Pengaruh Partisipasi Anggota Koperasi Terhadap Sisa Hasil Usaha di Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(1)

PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI

TERHADAP SISA HASIL USAHA DI KOPERASI

MAHASISWA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh: Winda Alfiani NIM. 1112015000020

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara partisipasi anggota koperasi dan Sisa Hasil Usaha (SHU), seberapa besar kontribusi yang diberikan dan apakah hal tersebut memiliki signifikansi atau tidak. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus-November 2016 di Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu

simple random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket

berbentuk skala, skala yang digunakan adalah skala likert. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara dan observasi. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara partisipasi anggota koperasi terhadap SHU.Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rhit

sebesar 0,546 dan termasuk ke dalam kategori cukup kuat (nilai rhitung pada

rentang 0.40-0.599). Dengan demikian terdapat hubungan yang cukup kuat dan signifikan antara partisipasi anggota koperasi terhadap SHU di Koperasi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam meningkatkan jumlah SHU yang diperoleh.


(7)

ii ABSTRACT

Winda Alfiani (NIM: 1112015000020). The effect of participation cooperative members to against net income (SHU) in University Student Cooperative UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

The research is aimed to find out whether there is a effect of participation cooperative members against SHU. And whether it has a significant influence or not. The research conducted on August – November 2016 at University Student Cooperative UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.The method used in this research was quantitative approach. The sampling technique used in this research was simple random sampling. The research instruments used in this research was a questionnaire in the form of scale, and the scale used in the questionnaire was likert scale. The aggregation technique used in this research was questionnaire. The result of this research was that there is a significant influence between the participation cooperative members and SHU.The result pf the research showed

that rhit value is 0.546 and it is included in fairly strong category (rhit value on

the range 0.40 – 0.599). consequently, there is a fairly strong and significant influence between the participation cooperative members and SHU at University Student Cooperative UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(8)

iii

menyelesaikan tugas akhir ini. Sholawat serta salam dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, yang telah memberikan tauladan kepada seluruh umat muslim.

Dalam proses penyusunan skripsi, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materi, maka penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Dr. Iwan Purwanto, M.Pd

3. Sekertaris Jurusan Pendidikan IPS, Drs. Syaripulloh, M.Si

4. Dosen Pembimbing Akademik, Bapak Drs. Banajid yang telah memberikan begitu banyak arahan secara akademik dan secara moral kepada penulis.

5. Dosen Pembimbing Skripsi Bapak Dr. H. Nurochim, MM dan Ibu Neng Sri Nuraeni, M.Pd terimakasih atas segala bimbingan dan motivasinya hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan sangat baik. 6. Seluruh dosen Pendidikan IPS, dan semua dosen yang telah

memberikan banyak sekali ilmu serta motivasi di dalam dunia pendidikan.

7. Kedua orang tua tercinta, ibunda Alipah dan Ayahanda Dalim yang telah mendukung dan memberikan seluruh perhatian dan kasih sayang yang tak terhingga kepada penulis. I love you so much.

8. Ibu Rawinah, serta adik adik tersayang, Danis Ikbal Kurniawan, Novieta Achmad dan Muhammad Ichwan Habib, semoga menjadi anak-anak yang pintar dan sholeh.


(9)

iv

9. Kepada seluruh saudara dan kerabat penulis, yang banyak memberi nasehat dan semangatnya.

10.Kepada keluarga besar Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta pembinanya, yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian serta banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

11.Kepada ka Masruroh, M.Pd yang banyak membantu penulis dalam segala hal, keluhan penulis, nasehat, arahan serta motivasi kepada penulis.

12.Sahabat terbaik, Nurfani Mutianah, Sani Pradasari Afifah, Lilik Nur Kholidah, Eli Karlina, Eni Haryanti, Della Rahma, Kursiwi, yang telah memberikan banyak doa, waktu, tenaga, semangat dan motivasi. Canda tawa bersama mereka sangat berharga bagi hari-hari penulis.

13.Kepada Rochmat Abdilah yang selalu menghibur, membantu dan mendukung penulis.

14.Seluruh teman-teman kelas A (Ekonomi) yang telah menjadi teman seperjuangan dari semester 1 sampai semester akhir.

15.Keluarga besar Pendidikan IPS angkatan 2012

16.Keluarga besar PERMAI-AYU (Persatuan Mahasiswa Indramayu) DKI Jakarta, keluarga besar IMMAN (Ikatan Mutakhorijin Madrasah Aliyah Negeri Babakan Ciwaringin Cirebon) Jakarta, Keluarga Besar IRMAFA (Ikatan remaja Masjid fathullah).

Mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, nasehat, semangat dan doa yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho Allah dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan di akhirat. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Ciputat, November 2013


(10)

v

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Kegunaan penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori ... 9

1. Koperasi ... 9

a. Sejarah Lahirnya Koperasi ... 9

b. Pengertian Koperasi ... 10

c. Tujuan Koperasi ... 11

d. Fungsi Koperasi ... 12

e. Prinsip-prinsip Koperasi ... 13

f. Bentuk-bentuk Koperasi ... 14


(11)

vi

h. Permodalan Koperasi ... 16

i. Keanggotaan Koperasi ... 20

2. Partisipasi Anggota Koperasi ... 21

a. Faktor-faktoryang mempengaruhi Partisipasi Anggota ... 22

b. Bentuk-bentuk Partisipasi Anggota ... 23

c. Jenis-jenis Partisipasi Anggota ... 25

3. Sisa Hasil Usaha ... 28

a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sisa Hasil usaha ... 29

b. Pembagian Sisa Hasil Usaha ... 31

c. Indikator Sisa Hasil Usaha ... 32

B. Penelitian yang Relevan ... 35

C. Kerangka Berpikir ... 40

D. Hipotesis ... 42

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan waktu Penelitian ... 43

B. Metode Penelitian... 43

C. Populasi dan Sampel ... 44

D. Teknik Pengumpulan Data ... 45

1. Kuesioner atau Angket ... 45

2. Wawancara ... 46

3. Observasi ... 46

E. Instrumen Penelitian... 46

F. Teknik Analisis Data ... 53

1. Kalibrasi Instrumen ... 54

a. Uji Validitas ... 54

b. Uji Reliabilitas ... 54

2. Uji Prasyarat Analisis Data ... 55

a. Uji Normalitas ... 55

b. Uji Homogenitas ... 56


(12)

vii

2. Deskripsi Data ... 60

a. Karakteristik Data ... 61

b. Tabulasi Data ... 63

1) Berdasarkan Angket ... 63

2) Berdasarkan Wawancara ... 81

3) Bersdasarkan Observasi ... 84

3. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 86

a. Hasil Kalibrasi Instrumen ... 86

1) Uji Validitas ... 86

2) Uji Reliabilitas ... 89

b. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data ... 90

1) Uji Normalitas Data ... 90

2) Uji Homogenitas ... 91

c. Uji Hipotesis ... 91

B. Pembahasan ... 96

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 99

B. Implikasi ... 99

C. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(13)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan Tabel 3.1 Jadwal kegiatan penelitian Tabel 3.2 Skala Likert yang digunakan

Tabel 3.3 Kisi-kisi Variabel (X) Partisipasi Anggota Koperasi Tabel 3.4 Kisi-kisi Variabel (Y) Sisa Hasil Usaha

Tabel 3.5 Kisi-kisi Wawancara Tabel 3.6 Tabel Intepretasi Nilai r

Tabel 4.1 Skor Variabel Indikator Angket

Tabel 4.2 Ketika rapat anggota koperasi dilaksanakan pemimpin rapat selalu menciptakan suasana demokratis

Tabel 4.3 Laporan keuangan dilakukan secara rutin

Tabel 4.4 Manajer, pengurus dan karyawan memberikan pelayanan yang terbaik kepada anggota

Tabel 4.5 Saya selalu berkontribusi dalam simpanan pokok Tabel 4.6 Saya selalu berkontribusi dalam simpanan wajib Tabel 4.7 Saya selalu berkontribusi dalam simpanan sukarela Tabel 4.8 Saya sering telat ketika membayar simpanan Tabel 4.9 Saya selalu berbelanja barang-barang di koperasi

Tabel 4.10 Penjualan barang-barang di koperasi dilakukan secara kredit (menghutang)

Tabel 4.11 Kami para anggota selalu memunculkan inovasi terbaru atas barang-barang yang diproduksi

Tabel 4.12 Saya memanfaatkan pelayanan koperasi dengan membeli ataupun menggunakan jasa yang disediakan

Tabel 4.13 Saya senang menjadi anggota KOPMA.

Tabel 4.14 Saya merasa puas dengan pelayanan yang diberikan KOPMA. Tabel 4.15 KOPMA selalu mengadakan kegiatan yang menyenangkan

Tabel 4.16 Kami anggota koperasi mendapat keuntungan dari SHU berdasarkan jasa anggota


(14)

ix

Tabel 4.19 Anggota koperasi hanya mahasiswa aktif universitas Tabel 4.20 Jumlah anggota KOPMA setiap tahunnya selalu meningkat

Tabel 4.21 Saya adalah anggota koperasi yang aktif dalam setiap kegiatan KOPMA

Tabel 4.22 Koperasi sering melakukan pinjaman ke pihak luar.

Tabel 4.23 Koperasi selalu mempunyai modal cadangan di setiap tahunnya. Tabel 4.24 Setiap tahunnya KOPMA memunculkan produk atau gagasan/ide

baru untuk jenis-jenis usahanya

Tabel 4.25 Jenis usaha KOPMA UIN Jakarta setiap tahunnya selalu bertambah Tabel 4.26 Jumlah anggota koperasi mahasiswa berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.27 Status Simpanan Anggota 2016

Tabel 4.28 Status Point Anggota 2016

Tabel 4.29 Jumlah SHU Periode 2013, 2014 dan 2015 Tabel 4.30 Uji Validtas Variabel X dan Y

Tabel 4.32 Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov Tabel 4.33 Hasil uji Regresi Linier Sederhana Tabel 4.34 ANOVA

Tabel 4.35 Coefficients


(15)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Profil Koperasi

Lampiran 2 Struktur Kepengurusan Koperasi Mahasiswa Uin Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3 Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga (Ad/Art) Koperasi Mahasiswa Uin Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4 Sisa Hasil Usaha Koperasi Mahasiswa Uin Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5 Angket Partisipasi Anggota Koperasi Lampiran 6 Angket Sisa Hasil Usaha

Lampiran 7 Pedoman Wawancara Lampiran 8 Hasil Wawancara

Lampiran 9 Skoring Angket Uji Validitas Dan Reliabilitas Variabel X Lampiran 10 Skoring Angket Uji Validitas Dan Reliabilitas Variabel Y Lampiran 11 Hasil Uji Validitas Angket Variabel X Dan Y

Lampiran 12 Uji Normalitas Data Lampiran 13 Tabel Uji Homogenitas Lampiran 14 Tabulasi Angket Variabel X Lampiran 15 Tabulasi Angket Variabel Y Lampiran 16 F - Tabel

Lampiran 17 R - Tabel

Lampiran 18 T - Tabel

Lampiran 19 Z –Tabel


(16)

xi

Gambar 4.2 Penggolongan Responden Berdasarkan Fakultas


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perekonomian Indonesia, gerakan koperasi merupakan salah satu badan usaha yang kegiatannya berlandaskan atas asas kekeluargaan yang bertujuan untuk kesejahteraan anggota dan masyarakat pada umumnya, maka koperasi sangat diperlukan untuk menunjang badan usaha lain seperti swasta dan BUMN ( UUD 1945, pasal 33 ayat 1).

