Kadar Biomarker Darah Tikus Obesitas Yang Diberi Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper Crocatum).

KADAR BIOMARKER DARAH TIKUS OBESITAS YANG
DIBERI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH
(Piper crocatum)

GALIH TRIDARNA POETRA

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKIRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kadar Biomarker Darah
Tikus Obesitas yang Diberi Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum) adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Galih Tridarna Poetra
NIM G84110071

ABSTRAK
GALIH TRIDARNA POETRA. Kadar Biomarker Darah Tikus Obesitas yang Diberi
Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum). Dibimbing oleh INDA SETYAWATI dan
MEGA SAFITHRI.
Piper crocatum mengandung senyawa golongan alkaloid piperina, pipernonalina,
dan dihidropipernonalina yang memiliki aktivitas antiobesitas. Penelitian ini bertujuan
mengukur kadar biomarker dalam darah tikus obesitas yang diberikan perlakuan
pemberian ekstrak sirih merah. Biomarker yang diukur adalah glukosa, trigliserida, dan
kolesterol darah. Selain itu juga dilakukan pengukuran bobot tikus dan konsumsi pakan
tikus. Ekstrak sirih merah didapatkan dengan cara refluks dalam air mendidih
kemudian air diuapkan dengan teknik penguapan berputar. Ekstrak kemudian diberi ke
kelompok tikus Sprague Dawley jantan obesitas dengan dosis 1260 mg/kg bobot badan
dan 1890 mg/kg bobot badan selama 2 minggu. Pemberian ekstrak sirih merah pada
dosis 1260 mg/kg bobot badan mampu menurunkan bobot badan sebesar 9.35% bobot

badan. Pemberian ekstrak sirih merah pada dosis 1890 mg/kg bobot badan mampu
menurunkan bobot badan sebesar 2.67%. Pemberian ekstrak sirih merah tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kadar glukosa darah dalam penelitian ini. Akan
tetapi pemberian ekstrak sirih merah mampu menurunkan kadar kolesterol dan
trigliserida darah dalam waktu 2 minggu. Berkurangnya konsumsi pakan juga
mempengaruhi penurunan bobot badan tikus.
Kata kunci: biomarker, Piper crocatum, tikus obesitas

ABSTRACT
GALIH TRIDARNA POETRA. Biomarker Level in Obese-Rats Blood which Gavage
Orally by Red Betel (Piper crocatum) Extract. Supervised by INDA SETYAWATI and
MEGA SAFITHRI.
Piper crocatum allegedly contains alkaloids such as piperine, pipernonaline, and
dihidropipernonaline which is have anti-obesity activity. The purpose of this research
is measuring the levels of biomarkers in the blood of obese rats which is gavage orally
by Piper crocatum extract. Blood biomarkers specifically glucose, triglycerides, and
cholesterols were measured. Despite of it, weight of rats and feed consumption were
also measured. Red betel extract obtained by water reflux at 100 °C and then evaporated
with rotary-evaporator. After that diluted extracts gavage orally to male obese Sprague
Dawley rats group at a dose of 1260 mg/kg of body weight and 1890 mg/kg of body

weight for 2 weeks. Gavage of red betel extract at a dose of 1260 mg/kg body weight
shows 9.35% of weight loss. However, gavage of red betel extract at a dose of 1890
mg/kg body weight shows 2.67% of weight loss. Measurement of biomarkers showed
gavage of red betel extract no significantly affect glucose levels in the blood. However,
the results showed cholesterol and triglyceride blood levels were not decreasing after
orally gavage by red betel extract within 2 weeks. Decreasing of feed also affect to
body weight.
Key words: biomarker, obese-rats, Piper crocatum

KADAR BIOMARKER DARAH TIKUS OBESITAS YANG
DIBERI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH
(Piper crocatum)

GALIH TRIDARNA POETRA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biokimia


DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena
berkat atas rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah dapat diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini
adalah antiobesitas, dengan judul Kadar Biomarker Darah Tikus Obesitas yang
Diberi Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Inda Setyawati, STP MSi selaku
dosen pembimbing I dan Ibu Dr Mega Safithri, MSi selaku pembimbing II. Di
samping itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu dr Husnawati dan
Pamungkas Rizki Ferdian yang selalu bersama dalam penelitian ini. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta keluarga atas doa dan kasih
sayangnya. Tidak lupa terima kasih disampaikan kepada teman-teman Biokimia
angkatan 48 dan pengurus CREBs 2013/2014 yang selalu mendukung penulis

dengan baik.
Semoga karya tulis ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2015
Galih Tridarna Poetra

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
METODE
Bahan dan Alat
Prosedur
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vii
vii
vii
1
2
2
2
4
4
7
11
11
11
11
15
25


DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Bobot badan 4 kelompok tikus tiap minggu perlakuan
Jumlah konsumsi pakan tiap minggu perlakuan
Kadar glukosa darah tikus
Kadar trigliserida darah tikus
Kadar kolesterol darah tikus

4
5
6
6
7


DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram alir pembuatan ekstrak air daun sirih merah
2 Diagram alir perlakuan pemberian ekstrak air daun sirih merah terhadap
kelompok tikus Sprague-Dawley obesitas.
3 Bobot rendemen simplisia hasil pengeringan oven 50 °C selama 5 hari
4 Bobot penimbangan simplisia dalam analisis kadar air
5 Bobot rendemen ekstrak air daun sirih merah
6 Absorbansi pengukuran standar glukosa dengan teknik spektrofotometri
dengan panjang gelombang 570 nm.
7 Absorbansi pengukuran standar kadar trigliserida dengan teknik
spektrofotometri dengan panjang gelombang 574 nm.
8 Absorbansi pengukuran standar kadar kolesterol dengan teknik
spektrofotometri dengan panjang gelombang 573 nm.
9 Kurva standar pengukuran kadar glukosa teknik spektrofotometer dengan
panjang gelombang 570 nm
10 Kurva standar pengukuran kadar trigliserida teknik spektrofotometer
dengan panjang gelombang 574 nm
11 Kurva standar pengukuran kadar kolesterol teknik spektrofotometer dengan
panjang gelombang 573 nm
12 Absorbansi pengukuran kadar glukosa plasma darah dengan teknik

spektrofotometri dengan panjang gelombang 570 nm.
13 Absorbansi pengukuran kadar trigliserida plasma darah dengan teknik
spektrofotometri dengan panjang gelombang 574 nm.
14 Absorbansi pengukuran kadar kolesterol plasma darah dengan teknik
spektrofotometri dengan panjang gelombang 573 nm.
15 Bobot badan tikus pada seluruh kelompok perlakuan dan kontrol tiap
minggu
16 Konsumsi pakan pada seluruh kelompok perlakuan dan kontrol tiap hari
17 Perubahan bobot badan tikus tiap minggu setelah diberikan ekstrak sirih
merah
18 Perbandingan kadar glukosa di darah tikus kelompok perlakuan ekstrak
sirih merah terhadap kelompok kontrol
19 Perbandingan kadar trigliserida di darah tikus kelompok perlakuan ekstrak
sirih merah terhadap kelompok kontrol
20 Perbandingan kadar kolesterol di darah tikus kelompok perlakuan ekstrak
sirih merah terhadap kelompok kontrol

