Efek ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

(1)

i

EFEK EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH

(

Piper crocatum

) TERHADAP PERTUMBUHAN

BAKTERI

Staphylococcus aureus

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

Atingul Ma’rifah

NIM: 109103000047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1433 H / 2012 M


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber daya yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 18 September 2012


(3)

iii

EFEK EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked)

Oleh : Atingul Ma’rifah NIM : 109103000047

Pembimbing I Pembimbing II

drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D Yuliati, S.Si, M. Biomed

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1433 H / 2012 M


(4)

Laporan penelitian ini berjudul EFEK EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH

(Piper crocatum) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus

aureus yang diajukan oleh Atingul Ma’rifah (NIM : 109103000047), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 18 September 2012. Laporan ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Jakarta, 18 September 2012 DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang

drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D

Pembimbing I

drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D

Pembimbing II

Yuliati, S.Si, M. Biomed

Penguji I

dr. Intan Keumala Dewi, Sp.MK

Penguji II

Ratna Pelawati, M. Biomed

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN

Prof. DR. (hc). dr. M.K.Tadjudin, Sp.And

Kaprodi PSPD FKIK UIN


(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Inayah-Nya saya dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Shalawat dan salam senantiasa saya junjungkan kehadirat Nabi Muhammad Rasulullah SAW, semoga kita senantiasa mendapat keberkahan dan syafa’atnya di yaumil qiyamah kelak.

Ucapan terima kasih tidak lupa saya sampaikan kepada:

1. Prof. DR. ( hc ) dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu membimbing dan memberikan kesempatan kepada saya untuk menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Ketua Program Studi dan seluruh dosen Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu membimbing serta memberikan ilmu kepada saya selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

3. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D dan Yuliati, S.Si, M. Biomed selaku dosen pembimbing penelitian yang selalu membimbing dan mengarahkan dalam berjalannya penelitian ini.

4. Kedua orang tua tercinta, Bapak Imam Hambaly dan Ibu Chaliyah yang tidak pernah henti meneteskan air matanya disetiap sujudnya dan senantiasa memberikan ziyadah doa untuk kesuksesan putrinya dalam menuntut ilmu di Prodi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

5. Romo KH. Chasbullah Badawi beserta istri, Ibu Nyai Hj. Fauziyah Mustholih Badawi, KH. Imdadurrohman beserta istri, KH. Mu’arofuddin beserta istri, KH. Ahmad Yunani beserta istri, K. Muhammad Lutfillah Dahri beserta istri (Asasunnajah), dan seluruh keluarga besar Pondok Pesantren Al Ihya ‘Ulumaddin Kesugihan Cilacap, seluruh keluarga besar Madrasah Aliyah Nahdlotut Thullab, serta seluruh keluarga besar Madrasah Tsanawiyah Nahdlotut Thullab Kesugihan yang senantiasa


(6)

mengalir.

6. Abe Umaro, Fikrifar Rizki Faridho, Diana Budiandani, Seila Inayatullah, Kharisma Indah, Maharani, Dahniar Anindya, dan Midun selaku tim Riset Salvadora yang menjalani penelitian ini bersama. Kepada Mbak Novi dan Pak Bacok selaku laboran yang selalu menemani dan membantu di laboratorium.

7. Seluruh sejawat PSPD 2009 yang senantiasa kompak dan bahu-membahu demi kesuksesan bersama, juga seluruh teman dan sahabat yang tentu tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

Adapun penyusunan laporan penelitian ini adalah langkah awal dari tugas saya yang ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Saya sadari penyusunan laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaan laporan penelitian ini.

Demikian laporan penelitian ini saya susun, semoga bermanfaat bagi penyusun khususnya, serta bagi sejawat PSPD 2009 dan para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT berkenan menjadikan amal jariyah untuk bekal di akhirat nanti. Amin

“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka bila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Q.S. Al Insyirah: 6-7)”

Jakarta, 18 September 2012


(7)

vii ABSTRAK

Atingul Ma’rifah. Program Studi Pendidikan Dokter. Efek Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus. 2012

Daun sirih merah (Piper crocatum) telah dikenal memiliki manfaat sebagai obat berbagai penyakit, namun sedikit dari masyarakat yang mengetahui khasiat antibakteri dari daun sirih merah. Staphylococcus aureus merupakan flora normal pada hidung yang dapat menjadi patogen pada keadaan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antibakteri dari ekstrak daun sirih merah terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan metode disc diffusion dengan media Mueller Hinton Agar. Penelitian ini menunjukkan ekstrak daun sirih merah dengan konsentrasi 1.106, 5.106, dan 1.107 ppm secara bermakna menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Berdasarkan klasifikasi Greenwood, daya hambat yang dihasilkan oleh ekstrak daun sirih merah termasuk dalam klasifikasi kuat pada konsentrasi 1.106 ppm dan sedang pada konsentrasi 5.106 dan 1.107 ppm. Pada penelitian ini semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun sirih merah, semakin lemah daya hambatnya terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

Kata kunci: sirih merah (Piper crocatum), Staphylococcus aureus, disc diffusion ABSTRACT

Atingul Ma’rifah. Medical Education Study Program. Effect of Red Betel Leaf Extract (Piper crocatum) Againts The Growth of Staphylococcus aureus. 2012

Red betel leaf (Piper crocatum) has been known as a herbal medicine for various kind of diseases. However, the exact antibacterial effect of red betel leaf is little known. Staphylococcus aureus is normal flora of the nose that can become pathogenic incertain circumstances. The aim of this research is to investigate the antibacterial effect of red betel leaf extract againts the growth of Staphylococcus aureus with disc diffusion method. The concentration of 1.106, 5.106, and 1.107 ppm were applied. This research shows red betel leaf extract with a concentration of 1.106, 5.106, and 1.107 ppm significantly inhibited the growth of Staphylococcus aureus. Based on the classification of Greenwood, the inhibition produced by the red betel leaf extracts were categorized as strong at 1.106 ppm concentration and moderate at 5.106 and 1.107 ppm concentration. Interestingly, we found that the higher concentration of red betel leaf extract, the lesser its inhibition effect againts the growth of Staphylococcus aureus.