Koperasi sebagai gerakan ekonomi yang tumbuh di masyarakat merupakan organisasi swadaya yang lahir atas kehendak, kekuatan, dan partisipasi masyarakat dalam menentukan tujuan, sasaran kegiatan serta pelaksanaannya. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan (UU No. 25/1992 tentang perkoperasian).1

Peran koperasi menjadi penting berkaitan dengan tujuan koperasi adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional, dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.2 Anggota adalah pemilik sekaligus pengguna pelayanan koperasi. Kesadaran dan penghayatan anggota terhadap koperasinya sangat diperlukan dengan tujuan akhirnya adalah meningkatnya partisipasi anggota dalam usaha koperasinya. Untuk itu, dibutuhkan pendidikan perkoperasian yang standar, terprogram dan berkelanjutan bagi anggota.

Keaktifan anggota berpartisipasi dalam pembiayaan koperasi berupa simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela serta pemanfaatan berbagai potensi pelayanan yang disediakan koperasi akan meningkatkan

1

Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi Teori dan Praktik, (Jakarta: Erlangga, 2001l), h. 18

2


(18)

modal koperasi, terutama modal kerja dan omzet usaha koperasi. Hal ini tentu akan membuat koperasi akan menjadi berkembang lebih baik dan akan menguntungkan anggota terutama dengan adanya kenaikan perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi.

Partisipasi, bukan hanya bagian penting, tapi juga vital dalam pembangunan koperasi. Sebagai pelanggan, anggota dapat berpartisipasi dengan melakukan aktivitas keuangan lainnya yaitu mendapatkan pinjaman. Hal ini berdasarkan pasal 89 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang perkoperasian dan penjelasannya yang telah diatur bahwa koperasi dapat menghimpun dana dan mengeluarkannya melalui usaha simpan pinjam. 3

Dalam koperasi, laba disebut sebagai Sisa Hasil Usaha (SHU) menurut teori laba, sesuai dengan konsep koperasi, maka koperasi menganut teori laba efisiensi manajerial (managerial efficiency theory of profit) di mana teori ini menekankan bahwa perusahaan yang dikelola secara efisien akan memperoleh laba di atas rata-rata laba normal.4

Oleh sebab itu, dengan keaktifan partisipasi para anggota dalam berkoperasi maka kegiatan koperasi dapat berjalan dengan lancar. Semakin banyak transaksi-transaksi pada koperasi oleh anggota maupun bukan anggota akan meningkat pula pendapatan koperasi, sehingga modal kerja koperasi semakin meningkat pula.

Modal koperasi dibutuhkan untuk membiayai usaha dan organisasi koperasi. Di dalam modal koperasi terdapat modal kerja, modal kerja inilah yang perlu diperhatikan oleh pengurus koperasi untuk mengelolanya dengan baik, sehingga modal kerja tersebut dapat digunakan secara ekonomis dan efektif untuk pembiayaan operasional koperasi sehari-hari.5

Partisipasi anggota sangat dibutuhkan dalam koperasi. Partisipasi yang aktif dari para anggota koperasi diharapkan akan dapat meningkatkan perolehan sisa hasil usaha (SHU). Perolehan sisa hasil usaha (SHU) setiap

3

Jochen Ropke, Ekonomi Koperasi: Teori dan Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 39

4

Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, op. cit., h. 78

5


(19)

3

tahun bagi koperasi menjadi sangat penting, karena sebagian dari sisa hasil usaha (SHU) tersebut disisihkan sebagai cadangan yang akan memperkuat koperasi itu sendiri.

Sebagai badan usaha, pendapatan atau hasil usaha dari keaktifan partisipasi anggota sangat menentukan besar kecilnya SHU yang diperoleh koperasi. Dalam setiap tahunnya, SHU yang diperoleh koperasi disisihkan dan dibagi untuk keperluan cadangan koperasi, jasa anggota, dana pegawai, dana pengurus, dana pendidikan, dana sosial dan dana pembangunan daerah kerja. Dengan demikian, SHU dapat diidentifikasikan sebagai salah satu faktor kemajuan koperasi.

Akibat kurangnya partisipasi anggota, maka akan berdampak pula pada tinggi rendahnya SHU koperasi. Mengingat kegunaan dan fungsi SHU yang begitu banyak, maka perolehan SHU pada koperasi setiap tahunnya menjadi sangat penting. Melalui SHU koperasi dapat mempuk modal sendiri yaitu dengan dana cadangan yang disisihkan setiap akhir periode tutup buku, sehingga akan memperkuat stuktur modalnya.

Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang beralamat di Gedung Student Center Lt. 1, Kampus 1, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat Timur, Tangerang Selatan ini merupakan koperasi yang dimiliki, dikelola, dan dinikmati oleh mahasiswa (anggota) dan memiliki Badan Hukum Nomor 138/BH/PAD/KWK.9/VI/96.6

Koperasi ini fokus pada bidang gerakan dan pendidikan perkoperasian, bisnis, dan pengembangan minat bakat anggota. Jenis jasa serta layanan untuk mahasiswa seperti kantin, ATK, merchandise, celular, print, fotocopy, bimbingan belajar privat dan lain-lain. Koperasi tersebut tidak melayani transaksi simpan pinjam.

Koperasi Mahasiswa (KOPMA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela. Simpanan pokok sebesar Rp. 20.000, simpanan wajib sebesar Rp.

6


(20)

10.000/bulan, dan simpanan sukarela yang nominalnya bebas dan bisa disetorkan kapanpun.

Berdasarkan hasil observasi peneliti data yang diperoleh menunjukan bahwa, simpanan pokok yang berlaku setiap bulan masih banyak yang menunggak sampai berbulan-bulan. Status simpana Anggota pada periode 2014 dengan jumlah Anggota 247 orang, tercatat 94 orang berstatus aman, 105 orang berstatus siaga, 32 orang berstatus berbahaya dan 16 orang berstatus akan diputihkan. Status simpanan pada periode 2016 berdasarkan laporan Triwulan 2 menunjukan dari jumlah anggota sebesar 265 orang, 130 orang berstatus aman, 58 orang berstatus siaga, 53 orang berstatus berbahaya, dan 24 orang berstatus yang akan diputihkan. Jumlah tersebut menunjukan kurangnya kesadaran anggota koperasi dalam berpartisipasi terdap koperasinya.

Salah satu cara juga yang dilakukan KOPMA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam melihat keadaan partisipasi anggotanya adalah menggunakan sistem pemberian point dalam setiap transaksi yang dilakukan anggota koperasi dan kegiatan-kegiatan lain yang dilaksanakan koperasi tersebut. Menurut data yang dihimpun dari laporan Triwulan 2 KOPMA, point anggota tercatat pada bulan April 2016 sebanyak 45 orang yang melakukan transaksi, pada bulan Mei tercatat 44 orang dan pada bulan Juni tercatat 24 orang yang melakukan transaksi dan mayoritas yang mengumpulkan point-point tersebut hanya pengurus dan staf koperasi. Data tersebut menunjukan kurangnya partisipasi dari anggota koperasi.7

Partisipasi anggota dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh KOPMA masih didominasi oleh orang-orang yang sama dan anggota baru. Setiap diskusi, kegiatan pendidikan dan pelatihan serta kegiatan-kegiatan dari kemahasiswaan, namun yang hadir hanya segelintir orang yang cenderung orang-orang yang sama.8

7

Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Triwulan 2, h. 132

8


(21)

5

Berdasarkan data laporan keuangan laba rugi komparatif untuk periode yang berakhir 31 Desember 2014, KOPMA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tercatat pada tahun 2013 jumlah SHU yang diperoleh sebesar Rp.72.659.932, pada tahun 2014 sebesar Rp.72.321.449 dan pada tahun 2015 sebesar 77.910.352. Dari data tersebut menunjukan adanya penurunan SHU pada 2013 dan 2014.

Menurut Pachta, “faktor-faktor yang mempengaruhi SHU terdiri dari dua faktor, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam meliputi partisipasi anggota, jumlah modal sendiri, kinerja pengurus, jumlah unit usaha yang dimiliki, kinerja manager dan kinerja karyawan, sedangkan faktor dari luar meliputi modal pinjaman dari luar, para konsumen dari luar selain anggota koperasi dan pemerintah”.9

Pada penelitian ini, peneliti meyakini faktor partisipasi anggota mempengaruhi penurunan SHU yang terjadi di koperasi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Meningkatkan partisipasi anggota merupakan salah satu cara yang tepat dilakukan untuk meningkatkan jumlah SHU yang diperoleh koperasi. Partisipasi anggota bisa ditingkatkan dengan berbagai cara seperti meningkatkan kesejahteraan anggota dan mempererat silaturahmi antar pengurus dan anggota koperasi sehingga terciptanya iklim kekeluargaan yang lebih erat serta meningkatkan rasa nyaman para anggotanya dalam bertransaksi maupun dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan koperasi lainnya. Mengingat pentingnya partisipasi anggota dalam koperasi, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh partisipasi anggota terhadap SHU yang diperoleh koperasi.

