Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SD Negeri Bagian Timur di Kota Pekanbaru

TINJAUAN PUSTAKA

Bangunan Sekolah Dasar
Kota Pekanbaru mempunyai 266 sekolah dasar dengan perincian 187 buah
milik pemerintah dan 79 milik pihak swasta. Rincian sebaran SD di Kota
Pekanbaru disajikan dalam tabel 1.
Tabel 1. Data SD Negeri dan SD Swasta di Kota Pekanbaru
No.

Kecamatan

SD Negeri

SD Swasta

1
2
3
4
5
6

7
8
9
10
11
12

Tampan
Marpoyan Damai
Bukit Raya
Tenayan Raya
Limapuluh
Sail
Pekanbaru Kota
Sukajadi
Payung Sekaki
Senapelan
Rumbai
Rumbai Pesisir


16
18
16
25
17
7
5
20
11
17
14
21

21
14
7
4
3
1
8

5
10
0
2
4

Jumlah

187

79

Rayap
Secara taksonomi rayap termasuk kedalam Ordo Isoptera yang berasal dari
bahasa Yunani, iso berarti sama dan ptera berarti sayap. Nama ini mengacu pada
kasta reproduktifnya yang memiliki sepasang sayap depan dan belakang dengan
bentuk dan ukuran yang sama. Rayap mempunyai tujuh famili yaitu
Mastotermitidae, Kalotermitidae, Termopsidae, Hodotermitidae, Rhinotermitidae,
Serritermitidae, dan Termitidae. Rayap merupakan serangga pemakan kayu
(xlyophagus) atau bahan-bahan yang mengandung selulosa (Nandika, 2003).

Perilaku rayap dalam kegiatan makan di laboratorium menunjukkan bahwa
dalam keadaan lingkungan tinggal yang terpaksa, rayap akan memakan bahan
yang diberikan. Pada tahap awal rayap akan melakukan penyesuaian terlebih

Universitas Sumatera Utara

dahulu dengan lingkungan yang disediakan. Hal ini ditandai dengan aktivitas
rayap yang masih rendah untuk makan, rayap yang tidak mampu menyesuaikan
diri akan mati. Rayap yang berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan akan
melakukan orientasi makan. Jika makanan yang disediakan atau diumpankan
sesuai, maka rayap akan meneruskan makan, akan tetapi jika tidak sesuai rayap
akan memilih berpuasa. Rayap yang lemah akan berangsur-angsur mati dan
menjadi makanan bagi yang kuat (Supriana 1994). Rayap dalam hidupnya di alam
dihadapkan pada keadaan terdapat banyak pilihan makanan sedangkan pada
kondisi pengujian rayap akan memilih tipe makanan yang paling sesuai, bukan
saja tipe makanan yang mengandung selulosa tetapi juga tipe makanan yang
paling mudah digigit dan dikunyah (Krishna & Weesner, 1969).
Rayap memiliki siklus hidup yang mengalami metamorfosis bertahap atau
gradual (hemimetabola), dari telur kemudian nimfa sampai menjadi dewasa.
Setelah menetas dari telur, nimfa akan menjadi dewasa melalui beberapa instar

(bentuk diantara dua tahap perubahan). Perubahan yang gradual ini berakibat
terhadap kesamaan bentuk badan secara umum, cara hidup dan jenis makanan
antara nimfa dan dewasa. Namun, nimfa yang memiliki tunas, sayapnya akan
tumbuh sempurna pada instar terakhir ketika rayap telah mencapai tingkat dewasa
(Prasetiyo dan Yusuf, 2005).
Rayap tanah sebenarnya merupakan salah satu kelompok makrofauna tanah
yang dapat beradaptasi dengan kondisi tanah yang relatif basah. Penelitian pada
lahan yang masih berupa hutan rawa gambut membuktikan bahwa rayap
dapat dijumpai pada gambut dengan tingkat kejenuhan air tidak pernah kurang
dari 80%. Rayap tanah juga terbukti dapat bertahan hidup pada lahan

Universitas Sumatera Utara

gambut yang tergenang selama berhari-hari dengan memanfaatkan tunggultunggul pohon sebagai pelindung koloni mereka (Purnasari, 2011).
Berdasarkan habitatnya, menurut Hunt and Garrat, (1986) dalam
Tambunan dan Nandika (1989) rayap dibagi ke dalam beberapa golongan
diantaranya:


Rayap kayu basah (dampwood termite) adalah golongan rayap yang biasa

menyerang kayu-kayu busuk atau pohon yang akan mati. Sarangnya terletak
di dalam kayu tidak mempunyai hubungan dengan tanah. Contoh dari
golongan ini adalah Glyprotermes spp. (famili Kalotermitidae)



Rayap kayu kering (drywood termite) adalah golongan rayap yang biasa
menyerang kayu-kayu kering, misalnya pada kayu yang digunakan sebagai
bahan bangunan, perlengkapan rumah tangga dan lain-lain.Sarangnya
terletak di dalam kayu dan tidak mempunyai hubungan dengan tanah. Rayap
kayu kering dapat bekerja dalam kayu yang mempunyai kadar air 10-12 %
atau lebih rendah. Contoh dari golongan ini misalnya Cryptotermes spp.
(famili Kalotermitidae).



Rayap pohon (tree termite) adalah golongan rayap yang menyerang pohonpohon hidup.Mereka bersarang di dalam pohon dan tidak mempunyai
hubungan dengan tanah.Contoh dari golongan ini misalnya Neotermes spp.
(famili Kalotermtidae).




Rayap subteran (subteranean termite) adalah golongan rayap yang
bersarang di dalam tanah tetapi dapat juga menyerang bahan-bahan di atas
tanah karena selalu mempunyai terowongan pipih terbuat dari tanah yang
menghubungkan sarang dengan benda yang diserangnya. Untuk hidupnya

Universitas Sumatera Utara

mereka selalu membutuhkan kelembaban yang tinggi, serta bersifat
Cryptobiotic (menjauhi sinar). Yang termasuk ke dalam rayap subteran
adalah dari famili Rhinotermitidae serta sebagian dari famili Termitidae
(Hunt and Garrat, 1986 dalam Tambunan dan Nandika, 1989).
Dalam hidupnya rayap mempunyai beberapa sifat yang penting untuk
diperhatikan yaitu:
1. Sifat Trophalaxis, yaitu sifat rayap untuk berkumpul saling menjilat serta
mengadakan perukaran bahan makanan.
2. Sifat Cryptobiotic, yaitu sifat rayap untuk menjauhi cahaya. Sifat ini tidak
berlaku pada rayap yang bersayap (calon kasta reproduktif) dimana mereka
selama periode yang pendek di dalam hidupnya memerlukan cahaya (terang).

3. Sifat Kanibalisme, yaitu sifat rayap untuk memakan individu sejenis yang
lemah dan sakit. Sifat ini lebih menonjol bila rayap berada dalam keadaan
kekurangan makanan.
4. Sifat Necrophagy, yaitu sifat rayap untuk memakan bangkai sesamanya.
Menurut Sigit dan Hadi (2006), rayap merupakan serangga primitif yang
sangat dekat kekeluargaannya dengan kecoa. Di alam, rayap sangat berguna
mengubah kayu mati dan bahan organik lainnya yang mengandung selulosa untuk
dijadikan humus. Dari aspek tersebut, rayap merupakan serangga yang sangat
berguna di satu sisi, namun di sisi lain apabila manusia mulai membangun gedung
dengan komponen kayu sebagai bahan bakunya maka rayap dapat merusak
bangunan tersebut sebagai habitat dan makanannya. Rayap mempunyai
mikroorganisme di dalam ususnya yang dapat mengubah selulosa menjadi bahan
– bahan lain yang dapat dicerna oleh tubuh rayap.

Universitas Sumatera Utara

Keragaman jenis rayap cukup tinggi karena telah teridentifikasi lebih dari
2.500 jenis yang diklasifikasikan ke dalam 7 famili, 15 sub-famili dan 200 genus.
Penyebaran rayap berhubungan dengan suhu dan curah hujan sehingga sebagian
besar jenis rayap terdapat di dataran rendah tropika dan hanya sebagian kecil

ditemukan di dataran tinggi. Penyebaran ini tidak hanya di daerah tropika tetapi
juga mencakup daerah subtropika bahkan meluas ke daerah temperate dengan
batas 50° Lintang Utara dan 50° Lintang Selatan (Nandika, 2003).
Tarumingkeng (2003) menyatakan jenis-jens rayap perusak kayu di
Indonesia termasuk dalam family Kalotermitidae, Rhinotermitidae dan termitidae:
1.

