Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Return on Asset, Net Profit Margin, dan Earning Per Share Pada Perusahaan yang Terdaftar di Corporate Governance Perception Index
Oon boy M S Pane dan Endang Sulistya Rini : Pengaruh Brand Equity...
PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP RETURN ON ASSET, NET PROFIT MARGIN, DAN EARNING PER SHARE PADA PERUSAHAAN
YANG TERDAFTAR DI CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION INDEX
Dani Riandi dan Hasan Sakti Siregar 1Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
2Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
Abstract: The main objective of this research was to determine the effect of implementation of good corporate governance (GCG) to return on assets, net profit margin , and earning per share in particular. CGPI scores are used as indicators of the implementation of GCG as the independent variable, while return on assets (ROA), net profit margin (NPM), and earning per share (EPS) are used as the dependent variables. This research is explanatory variable associative nature of causality. Samples are included in the rating companies CGPI selected by purposive sampling method. The data used are pooling (data series and cross sectional) and taken from CGPI reports and annual financial statements from year 2006 to 2009. Hypothesis testing is done by statistical methods through simple regression analysis. The results of this study show that GCG has no effect on ROA partially, but has effect on NPM and EPS partially. ROA can not be explained by the GCG, while NPM and EPS can be explained by the GCG.
Keywords: Good Corporate Governance (GCG), Return on Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM), and Earning Per Share (EPS)..
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Diberlakukannya China-ASEAN
Free Trade Agreement (CAFTA) pada awal
2010 membuat peta persaingan
perdagangan di negara-negara ASEAN
menjadi lebih kompetitif dikarenakan
semakin mudahnya produsen asal China
memasarkan produknya di negara-negara
ASEAN termasuk Indonesia. China yang
merupakan negara dengan pertumbuhan
ekonomi yang tertinggi di dunia akan
menjadi ancaman yang serius bagi produsen
dalam negeri. Dengan dibukanya kerjasama
antar China–Indonesia dalam bentuk
CAFTA akan membuat produk-produk asal
China yang harganya lebih murah dari
produk lokal membanjiri pasar di Indonesia
sehingga produk lokal akan mengalami
kesulitan
dalam
pemasarannya.
Berdasarkan inventarisasi Komisi VI DPR,
ada sepuluh sektor industri yang akan
terpuruk jika CAFTA dilaksanakan yaitu
meliputi industri tekstil dan produk tekstil
(TPT), industri makanan dan minuman,
industri petrokimia, industri peralatan dan
mesin pertanian, industri alas kaki, industri
fiber sintetik, industri elektronik (termasuk
kabel dan peralatan listrik), industri
permesinan, industri rancang bangun serta
industri baja (Suarakarya-online.com).
Menghadapi kondisi seperti ini seharusnya
perusahaan dalam negeri memikirkan
solusi-solusi yang memungkinkan untuk
dilakukan agar dapat tetap bertahan dan
memiliki nilai lebih dibandingkan dengan
perusahaan asal China, salah satu cara yang
dapat dilakukan perusahaan adalah dengan
menerapkan Good Corporate Governance
(GCG).
Good Corporate Governance
(GCG) atau yang lebih dikenal dengan tata
kelola perusahaan yang baik muncul
sebagai pilihan sebab secara teoritis praktik
good corporate governance dapat
meningkatkan nilai perusahaan dengan cara
meningkatkan
kinerja
keuangan
perusahaan, mengurangi risiko yang
mungkin dilakukan oleh dewan dengan
keputusan-keputusan yang menguntungkan
127
diri sendiri, dan umumnya corporate governance dapat meningkatkan kepercayaan investor. Di sisi lain, tingginya praktik korupsi di Indonesia menunjukkan masih lemahnya praktik good corporate governance di negeri ini. Perusahaan meyakini bahwa implementasi GCG merupakan bentuk lain penegakan etika bisnis dan etika kerja yang sudah lama menjadi komitmen perusahaan, dan implementasi GCG berhubungan dengan peningkatan citra perusahaan. Peran dan tuntutan investor dan kreditor asing mengenai penerapan prinsip GCG merupakan salah satu faktor dalam pengambilan keputusan berinvestasi pada suatu perusahaan.