Dari uraian masalah di atas, penulis bertujuan untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Partisipasi Anggota Koperasi Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) di Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” untuk mengetahui lebih luas, jelas, dan terperinci

9

Tati Wahyuning, “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) di KPRI BINA KARYA Balongpanggang Gresik”, Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 01, 2013, h. 9


(22)

lagi tentang pengaruh partisipasi anggota dalam perolehan SHU di koperasi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya partisipasi anggota dalam bertransaksi di koperasi. 2. Simpanan anggota masih banyak yang menunggak

3. Keterlibatan anggota kurang maksimal dalam beberapa kegiatan yang dilaksanakan koperasi

4. Perolehan SHU masih terbilang rendah

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, maka penulis perlu membatasi masalah yang diteliti, yaitu pengaruh partisipasi anggota koperasi terhadap sisa hasil usaha di Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang hendak diteliti adalah apakah terdapat pengaruh antara partisipasi anggota terhadap perkembangan Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah melihat adakah pengaruh partisipasi anggota koperasi terhadap perkembangan Sisa hasil usaha (SHU) di koperasi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(23)

7

F. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara toritis maupun praktis. Berikut manfaat yang penulis harapkan:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam pengembangan ilmu Ekonomi, terutama dalam bidang perkoperasian. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan untuk mengkaji kajian teoritis yang berkaitan dengan partisipasi anggota koperasi dan sisa hasil usaha dalam koperasi.

2. Manfaat praktis a. Bagi Koperasi

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi koperasi dalam melakukan evaluasi pada aspek partisipasi anggota dan sisa hasil usaha dengan harapan kesejahteraan koperasi akan lebih maksimal.

b. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan kajian dan evaluasi terhadap perkembangan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang berada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Bagi Badan Koperasi Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bacaan referensi bagi badan usaha koperasi lainnya sehingga badan koperasi lain bisa lebih baik lagi dalam menjaga tingkat partisipasi anggotanya sehingga kesuksesan koperasi dapat diraih.

d. Bagi Akademik

Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi dan acuan untuk penelitian-penelitian yang dilakukan selanjutnya. Juga diharapkan bermanfaat sebagai sumber diskusi, sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa atau pihak-pihak yang memerlukan.


(24)

e. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis khususnya dalam bidang koperasi, sebagai pengalaman dalam menulis penelitian, sehingga menjadi pembelajaran bagi penelitian-penelitian yang akan diteliti di kemudian hari.


(25)

9

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretik 1. Koperasi

a. Sejarah Lahirnya Koperasi

Koperasi modern yang berkembang dewasa ini lahir pertama kali di Inggris, yaitu di kota Rochdale pada tahun 1844. Koperasi timbul pada masa perkembangan kapitalisme sebagai akibat revolusi industri. Pada awalnya, koperasi Rochdale berdiri dengan usaha penyediaan barang-barang konsumsi untuk kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi seiring dengan terjadinya pemupukan modal koperasi, koperasi mulai merintis untuk memproduksi sendiri barang yang akan dijual. Kegiatan ini menimbulkan kesempatan kerja bagi mereka yang sudah bekerja. Pada tahun 1851, koperasi tersebut akhirnya dapat mendirikan sebuah pabrik dan mendirikan perumanahan bagi anggota-anggotanya yang belum mempunyai rumah.1

Perkembangan koperasi di Rochdale sangat mempengaruhi perkembangan gerakan koperasi di Inggris maupun di luar Inggris. Pada tahun 1852, jumlah koperasi di Inggris sudah mencapai 100 unit. Pada tahun 1862, dibentuklah pusat koperasi pembelian dengan nama The Cooperative Whole Sale Society (CWS).2

Koperasi juga berkembang di Jerman yang dipelopori Ferdinan Lasalle, Friedrich W. Raiffesen (1818-1888), dan Herman Schulze (1808-1883) di Denmark dan sebagainya. Perkembangan koperasi di berbagai negara dilatarbelakangi oleh ideologi, sistem perekonomian, dan budaya suatu bangsa.

1

Arifin sitio dan halomoan tamba, Koperasi Teori dan Praktik, (Jakarta: erlangga, 2001), h. 8

2


(26)

Dalam perjalanan sejarah, koperasi tumbuh dan berkembang ke seluruh dunia di samping badan usaha lainnya. Setengah abad setelah pendirian Koperasi Rochdale, seiring dengan perkembangannya koperasi di berbagai negara, para pelopor koperasi sepakat untuk membentuk International Cooperative

Alliance (ICA-Persekutuan Koperasi Internasional) dalam kongres

koperasi Internasional yang pertama pada tahun 1896, di London. Dengan terbentuknya ICA, maka koperasi telah menjadi suatu gerakan internasional.

b. Pengertian Koperasi

“Secara etimologi, koperasi berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu cooperatives, merupakan gabungan dua kata co dan

operation. Dalam bahasa Belanda disebut cooperatie, yang artinya

adalah kerja bersama. Dalam bahasa Indonesia dilafalkan menjadi koperasi.”3

Koperasi yang didasarkan pada prinsip kekeluargaan merupakan salah satu bentuk badan usaha yang berperan dalam perkembangan perekonomian Indonesia. koperasi memiliki arti penting pada sektor ekonomi kecil dan menengah.

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 koperasi adalah “badan usaha yang beranggotakan orang-seorangan atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.”4

Dengan demikian koperasi merupakan sebuah wadah bagi anggota-anggota yang dengan sukarela bergabung dan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip dan dengan asas kekeluargaan.

R.M. Margono Djojohadikoesoemo menyatakan bahwa koperasi adalah perkumpulan manusia seorang-seorang yang dengan

3

Andjar Pachta W, Myra Rosana Bachtiar dan Nadia Maulisa Benemay, Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 15.

4


(27)

11

sukanya sendiri hendak bekerja sama untuk kemajuan ekonominya. Soeriaatmaja memberikan definisi koperasi sebagai suatu perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar persamaan derajat sebagai manusia dengan tidak memandang haluan agama dan politik dan sukarela masuk untuk sekedar memenuhi kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atas tanggungan bersama.5

Jadi, koperasi adalah asosiasi orang-orang yang bergabung dan melakukan usaha bersama atas dasar prinsip-prinsip koperasi, sehingga mendapatkan manfaat yang lebih besar dengan biaya rendah melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis oleh anggotanya.

c. Tujuan Koperasi

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, koperasi bertujuan “memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.”6

Tujuan koperasi memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pernyataan ini mengandung arti bahwa meningkatkan kesejahteraan anggota adalah menjadi program utama koperasi melalui pelayanan usaha. Jadi, pelayanan anggota merupakan prioritas utama dibandingkan dengan masyarakat umum.

Keberhasilan koperasi dalam pencapaian tujuannya dapat dilihat dari kesejahteraan anggotanya. Ukuran kesejahteraan sangat relatif, karena setiap orang mempunyai ukuran yang berbeda-beda dalam mengukur tingkat kesejahteraan. Kesejahteraan sosial ekonomi lebih mudah diukur, apabila aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh anggota dilakukan melalui koperasi, karena hal ini

5

Andjar Pachta W, Myra Rosana Bachtiar dan Nadia Maulisa Benemay, op. cit., h. 19.

6


(28)

bisa dilihat dari tinggi rendahnya pendapatan riil. Apabila pendapatan anggotanya meningkat, maka tujuan koperasi tersebut tercapai dan terwujud dalam bentuk meningkatnya pendapatan riil para anggotanya.

d. Fungsi Koperasi

Tugas utama perusahaan koperasi adalah menunjang kegiatan usaha para anggotanya dalam rangka meningkatkan kepentingan perekonomian para anggotanya melalui pengadaan barang dan jasa yang dibutuhkannya, yang sama sekali tidak tersedia di pasar, atau ditawarkan dengan harga, mutu atau syarat-syarat yang lebih menguntungkan dari pada yang ditawarkan pada anggota di pasar atau oleh badan-badan resmi.7

Agar perusahaan koperasi dapat menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh perekonomian para anggotanya secara efisien, maka perusahaan koperasi harus melaksanakan fungsi-fungsi yang menghasilkan peningkatan potensi pelayanan yang bermanfaat bagi para anggotanya, yaitu:

1) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

2) Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan.

3) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya.

4) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.8

7

Ibid., h. 67

8


(29)

13

Fungsi-fungsi tersebut harus terdapat dalam koperasi sehingga koperasi mampu mewujudkan tujuan koperasi yaitu memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

e. Prinsip-prinsip Koperasi

Perbedaan antara koperasi dengan bentuk usaha lainnya tidak hanya terletak pada landasan dan asasnya, tetapi juga pada prinsip-prinsip pengelolaan organisasi dan usaha yang dianutnya. Prinsip koperasi merupakan esensi dari dasar kerja sama koperasi sebagai badan usaha yang merupakan ciri khas dan jati diri koperasi yang membedakan dari badan usaha lain.

Prinsip-prinsip koperasi ini biasanya mengatur baik hubungan antara koperasi dengan para anggotanya, hubungan antara sesama anggota koperasi, pola kepengurusan organisasi koperasi serta mengenai hubungan yang ingin dicapai oleh koperasi sebagai lembaga ekonomi yang berasas kekeluargaan.9

Prinsip-prinsip tersebut dijadikan sebagai pedoman kerja koperasi, selain itu, juga menjadi sebuah jati diri atau ciri khas koperasi. Serta menjadikan koperasi berbeda dengan badan usaha lain.

Mengacu pada UU Perkoperasian No. 25 Tahun 1992, prinsip-prinsip koperasi itu diuraikan secara singkat sebagai berikut:

1) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. Maksudnya, menjadi anggota koperasi tidak boleh dipaksa oleh siapapun dan tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun.

2) Pengelolaan dilakukan secara demokratis. Maksudnya dalam proses pengambilan keputusan, setiap anggota

9

Rudianto, Akuntansi Koperasi: Konsep dan Taknik Penyusunan Laporan Keuangan, (Jakarta: Grasindo, 2006), h. 4.


(30)

koperasi harus diperlakukan sama dalam suasana kebersamaan.

3) Pembagian SHU dilakukan secara adil dan sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.

4) Pemberian balas jasa yang terbatas modal. Modal dalam koperasi pada dasarnya dipergunakan untuk kemanfaatan anggota dan bukan sekedar mencari keuntungan.

5) Kemandirian

6) Pendidikan perkoperasian. 7) Kerjasama.10

Prinsip-prinsip koperasi tersebut merupakan dasar pijakan bagi keberlangsungan koperasi kedepannya. Usaha mencapai keberhasilan koperasi juga berhubungan dengan para anggotanya. f. Bentuk-bentuk Koperasi

Pasal 15 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, ada dua bentuk koperasi, yaitu koperasi Primer dan koperasi sekunder.

1) Koperasi Primer adalah koperasi yang beranggotakan orang seorang dengan jumlah anggota minimalnya 20 orang yang mempunyai kesamaan aktivitas, kepentingan, tujuan dan kebutuhan ekonomi.

2) Koperasi Sekunder adalah koperasi yang dibentuk sekurang-kurangnya tiga koperasi yang berbadan hukum baik primer maupun sekunder.11

Pendirian koperasi sekunder bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan fungsinya. Karena itu, pendirian koperasi sekunder harus didasarkan pada kelayakan untuk mencapai tujuan tersebut. Pada dasarnya, keberadaan koperasi sekunder bersifat subsidiary terhadap koperasi primer.