Famili Kalotermitidae
Jenis –jenis rayap ini merupakan jenis rayap yang paling primitive koloninya

tidak terdapat kasta pekerja. Tugas mengumpulkan makanan dan merawat sarang
dilakukan oleh larva dan nimfa yang telah tua. Cara hidupnya dibagi atas tiga
golongan :
a. Rayap kayu lembab (Glyptotermes spp).
b. Rayap pohon (Neotermes spp).
c. Rayap kayu kering (Cryptotermes spp).
2.

Famili Rhinotermitidae
Famili ini mempunyai sarang dibawah atau diatas tanah. Jenis –jenis yang


terpenting adalah Coptotermes curvignatus dan Coptotermes travian. Organisasi
dari family ini sedikit lebih maju dari family Kalotermitidae.
3.

Famili Termitidae
Famili ini memiliki organisasi yang lebih sempurna dari family

kalotermitidae. Rayap ini kebanyakan hidup di dalam tanah. Genus yang terkenal

Universitas Sumatera Utara

antara lain Ondototermes, Microtermes, macrotermes. Namun diantara rayap –
rayap itu yang paling penting menimbulkan masalah pada bangunan gedung
adalah jenis Captotermes curvignathus. Kemampuanya dalam menyerang
bangunan sangat ditunjang oleh daya jelajahnya yang tinggi baik pada arah jelajah
horizontal maupun vertikal mampu membuat sarang antara (secondary nest) pada
tempat-tempat yang secara tidak langsung bersinggungan dengan tanah, dan
ukuran populasinya tinggi. Namun beruntung, dibandingkan dengan rayap lain
misalnya Schedorhinotermes javanicus, Macrotermes gilvus maupun Microtermes

inspiratus, sebarab rayap C. curvignathus jauh lebih terbatas dan diduga pola
spasialnya berbeda (Rismayadi,1999). Menurut Rismayadi (1999) rayap tanah
Coptotermes juga dapat menyerang kayu sasarannya sejauh 90 meter dari
sarangnya yang terdapat di kedalaman tanah 30-60 centimeter dibawah
permukaan tanah bahkan lebih dalam lagi dengan liang-liang selebar enam
centimeter.
Koloni Rayap
Rayap adalah serangga sosial yang hidup dalam suatu komunitas yang
disebut koloni. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk hidup lebih lama bila
tidak berada dalam koloninya. Komunitas tersebut bertambah efisien dengan
adanya spesialisasi (kasta) dimana masing – masing kasta mempunyai bentuk dan
peran yang berbeda dalam kehidupannya. Kasta tersebut meliputi kasta prajurit,
kasta pekerja atau kasta palsu dan kasta reproduksi.
Kasta Prajurit
Kasta prajurit dapat dengan mudah dikenali dari bentuk kepalanya yang
besar dan mengalami penebalan yang nyata. Pada beberapa jenis rayap seringkali

Universitas Sumatera Utara

dijumpai kasta prajurit dengan ukuran yang berbeda (polimorfisme), yaitu; prajurit
berukuran besar (prajurit major); prajurit berukuran kecil (prajurit minor); dan
antara keduanya kadang – kadang dijumpai prajurit yang berukuran sedang
(prajurit intermediet). Peranan kasta prajurit adalah melindungi koloni terhadap
gangguan dari luar, khususnya semut atau vertebrata predator. Kasta prajurit
mampu menyerang musuhnya dengan mandible yang dapat menusuk, mengiris
dan menjepit. Beberapa kasta prajurit dari golongan rayap tertentu menyerang
musuhnya dengan cairan hasil sekresi kelenjar frontal atau kelenjar saliva.
Kasta Pekerja
Kasta pekerja merupakan anggota yang sangat penting dalam koloni rayap,
karena 80 - 90 % populasi dalam koloni merupakan kasta pekerja (Nandika, D et
al, 2003). Kasta ini berwama pucat dengan kutikula hanya sedikit mengalami
penebalan sehingga tampak menyerupai nimfa.
Walaupun kasta pekerja tidak terlibat dalam proses perkembangbiakan
koloni dan pertahanan, namun hampir semua tugas koloni dikerjakan oleh kasta
ini. Kasta pekerja bekerja terus tanpa henti, memelihara telur dan rayap muda,
serta memindahkannya pada saat ternacam ke tempat yang lebih aman. Kasta
pekerja bertugas memberi makan dan memelihara ratu dan mencari sumber
makanan. Kasta pekerja juga membuat serambi sarang dan liang – liang kembara,
merawatnya, merancang bentuk sarang dan membangun termitarium. Kasta
pekerja pula yang memperbaiki sarang bila terjadi kerusakan. Rayap inilah yang
sering menghancurkan tanaman, kayu, mebel, dan bahan berselulosa lainnya.
Bahkan terkadang mereka memakan rayap lain yang lemah sehingga hanya
individu – individu yang kuat saja yang dipertahankan.

