Aktivitas Antiobesitas Ekstrak Sirih Merah (Piper Crocatum) Terhadap Obesitas Yang Diinduksi Pakan Tinggi Lemak Pada Tikus
AKTIVITAS ANTIOBESITAS EKSTRAK SIRIH MERAH
(Piper crocatum) TERHADAP OBESITAS YANG DIINDUKSI
PAKAN TINGGI LEMAK PADA TIKUS
HUSNAWATI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Aktivitas
Antiobesitas Ekstrak Sirih Merah (Piper crocatum) Terhadap Obesitas yang
Diinduksi Pakan Tinggi Lemak pada Tikus” adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Husnawati
NIM G851130081
RINGKASAN
HUSNAWATI. Aktivitas Antiobesitas Ekstrak Sirih Merah (Piper crocatum)
Terhadap Obesitas Yang Diinduksi Pakan Tinggi Lemak Pada Tikus. Dibimbing
oleh MARIA BINTANG dan MEGA SAFITHRI.
Obesitas merupakan permasalahan yang mendapat perhatian serius di dunia
kesehatan saat ini, karena kondisi obesitas dapat menjadi faktor pencetus penyakitpenyakit lain yang dapat membahayakan jiwa, seperti penyakit jantung, diabetes
mellitus tipe 2, stroke dan kanker. Angka kejadian obesitas menunjukkan
peningkatan di sebagian besar wilayah Indonesia dan di dunia.
Beberapa studi yang meneliti tentang efek antiobesitas dari tanaman-tanaman
obat menunjukkan bahwa tanaman-tanaman tersebut sebagian besar mengandung
flavonoid, tanin, alkaloid, dan saponin. Sirih merah (Piper crocatum) merupakan
salah satu tanaman tradisional Indonesia yang telah banyak diteliti dan
dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Ekstrak air daun sirih merah mengandung
flavonoid, tanin, dan alkaloid.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak sirih merah memiliki
khasiat yang berkaitan dengan penyakit-penyakit degeneratif, seperti efek
antioksidan, antihiperglikemik, mencegah kenaikan kadar lipid darah, serta
berpotensi sebagai antikanker. Ekstrak sirih merah hingga dosis 2 g/kg bobot badan
tidak bersifat toksik secara in vivo. Berdasarkan efek tersebut, ekstrak sirih merah
diduga memiliki kemampuan untuk memperbaiki kondisi obesitas dan kejadian
sindrom metabolik.
Obat-obatan yang digunakan secara klinis untuk terapi DM tipe 2 (seperti
metformin dan glitazon), mampu menurunkan kadar gula dalam darah melalui
mekanisme aktivasi enzim AMP-activated protein kinase (AMPK). Mekanisme ini
tidak tergantung pada jalur sinyal insulin, sehingga menjadikan AMPK sebagai
target terapi yang menjanjikan pada pengobatan DM dan obesitas. Aktivasi enzim
AMPK yang terfosforilasi akan menyebabkan inhibisi terhadap enzim acetyl co-A
carboxylase (ACC), enzim pertama yang berperan dalam biosintesis asam lemak.
Aktivasi AMPK secara tidak langsung juga mengakibatkan inhibisi enzim fatty acid
synthase (FAS) yang berperan dalam lipogenesis.
Penelitian ini ingin melihat apakah ekstrak sirih merah memiliki efek
antiobesitas melalui penurunan bobot badan dan kadar lipid hati, serta pengaruh
aktivitas enzim yang berperan dalam metabolisme lipid melalui aktivasi AMPactivated protein kinase (AMPK), serta inhibisi acetyl-CoA carboxylase (ACC) dan
fatty acid synthase (FAS) pada hati tikus obes. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberi sumbangan ilmu pengetahuan tentang mekanisme biomolekular efek
antiobesitas tanaman sirih merah, serta pemanfaatannya dapat diaplikasikan oleh
masyarakat sebagai tanaman obat tradisional yang mampu menurunkan bobot
badan.
Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus Sprague dawley yang dibagi
menjadi empat kelompok (n = 6), yaitu kelompok normal (N), kontrol obesitas
(KO), ekstrak sirih merah dosis 1260 mg/kgBB (SMA), dan ekstrak sirih merah
dosis 1890 mg/kgBB (SMB). Bobot badan tikus dipantau dan dianalisis
perubahannya setiap minggu. Pengukuran kadar lemak hati dilakukan dengan
menggunakan kit spektrofotometri dari BiovisionTM, dan kadar enzim metabolik
hati (pAMPK, ACC, FAS) menggunakan ELISA kit dari CusabioTM.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kelompok tikus yang diberi ekstrak sirih
merah dosis 1260 mg/kgBB merupakan satu-satunya kelompok yang menghasilkan
penurunan bobot badan yaitu -4,52%, dengan kadar trigliserida, asam lemak dan
ACC paling rendah yaitu 47,69 mg/g, 3,78 mg/g dan 9,13 ng/g jaringan hati, walau
tidak berbeda secara signifikan dengan kelompok yang lain, serta kadar FAS paling
rendah yaitu 360,68 ng/g yang berbeda nyata secara statistik (p < 0,05). Kadar
pAMPK pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol.
Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak sirih merah tidak mampu mengaktivasi enzim
AMPK, tetapi mampu menghambat kadar ACC dan FAS di jaringan hati.
Kata kunci: ACC, AMPK, antiobesitas, FAS, kadar lipid hati
SUMMARY
HUSNAWATI. Antiobesity Activity of Red Betel (Piper crocatum) Extract against
High Fat Diet-Induced Obesity in Rats. Supervised by MARIA BINTANG dan
MEGA SAFITHRI.
Obesity is a problem that gets serious attention in the medical world today,
because the condition of obesity can be a trigger factor for other diseases that can
be life threatening, such as heart disease, type 2 diabetes mellitus, stroke and
cancer. The incidence of obesity showed an increase in most parts of Indonesia and
in the world.
Several studies that examine the antiobesity effects of medicinal plants
showed that the plants mostly contain flavonoids, tannins, alkaloids, and saponins.