16
17
18

18
18
18
18
19
19
19
20
20
21
22
23
23
24
24
24
24

1


PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara dengan penderita obesitas di tingkat ke-10
sedunia (Marie et al. 2014). WHO (2014) juga mengungkapkan bahwa terdapat
4.8% penduduk Indonesia mengalami obesitas dari 247 juta jiwa penduduknya.
Obesitas merupakan suatu kondisi manusia yang memiliki cadangan lemak yang
terlampau banyak di dalam tubuhnya. Adapun WHO juga mengategorikan obesitas
jika seseorang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) / Body Mass Index (BMI) lebih
dari 30 kg/m2. Obesitas diduga terjadi karena adanya perubahan pola makan dan
gaya hidup seseorang (Haslam dan James 2005).
Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam jenis tumbuhan bahkan
jumlahnya dapat mencapai 30 000 jenis. Sekitar 7 500 jenis tanaman tersebut telah
diketahui memiliki fungsi sebagai tanaman obat (Rahmawati et al. 2012). Ekstrak
sirih merah dalam etanol merupakan salah satu tanaman obat endemik Indonesia
yang diduga dapat menurunkan tingkat obesitas seseorang berdasarkan penelitian
Rhemalia (2014). Kearifan lokal masyarakat Indonesia juga menggunakan air
rebusan daun sirih merah dalam mengurangi kadar glukosa penderita diabetes.
Berdasarkan penelitian Safithri dan Fahma (2008), air rebusan daun sirih merah
telah terbukti memiliki fungsi antihiperglikemik yang dapat menurunkan kadar
glukosa darah tikus sebesar 38%. Alfarabi et al. (2010) juga berhasil meneliti
bahwa daun sirih merah memiliki aktivitas antidiabetogenik melalui aktivitas
antioksidasi. Safithri et al. (2012) pun telah berhasil menguji toksisitas ekstrak sirih
merah dalam berbagai dosis dan terbukti bahwa ekstrak sirih merah dengan dosis
1890 mg/kg bobot badan tidak toksik pada tikus galur Sprague Dawley.
Suhermanto (2013) telah menemukan adanya kandungan metabolit sekunder
yang terkandung dalam daun sirih merah, seperti senyawa golongan flavonoid,
alkaloid, dan tanin. Kim et al. (2011) menemukan bahwa tanaman bergenus Piper
mengandung alkaloid piperina, pipernonalina, dan dehidropipernonalina yang
mampu mereduksi tingkat obesitas dengan cara meregulasikan metabolisme lipid
dan mengaktifkan protein AMP kinase yang terkandung di dalam tubuh.
Berdasarkan temuan tersebut, diduga terdapat kandungan senyawa alkaloid yang
merupakan piperina dan pipernonalina di dalam daun sirih merah (Suhermanto
2013). Hasil penelitian Suhermanto tersebut menunjukkan bahwa terdapat senyawa
bergolongan alkaloid yang memiliki bobot molekul sebesar 239.22 g/mol dan
341.25 g/mol. Senyawa tersebut merupakan senyawa alkaloid yang juga diduga
meningkatkan aktivitas protein AMP kinase dalam tikus. Protein AMP kinase yang
teraktifkan oleh kedua metabolit sekunder tersebut dapat berperan dalam
menurunkan bobot badan penderita obesitas (Kim et al. 2011). Melalui mekanisme
pengaktifan protein AMPK tersebut, ekstrak sirih merah juga diduga dapat
menurunkan kadar glukosa darah, kadar trigliserida darah, dan kadar kolesterol
darah (Nelson dan Cox 2008).
Penelitian ini bertujuan mengukur kadar biomarker pada darah tikus obesitas
galur Sprague-Dawley jantan yang telah diberi ekstrak kasar air daun sirih merah.
Adapun biomarker darah tikus obesitas yang diukur adalah kadar glukosa, kadar
kolesterol, dan kadar trigliserida setelah diberikan ekstrak daun sirih merah. Selain
kadar biomarker darah, penelitian ini juga mengukur perubahan bobot tikus obesitas
setelah diberi ekstrak air daun sirih merah merah. Penelitian ini juga dapat

2

memberikan informasi ilmiah mengenai efek pemberian ekstrak daun sirih merah
kepada penderita obesitas dan juga aplikasi daun sirih merah sebagai minuman
fungsional.

METODE
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah daun sirih merah di Kota Bogor (usia
minimal 1 bulan), tikus putih galur Sprague-Dawley jantan, pakan standar, kit
analisis glukosa BioVision, kit analisis kolesterol BioVision, kit analisis trigliserida
BioVision, kit analisis insulin Abcam®, kit analisis leptin Abcam®, dan air suling.
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan ekstrak air daun sirih merah
adalah alat refluks, pengayak 60 mesh, rotary evaporator, kertas saring, pompa
vakum, labu erlenmeyer 500 mL, gelas ukur 50 mL, oven, neraca analitik, desikator,
cawan porselen, dan pembakar teklu. Alat-alat yang digunakan untuk analisis
biomarker obesitas adalah sentrifus, spektrofotometer sinar UV-tampak Spectrostar
Nano BMG Labtech, gelas piala 100 mL, gelas ukur 50 mL, mikropipet, plat 96sumur Costar, dan neraca analitik.

Prosedur
Pengeringan Daun Sirih Merah (Suhermanto 2013)
Sampel daun sirih merah diambil secara acak. Sampel kemudian dicuci
dengan air mengalir dan ditiriskan. Sampel kemudian ditimbang bobotnya
kemudian dikeringkan selama 5 hari dalam oven 50 °C. Daun kering kemudian
dihancurkan dengan blender dan diayak pada saringan dengan ukuran 60 mesh.
Hasil pengayakan serbuk disebut sebagai simplisia.
Pengukuran Kadar Air (Suhermanto 2013)
Analisis kadar air simplisia daun sirih merah menggunakan metode SNI 012891-1992 yang dimodifikasi. Cawan porselen dikeringkan dalam oven 105 °C
selama 3 jam kemudian didinginkan di dalam desikator selama 1 jam. Setelah itu
bobot cawan porselen kosong ditimbang dengan neraca analitik (a). Ke dalam
cawan ditambahkan sampel simplisia daun sirih merah sebanyak 2.0000 – 2.5000
gram (b). Cawan yang berisi sampel kemudian dikeringkan di dalam oven 105 °C
selama 3 jam. Cawan kemudian didinginkan di dalam desikator selama 1 jam.
Bobot cawan dan sampel yang telah dikeringkan ditimbang (c). Pemanasan
dilakukan hingga mendapatkan bobot konstan. Analisis dilakukan 3 kali ulangan
untuk masing-masing simplisia sampel.
% Kadar air =

