Upacara Pelaksanaan Perkawinan Tahapan Tradisi Pernikahan Madura di Muncar

pakeeyan saparadeg atau pakeeyan sapangadeg, di Jawa dikenal dengan pakeyan sapangadek yaitu pakaian lengkap untuk si gadis. Barang itu sebagai mas kabin mas kawin dan diletakkan di atas talam baki. Utusan itu biasanya diberikan oleh para sepo pini sepuh yang kedatangannya disambut para sepo dari keluarga si gadis. Bersamaan dengan mas kabin ini, orang tua si gadis diberi sangu uang atau esangowe pesse. Ada kalanya esangowe pesse ini diberikan orangtua si gadis setengah bulan sebelum hari perkawinan” Suratmin,dkk 2002:93-94.

2. Upacara Pelaksanaan Perkawinan

Nikah atau perkawinan dipandang sebagai suatu persetujuan yang aqad, suatu perjanjian dan suatu kontrak yang meliputi ijab atau qobul Gondorwijo, dalam Suratmin,dkk 2002:94. Ijab dari wali si gadis yang intinya menawarkan perkawinan anak gadisnya dan calon suaminya dengan memberikan mahar atau mas kawin. Sedang qobul merupakan penerimaan oleh si pemuda mengenai tawaran mahar tersebut. Nikah disaksikan oleh dua orang laki-laki beragama islam dewasa, sehat jiwa dan baik adat kebiasaannya. Proses penyelenggaraan akad nikah dilakukan dalam empat tahap, yaitu : a penyerahan kepada penguhulu oleh bapak kandung atau wali si gadis yang mewakili dalam akad nikah atau ijab qobul dengan calon suami si gadis. b menikahkan si gadis dan calon suaminya dengan disaksikan saksi-saksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan baik dilakukan oleh penghulu ataupun orangtua si gadis. c mas kawin diserahkan mempelai laki-laki kepada istrinya. Dilanjutkan dengan ngabekten atau ngabekte berupa sungkeman kepada wabangatowa kerabat terdekat mertua. d makan bersama atau selmatan walima‟an selamatan tumpeng lengkap. Selamatan walima‟an sebagai ucapan rasa syukur kepada Tuhan YME dan kepada sesama. Berbeda dengan adat di Jawa, pada upacara perkawinan di madura tidak ada midodareni. Dalam upacara ini, calon mempelai wanita mengenakan pakaian sederhana tanpa hiasan. Pada pesta perkawinan, tamu biasanya mengenakan setelan jas totop bagi laki-laki dan kebaya untuk wanita, tetapi masa kini modern, kaum laki-laki mengenakan celana panjang, baju batik dan berpeci. Kaum wanita mengenakan kebaya serasi dengan selera bebas memilih, pada umumnya kaum wanita mengenakan pakaian yang cerah dan bermotif bunga, akan tetapi di banyuwangi tradisi orang madura yang seperti ini sudah tidak digunakan lagi. 3. Upacara-upacara Sesudah Perkawinan Setelah ngonjang manto bahasa madura atau sesudah perkawinan tidak ada upacara-upacara lagi. Tetapi, kedua pengantin baru itu hidup dilingkungan keluarga istrinya untuk melaksanakan tugas sehari-hari. Baru setelah 2 atau 3 bulan, keduanya boleh bekerja lagi. Tetapi dimasa sekarang aturan itu tidak berlaku lagi”,Suratmin,dkk 2002:95.

5.2.2 Unsur-unsur Budaya Madura di Muncar