Red betel (Piper crocatum) is one of Indonesia's traditional crops that have been
widely studied and used as a medicinal plant. Water extract of Piper crocatum
leaves contain flavonoids, tannins, and alkaloids.
Some studies showed that the extract of Piper crocatum has properties
associated with degenerative diseases, such as antioxidant effect, antihyperglycemic, preventing the increase in blood lipid levels, and potential as
anticancer. Extract of Piper crocatum up to dose 2 g/kg body weight not toxic in
vivo. Based on these effects, the extract of Piper crocatum believed to have the
ability to improve the condition of obesity and the incidence of metabolic syndrome.
Drugs which used clinically for the treatment of type 2 diabetes (such as
metformin and a glitazone), capable of lowering blood sugar levels through the
mechanism of activation of the enzyme AMP-activated protein kinase (AMPK). This
mechanism does not depend on insulin signaling pathway, making AMPK as a
promising therapeutic target in the treatment of diabetes and obesity. Activation of
AMPK phosphorylated enzyme would lead to inhibition of acetyl co-enzyme A
carboxylase (ACC), the first enzyme involved in fatty acid biosynthesis. AMPK
activation also indirectly result in inhibition of fatty acid synthase (FAS), which
plays a role in lipogenesis.
This study aimed to see the antiobesity effects of Piper crocatum extract
through a reduction in body weight and liver lipid levels, as well as response to the
enzymes activity involved in lipid metabolism through activation of AMP-activated
protein kinase (AMPK), as well as inhibition of acetyl-CoA carboxylase (ACC) and
fatty acid synthase (FAS) in the liver of obese rats. Results of this research is
expected to contribute knowledge about the mechanisms of biomolecular
antiobesity effects of Piper crocatum plant, as well as utilization can be applied by
the public as a traditional medicinal plant which can reduce body weight.
This study using 24 male Sprague Dawley rats were divided into four groups
(n = 6), the normal group (N), control obesity (KO), Piper crocatum extract dose
1260 mg/kgBW (SMA), and Piper crocatum extract dose 1890 mg/kgBW (SMB).
Body weight changes of the rats was monitored and analyzed every week.
Measurement of liver fat content is done by using spectrophotometric kit from
BiovisionTM, and metabolic liver enzyme levels (pAMPK, ACC, FAS) using ELISA
kit from CusabioTM.
The analysis showed that the group which given the Piper crocatum extract
dose 1260 mg/kgBW was the only group that resulted a decrease in body weight
gain is -4.52%, with the lowest levels of triglycerides, fatty acids and ACC (47,69
mg/g; 3,78 mg/g and 9,13 ng/g liver tissue) although the values were not significant,
and also the lowest level of FAS (360,68 ng/g) which was statistically significant (p
0,3 (Campos et al. 2008) atau menunjukkan perbedaan bobot badan lebih dari
50 % dibandingkan dengan tikus kontrol.
=
(
(
)
)
(Campos et al. 2008)
Tikus yang sudah obes kemudian dibagi secara acak menjadi 3 kelompok
(n=6) yaitu kontrol obes (KO), Sirih merah dosis 1260 mg/kgBB (SMA) yang
merupakan dosis optimum pada penelitian Safithri (2012), dan Sirih Merah dosis
1,5x dosis optimum yaitu 1890 mg/kgBB (SMB). Sebelum dimulai perlakuan,
ketiga kelompok tikus obes dialihkan pakannya menjadi pakan standar. Masa ini
disebut sebagai masa “Washing Out” (WO) dan dilihat bagaimana perubahan bobot
badannya selama empat minggu. Masa perlakuan dibatasi selama 2 minggu, yaitu
hingga bobot badan tikus perlakuan tidak berbeda nyata dengan kelompok normal.
Pemberian ekstrak sirih merah dan akuades (untuk kelompok kontrol) dilakukan
5
setiap hari dengan menggunakan sonde, sesuai bobot badan tikus dan tidak lebih
dari 2 ml/100 g bobot badan (OECD 1995).
Tabel 1. Pembagian kelompok tikus percobaan
Jenis Tikus
Kontrol Normal (N)
Kontrol Obes (KO)
Obesitas Sirih Merah dosis A
(SMA)
Obesitas Sirih Merah dosis B
(SMB)
Perlakuan
Pakan standar + cekok akuades
Pakan standar + cekok akuades
Pakan standar + cekok ekstrak sirih
merah dosis 1260 mg/kgBB
Pakan standar + cekok ekstrak sirih
merah dosis 1890 mg/kgBB
Jumlah (n)
6
6
6
6
Nekropsi, Pengambilan Sampel dan Fiksasi Hati Tikus (Harlan 2008)
Perlakuan diakhiri dengan cara terminasi tikus menggunakan Ketamine 80
mg/kgBB dan xylazine 10 mg/kgBB. Tikus yang sudah tidak sadar lalu dibedah
dengan melakukan sayatan sepanjang toraks sampai pubis, kemudian organ hati
dinekropsi. Organ dicuci dengan aquades berulang-ulang hingga bersih dari darah,
kemudian dilanjutkan dengan mencuci organ dengan NaCl 0,9 % (b/v) dingin.
Organ hati lalu ditiriskan di atas kertas saring, kemudian dimasukkan dalam pot
berisi larutan NaCl fisiologis untuk proses fiksasi.
Pengukuran Profil Lipid Organ Hati (Biovision 2014)
Lipid yang dianalisis dari organ hati adalah trigliserida, kolesterol, dan asam
lemak bebas dengan menggunakan kit kolorimetrik dari Biovision (Katalog #
K622-100, K603-100, K612-100). Sampel jaringan hati terlebih dahulu diekstraksi
menggunakan homogenizer, kemudian disentrifus selama 2-5 menit menggunakan
mikrosentrifus berpendingin. Sampel homogenat hati tikus yang digunakan untuk
pengukuran kadar trigliserida dan asam lemak bebas adalah 10 µl, sedangkan untuk
kolesterol adalah 5 µl.