c−b
×
b−a

%

% Bobot kering =

% − % kadar air

3

Pembuatan Ekstrak Kasar Air Daun Sirih Merah (Depkes 2000)
Ektraksi daun sirih merah menggunakan metode yang dimodifikasi. Simplisia
daun sirih merah diekstraksi dengan menggunakan metode refluks. Serbuk daun
sirih merah sebanyak 100 g diekstraksi dengan 1 liter air suling selama 2 jam pada
suhu 100 °C menggunakan alat refluks. Ekstrak yang diperoleh kemudian disaring
dengan menggunakan kertas saring. Ekstraksi diulang kembali terhadap ampas
sebanyak dua kali. Filtrat hasil ekstraksi kemudian dikeringkan dengan metode
penguapan berputar hingga diperoleh serbuk ekstrak kasar air daun sirih merah.
Pemeliharaan Tikus Galur Sprague-Dawley Jantan (Safithri et al. 2012)
Tikus diadaptasi terlebih dahulu selama 2 minggu di kandang Rawat Inap
Rumah Sakit Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Tikus berjumlah 24 ekor dengan
rincian 6 ekor sebagai kontrol positif obesitas, 6 ekor sebagai kontrol negatif
obesitas, 6 ekor sebagai perlakuan sirih merah dengan konsentrasi 1260 mg
ekstrak/kg bobot badan, dan 6 ekor sebagai perlakuan sirih merah dengan
konsentrasi 1890 mg ekstrak/kg bobot badan. Pada proses adaptasi, tikus obesitas
dan tikus perlakuan sirih merah diberikan perlakuan pakan tinggi lipid hingga
memenuhi kriteria obesitas. Perlakuan dilakukan selama 2 minggu dengan
pemberian pakan standar dan minum secara rutin. Pemilihan konsentrasi ekstrak
didasarkan pada hasil penelitian Safithri et al. (2012) mengenai toksisitas ekstrak
daun sirih merah sebagai minuman fungsional antidiabetes.
Pengambilan Sampel Darah Tikus (Harlan 2008)
Tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 18 jam sebelum pengambilan darah.
Darah tikus diambil sesudah perlakuan untuk diamati biomarker obesitasnya, yaitu
glukosa, trigliserida, kolesterol, insulin, dan leptin. Tikus dibius terlebih dahulu
dengan propofol dan ketamin secara intraabdominal. Darah diambil dari bagian
jantung tikus (intracardiac) kurang lebih sebanyak 1-2 mL setiap tikus. Darah
disentrifugasi dengan kecepatan 2000 g selama 5 menit untuk mendapatkan
serumnya. Serum disimpan di dalam lemari pembeku (-20 °C) untuk proses analisis.
Pengukuran Biomarker Makromolekul (Glukosa, Trigliserida dan Kolesterol)
pada Plasma Darah Tikus (BioVision 2014)
Kit dalam kondisi beku dicairkan terlebih dahulu di suhu ruang dan dilarutkan
berdasarkan protokol yang telah disiapkan BioVision (2014). Sampel plasma darah
yang digunakan adalah sebanyak 1 µL untuk pengukuran kadar glukosa dan
kolesterol, dan 10 µL untuk pengukuran kadar trigliserida. Masing-masing sampel
dan larutan deret standar dipipet ke dalam plat dan sumur yang berbeda dan
diencerkan hingga 50 µL dengan masing-masing larutan bufer kit. Larutan sampel
dan standar kemudian direaksikan dengan 50 µL reagen kit dan diinkubasi di suhu
37 °C selama 60 menit hingga menghasilkan reaksi pembentukan kompleks warna
yang optimum. Warna yang terbentuk diukur nilai absorbansinya dengan
spektrofotometer Spectrostar Nano BMG Labtech dengan panjang gelombang 570
nm.

4

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kadar Air dan Rendemen Ekstrak Sirih Merah
Pengeringan daun sirih merah menghasilkan simplisia daun sirih merah
sebanyak 13.87%. Hasil analisis gravimetri, didapatkan persentase kadar air dalam
simplisia kering daun sirih merah adalah sebesar 5.42%. Di samping itu hasil
ekstraksi simplisia kering didapatkan rendemen 12.56% serbuk ekstrak daun sirih
merah. Nilai tersebut kemudian dikoreksi dengan hasil analisis kadar air sehingga
didapatkan rendemen ekstrak air daun sirih merah terkoreksi sebesar 13.23%.
Tabel 1 Pengukuran kadar air dan rendeman ekstrak sirih merah
Parameter
Simplisia daun sirih merah
Kadar air simplisia
Serbuk ekstrak sirih merah
Serbuk ekstrak sirih merah terkoreksi

Jumlah (%)
13.87
5.42
12.56
13.23

Bobot Badan Tikus
Minggu ke-0 perlakuan menunjukkan bahwa seluruh tikus obesitas
(kelompok kontrol obesitas, perlakuan ekstrak sirih merah A [1260 mg/kg bobot
badan], dan perlakuan ekstrak sirih merah B [1890 mg/kg bobot badan]) memiliki
bobot yang tidak berbeda nyata di minggu awal perlakuan. Hasil pengukuran juga
menunjukkan bahwa kontrol normal memiliki bobot yang jauh lebih kecil
dibandingkan kelompok tikus obesitas tersebut.
Perlakuan pemberian ekstrak sirih merah terhadap tikus kelompok obesitas A
dengan dosis 1260 mg/kg bobot badan menunjukkan adanya efek penurunan bobot
badan pada minggu ke-1. Rataan bobot tikus kelompok tersebut lebih kecil secara
nyata dibandingkan dengan kelompok kontrol obesitas, akan tetapi masih lebih
besar dibandingkan dengan kontrol normal.
340

Bobot badan (g)

330
320
310

Kontrol Normal

300

Kontrol Obesitas

290

Obesitas Sirih Merah A

280

Obesitas Sirih Merah B

270
260
0
1
2
Waktu Perlakuan (minggu ke-)

Gambar 1 Bobot badan 4 kelompok tikus tiap minggu perlakuan

5

Minggu ke-2 perlakuan menunjukkan bahwa kelompok tikus obesitas yang
diberi ekstrak sirih merah 1260 mg/kg bobot badan mengalami penurunan bobot
yang cukup signifikan mendekati normal. Kelompok tikus obesitas yang diberi
ekstrak sirih merah 1890 mg/kg bobot badan juga mengalami penurunan bobot
badan walaupun tidak secara signifikan. Bobot kelompok tersebut sedikit lebih
kecil dibandingkan dengan kelompok perlakuan obesitas (Gambar 1).
Jumlah Konsumsi Pakan Standar
Hasil pengukuran bobot pakan pada minggu ke-0 menunjukkan bahwa
kelompok kontrol normal mengonsumsi 95.89% pakan, kontrol obesitas 97.02%
pakan, obesitas perlakuan sirih merah A (1260 mg/kg bobot badan) 80.70% pakan,
dan obesitas perlakuan sirih merah B (1890 mg/kg bobot badan) 79.37% pakan.
Hasil pengukuran bobot pakan pada minggu ke-1 menunjukkan adanya
penurunan jumlah konsumsi pakan pada kelompok perlakuan. Kelompok obesitas
perlakuan sirih merah A (1260 mg/kg bobot badan) mengonsumsi 47.25% pakan
dan kelompok obesitas perlakuan sirih merah B (1890 mg/kg bobot badan)
mengonsumsi 60.82% pakan. Kelompok kontrol normal mengonsumsi 90.17%
pakan dan kontrol obesitas mengonsumsi 87.70% pakan.
Pengukuran bobot pakan pada minggu ke-2 menunjukkan adanya
peningkatan konsumsi pakan dibandingkan dengan minggu ke-0. Kelompok
kontrol normal mengonsumsi pakan sebanyak 99.11%, kelompok kontrol obesitas
mengonsumsi pakan sebanyak 97.96%, kelompok obesitas perlakuan sirih merah A
(1260 mg/kg bobot badan) 88.20% pakan, dan obesitas perlakuan sirih merah B
(1890 mg/kg bobot badan) 88.89% pakan. Jumlah konsumsi pakan tikus tiap
minggu ditunjukkan pada Gambar 2.
26.00

Berat pakan (g)

24.00
22.00
20.00

Kontrol Normal

18.00

Kontrol Obesitas

16.00

Obesitas Sirih Merah A

14.00

Obesitas Sirih Merah B

12.00
10.00
0

1
2
Waktu Perlakuan (minggu ke-)

Gambar 2 Jumlah konsumsi pakan tiap minggu perlakuan
Kadar Glukosa Darah Tikus
Kadar glukosa dalam darah berbagai kelompok perlakuan menunjukkan
kelompok perlakuan kontrol normal sebesar 38.12 mg/dL, kelompok perlakuan
ekstrak sirih merah A (1260 mg/kg bobot badan) sebesar 43.65 mg/dL, kelompok
perlakuan ekstrak sirih merah B sebesar 35.07 mg/dL, dan kelompok perlakuan
kontrol obesitas sebesar 40.38 mg/dL (Gambar 3).