10

Bernhard Limbong, op. cit., h. 69-71.

11


(31)

15

g. Jenis Koperasi

Jenis koperasi didasarkan pada kebutuhan dan efisiensi dalam ekonomi, sesuai dengan sejarah timbulnya gerakan koperasi. Jenis-jenis itu ialah koperasi konsumsi, koperasi kredit dan koperasi produksi.

Dalam garis besarnya banyak koperasi di Indonesia dapat dibagi menjadi 5 golongan, yaitu: koperasi konsumsi, koperasi kredit (koperasi simpan pinjam), koperasi produksi, koperasi jasa dan koperasi serba usaha.12

1) Koperasi Konsumsi adalah jenis koperasi konsumen. Anggota koperasi konsumsi memperoleh barang dan jasa dengan harga lebih murah, lebih mudah, lebih baik dan dengan pelayanan yang menyenangkan.13

Tujuan koperasi konsumsi ialah agar anggota-anggotanya dapat membeli barang-barang konsumsi dengan kualitas baik dan harga yang layak.

2) Koperasi Kredit (koperasi simpan pinjam) adalah koperasi yang bergerak dalam bidang pemupukan simpanan dana dari para anggotanya, untuk kemudian dipinjamkan kembali kepada para anggota yang memerlukan bantuan dana.14

Kegiatan utama koperasi simpan pinjam adalah menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman dana kepada anggota koperasi.

3) Koperasi Produksi adalah koperasi yang bergerak dalam bidang kegiatan ekonomi pembuatan dan penjualan

12

Nunik Widiyanti dan Y.W. Sunindhia, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 48-49.

13

Bernhard Limbong, Pengusaha Koperasi, (Jakata: Margaretha Pustaka, 2010), h. 75.

14

Rudianto, Akuntansi Koperasi: Konsep dan Taknik Penyusunan Laporan Keuangan, (Jakarta: Grasindo, 2006), h. 6.


(32)

barang;barang baik yang dilakukan oleh koperasi sebagai koperasi maupun orang-orang anggota koperasi.15

Contohnya adalah koperasi peternakan sapi perah, koperasi tahu tempe, koperasi pembuatan sepatu, koperasi kerajinan, koperasi batik, koperasi pertanian dan lain-lain. 4) Koperasi Jasa adalah koperasi yang berusaha dibidang

penyediaan jasa tertentu bagi para anggota maupun masyarakat umum. Contohnya adalah koperasi angkutan, koperasi perencanaan dan konstruksi bangunan, koperasi jasa audit, koperasi Asuransi Indonesia, koperasi Perumahan Nasional (Kopernas).

5) Koperasi serba Usaha atau Koperasi Unit Desa (KUD). Dalam rangka meningkatkan produksi dan kehidupan rakyat di daerah pedesaan, pemerintah menganjurkan pembentukan Koperasi-koperasi Unit Desa (KUD).16

Yang menjadi anggota KUD adalah orang-orang yang bertempat tinggal atau menjalankan usahanya di wilayah Unit Desa itu yang merupakan daerah kerja KUD. Karena kebutuhan mereka beraneka ragam, maka KUD mempunyai beberapa fungsi yaitu: perkreditan, penyediaan dan penyaluran sarana produksi pertanian dan keperluan hidup sehari-hari, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, pelayanan jasa-jasa lainnya, melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya.

h. Permodalan Koperasi

Sebagaimana diuraikan dalam Undang-Undang Koperasi, bahwa sumber modal koperasi terdiri dari beberapa jenis yaitu berupa simpanan-simpanan baik pokok, wajib maupun sukarela dan

15

Nunik Widiyanti dan Y.W. Sunindhia, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 54-55.

16


(33)

17

cadangan-cadangan yang dikumpulkan dari SHU yang merupakan kekayaan koperasi.17

Di samping itu, koperasi juga memiliki sumber yang bersifat potensial yang didasarkan pada sikap anggota terhadap koperasinya. Selain sumber-sumber tersebut yang disebut sebagai sumber modal intern, koperasi dapat pula menambah modalnya dengan berasal dari sumber ekstern yang berasal dari pinjaman atau simpanan-simpanan/deposito dari luar keanggotaan koperasi termasuk pula sumber ekstern ini misalnya berbagai fasilitas yang berasal dari pemerintah.

1) Modal Sendiri atau Modal Anggota

Adalah sumber pembelanjaan usaha yang berasal dari setoran anggota. Simpanan koperasi dapat dibedakan menjadi simpanan pokok, wajib dan sukarela. Serta dana cadangan dan donasi/sumbangan.

a) Simpanan Pokok adalah jumlah nilai uang tertentu yang sama banyaknya setiap anggota yang harus disetorkan pada waktu masuk menjadi anggota. Jenis simpanan pokok ini tidak dapat diambil kembali selama orang tersebut masih menjadi anggota.18

b) Simpanan Wajib yaitu sejumlah nilai uang tertentu yang diwajibkan kepada anggota untuk membayar dalam waktu dan kesempatan yang tertentu (umumnya secara bulanan).19 c) Simpanan sukarela yaitu jumlah nilai uang tertentu yang

diserahkan anggota (juga bukan anggota) atas kehendak sendiri sebagai simpanan.20

17

Sudarsono dan Edilius, Koperasi: Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 116.

18

Rudianto, Akuntansi Koperasi: Konsep dan Taknik Penyusunan Laporan Keuangan, (Jakarta: Grasindo, 2006), h. 8.

19

Nunik Widiyanti dan Y.W. Sunindhia, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 137.

20


(34)

Pada dasarnya simpanan sukarela dapat diterima dari non anggota. Simpanan itu merupakan suatu jumlah tertentu dalam nilai uang yang diserahkan pada koperasi, mungkin oleh anggota atau bukan anggota atas kehendak sendiri. Simpanan sukarela dapat diambil setiap waktu sesuai dengan keadaan.

d) Dana Cadangan yaitu sejumlah uang yang diperoleh dari sebagian sisa hasil usaha yang tidak dibagikan kepada anggota. Tujuannya adalah untuk memupuk modal sendiri yang dapat digunakan sewaktu-waktu apabila koperasi membutuhkan dana segar secara mendadak atau dapat digunakan untuk menutup kerugian dalam menjalankan usaha.21 Sebaiknya, dana cadangan ini dibesarkan jumlahnya bukan hanya untuk dipakai menutup kerugian saja sebagaimana yang dimaksudkan oleh Undang-Undang, lebih jauh, dana cadangan ini dapat digunakan untuk mengembangkan usaha koperasi atau melakukan investasi yang menunjang kinerja usaha.

e) Donasi atau sumbangan adalah sejumlah uang atau barang dengan nilai tertentu yang disumbangkan oleh pihak ketiga, tanpa ada suatu ikatan atau kewajiban untuk mengembalikannya.22

Jadi, artinya modal koperasi dapat berasal dari hibah yang tidak saja dalam bentuk uang tunai tetapi dapat juga berbentuk barang seperti tanah, bangunan, mesin-mesin atau peralatan produksi dan lain-lain yang mempunyai nilai materiil atau dapat dinilai setara dengan sejumlah uang.

21

Andjar Pachta W, Myra Rosana Bachtiar dan Nadia Maulisa Benemay, Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 120-121.

22


(35)

19

2) Modal Pinjaman

Modal dari luar atau modal pinjaman bersumber dari: anggota, koperasi lainnya dan atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi, dan surat hutang lainnya, sumber lain yang sah.23

Modal yang berasal dari pinjaman ini pada prinsipnya dapat berasal dari siapapun, baik dalam bentuk uang ataupun barang sepanjang pinjaman itu memang diambil oleh koperasi untuk digunakan mengembangkan usahanya di masa yang akan datang.

3) Modal Penyertaan

Pemupukan modal koperasi yang berasal dari modal penyertaan, baik berasal dari dana pemerintah, maupun dari dana masyarakat, dilakukan dalam rangka memperluas kemampuan untuk menjalankan kegiatan usaha koperasi, terutama usaha-usaha yang membutuhkan dana untuk usaha yang memerlukan proses jangka panjang.24

Penanaman modal penyertaan dapat diperoleh dari pemerintah, dunia usaha dan badan usaha lainnya baik yang berkedudukan di dalam negeri maupun di luar negeri, serta dari masyarakat umum. Untuk menawarkan atau mengundang para pemodal yang mau ikut memasukan modal penyertaan ke dalam usaha koperasi, dapat dilakukan melalui media massa (baik yang tertulis maupun elektronik).

Dari ketentuan inilah maka koperasi dapat menghimpun modal dari masyarakat luas di lingkungan sekitarnya, bahkan menarik modal dari luar negeri, baik secara manual konvensional maupun secara modern.

23

Ibid., h. 93.

24


(36)

i. Keanggotaan Koperasi

Sudah menjadi kebiasaan di masa lalu untuk menggambarkan asas keanggotaan dari koperasi dengan kata-kata terbuka dan sukarela. Sifat keanggotaan koperasi adalah bebas, sukarela dan terbuka. Ini berarti bahwa seseorang menjadi anggota koperasi berdasarkan kesadaran dan kebebasan yng ada padanya, tanpa ada paksaan dari siapapun. Juga asas persamaan di antara sesama anggota tetap dipertahankan di dalam koperasi, tanpa mengadakan perbedaan di antara anggota yang berlainan keturunan, paham politik dan agama.

Anggota koperasi adalah anggota masyarakat golongan ekonomi lemah, bukan pemilik modal. Mereka memiliki usaha tertentu dengan potensi ekonomi yang kurang berarti untuk melakukan tindakan-tindakan ekonomi. Sifat usaha yang dimiliki anggota koperasi ini merupakan identitas koperasi sebagai konsentrasi orang bukan konsentrasi modal.25

Sebagai konsentrasi orang, maka kekuatan koperasi terletak pada banyaknya anggota dan kemampuan mereka untuk memikul kewajiban dan melaksanakan hak sebagai anggota. Semakin banyak anggota yang mampu memikul hak dan melaksanakan hak-haknya semakin banyak pula kesempatan koperasi ini untuk berkembang.

Setiap anggota koperasi mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang sama, yaitu:

1) Dalam mengamalkan:

a) Landasan-landasan, asas dan sendi dasar koperasi;

b) Undang-Undang, peraturan pelaksanaannya, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi;

c) Keputusan-keputusan rapat anggota;

25

Nunik Widiyanti dan Y.W. Sunindhia, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 119.