Investor ataupun calon investor senantiasa akan menganalisa laporan keuangan perusahaan sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi. Tujuan investor ataupun calon investor berinvestasi pada suatu perusahaan adalah untuk memperoleh return, jika yang diharapkan adalah return yang berasal dari aktifitas normal perusahaan, maka investor ataupun calon investor cenderung menilai profitabilitas perusahaan.. Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan beberapa rasio keuangan yaitu profit margin, ROA (return on assets), ROE (return on equity), ROI (return on investment), dan EPS (earning per share).
Prinsip-prinsip dasar dari Good Corporate Governance (GCG) pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan, salah satu diantaranya adalah profitabilitas perusahaan. Dan untuk tetap dapat bertahan hidup, perusahaan harus berada dalam kondisi yang menguntungkan (profitable). Profitabilitas perusahaan dapat diproksikan dengan return on asset, net profit margin, dan earnig per share. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul ‖Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Return On Asset, Net Profit Margin, dan Earning Per Share Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Corporate Governance Perception Index .‖
Good Corporate Governance (GCG) Menurut IICG (Indonesian institute
of Corporate Governance) pengertian good
Jurnal Ekonom, Vol 14, No 3, Juli 2011
corporate governance adalah proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain. Corporate governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja.
Prinsip-prinsip Dasar Good Corporate Governance
Prinsip- prinsip dasar GCG merupakan kerangka dalam perumusan praktik GCG itu sendiri. Penerapan GCG yang baik adalah ketika prinsip-prinsip dasar GCG dapat dilaksanakan semaksimal mungkin. Menurut FCGI terdapat lima prinsip utama yang penting dalam Corporate Governance yaitu Keadilan (Fairness), Transparansi (Transparency), Kemandirian (Independency), Akuntabilitas (Accountability), dan Pertanggungjawaban (Responsibility).
Profitabilitas Perusahaan Rasio profitabilitas dapat diukur
dengan beberapa indikator, yaitu profit margin, ROA (return on assets), ROE (return on equity), ROI (return on investment), dan EPS (earning per share).
a. Profit Margin Profit Margin merupakan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan dibandingkan dengan
penjualan yang dicapai. Rumus yang
biasa digunakan adalah sebagai berikut:
laba kotor
Gross Profit Margin =
x
p enjualan
100 %
laba operasi bersih
Profit Margin =
x 100
p enjualan
%
laba bersih
Net Profit Margin =
x
penjualan bersih
100 %
b. ROA (Return on Asset) Return on Asset juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis yang merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
128
Dani Riandi dan Hasan Sakti Siregar : Pengaruh Penerapan Good Corporate...
dengan semua aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan. Dalam hal ini laba yang
dihasilkan adalah laba sebelum bunga
dan pajak atau EBIT.
laba bersih
ROA=
x 100%
total aktiva
c. ROE (Return On Equity)
Rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba
berdasarkan modal tertentu. Rasio ini
merupakan ukuran profitabilitas dari
sudut pandang pemegang saham.
Rasio ROE bisa dihitung sebagai
berikut:
laba bersih
ROE=
x 100%
ekuitas
d. ROI (Return On Investment)
Return on Investment merupakan
kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan yang akan
digunakan untuk menutup investasi
yang dikeluarkan.
Laba yang
digunakan untuk mengukur rasio ini
adalah laba bersih setelah pajak atau
EAT. Formula yang digunakan untuk
menghitung ROI adalah sebagai berikut
:
laba bersih setelah pajak ROI =
total aktiva
e. EPS (Earning Per Share)
Earning per share atau laba per lembar
saham merupakan ukuran kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan perlembar saham pemilik.
Laba yang digunakan sebagai ukuran
adalah laba bagi pemilik atau EAT.
Besarnya hasil perhitungan laba
perlembar saham menunjukkan laba
yang dapat dibukukan oleh perusahaan
setiap unit saham yang digunakannya.