6

80.00

Kadar glukosa (mg/dL)

70.00

a

a

60.00
50.00

a
a

40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
Kontrol Normal

Kontrol Obesitas

Obesitas Sirih
Merah A

Obesitas Sirih
Merah B

Kelompok Perlakuan

Gambar 3 Kadar glukosa darah tikus. Huruf-huruf di atas balok data menunjukkan
perbandingan nilai tengah kadar glukosa antarkelompok perlakuan
berdasarkan uji beda nyata Duncan pada taraf nyata 0.05.
Kadar Trigliserida Darah Tikus
Kadar trigliserida dalam darah pada berbagai kelompok menunjukkan
kelompok perlakuan kontrol normal sebesar 41.66 mg/dL, kelompok perlakuan
ekstrak sirih merah A (1260 mg/kg bobot badan) sebesar 34.72 mg/dL, kelompok
perlakuan ekstrak sirih merah B (1890 mg/kg bobot badan) sebesar 33.09 mg/dL,
dan kelompok perlakuan kontrol obesitas sebesar 54.55 mg/dL (Gambar 4).

Kadar trigliserida (mg/dL)

70.00
60.00

ab

b

50.00

a

a

Obesitas Sirih
Merah A

Obesitas Sirih
Merah B

40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
Kontrol Normal

Kontrol Obesitas

Kelompok Perlakuan

Gambar 4 Kadar trigliserida darah tikus. Huruf-huruf di atas balok data
menunjukkan perbandingan nilai tengah kadar trigliserida
antarkelompok perlakuan berdasarkan uji beda nyata Duncan pada taraf
nyata 0.05.

7

Kadar Kolesterol Darah Tikus
Kadar kolesterol dalam darah berbagai kelompok kelompok kontrol normal
sebesar 62.54 mg/dL, kelompok perlakuan ekstrak sirih merah A (1260 mg/kg
bobot badan) sebesar 74.31 mg/dL, kelompok perlakuan ekstrak sirih merah B
(1890 mg/kg bobot badan) sebesar 38.03 mg/dL, dan kelompok perlakuan kontrol
obesitas sebesar 82.05 mg/dL (Gambar 5).

Kadar Kolesterol (mg/dL)

140.00
120.00

b

100.00
80.00

ab

ab

a

60.00
40.00
20.00
0.00
Kontrol Normal

Kontrol Obesitas

Obesitas Sirih
Merah A

Obesitas Sirih
Merah B

Kelompok Perlakuan

Gambar 5 Kadar kolesterol darah tikus. Huruf-huruf di atas balok data
menunjukkan perbandingan nilai tengah kadar kolesterol
antarkelompok perlakuan berdasarkan uji beda nyata Duncan pada taraf
nyata 0.05.

Pembahasan
Kadar Air dan Rendemen Ekstrak Sirih Merah
Pengukuran kadar air yang dilakukan bertujuan mengetahui keberhasilan
pengeringan daun setelah dipanaskan, mengoreksi hasil rendeman ekstraksi, dan
mengetahui keamanan daya simpan simplisia yang telah dibuat. Proses dan metode
pengeringan dapat mempengaruhi kandungan metabolit sekunder yang dimiliki
oleh suatu simplisia (Manoi 2006). Depkes (2008) melakukan standardisasi kadar
air simplisia kering kurang dari 10%. Hal tersebut terkait dengan mutu yang
dimiliki oleh simplisia. Kandungan air yang melebihi 10% dapat menjadi media
tumbuh mikroorganisme yang baik sehingga dapat mempengaruhi kandungan
metabolit sekunder yang dimiliki oleh simplisia tersebut. Hasil pengukuran kadar
air menunjukkan nilai sebesar 5.42%. Nilai tersebut menyatakan bahwa simplisia
yang dibuat aman untuk disimpan dalam waktu yang cukup lama. Selain itu,
semakin rendah kadar air dalam simplisia juga menandakan tingginya kandungan
metabolit sekunder yang dapat terekstrak dari simplisia.
Pembuatan ekstrak sirih merah dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan
pendidihan simplisia dalam air pada suhu 100 °C sebanyak tiga kali pengulangan.
Hal tersebut dilakukan untuk memaksimalkan kandungan metabolit sekunder yang
terekstrak ke dalam air (Mawaddah 2008). Pendidihan ekstrak daun sirih merah
juga dibantu dengan proses refluks, yaitu proses pendinginan kembali uap dari

8

pelarut hasil pemanasan dengan alat pendingin tegak. Proses refluks dapat
membantu mencegah terjadinya penguapan pelarut yang berlebihan (Suhermanto
2013)
Proses refluks dengan pelarut air pada simplisia daun sirih merah telah diuji
dalam berbagai penelitian. Penelitian tersebut menunjukkan adanya kandungan
metabolit sekunder dalam ekstrak air hasil pendidihan (Safithri dan Fahma 2008;
Suhermanto 2013). Mawaddah (2008) juga mengungkapkan proses pendidihan
pada simplisia memiliki berbagai kelebihan, seperti proses yang cepat, ekstrak yang
didapatkan sempurna, dan waktu yang dibutuhkan lebih cepat. Selain itu proses
pendidihan juga memiliki kesamaan dengan teknik pembuatan obat tradisional yang
dilakukan di masyarakat umum. Akan tetapi teknik pendidihan yang dilakukan
memiliki kekurangan, yaitu adanya kandungan metabolit sekunder berantai karbon
pendek yang dapat menguap saat pendidihan (Hart et al. 2003). Ekstraksi daun sirih
merah menghasilkan serbuk ekstrak yang mudah dilarutkan kembali dengan air.
Hasil ekstrak yang didapatkan sebanyak 13.23% b/b setelah terkoreksi dengan
kadar air dalam simplisia (Tabel 1). Hasil tersebut tidak berbeda dengan hasil
penelitian Suhermanto (2013) yaitu sebesar 11.94%.
Bobot Badan Tikus
Pengukuran bobot tikus bertujuan mengetahui adanya pengaruh pemberian
ekstrak air daun sirih merah terhadap bobot badan tikus. Bobot badan tikus dapat
berubah secara signifikan karena beberapa faktor, seperti berkurangnya pakan yang
dikonsumsi tikus perhari, tingginya aktivitas tikus, tingkat stres tikus, dan/atau
adanya pengaruh perlakuan pada penelitian. Berdasarkan hipotesis sebelumnya,
berkurangnya bobot tikus akibat pengaruh perlakuan penelitian juga akan
mempengaruhi jumlah biomarker dalam tubuhnya (Harlan 2008).
Hasil pengukuran menunjukkan adanya perubahan yang cukup signifikan
pada setiap perlakuan (Gambar 1). Pengukuran bobot badan tikus menunjukkan
adanya pengaruh pada tikus kelompok perlakuan sirih merah A dan kelompok
perlakuan sirih merah B. Penggunaan kelompok normal dan kelompok obesitas
digunakan sebagai pembanding perubahan pada nilai bobot badan tikus yang
digunakan. Kelompok perlakuan sirih merah A dan B terbukti mengalami
penurunan bobot badan setelah adanya perlakuan pemberian ekstrak sirih merah
selama 2 minggu.
Castejón dan Casado (2011) mengemukakan adanya beberapa senyawa
fitokimia lain yang dapat berperan sebagai antiobesitas, seperti senyawa golongan
polifenol, terpenoid, organosulfur, dan fitosterol. Senyawa fitokimia tersebut
menurunkan bobot badan melalui beberapa mekanisme di dalam tubuh. Salah satu
mekanisme yang dipengaruhi oleh resveratrol, senyawa golongan polifenol, adalah
ekpresi spesifik gen seperti PPAR, C/EBP, SREBP-1c, FAS, LPL, dan HSL
(Baile et al. 2011). Teraktifkannya gen-gen tersebut di dalam jaringan adiposa dapat
meningkatkan lipolisis, menginduksi apoptosis, dan mereduksi lipogenesis &
proliferasi sel adiposa sehingga mampu menurunkan jumlah lipid yang
terakumulasi di dalam jaringan adiposa (Petrovski et al. 2011).
Jumlah Konsumsi Pakan Standar
Pakan standar diukur tiap minggu untuk mengetahui jumlah pakan yang
dikonsumsi oleh tikus tersebut. Bobot pakan standar tiap kelompok kemudian