(37)

21

2) Untuk hadir dan secara aktif mengambil bagian dalam rapat-rapat anggota.26

Setiap anggota koperasi juga mempunyai hak yang sama untuk: menghadiri menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam rapat anggota, memilih/dipilih menjadi anggota pengurus/badan pemeriksa, meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuan-ketentuan dalam Anggaran Dasar, mengemukakan pendapat atau saran-saran, mendapat pelayanan yang sama antara sesama anggota, melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha-usaha koperasi.27

Kekuasaan tertinggi dalam koperasi terletak di tangan keputusan rapat anggota. Rapat anggota diadakan sekurang-kurangnya sekali setahun. Rapat anggota harus merupakan satu kesempatan bagi pengurus untuk melaporkan kepada para anggota tentang kegiatan-kegiatannya selama setahun yang lalu bersama-sama dengan anggota menelaah rencana kerja tahun mendatang untuk meningkatkan kemajuan. Koperasi milik anggota, dijalankan oleh anggota dan bekerja untuk kesejahteraan anggota dan masyarakat.

2. Partisipasi anggota Koperasi

Secara harfiah partisipasi diambil dari bahasa asing participation, yang artinya mengikut sertakan pihak lain dalam mencapai tujuan. Istilah partisipasi dikembangkan untuk menyatakan atau menunjukan peran serta (keikutsertaan seseorang atau sekelompok orang dalam aktivitas tertentu. Intinya adalah harapan untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu.28

26

Sukanto Reksohadiprodjo, Manajemen Koperasi, (Yogyakarta: BPFE, 2010), h. 150.

27

Ibid.

28

Hendar dan Kusnadi, Ekonomi Koperasi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2005), h. 91.


(38)

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa partisipasi aggota koperasi merupakan keterlibatan anggota dalam berbagai kegiatan koperasi baik yang menyangkut kewajiban maupun hak-hak anggota.

Dipandang dari sifatnya, partisipasi dapat berupa partisipasi yang dipaksakan (Forced) dan partisipasi sukarela (foluntary). Partisipasi yang dipaksakan, tidak sesuai dengan prinsip koperasi keanggotaan terbuka dan sukarela serta manajemen yang demokratis. Partisipasi yang sesuai dengan prinsip koperasi adalah partisipasi yang bersifat sukarela.

Dipandang dari bentuknya, partisipasi dapat bersifat formal dan dapat bersifat informal. Pada partisipasi yang formal biasanya telah tercipta suatu mekanisme formal dalam pengambilan keputusan dan dalam pelaksanaan setiap kegiatan, pada partisipasi yang bersifat informal biasanya hanya terdapat persetujuan lisan antara atasan dan bawahan dalam bidang-bidang partisipasi.29

Kendatipun partisipasi dalam koperasi bersifat kesadaran, koperasi harus memberikan rangsangan tertentu terhadap anggota agar partisipasi itu efektif. Hal ini diperlukan agar pertumbuhan koperasi selalu meningkat dari waktu ke waktu. Koperasi harus menyediakan produk-produk yang dibutuhkan oleh para anggotanya sehingga anggota terangsang untuk membelinya. Jika tidak, partisipasi anggota akan menurun dari waktu ke waktu dan koperasi bukan lagi menjadi pilihan anggota untuk mencapai tujuannya.

a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Anggota

Partisipasi anggota koperasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor kepuasan anggota, motivasi anggota, tingkat kepercayaan anggota, lingkungan usaha dan kualitas pelayanan.30

Kepuasan anggota adalah perasaan seseorang baik senang atau tidak atas kinerja suatu produk (barang atau jasa) yang dihasilkan.

29

Ibid., h. 92

30

Dhanie Istiani Aromatika, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Anggota Pada KUD Makmur Jaya Kecamatan Jekulo Kudus,” Skripsi pada Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2011, h. 27. Diakses pada 24 Agustus 2016


(39)

23

Motivasi Anggota adalah kekuatan untuk membangkitkan seseorang dari keterpurukan yang kemudian berorientasi pada tujuan yang akan dicapai dan mempunyai target yang jelas pada diri sendiri atau kelompok. Kepercayaan anggota, Kepercayaan dibagun dalam kelompok dengan mengembangkan komunikasi yang terbuka, menjalankan kepemimpinan yang adil dan terbuka.

Lingkungan usaha meliputi lingkungan mikro dan lingkungan makro, lingkungan mikro adalah lingkungan yang berkaitan dengan operasional perusahaan, yang meliputi: pelangan dan pesaing. Lingkungan makro adalah lingkungan di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi daya hidup perusahaan secara keseluruhan, yang meliputi: lingkungan ekonomi, sosial, dan teknologi. Dan kualitas pelayanan adalah upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan, serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan.

b. Bentuk-bentuk Partisipasi Anggota

Partisipasi merupakan faktor yang paling penting dalam mendukung keberhasilan atau perkembangan suatu organisasi. Melalui partisipasi segala aspek yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan pencapaian tujuan direalisasikan.31

Tanpa partisipasi anggota, koperasi tidak akan dapat bekerja secara efisien dan efektif. Karena alasan itulah partisipasi diikutsertakan dalam tes komparatif koperasi. suatu koperasi bisa berhasil dalam kompetisi (bersaing dengan perusahaan nonkoperasi), tetapi tak akan ada artinya bila anggota tak memanfaatkan keunggulan yang dimiliki tersebut. Anggota harus berpartisipasi dalam mencapai tujuan koperasi.

Terdapat beberapa bentuk partisipasi anggota koperasi menurut KEMENKOP dan UKM (2010), yaitu sebagai berikut:

31


(40)

a. Partisipasi dalam pengambilan keputusan dalam rapat anggota (kehadiran, keaktifan, dan penyampai / mengemukakan pendapat / saran / ide / gagasan / kritik bagi koperasi).

b. Partisipasi dalam kontribusi modal (dalam berbagai jenis simpanan, simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela / manasuka, jumlah dan frekuensi menyimpan simpanan, penyertaan modal).

c. Partisipasi dalam pemanfaatan pelayanan (dalam berbagai jenis unit usaha, jumlah dan frekuensi pemanfaatan layanan dari setiap unit usaha koperasi, besaran transaksi berdasarkan waktu dan unit usaha yang dimanfaatkan, besaran pembelian atau penjualan barang maupu jasa yang dimanfaatkan, cara pembayaran atau cara pengambilan, bentuk transaksi, waktu layanan).

d. Partisipasi dalam pengawasan koperasi (dalam menyampaikan kritik, tata cara penyampaian kritik, ikut serta melakukan pengawasan jalannya organisasi dan usaha koperasi).32

Partisipasi dari anggota sangatlah penting untuk menunjang kualitas serta kinerja dari koperasi itu sendiri. Tanpa adanya partisipasi anggota, kemungkinan atas rendah atau menurunnya efisiensi dan efektifitas anggota dalam rangka mencapai kinerja koperasi, akan lebih besar. Partisipasi dibutuhkan untuk mengurangi kinerja yang buruk, mencegah penyimpangan dan membuat pemimpin koperasi bertanggung jawab.

32

Ignatius Agung Dwi Nugroho, “Partisipasi Anggota Pada Kegiatan Koperasi Mahasiswa Universitas Negeri Semarang dan Perannya dalam Mengembangkan Jiwa Kewirausahaan,” Skripsi pada Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2015, h. 27-28. Diakses pada 24 Agustus 2016


(41)

25

c. Jenis-jenis Partisipasi Anggota

Hanel dalam Sugiharsono, membedakan demensi partisipasi anggota koperasi dengan prinsip identitas anggota.

1) Dalam kedudukannya sebagai pemilik, partisipasi para anggota adalah:

a) Memberikan kontribusi terhadap pembentukan modal koperasi (penyertaan modal, pembentukan cadangan, simpanan);

b) Mengambil bagian dalam menetapkan tujuan, pembuatan/pengambilan keputusan dan kebijakan, serta pengawasan.

2) Dalam kedudukannya sebagai pengguna/pelanggan, partisipasi anggota adalah memanfaatkan berbagai potensi dan layanan koperasi dalam menunjang kepentingan/kebutuhannya.33

Anggota memiliki peranan sebagai pemilik dan pengguna, Artinya bahwa usaha koperasi memang ditujukan terutama untuk melayani kebutuhan anggota. Dengan demikian apabila anggota sebagai pelanggan utama yang dilayani koperasi tidak berpartisipasi pada koperasi, tentu usaha yang diselenggarakan koperasi menjadi sia-sia.

Sementara itu, Beberapa indikator bentuk rangsangan partisipasi terkait dengan nilai yang diterima anggota, yaitu:

a. Peningkatan pelayanan yang efisien melalui penyediaan barang dan jasa oleh koperasi akan menjadi perangsang penting bagi anggota untuk memberikan kontribusi bagi pembentukan dan pertumbuhan koperasi.

b. Kontribusi anggota dalam pembentukan dan pertumbuhan perusahaan koperasi dalam bentuk sarana keuangan akan dinilai oleh mereka atas dasar biaya opportunity

33

Sugiharsono, Pentingya Partisipasi Anggota Dalam Mendukung Keberhasilan Usaha Koperasi, (Yogyakarta: UNY), h. 3


(42)

(opportunity cost) yang mungkin akan lebih mahal bagi para anggota.

c. Partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan, seperti dalam pencapaian tujuan dan pengawasan tata kehidupan koperasinya (ditinjau dari sudut anggota) dapat merupakan satu perangsang, yaitu apabila anggota dapat memasukkan tujuan-tujuannya ke dalam koperasi menjadi tujuan kelompok koperasi dan organisasi koperasi yang bersangkutan. Mereka mungkin akan menganggap kesempatan partisipasi itu sebagai suatu perangsang. Selain itu, partisipasi anggota dalam rapat rapat dan diskusi kelompok memakan waktu dan akhirnya menimbulkan pula sejumlah beban biaya perjalanan dan sebagainya, maka anggota akan mempertimbangkan pula

opportunity cost yang berkaitan dengan hal tersebut.34

Hidup-matinya usaha koperasi sangat ditentukan oleh partisipasi anggota dalam mendukung dan memanfaakan layanan usaha koperasi. Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa keberhasilan usaha koperasi sangat ditentukan oleh partisipasi anggota dalam koperasi.