Secara matematis EPS (earning per
share) dapat diformulasikan sebagai
berikut:
EPS=
laba yang tersedia bagi saham biasa
jumlah saham biasa yang beredar
Hipotesis Penelitian Hipotesis dari penelitian yang akan
dilakukan berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai adalah:
H1: Penerapan GCG berpengaruh terhadap ROA H2: Penerapan GCG berpengaruh terhadap NPM H3: Penerapan GCG berpengaruh terhadap EPS
Kerangka Konseptual
Penelitian ini menggunakan satu
variabel independen yaitu penerapan GCG,
dan tiga buah variabel dependen yaitu
Return on Asset (ROA), Net Profit Margin
(NPM), dan Earning per Share (EPS).
GCG merupakan suatu sistem yang
mengatur
bagaimana
organisasi
dioperasikan dan dijalankan dengan baik
karena GCG sebagai sarana interaksi yang
mengatur antar struktur dan mekanisme
yang menjamin adanya kontrol, namun
tetap mendorong efisiensi dan kinerja
perusahaan. Secara teoritis praktik good
corporate
g over n a n ce
dapat
meningkatkan nilai perusahaan dengan
cara meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan, mengurangi risiko yang
mungkin dilakukan oleh dewan dengan
keputusan-keputusan
yang
menguntungkan diri sendiri, dan
umumnya corporate governance dapat
meningkatkan kepercayaan investor.
Penerapan GCG secara baik dan
konsisten akan membuat segala kegiatan
perusahaan berjalan secara efektif dan
efisien, hal ini dikarenakan praktik GCG
bertujuan untuk melindungi setiap
kepentingan stakeholders sehingga akan
menciptakan suasana yang harmonis di
lingkungan perusahaan. Keharmonisan ini
akan menjadi motivasi dan modal penting
bagi perusahaan dalam melakukan
aktifitasnya serta akan mempermudah
perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Salah satu tujuan perusahaan adalah
untuk mendapat laba (profit). Semakin
baik dan konsisten perusahaan
menerapakan prinsip GCG maka akan
semakin mudah perusahaan mencapai
tujuannya yaitu laba.
METODE Jenis & Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kausal. Penelitian Kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.
129
Hubungan yang dibentuk adalah hubungan sebab akibat. Dalam penelitian ini akan dilihat pengaruh dari penerapan GCG terhadap ROA, NPM, dan EPS perusahaan
Jenis Data dan Sumber Data Peneliti menggunakan data
sekunder dalam penelitian ini. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Data yang diperoleh meliputi laporan CGPI dan laporan keuangan perusahaan yang memenuhi kriteria sampel penelitian. Data penelitian bersifat pooling yaitu gabungan dari data time series dan data cross sectional selama periode pengamatan tahun 2006–2009 untuk beberapa perusahaan yang terpilih menjadi sampel penelitian. Data penelitian berupa :
1. data nama perusahaan yang termasuk dalam pemeringkatan CGPI yang dilakukan oleh IICG selama tahun 2006–2009, dan
2. data perusahaan berupa data besarnya nilai ROA, NPM, dan EPS dari masing-masing perusahaan selama 2006-2009.
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah
perusahaan yang terdaftar di CGPI dari tahun 2006 – 2009 berjumlah 38 perusahaan. Dari populasi yang ada akan diambil sejumlah tertentu sebagai sampel.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang digunakan oleh peneliti adalah:
1. terdaftar dalam pemeringkatan CGPI dari tahun 2006 – 2009,
2. merupakan perusahaan yang telah go public dari tahun 2006 – 2009, dan
3. menerbitkan laporan keuangan lengkap dari tahun 2006 – 2009.
Metode Analisis Data Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dan menggunakan bantuan program SPSS 17 (Statistic Product & Services Solution), namun
Jurnal Ekonom, Vol 14, No 3, Juli 2011
terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.
Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan
gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, skewness (kemencengan distribusi). Dalam penelitian ini penulis menjabarkan statistik deskriptif berupa mean, maksimum, minimum, dan standar deviasi.
Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas Tujuan uji normalitas adalah untuk
mengetahui apakah dalam model regresi, variable residual atau variable pengganggu dalam bentuk distribusi normal atau tidak, karena untuk melakukan uji t harus mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal (Erlina, 2007:103). Untuk menguji normalitas data, peneliti menggunakan analisis grafik dan analisis statistik. Dalam analisis grafik, dilakukan dengan melihat grafik histogram dan normal probability plot. Sedangkan dalam analisis statistik dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov (Uji K-S). Dasar pengambilan keputusannya adalah: 1) Jika tingkat signifikansinya > 0,05,
maka data terdistribusi normal. 2) Jika tingkat signifikansinya < 0,05,
maka data terdistribusi tidak normal.
b. Uji Autokorelasi Uji ini bertujuan untuk melihat
apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi atau kesalahan pengganggu pada periode t-1. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin–Watson (DW).