9

dirata-ratakan. Hasil pengukuran bobot pakan standar menunjukkan bahwa tikus
kelompok obesitas dengan perlakuan pemberian ekstrak sirih merah memberikan
hasil penurunan bobot pakan yang signifikan. Teori tersebut dibuktikan dengan
nilai rataan bobot pakan kelompok obesitas dengan dosis pemberian 1260 mg/kg
bobot badan menunjukkan penurunan bobot pakan yang paling signifikan. Pada
dosis tersebut juga menunjukkan rataan bobot tikus yang paling rendah
dibandingkan dengan yang lain.
Hasil pengukuran juga menunjukkan bahwa penurunan bobot tikus
berkorelasi langsung dengan bobot pakan yang dikonsumsinya tiap minggu. Akan
tetapi penggunaan dosis 1890 mg/kg bobot badan menunjukkan hasil rataan bobot
pakan yang lebih kecil dibandingkan dengan dosis 1260 mg/kg (Gambar 2). Hasil
tersebut diduga dipengaruhi oleh konsentrasi leptin yang terkandung di dalam
darahnya. Tingginya kadar leptin darah mampu mengurangi konsumsi pakan
melalui mekanisme penghambatan nafsu makan (Nelson dan Cox 2008). Nafsu
makan yang dihambat juga akan menyebabkan cadangan lemak di jaringan adiposa
digunakan untuk sumber energi tubuh.
Kadar Glukosa Darah Tikus
Pengukuran glukosa darah bertujuan mengetahui adanya pengaruh yang
cukup signifikan akibat pemberian ekstrak sirih merah terhadap kadar glukosa
dalam darah. Berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Murray et al. (2012) dan
Kim et al. (2011), glukosa dalam darah akan berkurang kadarnya akibat
teraktifkannya jalur katabolisme dalam tubuh. Hasil penelitian yang diungkapkan
oleh Safithri dan Fahma (2008) mengungkapkan bahwa pada tikus diabetes yang
diberi ekstrak daun sirih merah mengalami penurunan kadar glukosa yang cukup
signifikan. Akan tetapi pada tikus non-diabetes, pemberian ekstrak kasar air daun
sirih merah tidak menunjukkan hasil yang berbeda cukup nyata (Safithri et al. 2012).
Hal tersebut menguatkan dugaan bahwa tikus obesitas yang dianalisis tidak
mengalami diabetes selama perlakuan berlangsung. Efek pemberian ekstrak daun
sirih merah pun tidak memberikan hasil yang berbeda cukup nyata (p < 5%) pada
penelitian ini (Gambar 3).
Kim et al. (2011) mengemukakan pemberian ekstrak sirih merah yang diduga
memiliki senyawa alkaloid piperina dan pipernonalina pada kelompok tikus
seharusnya dapat mengaktifkan protein AMP kinase yang selanjutnya
mengaktifkan enzim-enzim kunci pada metabolisme karbohidrat, seperti ekspresi
gen protein glukosa transporter (GLUT4) dan fosfofruktokinase-2 (PFK2).
Aktifnya kedua protein tersebut seharusnya dapat menurunkan kadar glukosa dalam
darah. Akan tetapi, hasil pengukuran kadar glukosa darah pada penelitian ini tidak
berbeda nyata antar seluruh perlakuan. Hasil pengukuran kadar glukosa dalam
darah menunjukkan hasil yang berkisar pada rentang 35.07-43.65 mg/dL untuk
seluruh kelompok tikus yang digunakan. Nilai tersebut berada di bawah rentang
standar kadar glukosa darah tikus Sprague Dawley yang dikemukakan oleh Harlan
(2010), yaitu berkisar 102.71-108.12 mg/dL.
Kadar Trigliserida Darah
Hasil pengukuran trigliserida darah menunjukkan adanya pengaruh yang
cukup signifikan setelah tikus diberi ekstrak sirih merah. Kelompok perlakuan
kontrol obesitas berbeda nyata lebih besar dibandingkan dengan kelompok

10

perlakuan normal dan perlakuan obesitas sirih merah A (1260 mg/kg bobot badan).
Bahkan kelompok perlakuan obesitas sirih merah B (1890 mg/kg bobot badan)
berbeda nyata lebih kecil dibandingkan dengan kelompok lainnya. Sesuai dengan
hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya, berkurangnya konsentrasi
trigliserida dalam darah menjadi salah salah satu indikasi teraktifkannya jalur
katabolisme melalui enzim AMPK. Teraktifkannya jalur AMP kinase dibuktikan
oleh berkurangnya kandungan trigliserida dalam darah (Murray et al. 2012).
Mengacu pada data Harlan (2010) mengenai tikus galur Sprague Dawley,
kadar trigliserida normal berkisar 51.35-76.69 mg/dL. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa hanya kelompok tikus kontrol obesitas saja yang memiliki kandungan
trigliserida darah normal. Kelompok tikus lain menunjukkan nilai yang kurang dari
kisaran kadar trigliserida normal. Tikus Sprague Dawley yang diberi ekstrak sirih
merah dosis 1890 mg/kg bobot badan menunjukkan kondisi yang amat jauh lebih
kecil dari standar normal, yaitu 33.09 mg/dL (Gambar 4). Nilai tersebut
membuktikan bahwa pemberian ekstrak sirih merah dengan dosis 1890 mg/kg
bobot badan sangat berdampak dalam penurunan kadar trigliserida dalam darah.
Pemberian ekstrak sirih merah pada dosis 1260 mg/dL menunjukkan hal yang
berbeda. Kelompok obesitas yang diberi ekstrak sirih merah pada dosis 1260 mg/dL
menunjukkan penurunan kadar trigliserida dalam darah dan tidak berbeda nyata
dengan kelompok tikus perlakuan kontrol normal pada uji beda nyata Duncan
dengan taraf nyata 5%.
Kim et al. (2011) berpendapat bahwa berkurangnya kadar trigliserida dalam
darah dipengaruhi sangat besar oleh kandungan metabolit sekunder yang terdapat
di dalam tanaman yang digunakan. Metabolit sekunder tersebut dapat mengaktifkan
beberapa protein aktivator AMPK dan PPAR-. Teraktifkannya kedua protein
tersebut akan berpengaruh terhadap pengurangan kadar trigliserida dalam darah
melalui mekanisme fosforilasi protein asetil-KoA karboksilase (ACC) dan protein
reseptor SREBP-1. Nelson dan Cox (2008) mengemukakan bahwa fosforilasi ACC
dapat menghambat pembentukan malonil KoA. Berkurangnya konsentrasi malonil
KoA dalam sel dapat mempercepat reaksi katalisis enzim karnitin
palmitoiltransferase I (CPT1); suatu enzim yang mengatalisis perpindahan asam
lemak dalam sitoplasma ke mitokondria untuk didegradasi melalui mekanisme
oksidasi beta.
Kadar Kolesterol Darah Tikus
Hasil pengukuran kadar kolesterol menunjukkan adanya perbedaan yang
cukup signifikan antarkelompok perlakuan yang telah dilakukan. Kelompok tikus
obesitas perlakuan sirih merah B (1860 mg/kg bobot badan) menunjukkan nilai
rataan yang berbeda nyata dengan ketiga kelompok lainnya pada uji beda nyata
Duncan dengan taraf nyata 5% (Gambar 5). Hasil tersebut diduga menunjukkan
adanya pengaruh yang cukup signifikan dalam penurunan kadar kolesterol darah
saat pemberian dengan konsentrasi tinggi, yaitu 1860 mg/dL.
Harlan (2008) mengemukakan bahwa kadar kolesterol normal dalam darah
tikus adalah 88.8-111.98 mg/dL. Hasil pengukuran kadar kolesterol menunjukkan
bahwa seluruh tikus yang digunakan berada pada fase hipokolesterolemia karena
kadar kolesterol darahnya yang kurang dari 88.8 mg/dL. Hasil pengukuran kadar
kolesterol juga membuktikan bahwa semakin tinggi konsentrasi dosis pemberian