Larutan standar dan sampel dipipet ke dalam tiap sumuran plat, lalu
diencerkan dengan buffer kit hingga 50 µl. Tiap sumuran kemudian direaksikan
dengan 50 µl reagen kit dan diinkubasi di suhu 37 oC selama 1 jam. Warna yang
terbentuk diukur nilai absorbansinya dengan spektrofotometer Spectrostar Nano
BMG Labtech pada panjang gelombang 570 nm.
Pengukuran Enzim Metabolik Homogenat Hati Tikus (Cusabio 2014)
Pengukuran kadar enzim AMPK, ACC, dan FAS dilakukan dengan
menggunakan kit ELISA dari Cusabio, Sampel diambil dari homogenat hati tikus
yang dibuat dengan cara membilas 100 mg jaringan hepar dengan 1 ml PBS dan
disimpan selama 18 jam pada suhu -20 oC. Sampel disentrifus selama 5 menit pada
kecepatan 5000 g, pada suhu 2-8 oC sesaat sebelum digunakan.
Larutan standar dan sampel dipipet ke dalam tiap sumuran plat, lalu
diinkubasi selama 2 jam pada suhu 37 oC. Cairan dalam tiap sumur lalu dibuang,
kemudian ditambahkan 100 µl antibodi Biotin, HRP-avidin, dan substrat TMB,
6
dimana pada setiap tahap penambahan dilakukan pengambilan cairan, pencucian
dan inkubasi pada suhu 37 oC. Stop solution sebanyak 50 µl ditambahkan pada tiap
sumuran untuk menghentikan reaksi. Warna yang muncul diukur absorbansinya
dengan ELISA Reader BioRad pada panjang gelombang 450 nm.
Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis secara statistik sesuai metode Rancangan
Acak Lengkap (RAL). Pengaruh perbedaan perlakuan antar kelompok dianalisis
menggunakan uji ANOVA satu arah dengan tingkat kemaknaan (Level of
Significancy) α = 0,05. Jika hasil uji ANOVA menunjukkan adanya pengaruh
perbedaan perlakuan terhadap respon yang diamati, dilakukan uji lanjut Tukey
untuk melihat signifikansi perbedaan dari masing-masing kelompok perlakuan.
HASIL
Kadar Air dan Rendemen Ekstrak Daun Sirih Merah
Penilaian kadar air dilakukan untuk menentukan keberhasilan proses
pengeringan daun sirih merah melalui pemanasan di oven. Kadar air yang didapat
akan dipakai pada proses perhitungan rendemen. Penentuan kadar air juga bertujuan
untuk mengetahui keamanan daya simpan simplisia.
Analisis kadar air daun sirih merah dilakukan sebelum tahap ekstraksi. Hasil
pengeringan dengan oven didapatkan kadar air simplisia sebesar 6,12 % (Tabel 2).
Hal ini menunjukkan bahwa simplisia sudah berada dalam keadaan kering dan
aman disimpan sebelum digunakan untuk ekstraksi karena kadar air dibawah 12 %
dapat mencegah terjadinya proses enzimatik dan kerusakan oleh mikroba (Manoi
2006).
Rendemen ekstrak adalah perbandingan bobot ekstrak suatu bahan dengan
bobot simplisia. Rendemen ekstrak yang tinggi menunjukkan bahwa jumlah zat
yang tersari dari simplisia tinggi. Hasil perhitungan persen rendemen ekstrak air
daun sirih merah yang dibuat dengan metode refluks pada suhu 100 oC didapatkan
sebesar 12,68 % (Tabel 2).
Tabel 2 Hasil pengukuran kadar air dan rendemen ekstrak air daun sirih merah
Parameter
Kadar air simplisia daun sirih merah
Rendemen ekstrak air daun sirih merah
Nilai (%)
6,12
12,68
Bobot Badan Tikus
Tikus yang diberi pakan tinggi lemak selama 12 minggu menunjukkan
peningkatan bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok tikus yang
7
Bobot badan tikus (g)
hanya diberi pakan standar (Gambar 1). Perbedaan bobot badan ini mulai terlihat
setelah minggu ke-8 pemberian pakan tinggi lemak. Hasil pengukuran didapat
rerata bobot badan tikus kelompok normal adalah 260,4 g sedangkan rerata bobot
badan tikus yang diberi pakan obes adalah 390,8 g. Perbedaan rerata bobot badan
antara kelompok normal dengan kelompok obes mencapai lebih dari 50 %.
Indeks obesitas Lee menunjukkan nilai < 0,3 pada tikus kelompok N
sedangkan tikus kelompok KO, SMA, dan SMB berhasil mencapai indeks Lee >
0,3. Hasil indeks Lee tersebut menunjukkan bahwa kelompok tikus KO, SMA dan
SMB telah mencapai kondisi obes. Penilaian secara statistik menunjukkan
perbedaan bobot badan yang signifikan antara kelompok normal dengan kelompok
tikus obes (p < 0,001).
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Normal
Obes
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
Pemberian pakan tinggi lemak minggu ke-
Gambar 1 Perkembangan bobot badan tikus selama masa induksi obes
Tikus yang telah dinyatakan obes lalu dibagi menjadi 3 kelompok yaitu
kelompok KO, SMA, dan SMB. Pembagian dilakukan sedemikian rupa sehingga
bobot badan ketiga kelompok tidak berbeda nyata (Tabel 3). Kelompok tikus obes
tidak langsung diberi perlakuan tetapi dialihkan pakannya dari pakan tinggi lemak
ke pakan standar. Periode ini disebut masa “Washing Out” (WO) yang berlangsung
selama 4 minggu. Tujuannya adalah untuk melihat pengaruh perubahan pakan tanpa
disertai perlakuan tambahan. Hasil yang diperoleh adalah terjadi penurunan bobot
badan pada tikus obes, tetapi perubahan ini tidak lebih dari 3 % (Tabel 4).
Perbedaan bobot badan kelompok normal dan obes di masa WO masih signifikan
secara statistik (p < 0,05).