(8)

LEMBAR JUDUL……….. .. i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1. Tujuan Umum ... 2

1.3.2. Tujuan Khusus ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Landasan Teori ... 4

2.1.1. DaunSirih (Piper betle Linn)... 4

2.1.2. Nama Lain Daun Sirih di Beberapa Daerah di Indonesia ... 4

2.1.3. Daun Sirih Merah (Piper crocatum) ... 4

2.1.4. Klasifikasi Ilmiah Daun Sirih Merah ... 5

2.1.5. Manfaat Daun Sirih Merah... 6

2.1.6. Kandungan Kimia Daun Sirih Merah ... 7

2.1.7. Staphylococcus aureus ... 8

2.1.8. Pertumbuhan Staphylococcus aureus... ... 9

2.1.9. Respon Tubuh terhadap Staphylococcus aureus... ... 9


(9)

ix

2.1.11. Mekanisme Kerja Antibakteri……… ... 10

2.1.12. Kriteria Daya Hambat Antibakteri………. 11

2.2. Kerangka Konsep ... 12

2.3. Definisi Operasional ... 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 13

3.1. Desain Penelitian ... 13

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 13

3.3. Bahan yang Diuji ... 13

3.4. Sampel Penelitian ... 13

3.5. Identifikasi Variabel ... 13

3.5.1. Variabel Bebas ... 13

3.5.2. Variabel Terikat ... 13

3.6. Alat dan Bahan Penelitian ... 14

3.6.1. Alat Penelitian ... 14

3.6.2. Bahan Penelitian ... 14

3.7. Alur Penelitian ... 14

3.8. Cara Kerja Penelitian ... 14

3.8.1. Tahap Persiapan ... 14

3.8.1.1. Persiapan Alat dan Bahan... 14

3.8.1.2. Pembuatan Stok Bakteri ... 15

3.8.1.3. Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Merah………... ... 15

3.8.1.4. Pembuatan Stok Konsentrasi Ekstrak Daun Sirih Merah ... 15

3.8.2. Tahap Pengujian ... 16

3.9. Pengolahan Data ... 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 18

4.1. Hasil ... 18

4.1.1. Ekstrak Daun Sirih Merah ... 18

4.1.2. Efek Ekstrak Daun Sirih Merah terhadap Staphylococcus aureus ... 18

4.1.3. Uji Kebermaknaan Konsentrasi Ekstrak Daun Sirih Merah ... 20

4.2. Pembahasan ... 21

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 23


(10)

DAFTAR PUSTAKA ... 24 LAMPIRAN ... 27


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi respon hambatan pertumbuhan bakteri ... 11 Tabel 2.2. Definisi operasional ... 12 Tabel 4.1. Hasil Post-Hoc test menggunakan Mann-Whitney ... 21


(12)

Gambar 2.1. Daun sirih merah ... 5

Gambar 2.2. Staphylococcus aureus ... 8

Gambar 4.1. Ekstrak daun sirih merah kental ... 18

Gambar 4.2. Ekstrak daun sirih merah dalam berbagai konsentrasi ... 18

Gambar 4.3. Hambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus... 19

Gambar 4.4. Zona hambat ekstrak daun sirih merah terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus... 19


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1 Surat pernyataan ekstraksi daun sirih merah ... 27

Lampiran 2 Alat dan bahan penelitian ... 30

Lampiran 3 Hasil percobaan ... . 32

Lampiran 4 Hasil analisis SPSS ... 33


(14)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tanaman sirih merah (Piper crocratum) sudah lama dikenal sebagai obat dan banyak tumbuh di Indonesia. Bagian dari tanaman sirih merah yang dimanfaatkan sebagai obat adalah daunnya. Daun sirih merah telah diketahui memiliki berbagai khasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit diantaranya penyakit pada rongga mulut, gatal-gatal, keputihan, batuk, dan penyakit pada mata.1-4 Walau demikian, sedikit dari masyarakat yang mengetahui khasiat antibakteri dari daun sirih merah tersebut.

Tanaman sirih merah termasuk dalam famili Piperaceae, tumbuh berselang-seling, merambat di pagar atau pohon. Ciri khas tanaman ini adalah berbatang bulat berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga. Daunnya bertangkai membentuk jantung dan bagian ujung daun meruncing. Permukaan daun mengkilap dan tidak merata.4

Efek antibakteri daun sirih merah disebabkan adanya beberapa senyawa seperti fenol yang bekerja mengubah sifat protein sel bakteri sehingga permeabilitas dinding sel bakteri meningkat dan bakteri menjadi lisis, flavonoid mengganggu integritas membran sel bakteri, dan alkaloid mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri.5,6

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif dan flora normal pada hidung. Bakteri ini memiliki dinding sel tebal dan berlapis tunggal. Dalam keadaan tertentu Staphylococcus aureus dapat menyebabkan infeksi dengan keparahan beragam, seperti infeksi saluran pernapasan hingga sepsis.7

Khasiat antibakteri daun sirih merah telah dibuktikan oleh penelitian Juliantina, dkk (2010) yang melaporkan bahwa ekstrak daun sirih merah dengan pelarut Etanol 70% menggunakan metode dilusi dengan kuat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia.8 Penelitian lain oleh Julia (2011) membuktikan bahwa ekstrak daun sirih merah dengan pelarut Etanol 80% menggunakan metode disc diffusion dengan kategori kuat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia. Selain itu, juga dilaporkan kategori sedang dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans.9


(15)

2

Metode disc diffusion dengan pelarut Etanol 96% lebih mudah dan akurat dalam menentukan respon dari bakteri terhadap ekstrak uji. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi ekstrak daun sirih merah dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan pelarut dan metode tersebut.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana efek ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum

 Untuk mengetahui efek ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

1.3.2. Tujuan khusus

 Untuk mengetahui efek berbagai konsentrasi ekstrak daun sirih merah yang memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

1.4. Manfaat Penelitian a. Bagi Peneliti

 Menerapkan dan memanfaatkan ilmu yang telah didapat selama pendidikan.

 Menambah pengetahuan tentang daya hambat daun sirih merah terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

b. Bagi Institusi

 Memajukan UIN Syarif Hidayatullah dan FKIK UIN Syarif Hidayatullah dengan publikasi tentang penelitian ini.

 Memberikan informasi mengenai keilmuan mikrobiologi.

 Memberikan potensi untuk menjadikan daun sirih merah produk paten.


(16)

 Dapat memberikan informasi mengenai aktivitas antibakteri dari komponen daun sirih merah terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

 Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi praktisi yang tertarik dalam bidang keilmuan mikrobiologi.

d. Bagi Sosial

 Dapat dikembangkan alternatif sebagai antibakterial alami untuk kulit, saluran pernapasan, dan tempat lainnya.


(17)

4 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan teori

2.1.1. Daun Sirih (Piper betle Linn)

Sirih secara umum tumbuh merambat dan panjangnya bisa mencapai 15 meter. Tanaman sirih mempunyai banyak spesies dan memiliki jenis yang beragam, seperti sirih gading, sirih hijau, sirih hitam, sirih kuning dan sirih merah. Semua jenis tanaman sirih memiliki ciri yang hampir sama yaitu tanamannya merambat dan tumbuh berselang seling. Batang berwarna coklat dan beruas-ruas di tempat keluarnya akar. Daun berbentuk seperti jantung, bertangkai, dan memiliki daun pelindung. Jika diremas daun akan mengeluarkan aroma yang sedap. Bunga berupa bulir, terdapat diujung cabang dan berhadapan dengan daun. Buah sirih berbentuk bulat dan berbulu. Untuk memperbanyak tumbuhan sirih dapat dilakukan stek sulur. Sirih tumbuh baik di ketinggian 300 meter dpl. Sirih akan tumbuh subur di tanah yang banyak mengandung bahan organik dan cukup air.1-4