11

ekstrak sirih merah terhadap tikus kelompok obesitas dapat menurunkan kadar
kolesterol menjadi jauh sangat kecil di bawah nilai normalnya.
Pengukuran kadar kolesterol darah juga bertujuan mengetahui adanya efek
inhibisi jalur metabolisme sintesis mevalonat pada jalur metabolisme kolesterol
(Nelson dan Cox 2008). Tam (2012) mengemukakan bahwa AMP kinase yang
teraktifkan dapat menghambat metabolisme sintesis mevalonat melalui fosforilasi
enzim 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A (HMG-KoA) reduktase. Terfosforilasinya enzim HMG-KoA reduktase dapat menghambat sintesis mevalonat; prekursor
penting dalam sintesis kolesterol. Hal tersebut juga menyimpulkan bahwa
teraktifkannya AMPK dapat menghambat sintesis kolesterol sehingga kadar
kolesterol darah dapat berkurang (Murray et al. 2012). Son et al. (2010) juga
membuktikan bahwa penurunan kadar kolesterol dalam serum darah dapat
dipengaruhi oleh metabolit sekunder asam ferulat dan orizanol. Kedua metabolit
sekunder tersebut terbukti menurunkan kadar kolesterol darah tikus yang diberikan
pakan tinggi lemak.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kadar glukosa darah seluruh kelompok tikus dalam penelitian ini tidak
dipengaruhi oleh pemberian ekstrak daun sirih merah. Adapun pemberian ekstrak
sirih merah terhadap tikus jantan Sprague Dawley obesitas mampu menurunkan
kadar trigliserida darah, kadar kolesterol darah, bobot badan, dan konsumsi pakan
selama 2 minggu pada dua dosis kelompok perlakuan.

Saran
Perlunya analisis marker biokimia lain, seperti insulin, leptin, dan
adiponektin untuk mengetahui jumlah hormon yang mempengaruhi konsumsi
pakan dan juga pengaruh resistensi insulin yang terjadi pada tikus obesitas.

DAFTAR PUSTAKA
Agustianti L. 2008. Potensi daun sirih merah (Piper crocatum) sebagai aktivator
enzim glukosa oksidase [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Alfarabi M, Bintang M, Suryani, Safithri M. 2010. The comparative ability of
antioxidant activity of Piper crocatum in inhibiting fatty acid oxidation and
free radical scavenging. Hayati J Biosci. 17(4):201-4.
Aronson J. 2005. Biomarkers and surrogate endpoints. British Journal Clinical
Pharmacology. 59 (5): 491–494. doi:10.1111/j.1365-2125.2005.02435.x.

12

Baile CA, Yang JY, Rayalam S, Hartzell DL, Lai CY, Andersen C. 2011. Effect of
resveratrol on fat mobilization. Ann N Y Acad Sci. 1215:40–7.
Balasubramanian R, Maruoka H, Jayasekara PS, Zhan-Guo G, Jacobson KA. AMPactivated protein kinase as regulator of P2Y6 receptor-induced insulin
secretion in mouse pancreatic -cells. Biochem pharmacology. 85(2013)991998.
Bintang M. 2010. Biokimia: Teknik Penelitian. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.
[BioVision].
2014.
Cholesterol/Cholesteryl
Ester
Quantification
Colorimetric/Fluorometric Kit. California (US): BioVision Incorporated.
[BioVision]. 2014. Glucose Colorimetric/Fluorometric Assay Kit. California (US):
BioVision Incorporated.
[BioVision]. 2014. Triglyceride Quantification Colorimetric/Fluorometric Kit.
California (US): BioVision Incorporated.
[BPPK] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI. 2014.
Panduan Risbin Iptekdok. Jakarta (ID): Kemenkes RI.
Day RA, Underwood AL. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Sopyan I, penerjemah;
Hilarius W, editor. Jakarta (ID) : Penerbit Erlangga. Terjemahan dari
Quantitative Analysis Sixth Edition.
[Depkes] Departemen Kesehatan. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak
Tumbuhan Obat. Jakarta (ID): DepKes RI.
Finucane FM, Luan J, Wareham NJ, Sharp SJ, O’Rahilly S, Balkau B, Flyvbjerg A,
Walker M, Højlund K, Nolan JJ et al. 2009. Correlation of the
leptin:adiponectin ratio with measures of insulin resistance in non-diabetic
individuals. Diabetologia. 52(11):2345-2349. doi: 10.1007/s00125-0091508-3
Fitriyani A, Winarti L, Muslichah S, Nuri. 2011. Uji anti inflamasi ekstrak metanol
daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) pada tikus putih. Majalah
Obat Tradisional. 16(1):34-42.
[GRIN] Germplasm Resources Information Network. 2009. Taxon: Piper crocatum
NE Br. –(US): United States Department of Agriculture.
[Harlan] Harlan Laboratories Inc. 2008. Sprague Dawley® Outbred Rat. [internet].
[diunduh 2015 Apr 14]. Tersedia pada: http://www.harlan.com/products_
and_services/research_models_and_services/research_models/sprague_dawl
ey_outbred_rat.hl
Hart H, Craine LE, Hart D. 2003. Kimia Organik: Suatu Kuliah Singkat. Achmadi
SS, penerjemah; Safitri A, editor. Jakarta (ID) : Penerbit Erlangga.
Terjemahan dari Organic Chemistry: A Short Course.
Haslam DW, James WP. 2005. Obesity. Lancet. 366(9492): 1197–209.
Kim KJ, Lee MS, Jo K, Hwang JK. 2011. Piperidine alkaloids from Piper
retrofractum Vahl. protect against high-fat diet-induced obesity by regulating
lipid metabolism and activating AMP-activated protein kinase. Biochem
Biophys Res Commun. 411(1):219-25. doi: 10.1016/j.bbrc.2011.06.153.