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah:
Bila nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du) maka koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak ada autokorelasi. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl)
130
Dani Riandi dan Hasan Sakti Siregar : Pengaruh Penerapan Good Corporate...
maka koefisien autokorelasi > 0, berarti ada autokorelasi positif. 3) Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi < 0, berarti ada autokorelasi negatif. 4) Bila nilai DW terletak antara du dan dl atau DW terletak antara (4-du) dan (4dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan
lain. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas (Erlina & Mulyani,
2007: 108).
Untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas pada suatu model dapat
dilihat dari grafik Scatterplot antara nilai
prediksi variabel dependen yaitu ZPRED
dengan residualnya SRESID, dimana
sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi
dan sumbu X adalah residual yang telah di-
studentized.
Dasar
pengambilan
keputusannya adalah:
1) Jika ada pola tertentu (bergelombang,
melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta
titik-titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas. (Imam
Ghozali, 2005: 105)
Uji asumsi klasik yang digunakan
hanya terbatas pada ketiga uji diatas,
sedangkan uji multikolinearitas tidak
digunakan, karena multikolinearitas
merupakan suatu kondisi dimana terdapat
korelasi
antara
variabel-variabel
independen suatu penelitian. Oleh karena
model regresi yang digunakan penulis
dalam penelitian ini hanya menggunakan
satu variabel independen, yaitu corporate
governance, maka uji multikolinearitas
tidak dilakukan.
Pengujian Hipotesis Hipotesis diuji dengan analisis
regresi linear sederhana. Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah variabel
independen yaitu Penerapan Good
Corporate Governance secara parsial
berpengaruh terhadap variabel dependen
yaitu kinerja keuangan yang diproksikan
dengan ROA, NPM dan EPS. Model regresi
yang digunakan, yaitu: í±Œ = a + bX+e
dimana :
Y = Variabel Dependen (ROA,
NPM, dan EPS)
a = Konstanta
b = Koefisien
regresi
yang
menunjukkan peningkatan atau
penurunan variabel dependen yang
didasarkan pada variabel
independen.
X = Variabel independen (Penerapan
Good Corporate Governance)
e = Error
a. Koefisien Determinasi - R 2 Koefisien determinasi pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 sampai dengan 1 ( 0 ≤ koefisien determinasi R 2 ≤ 1) atau antara 0% sampai dengan 100%. Nilai R 2 yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. (Imam Ghozali, 2005: 83).
b. Uji- t Uji-t digunakan untuk
menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya adalah:
H 0 : b 1 = 0, artinya suatu variabel
independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. H 1 : b 1 ≠0, artinya suatu variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.
Kriteria pengambilan keputusan:
H 1 diterima atau H 0 ditolak jika t-hitung > t-tabel untuk α = 5% atau signifikansi < 0,05
131
H 0 diterima atau H 1 ditolak jika t-hitung < t-tabel untuk α = 5% atau signifikansi > 0,05
KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk
menguji apakah GCG memiliki pengaruh terhadap ROA, NPM, dan EPS perusahaan. Di sini dihubungkan satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Sampel yang dipilih sebanyak 9 perusahaan selama empat tahun berturut-turut. Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode statistik uji–t setelah sebelumnya dilakukan uji normalitas data dan uji asumsi klasik. Berdasarkan berbagai pengujian dan analisis data dari penelitian ini dapat diperoleh beberapa kesimpulan mengenai pengaruh GCG terhadap ROA, NPM, dan EPS sebagai berikut :
1. penerapan GCG tidak berpengaruh terhadap terhadap ROA dengan tingkat signifikansi 0,624 (>0,05). Nilai adjusted R² = -0,022 menunjukkan bahwa variabel ROA tidak dapat dijelaskan oleh variabel penerapan GCG.