Universitas Sumatera Utara

Kasta Reproduktif
Kasta reproduktif terdiri dari individu seksual betina (ratu) yang bertugas
untuk bertelur dan jantan (raja) yang bertugas membuahi betina. Kasta ini
dibedakan menjadi kasta reproduktif primer dan kasta reproduktif suplementer
atau neoten. Kasta reproduktif primer adalah serangga dewasa yang bersayap dan
merupakan pendiri koloni. Kasta reproduktif suplementer muncul segera setelah
kasta reproduktif primer mati atau hilang karena fragmentasi koloni
(Nandika, 2003).
Koloni akan membentuk ratu atau raja baru dari individu lain (biasanya
dari kasta pekerja) tetapi ukuran abdomen ratu baru tak akan sangat membesar
seperti ratu asli. Ratu dan raja baru ini disebut reproduktif suplementer atau
neoten. Jadi, dengan membunuh ratu atau raja kita tak perlu sesumbar bahwa
koloni rayap akan punah. Bahkan dengan matinya ratu, diduga dapat terbentuk
berpuluh-puluh neoten yang menggantikan tugasnya untuk bertelur. Dengan
adanya banyak neoten maka jika terjadi bencana yang mengakibatkan sarang
rayap terpecah-pecah, maka setiap pecahan sarang dapat membentuk koloni baru.
Borror et al (1996) menambahkan apabila terjadi bahwa raja dan ratu mati atau
bagian dari koloni dipisahkan dari koloni induk, kasta reproduktif tambahan
terbentuk di dalam sarang dan mengambil alih fungsi raja dan ratu.
Berdasarkan simbiosisnya dengan mikroorganisme rayap terbagi atas dua
kelompok yaitu, rayap tingkat tinggi yang bersimbiosis dengan bakteri dan rayap
tingkat rendah yang bersimbiosis dengan bakteri dan protozoa. Rayap tingkat
tinggi mempunyai sistem pencernaan yang lebih berkembang dibandingkan rayap
tingkat rendah karena menghasilkan enzim selulase selama proses pencernaan

Universitas Sumatera Utara

selulosa dalam usus belakangnya. Ada beberapa hipotesis tentang peranan bakteri
yang terdapat pada usus belakang rayap tingkat tinggi yaitu melindungi rayap dari
bakteri asing, asetogenesis, fiksasi nitrogen, methanogenesis dan metabolisme
pyruvat. Meskipun bakteri tidak melibatkan diri secara langsung dalam proses
pencernaan rayap namun bakteri ini akan disebarkan oleh rayap pekerja kepada
nimfa-nimfa baru (Nandika, 2003).
Perilaku rayap yang sekali-kali mengadakan hubungan dalam bentuk
menjilat, mencium dan menggosokkan anggota tubuhnya dengan lainnya (perilaku
trofalaksis) merupakan cara rayap menyampaikan bakteri dan protozoa
berflagellata bagi individu yang baru saja ganti kulit (ekdisis) untuk menginjeksi
kembali invidu rayap tersebut. Di samping itu, juga merupakan cara menyalurkan
makanan ke anggota koloni lainnya (Nandika, 1991).
Sama seperti pada rayap tingkat tinggi, bakteri yang terdapat dalam usus
belakang rayap tingkat rendah juga mempunyai peranan dalam proses pencernaan
makanan, meskipun bakteri ini tidak berperan utama dalam proses dekomposisisi
selulosa. Protozoa yang terdapat pada usus belakang rayap tingkat rendah
merupakan protoza flagellata.Lebih dari 400 spesies protozoa flagellata telah
diidentifikasi dalam usus belakang rayap tingkat rendah (Nandika, 1991).
Biomassa mikroba ini meliputi sekitar sepertujuh sampai dengan sepertiga
berat rayap. Protozoa ini mempunyai peranan penting dalam metabolisme selulosa
dan berfungsi menguraikan selulosa dalam proses percernaan makanannnya
menghasilkan asetat sebagai sumber energi bagi rayap. Hasil penelitian Belitz and
Waller (1998) menunjukkan bahwa defaunasi protozoa dalam usus belakang rayap
dengan menggunakan oksigen murni menyebabkan kematian rayap sekitar dua

