformulasikan sebagai

berikut:

EPS=

laba yang tersedia bagi saham biasa

jumlah saham biasa yang beredar

Hipotesis Penelitian Hipotesis dari penelitian yang akan
dilakukan berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai adalah:

H1: Penerapan GCG berpengaruh terhadap ROA H2: Penerapan GCG berpengaruh terhadap NPM H3: Penerapan GCG berpengaruh terhadap EPS

Kerangka Konseptual

Penelitian ini menggunakan satu

variabel independen yaitu penerapan GCG,

dan tiga buah variabel dependen yaitu

Return on Asset (ROA), Net Profit Margin

(NPM), dan Earning per Share (EPS).

GCG merupakan suatu sistem yang

mengatur

bagaimana

organisasi

dioperasikan dan dijalankan dengan baik

karena GCG sebagai sarana interaksi yang

mengatur antar struktur dan mekanisme

yang menjamin adanya kontrol, namun

tetap mendorong efisiensi dan kinerja

perusahaan. Secara teoritis praktik good

corporate

g over n a n ce

dapat

meningkatkan nilai perusahaan dengan

cara meningkatkan kinerja keuangan

perusahaan, mengurangi risiko yang

mungkin dilakukan oleh dewan dengan

keputusan-keputusan

yang

menguntungkan diri sendiri, dan

umumnya corporate governance dapat

meningkatkan kepercayaan investor.

Penerapan GCG secara baik dan

konsisten akan membuat segala kegiatan

perusahaan berjalan secara efektif dan

efisien, hal ini dikarenakan praktik GCG

bertujuan untuk melindungi setiap

kepentingan stakeholders sehingga akan

menciptakan suasana yang harmonis di

lingkungan perusahaan. Keharmonisan ini

akan menjadi motivasi dan modal penting

bagi perusahaan dalam melakukan

aktifitasnya serta akan mempermudah

perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Salah satu tujuan perusahaan adalah

untuk mendapat laba (profit). Semakin

baik dan konsisten perusahaan

menerapakan prinsip GCG maka akan

semakin mudah perusahaan mencapai

tujuannya yaitu laba.

METODE Jenis & Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kausal. Penelitian Kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.

129

Hubungan yang dibentuk adalah hubungan sebab akibat. Dalam penelitian ini akan dilihat pengaruh dari penerapan GCG terhadap ROA, NPM, dan EPS perusahaan
Jenis Data dan Sumber Data Peneliti menggunakan data
sekunder dalam penelitian ini. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Data yang diperoleh meliputi laporan CGPI dan laporan keuangan perusahaan yang memenuhi kriteria sampel penelitian. Data penelitian bersifat pooling yaitu gabungan dari data time series dan data cross sectional selama periode pengamatan tahun 2006–2009 untuk beberapa perusahaan yang terpilih menjadi sampel penelitian. Data penelitian berupa :
1. data nama perusahaan yang termasuk dalam pemeringkatan CGPI yang dilakukan oleh IICG selama tahun 2006–2009, dan
2. data perusahaan berupa data besarnya nilai ROA, NPM, dan EPS dari masing-masing perusahaan selama 2006-2009.
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah
perusahaan yang terdaftar di CGPI dari tahun 2006 – 2009 berjumlah 38 perusahaan. Dari populasi yang ada akan diambil sejumlah tertentu sebagai sampel.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang digunakan oleh peneliti adalah:
1. terdaftar dalam pemeringkatan CGPI dari tahun 2006 – 2009,
2. merupakan perusahaan yang telah go public dari tahun 2006 – 2009, dan
3. menerbitkan laporan keuangan lengkap dari tahun 2006 – 2009.
Metode Analisis Data Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dan menggunakan bantuan program SPSS 17 (Statistic Product & Services Solution), namun

Jurnal Ekonom, Vol 14, No 3, Juli 2011
terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.
Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan
gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, skewness (kemencengan distribusi). Dalam penelitian ini penulis menjabarkan statistik deskriptif berupa mean, maksimum, minimum, dan standar deviasi.
Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas Tujuan uji normalitas adalah untuk
mengetahui apakah dalam model regresi, variable residual atau variable pengganggu dalam bentuk distribusi normal atau tidak, karena untuk melakukan uji t harus mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal (Erlina, 2007:103). Untuk menguji normalitas data, peneliti menggunakan analisis grafik dan analisis statistik. Dalam analisis grafik, dilakukan dengan melihat grafik histogram dan normal probability plot. Sedangkan dalam analisis statistik dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov (Uji K-S). Dasar pengambilan keputusannya adalah: 1) Jika tingkat signifikansinya > 0,05,
maka data terdistribusi normal. 2) Jika tingkat signifikansinya < 0,05,
maka data terdistribusi tidak normal.
b. Uji Autokorelasi Uji ini bertujuan untuk melihat
apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi atau kesalahan pengganggu pada periode t-1. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin–Watson (DW).
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah:
Bila nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du) maka koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak ada autokorelasi. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl)
130

Dani Riandi dan Hasan Sakti Siregar : Pengaruh Penerapan Good Corporate...

maka koefisien autokorelasi > 0, berarti ada autokorelasi positif. 3) Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi < 0, berarti ada autokorelasi negatif. 4) Bila nilai DW terletak antara du dan dl atau DW terletak antara (4-du) dan (4dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan

untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan

lain. Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas (Erlina & Mulyani,

2007: 108).