2.1.2. Nama Lain Daun Sirih di Beberapa Daerah di Indonesia

Di Jawa, sirih disebut suruh, sedah, dan sere. Di Sumatra dikenal dengan nama sereh, serasa, seweh, sireh, suruh, dan canbai. Di Nusa Tenggara dikenal dengan nama sedah, nahi, mota, malu, dan mokeh. Di Kalimantan disebut juga dengan uwit, buyu, sirih, dan uruesipa. Sementara itu, di Sulawesi disebut juga dengan ganjang, baulu, komba, atau sangi. Di Maluku dikenal dengan sebutan ani-ani, kakina, amu, dan bido. Di Papua disebut dengan namuera, mera, freedor, dan dedami.2,3

2.1.3. Daun Sirih Merah (Piper crocatum)

Tanaman sirih merah (Piper crocatum) termasuk dalam famili Piperaceae. Sirih merah tumbuh merambat di pagar atau pohon. Ciri khas tanaman ini adalah berbatang bulat berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga. Daunnya bertangkai membentuk jantung dan bagian ujung daun meruncing. Permukaan daun mengkilap dan tidak merata.3


(18)

Gambar 1.1. Daun sirih merah

Sumber: www.plantamor.com/index.

Hal yang membedakannya dengan sirih lain terutama dengan sirih hijau adalah selain daunnya berwarna merah keperakan, bila daunnya disobek maka akan berlendir serta aromanya lebih wangi. Sirih merah dapat beradaptasi dengan baik di setiap jenis tanah dan tidak terlalu sulit dalam pemeliharaannya. Selama ini umumnya sirih merah tumbuh tanpa pemupukan. Selama pertumbuhannya yang paling penting adalah pengairan yang baik dan cahaya matahari yang diterima sebesar 60-75%.3

2.1.4. Klasifikasi Ilmiah Daun Sirih Merah

Klasifikasi ilmiah daun sirih merah adalah sebagai berikut:20 Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Sub kingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Super divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil) Sub kelas : Magnoliidae


(19)

6

Famili : Piperaceae (suku sirih-sirihan) Genus : Piper

Spesies : Piper crocatum Ruiz & Pav.

2.1.5. Manfaat Daun Sirih Merah

Sejak jaman dahulu tanaman sirih merah telah diketahui memiliki berbagai khasiat obat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit, disamping itu sirih merah juga memiliki nilai-nilai spiritual yang tinggi di daerah tertentu di Indonesia yaitu di keraton Yogyakarta dalam upacara adat ”ngadi saliro”. Penggunaan sirih merah dapat digunakan dalam bentuk segar, simplisia (daun kering) maupun dalam bentuk ekstrak.3

Secara empiris daun sirih merah dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti diabetes melitus, hepatitis, batu ginjal, menurunkan kolesterol, mencegah stroke, asam urat, hipertensi, prostatitis, peradangan pada mata, infeksi parasit plasmodium, keputihan, maag, nyeri sendi, antiseptik, dan memperhalus kulit.2,3,12

Daun sirih merah juga dapat digunakan untuk mengatasi biang keringat (mastocytosis) yang terjadi akibat adanya histamin yang terkumpul di dalam kulit. Daun sirih merah bersama kunyit dan sambiloto direbus dan setelah dingin air rebusan tersebut dikompreskan pada kulit yang mengalami inflamasi. Selain itu, rebusan daun sirih merah bersama lidah buaya dapat digunakan untuk mengobati pruritus ani. Daun sirih merah juga dapat digunakan untuk mengobati dermatitis, batuk, sinusitis, dan mimisan (sebagai obat luar, bukan dengan direbus).3,14

Penelitian yang menyebutkan bahwa daun sirih merah mempunyai efek dapat membunuh bakteri adalah penelitian Haryadi (2010) yang menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih merah pada konsentrasi 18% dan ekstrak daun sirih hijau pada konsentrsi 10% dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus.7 Pada penelitian lain yaitu Retno dan Dewi (2006) juga menyebutkan bahwa ekstrak daun sirih merah yang dibuat dalam sediaan gel antiseptik dapat mengurangi populasi bakteri di kulit dengan konsentrasi 15%


(20)

yang ditunjukkan dengan berkurangnya jumlah koloni pada media agar sedangkan pada konsentrasi 25% tidak ada pertumbuhan bakteri pada media agar.10

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Juliantina dkk (2010), menyebutkan bahwa ekstrak etanol daun sirih merah (Piper crocatum) pada konsentrasi 25% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif (Staphylococcus aureus) dan pada konsentrasi 6.25% dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri Gram negatif (Escherichia coli).8 Selain itu, pada penelitian Zubier (2010) menyebutkan bahwa ekstrak etanol daun sirih merah dapat mengurangi gejala keputihan fisiologis yang salah satu penyebabnya adalah bakteri Staphylococcus aureus.21

2.1.6. Kandungan Kimia Daun Sirih Merah

Tanaman memproduksi berbagai macam bahan kimia untuk tujuan tertentu yang disebut dengan metabolit sekunder. Metabolit sekunder tanaman merupakan bahan yang tidak esensial untuk kepentingan hidup tanaman tersebut, tetapi mempunyai fungsi untuk berkompetisi dengan makhluk hidup lainnya. Metabolit sekunder yang diproduksi tanaman bermacam-macam seperti alkaloid, katekin, terpenoid, isoprenoid, fenol, tanin, flavonoid, cyanogenic, glucoside, glu-cosinolate dan non protein amino acid. Alkaloid merupakan metabolit sekunder yang paling banyak diproduksi tanaman. Alkaloid adalah bahan organik yang mengandung nitrogen sebagai bagian dari sistem heterosiklik.3

Metabolit sekunder yang terdapat di dalam daun sirih merah adalah minyak atsiri, hidroksikavicol, kavicol, kavibetol, allylprokatekol, karvakrol, eugenol, p-cymene, tannin, fenole, cineole, caryofelen, kadimen estragol, terpenena, terpenoid, dan fenil propada. Karvakrol bersifat desinfektan, anti jamur, sehingga bisa digunakan untuk obat antiseptik pada bau mulut dan keputihan. Eugenol dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, sedangkan tanin dapat digunakan untuk mengobati sakit perut.3,8

Pada penelitian Reveny, julia (2011) menyebutkan bahwa pada uji fitokimia ekstrak etanol daun sirih merah yang dianalisis menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) didapatkan beberapa senyawa yang terkandung di dalamnya yaitu glikosid, terpenoid, alkaloid, tanin, dan antrakinon.9


(21)

8

2.1.7. Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus adalah sel yang berbentuk sferis Gram positif, tersusun seperti kelompok anggur yang tidak teratur. Staphylococcus aureus tumbuh dengan mudah di berbagai medium dan aktif secara metabolik, melakukan fermentasi karbohidrat dan menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih hingga kuning tua. Staphylococcus aureus merupakan flora normal kulit dan membran mukosa manusia. Staphylococcus aureus yang bersifat patogen dapat mengakibatkan hemolisis darah, mengkoagulasi plasma, dan menghasikan enzim serta toksin ekstraseluler.13,15,22