Penimbangan bobot badan terakhir dilakukan setelah 2 minggu perlakuan
pencekokan. Kelompok N dan KO dicekok akuades, sedangkan kelompok SMA
dan SMB dicekok dengan ekstrak sirih merah dosis 1260 mg/kgBB dan 1890
mg/kgBB, sehingga stresor yang diterima tiap kelompok adalah sama. Hasil
pengukuran bobot badan akhir didapatkan adanya penurunan bobot badan hanya
pada kelompok SMA dengan rerata bobot badan 370,7 gram, lebih rendah daripada
kelompok normal dengan rerata 385,7 g sedangkan rerata bobot badan kelompok
KO adalah yang paling tinggi (418,03 g). Analisa secara statistik menunjukkan
bahwa bobot badan akhir semua kelompok sudah tidak memiliki perbedaan yang
signifikan (p > 0,05).
8
Tabel 3 Perbandingan bobot badan tikus SD
Perlakuan
N
KO
SMA
SMB
BB Awal Obes
260,36 ± 13,83 a
392,65 ± 4,77 b
388,25 ± 11,56 b
391,37 ± 8,33 b
Bobot Badan Tikus (g) a
BB Masa WO
340,03 ± 37,17 a
389,37 ± 9,99 b
380,20 ± 38,88 b
381,37 ± 22,70 b
BB Akhir
385,70 ± 45,15 a
418,03 ± 15,65 a
370,70 ± 28,84 a
402,45 ± 21,46 a
a
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
uji 5% (uji Tukey)
Hasil pengukuran bobot badan tikus dari awal hingga akhir perlakuan
menunjukkan bahwa ekstrak sirih merah dosis 1260 mg/kgBB memiliki
kemampuan menurunkan bobot badan tikus hingga hingga di bawah bobot badan
kelompok normal, yaitu sebesar 4,52 % (Tabel 4). Kelompok tikus N, KO, dan
SMB menunjukkan peningkatan bobot badan dengan nilai 46,7 %, 6,5 %, dan 2,9 %
pada akhir perlakuan.
Tabel 4 Perubahan bobot badan tikus tiap kelompok
Perlakuan
N
KO
SMA
SMB
Persen perubahan BB tikus antar periode (%)
Awal – WO
WO – akhir
Awal – Akhir
29,323
13,430
46,691
-0,836
7,362
6,465
-2,073
-2,499
-4,520
-2,555
5,528
2,832
Kadar Lipid Organ Hati
Pengukuran kadar lipid organ hati bertujuan untuk mengetahui perbandingan
kadar trigliserida, kolesterol dan asam lemak bebas antar kelompok perlakuan.
Hasil pengukuran secara spektrofotometri dan analisa statistik menunjukkan bahwa
kadar trigliserida, kolesterol dan asam lemak bebas di hati tikus antar kelompok
tidak berbeda nyata (p > 0,05), tetapi secara deskriptif terlihat bahwa kadar
trigliserida kelompok tikus yang diberi ekstrak sirih merah dosis 1260 mg/kgBB
merupakan yang paling rendah dibandingkan kelompok lainnya (Gambar 2), yaitu
sebesar 47,69±24,56 mg/g sedangkan kadar trigliserida kelompok normal, kontrol
obes, dan ekstrak sirih merah dosis 1890 mg/kgBB berturut-turut adalah
51,98±17,73; 58,05±26,70; dan 52,77±16,96 mg/g jaringan hati.
Kadar kolesterol kelompok sirih merah dosis 1890 mg/kgBB dengan nilai
1,36±0,6 mg/g adalah yang paling rendah, tetapi nilai ini tidak jauh berbeda dengan
kelompok normal, kontrol obes dan ekstrak sirih merah dosis 1260 mg/kgBB yaitu
berturut-turut sebesar 1,71±0,6; 1,69±0,4; dan 1,52±1,1 mg/g jaringan hati. Kadar
asam lemak bebas pada kelompok normal, kontrol obes, ekstrak sirih merah dosis
1260 mg/kgBB dan dosis 1890 mg/kgBB juga tidak berbeda jauh yaitu berturutturut sebesar 3,82±1,2; 3,81±2,0; 3,78±1,9; dan 4,04±1,5 mg/g jaringan hati.
9
Hasil pengukuran kadar lipid hati menunjukkan kesesuaian dengan hasil
pengukuran bobot badan akhir, dimana kelompok sirih merah dosis 1260 mg/kgBB
(SMA) memiliki bobot badan dan kadar trigliserida yang paling rendah
dibandingkan kelompok lainnya. Hal ini disebabkan adanya hambatan pada
metabolisme lipid yang mengakibatkan penyimpanan lipid dalam tubuh menjadi
terganggu.
70,0
Kadar (mg/g jaringan)
60,0
50,0
a
a
a
58,05
51,98
a
52,77
47,69
N
40,0
KO
SMA
SMB
30,0
20,0
a
a
a
a
1,71 1,69 1,52 1,36
10,0
0,0
Trigliserida
Kolesterol
a
a
a
3,82 3,81 3,78 4,04
a
As.Lemak Bebas
Gambar 2 Perbandingan kadar lipid hati tikus. Huruf yang sama di atas
balok menunjukkan bahwa data yang diperoleh tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% (Tukey)
Kadar Enzim pAMPK, ACC dan FAS Homogenat Hati Tikus
Pengukuran kadar enzim pAMPK, ACC dan FAS dengan metode ELISA
bertujuan untuk mengetahui perbandingan kadar enzim-enzim tersebut antar tiap
kelompok. Kadar pAMPK antara semua kelompok secara statistik tidak berbeda
nyata (p>0,05). Kadar tertinggi adalah pada kelompok normal sebesar 8,42 ng/g,
sedangkan nilai paling rendah adalah pada kelompok sirih merah dosis 1260
mg/kgBB yaitu 7,21 ng/g. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak sirih merah tidak
mampu mengaktivasi AMPK menjadi pAMPK dengan kadarnya yang justru lebih
rendah daripada kelompok normal.
Kadar ACC antara semua kelompok secara statistik juga tidak berbeda nyata
(p>0,05), tetapi secara deskriptif dapat dilihat pada Gambar 3, bahwa kadar ACC
paling rendah adalah pada kelompok yang diberi ekstrak sirih merah dosis 1260
mg/kgBB (SMA) dengan rerata 9,13 ng/g. Hasil ini menunjukkan adanya
penghambatan terhadap enzim ACC oleh ekstrak sirih merah.