Sementara itu Ropke dalam Sugiharsono, membedakan dimensi partisipasi anggota menjadi tiga, yaitu: partisipasi anggota dalam mengkontribusikan atau menggerakkan sumber daya, partisipasi anggota dalam mendapatkan manfaat layanan dan partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan. Selanjutnya Ropke menjelaskan bahwa partisipasi anggota merupakan hasil interaksi dari tiga variabel utama, yaitu: the members of

beneficiaries, the management of organization, and the program.35

34

Hendar dan Kusnadi, Ekonomi Koperasi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2005), h. 99

35


(43)

27

UU Koperasi No. 14 Tahun 1965 dalam BAB III pasal 4 tentang asas koperasi disebutkan tiap-tiap anggota sesuai dengan tingkat kesadaran dan kemampuannya menyumbangkan materi, tenaga maupun pikiran untuk koperasi dan sesuai dengan karyanya menerima bagian dari setiap kemamfaatan koperasi dalam batas-batas kepentingan negara dan masyarakat.36

Maka dapat dikatakan esensi partisipasi anggota koperasi menyangkut tiga aspek, yaitu:

1) Partisipasi anggota dalam manajemen organisasi, seperti penetapan tujuan, pengambilan keputusan dan kebijakan, serta pengawasan/pengendalian.

2) Partisipasi anggota dalam pemupukan modal, seperti penyertaan modal, pembentukan cadangan modal, dan simpanan-simpanan 3) Partisipasi dalam pemanfaatan layanan usaha koperasi.37

Oleh karena itu tingkat partisipasi anggota dalam kegiatan koperasi ini dapat dilihat melalui ketiga indikator tersebut.

Partisipasi anggota dalam manajemen organisasi dapat dilakukan melalui rapat-rapat yang melibatkan anggota dan atau wakil anggota. Selain itu, untuk partisipasi ini juga dapat direalisasikan melalui kotak saran. Dalam hal ini koperasi memang perlu menyediakan kotak saran yang dibuka secara rutin.

Partisipasi anggota dalam permodalan dapat dilakukan melalui gerakan membayar simpanan wajib secara rutin, serta gerakan menabung simpanan sukarela melalui pembayaran angsuran (bagi anggota yang mempunyai kewajiban membayar angsuran pinjaman/kredit).

Partisipasi anggota dalam mamanfaatkan layanan usaha koperasi dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas layanan usaha

36

Bahri Nurdin, Perkenalan dengan Beberapa Konsep Ekonomi Koperasi, (Jakarta: Salemba, 1993), h. 24

37


(44)

koperasi. Anggota harus memperoleh kepuasan sekaligus kebanggaan (prestise) dari layanan usaha koperasi.

3. Sisa Hasil Usaha

Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi diatur dalam pasal 45 UU Nomor 25 Tahun 1992. Ayat (1) memberikan batasan SHU, yaitu pendapatan koperasi diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. Sedangkan ayat (2) menjelaskan cara membagi SHU dan pemanfaatannya.38

Pembagian SHU yang diterima anggota atau sisa hasil usaha bagian anggota dilakukan secara adil dan sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota. Dengan demikian, sisa hasil usaha yang diterima anggota adalah harus sebanding dengan jasa usaha yang disebut SHU bagian anggota atas jasa usaha. Yang dimaksud jasa usaha adalah transaksi usaha dan partisipasi modal.

SHU merupakan laba atau keuntungan yang diperoleh dari menjalankan usaha sebagaimana layaknya sebuah perusahaan bukan koperasi. SHU tersebut merupakan hasil akhir dari komponen-komponen yang menghasilkan dikurangi dengan jumlah komponen-komponen biaya.39

Jadi dapat disimpulkan SHU merupakan laba atau pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku setelah dikurangi dengan biaya, penyusutan dan biaya lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.

Istilah sisa hasil usaha atau SHU dalam organisasi badan usaha koperasi dapat dipandang dari dua sisi. Dari sisi pertama, SHU ditentukan dari cara menghitungnya yaitu seperti yang disebut dalam pasal 45 Ayat (1) Undang-Undang Perkoperasian, dari sisi kedua, sebagai badan usaha yang mempunyai karakteristik dan nilai-nilai tersendiri,

38

Bernhard Limbong, Pengusaha Koperasi, (Jakata: Margaretha Pustaka, 2010), h. 98-99.

39

Andjar Pachta W, Myra Rosana Bachtiar dan Nadia Maulisa Benemay, Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 128


(45)

29

maka sebutan sisa hasil usaha merupakan makna yang berbeda dengan keuntungan atau laba dari badan usaha bukan koperasi.40

Sisi ini menunjukan bahwa badan usaha koperasi bukan mengutamakan mencari laba tetapi mengutamakan memberikan pelayanan kepada anggotanya. SHU mempunyai arti yang berbeda dengan pengertian laba yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan bukan koperasi.

Selisih antara penghasilan yang diterima selama periode tertentu dengan pengorbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan di dalam koperasi di sebut Sisa Hasil Usaha (SHU). SHU ini setelah dikurangi dengan biaya-biaya tertentu akan dibagikan kepada para anggota sesuai dengan perimbangan jasanya masing-masing.41

Jasa anggota diukur berdasarkan jumlah kontribusi masing-masing terhadap pembentukan SHU ini. Ukuran kontribusi yang digunakan adalah jumlah transaksi anggota dengan koperasi selama periode tertentu. a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha

Menurut faktor-faktor yang menentukan besarnya sisa hasil usaha koperasi dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek keuangan dan non keuangan. Dilihat dari aspek indikator keuangan faktor yang mempengaruhi sisa hasil usaha (SHU) koperasi meliputi: modal sendiri, modal pinjaman, volume usaha.42

Modal sendiri yaitu modal yang menanggung resiko (equity) atau merupakan kumulatif dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah. Modal pinjaman, yaitu modal yang dipinjam koperasi yang berasal dari anggota, koperasi lainnya, bank atau lembaga keuangan, penerbitan obligasi atau surat berharga dan sumber-sumber lainnya. Volume usaha, yaitu total nilai penjualan

40

Andjar Pachta W, Myra Rosana Bachtiar dan Nadia Maulisa Benemay, Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 127-128.

41

Rudianto, Akuntansi Koperasi, (Jakarta, PT Grasindo, 2006), h. 228.

42

Tati Wahyuning, “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) di KPRI BINA KARYA Balongpanggang Gresik”, Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 01, 2013, h. 9.


(46)

atau pendapatan barang dan jasa pada tahun buku yang bersangkutan.

Menurut Pactha dalam Tati Wahyuning, faktor – faktor yang mempengaruhi SHU terdiri dari 2 faktor yaitu Faktor Dalam dan Faktor Luar.

1) Faktor dari dalam

a) Partisipasi anggota, para anggota koperasi harus berpartisipasi dalam kegiatan koperasi karena tanpa adanya peran anggota maka koperasi tidak akan berjalan lancar.

b) Jumlah modal sendiri, SHU anggota yang di peroleh sebagian dari modal sendiri yaitu dari simpanan wajib, simpanan pokok, dana cadangan dan hibah. c) Kinerja pengurus, kinerja pengurus sangat di perlukan

dalam semua kegiatan yang dilakukan oleh koperasi, dengan adanya kinerja yang baik dan sesuai persyaratan dalam Anggaran Dasar serta UU Perkoperasian maka hasil yang di capaipun juga akan baik.

d) Jumlah unit usaha yang dimiliki, Setiap koperasi pasti memiliki unit usaha hal ini juga menentukan seberapa besar volume usaha yang di jalankan dalam kegiatan usaha tersebut.

e) Kinerja manajer, kinerja manajer menentukan jalannya semua kegiatan yang dilakukan oleh koperasi dan memiliki wewenang atas semua hal-hal yang bersifat intern.

f) Kinerja karyawan, merupakan kemampuan seorang karyawan dalam menjadi anggota koperasi.

2) Faktor dari luar


(47)

31

b) Para konsumen dari luar selain anggota koperasi. c) Pemerintah.43

Kekayaan koperasi yang merupakan pemberian bantuan kepada pihak koperasi secara sukarela baik berwujud uang maupun barang biasanya berasal dari pemerintah dan merupakan hibah.

b. Pembagian Sisa Hasil Usaha

Pembagian sisa hasil usaha koperasi dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota. Sisa hasil usaha yang diperoleh koperasi perlu dirinci menjadi: 1) sisa hasil usaha yang diperoleh dari transaksinya dengan para anggota, dan 2) sisa hasil usaha yang diperoleh dari transaksi dengan bukan anggota koperasi.44

Sebagian dari sisa hasil usaha yang diperoleh dari anggota dapat dikembalikan kepada para anggota yang bersangkutan. Bagian yang harus diterima kepada masing-masing anggota sebanding dengan jasa yang diberikan, hal ini sesuai dengan prinsip keadilan. Sedangkan sisa hasil usaha yang bukan berasal dari anggota tidak boleh dikembalikan kepada anggota.

Oleh karena itu, SHU yang berasal dari anggota dalam kegiatan koperasi dibagikan untuk cadangan koperasi, untuk anggota sebanding dengan jasa yang diberikannya, untuk dana pengurus, dana pegawai/karyawan, dana pendidikan koperasi, dana sosial dan dana pembangunan daerah kerja.45

SHU yang berasal dari usaha yang diadakan untuk non anggota dibagi-bagikan untuk semua aspek yang disebutkan diatas kecuali untuk para anggotanya, yaitu untuk cadangan koperasi, dana pegawai/karyawan, dana pendidikan koperasi, dana sosial dan dana pembangunan daerah kerja.

43

Andjar Pachta W, Myra Rosana Bachtiar dan Nadia Maulisa Benemay, Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 42

44

Gervasius Sugiyarso, Akuntansi Koperasi, (Yogyakarta: CAPS, 2011), h. 63.

45

Sudarsono dan Edilius, Koperasi: Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 115.


(48)

Langkah untuk mendapatkan angka transaksi yang dilakukan oleh setiap anggota, maka koperasi harus selalu mencatatya dalam suatu buku belanja anggota. Dapat pula sebaiknya anggota mengumpulkan kwetansi belanjanya untuk setelah Rapat Anggota Tahunan (RAT) nanti ditunjukan kepada pengurus untuk menentukan jumlah pengambilan SHU yang diterima. Jumlah SHU untuk dibagikan kepada anggota ini ummnya dalam Anggaran Dasar ditetapkan sebesar 10% dari seluruh SHU.46 Dalam koperasi, anggota tidak hanya menerima bagian keuntungan tetapi juga ikut menanggung kerugian.

c. Indikator Sisa hasil usaha

Sisa Hasil Usaha yang diperoleh koperasi, selain digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya juga digunakan untuk menjamin kelangsungan dan kesinambungan kehidupan koperasi itu sendiri. Dengan SHU yang dihasilkan, koperasi harus mampu membiayai operasi usahanya. Peningkatan SHU dari suatu koperasi sangat tergantung pada kegiatan yang dijalankannya.