Gambar 1.2. Staphylococcus aureus

Sumber: http://www.healthhype.com/staphylococcus-aureus.html

Klasifikasi ilmiah Staphylococcus aureus:13 Divisi : Protophyta

Kelas : Schizomycetes Bangsa : Eubacteriales Suku : Micrococcaceae Marga : Staphylococcus Jenis : Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus adalah patogen utama pada manusia. Hampir semua orang pernah mengalami infeksi Staphylococcus aureus dengan derajat keparahan yang beragam, dari keracunan makanan atau infeksi kulit hingga infeksi berat yang mengancam jiwa (sepsis). Staphylococcus aureus tidak motil


(22)

dan tidak membentuk spora. Bila dipengaruhi oleh obat-obatan seperti penisilin maka sel akan lisis.13,15,22

2.1.8. Pertumbuhan Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus mudah berkembang dalam medium

bakteriologik pada lingkungan aerobik atau mikroaerofilik. Bakteri ini cepat berkembang dalam suhu 370 C namun paling baik akan berkembang pada suhu ruangan (20-250 C). Koloni Staphylococcus aureus pada medium padat berupa bulat, halus, meninggi, dan berkilau. Staphylococcus aureus sendiri biasanya membentuk koloni berwarna abu-abu hingga kuning tua kecoklatan.6,15

Staphylococcus aureus memproduksi katalase yang membedakan dengan Streptococcus. Staphylococcus aureus memfermentasikan karbohidrat secara lambat, menghasilkan asam laktat tetapi tidak menghasilkan gas. Staphylococcus aureus relatif resisten terhadap pengeringan, panas (tahan pada suhu 500 C selama 30 menit), dan natrium klorida 90% tetapi mudah dihambat oleh zat kimia tertentu seperti heksaklorofen 3%.6,15

2.1.9. Respon Tubuh terhadap Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus mengandung polisakarida antigenik dan protein serta substansi lainnya yang penting di dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan, polimer sakarida, dan subunit-subunit yang terangkai merupakan eksosklelet yang kaku pada dinding sel. Peptidoglikan dapat hancur oleh asam kuat dan lisozim.15

Pada infeksi Staphylococcus aureus petidoglikan memicu interleukin-1 (pirogen endogen) dan antiboodi opsonik oleh monosit, serta dapat menjadi kemoatraktan untuk leukosit polimorfonuklear yang memiliki aktivitas mirip endotoksin dan mengaktifkan komplemen. Asam teikoat yang merupakan polimer gliserol dan ribitol fosfat, berhubungan dengan peptidoglikan dan dapat menjadi antigenik. Antibodi anti asam teikoat yang dapat dideteksi dengan difusi jel dapat ditemukan pada pasien endokarditis aktif yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus.15

Pada Staphylococcus aureus terdapat protein A yang merupakan komponen penting pada dinding sel akan berikatan dengan Fc dari molekul IgG.


(23)

10

Pada dinding sel bakteri koagulase akan berikatan dengan fibrinogen secara nonenzimatik sehingga menyebabkan agregasi bakteri.15

2.1.10. Aktivitas Antibakteri

Senyawa antibakteri yang digunakan untuk membunuh bakteri penyebab penyakit pada manusia harus memiliki sifat toksisitas selektif, yaitu toksik untuk bakteri namun relatif tidak toksik terhadap hospes. Berdasarkan sifat ini aktivitas antibakteri dibedakan menjadi dua yaitu bakteriostatik dan bakterisid.16

Aktivitas bakteriostatik jika antibakteri tersebut berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan jika antibakteri tersebut dihilangkan maka perkembangan bakteri berjalan seperti semula.16

Sedangkan bakterisid jika antibakteri digunakan untuk membunuh bakteri serta jumlah total organisme yang dapat hidup. Daya bakterisid berbeda dengan bakteriostatik yaitu bakteri yang telah mati tidak dapat ditumbuhkan kembali meski senyawa antibakteri tersebut dihilangkan.16

2.1.11. Mekanisme kerja antibakteri a. Inhibitor Sintesis Dinding Sel

Kerusakan dinding sel pada proses pembentukannya dapat menyebabkan sel mejadi lisis. Dinding sel terdiri dari polipeptidoglikan yang merupakan kompleks mukopeptida atau glikopeptida.16

Antibakteri ini menyebabkan penghambatan pada pembentukan ikatan seberang silang. Pada konsentrasi rendah pembentukan ikatan glikosida dihambat, sehingga pembentukan dinding sel baru akan terganggu. Pada konsentrasi tinggi pembentukan seberang silang akan terganggu dan pembentukan dinding sel akan terhenti.16

b. Inhibitor Fungsi Membran Sel

Membran sel bakteri dapat dirusak oleh beberapa zat tertentu tanpa merusak sel inang. Akibat daya kerja zat ini akan terjadi kerusakan membran sel sehingga isi sel akan keluar. Antibakteri ini bekerja terhadap sel baik yang sedang tumbuh maupun yang tidak sedang tumbuh. Antibakteri ini dapat merubah tegangan permukaan sehingga akan merusak permeabilitas selektif dari membran


(24)

sel bakteri. Kerusakan membran sel akan mengakibatkan keluarnya berbagai komponen penting dalam sel yaitu protein, asam nukelat, dan lain-lain.16

c. Inhibitor Sintesis Protein Sel

Seperti pada manusia, bakteri juga memiliki ribosom sebagai alat pembentukan protein. Proses sintesis protein dapat dihambat dengan mengikat ribosom 50S bakteri sehingga tidak aktif memproduksi protein. Antibakteri tersebut bersifat bakteriostatik, pertumbuhan bakteri dimulai kembali bila antibakteri sudah hilang.16

d. Inhibitor Sintesis Asam Nukleat

Antibakteri ini akan berikatan dengan enzim polimerase-RNA sehingga akan menghambat sitesis RNA oleh enzim tersebut. Sementara asam nalidiksat bekerja dengan mengganggu sintesis DNA.16

e. Inhibitor Metabolisme Sel Bakteri

Pada mekanisme ini senyawa antibakteri menyerupai para-aminobenzoat (PABA) yang digunakan untuk sintesis asam folat. Penggunaan antibakteri ini akan menghasilkan produk asam folat yang tidak fungsional.16 2.1.12. Kriteria Daya Hambat Bakteri

Efektivitas aktivitas antibakteri didasarkan pada klasifikasi respon hambatan pertumbuhan bakteri menurut Ahn dkk (1994) sebagai berikut:23

Tabel 1.1. Klasifikasi respon hambatan pertumbuhan bakteri

Diameter zona terang Respon hambatan pertumbuhan

>20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

10-15 mm Lemah


(25)

12

2.2. Kerangka Konsep

2.3. Definisi Operasional Tabel 1.2. Definisi operasional

No Variabel Definisi operasional Pengukur Alat ukur Hasil ukur Skala pengukuran

1. Zona hambat Daerah sekeliling

kertas cakram yang tidak ditemukan adanya pertumbuhan Staphylococcus aureus Peneliti (2 orang peneliti) Penggaris dengan panjang 30 cm, dengan ketelitian 1 mm Diameter zona hambat (mm) nominal

2. Ekstrak daun

sirih merah

Ekstrak dilarutkan dengan

menggunakan Etanol 96% dan dibuat konsentrasi

Peneliti Timbangan

dan mikro pipet Konsentrasi ekstrak daun sirih merah (ppm) Ratio

3. Kontrol positif Kertas cakram berisi

antibiotik amoxicillin

Peneliti Penggaris

dengan panjang 30 cm, dengan ketelitian 1 mm Diameter zona hambat (mm) nominal

4. Kontrol

negatif

Kertas cakram kosong yang direndam dalam larutan Etanol 96%

Peneliti Penggaris

dengan panjang 30 cm, dengan ketelitian 1 mm Diameter zona hambat (mm) nominal


(26)

METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental melalui metode disc diffusion untuk melihat pengaruh ekstrak daun sirih merah terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Agustus 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.3. Bahan yang diuji

Ekstrak daun sirih merah diambil dari salah satu rumah di Ciputat yang kemudian diekstrak di Balitro, Bogor.