Universitas Sumatera Utara

sampai tiga minggu walaupun diberi kertas saring yang mengandung selulosa.
Namun rayap ini akan hidup lebih lama dengan makanan yang sama dengan
adanya kehadiran protozoa dalam usus belakangnya. Hal ini menunjukkan bahwa
kehidupan rayap sangat tergantung pada mikroba simbiosisnya. Hal ini juga
menunjukkan bahwa proses penguraian selulosa dalam usus belakang rayap
berlangsung dalam keadaan anaerobik.
Cara Penyerangan
Untuk mencapai sasarannya, rayap tanah dapat menembus tembok yang
tebalnya beberapa centimeter, menghancurkan plastic, kabel dan penghalang fisik
lainnya. Apapun bentuk konstruksi bangunan gedung, rayap dapat menembus
lubang terbuka atau celah sekecil satu per enam puluh empat inci. Baik celah pada
slab, disekitar celah kayu atau pipa ledeng, celah antara pondasi dan tembok,
maupun pada kuda – kuda atap (Nandika, 2003).
Rayap juga dapat membuat lubang diatas pondasi, terus keatas sehingga
mencapai kuda – kuda dan diseluruh permukaan tembok. Dengan demikian rayap
mampu menyerang bangunan dengan berbagai cara antara lain :
1. Menyerang melalui kayu yang berhubungan langsung dengan tanah
2. Masuk melalui retakan – retakan atau rongga pada dinding dan pondasi
3. Dengan cara membuat liang – liang kembara diatas permukaan kayu
beton, pipa dan lain – lain.
4. Menembus obyek – obyek penghalang seperti plastic, logam tipis, dan lain
– lain walaupun penghalang tersebut bukan objek makanannya.
Sekali rayap mampu mencapai sasarannya maka rayap akan memperluas
serangannya sampai bagian – bagian yang tinggi dengan membuat sarang antara

Universitas Sumatera Utara

didalam bangunan yang jauh dari tanah dan memanfaatkan sumber – sumber
kelembaban yang tersedia dalam bangunan tersebut. Kondisi ini berlaku pada
rayap tanah Coptotermes curvignathus yang hidupnya mutlak tergantung dari
adanya air dan tanah sebagai kebutuhan penting untuk kehidupan rayap
(Nandika 2003).
Rayap yang memiliki cara penyerangan yang berbeda dengan rayap tanah
adalah rayap kayu kering. Serangga ini memiliki kemampuan hidup pada kayu –
kayu kering didalam bangunan gedung; tidak membangun sarang atau liang –
liang kembara diatas permukaan kayu tetapi membangun liang – liang kembara
atau sarangnya hanya didalam kayu.
Rayap kayu kering dapat mencapai sasarannya melalui dua cara :
1. Laron

yang bersialang menemukan obyek sasaran dan mampu

berkembang karena obyek tidak tertutup (misalnya cat pelindung yang
tidak toksik, kayu tidak awet atau diawetkan dan lain – lain
2. Obyek sasaran terserang oleh rayap yang berasal dari obyek lain yang
telah diserang dan letaknya berdekatan.
Nandika (2003) mengungkapkan bahwa serangan rayap kayu kering
umumnya tidak terbatas pada kayu struktur bangunan tetapi juga seringkali
menyerang barang – barang mebeler (meja, kursi, dipan, kitchen set, dan lain –
lain), kusen, jendela dan pintu, tetapi tidak menyerang barang berlignoselulosa
lainnya seperti kertas atau buku, kain, karpet dan lain – lain.
Kerugian Serangan Rayap di Indonesia
Sejak tahun 1982, kasus serangan rayap pada bangunan gedung di
Indonesia telah mulai banyak dilaporkan.Pada saat ini perhatian terhadap ancaman