Beberapa Indikator peningkatan SHU yaitu: aspek keuangan dan aspek non keuangan. Aspek keuangan, pendapatan dalam koperasi akan terlaksana apabila pada koperasi tersebut tersedia modal sendiri yang mencukupi yang dimana berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan dan hibah. Selain itu juga tambahan modal yang diperoleh dari luar (hutang), serta volume usaha yang berasal dari penjualan barang atau jasa pada koperasi tersebut. Aspek Non Keuangan, peningkatan Sisa Hasil Usaha (SHU) bisa diperoleh dari peran aktif anggota koperasi baik itu moril maupun materi. Semakin banyak anggota koperasi yang menyimpan dananya pada koperasi, diharapkan akan dapat meningkatkan

46

Nunik Widiyanti dan Y.W. Sunindhia, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 158.


(49)

33

volume usaha kegiatan koperasi sehingga akan meningkatkan Sisa Hasil Usaha.47

“Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dana pendiri atau anggota koperasi yang disetorkan pertama kali, dalam bahasa teknis organisasi perusahaan biasanya disebut sebagai modal dasar pendirian koperasi”.48

Jadi, modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (misal cadangan laba) atau berasal dari pengambil bagian, peserta atau pemilik (modal saham, modal peserta, dan lain-lain). Secara umum, modal sendiri merupakan modal yang berasal dari para anggota koperasi itu sendiri yang terdiri atas simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan, dan dana hibah. Modal sendiri bagi koperasi merupakan modal kerja untuk dapat menghasilkan laba dalam hal ini Sisa Hasil Usaha.

Modal pinjaman, yaitu modal yang dipinjam koperasi yang berasal dari anggota, koperasi lainnya, bank atau lembaga keuangan, penerbitan obligasi atau surat berharga dan sumber-sumber lainnya.

“Volume usaha merupakan totalitas kegiatan yang tercermin dalam bentuk nilai uang dan merupakan titik sentral dari interaksi dari berbagai peubah dalam koperasi sehingga volume usaha merupakan ukuran jumlah seluruh kegiatan yang diukur dalam satuan uang sekaligus dapat memberikan apa saja yang dilakukan koperasi selama kurun waktu tertentu”.49

Aktivitas ekonomi koperasi pada hakekatnya dapat dilihat dari besarnya volume usaha koperasi tersebut. Kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh koperasi bisa memberikan manfaat yang sebesar-besarnya terutama bagi anggota koperasi dan masyarakat pada umumnya. Usaha atau kegiatan yang dilakukan tersebut dapat dilihat dari besarnya volume

47

Rama Kurni Irawansyah, “Analisis Tingkat Profesionalisme Pengurus dan Karyawan dalam Meningkatkan Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada Koperasi Tunggal Karya Tahun 2013” Skripsi pada Universitas Samawa (UNSA), Sumbawa Besar, 2014, h. 30, tidak dipublikasikan.

48

Andjar Pachta W, Myra Rosana Bachtiar dan Nadia Maulisa Benemay, Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 117

49


(50)

usaha yang nantinya akan berpengaruh terhadap perolehan laba atau sisa hasil usaha koperasi.50

Menurut UU No. 25 Tahun 1992 Pasal 41 dijelaskan bahwa Peningkatan sisa hasil usaha dari suatu koperasi sangat tergantung pada kegiatan yang dijalankannya, dari segi aspek keuangan pendapatan (SHU) akan terlaksana apabila pada koperasi tersebut tersedia modal sendiri yang mencukupi dimana yang berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan dan hibah. Disamping itu juga tambahan modal yang diperoleh dari luar (hutang) yang dapat berasal dari anggota, koperasi lainnya atau anggotanya, Bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat utang lainnya, sumber lain yang sah serta volume usaha yang berasal dari penjualan barang atau jasa pada koperasi tersebut.51

Sedangkan menurut Sugiharsono dalam Rama Kurni Irawansyah, menyatakan bahwa ada beberapa indikator peningkatan Sisa Hasil Usaha yaitu kepuasan anggota, kesejahteraann anggota, perkembangan jumlah anggota, permodalan, dan perkembangan usahanya (volume usaha, pangsa pasar, harga saham dan laba/keuntungan).52

Sementara itu, pada Pasal 43 (2) UU No 25/1992 menjelaskan pelayanan usaha, jasa usaha, partisipasi anggota terhadap modal dapat meningkatkan pendapatan koperasi.53

Berdasarkan beberapa pendapat indikator peningkatan SHU di atas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan SHU dari suatu koperasi dapat di tentukan dari dua indikator yaitu aspek keuangan dan non keuangan. Aspek keuangan merupakan modal awal untuk perkembagan suatu

50

Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi Teori dan Praktik, (Jakarta: Erlangga, 201l), h. 142

51

Sukanto Reksohadiprodjo, Manajemen Koperasi, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2010), h. 163

52

Rama Kurni Irawansyah, “Analisis Tingkat Profesionalisme Pengurus dan Karyawan dalam Meningkatkan Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada Koperasi Tunggal Karya Tahun 2013” Skripsi pada Universitas Samawa (UNSA), Sumbawa Besar, 2014, h. 30, tidak dipublikasikan.

53

Titik Sartika Partomo dan Abd. Rachman Soedjoedono, Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h. 81


(51)

35

koperasi sedangkan non keuangan bagaimana cara koperasi untuk menarik minat masyarakat menjadi anggota koperasi tersebut, karna semakin banyaknya anggota dalam koperasi tersebut dapat menambah pendapatan SHU dalam koperasi tersebut.

B. Penelitian yang Relevan

Dari hasil penelusuran penulis menemukan beberapa penelitian lain yang berkaitan dengan pengaruh partisipasi anggota koperasi terhadap sisa hasil usaha.

Penelitian Heri Nurranto dan Firdaus yang berjudul Pengukuran Tingkat Partisipasi Anggota dan Pengaruhnya Terhadap Keberhasilan

Koperasi dalam Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ilmu

Pendidikan dan Pengetahuan Sosial Universitas Indraprasta PGRI, 2015. Analisis ini didasarkan pada perspektif bahwa, keberhasilan koperasi sangat dipengaruhi oleh kualitas partisipasi anggotanya. Dengan menganalisis faktor-faktor yang melatarbelakangi partisipasi anggota, dimana perhatian khusus ditujukan pada variabel yang dapat merangsang anggota untuk memanfaatkan produk dan keberadaan koperasi sebagai bentuk partisipasi. Selanjutnya, peneliti menguji model integratif yang terdiri dari aspek anggota, manajemen koperasi, program partisipasi, kualitas partisipasi dan keberhasilan koperasi. Model ini digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan, yaitu melalui data kuesioner dari 108 Anggota Kopkar Unindra dan hasil perhitungan software SmartPLS membuktikan bahwa Aspek Anggota berpengaruh positif terhadap kualitas partisipasi anggota dengan nilai koefisien beta 0,5396, t-value 5,2487. Manajemen koperasi berpengaruh positif terhadap kualitas partisipasi anggota dengan nilai koefisien beta 0,1899, t-value 2,269. Program partisipasi berpengaruh positif terhadap kualitas partisipasi anggota dengan nilai koefisien beta 0,1523 dan t-value 1,6701 dan kualitas partisipasi anggota berpengaruh positif terhadap keberhasilan koperasi dengan nilai koefisien beta 0,4934.dan t-value 5,9336


(52)

sebesar 0,4879, artinya bahwa aspek anggota, manajemen koperasi dan program partisipasi secara bersama-sama mampu menjelaskan konstruk kualitas partisipasi anggota sebesar 48,79%. Sementara konstruk keberhasilan koperasi mempunyai koefisien R-square sebesar 0,2434 artinya bahwa konstruk kualitas partisipasi anggota mampu menjelaskan konstruk keberhasilan koperasi sebesar 24,34%.54

I Gede Suputra, Gede Putu Agus Jana Susila, Wayan Cipta penelitiannya yang berjudul Pengaruh Modal Sendiri, Total Aset, Dan Volume Usaha Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada Koperasi Simpan

Pinjam dalam e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan

Manajemen (Volume 4 Tahun 2016). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh temuan eksplanatif yang teruji tentang pengaruh (1) modal sendiri, total aset, dan volume usaha secara simultan terhadap SHU, (2) modal sendiri, total aset, dan volume usaha secara parsial terhadap SHU pada Koperasi Simpan Pinjam di Kabupaten Buleleng. Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif kausal. Subjek penelitian ini adalah Koperasi Simpan Pinjam di Kabupaten Buleleng, dan objek penelitian adalah modal sendiri, total aset, volume usaha, dan SHU. Data dikumpulkan dengan pencatatan dokumen, dan dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada pengaruh positif dan signifikan secara simultan dari modal sndiri, total aset, dan volume usaha terhadap SHU, (2) ada pengaruh positif dan signifikan secara parsial dari modal sendiri, total aset, dan volume usaha terhadap SHU pada Koperasi Simpan Pinjam di Kabupaten Buleleng.55

Dhanie Istiani Aromatika dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Anggota Pada KUD Makmur Jaya

Kecamatan Jekulo Kudus Skripsi Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas

54

Heri Nurranto dan Firdaus Budhy Saputro, “Pengukuran Tigkat Partisipasi Anggota dan Pengaruhnya Terhadap Keberhasilan Koperasi”, Jurnal Sosio e-KONS, Vol. 2, 2015, h. 111.

55

I Gede Suputra, Gede Putu Agus Jana Susila dan Wayan Cipta, “Pengaruh Modal Sendiri, Total Aset, Dan Volume Usaha Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada Koperasi Simpan Pinjam”, e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen, Vol. 4, 2016, h. 1.