2. penerapan GCG berpengaruh terhadap NPM dengan signifikansi 0,012 (
PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP RETURN ON ASSET, NET PROFIT MARGIN, DAN EARNING PER SHARE PADA PERUSAHAAN
YANG TERDAFTAR DI CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION INDEX
Dani Riandi dan Hasan Sakti Siregar 1Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
2Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
Abstract: The main objective of this research was to determine the effect of implementation of good corporate governance (GCG) to return on assets, net profit margin , and earning per share in particular. CGPI scores are used as indicators of the implementation of GCG as the independent variable, while return on assets (ROA), net profit margin (NPM), and earning per share (EPS) are used as the dependent variables. This research is explanatory variable associative nature of causality. Samples are included in the rating companies CGPI selected by purposive sampling method. The data used are pooling (data series and cross sectional) and taken from CGPI reports and annual financial statements from year 2006 to 2009. Hypothesis testing is done by statistical methods through simple regression analysis. The results of this study show that GCG has no effect on ROA partially, but has effect on NPM and EPS partially. ROA can not be explained by the GCG, while NPM and EPS can be explained by the GCG.
Keywords: Good Corporate Governance (GCG), Return on Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM), and Earning Per Share (EPS)..
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Diberlakukannya China-ASEAN
Free Trade Agreement (CAFTA) pada awal
2010 membuat peta persaingan
perdagangan di negara-negara ASEAN
menjadi lebih kompetitif dikarenakan
semakin mudahnya produsen asal China
memasarkan produknya di negara-negara
ASEAN termasuk Indonesia. China yang
merupakan negara dengan pertumbuhan
ekonomi yang tertinggi di dunia akan
menjadi ancaman yang serius bagi produsen
dalam negeri. Dengan dibukanya kerjasama
antar China–Indonesia dalam bentuk
CAFTA akan membuat produk-produk asal
China yang harganya lebih murah dari
produk lokal membanjiri pasar di Indonesia
sehingga produk lokal akan mengalami
kesulitan
dalam
pemasarannya.
Berdasarkan inventarisasi Komisi VI DPR,
ada sepuluh sektor industri yang akan
terpuruk jika CAFTA dilaksanakan yaitu
meliputi industri tekstil dan produk tekstil
(TPT), industri makanan dan minuman,
industri petrokimia, industri peralatan dan
mesin pertanian, industri alas kaki, industri
fiber sintetik, industri elektronik (termasuk
kabel dan peralatan listrik), industri
permesinan, industri rancang bangun serta
industri baja (Suarakarya-online.com).
Menghadapi kondisi seperti ini seharusnya
perusahaan dalam negeri memikirkan
solusi-solusi yang memungkinkan untuk
dilakukan agar dapat tetap bertahan dan
memiliki nilai lebih dibandingkan dengan
perusahaan asal China, salah satu cara yang
dapat dilakukan perusahaan adalah dengan
menerapkan Good Corporate Governance
(GCG).
Good Corporate Governance
(GCG) atau yang lebih dikenal dengan tata
kelola perusahaan yang baik muncul
sebagai pilihan sebab secara teoritis praktik
good corporate governance dapat
meningkatkan nilai perusahaan dengan cara
meningkatkan
kinerja
keuangan
perusahaan, mengurangi risiko yang
mungkin dilakukan oleh dewan dengan
keputusan-keputusan yang menguntungkan
127
diri sendiri, dan umumnya corporate governance dapat meningkatkan kepercayaan investor. Di sisi lain, tingginya praktik korupsi di Indonesia menunjukkan masih lemahnya praktik good corporate governance di negeri ini. Perusahaan meyakini bahwa implementasi GCG merupakan bentuk lain penegakan etika bisnis dan etika kerja yang sudah lama menjadi komitmen perusahaan, dan implementasi GCG berhubungan dengan peningkatan citra perusahaan. Peran dan tuntutan investor dan kreditor asing mengenai penerapan prinsip GCG merupakan salah satu faktor dalam pengambilan keputusan berinvestasi pada suatu perusahaan.