Kadar FAS paling rendah juga didapatkan pada kelompok SMA dengan rerata
360,68 ng/g yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol obes (p
(Piper crocatum) TERHADAP OBESITAS YANG DIINDUKSI
PAKAN TINGGI LEMAK PADA TIKUS
HUSNAWATI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Aktivitas
Antiobesitas Ekstrak Sirih Merah (Piper crocatum) Terhadap Obesitas yang
Diinduksi Pakan Tinggi Lemak pada Tikus” adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Husnawati
NIM G851130081
RINGKASAN
HUSNAWATI. Aktivitas Antiobesitas Ekstrak Sirih Merah (Piper crocatum)
Terhadap Obesitas Yang Diinduksi Pakan Tinggi Lemak Pada Tikus. Dibimbing
oleh MARIA BINTANG dan MEGA SAFITHRI.
Obesitas merupakan permasalahan yang mendapat perhatian serius di dunia
kesehatan saat ini, karena kondisi obesitas dapat menjadi faktor pencetus penyakitpenyakit lain yang dapat membahayakan jiwa, seperti penyakit jantung, diabetes
mellitus tipe 2, stroke dan kanker. Angka kejadian obesitas menunjukkan
peningkatan di sebagian besar wilayah Indonesia dan di dunia.
Beberapa studi yang meneliti tentang efek antiobesitas dari tanaman-tanaman
obat menunjukkan bahwa tanaman-tanaman tersebut sebagian besar mengandung
flavonoid, tanin, alkaloid, dan saponin. Sirih merah (Piper crocatum) merupakan
salah satu tanaman tradisional Indonesia yang telah banyak diteliti dan
dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Ekstrak air daun sirih merah mengandung
flavonoid, tanin, dan alkaloid.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak sirih merah memiliki
khasiat yang berkaitan dengan penyakit-penyakit degeneratif, seperti efek
antioksidan, antihiperglikemik, mencegah kenaikan kadar lipid darah, serta
berpotensi sebagai antikanker. Ekstrak sirih merah hingga dosis 2 g/kg bobot badan
tidak bersifat toksik secara in vivo. Berdasarkan efek tersebut, ekstrak sirih merah
diduga memiliki kemampuan untuk memperbaiki kondisi obesitas dan kejadian
sindrom metabolik.
Obat-obatan yang digunakan secara klinis untuk terapi DM tipe 2 (seperti
metformin dan glitazon), mampu menurunkan kadar gula dalam darah melalui
mekanisme aktivasi enzim AMP-activated protein kinase (AMPK). Mekanisme ini
tidak tergantung pada jalur sinyal insulin, sehingga menjadikan AMPK sebagai
target terapi yang menjanjikan pada pengobatan DM dan obesitas. Aktivasi enzim
AMPK yang terfosforilasi akan menyebabkan inhibisi terhadap enzim acetyl co-A
carboxylase (ACC), enzim pertama yang berperan dalam biosintesis asam lemak.
Aktivasi AMPK secara tidak langsung juga mengakibatkan inhibisi enzim fatty acid
synthase (FAS) yang berperan dalam lipogenesis.
Penelitian ini ingin melihat apakah ekstrak sirih merah memiliki efek
antiobesitas melalui penurunan bobot badan dan kadar lipid hati, serta pengaruh
aktivitas enzim yang berperan dalam metabolisme lipid melalui aktivasi AMPactivated protein kinase (AMPK), serta inhibisi acetyl-CoA carboxylase (ACC) dan
fatty acid synthase (FAS) pada hati tikus obes. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberi sumbangan ilmu pengetahuan tentang mekanisme biomolekular efek
antiobesitas tanaman sirih merah, serta pemanfaatannya dapat diaplikasikan oleh
masyarakat sebagai tanaman obat tradisional yang mampu menurunkan bobot
badan.
Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus Sprague dawley yang dibagi
menjadi empat kelompok (n = 6), yaitu kelompok normal (N), kontrol obesitas
(KO), ekstrak sirih merah dosis 1260 mg/kgBB (SMA), dan ekstrak sirih merah
dosis 1890 mg/kgBB (SMB). Bobot badan tikus dipantau dan dianalisis
perubahannya setiap minggu. Pengukuran kadar lemak hati dilakukan dengan
menggunakan kit spektrofotometri dari BiovisionTM, dan kadar enzim metabolik
hati (pAMPK, ACC, FAS) menggunakan ELISA kit dari CusabioTM.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kelompok tikus yang diberi ekstrak sirih
merah dosis 1260 mg/kgBB merupakan satu-satunya kelompok yang menghasilkan
penurunan bobot badan yaitu -4,52%, dengan kadar trigliserida, asam lemak dan
ACC paling rendah yaitu 47,69 mg/g, 3,78 mg/g dan 9,13 ng/g jaringan hati, walau
tidak berbeda secara signifikan dengan kelompok yang lain, serta kadar FAS paling
rendah yaitu 360,68 ng/g yang berbeda nyata secara statistik (p < 0,05). Kadar
pAMPK pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol.
Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak sirih merah tidak mampu mengaktivasi enzim
AMPK, tetapi mampu menghambat kadar ACC dan FAS di jaringan hati.
Kata kunci: ACC, AMPK, antiobesitas, FAS, kadar lipid hati
SUMMARY
HUSNAWATI. Antiobesity Activity of Red Betel (Piper crocatum) Extract against
High Fat Diet-Induced Obesity in Rats. Supervised by MARIA BINTANG dan
MEGA SAFITHRI.
Obesity is a problem that gets serious attention in the medical world today,
because the condition of obesity can be a trigger factor for other diseases that can
be life threatening, such as heart disease, type 2 diabetes mellitus, stroke and
cancer. The incidence of obesity showed an increase in most parts of Indonesia and
in the world.
Several studies that examine the antiobesity effects of medicinal plants
showed that the plants mostly contain flavonoids, tannins, alkaloids, and saponins.
Red betel (Piper crocatum) is one of Indonesia's traditional crops that have been
widely studied and used as a medicinal plant. Water extract of Piper crocatum
leaves contain flavonoids, tannins, and alkaloids.