Universitas Sumatera Utara

rayap pada bangunan gedung di Indonesia terasa meningkat dengan sangat
mengesankan. Hal ini dapat dimengerti mengingat beberapa jenis rayap telah
seringkali menunjukkan daya serang yang luar biasa terhadap perumahan, kantor
dan bangunan gedung lain sehingga mengakibatkan kerugian yang cukup besar
(Nandika, 2003).
Laporan tentang masalah tersebut telah dikumpulkan hampir dari seluruh
daerah (propinsi) di Indonesia. Bahkan Direktorat Tata Bangunan, Direktorat
Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum pada pertengahan tahun 1983
menyatakan bahwa kerugian akibat serangan rayap pada bangunan gedung
pemerintahan saja diperkirakan mencapai seratus milyar rupiah setiap tahun.
Jumlah tersebut jelas belum meliputi kerugian pada bangunan gedung
(perumahan) milik masyarakat.
Kerugian material akibat serangan rayap tanah pada tahun 1995 hampir
mendekati angka 1,67 trilyun (Nandika et al., 2003). Fenomena ini menstigmakan
rayap sebagai musuh utama manusia dalam memperoleh produk-produk
berselulosa. Berdasarkan fenomena ini Sukartana et al.(2002) menyatakan bahwa
parameter kualitas keawetan kayu adalah kemampuannya dalam menghadapi
penghancuran oleh rayap.
Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Serangan Rayap
Pengendalian rayap pada bangunan gedung di Indonesia mulai
berkembang pesat pada awal tahun 1980-an dan terus mengalami peningkatan
seiring dengan meningkatnya kasus serangan rayap di beberapa tempat dan
meningkatnya pengetahuan serta kesadaran akan bahaya serangan rayap itu
sendiri. Pengendalian serangan rayap pada bangunan meliputi upaya pencegahan

Universitas Sumatera Utara

serangan rayap dan pemberantasan atau menyembuhkan bangunan yang terserang
rayap. Tindakan pengendalian yang paling baik adalah melakukan pencegahan
serangan rayap sebelum konstruksi dibangun karena disamping secara ekonomis
lebih murah, tindakan ini jauh lebih mudah dilakukan (Nandika, 2003).
Pada prinsipnya proses pengendalian rayap pada bangunan gedung dan
rumah adalah dengan perlakuan tanah (soil treatment) dan menggunakan kayu
dengan keawetan tinggi atau kayu yang telah diawetkan (wood treatment). Ada
dua metode perlakuan tayap yang ditentukan menurut saat aplikasi dilakukan
yaitu metode pra perlakuan/pra konstruksi (pre-treatment) yang mengacu pada
SNI-03-2404-1991 dan pasca perlakuan/pasca konstruksi (post-treatment) yang
mengacu pada SNI-03-2405-1991 (Nandika, 1996).
Pra Konstruksi
Perlakuan pengendalian dan pencegahan terhadap serangan rayap yang
dilakukan pada bangunan, mulai sejak saat selesainya penggalian parit pondasi
sampai saat siapnya lantai bangunan sebelum pemasangan lantai yang meliputi :
1. Penyemprotan larutan anti rayap yang telah disiapkan pada seluruh bidang
galian dengan dosis penggunaan kurang lebihnya 5 liter larutan anti rayap
permeter persegi permukaan.
2. Setelah Pondasi bangunan dibangun dan tersusun rapi, dilakukan
penyemprotan pada tanah urugan/urukan (back fill) dengan dosis
penggunaan 2,5 liter larutan anti rayap permeter panjang pondasi dan
seluruh permukaan tanah untuk pemasangan lantai.

Universitas Sumatera Utara

3. Perlakuan juga diberikan pada permukaan lantai sebelum pemasangan
lantai kerja (ubin, keramik, marmer), juga seluruh keliling bangunan
setelah konstruksi bangunan selesai seluruhnya.
4. Perlakuan terhadap seluruh kayu bangunan misalkan , seperti kuda-kuda,
kaso, reng, rangka plafon, kusen pintu, jendela serta lainnya.
Pasca Konstruksi
Perlakuan pengendalian dan pencegahan serangan hama rayap yang
dilakukan pada bangunan yang sudah berdiri dengan cara aplikasi pengeboran dan
penyuntikan (driling dan injecting)
1. Pembuatan lubang injeksi dengan pengeboran dibagian kiri kanan pondasi
( garis dinding ) dengan diameter 6-10 mm pada jarak 15 cm dari dinding
dengan jarak antar lubang 30-40 cm sampai kedalaman 20-30 cm ( hingga
menembus bagian tanah ).
2. Lalu dilakukan penyuntikan ( injeksi ) larutan anti rayap dengan dosis
kurang lebih 1,5 liter perlubang injeksi.
3. Setelah penyuntikan selesai kemudian lubang injeksi ditutup kembali
sesuai dengan warna semula.
4. Pada taman dilakukan penyuntikan di sekeliling dinding pagar dan
penyuntikan pada sekeliling pohon dan permukaan taman dengan jarak 1
meter serta penyemprotan pada seluruh permukaan taman secara merata.
5. Pada Taman dilakukan penyuntikan di sekeliling dinding pagar dan
penyuntikan
(Hadioetomo, 1983).

Universitas Sumatera Utara