Investor ataupun calon investor senantiasa akan menganalisa laporan keuangan perusahaan sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi. Tujuan investor ataupun calon investor berinvestasi pada suatu perusahaan adalah untuk memperoleh return, jika yang diharapkan adalah return yang berasal dari aktifitas normal perusahaan, maka investor ataupun calon investor cenderung menilai profitabilitas perusahaan.. Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan beberapa rasio keuangan yaitu profit margin, ROA (return on assets), ROE (return on equity), ROI (return on investment), dan EPS (earning per share).
Prinsip-prinsip dasar dari Good Corporate Governance (GCG) pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan, salah satu diantaranya adalah profitabilitas perusahaan. Dan untuk tetap dapat bertahan hidup, perusahaan harus berada dalam kondisi yang menguntungkan (profitable). Profitabilitas perusahaan dapat diproksikan dengan return on asset, net profit margin, dan earnig per share. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul ‖Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Return On Asset, Net Profit Margin, dan Earning Per Share Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Corporate Governance Perception Index .‖
Good Corporate Governance (GCG) Menurut IICG (Indonesian institute
of Corporate Governance) pengertian good
Jurnal Ekonom, Vol 14, No 3, Juli 2011
corporate governance adalah proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain. Corporate governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja.
Prinsip-prinsip Dasar Good Corporate Governance
Prinsip- prinsip dasar GCG merupakan kerangka dalam perumusan praktik GCG itu sendiri. Penerapan GCG yang baik adalah ketika prinsip-prinsip dasar GCG dapat dilaksanakan semaksimal mungkin. Menurut FCGI terdapat lima prinsip utama yang penting dalam Corporate Governance yaitu Keadilan (Fairness), Transparansi (Transparency), Kemandirian (Independency), Akuntabilitas (Accountability), dan Pertanggungjawaban (Responsibility).
Profitabilitas Perusahaan Rasio profitabilitas dapat diukur
dengan beberapa indikator, yaitu profit margin, ROA (return on assets), ROE (return on equity), ROI (return on investment), dan EPS (earning per share).
a. Profit Margin Profit Margin merupakan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan dibandingkan dengan
penjualan yang dicapai. Rumus yang
biasa digunakan adalah sebagai berikut:
laba kotor
Gross Profit Margin =
x
p enjualan
100 %
laba operasi bersih
Profit Margin =
x 100
p enjualan
%
laba bersih
Net Profit Margin =
x
penjualan bersih
100 %
b. ROA (Return on Asset) Return on Asset juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis yang merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
128
Dani Riandi dan Hasan Sakti Siregar : Pengaruh Penerapan Good Corporate...
dengan semua aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan. Dalam hal ini laba yang
dihasilkan adalah laba sebelum bunga
dan pajak atau EBIT.
laba bersih
ROA=
x 100%
total aktiva
c. ROE (Return On Equity)
Rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba
berdasarkan modal tertentu. Rasio ini
merupakan ukuran profitabilitas dari
sudut pandang pemegang saham.
Rasio ROE bisa dihitung sebagai
berikut:
laba bersih
ROE=
x 100%
ekuitas
d. ROI (Return On Investment)
Return on Investment merupakan
kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan yang akan
digunakan untuk menutup investasi
yang dikeluarkan.
Laba yang
digunakan untuk mengukur rasio ini
adalah laba bersih setelah pajak atau
EAT. Formula yang digunakan untuk
menghitung ROI adalah sebagai berikut
:
laba bersih setelah pajak ROI =
total aktiva
e. EPS (Earning Per Share)
Earning per share atau laba per lembar
saham merupakan ukuran kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan perlembar saham pemilik.
Laba yang digunakan sebagai ukuran
adalah laba bagi pemilik atau EAT.
Besarnya hasil perhitungan laba
perlembar saham menunjukkan laba
yang dapat dibukukan oleh perusahaan
setiap unit saham yang digunakannya.
Secara matematis EPS (earning per
share) dapat diformulasikan sebagai
berikut:
EPS=
laba yang tersedia bagi saham biasa
jumlah saham biasa yang beredar
Hipotesis Penelitian Hipotesis dari penelitian yang akan
dilakukan berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai adalah:
H1: Penerapan GCG berpengaruh terhadap ROA H2: Penerapan GCG berpengaruh terhadap NPM H3: Penerapan GCG berpengaruh terhadap EPS
Kerangka Konseptual
Penelitian ini menggunakan satu
variabel independen yaitu penerapan GCG,
dan tiga buah variabel dependen yaitu
Return on Asset (ROA), Net Profit Margin
(NPM), dan Earning per Share (EPS).