3.4. Sampel Penelitian

Bakteri Staphylococcus aureus yang dibiakkan dalam agar MHA dan diinkubasi dalam inkubator dengan suhu 370 C selama 1x24 jam.

3.5. Identifikasi Variabel 3.5.1. Variabel Bebas

Ekstrak daun sirih merah dengan konsentrasi 1.106, 5.106, dan 1.107 ppm

3.5.2. Variabel Terikat

Pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada medium MHA dengan berbagai diameter zona hambat yang terbentuk.

3.6. Alat dan Bahan Penelitian 3.6.1. Alat Penelitian

Laminar air flow, inkubator, autoclave, vortex, timbangan, alat ukur panjang, pengukur waktu, penggaris, alat tulis, kamera, cawan petri, ose, pinset, mikro pipet, kapas swab, spatula, blank disc, tabung reaksi, bunsen, korek api, rak tabung, alumunium foil, baki, label, dan tissue.


(27)

14

3.6.2. Bahan Penelitian

Ekstrak daun sirih merah, biakan Staphylococcus aureus, pembenihan agar MHA, kontrol positif (amoxicillin disc), kontrol negatif (Etanol 96%), NaCl steril, aquades steril, McFarland 0.5%.

3.7. Alur Penelitian

3.8. Cara Kerja Penelitian 3.8.1. Tahap Persiapan

3.8.1.1. Persiapan Alat dan Bahan

Seluruh alat dan bahan (hanya aquades dan NaCl) yang akan digunakan disterilisasi di dalam autoclave selama 30 menit dengan mengatur tekanan sebesar 15 dyne/cm3 (1 atm) dan suhu sebesar 121o C setelah sebelumnya dicuci bersih, dikeringkan dan dibungkus dengan kertas atau alumunium foil.9

Daun sirih merah dideterminasi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bogor dengan tujuan untuk memastikan kebenaran dari tanaman yang digunakan. Determinasi tanaman sirih merah dilakukan dengan cara mencocokkan ciri-ciri morfologi yang ada pada tanaman sirih merah terhadap kepustakaan dan dibuktikan di bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor.


(28)

3.8.1.2. Pembuatan stok bakteri

Pembuatan stok bakteri ini dilakukan untuk memperbanyak dan meremajakan bakteri Staphylococcus aureus dengan cara mengambil 1 ose biakan murni bakteri Staphylococcus aureus ke dalam MHA, kemudian diinkubasi pada suhu 370 C selama 24 jam di dalam inkubator.9

3.8.1.3. Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Merah

Daun sirih dicuci bersih lalu dibiarkan di udara terbuka, kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 400 C sampai kering, kemudian diremas dan dihaluskan sampai menjadi serbuk menggunakan blender. Serbuk kemudian dimaserasi dengan larutan Etanol 96% dan diambil filtratnya dengan penyaringan.

Hasil saringan diuapkan dalam rotary vacum evaporator dengan suhu 400 C. Pada akhir proses ini didapatkan ekstrak murni dengan cairan kental, berwarna coklat dengan bau khas aromatik. Ekstrak dari daun diencerkan dengan Etanol 96% sesuai dengan konsentrasi yang diharapkan.9

3.8.1.4. Pembuatan Stok Konsentrasi Ekstrak Daun Sirih Merah Stok konsentrasi ekstrak daun sirih merah yang akan divariasikan adalah mulai dari 1.106, 5.106, dan 1.107 ppm dengan cara:

1. Konsentrasi 1.106 ppm  0.2 gr ekstrak daun sirih merah + 0.2 ml Etanol 96%

2. Konsentrasi 5.106 ppm  1 gr ekstrak daun sirih merah + 0.2 ml Etanol 96%

3. Konsentrasi 1.107 ppm  1 gr ekstrak daun sirih merah + 0.1 ml Etanol 96%

Kontrol negatif menggunakan Etanol 96% dan kontrol positif menggunakan amoxicillin disc. Setelah masing-masing konsentrasi divortex dibiarkan selama 30


(29)

16

menit kemudian dituangkan dalam 4 tabung reaksi berbeda yang telah diberi kertas disk steril (1 tabung reaksi berisi 3 kertas disk kosong) yang direndam selama 30 menit atau sampai menjadi jenuh lalu pindahkan kertas disk dalam cawan petri steril sesuai variabel konsentrasi masing-masing ke perbenihan MHA kemudian diinkubasi selama 24 jam dengan suhu ± 370 C.9

3.8.2. Tahap Pengujian

Kertas cakram terlebih dahulu direndam dalam ekstrak daun sirih selama 1 jam kemudian pembuatan suspensi bakteri dengan cara mengambil 1 ose bakteri yang telah diremajakan selama 24 jam dan memasukkannya ke dalam NaCl steril. Kemudian divortex sampai homogen dan dibandingkan dengan standar McFarland 0.5. Selanjutnya mengoleskan suspensi pada permukaan media agar MHA dengan menggunakan kapas lidi steril sampai rata pada seluruh permukaan agar.9

Kertas cakram yang telah direndam dalam ekstrak daun sirih diletakkan di atas permukaan agar biakan bakteri Staphylococcus aureus di dalam Laminar Air Flow. Lalu media diinkubasi ke dalam inkubator. Inkubasi dilakukan pada suhu 370 C selama 24 jam, kemudian diukur diameter zona terang (clear zone) dengan menggunakan penggaris (milimeter).9

3.9. Pengolahan Data

Analisis data dilakukan dengan perhitungan SPSS menggunakan cara One-Way ANOVA untuk melihat apakah ada perbedaan efektifitas yang bermakna dari masing-masing konsentrasi ekstrak daun sirih merah dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Syarat menggunakan One-way ANOVA adalah distribusi data normal dan varians data sama.11

Pada penelitian ini distribusi data yang didapatkan tidak normal meski sudah dilakukan transformasi data. Varians data pada penelitian ini juga tidak


(30)

sama. Oleh karena itu, cara One-way ANOVA tidak dapat dilakukan pada penelitian ini melainkan dilakukan cara Kruskal-Wallis sebagai alternatifnya.