13

Lim CT, Kola B, Korbonits M. 2010. AMPK as a mediator of hormonal signalling.
J Mol Endocrinol. 44:87-97.
Manoi F. 2006. Pengaruh pengeringan terhadap mutu simplisia sambiloto. Bul Litro.
17(1):1-5.
Marie NG, Gakidou E, Fleming T, Robinson M, Thomson B, Graetz N, Margono
C, Mullany EC, Biryukov S, Abbafati C, et al. 2014. Global, regional, and
national prevalence of overweight and obesity in children and adults during
1980-2013: a systemic analysis for the global burden of disease study in 2013.
The Lancet. 384(9945):766-81. doi:10.1016/S0140-6736(14)60460-8.
Mawaddah R. 2008. Kajian hasil riset potensi antimikroba alami dan aplikasinya
dalam bahan pangan di pusat informasi teknologi pertanian fateta IPB
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Murray RK, Bender DA, Botham KM, Kennelly PJ, Rodwell VW, Weil PA. 2012.
Biokimia Harper Ed 29. Manurung LR, Mandera LI, penerjemah; Soeharsono
R, Sandra F, Ong HO, editor. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Terjemahan dari Harper’s Illustrated Biochemistry 29th Ed.
Murphy K. 2012. Janeway’s Immunobiology 8th ed. New York (US): Garland
Science.
Nelson DL, Cox MM. 2008. Lehninger: Principles of Biochemistry 5th ed. New
York (US) : WH Freeman and Company.
Petrovski G, Gurusamy N, Das DK. 2011. Resveratrol in cardiovascular health and
disease. Ann N Y Acad Sci. 1215:22-33.
Rahmawati U, Suryani E, Mukhlason A. 2012. Pengembangan repository
pengetahuan berbasis ontologi (ontology-driven knowledge repository) untuk
tanaman obat Indonesia. J Teknik Pomtis. 1(1):1-6.
Rhemalia CF. 2014. Pengaruh ekstrak etanol daun sirih merah (Piper crocatum
Linn.) terhadap penurunan bobot badan tikus putih jantan. [skripsi]. Surabaya
(ID) : Universitas Katolik Widya Mandala
Russo GL, Russo M, Ungaro P. 2013. AMP-activated protein kinase: a target for
old drugs against diabetes and cancer. Biochem Pharmacol. 86(3):339-50.
Safithri M, Fahma F. 2008. Potency of Piper crocatum decoction as an
antyhiperglycemia in rat strain Sparague dawley. Hayati J Biosci. 15(1):4548.
Safithri M, Yasni S, Bintang M, Ranti AS. 2012. Toxicity study of antidiabetic
functional drink of Piper crocatum and Cinnamomum burmannii. Hayati J
Biosci. 19(1): 31-36.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1992. SNI 01-2891-1992. Cara Uji Makanan
dan Minuman. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.
Son MJ, Rico CW, Nam SH, Kang MY. Influence of oryzanol and ferulic acid on
the lipid metabolism and antioxidative status in high fat-fed mice. J Clin
Biochem Nutr. 46(2010):150-6.

14

Suhermanto. 2013. Profil flavonoid, tanin, dan alkaloid dari ekstrak daun sirih
merah (Piper crocatum) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Tam SS. 2012. The role of AMPK in bone and cholesterol metabolism [disertasi].
Melbourne (AU): The University of Melbourne.
Wicaksono BD, Ayupriyanti Y, Handoko, Arung ET, Kusuma IW, Yulia D,
Pancaputra AN, Sandra F. 2009. Antipoliferative effect of methanol extract
of Piper crocatum Ruiz & Pav leaves on human breast (T47D) cells in-vitro.
Trop J Pharm Res. 8(4): 345-352.
Woods A, Dickerson K, Heath R, Hong SP, Momcilovic M, Johnstone SR. 2005.
Ca2+/ calmodulin-dependent protein kinase kinase-beta acts upstream of
AMP-activated protein kinase in mammalian cells. Cell Metab. 2:21-33.

15

LAMPIRAN

16

Lampiran 1 Diagram alir pembuatan ekstrak air daun sirih merah
Daun sirih merah
Dibersihkan, dirajang, dan
dikeringkan dalam oven 50 °C
selama 5 hari
Daun kering
Dihaluskan dengan
blender

Simplisia

100 g simplisia
Direfluks selama 2 jam
suhu 100 °C, disaring,
dan filtrat (ampas)
dididihkan kembali (2x
pengulangan)

2 g simplisia
Dikeringkan
dalam oven
105 °C selama
3 jam,
dilakukan 3x

Simplisia kering
Ekstrak air
Dikeringkan dengan alat
rotary evaporator

Serbuk ekstrak air
daun sirih merah

Disimpan dalam
desikator,
ditimbang
kembali

Kadar air

17

Lampiran 2 Diagram alir perlakuan pemberian ekstrak air daun sirih merah
terhadap kelompok tikus Sprague-Dawley obesitas.
24 Tikus Sprague Dawley (normal dan obesitas)
Umur 10 minggu

Diadaptasi selama 2 minggu pada kondisi suhu
konstan, dengan siklus gelap / terang selama 12
jam dan diberi pakan standar dan air bersih

6 tikus kontrol
normal Sprague
Dawley

6 tikus kontrol
obesitas Sprague
Dawley

12 tikus
obesitas
Sprague

6 tikus
kelompok
A

Diberi ekstrak
daun sirih merah
1260 mg/kg bb
selama 2 minggu

6 tikus
kelompok
B

Diberi ekstrak
daun sirih merah
1890 mg/kg bb
selama 2 minggu

Diberi pakan standar dan air minum
selama 2 minggu, ditimbang tiap
minggu, diambil sampel darah
intracardiac (di akhir perlakuan)

24 sampel darah tikus; 6 kontrol
normal, 6 kontrol obesitas, 6
kelompok A, 6 kelompok B
Disentrifugasi
2000 g 5 menit

24 serum darah tikus; 6 kontrol
normal, 6 kontrol obesitas, 6
kelompok A, 6 kelompok B
Diukur

Kadar
glukosa

Total
kolesterol

Total
trigliserida

18

Lampiran 3 Bobot rendemen simplisia hasil pengeringan oven 50 °C selama 5 hari
No
1
2
3

Keterangan
Bobot daun basah
Bobot simplisia
Rendemen ekstrak

Nilai
1 543 g
214 g
13.87%

Lampiran 4 Bobot penimbangan simplisia dalam analisis kadar air
Ulangan

Bobot
Cawan
Kosong
(g)

Simplo
Duplo
Triplo

39.3955
42.8602
43.8594

Bobot
Cawan
+
Sampel
(g)
41.3908
45.0128
45.9057

Bobot
Pemanasan
1 (g)

Bobot
Pemanasan
2 (g)

41.2829
44.8995
45.7920

41.2829
44.8992
45.7916

Bobot
Air
yang
Hilang
(g)
0.1079
0.1136
0.1141

Bobot
Sampel
(g)

Kadar
Air
(%)

Rerata
(%)

1.9953
2.1526
2.0463

5.41
5.28
5.58

5.42

Lampiran 5 Bobot rendemen ekstrak air daun sirih merah
No
1
2
3
4

Keterangan
Bobot simplisia yang diekstrak
Bobot ekstrak
Rendemen ekstrak
Rendemen ekstrak terkoreksi

Nilai
100.40 g
12.56 g
12.51%
13.23%

Lampiran 6 Absorbansi pengukuran standar glukosa dengan
spektrofotometri dengan panjang gelombang 570 nm.
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Standar
Standar 1 (0.00 nmol/µL)
Standar 2 (1.00 nmol/µL)
Standar 3 (2.00 nmol/µL)
Standar 4 (3.00 nmol/µL)
Standar 5 (4.00 nmol/µL)
Standar 6 (5.00 nmol/µL)
Standar 7 (6.00 nmol/µL)
Standar 8 (7.00 nmol/µL)
Intersep standar
:
Slope standar
:
2
Koefisien determinasi (R ) :

Absorbansi rata-rata
0.275
0.856
1.493
2.108
2.687
3.403
3.950
4.445
0.003083
0.60678
99.88%

teknik

Absorbansi terkoreksi
0.000
0.581
1.218
1.833
2.412
3.128
3.675
4.170

Lampiran 7 Absorbansi pengukuran standar kadar trigliserida dengan teknik
spektrofotometri dengan panjang gelombang 574 nm.
No
1
2
3
4
5
6

Standar
Standar 1 (0.00 nmol/sumur)
Standar 2 (2.00 nmol/sumur)
Standar 3 (4.00 nmol/sumur)
Standar 4 (6.00 nmol/sumur)
Standar 5 (8.00 nmol/sumur)
Standar 6 (10.00 nmol/sumur)
Intersep standar
:
Slope standar
:
Koefisien determinasi (R2) :