GCG merupakan suatu sistem yang
mengatur
bagaimana
organisasi
dioperasikan dan dijalankan dengan baik
karena GCG sebagai sarana interaksi yang
mengatur antar struktur dan mekanisme
yang menjamin adanya kontrol, namun
tetap mendorong efisiensi dan kinerja
perusahaan. Secara teoritis praktik good
corporate
g over n a n ce
dapat
meningkatkan nilai perusahaan dengan
cara meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan, mengurangi risiko yang
mungkin dilakukan oleh dewan dengan
keputusan-keputusan
yang
menguntungkan diri sendiri, dan
umumnya corporate governance dapat
meningkatkan kepercayaan investor.
Penerapan GCG secara baik dan
konsisten akan membuat segala kegiatan
perusahaan berjalan secara efektif dan
efisien, hal ini dikarenakan praktik GCG
bertujuan untuk melindungi setiap
kepentingan stakeholders sehingga akan
menciptakan suasana yang harmonis di
lingkungan perusahaan. Keharmonisan ini
akan menjadi motivasi dan modal penting
bagi perusahaan dalam melakukan
aktifitasnya serta akan mempermudah
perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Salah satu tujuan perusahaan adalah
untuk mendapat laba (profit). Semakin
baik dan konsisten perusahaan
menerapakan prinsip GCG maka akan
semakin mudah perusahaan mencapai
tujuannya yaitu laba.
METODE Jenis & Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kausal. Penelitian Kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.
129
Hubungan yang dibentuk adalah hubungan sebab akibat. Dalam penelitian ini akan dilihat pengaruh dari penerapan GCG terhadap ROA, NPM, dan EPS perusahaan
Jenis Data dan Sumber Data Peneliti menggunakan data
sekunder dalam penelitian ini. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Data yang diperoleh meliputi laporan CGPI dan laporan keuangan perusahaan yang memenuhi kriteria sampel penelitian. Data penelitian bersifat pooling yaitu gabungan dari data time series dan data cross sectional selama periode pengamatan tahun 2006–2009 untuk beberapa perusahaan yang terpilih menjadi sampel penelitian. Data penelitian berupa :
1. data nama perusahaan yang termasuk dalam pemeringkatan CGPI yang dilakukan oleh IICG selama tahun 2006–2009, dan
2. data perusahaan berupa data besarnya nilai ROA, NPM, dan EPS dari masing-masing perusahaan selama 2006-2009.
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah
perusahaan yang terdaftar di CGPI dari tahun 2006 – 2009 berjumlah 38 perusahaan. Dari populasi yang ada akan diambil sejumlah tertentu sebagai sampel.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang digunakan oleh peneliti adalah:
1. terdaftar dalam pemeringkatan CGPI dari tahun 2006 – 2009,
2. merupakan perusahaan yang telah go public dari tahun 2006 – 2009, dan
3. menerbitkan laporan keuangan lengkap dari tahun 2006 – 2009.
Metode Analisis Data Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dan menggunakan bantuan program SPSS 17 (Statistic Product & Services Solution), namun
Jurnal Ekonom, Vol 14, No 3, Juli 2011
terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.
Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan
gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, skewness (kemencengan distribusi). Dalam penelitian ini penulis menjabarkan statistik deskriptif berupa mean, maksimum, minimum, dan standar deviasi.
Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas Tujuan uji normalitas adalah untuk
mengetahui apakah dalam model regresi, variable residual atau variable pengganggu dalam bentuk distribusi normal atau tidak, karena untuk melakukan uji t harus mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal (Erlina, 2007:103). Untuk menguji normalitas data, peneliti menggunakan analisis grafik dan analisis statistik. Dalam analisis grafik, dilakukan dengan melihat grafik histogram dan normal probability plot. Sedangkan dalam analisis statistik dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov (Uji K-S). Dasar pengambilan keputusannya adalah: 1) Jika tingkat signifikansinya > 0,05,
maka data terdistribusi normal. 2) Jika tingkat signifikansinya < 0,05,
maka data terdistribusi tidak normal.
b. Uji Autokorelasi Uji ini bertujuan untuk melihat
apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi atau kesalahan pengganggu pada periode t-1. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin–Watson (DW).