Untuk mendeteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas pada suatu model dapat

dilihat dari grafik Scatterplot antara nilai

prediksi variabel dependen yaitu ZPRED

dengan residualnya SRESID, dimana

sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi

dan sumbu X adalah residual yang telah di-

studentized.

Dasar

pengambilan

keputusannya adalah:

1) Jika ada pola tertentu (bergelombang,

melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi

heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta

titik-titik menyebar diatas dan dibawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak

terjadi heteroskedastisitas. (Imam

Ghozali, 2005: 105)

Uji asumsi klasik yang digunakan

hanya terbatas pada ketiga uji diatas,

sedangkan uji multikolinearitas tidak

digunakan, karena multikolinearitas

merupakan suatu kondisi dimana terdapat

korelasi

antara

variabel-variabel

independen suatu penelitian. Oleh karena

model regresi yang digunakan penulis

dalam penelitian ini hanya menggunakan

satu variabel independen, yaitu corporate

governance, maka uji multikolinearitas

tidak dilakukan.

Pengujian Hipotesis Hipotesis diuji dengan analisis
regresi linear sederhana. Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah variabel

independen yaitu Penerapan Good

Corporate Governance secara parsial

berpengaruh terhadap variabel dependen

yaitu kinerja keuangan yang diproksikan

dengan ROA, NPM dan EPS. Model regresi

yang digunakan, yaitu: í±Œ = a + bX+e

dimana :

Y = Variabel Dependen (ROA,

NPM, dan EPS)

a = Konstanta

b = Koefisien

regresi

yang

menunjukkan peningkatan atau

penurunan variabel dependen yang

didasarkan pada variabel

independen.

X = Variabel independen (Penerapan

Good Corporate Governance)

e = Error

a. Koefisien Determinasi - R 2 Koefisien determinasi pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 sampai dengan 1 ( 0 ≤ koefisien determinasi R 2 ≤ 1) atau antara 0% sampai dengan 100%. Nilai R 2 yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. (Imam Ghozali, 2005: 83).

b. Uji- t Uji-t digunakan untuk
menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya adalah:
H 0 : b 1 = 0, artinya suatu variabel
independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. H 1 : b 1 ≠ 0, artinya suatu variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.

Kriteria pengambilan keputusan:
H 1 diterima atau H 0 ditolak jika t-hitung > t-tabel untuk α = 5% atau signifikansi < 0,05

131

H 0 diterima atau H 1 ditolak jika t-hitung < t-tabel untuk α = 5% atau signifikansi > 0,05
KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk
menguji apakah GCG memiliki pengaruh terhadap ROA, NPM, dan EPS perusahaan. Di sini dihubungkan satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Sampel yang dipilih sebanyak 9 perusahaan selama empat tahun berturut-turut. Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode statistik uji–t setelah sebelumnya dilakukan uji normalitas data dan uji asumsi klasik. Berdasarkan berbagai pengujian dan analisis data dari penelitian ini dapat diperoleh beberapa kesimpulan mengenai pengaruh GCG terhadap ROA, NPM, dan EPS sebagai berikut :
1. penerapan GCG tidak berpengaruh terhadap terhadap ROA dengan tingkat signifikansi 0,624 (>0,05). Nilai adjusted R² = -0,022 menunjukkan bahwa variabel ROA tidak dapat dijelaskan oleh variabel penerapan GCG.
2. penerapan GCG berpengaruh terhadap NPM dengan signifikansi 0,012 (

Dokumen yang terkait

Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

4 87 100

Pengaruh Corporate Governance dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 62 92

Pengaruh Corporate Governance, Leverage, Kualitas Audit dan Employee Diff Terhadap Manajemen Laba: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013

5 56 124

Analisa Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI

3 39 98

Pengaruh Corporate Governance Terhadap Intellectual Capital Bank Umum Swasta Nasional yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 49 95

Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS), Net Profit Margin (NPM), dan Return On Asset (ROA) terhadap Return Saham pada Perusahaan Sektor Asuransi di BEI Periode tahun 2007-2010

0 5 80

Pengaruh Return on Asset, Net Profit Margin, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Earning Per Share

3 21 95

ANALISIS GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI SEKTOR MANUFAKTUR: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE Analisis Good Corporate Governance Di Sektor Manufaktur: Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance, Return On Asset, Dan Net Profit Margin Terhadap Nilai Pasar

0 3 15

PENDAHULUAN Analisis Good Corporate Governance Di Sektor Manufaktur: Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance, Return On Asset, Dan Net Profit Margin Terhadap Nilai Pasar Perusahaan.

0 2 8

ANALISIS GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI SEKTOR MANUFAKTUR: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE Analisis Good Corporate Governance Di Sektor Manufaktur: Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance, Return On Asset, Dan Net Profit Margin Terhadap Nilai Pasar

0 0 17