Tinjauan Analisis Tingkat Kerawanan Bencana Gempa Bumi
73 Pada pertemuan kedua lempeng ini terjadi subduksi atau penyusupan satu sama lain yakni
lempeng pasifik menyusup di bawah lempeng Samudera Indonesia-Australia- Papua. Akibat interaksi kedua lempeng kerak bumi tersebut banyak terjadi lipatan pegunungan dan patahan di daerah Papua
antara lain: Patahan Sorong yang memanjang dari kepala burung sebelah utara melalui utara Yapen hingga selatan Sentani Jayapura, Patahan Wandamen Ransiki, Patahan Kurima, Sesar sungkup Wey
land, lajur pegunungan Mamberamo, lajur pegunungan tengah Jayawijaya dan lain-lain.
Gambar 4. 2 Sebaran Daerah yang Berpotensi Gempa di Indonesia
Sumber: : Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2005
Bentukan patahan-patahan ini yang menimbulkan daerah atau wilayah-wilayah yang berpotensi gempa. Sebaran daerah berpotensi gempa Gambar 4.3 . Di samping itu banyak segmen-
segmen patahan kecil lainnya yang menyebar di Nabire dengan struktur geologi berupa sesar normal normal fault maupun sesar naik thurst fault. Arah umum sebaran sesar di daerah ini dibedakan
menjadi 2 yaitu: barat laut – tenggara dan barat daya – timur laut. Aktivitas sesar ini menyebabkan
gempa bumi dengan magnituda 5 hingga 7 Skala Ritcher SR dengan sumber gempa bumi dangkal Kurang dari 33 Km sehingga berpotensi besar menyebabkan bencana RTRKP Nabire 2006-2026.
Morfologi wilayah Nabire berupa dataran terdiri dari daratan pantai dan daratan aluvial. Morfologi tersusun oleh batuan lunak bersifat lepas, urai dan belum padu sehingga rentan terhadap
goncangan gempa bumi. Kota Nabire, Wanggar dan Hamuku berada pada morfologi daratan aluvial. Sedangkan morfologi bagian selatan Kota Nabire berupa perbukitan bergelombang sedang hingga
terjal yang tersusun oleh satuan batuan berumur pra-tersier hingga tersier. Batuan pra-tersier ini masih keras dan kompak sehingga tahan terhadap goncangan gempa bumi. Sedangkan batuan pra-tersier
yang lapuk rentan terhadap goncangan gempa bumi RTRKP Nabire 2006-2026. Berdasarkan klasifikasi kedalaman episentrum, maka sebagian besar kejadian gempa di
sekitar Kawasan Perkotaan Nabire sebagian memilliki kedalaman dangkal antara 0 – 33 m atau
kurang dari 60 Km. Untuk gempa yang memiliki kedalaman kurang dari 60 km, umumnya
74 berhubungan dengan pelepasan stress batuan yang terjadi di zona subduksi lempeng dan aktivitas
sesar aktif, gempa ini berpotensi untuk merusak karena terjadinya dekat dengan permukaan. Sebaran gempa menengah yang memiliki kedalaman 60-300 km dinilai kurang berbahaya, hal ini disebabkan
karena hiposenternya cukup dalam dan pengaruhnya terhadap permukaan tidak terlalu signifikan, kecuali gempa yang terjadi memiliki magnitude sangat besar sehingga pengaruhnya dapat dirasakan
di permukaan. Sementara itu gempa yang memiliki kedalaman di atas 300 km tidak membahayakan karena aktivitas berada sangat dalam di perut bumi USGS.
Gambar 4. 3 Peta Seismotektonik Papua USGS, 2004
Faktor lain yang mempengaruhi besaran gempa adalah percepatan tanah puncak atau Peak Ground Accelerator, Percepatan tanah puncak ini adalah percepatan gelombang gempa maksimal
yang sampai di permukaan. Pengukuran PGA ini dapat dilakukan dengan pengukuran dengan accelerograph atau dihitung dengan menggunakan formula empiris. Gambar menunjukkan peta
percepatan tanah ground acceleration untuk perioda 50 tahun ke depan USGS, 2004 di daerah Papua. Kawasan Perkotaan Nabire dan sekitarnya termasuk ke dalam wilayah Rawan Bencana Gempa
bumi dengan skala intensitasnya berkisar VI-VII Skala MMI Modified Mercalli Intensity Kertapati 1999 .
75
Gambar 4. 4 Peta Wilayah Rawan Bencana Gempabumi Papua Kertapati, 1999 dalam
Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran RISPK Bangka
Gambar 4. 5 Peta Percepatan Batuan Dasar Maksimum di Papua untuk Periode 50 Tahun USGS, 2004, dalam Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran RISPK Bangka.
Secara regional tampak bahwa Daerah Nabire dan sekitarnya memiliki ground acceleration sedang sampai tinggi, yaitu antara 2.4 ms2 sampai 3.2 ms2. Kondisi fisik tanah permukaan juga
76 mempengaruhi nilai ground acceleration ini. Semakin padat tanah tersebut, maka semakin kecil
nilainya dan semakin stabil daerah tersebut. Sebaliknya, semakin gembur tanah tersebut, maka semakin besar nilai ground accelerationnya. Artinya, semakin besar faktor amplifikasi gelombang
gempa atau semakin labil wilayah tersebut bila gempa terjadi. Harga probabilistic ground acceleration tersebut dihitung berdasarkan persamaan Fukushima dan Tanaka. Perhitungan ini melibatkan tiga
tahapan fisis, yaitu: 1. Delineasi zona sumber gempa patahan fault seismic.
2. Analisis distribusi magnitude-frekuensi gempa-gempa historik pada zona sumber gempa. 3. Menghitung dan memetakan probabilitas kumulatif ekstrim dari ground acceleration ntuk
beberapa waktu. Kejadian Gempa Merusak Terkini
Pada tanggal 26 November 2004, gempa bumi berkekuatan 7.1 skala Richter mengguncang Nabire. Musibah tersebut merupakan gempa bumi kedua yang terjadi pada tahun 2004, sebelumnya
terjadi pada tanggal 8 Februari 2004. Gempa bulan Novermbar ini terjadi pada pukul 09.25 WIB, dengan pusat gempa berada di koordinat 3.6° LS 135.37° BT, dengan kedalaman 10 km di daratan.
Tercatat banyak sekali kerusakan yang terjadi akibat gempa bumi ini terutama di Kawasan Perkotaan Nabire. Daerah dan prasarana yang rusak antara lain : Pasar ikan kota lama, Pasar Kalibibo, Pasar
Kalisusu, Pasar Karang Tumaritis, Pasar Oyehe, Perumahan Nabarua, SP1 dan SP2 Wanggar, pemukiman Gunung Cendrawasih, perumahan di Desa Kalisusu, Bumi Wonorejo, Kalisemen, dan
Wadio. Fasilitas lain yang rusak adalah sekolah-sekolah, tempat ibadah dan perkantoran yang berada di wilayah Kawasan Perkotaan Nabire.