Some studies showed that the extract of Piper crocatum has properties
associated with degenerative diseases, such as antioxidant effect, antihyperglycemic, preventing the increase in blood lipid levels, and potential as
anticancer. Extract of Piper crocatum up to dose 2 g/kg body weight not toxic in
vivo. Based on these effects, the extract of Piper crocatum believed to have the
ability to improve the condition of obesity and the incidence of metabolic syndrome.
Drugs which used clinically for the treatment of type 2 diabetes (such as
metformin and a glitazone), capable of lowering blood sugar levels through the
mechanism of activation of the enzyme AMP-activated protein kinase (AMPK). This
mechanism does not depend on insulin signaling pathway, making AMPK as a
promising therapeutic target in the treatment of diabetes and obesity. Activation of
AMPK phosphorylated enzyme would lead to inhibition of acetyl co-enzyme A
carboxylase (ACC), the first enzyme involved in fatty acid biosynthesis. AMPK
activation also indirectly result in inhibition of fatty acid synthase (FAS), which
plays a role in lipogenesis.
This study aimed to see the antiobesity effects of Piper crocatum extract
through a reduction in body weight and liver lipid levels, as well as response to the
enzymes activity involved in lipid metabolism through activation of AMP-activated
protein kinase (AMPK), as well as inhibition of acetyl-CoA carboxylase (ACC) and
fatty acid synthase (FAS) in the liver of obese rats. Results of this research is
expected to contribute knowledge about the mechanisms of biomolecular
antiobesity effects of Piper crocatum plant, as well as utilization can be applied by
the public as a traditional medicinal plant which can reduce body weight.
This study using 24 male Sprague Dawley rats were divided into four groups
(n = 6), the normal group (N), control obesity (KO), Piper crocatum extract dose
1260 mg/kgBW (SMA), and Piper crocatum extract dose 1890 mg/kgBW (SMB).
Body weight changes of the rats was monitored and analyzed every week.
Measurement of liver fat content is done by using spectrophotometric kit from
BiovisionTM, and metabolic liver enzyme levels (pAMPK, ACC, FAS) using ELISA
kit from CusabioTM.
The analysis showed that the group which given the Piper crocatum extract
dose 1260 mg/kgBW was the only group that resulted a decrease in body weight
gain is -4.52%, with the lowest levels of triglycerides, fatty acids and ACC (47,69
mg/g; 3,78 mg/g and 9,13 ng/g liver tissue) although the values were not significant,
and also the lowest level of FAS (360,68 ng/g) which was statistically significant (p
0,3 (Campos et al. 2008) atau menunjukkan perbedaan bobot badan lebih dari
50 % dibandingkan dengan tikus kontrol.
=
(
(
)
)
(Campos et al. 2008)
Tikus yang sudah obes kemudian dibagi secara acak menjadi 3 kelompok
(n=6) yaitu kontrol obes (KO), Sirih merah dosis 1260 mg/kgBB (SMA) yang
merupakan dosis optimum pada penelitian Safithri (2012), dan Sirih Merah dosis
1,5x dosis optimum yaitu 1890 mg/kgBB (SMB). Sebelum dimulai perlakuan,
ketiga kelompok tikus obes dialihkan pakannya menjadi pakan standar. Masa ini
disebut sebagai masa “Washing Out” (WO) dan dilihat bagaimana perubahan bobot
badannya selama empat minggu. Masa perlakuan dibatasi selama 2 minggu, yaitu
hingga bobot badan tikus perlakuan tidak berbeda nyata dengan kelompok normal.
Pemberian ekstrak sirih merah dan akuades (untuk kelompok kontrol) dilakukan
5
setiap hari dengan menggunakan sonde, sesuai bobot badan tikus dan tidak lebih
dari 2 ml/100 g bobot badan (OECD 1995).
Tabel 1. Pembagian kelompok tikus percobaan
Jenis Tikus
Kontrol Normal (N)
Kontrol Obes (KO)
Obesitas Sirih Merah dosis A
(SMA)
Obesitas Sirih Merah dosis B
(SMB)
Perlakuan
Pakan standar + cekok akuades
Pakan standar + cekok akuades
Pakan standar + cekok ekstrak sirih
merah dosis 1260 mg/kgBB
Pakan standar + cekok ekstrak sirih
merah dosis 1890 mg/kgBB
Jumlah (n)
6
6
6
6
Nekropsi, Pengambilan Sampel dan Fiksasi Hati Tikus (Harlan 2008)
Perlakuan diakhiri dengan cara terminasi tikus menggunakan Ketamine 80
mg/kgBB dan xylazine 10 mg/kgBB. Tikus yang sudah tidak sadar lalu dibedah
dengan melakukan sayatan sepanjang toraks sampai pubis, kemudian organ hati
dinekropsi. Organ dicuci dengan aquades berulang-ulang hingga bersih dari darah,
kemudian dilanjutkan dengan mencuci organ dengan NaCl 0,9 % (b/v) dingin.
Organ hati lalu ditiriskan di atas kertas saring, kemudian dimasukkan dalam pot
berisi larutan NaCl fisiologis untuk proses fiksasi.
Pengukuran Profil Lipid Organ Hati (Biovision 2014)
Lipid yang dianalisis dari organ hati adalah trigliserida, kolesterol, dan asam
lemak bebas dengan menggunakan kit kolorimetrik dari Biovision (Katalog #
K622-100, K603-100, K612-100). Sampel jaringan hati terlebih dahulu diekstraksi
menggunakan homogenizer, kemudian disentrifus selama 2-5 menit menggunakan
mikrosentrifus berpendingin. Sampel homogenat hati tikus yang digunakan untuk
pengukuran kadar trigliserida dan asam lemak bebas adalah 10 µl, sedangkan untuk
kolesterol adalah 5 µl.
Larutan standar dan sampel dipipet ke dalam tiap sumuran plat, lalu
diencerkan dengan buffer kit hingga 50 µl. Tiap sumuran kemudian direaksikan
dengan 50 µl reagen kit dan diinkubasi di suhu 37 oC selama 1 jam. Warna yang
terbentuk diukur nilai absorbansinya dengan spektrofotometer Spectrostar Nano
BMG Labtech pada panjang gelombang 570 nm.