Jika dari hasil uji Kruskal-Wallis ternyata didapatkan bahwa ada perbedaan bermakna antar masing-masing konsentrasi maka diperlukan perhitungan multiple comparation menggunakan Post-Hoc test Mann-Whitney untuk melihat konsentrasi mana saja yang mempunyai perbedaan bermakna dengan konsentrasi lainnya.11


(31)

18 BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil

4.1.1. Ekstrak Daun Sirih Merah

Daun sirih merah (Piper crocatum) yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari salah satu rumah di Ciputat yang sering digunakan oleh masyarakat sekitar. Hasil determinasi menyebutkan bahwa tanaman yang digunakan adalah Piper cf.fragile Benth yang merupakan sinonim Piper crocatum. Daun sirih merah kemudian diekstrak oleh Laboratorium Balitro, Cimanggu, Bogor. Dari 382 gram daun sirih merah segar didapatkan ekstrak kental sebanyak 26.3 gram (Gambar 4.1 dan 4.2).

4.1.2. Efek Ekstrak Daun Sirih Merah terhadap Staphylococcus aureus

Pada konsentrasi ekstrak daun sirih merah 1.106, 5.106, dan 1.107 ppm menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan diameter zona hambat masing-masing 20.6, 19, dan 17.3 mm dengan standar deviasi 0.57, 0.00, dan 1.15. Sedangkan pada amoxicillin sebagai kontrol positif diameter zona

Gambar 4.1. Ekstrak daun sirih merah kental

Gambar 4.2. Ekstrak daun sirih merah dalam berbagai konsentrasi


(32)

hambat yang terbentuk 52.3 mm dengan standar deviasi 0.57 dan pada Etanol 96% sebagai kontrol negatif tidak terbentuk zona hambat (Gambar 4.3).

Gambar 4.3. Hambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus Dari hasil penelitian didapatkan konsentrasi ekstrak daun sirih merah terkecil yaitu 1.106 ppm menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan daya hambat terkuat. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun sirih merah semakin lemah daya hambatnya.

Gambar 4.4. Zona hambat ekstrak daun sirih merah terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus


(33)

20

Gambar 4.5. Zona hambat kontrol positif (amoxicillin)

4.1.3. Uji Kebermaknaan Konsentrasi Ekstrak Daun Sirih Merah

Data yang didapatkan dalam penelitian ini tidak memenuhi syarat untuk melakukan uji One-way ANOVA, maka digunakan uji Kruskall-Wallis dan diketahui bahwa terdapat perbedaan bermakna antar konsentrasi ekstrak daun sirih merah yang satu dengan konsentrasi lainnya maka perlu dilakukan analisis Post-Hoc test melalui uji Mann-Whitney (Tabel 4.1).

Tabel 4.1. Hasil Post-Hoc test menggunakan Mann-Whitney untuk masing-masing konsentrasi

Cakram uji Amoxicillin 1.106 ppm 5.106 ppm 1.107 ppm Etanol 96%

Amoxicillin - 31* 33* 43* 52*

1.106 ppm 31* - 2* 3* 21*

5.106 ppm 33* 2* - 1* 19*

1.107 ppm 43* 3* 1* - 18*

Etanol 96% 52* 21* 19* 18* -

Keterangan: * = p < 0.05

Berdasarkan analisis statistik Post-Hoc test melalui uji Mann-Whitney didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antar konsentrasinya dengan indeks kepercayaan 95%. Dapat dikatakan bahwa daun sirih merah efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Efek hambat ekstrak daun sirih merah terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus sangat efektif pada semua konsentrasi yang memiliki perbedaan zona hambat.


(34)

4.2. Pembahasan

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa masing-masing konsentrasi dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan kategori kuat pada konsentrasi 1.106 ppm dan kategori sedang pada konsentrasi 5.106 dan 1.107 ppm. Efek hambat tersebut dikarenakan adanya zat aktif yang terkandung dalam ekstrak daun sirih merah yaitu katekin, fenol, tanin, flavonoid, dan lain-lain yang mempunyai aktivitas bakterisida.8,9

Senyawa katekin dan tanin bekerja secara kompetitif dengan enzim glikosiltransferase dalam mereduksi sakarida sebagai bahan dasar glikosilasi. Enzim glikosiltransferase merupakan enzim yang berperan pada proses penambahan gugus gula pada protein atau lipid. Jika enzim ini dihambat maka pembentukan polisakarida bakteri juga terhambat. Efek lain sebagai antibakteri dari tanin antara lain melalui reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim, dan destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik.17,18

Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler yang mengganggu integritas membran sel bakteri. Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang diduga adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel.19,21

Daun sirih merah memiliki kandungan fenol yang tinggi. Senyawa fenol memiliki beberapa sifat, antara lain; mudah larut dalam air, mudah membentuk kompleks dengan protein dan sangat peka terhadap oksidasi enzim. Fenol bekerja merusak ikatan protein penyusun dinding sel bakteri kemudian masuk dan menginaktifkan enzim-enzim yang berperan pada proses metabolisme sel bakteri sehingga aktivitas biologis bakteri terhenti. Senyawa fenol juga dapat merusak ikatan hidrofobik komponen membran sel (seperti protein dan fosfolipid) serta larutnya komponen-komponen lain sel yang berikatan secara hidrofobik sehingga permeabilitas membran sel meningkat. Hal ini akan menyebabkan lisisnya sel bakteri.21


(35)

22

Penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak daun sirih merah dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun sirih merah maka zona hambat yang terbentuk semakin kecil dan respon hambatnya semakin lemah. Hal ini disebabkan oleh daya difusi ekstrak ke dalam media berkurang. Penurunan daya difusi disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun sirih merah maka semakin rendah kelarutannya. Hal ini dapat menjadi pertimbangan pada penggunaan ekstrak daun sirih merah sebagai obat bahwa efek terapi akan semakin menurun jika konsentrasi dinaikkan mencapai titik jenuh kelarutan. Pada penelitian Astuti (2012) menyebutkan bahwa ekstrak etanol daun sirih merah dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans pada konsentrasi 10%, 20%, 40%, 80%, dan 100% dengan metode difusi agar. Pada penelitian tersebut disebutkan bahwa pada konsentrasi tinggi daya hambatnya semakin lemah. Zona hambat yang terbentuk secara berurutan adalah 8.7, 10.7, 13.3, 12.3, dan 9.3 mm. Pada penelitian tersebut disebutkan bahwa pada konsentrasi 80% dan 100% kelarutan senyawa ekstrak daun sirih merah telah menurun.24

Efek antibakteri daun sirih merah dapat diaplikasikan dalam produk kesehatan contohnya pada pasta gigi. Sebagaimana pada penelitian Maharani (2012) didapatkan hasil bahwa pasta gigi yang mengandung ekstrak daun sirih merah memiliki efek hambat paling besar terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dibandingkan dengan pasta gigi uji lainnya.25 Varietas lain dari daun sirih yaitu sirih hijau juga telah dibuktikan memiliki efek antibakteri terhadap Staphylococcus aureus oleh Seila (2012), daun sirih hijau dengan konsentrasi 1.106, 5.106, 1.107 ppm (konsentrasi sama dengan konsentrasi pada penelitian ini) memiliki respon hambat kuat (>20 mm) dengan semakin besar konsentrasi maka semakin kuat daya hambatnya. Perbedaan respon hambat tersebut mungkin dikarenakan adanya perbedaan kandungan antara daun sirih merah dan daun sirih hijau, selain itu kualitas dari daun sirih baik merah maupun hijau juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhinya.26

Berdasarkan paparan diatas, terbukti bahwa daun sirih merah mempunyai dasar kuat untuk digunakan sebagai bahan obat alam alternatif yang mempunyai efek antibakteri.