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah:
Bila nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du) maka koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak ada autokorelasi. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl)
130
Dani Riandi dan Hasan Sakti Siregar : Pengaruh Penerapan Good Corporate...
maka koefisien autokorelasi > 0, berarti ada autokorelasi positif. 3) Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi < 0, berarti ada autokorelasi negatif. 4) Bila nilai DW terletak antara du dan dl atau DW terletak antara (4-du) dan (4dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan
lain. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas (Erlina & Mulyani,
2007: 108).
Untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas pada suatu model dapat
dilihat dari grafik Scatterplot antara nilai
prediksi variabel dependen yaitu ZPRED
dengan residualnya SRESID, dimana
sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi
dan sumbu X adalah residual yang telah di-
studentized.
Dasar
pengambilan
keputusannya adalah:
1) Jika ada pola tertentu (bergelombang,
melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta
titik-titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas. (Imam
Ghozali, 2005: 105)
Uji asumsi klasik yang digunakan
hanya terbatas pada ketiga uji diatas,
sedangkan uji multikolinearitas tidak
digunakan, karena multikolinearitas
merupakan suatu kondisi dimana terdapat
korelasi
antara
variabel-variabel
independen suatu penelitian. Oleh karena
model regresi yang digunakan penulis
dalam penelitian ini hanya menggunakan
satu variabel independen, yaitu corporate
governance, maka uji multikolinearitas
tidak dilakukan.
Pengujian Hipotesis Hipotesis diuji dengan analisis
regresi linear sederhana. Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah variabel
independen yaitu Penerapan Good
Corporate Governance secara parsial
berpengaruh terhadap variabel dependen
yaitu kinerja keuangan yang diproksikan
dengan ROA, NPM dan EPS. Model regresi
yang digunakan, yaitu: í±Œ = a + bX+e
dimana :
Y = Variabel Dependen (ROA,
NPM, dan EPS)
a = Konstanta
b = Koefisien
regresi
yang
menunjukkan peningkatan atau
penurunan variabel dependen yang
didasarkan pada variabel
independen.
X = Variabel independen (Penerapan
Good Corporate Governance)
e = Error
a. Koefisien Determinasi - R 2 Koefisien determinasi pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 sampai dengan 1 ( 0 ≤ koefisien determinasi R 2 ≤ 1) atau antara 0% sampai dengan 100%. Nilai R 2 yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. (Imam Ghozali, 2005: 83).
b. Uji- t Uji-t digunakan untuk
menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya adalah:
H 0 : b 1 = 0, artinya suatu variabel
independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. H 1 : b 1 ≠0, artinya suatu variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.
Kriteria pengambilan keputusan:
H 1 diterima atau H 0 ditolak jika t-hitung > t-tabel untuk α = 5% atau signifikansi < 0,05
131
H 0 diterima atau H 1 ditolak jika t-hitung < t-tabel untuk α = 5% atau signifikansi > 0,05
KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk
menguji apakah GCG memiliki pengaruh terhadap ROA, NPM, dan EPS perusahaan. Di sini dihubungkan satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Sampel yang dipilih sebanyak 9 perusahaan selama empat tahun berturut-turut. Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode statistik uji–t setelah sebelumnya dilakukan uji normalitas data dan uji asumsi klasik. Berdasarkan berbagai pengujian dan analisis data dari penelitian ini dapat diperoleh beberapa kesimpulan mengenai pengaruh GCG terhadap ROA, NPM, dan EPS sebagai berikut :
1. penerapan GCG tidak berpengaruh terhadap terhadap ROA dengan tingkat signifikansi 0,624 (>0,05). Nilai adjusted R² = -0,022 menunjukkan bahwa variabel ROA tidak dapat dijelaskan oleh variabel penerapan GCG.
2. penerapan GCG berpengaruh terhadap NPM dengan signifikansi 0,012 (