Pengukuran Enzim Metabolik Homogenat Hati Tikus (Cusabio 2014)
Pengukuran kadar enzim AMPK, ACC, dan FAS dilakukan dengan
menggunakan kit ELISA dari Cusabio, Sampel diambil dari homogenat hati tikus
yang dibuat dengan cara membilas 100 mg jaringan hepar dengan 1 ml PBS dan
disimpan selama 18 jam pada suhu -20 oC. Sampel disentrifus selama 5 menit pada
kecepatan 5000 g, pada suhu 2-8 oC sesaat sebelum digunakan.
Larutan standar dan sampel dipipet ke dalam tiap sumuran plat, lalu
diinkubasi selama 2 jam pada suhu 37 oC. Cairan dalam tiap sumur lalu dibuang,
kemudian ditambahkan 100 µl antibodi Biotin, HRP-avidin, dan substrat TMB,
6
dimana pada setiap tahap penambahan dilakukan pengambilan cairan, pencucian
dan inkubasi pada suhu 37 oC. Stop solution sebanyak 50 µl ditambahkan pada tiap
sumuran untuk menghentikan reaksi. Warna yang muncul diukur absorbansinya
dengan ELISA Reader BioRad pada panjang gelombang 450 nm.
Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis secara statistik sesuai metode Rancangan
Acak Lengkap (RAL). Pengaruh perbedaan perlakuan antar kelompok dianalisis
menggunakan uji ANOVA satu arah dengan tingkat kemaknaan (Level of
Significancy) α = 0,05. Jika hasil uji ANOVA menunjukkan adanya pengaruh
perbedaan perlakuan terhadap respon yang diamati, dilakukan uji lanjut Tukey
untuk melihat signifikansi perbedaan dari masing-masing kelompok perlakuan.
HASIL
Kadar Air dan Rendemen Ekstrak Daun Sirih Merah
Penilaian kadar air dilakukan untuk menentukan keberhasilan proses
pengeringan daun sirih merah melalui pemanasan di oven. Kadar air yang didapat
akan dipakai pada proses perhitungan rendemen. Penentuan kadar air juga bertujuan
untuk mengetahui keamanan daya simpan simplisia.
Analisis kadar air daun sirih merah dilakukan sebelum tahap ekstraksi. Hasil
pengeringan dengan oven didapatkan kadar air simplisia sebesar 6,12 % (Tabel 2).
Hal ini menunjukkan bahwa simplisia sudah berada dalam keadaan kering dan
aman disimpan sebelum digunakan untuk ekstraksi karena kadar air dibawah 12 %
dapat mencegah terjadinya proses enzimatik dan kerusakan oleh mikroba (Manoi
2006).
Rendemen ekstrak adalah perbandingan bobot ekstrak suatu bahan dengan
bobot simplisia. Rendemen ekstrak yang tinggi menunjukkan bahwa jumlah zat
yang tersari dari simplisia tinggi. Hasil perhitungan persen rendemen ekstrak air
daun sirih merah yang dibuat dengan metode refluks pada suhu 100 oC didapatkan
sebesar 12,68 % (Tabel 2).
Tabel 2 Hasil pengukuran kadar air dan rendemen ekstrak air daun sirih merah
Parameter
Kadar air simplisia daun sirih merah
Rendemen ekstrak air daun sirih merah
Nilai (%)
6,12
12,68
Bobot Badan Tikus
Tikus yang diberi pakan tinggi lemak selama 12 minggu menunjukkan
peningkatan bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok tikus yang
7
Bobot badan tikus (g)
hanya diberi pakan standar (Gambar 1). Perbedaan bobot badan ini mulai terlihat
setelah minggu ke-8 pemberian pakan tinggi lemak. Hasil pengukuran didapat
rerata bobot badan tikus kelompok normal adalah 260,4 g sedangkan rerata bobot
badan tikus yang diberi pakan obes adalah 390,8 g. Perbedaan rerata bobot badan
antara kelompok normal dengan kelompok obes mencapai lebih dari 50 %.
Indeks obesitas Lee menunjukkan nilai < 0,3 pada tikus kelompok N
sedangkan tikus kelompok KO, SMA, dan SMB berhasil mencapai indeks Lee >
0,3. Hasil indeks Lee tersebut menunjukkan bahwa kelompok tikus KO, SMA dan
SMB telah mencapai kondisi obes. Penilaian secara statistik menunjukkan
perbedaan bobot badan yang signifikan antara kelompok normal dengan kelompok
tikus obes (p < 0,001).
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Normal
Obes
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
Pemberian pakan tinggi lemak minggu ke-
Gambar 1 Perkembangan bobot badan tikus selama masa induksi obes
Tikus yang telah dinyatakan obes lalu dibagi menjadi 3 kelompok yaitu
kelompok KO, SMA, dan SMB. Pembagian dilakukan sedemikian rupa sehingga
bobot badan ketiga kelompok tidak berbeda nyata (Tabel 3). Kelompok tikus obes
tidak langsung diberi perlakuan tetapi dialihkan pakannya dari pakan tinggi lemak
ke pakan standar. Periode ini disebut masa “Washing Out” (WO) yang berlangsung
selama 4 minggu. Tujuannya adalah untuk melihat pengaruh perubahan pakan tanpa
disertai perlakuan tambahan. Hasil yang diperoleh adalah terjadi penurunan bobot
badan pada tikus obes, tetapi perubahan ini tidak lebih dari 3 % (Tabel 4).
Perbedaan bobot badan kelompok normal dan obes di masa WO masih signifikan
secara statistik (p < 0,05).
Penimbangan bobot badan terakhir dilakukan setelah 2 minggu perlakuan
pencekokan. Kelompok N dan KO dicekok akuades, sedangkan kelompok SMA
dan SMB dicekok dengan ekstrak sirih merah dosis 1260 mg/kgBB dan 1890
mg/kgBB, sehingga stresor yang diterima tiap kelompok adalah sama. Hasil
pengukuran bobot badan akhir didapatkan adanya penurunan bobot badan hanya
pada kelompok SMA dengan rerata bobot badan 370,7 gram, lebih rendah daripada
kelompok normal dengan rerata 385,7 g sedangkan rerata bobot badan kelompok
KO adalah yang paling tinggi (418,03 g). Analisa secara statistik menunjukkan
bahwa bobot badan akhir semua kelompok sudah tidak memiliki perbedaan yang
signifikan (p > 0,05).
