semua kota besar di Indonesia dan di Jawa. Migrasi ke Jawa merupakan bagian penting dari tradisi merantau masyarakat madura. Salah satu daerah migrasi
terpenting bagi orang madura adalah wilayah “tapal kuda” Jawa Timur yang membentang dari pasuruan hingga Banyuwangi Effendy, dalam Subaharianto, dkk
2004:23. Masyarakat Madura yang datang di banyuwangi memiliki banyak sekali budaya yang beragam, budaya madura memiliki ke khasan dan keunikan tersendiri
dalam hal upacara, baik upacara selamatan, ataupun upacara pernikahan.
5.2.1 Tahapan Tradisi Pernikahan Madura di Muncar
Upacara perkawinan masyarakat Madura pada umumnya, berlangsung melalui tahapan yang berlaku seperti tatakrama perkawinan:
1. Upacara-upacara Sebelum Perkawinan Lamaran
Lamaran yang dilakukan oleh orang madura, pertama yang dilakukan oleh pihak laki-laki adalah mengirim utusan ke kediaman pihak perempuan. Dalam istilah
Madura memasang ngin-angin atau memasang kabar angin. Tujuannya untuk mengetahui respon dipihak perempuan, apakah positif ataukah negatif. Jika respon
pihak perempuan positif. Dari pihak laki-laki akan mengunjungi rumah keluarga perempuan dengan membawa sejumlah bawaan lamaran, seperti nasi ketan, sesisir
pisang, aneka macam kue, kosmetik dan pakaian untuk si perempuan. Lalu kemudian ada balasan dari pihak perempuan yang mengunjungi kediaman pihak laki-laki yang
juga membawa sejumlah barang dan makanan untuk keluarga laki-laki. Orang madura menyebutnya sebagai “balasan” yang artinya pihak perempuan membalas
lamaran pihak laki-laki. Sebelum hari perkawinan, keluarga perjaka mengirim utusan kepada keluarga si gadis. Pengiriman utusan tersebut sebagai nyeddek temo
mendesak pertemuan yang intinya membicarakan perkawinan yang akan dilaksanakan. Pertemuan yang dilakukan di rumah si gadis ini diwakili oleh para ahli
petungan numerologi mengenai hari baik dan hari buruk suatu perkawinan, di Sumenep juga diyakini bahwa pantang menikah di hari-hari kematian orang tuanya
geblag dalam istilah jawa atau bulan-bulan naas. Pada saat lamaran, disampaikan
pakeeyan saparadeg atau pakeeyan sapangadeg, di Jawa dikenal dengan pakeyan sapangadek yaitu pakaian lengkap untuk si gadis. Barang itu sebagai mas kabin mas
kawin dan diletakkan di atas talam baki. Utusan itu biasanya diberikan oleh para sepo pini sepuh yang kedatangannya disambut para sepo dari keluarga si gadis.
Bersamaan dengan mas kabin ini, orang tua si gadis diberi sangu uang atau esangowe pesse. Ada kalanya esangowe pesse ini diberikan orangtua si gadis setengah bulan
sebelum hari perkawinan” Suratmin,dkk 2002:93-94.
2. Upacara Pelaksanaan Perkawinan