(53)

37

Ekonomi Universitas Negeri Semarang 2011. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa kepuasan anggota dalam kategori tinggi dilihat dari masih rendahnya indikator melakukan kembali transaksi produk sehingga saran yang dapat diberikan adalah memberikan doorprize atau hadiah untuk anggotanya. Motivasi anggota dalam kategori tinggi, tetapi pada indikator kesadaran anggota dalam permodalan masih rendah. Tingkat kepercayaan anggota dalam kategori tinggi, tetapi pada indikator memiliki kepentingan lebih besar terhadap koperasinya masih terlihat rendah, lingkungan usaha dalam kategori baik, tetapi pada indikator lingkungan sosial masih kurang baik, kualitas pelayanan dalam kategori baik, tetapi pada indikator wujud fisik masih kurang baik, partisipasi anggota dalam kategori baik, tetapi pada indikator keikutsertaan dalam permodalan kurang baik.56

Tuti Wahyuning dalam penelitiannya yang berjudul Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Sisa hasil Usaha (SHU) di KPRI BINA KARYA

Balongpanggang-Gresik dalam Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 01 Nomor 01

Tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor modal sendiri, modal pinjaman dan volume usaha terhad sisa hasil usaha dan untuk mengetahui variabel yang paling dominan mempengaruhi sisa hasil usaha di KPRI Bina Karya Balongpanggang-Gresik. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptis kuantitatif dengan menggunakan metode analisis regresi berganda. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sisa hasil usaha, sedangkan variabel bebasnya yaitu aspek keuangan koperasi yang meliputi modal sendiri, modal pinjaman dan volume usaha. Hasil regresi menunjukkan bahwa variabel modal sendiri berpengaruh signifikan terhadap sisa hasil usaha, sedangkan variabel modal pinjaman dan volume usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap sisa hasil usaha. Dari ketiga variabel tersebut, modal sendiri merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi sisa hasil usaha di KPRI Bina Karya Balongpanggang-Gresik tahun 1999-2012. Besar pengaruh modal sendiri terhadap sisa hasil usaha

56

Dhanie Istiani Aromatika, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Anggota Pada KUD Makmur Jaya Kecamatan Jekulo Kudus”, Skripsi pada Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2011, h. ix, tidak dipublikasikan.


(54)

sebesar 84,11%. Sedangkan nilai R2 sebesar 97,75 persen artinya kemampuan variabel independen dapat mempengaruhi variabel dependen sebesar angka tersebut, sisanya sebesar 2,25 persen dipengaruhi oleh variabel lain.57

Berdasarkan penelitian yang relevan di atas, maka penulis membuat tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1

Penelitian yang Relevan

No Nama Judul

Penelitian Sumber Hasil Penelitian

1 Heri Nurranto dan Firdaus Budhy Saputro Pengukuran Tingkat Partisipasi Anggota dan Pengaruhnya Terhadap Keberhasilan Koperasi

Jurnal Sosio e-KONS. Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial Universitas Indraprasta PGRI, 2015 Aspek anggota, manajemen koperasi, dan program partisipasi berpengaruh positif terhadap Kualitas Partisipasi Anggota. Sedangkan kualitas partisipasi anggota berpengaruh positif terhadap keberhasilan koperasi.

2 I Gede Suputra, Gede Putu Agus Jana Susila, Wayan Cipta Pengaruh Modal Sendiri, Total Aset, Dan Volume Usaha Terhadap Sisa Hasil Usaha e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen

(Volume 4 Tahun 2016)

Menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan secara simultan dari modal sndiri, total aset, dan

volume usaha terhadap SHU, dan

57

Tati Wahyuning, “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) di KPRI BINA KARYA Balongpanggang Gresik”,Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 01, 2013, h. 1.


(55)

39

No Nama Judul

Penelitian Sumber Hasil Penelitian

(SHU) Pada Koperasi

Simpan Pinjam

ada pengaruh positif dan signifikan secara parsial dari modal sendiri, total aset, dan

volume usaha terhadap SHU pada

Koperasi Simpan Pinjam di Kabupaten Buleleng.

3 Dhanie Istiani Aromati ka Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Anggota Pada KUD Makmur Jaya Kecamatan Jekulo Kudus Skripsi Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang 2011 Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh partisipasi anggota KUD Makmur Jaya termasuk kriteria baik.

Kepuasan anggota termasuk dalam kategori tinggi, motivasi anggota termasuk dalam kategori tinggi, tingkat kepercayaan anggota termasuk dalam kategori tinggi, lingkungan usaha termasuk dalam kategori baik, dan kualitas pelayanan dalam kategori baik


(56)

No Nama Judul Penelitian

Sumber Hasil Penelitian

4 Tati

Wahyuning

Beberapa

Faktor yang Mempengaruhi Sisa hasil Usaha (SHU) di KPRI BINA KARYA Balongpangga ng-Gresik

Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013.

Variabel modal sendiri berpengaruh signifikan terhadap sisa hasil usaha, sedangkan variabel modal pinjaman dan volume usaha tidak berpengaruh

signifikan terhadap. sisa hasil usaha. Dari

ketiga variabel tersebut, modal sendiri

merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi sisa hasil usaha di KPRI Bina Karya Balongpanggang-Gresik tahun 1999-2012.

C. Kerangka Berpikir

Koperasi menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorangan atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.58 Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 juga

58


(57)

41

menjelaskan bahwa koperasi memiliki anggota, modal dan Sisa Hasil Usaha (SHU).

Anggota koperasi adalah anggota masyarakat golongan ekonomi lemah, bukan pemilik modal, mereka memiliki usaha tertentu dengan potensi ekonomi yang kurang berarti untuk melakukan tindakan-tindakan ekonomi.59 Keanggotaan koperasi adalah bebas, sukarela dan terbuka.

Partisipasi anggota koperasi dipandang perlu dalam kegiatan perkoperasian. Partisipasi anggota menurut teori yang dikemukakan oleh Pactha merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi SHU. Selain faktor internal, terdapat pula faktor external. Faktor internal yang mempengaruhi SHU meliputi parisipasi anggota, jumlah modal, kenerja pengurus, unit usaha, kinerja manajer dan kinerja karyawan. Sedangkan faktor externalnya meliputi pinjaman dari luar, konsumen luar dan pemerintah.60

Hal tersebut juga sesuai dengan penelitiannya Heri Nurranto dan Firdaus yang berjudul Pengukuran Tingkat Partisipasi Anggota dan Pengaruhnya Terhadap Keberhasilan Koperasi dalam Jurnal Sosio e-KONS, Volume 02 tahun 2015 yang menjelaskan bahwa aspek anggota berpengaruh positif terhadap kualitas partisipasi anggota, kualitas partisipasi anggota berpengaruh positif terhadap keberhasilan koperasi.61 Dengan demikian, apabila partisipasi anggota berjalan dengan baik maka akan berpengaruh positif terhadap keberhasilan SHU sesuai dengan teori dan penelitian yang relevan yang telah dicantumkan, maka penulis menggambarkan kerangka berpikir melalui diagram sebagai berikut ini:

59

Nunik Widiyanti dan Y.W. sunindhia, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 119.

60

Tati wahyuning, “ Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Sisa hasil Usaha (SHU) di KPRI BINA KARYA Balongpanggang-Gresik”, Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 01, 2013, h. 9.

61

Heri Nurranto dan Firdaus Budhy Saputro, “Pengukuran Tigkat Partisipasi Anggota dan Pengaruhnya Terhadap Keberhasilan Koperasi”, Jurnal Sosio e-KONS, Vol. 2, 2015, h. 111.


(58)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan penjelasan tentatif (jawaban sementara) yang perlu diverifikasi oleh fakta-fakta di lapangan yang akan dikumpulkan menjadi data penelitian untuk kemudian dianalisis.62

Berdasarkan Deskripsi teoritis dan hasil penelitian relevan di atas, maka hipotesis penelitian merumuskan sebagai berikut: “Partisipasi anggota koperasi berpengaruh tinggi terhadap sisa hasil usaha”.

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara partisipasi anggota koperasi dengan Sisa Hasil Usaha (SHU) di Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara partisipasi anggota koperasi dengan Sisa Hasil Usaha (SHU) di Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

62

Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian, (Bandung: Refika Aditama, 2014), h. 63

KOPERASI

(UU No. 25 tahun 1992

tentang Perkoperasian)

Anggota

Modal

SHU Faktor yang mempengaruhi

Faktor External: 1.Pinjaman dari luar 2.Konsumen luar 3.Pemerintah

(Pactha, 2005)

Faktor Internal:

1.Partisipasi anggota

2.Jumlah modal 3.Kinerja pengurus 4.Unit usaha 5.Kinerja manajer 6.Kinerja karyawan


(59)

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan terhitung mulai November 2015. Berikut tabel jadwal kegiatan penelitian.

Tabel 3.1

Jadwal kegiatan penelitian

N

o Kegiatan

September-

November Desember Januari Agustus September Oktober

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persiapan

proposal 2 Seminar proposal 3 Revisi

proposal 4 Pembuata

n instrumen 5 Pengumpu lan data 6 Analisis

data

B. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai “penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.”1

1

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 8


(60)

Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh partisipasi anggota koperasi terhadap sisa hasil usaha. Penelitian kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini akan menghasilkan data berupa angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik sehingga memudahkan peneliti dalam menganalisis data yang diperoleh.

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.2 Jadi, populasi mencakup keseluruhan dari objek penelitian.

Populasi adalah wilayah karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Pembatasan populasi harus berpedoman kepada tujuan dan permasalahan penelitian. Pembatasan populasi penelitian akan memudahkan di dalam penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota yang tergabung dalam Koperasi Mahasiswa UIN syarif Hidayatullah Jakarta yang berjumlah 265 orang.

Pemilihan dan pengambilan sampel merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian. Sampel adalah pengambilan subjek penelitian dengan cara menggunakan sebagian dari populasi yang ada.3

Dalam menentukan sampel dari sekian banyak populasi yang ada, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan

Accidental Sampling (teknik sampling kebetulan), merupakan pemilihan

anggota sampel dilakukan terhadap orang atau benda yang kebetulan ada atau dijumpai.4

2

H. M Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 101

3

Muhammad Idrus, Metodologi Penelitian Ilmu Sosial, (Yogyakarta: Erlangga, 2009), h. 93

4

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 45


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

BIODATA PENULIS

Winda Alfiani, NIM 1112015000020, Prodi Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016. Penulis lahir di Indramayu, 27 Agustus 1994, bertempat tinggal di Desa Cipa’at blok Soga RT/RW: 009/002 Kecamatan Bongas Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Penulis merupakan anak tunggal dari ayahanda yang bernama Dalim dan ibunda bernama Alipah.

Riwayat pendidikan penulis: SDN Cipa’at III, SMP Al-Ikhlas Astanajapura Cirebon, MAN Babakan Ciwaringin Cirebon, Perguruan Tinggi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengalaman organisasi; pengurus organisasi PERMAI-AYU (Persatuan Mahasiswa Indramayu) DKI Jakarta periode 2013-2014 dan 2013-2014-2015, pengurus organisasi IMMAN (Ikatan Mutakhorijin Madrasah Aliyah Negeri) Jakarta periode 2013-2014 dan 2014-2015, Pengurus organisasi IRMAFA periode 2015. Motto: Bahagia dahulu, kaya nomor dua.

Bismillah, skripsi ini penulis dedikasikan untuk orang tua tercinta. Semoga bermanfaat untuk sesama. Aamiin Ya Robbal Alaamin.