8
Tabel 3 Perbandingan bobot badan tikus SD
Perlakuan
N
KO
SMA
SMB
BB Awal Obes
260,36 ± 13,83 a
392,65 ± 4,77 b
388,25 ± 11,56 b
391,37 ± 8,33 b
Bobot Badan Tikus (g) a
BB Masa WO
340,03 ± 37,17 a
389,37 ± 9,99 b
380,20 ± 38,88 b
381,37 ± 22,70 b
BB Akhir
385,70 ± 45,15 a
418,03 ± 15,65 a
370,70 ± 28,84 a
402,45 ± 21,46 a
a
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
uji 5% (uji Tukey)
Hasil pengukuran bobot badan tikus dari awal hingga akhir perlakuan
menunjukkan bahwa ekstrak sirih merah dosis 1260 mg/kgBB memiliki
kemampuan menurunkan bobot badan tikus hingga hingga di bawah bobot badan
kelompok normal, yaitu sebesar 4,52 % (Tabel 4). Kelompok tikus N, KO, dan
SMB menunjukkan peningkatan bobot badan dengan nilai 46,7 %, 6,5 %, dan 2,9 %
pada akhir perlakuan.
Tabel 4 Perubahan bobot badan tikus tiap kelompok
Perlakuan
N
KO
SMA
SMB
Persen perubahan BB tikus antar periode (%)
Awal – WO
WO – akhir
Awal – Akhir
29,323
13,430
46,691
-0,836
7,362
6,465
-2,073
-2,499
-4,520
-2,555
5,528
2,832
Kadar Lipid Organ Hati
Pengukuran kadar lipid organ hati bertujuan untuk mengetahui perbandingan
kadar trigliserida, kolesterol dan asam lemak bebas antar kelompok perlakuan.
Hasil pengukuran secara spektrofotometri dan analisa statistik menunjukkan bahwa
kadar trigliserida, kolesterol dan asam lemak bebas di hati tikus antar kelompok
tidak berbeda nyata (p > 0,05), tetapi secara deskriptif terlihat bahwa kadar
trigliserida kelompok tikus yang diberi ekstrak sirih merah dosis 1260 mg/kgBB
merupakan yang paling rendah dibandingkan kelompok lainnya (Gambar 2), yaitu
sebesar 47,69±24,56 mg/g sedangkan kadar trigliserida kelompok normal, kontrol
obes, dan ekstrak sirih merah dosis 1890 mg/kgBB berturut-turut adalah
51,98±17,73; 58,05±26,70; dan 52,77±16,96 mg/g jaringan hati.
Kadar kolesterol kelompok sirih merah dosis 1890 mg/kgBB dengan nilai
1,36±0,6 mg/g adalah yang paling rendah, tetapi nilai ini tidak jauh berbeda dengan
kelompok normal, kontrol obes dan ekstrak sirih merah dosis 1260 mg/kgBB yaitu
berturut-turut sebesar 1,71±0,6; 1,69±0,4; dan 1,52±1,1 mg/g jaringan hati. Kadar
asam lemak bebas pada kelompok normal, kontrol obes, ekstrak sirih merah dosis
1260 mg/kgBB dan dosis 1890 mg/kgBB juga tidak berbeda jauh yaitu berturutturut sebesar 3,82±1,2; 3,81±2,0; 3,78±1,9; dan 4,04±1,5 mg/g jaringan hati.
9
Hasil pengukuran kadar lipid hati menunjukkan kesesuaian dengan hasil
pengukuran bobot badan akhir, dimana kelompok sirih merah dosis 1260 mg/kgBB
(SMA) memiliki bobot badan dan kadar trigliserida yang paling rendah
dibandingkan kelompok lainnya. Hal ini disebabkan adanya hambatan pada
metabolisme lipid yang mengakibatkan penyimpanan lipid dalam tubuh menjadi
terganggu.
70,0
Kadar (mg/g jaringan)
60,0
50,0
a
a
a
58,05
51,98
a
52,77
47,69
N
40,0
KO
SMA
SMB
30,0
20,0
a
a
a
a
1,71 1,69 1,52 1,36
10,0
0,0
Trigliserida
Kolesterol
a
a
a
3,82 3,81 3,78 4,04
a
As.Lemak Bebas
Gambar 2 Perbandingan kadar lipid hati tikus. Huruf yang sama di atas
balok menunjukkan bahwa data yang diperoleh tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% (Tukey)
Kadar Enzim pAMPK, ACC dan FAS Homogenat Hati Tikus
Pengukuran kadar enzim pAMPK, ACC dan FAS dengan metode ELISA
bertujuan untuk mengetahui perbandingan kadar enzim-enzim tersebut antar tiap
kelompok. Kadar pAMPK antara semua kelompok secara statistik tidak berbeda
nyata (p>0,05). Kadar tertinggi adalah pada kelompok normal sebesar 8,42 ng/g,
sedangkan nilai paling rendah adalah pada kelompok sirih merah dosis 1260
mg/kgBB yaitu 7,21 ng/g. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak sirih merah tidak
mampu mengaktivasi AMPK menjadi pAMPK dengan kadarnya yang justru lebih
rendah daripada kelompok normal.
Kadar ACC antara semua kelompok secara statistik juga tidak berbeda nyata
(p>0,05), tetapi secara deskriptif dapat dilihat pada Gambar 3, bahwa kadar ACC
paling rendah adalah pada kelompok yang diberi ekstrak sirih merah dosis 1260
mg/kgBB (SMA) dengan rerata 9,13 ng/g. Hasil ini menunjukkan adanya
penghambatan terhadap enzim ACC oleh ekstrak sirih merah.
Kadar FAS paling rendah juga didapatkan pada kelompok SMA dengan rerata
360,68 ng/g yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol obes (p