bila dilakukan berketerusan sampai meninggalkan perbuatan wajib, maka hukumnya menjadi haram.
5. MUBAH Dalam istilah hukum, mubah adalah sesuatu yang diberi kemungkinan oleh pembuat
hukum untuk memilih antara memperbuat dan meninggalkan. Ia boleh melakukan atau tidak. Sehubungan dengan pengertian tersebut, Al Syathibi membagi mubah menjadi
beberapa macam, diantaranya adalah : a. Mubah yang Mengikuti Suruhan Untuk Berbuat : mubah dalam bentuk ini disebut
mubah dalam bentuk bagian, tetapi dituntut berbuat secara keseluruhan. Ø contoh :1. Makan dan Kawin, mubah dalam bentuk ini tidak boleh ditinggalkan
secara menyeluruh, karena merupakan kebutuhan atau kepentingan pokok manusia. b. Mubah yang Mengikuti Tuntutan Untuk Meninggalkan : mubah dalam bentuk ini
disebut : “mubah secara juz’i tetapi dilarang secara keseluruhan”. Ø Contoh :2. Bermain, perbuatan ini dalam waktu tertentu hukumnya mubah, tetapi bila
dilakukan sepanjang waktu, hukumnya menjadi haram.
2. HUKUM WADH’I Hukum wadh’i ini tidak harus berhubungan dengan tingkah laku manusia tetapi bisa
berbentuk ketentuan-ketentuan yang ada kaitannya dengan perbuatan mukallaf yang dinamakan hukum taklifi, baik hubungan itu dalam bentuk sebab dan yang dinamakan
hukum taklifi, baik hubungan itu dalam bentuk sebab dan yang diberi sebab, atau syarat yang diberi syarat atau penghalang yang dikenakan halangan. Dengan demikian, hukum
wadh’i itu ada tiga macam, yaitu : 1. SABAB
Adalah sesuatu yang tampak yang dijadikan tanda adanya hokum illat atau keadaan yang mempengaruhi ada atau tidak adanya hukum.
Ø Contoh :1. Masuknya bulan Ramadhan menjadi pertanda datangnya kewajiban puasa Ramadhan. Masuknya bulan Ramadhan adalah sesuatu yang jelas dan dapat diukur
apakah betul bulan Ramadhan itu sudah dating atau belum. Masuknya bulan Ramadhan menjadi sebab, sedangkan datangnya kewajiban puasa Ramadhan disebut musabbab atau
hukum
Sifat memabukkan yang terdapat dalam suatu minuman menjadi sebab atau petunjuk bagi hukum haramnya minuman itu. Bila sudah menemukan sifat tersebut pada minuman,
maka terdapat hokum haram. Bila pada suatu minuman tidak terdapat sifat tersebut, maka tidak berlaku padanya hukum haram. Dengan demikian sifat memabukkan disebut
petunjuk bagi adanya hukum atau sebab bagi hokum. Sedangkan hokum adalah apa yang diberi petunjuk atau disebut musabbab.
2. SYARAT Adalah sesuatu yang kepadanya tergantung suatu hukum. Syarat itu terbagi menjadi tiga