Kerangka Berpikir TELAAH PUSTAKA

b. Tahap kedua, deofisialisasidebirokratisasi Pada tahap ini peran pemerintah mulai dikurangi, sedangkan tanggung jawab dan peran koperasi semakin ditingkatkan. Perlengkapan organisasi sudah harus berfungsi secara efektif, seperti rapat anggota pengurus, dan pemeriksa. Akan lebih baik kalau sudah ada pelaksana yang melaksanakan tugas sehari-hari berdasarkan kebijaksanaan yang dirumuskan oleh pengurus. Dalam tahap ini koperasi tidak hanya menyusun persiapan kemandirian organisasi secara individual tetapi juga secara sektoral dengan cara melakukan integrasi horisontal dan vertikal, seperti bergabung dalam tingkat organisasi sejenis yang lebih tinggi, misalnya organisasi, untuk dapat menggalang kemampuan secara bersama-sama. c. Tahap ketiga, otonomi Pada tahap ini peran pemerintah semakin kecil. Kerjasama antara koperasi yang integral maupun komplementer berjalan secara efektif, tidak hanya secara efisien, dan modal telah tersusun dengan memadai

2.4. Kerangka Berpikir

Koperasi dalam menjalankan usahanya, tak akan terwujud bila tanpa dukungan dari seluruh anggota koperasi, dengan adanya partisipasi dari anggota maka koperasi bisa berkembang menjadi lebih baik. Partisipasi anggota dapat diwujudkan jika anggota mengetahui hak dan kewajiban sebagai anggota koperasi. Seperti dalam undang undang No 25 tahun 1992 tentang Koperasi Bab V pasal 20, setiap anggota mempunyai kewajiban : a. Mematuhi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta keputusan yang telah disepakati dalam rapat anggota. b. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh koperasi. c. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar atas asas kekeluargaan. Oleh karena itu melalui partisipasi anggota koperasi berusaha untuk menjadi badan usaha yang mampu berdiri sendiri dan dapat berdiri tegak dalam mengelola usaha koperasi dan mengambil keputusan. Dalam hal ini partisipasi anggota menjadi upaya agar koperasi mampu untuk mencapai kemandirian koperasi.kemandirian koperasi. Menurut pendapat Sitio 2001:29 “kemandirian pada koperasi dimaksudkan bahwa koperasi harus mampu berdiri sendiri dalam hal pengambilan keputusan usaha dan organisasi”. Dalam hal kemandirian terkandung pula pengertian kebebasan yang bertanggung jawab, otonomi, swadaya, dan keberanian untuk mempertanggungjawabkan segala tindakan dalam pengelolaan usaha dan organisasi. Untuk pentingnya mencapai koperasi yang mandiri, meningkatkan partisipasi anggota adalah upaya yang baik. Karena dengan adanya partisipasi anggota dalam posisi sebagai pemilik ataupun sebagai pemakai jasa secara optimal, maka kemandirian koperasi akan tercapai. Menurut Swasono, “peningkatan jumlah partisipasi anggota merupakan pertanda bahwa semakin meningkatnya kemandirian koperasi”. Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan kerangka berpikir adalah sebagai berikut : Gambar 2.1. Kerangka berpikir Kemandirian Koperasi 1. Kemandirian Dalam Pengambilan Keputusan 2. Kemandirian Dalam Pengelolaan Koperasi Partisipasi Anggota 1. Partisipasi Anggota Dalam RAT 2. Partisipasi Anggota dalam pemupukan modal 3. Partisipasi Anggota dalam pengelolaan usaha koperasi 39

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di KUD SUBUR yang berlokasi di Jalan Gunungpati Raya Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

3.2. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian Arikunto,2006:130. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono,2007:61 Populasi dalam penelitian ini adalah 1978 anggota KUD Subur Gunungpati. Tabel 3.1 Populasi Anggota KUD SUBUR No Kelurahan Populasi 1 Gunungpati 261 orang 2 Plalangan 231 orang 3 Sumurejo 119 orang 4 Mangunsari 142 orang 5 Patemon 86 orang 6 Sekaran 63 orang 7 Sekurejo 52 orang 8 Sadeng 117 orang 9 Pongangan 113 orang 10 Kandri 123 orang 11 Nongkosawit 127 orang 12 Cepoko 144 orang 13 Jatirejo 157 orang