Absorbansi rata-rata
0.273
0.463
0.787
1.202
1.307
1.489
0.002024
0.128979
97.16%

Absorbansi terkoreksi
0.000
0.190
0.514
0.929
1.034
1.216

19

Lampiran 8 Absorbansi pengukuran standar kadar kolesterol dengan teknik
spektrofotometri dengan panjang gelombang 573 nm.
No
1
2
3
4
5
6

Standar
Standar 1 (0.00 µg/sumur)
Standar 2 (1.00 µg/sumur)
Standar 3 (2.00 µg/sumur)
Standar 4 (3.00 µg/sumur)
Standar 5 (4.00 µg/sumur)
Standar 6 (5.00 µg/sumur)
Intersep standar
:
Slope standar
:
Koefisien determinasi (R2) :

Absorbansi rata-rata
0.450
0.892
1.517
2.112
2.569
3.153
-0.035381
0.546886
99.79%

Absorbansi terkoreksi
0.000
0.442
1.067
1.662
2.119
2.703

Lampiran 9 Kurva standar pengukuran kadar glukosa teknik spektrofotometer
dengan panjang gelombang 570 nm
4.500
y = 0.6068x + 0.0031
R² = 0.9989

4.000

Absorbansi

3.500
3.000
2.500
2.000
1.500
1.000
0.500
0.000
0.000

1.000

2.000

3.000 4.000 5.000 6.000
Konsentrasi (nmol/μL)

7.000

8.000

Lampiran 10 Kurva standar pengukuran kadar trigliserida teknik spektrofotometer
dengan panjang gelombang 574 nm
1.400
y = 0.129x + 0.002
R² = 0.9716

1.200
Absorbansi

1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
0.00

2.00

4.00
6.00
8.00
Konsentrasi (nmol/sumur)

10.00

12.00

20

Lampiran 11 Kurva standar pengukuran kadar kolesterol teknik spektrofotometer
dengan panjang gelombang 573 nm
3.000
y = 0.5469x - 0.0354
R² = 0.998

2.500

Absorbansi

2.000
1.500
1.000
0.500
0.000
0.000
-0.500

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

Konsentrasi (µg/sumur)

Lampiran 12 Absorbansi pengukuran kadar glukosa plasma darah dengan teknik
spektrofotometri dengan panjang gelombang 570 nm.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Sampel

Absorbansi terkoreksi

Normal 1a
Normal 1b
Normal 2a
Normal 2b
Normal 3a
Normal 3b
Normal 4a
Normal 4b
Normal 5
Kontrol Obesitas 1a
Kontrol Obesitas 1b
Kontrol Obesitas 2a
Kontrol Obesitas 2b
Kontrol Obesitas 3a
Kontrol Obesitas 4a
Kontrol Obesitas 4b
Kontrol Obesitas 5a
Kontrol Obesitas 5b
Sirih Merah A 1
Sirih Merah A 2a
Sirih Merah A 2b
Sirih Merah A 3
Sirih Merah B 1a
Sirih Merah B 1b
Sirih Merah B 2a
Sirih Merah B 2b
Sirih Merah B 3a
Sirih Merah B 3b

1.679
1.300
2.255
1.321
0.362
1.855
0.078
0.808
0.768
0.187
0.027
2.779
0.372
0.219
1.147
0.714
1.729
1.446
1.799
2.433
1.243
0.422
0.316
0.975
1.118
3.833
1.023
1.625

Konsentrasi dalam darah
(mg/dL)
49.701
38.458
66.788
39.096
10.632
54.937
2.208
23.863
22.691
5.441
0.709
82.347
10.929
6.405
33.919
21.089
51.199
42.804
53.276
72.083
36.767
12.427
9.268
28.832
33.074
113.614
30.256
48.099

Contoh perhitungan kadar glukosa darah :
=(

Absorbansi − intersep nmol
)
× Vsa
slope
μL

pe

μL ×

mg
mmol
×
×
mmol
×
nmol

×

dL

μL

21

=(

=

.

− .
.

.

mg/dL

)

nmol
× μL ×
μL

mg
×
mmol

mmol
×
×
nmol

×

dL

μL

Lampiran 13 Absorbansi pengukuran kadar trigliserida plasma darah dengan teknik
spektrofotometri dengan panjang gelombang 574 nm.
No

Sampel

Absorbansi

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

Normal 1a
Normal 1b
Normal 2a
Normal 2b
Normal 3a
Normal 3b
Normal 4a
Normal 4b
Normal 5
Obesitas 1a
Obesitas 1b
Obesitas 2a
Obesitas 2b
Obesitas 3
Obesitas 4a
Obesitas 4b
Obesitas 5a
Obesitas 5b
Sirih Merah A 1
Sirih Merah A 2a
Sirih Merah A 2b
Sirih Merah A 3
Sirih Merah B 1a
Sirih Merah B 1b
Sirih Merah B 2a
Sirih Merah B 2b
Sirih Merah B 3a
Sirih Merah B 3b
Blangko perlakuan

2.006
2.499
0.731
0.606
1.200
0.558
1.296
0.958
0.668
1.131
0.692
0.903
0.665
0.981
1.100
0.838
1.212
1.259
0.760
0.993
0.660
0.822
0.648
0.650
0.647
1.058
1.069
0.922
0.303

Absorbansi
terkoreksi
1.733
2.226
0.458
0.333
0.927
0.285
1.023
0.685
0.395
0.858
0.419
0.630
0.392
0.708
0.827
0.565
0.939
0.986
0.487
0.720
0.387
0.549
0.375
0.377
0.374
0.785
0.796
0.649
0.030

Konsentrasi dalam darah (mg/dL)
116.91
150.75
29.38
20.80
61.58
17.51
68.17
44.96
25.06
56.84
26.70
41.19
24.85
46.54
54.71
36.73
62.40
65.63
31.37
47.37
24.51
35.63
23.68
23.82
23.61
51.83
52.58
42.49
-

Contoh perhitungan kadar trigliserida darah :
Absorbansi − intersep
=(
) nmol ×
slope
Vsa

=(
=

.

.

.

− .
mg
dL

) nmol ×

μL

×

pe

μL

×

mg
×
. mmol

mmol
×
μL
×
×
nmol
dL

mg
mmol
×
×
. mmol
×
nmol

Kadar trigliserida darah terkoreksi:
= Kadar trigliserida terukur − Kadar trigliserida blangko perlakuan
mg
mg
mg
− .
=
.
=
.
dL
dL
dL

×

dL

μL

22

Lampiran 14 Absorbansi pengukuran kadar kolesterol plasma darah dengan teknik
spektrofotometri dengan panjang gelombang 573 nm.
No

Sampel

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Normal 1a
Normal 1b
Normal 2a
Normal 2b
Normal 3a
Normal 3b
Normal 4a
Normal 4b
Normal 5
Obesitas 1a
Obesitas 1b
Obesitas 2a
Obesitas 2b
Obesitas 3
Obesitas 4a
Obesitas 4b
Obesitas 5a
Obesitas 5b
Sirih Merah A 1
Sirih Merah A 2a
Sirih Merah A 2b
Sirih Merah A 3
Sirih Merah B 1a
Sirih Merah B 1b
Sirih Merah B 2a
Sirih Merah B 2b
Sirih Merah B 3a
Sirih Merah B 3b

Absorbansi
0.786
0.875
1.077
0.934
0.790
0.947
0.717
0.759
0.613
1.070
1.089
0.514
0.751
0.727
0.883
0.537
0.660
0.489
1.295
0.528
0.962
0.499
0.601
0.567
0.721
0.533
0.826