(36)

SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan

Dari hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Ekstrak daun sirih merah dengan pelarut Etanol 96% menggunakan metode disc diffusion dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan daya hambat kuat pada konsentrasi 1.106 ppm dan sedang pada konsentrasi 5.106 dan 1.107 ppm.

2. Berdasarkan hasil uji statistik Kruskal-Wallis terdapat perbedaan yang bermakna antara zona hambat pada ekstrak daun sirih merah konsentrasi 1.106, 5.106, dan 1. 107 ppm.

3. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) maka semakin lemah daya hambatnya terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

5.2. Saran

Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan ada penelitian selanjutnya yang membuat lebih banyak konsentrasinya untuk dapat menentukan konsentrasi maksimum yang masih dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan respon hambat kuat. Selain itu dapat dicari Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) dari esktrak daun sirih merah terhadap bakteri Staphylococcus aureus.


(37)

24

DAFTAR PUSTAKA

1. Sastroamidjojo, S. Obat Asli Indonesia. Dian Rakyat: Jakarta. 1997

2. Handayani, dr. Lestari. Membedah Rahasia Ramuan Madura. Jakarta: Agromedia Pustaka. 2003

3. Mursito, Drs. Bambang. Tampil Percaya Diri Dengan Ramuan Tradisional. Jakarta: Penebar Swadaya. 2004

4. Balitro. Daun Sirih Merah Sebagai Tanaman Obat Multifungsi. http://balittro.litbang.deptan.go.id [diunduh 7 September 2012]

5. Jenie BS., Andarwulan N., Puspitasari NL., Nuraida L. Antimicrobial Activity of Piper betle Linn extract Towards Foodborne Pathogens and Food Spoilage Microorganisms. [diunduh 5 Mei 2012]. http://www.agnet.org./library/rh

6. Johnson, A.G., Zeigler, T.J. Fitgerald., O.Lukasewycz., L. Hawley. Mikrobiologi dan Imunologi. Binarupa Aksara: Jakarta. 1994

7. Haryadi., Robertus Bellarminus, Edy. Daya Antibakteri Daun Sirih (Piper Betle) dan Daun Sirih Merah (Piper Erocantum) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro Sebagai Materi Praktikum Mikrobiologi. Tesis Pendidikan Biologi Program Pacasarjana Universitas Negeri Malang. 2010

8. Juliantina, farida., Citra, dewa ayu., Nirwani, bunga., dkk. Manfaat Sirih Merah (Piper crocatum) Sebagai Agen Antibakterial Terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. 2010

9. Reveny, julia. Daya Antimikroba Ekstrak dan Fraksi Daun Sirih Merah (Piper betle Linn). Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara. 2011 10.Sari, retno., Isadiartuti, dewi. Studi Efektivitas Sediaan Gel Antiseptik

Tangan. 2006

11.Dahlan, M.Sopiyudin. Statistik untuk Kedokteran Kesehatan. Penerbit Salemba Medika: Jakarta. 2010

12.Mursito, Drs. Bambang. Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Malaria. PT.Penebar Swadaya: Jakarta. 2002


(38)

13.Quinn, P.J. Veterinary Microbiology and Microbial disease. Blackwell Publishing Company USA. 2002

14.Wijayakusuma, Prof. H.M. Hembing. Tanaman Obat Untuk Peyakit Anak. Jakarta: Pustaka Poluler Obor. 2006

15.Jawetz. E., J.L. Melnick,. E.A. Adelberg. Microbiology Untuk Profesi Kesehatan edisi XVI. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta. 1986

16.Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Farmakologi dan Terapi. FKUI: Jakarta. 2009

17.Agustin DW. Perbedaan Khasiat Bahan Irigasi antara Hidrogen Peroksida 3% dan Infusum Daun Sirih 20% terhadap Bakteri mix. Universitas Airlangga Surabaya. 2010

18.Scalbert A. Antimicrobial properties of tannins. [diunduh 5 Mei 2012]. http://grande.nal.usda.gov/ibids/index.php

19.Hermawan, anang. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle Linn) Terhadap Pertumbuhan Syatphylococcus Aureus dan Escherichia Coli Dengan Metode Difusi Disk. FKH Universitas Airlangga Surabaya. 2007 20.Plants profile, piper ornatum N.E.Br. United States Departement of

Agriculture (USDA), Natural Resources Conservation Service.[diunduh 6 September 2012]. http://plants.usda.gov/java/nameSearch

21.Zubier, Farida., dkk. Efikasi Sabun Ekstrak Sirih Merahdalam Mengurangi GejalaKeputihan Fisiologis. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010

22.Dwidjoseputro D. Dasar-DasarMikrobiologi. Djambatan: Jakarta. 1994 23.Greenwood. Antibiotics, Susceptibility (Sensitivity) Test Antimicrobial

And Chemoterapy. Mc. Graw Hill Company, USA. 1995

24.Astuti, ovi risky. Uji Daya Antifungi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) Terhadap Candida Albicans ATCC 10231 Secara In Vitro. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2012

25.Maharani. Efek Hambat Berbagai Pasta Gigi Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans. 2012 (Belum dipublikasikan)


(39)

26

26.Inayatullah, seila. Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper Betle Linn) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus.2012 (Belum dipublikasikan)


(40)

LAMPIRAN


(41)

28


(42)

(lanjutan)


(43)

30

Lampiran 2: Alat dan bahan penelitian

Biakan Staphylococcus aureus Suspensi Staphylococcus aureus

Agar MHA Konsentrasi ekstrak daun sirih merah


(44)

(lanjutan)

Cawan petri dan tabung reaksi Vortex


(45)

32

Lampiran 3: Hasil percobaan


(46)

1. Uji Normalitas Data


(47)

34


(48)

Interpretasi :

Parameter Hasil observasi Kriteria normal Kesimpulan distribusi data

Koefisien varians 80 % < 30% Tidak normal

Rasio skewness 1,6 -2 s/d 2 Normal

Rasio kurtosis 0,1 -2 s/d 2 Normal

Histogram* Miring ke kanan Simetris, tidak

miring kiri ataupun kanan, tidak terlalu tinggi ataupun rendah

Tidak normal

Box plot* Tidak simetris,

terdapat nilai outlier

Simetris, median tepat ditengah, tidak ada outlier atau nilai ekstrim

Tidak normal

Nilai Q-Q plots* Data tidak menyebar

disekitar garis

Data menyebar sekitar garis

Tidak normal

Detrended Q-Q plots* Data tidak menyebar

disekitar garis

Data menyebar sekitar garis pada niai 0

Tidak normal

Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

0,000 P > 0,05 Tidak normal

2. Transformasi Data Hasil :


(49)

36

3. Uji Normalitas dari Data yang Telah Ditransform

Interpretasi: p < 0,05 sehingga data tidak normal

4. Menentukan Varians Data

Interpretasi: varians data tidak sama (paling tidak terdapat dua kelompok yang mempunyai varians data yang berbeda yang bermakna)


(50)

5. Uji Kruskal-Wallis

Interpretasi: nilai p < 0,05, maka paling tidak terdapat perbedaan konsentrasi yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

6. Analisis Post-Hoc test menggunakan Mann-Whithey

a. Konsentrasi 1.106 ppm dengan konsentrasi 5.107 ppm

Interpretasi: p < 0,05= terdapat perbedaan yang bermakna antara konsentrasi 1.106 ppm dengan 5.107 ppm dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus


(51)

38

b. Konsentrasi 1.106 ppm dengan konsentrasi 1.107 ppm

Interpretasi: p < 0,05= terdapat perbedaan yang bermakna antara konsentrasi 1.106 ppm dengan konsentrasi 1.107 ppm dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

c. Konsentrasi 1.106 ppm dengan Amoxicillin

Interpretasi: p < 0,05= terdapat perbedaan yang bermakna antara konsentrasi 1.106 ppm dengan Amoxicillin dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus


(52)

d. Konsentrasi 1.106 ppm dengan Etanol 96%

Interpretasi: p < 0,05= terdapat perbedaan yang bermakna antara konsentrasi 1.106 ppm dengan Etanol 96% dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

e. Konsentrasi 5.106 ppm dengan konsentrasi 1.107 ppm

Interpretasi: p < 0,05= terdapat perbedaan yang bermakna antara konsentrasi 5.106 ppm dengan konsentrasi 1.107 ppm dalammenghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus


(53)

40

f. Konsentrasi 5.106 ppm dengan Amoxicillin

Interpretasi: p < 0,05= terdapat perbedaan yang bermakna antara konsentrasi 5.106 ppm dengan Amoxicillin dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

g. Konsentrasi 5.106 ppm dengan Etanol 96%

Interpretasi: p<0,05= terdapat perbedaan yang bermakna antara konsentrasi 5x106 ppm dengan Etanol 96% dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus


(54)

h. Konsentrasi 1.107 ppm dengan Amoxicillin

Interpretasi: p < 0,05= terdapat perbedaan yang bermakna antara konsentrasi 1.107 ppm dengan Amoxicillin dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

i. Konsentrasi 1.107 ppm dengan Etanol 96%

Interpretasi: p < 0,05 = terdapat perbedaan yang bermakna antara konsentrasi 1.107 ppm dengan Etanol 96% dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

j. Amoxicillin dengan Etanol 96%

Interpretasi: p < 0,05 = terdapat perbedaan yang bermakna antara Amoxicillin dengan Etanol 96% dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus


(55)

42

Nama : Atingul Ma’rifah

TTL : Banyumas, 9 April 1991

Alamat : Orimalang-Sibrama, Rt 02 Rw 07, Kemranjen, Banyumas, Jawa Tengah

Email : ari_marifah@yahoo.com

Riwayat pendidikan:

1995-1997 : TK Masyithoh 17 Orimalang, Kemranjen, Banyumas 1997-2003 : SD Negeri Sibrama 3, Kemranjen, Banyumas

2003-2006 : MTs Nahdlotut Thullab PP Al Ihya ‘Ulumaddin, Kesugihan, Cilacap

2006-2009 : MA Nahdlotut Thullab PP Al Ihya ‘Ulumaddin, Kesugihan, Cilacap

2009-sekarang : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(1)

5. Uji Kruskal-Wallis

Interpretasi: nilai p < 0,05, maka paling tidak terdapat perbedaan konsentrasi yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

6. Analisis Post-Hoc test menggunakan Mann-Whithey

a. Konsentrasi 1.106 ppm dengan konsentrasi 5.107 ppm

Interpretasi: p < 0,05= terdapat perbedaan yang bermakna antara konsentrasi 1.106 ppm dengan 5.107 ppm dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus


(2)

b. Konsentrasi 1.106 ppm dengan konsentrasi 1.107 ppm

Interpretasi: p < 0,05= terdapat perbedaan yang bermakna antara konsentrasi 1.106 ppm dengan konsentrasi 1.107 ppm dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

c. Konsentrasi 1.106 ppm dengan Amoxicillin

Interpretasi: p < 0,05= terdapat perbedaan yang bermakna antara konsentrasi 1.106 ppm dengan Amoxicillin dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus


(3)

d. Konsentrasi 1.106 ppm dengan Etanol 96%

Interpretasi: p < 0,05= terdapat perbedaan yang bermakna antara konsentrasi 1.106 ppm dengan Etanol 96% dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

e. Konsentrasi 5.106 ppm dengan konsentrasi 1.107 ppm

Interpretasi: p < 0,05= terdapat perbedaan yang bermakna antara konsentrasi 5.106 ppm dengan konsentrasi 1.107 ppm dalammenghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus


(4)

f. Konsentrasi 5.106 ppm dengan Amoxicillin

Interpretasi: p < 0,05= terdapat perbedaan yang bermakna antara konsentrasi 5.106 ppm dengan Amoxicillin dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

g. Konsentrasi 5.106 ppm dengan Etanol 96%

Interpretasi: p<0,05= terdapat perbedaan yang bermakna antara konsentrasi 5x106 ppm dengan Etanol 96% dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus


(5)

h. Konsentrasi 1.107 ppm dengan Amoxicillin

Interpretasi: p < 0,05= terdapat perbedaan yang bermakna antara konsentrasi 1.107 ppm dengan Amoxicillin dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

i. Konsentrasi 1.107 ppm dengan Etanol 96%

Interpretasi: p < 0,05 = terdapat perbedaan yang bermakna antara konsentrasi 1.107 ppm dengan Etanol 96% dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

j. Amoxicillin dengan Etanol 96%

Interpretasi: p < 0,05 = terdapat perbedaan yang bermakna antara

Amoxicillin dengan Etanol 96% dalam menghambat pertumbuhan bakteri


(6)

Nama : Atingul Ma’rifah

TTL : Banyumas, 9 April 1991

Alamat : Orimalang-Sibrama, Rt 02 Rw 07, Kemranjen, Banyumas, Jawa Tengah

Email : ari_marifah@yahoo.com

Riwayat pendidikan:

1995-1997 : TK Masyithoh 17 Orimalang, Kemranjen, Banyumas 1997-2003 : SD Negeri Sibrama 3, Kemranjen, Banyumas

2003-2006 : MTs Nahdlotut Thullab PP Al Ihya ‘Ulumaddin, Kesugihan, Cilacap

2006-2009 : MA Nahdlotut Thullab PP Al Ihya ‘Ulumaddin, Kesugihan, Cilacap

2009-sekarang : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta