Penggunaan Campuran Trichoderma Harzianum Dengan Berbagai Pupuk Kandang Untuk Menekan Akar Gada (Plasmodiophora Brassicae Wor.) Pada Tanaman Pakcoy

PENGGUNAAN CAMPURAN Trichoderma harzianum DENGAN
BERBAGAI PUPUK KANDANG UNTUK MENEKAN AKAR
GADA (Plasmodiophora brassicae Wor.) PADA TANAMAN
PAKCOY

JAYANG ARUMANSYAH

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Penggunaan
Campuran Trichoderma harzianum dengan Berbagai Pupuk Kandang untuk
Menekan Akar Gada (Plasmodiophora brassicae Wor.) pada Tanaman Pakcoy”
adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015
Jayang Arumansyah
NIM A34100088

ABSTRAK
JAYANG ARUMANSYAH. Penggunaan Campuran Trichoderma harzianum
dengan Berbagai Pupuk Kandang untuk Menekan Akar Gada (Plasmodiophora
brassicae Wor.) pada Tanaman Pakcoy. Dibimbing oleh TITIEK SITI YULIANI.
Penyakit akar gada merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman
kubis-kubisan yang disebabkan oleh cendawan Plasmodiophora brassicae Wor.
Cendawan tersebut merupakan patogen tular tanah dan dapat bertahan sangat lama
di dalam tanah meskipun tidak terdapat pada tumbuhan inang di sekitar tanah
terinfestasi. Penelitian bertujuan untuk membandingkan berbagai dosis T.
harzianum dengan pupuk kandang untuk menekan penyakit akar gada pada

tanaman pakcoy. Berbagai upaya pengendalian telah banyak dilaporkan untuk
mengurangi serangan P. brassicae, salah satunya ialah dengan memanfaatkan
mikroorganisme antagonis Trichoderma harzianum. Pada dosis T. harzianum 12.5
g dalam pupuk kandang ayam, domba, dan sapi efektif dalam menekan penyakit
akar gada tanaman pakcoy. Namun, penambahan T. harzianum pada pupuk
kandang ayam lebih baik dalam meningkatkan bobot segar tanaman dibandingkan
pupuk kandang domba dan sapi. Populasi cendawan dan bakteri lebih tinggi
terdapat pada pupuk kandang ayam serta keragaman cendawan antagonis tertinggi
terdapat pada pupuk kandang domba.
Kata kunci: antagonis, in vivo, pakcoy, tular tanah.

ABSTRACT
JAYANG ARUMANSYAH. Utilization of Trichoderma harzianum with Various
Manure to Suppress Club Root (Plasmodiophora brassicae Wor.) on Pakchoy
Plant. Supervised by TITIEK SITI YULIANI.
Club root disease is one of the important disease on cabbage plant caused by
Plasmodiophora brassicae Wor. P. brassicae as one of species from group of
protists is a soil-borne pathogen and has survivability in the soil for years when
there is no host plant. This research aims to evaluate the potential uses of T.
harzianum-manure combination in various doses to suppress club root disease on

pakchoy plant. Various kinds strategies had been applied by farmers in controlling
P. brassicae, such as utilization of Trichoderma harzianum as antagonistic
microbes. The studies have shown that formulation of 12.5 gram T. harzianum
combined with chicken manure, sheep manure, and cow manure have suppressed
club root disease in pakchoy plant compared to that of control, and the use of T.
harzianum on chicken manure has found as the highest in increasing plant fresh
weight than its combination with sheep manure and cow manure. Chicken manure
has a number of fungal and bacterial populations highest, and their highest
diversity is found in the sheep manure.
Keywords: antagonist, in vivo, pakchoy, soil borne.

©

Hak Cipta milik IPB, tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

PENGGUNAAN CAMPURAN Trichoderma harzianum DENGAN
BERBAGAI PUPUK KANDANG UNTUK MENEKAN AKAR
GADA (Plasmodiophora brassicae Wor.) PADA TANAMAN
PAKCOY

JAYANG ARUMANSYAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2015

PRAKATA
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Penggunaan Campuran Trichoderma
harzianum dengan Berbagai Pupuk Kandang untuk Menekan Akar Gada
(Plasmodiophora brassicae Wor.) pada Tanaman Pakcoy”. Penulisan skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian di Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir.
Titiek Siti Yuliani, SU selaku dosen pembimbing skripsi dan akademik yang telah
membimbing atau memberikan masukan, arahan, saran, dan motivasi. Ayah, ibu,
adik, serta keluarga lainnya yang selalu mendoakan dan memberi dukungan dalam
belajar, seluruh civitas akademik Departemen Proteksi Tanaman IPB yang telah
turut membantu dalam penulisan usulan tugas akhir ini, teman-teman Proteksi
Tanaman yang juga turut serta memerikan dukungan dan semangat kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan bagi penulis

agar dapat menuliskan skripsi yang lebih baik untuk ke depannya Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khusunya serta bagi pembaca pada
umumnya.
Bogor, Januari 2015
Jayang Arumansyah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Manfaat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Alat dan Bahan
Metode Penelitian
Penyiapan Lahan
Penyediaan Isolat Trichoderma harzianum

Penanaman
Isolasi Mikroba Pupuk Kandang
Pengujian in Vivo
Peubah yang Diamati
Identifikasi Penyakit Plasmodiophora brassicae
Rancangan Percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolasi Trichoderma dan Identifikasi Penyakit P. brassicae
Pengujian in Vivo
Hubungan Unsur Hara dengan Keparahan Penyakit Akar Gada
Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Segar
Isolasi Mikroba pada Pupuk Kandang
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

viii

viii
viii
1
1
2
2
3
3
3
3
3
3
4
4
5
6
6
6
7
7

7
10
10
11
15
15
15
16
19
22

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6


Kombinasi perlakuan pada media tumbuh
Kejadian penyakit akar gada pada tanaman pakcoy
Keparahan penyakit akar gada pada tanaman pakcoy
Komposisi kimia beberapa pupuk kandang (% total)
Pengaruh perlakuan terhadap bobot segar tanaman pakcoy
Jenis cendawan hasil isolasi pada beberapa macam pupuk kandang

5
8
9
10
11
12

DAFTAR GAMBAR
1 Denah petak percobaan. Keterangan 1: ulangan satu; 2: ulangan dua; 3:
ulangan tiga
2 Koloni T. harzianum pada media PDA (a); konidia dan percabangan hifa
T. harzianum (b) dengan perbesaran 20 x 10
3 Akar terserang Plasmodiophora brassicae pada tanaman pakcoy (a); sista

P. brassicae (b) dengan perbesaran 20 x 10
4 Gejala akar gada di lapangan. Perbandingan tanaman pakcoy yang
terserang P. brassicae (a) dengan tanaman sehat (b)
5 Jumlah koloni Cendawan dan Bakteri pada tiap pupuk kandang. PKA:
pupuk kandang ayam; PKD: pupuk kandang domba; PKS: pupuk
kandang sapi
6 Beberapa cendawan yang ditemukan pada pupuk kandang. (a) dan (d)
makoskopis dan mikroskopis A. niger; (b) dan (e) makroskopis dan
mikroskopis A. brevipes; (c) dan (f) makroskopis dan mikroskopis A.
flavus; (g) dan (j) makroskopis dan mikroskopis P. resticulosum; (h) dan
(k) makroskopis dan mikroskopis P. nigricans; (i) dan (l) makroskopis
dan mikroskopis Trichoderma spp. dengan perbesaran 40 x 10

4
7
7
8

12

13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisis ragam kejadian penyakit akar gada pada 8 mst
2 Hasil analisis ragam keparahan penyakit akar gada pada 8 mst
3 Hasil analisis ragam bobot segar tanaman pakcoy

21
21
21

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang
termasuk dalam keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan
telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di China Selatan dan China
Pusat serta Taiwan. Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan masih
sefamili dengan Chinese vegetable. Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas di
Filipina, Malaysia, Indonesia dan Thailand (Siemonsma dan Piluek 1994). Pakcoy
(Brassica rapa L.) kaya vitamin, mineral, protein, dan kandungan vitamin A,
vitamin B, vitamin C, karbohidrat serta serat berperan penting bagi kesehatan
manusia (Depkes RI 1979). Tanaman pakcoy merupakan salah satu sayuran
penting di Asia atau khususnya di China.
Produksi komoditas kubis-kubisan masih dapat ditingkatkan apabila
permasalahan pada usahatani komoditas tersebut dapat dikurangi, seperti cara
budidaya yang baik dan benar serta pengelolaan organisme pengganggu tanaman
(OPT) yang tepat sasaran, sehingga kehilangan hasil dapat ditekan. Salah satu
OPT yang menjadi masalah utama pada tanaman kubis-kubisan adalah
Plasmodiophora brassicae Wor. yang menimbulkan penyakit berupa bintil-bintil
yang bersatu menjadi bengkakan memanjang yang mirip dengan batang (gada),
sehingga dinamakan penyakit akar gada (Semangun 2000). Patogen tersebut
tergolong dalam kingdom Protozoa, filum Plasmodiophoromycota, kelas
Plasmodiophoromycetes, dan ordo Plasmodiophorales. Sampai saat ini penyakit
akar gada masih sulit diatasi karena tingginya daya tahan spora rehat P. brassicae
di dalam tanah. Spora rehat yang terlepas dari serpihan-serpihan akar yang
terinfeksi menyebabkan peningkatan inokulum pada areal yang ditanami secara
berulang-ulang dengan kelompok Brassica spp. P. brassicae dapat menyebar
melalui aliran air permukaan (Stakman dan Harrar 1957), tanah, air, angin, bibit,
dan benih (Agrios 2005), alat pertanian dan butiran tanah yang terbawa hasil
panen, serta diduga dapat terbawa melalui pupuk kandang karena P. brassicae
pada sisa-sisa tanaman kubis yang dimakan oleh ternak dapat bertahan di dalam
pencernaan ternak (Walker 1957).
P. brassicae merupakan endoparasit obligat dan hanya dapat berkembang
pada inang yang terbatas. Jika tanah telah terinfeksi P. brassicae maka patogen
tersebut akan terus menjadi faktor pembatas dalam budidaya tanaman famili
Brassicaceae, karena daya tahannya yang tinggi terhadap perubahan lingkungan
dan pestisida dalam tanah. Sifatnya yang endoparasit obligat ini sering
menimbulkan kesulitan dalam mempelajari aspek-aspek ekologi patogen sehingga
beberapa informasi tentang patogen ini belum terpecahkan (Alexopoulos et al.
1996). Intensitas serangan akar gada di Indonesia yang diakibatkan oleh patogen
ini pada tanaman caisin di Cipanas, Jawa Barat mencapai 19.83-89.91% (Djatnika
1989), sedangkan pada tanaman kubis sekitar 88.60% (Widodo dan Suheri 1995).
Akar gada (P. brassicae Wor.) menyebabkan kerusakan yang parah pada
tanaman rentan tumbuh pada tanah yang terifeksi. Hal ini disebabkan patogen
yang menginfeksi tanah ini tetap menjadi saprofit pada tanah sehingga kubiskubisan kurang cocok lagi untuk dibudidayakan di tempat tersebut dan merupakan
patogen tular tanah yang sangat penting dan dapat menyebabkan penyakit akar

2
gada pada tanaman kubis-kubisan. Penyakit ini juga sering disebut penyakit akar
pekuk atau penyakit akar bengkak (Agrios 2005). Penyakit akar gada dapat
bertahan selama 10 tahun atau lebih meskipun tidak terdapat tumbuhan inang di
sekitar lahan yang terinfeksi, sehingga diperlukan penanggulangan yang tepat.
Berbagai pengendalian termasuk penggunaan pestisida sintetik telah
dilakukan oleh petani untuk mengatasi masalah penyakit akar gada tersebut
namun sampai saat ini tidak memberikan hasil yang memuaskan. Selain itu,
penggunaan pestisida yang berlebihan dapat memberikan ancaman terhadap
keseimbangan ekosistem dan kesehatan manusia serta dapat meningkatkan biaya
produksi. Salah satu pengendalian yang lebih ramah lingkungan dan sangat
berpotensi dalam menekan perkembangan P. brassicae adalah cendawan
antagonis Trichoderma spp.
Trichoderma spp. merupakan cendawan antagonis yang banyak terdapat di
tanah dan digunakan untuk mengendalikan patogen tanah. Kemampuannya untuk
menjadi parasit cendawan lain (Agrios 2005). Patogen yang dapat dikendalikan
oleh Trichoderma spp. adalah Pythium, Phytophthora, Fusarium, Rhizoctonia,
Sclerotium, dan Verticillium (Nederhoff 2001; Agrios 2005; Arya dan Perello
2010). Agens antagonis Trichodema spp. berpotensi untuk mengendalikan
penyakit akar gada yang disebabkan oleh P. brassicae (Ismail dan Tenrirawe
2011). Penggunaan Trichoderma spp. dapat menurunkan serangan P. brassicae
sekitar 25%, sedangkan pemberian bahan organik hasil dekomposisi kotoran
hewan ternak bersama Trichoderma spp. dalam media tanam kubis dapat
menurunkan serangan P. brassicae sebesar 51% (Legowo 2000).
Peranan pupuk organik seperti kotoran hewan dapat menambah zat atau
unsur hara dalam tanah. Tanah yang miskin ataupun kurang subur memiliki
kandungan unsur hara yang kurang mencukupi bagi pertumbuhan, sehingga
pemberian pupuk terutama pupuk yang bersifat organik secara langsung akan
mampu menambah unsur hara yang kurang memadai tersebut serta memberikan
tambahan unsur hara baru yang belum ada. Kendala yang dihadapi dalam aplikasi
pupuk organik seperti kotoran hewan terutama yang belum terdekomposisi dengan
baik akan memberikan pengaruh negatif terhadap tanaman yang dibudidayakan
serta dapat mengakibatkan jumlah mikroba dalam tanah menjadi sedikit. Selain
itu, pupuk organik yang sudah terdekomposisi dengan baik dapat memperbaiki
sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, sifat biologi tanah dan meningkatkan aktivitas
mikroba yang ada di dalam tanah termasuk cendawan antagonis (Sutanto 2002).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan berbagai dosis T. harzianum
dengan pupuk kandang untuk menekan penyakit akar gada pada tanaman pakcoy.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai
perbandingan dosis T. harzianum dengan pupuk kandang untuk menekan P.
brassicae yang tepat.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikologi, Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pengujian in vivo
dilakukan di Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa
Barat pada bulan Januari 2014 hingga Juni 2014.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kored, plastik, label, cawan
petri, labu erlenmeyer, mikropipet, jarum ose, alat injeksi, tabung reaksi, laminar
air flow, mikroskop cahaya, mikroskop stereo, dan buku kunci identifikasi. Bahan
yang digunakan adalah sampel tanah yang berasal dari rizosfer tanaman pakchoy
terserang Plasmodiophora brassicae dan sehat, tiga macam pupuk kandang yaitu
pupuk kotoran ayam, kotoran sapi, dan kotoran kambing, media Martin Agar
(MA), media Potato Dextrose Agar (PDA), Yeast Casamino Acids
Extract and Dextrose Agar (YCED), media Nutrient Agar (NA),
chloramphenicol, streptomysine, alkohol 70%, NaOCl.
Metode Penelitian
Penyiapan Lahan
Pernyiapan lahan dalam penelitian ini yaitu pada saat penyemaian dan
pindah tanam dengan menggemburkan tanah yang akan menjadi media
penanaman pakcoy. Lahan yang akan digunakan untuk persemaian dibuat sebuah
bedengan yang nanti akan menjadi media tanam pakcoy, bedengan yang akan
dibuat harus berupa bedengan dengan lebar 1 meter, panjang menyesuaikan
dengan panjangnya lahan. Di antara sela bedengan buat sebuah saluran air atau
drainase yang memiliki lebar kurang lebih 50 cm untuk kelancaran air agar tidak
menggenangi bedengan saat musim hujan. Setelah bedengan selesai dibuat maka
ratakan bagian permukaan bedengan, kemudian berikan perlakuannya. Dalam
penelitian ini dilakukan 14 perlakuan yaitu perlakuan kombinasi Trichoderma
12.5 g/kg pupuk kandang ayam (TPA3), Trichoderma 25 g/kg pupuk kandang
ayam (TPA2), Trichoderma 37.5 g/kg pupuk kandang ayam (TPA1), Trichoderma
12.5 g/kg pupuk kandang domba (TPD3), Trichoderma 25 g/kg pupuk kandang
domba (TPD2), Trichoderma 37.5 g/kg pupuk kandang domba (TPD1),
Trichoderma 12.5 g/kg pupuk kandang sapi (TPS3), Trichoderma 25 g/kg pupuk
kandang sapi (TPS2), Trichoderma 37.5 g/kg pupuk kandang sapi (TPS1), pupuk
kandang ayam (PA), pupuk kandang domba (PD), pupuk kandang sapi (PS),
pestisida kimia antracol 70% (PK), dan kontrol (K).
Penyediaan Isolat Trichoderma harzianum
Isolat T. harzianum diperoleh dengan mengambil 10 g tanah dari
pertanaman pakcoy sehat yang berasal dari Cipanas, Jawa Barat ke dalam 90 ml
air destilata steril. Suspensi kemudian dihomogenkan menggunakan shaker (150
rpm selama 30 menit). Setelah itu dilakukan pengenceran berseri hingga
pengenceran 10-5, sebanyak 0.1 ml suspensi dari masing-masing pengenceran 10-3

4
hingga 10-5 dituang ke media PDA. Isolat yang didapat pada cawan petri
kemudian dimurnikan (Isniah 2012). Namun isolat T. harzianum yang digunakan
dalam percobaan ini berasal dari petani di Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas.
Isolat T. harzianum yang didapat dari petani diidentifikasi dan diperbanyak
dengan media jagung yang sudah disterilkan.
Penanaman
Persiapan lahan pada saat pindah tanam sama seperti lahan saat awal tanam
namun pada lahan ini dibuat bedengan dengan ukuran 1 m2. Jarak antara bedengan
satu dengan bedengan lain 30 cm dan lahan yang digunakan terdapat 42 petak
dalam satu lahan (Gambar 1). Media tanam bedengan adalah tanah yang halus dan
gembur dicampur sesuai dengan perlakuan yang dilakukan. Bibit yan telah
berumur 4 minggu di persemaian, dipilih yang sehat dan besar, kemudian ditanam
pada lahan yang sudah dipersiapkan. Tanah yang sudah dibuat bedengan
ditambahkan 14 perlakuan tersebut. Masing-masing perlakuan dilakukan
sebanyak tiga kali ulangan.
PS3

PA3

PD3

TPS23

PD2

PA2

PD1

TPD33

TPS22

TPD13

TPA23

PK3

TPD23

TPA13

PS2

TPD32

TPD12

TPS33

TPS13

K3

TPA33

TPA12

TPS21

TPS12

PA1

TPA32

TPD11

K2

PK2

K1

TPA22

TPD22

TPA11

TPS32

TPS11

TPD21

PK1

PS1

TPD31

TPA31

TPS31

TPA21

Gambar 1 Denah petak percobaan. Keterangan 1: ulangan satu; 2: ulangan dua; 3:
ulangan tiga
Isolasi Mikroba Pupuk Kandang
Isolasi mikroba pupuk kandang dilakukan dengan teknik pengenceran dan
pencawanan. Sebanyak 10 g pupuk kandang disuspensikan ke dalam labu
Erlenmeyer berisi 90 ml air destilata, kemudian suspensi dihomogenkan
menggunakan shaker (150 rpm selama 2 jam). Pengenceran dilakukan hingga 10-7

5
dengan mengambil 1 ml suspensi dimasukan ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml
air destilata. Penyebaran suspensi pada cawan petri menggunakan metode tuang
(pour plate count) yaitu dengan menuang media steril dengan suhu 45 oC – 50 oC
di atas 1 ml suspensi pada pengenceran serial 10-4 – 10-7 (bakteri), 10-2 – 10-5
(cendawan), dan 10-3 – 10-6 (aktinomiset) yang sudah dimasukkan ke dalam
cawan steril. Setelah itu, cawan petri digoyang berputar dengan tangan di atas
meja, lalu didinginkan agar media menjadi padat atau beku. Media steril yang
digunakan antara lain Nutrient Agar (NA) untuk menumbuhkan bakteri, Martin
Agar (MA) untuk menumbuhkan cendawan, dan Yeast Casamino Acids
Extract and Dextrose Agar (YCED) untuk menumbuhkan aktinomiset. Cawan
petri diinkubasi pada posisi terbalik selama 1-2 hari (bakteri), 5-7 hari
(cendawan), dan 10-12 hari (aktinomiset) pada suhu 25 oC. Parameter yang
diamati adalah keragaman populasi mikroba (Saraswati 2007).
Tiap koloni yang tumbuh dikelompokkan berdasarkan bentuk dan warna
koloni, kemudian dimurnikan. Hasil pemurnian selanjutnya diidentifikasi dengan
bantuan kunci identifikasi Watanabe (2002) untuk cendawan, sedangkan untuk
bakteri dilakukan karakterisasi isolat bakteri dengan melihat beberapa parameter.
Parameter yang diamati adalah bentuk, pinggiran, elevasi, dan warna koloni.
Pengujian in vivo
Perlakuan dilakukan pada media kombinasi Trichoderma harzianum dan
pupuk kandang dengan perbandingan 1:400 (100 g T. harzianum per 40 kg pupuk
kandang). Kombinasi perlakuan tertera pada tabel 1. Pengujian dilakukan pada
petakan-petakan lahan seluas 1 m2. Inokulasi patogen Plasmodiophora brassicae
pada lahan percobaan tidak dilakukan karena lahan yang digunakan sudah
endemik P. brassicae. Pengujian dilakukan dengan 3 ulangan. Pengamatan
dilakukan pada 1 minggu hingga 8 minggu setelah tanam. Perlakuan diberikan
sebanyak dua kali yaitu pada waktu persemaian dan 4 minggu setelah tanam.

Percobaan
TPA1
TPA2
TPA3
TPD1
TPD2
TPD3
TPS1
TPS2
TPS3
PA
PD
PS
PK
K

Tabel 1 Kombinasi perlakuan pada media tumbuh
Perlakuan
Trichoderma 37.5 g + Pupuk kandang ayam 1 kg
Trichoderma 25 g + Pupuk kandang ayam 1 kg
Trichoderma 12.5 g + Pupuk kandang ayam 1 kg
Trichoderma 37.5 g + Pupuk kandang domba 1 kg
Trichoderma 25 g + Pupuk kandang domba 1 kg
Trichoderma 12.5 g + Pupuk kandang domba 1 kg
Trichoderma 37.5 g + Pupuk kandang sapi 1 kg
Trichoderma 25 g + Pupuk kandang sapi 1 kg
Trichoderma 12.5 g + Pupuk kandang sapi 1 kg
Pupuk kandang ayam 1 kg
Pupuk kandang domba 1 kg
Pupuk kandang sapi 1 kg
Pelakuan petani (pestisida kimia antracol 70%)
Tanah tanpa perlakuan

6
Peubah yang diamati
Kejadian Penyakit = n/N x 100%
Keterangan :
n
: Tanaman yang terserang penyakit
N : Tanaman yang ditanam
Keparahan Penyakit = (∑ [(ni.vi)])/(N.Z) ×100%
Keterangan :
KP
ni
vi
Z
N

: Keparahan penyakit
: tanaman contoh ke-i
: skor/skala penyakit tanaman contoh ke-i
: skor/skala tertinggi yang ditetapkan
: jumlah tanaman yang diamati

Skala Skor penyakit akar gada (Datnoff et al. 1987)
0 = tidak ada serangan
1 = 0 –35%
pembengkakan terjadi pada akar sekunder
2 = >35 –70 % pembengkakan terjadi pada akar utama
3 = >70 –100% pembengkakan terjadi pada akar utama maupun
akar sekunder
Identifikasi Penyakit Plasmodiophora brassicae
Akar pada tanaman pakcoy yang terserang oleh Plasmodiophora brassicae
di lahan percobaan dibawa, kemudian diidentifikasi di Laboratorium Mikologi
dengan menggunakan mikroskop.
Rancangan Percobaan
Perlakuan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL).
Terdapat 14 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali
sehingga terdapat 42 unit perlakuan. Data yang diperoleh dianalisis dengan
Microsoft Office Excel 2013 dan dianalisis sidik ragam menggunakan program
Statistical Program for Social Science (SPSS) for Windows versi 16.0. Perlakuan
yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan uji Duncan dengan taraf nyata α = 5%
(Mattjik dan Sumertajaya 2006).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Isolasi Trichoderma dan Identifikasi Penyakit P. brassicae
Isolat Trichoderma yang diperoleh dari tanah tanaman pakcoy sehat,
teridentifikasi sebagai sumber antagonis yaitu Trichoderma harzianum. T.
harzianum dapat memproduksi enzim litik dan antibiotik antifungal yang tinggi,
memiliki hifa bersepta, berdinding licin, berukuran 1.5-12 µm, percabangan hifa
membentuk sudut siku-siku pada cabang utama (Rifai 1969). Morfologi dari
cendawan antagonis ini mempunyai konidiofor yang tegak, sendiri-sendiri atau
berkelompok menjadi satu berkas, hialin, bersekat, phialid berbentuk lonjong,
satu-satu atau mengelompok, konidia hilain atau hijau muda, tidak bersekat
(Gambar 2).

a
b
Gambar 2 Koloni T. harzianum pada media PDA; (a) konidia dan percabangan
hifa T. harzianum (b) dengan perbesaran 20 x 10
Penyakit akar gada yang menjadi sumber patogen berasal dari akar tanaman
pakcoy yang bergejala abnormal atau pembengkakan yang berkembang menjadi
distorsi besar atau seperti gada. Identifikasi dilakukan pada akar yang bergejala
bengkak seperti gada ditemukan patogen Plasmodiophora brassicae (Gambar 3).
Secara mikroskopis patogen mempunyai sista berbentuk lonjong atau bulat.
Sporangiumnya berbentuk bulat atau agak lonjong berdiameter 6-6.5 µm. Selain
itu, sistanya berduri atau berambut pendek (Agrios 2005).

b
a
Gambar 3 Akar terserang Plasmodiophora brassicae pada tanaman pakcoy; (a)
sista P. brassicae (b) dengan perbesaran 20 x 10
Pengujian in vivo
Gejala yang ditimbulkan patogen P. brassicae pada tanaman pakcoy yaitu di
atas permukaan tanah daun tampak layu pada siang hari dan kering, kemudian
pulih kembali pada malam hari, serta kelihatan normal dan segar pada pagi hari.
Jika penyakit ini berkembang terus daun-daun menjadi kuning, tanaman tampak
kerdil, serta di bagian akar terjadi pembengkakan akar mirip dengan batang (gada)
sehingga mengganggu fungsi pengangkutan air dan hara dari dalam tanah.
Terkadang gejala tidak tampak pada tanaman pakcoy yang terserang akar gada.
Patogen ini menginfeksi tanaman melalui akar dengan penetrasi secara langsung
atau melalui luka. Pembengkakan pada jaringan akar dapat mengganggu fungsi

8
akar seperti translokasi zat hara dan air dari dalam tanah ke daun. Keadaan ini
mengakibatkan tanaman layu, kerdil, kering, dan akhirnya mati (Kementan 2010).

a
b
Gambar 4 Gejala akar gada di lapangan. Perbandingan tanaman pakcoy yang
terserang P. brassicae (a) dengan tanaman sehat (b)
Penyakit akar gada P. brassicae akan memburuk dengan meningkatnya
kelembaban tanah dan suhu tanah naik di atas 20 oC. Kondisi ideal untuk infeksi
penyakit akar gada pada tanah asam (pH kurang dari 7), tanah basah, suhu hangat
(20-25 oC) dan tanaman inang rentan (Agrios 2005).
Uji in vivo dilakukan terhadap pertanaman pakcoy dengan 14 perlakuan
terlihat pada tabel 1. Tabel 2 menunjukkan persentase kejadian penyakit akar gada
pada tanaman pakcoy minggu ke-8 saat panen. Pada tabel tersebut terlihat tidak
berbeda nyata dengan kontrol, baik perlakuan kombinasi Trichoderma dengan
pupuk kandang, pupuk kandang tanpa Trichoderma, dan perlakuan kimia. Pada
perlakuan TPA2, TPA3, TPD1, TPD3, TPS3, PA, PS, dan PK memiliki kejadian
penyakit 0% atau tidak terserang penyakit akar gada, sedangkan perlakuan TPA1,
TPS1, PD, dan K memiliki kejadian penyakit 2.08%. Ini berbeda dengan kejadian
penyakit akar gada pada perlakuan TPS2 yang lebih tinggi dibandingkan
perlakuan lainnya yaitu sebesar 4.17%.
Tabel 2 Kejadian penyakit akar gada pada tanaman pakcoy
Perlakuan
Trichoderma 37.5 g + pupuk ayam (TPA1)
Trichoderma 25 g + pupuk ayam (TPA2)
Trichoderma 12.5 g + pupuk ayam (TPA3)
Trichoderma 37.5 g + pupuk domba (TPD1)
Trichoderma 25 g + pupuk domba (TPD2)
Trichoderma 12.5 g + pupuk domba (TPD3)
Trichoderma 37.5 g + pupuk sapi (TPS1)
Trichoderma 25 g + pupuk sapi (TPS2)
Trichoderma 12.5 g + pupuk sapi (TPS3)
Pupuk ayam (PA)
Pupuk domba (PD)
Pupuk sapi (PS)
Pestisida kimia antracol 70% (PK)
Kontrol (K)
1

Kejadian penyakit (%)1
2.08a
0.00a
0.00a
0.00a
2.08a
0.00a
2.08a
4.17a
0.00a
0.00a
2.08a
0.00a
0.00a
2.08a

Angka-angka yang sama pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji selang berganda Duncan pada taraf nyata 5%; M8: Pengamatan minggu ke-8

9
Pada tabel 3 menunjukkan keparahan penyakit pada tanaman pakcoy yang
beda nyata pada perlakuan TPS2 dengan perlakuan lainnya kecuali pada
perlakuan TPD2 dan K. Perlakuan TPD2 maupun K memiliki persentase masingmasing 11.11% dan 13.89%, ini tidak memberikan hasil beda nyata dengan
perlakuan TPS2. Tingkat keparahan penyakit yang paling tinggi yaitu kombinasi
antara Trichoderma 25 g/kg pupuk kandang sapi (TPS2) sebesar 29.86%. Jika
dilihat tabel 3 pada perlakuan kombinasi Trichoderma dengan dosis terendah 12.5
g/kg pupuk kandang ayam (TPA3), Trichoderma dengan dosis 12.5 g/kg pupuk
kandang domba (TPD3), dan Trichoderma dengan dosis 12.5 g/kg pupuk kandang
sapi (TPS3) memiliki keparahan penyakit akar gada 0%. Ini berbeda dengan
perlakuan kombinasi Trichoderma dengan dosis lebih tinggi lainnya yaitu TPA1,
TPD2, TPS1, dan TPS2 masing-masing memiliki persentase keparahan penyakit
berturut-turut 6.25%, 11.11%, 5.56%, dan 29.86%. Penambahan dosis T.
harzianum dalam percobaan ini tidak berpengaruh atau tidak efisien dalam
mengendalikan penyakit akar gada pada tanaman pakcoy. Hasil ini terlihat dari
persentase keparahan penyakit akar gada yang tidak berbeda nyata dengan
kontrol, namun persentase keparahan penyakit pada kontrol lebih tinggi
dibandingkan perlakuan lainnya kecuali perlakuan TPS2.
Tabel 3 Keparahan penyakit akar gada pada tanaman pakcoy
Perlakuan
Trichoderma 37.5 g + pupuk ayam (TPA1)
Trichoderma 25 g + pupuk ayam (TPA2)
Trichoderma 12.5 g + pupuk ayam (TPA3)
Trichoderma 37.5 g + pupuk domba (TPD1)
Trichoderma 25 g + pupuk domba (TPD2)
Trichoderma 12.5 g + pupuk domba (TPD3)
Trichoderma 37.5 g + pupuk sapi (TPS1)
Trichoderma 25 g + pupuk sapi (TPS2)
Trichoderma 12.5 g + pupuk sapi (TPS3)
Pupuk ayam (PA)
Pupuk domba (PD)
Pupuk sapi (PS)
Pestisida kimia (PK)
Kontrol (K)

Keparahan penyakit (%)1
6.25a
0.00a
0.00a
0.00a
11.11ab
0.00a
5.56a
29.86b
0.00a
0.00a
4.17a
0.00a
0.00a
13.89ab

1

Angka-angka yang sama pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji selang berganda Duncan pada taraf nyata 5%; M8: Pengamatan minggu ke-8

Ketidakefektifan penambahan dosis T. harzianum dalam percobaan ini
diduga jumlah T. harzianum terlalu sedikit yaitu 12.5 g. Menurut Alfizar et al.
(2011) pemberian T. harzianum ke dalam tanah sebagai antagonis mampu
menekan perkembangan patogen, bahkan mencegah patogen masuk ke dalam
akar. Cendawan ini merupakan cendawan saprofit yang hidup di tanah yang
bersifat antagonistik terhadap cendawan patogenik tumbuhan. Selain itu, diduga
jumlah mikroba yang ada di pupuk kandang tersebut sedikit sehingga
mempengaruhi aktifitas mikroba di dalam tanah atau jumlah mikroba yang ada di
dalam pupuk kandang banyak namun sudah ada spora P. brassicae yang berasal

10
dari kotoran ternak. Walker (1957) menyatakan bahwa penyebaran penyakit ini
diduga karena penggunaan pupuk kandang P. brassicae yang terbawa sisa-sisa
tanaman kubis yang dimakan ternak dapat bertahan di dalam pencernaan ternak.
Keasaman atau pH dalam tumpukan pupuk kandang juga mempengaruhi aktivitas
mikroba. Kisaran pH yang baik sekitar 6.5-7.5.
Hubungan Unsur Hara dengan Keparahan Penyakit Akar Gada
Unsur hara makro dan mikro sangat dibutuhkan tanaman untuk
pertumbuhan, perkembangan, dan pembentukan ketahanan tanaman terhadap
penyakit serta meningkatkan keragaman mikroba tanah. Unsur hara makro yaitu
terdapat senyawa Nitrogen (N), Phospor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca),
Magnesium (Mg), dan Sulfur (S). Masing-masing senyawa mempunyai peran atau
fungsi yang berbeda bagi tanaman. Salah satu fungsi unsur hara makro K dan Ca
adalah membantu meningkatkan ketahanan tanaman terhadap suatu penyakit di
dalam tanah (Sutedjo 2002). Pada tabel 4 terlihat bahwa kandungan K dan Ca
tertinggi terdapat pada pupuk kandang domba selanjutnya sapi dan ayam masingmasing sebesar 3.0% dan 5.0%. Kandungan K dan Ca yang lebih tinggi pada
pupuk kandang domba menyebabkan persentase keparahan penyakit akar gada
pada tanaman pakcoy dengan perlakuan PD tinggi yaitu sebesar 4.17%
dibandingkan perlakuan PA dan PS masing-masing sebesar 0.00% dan 0.00%,
namun pada kontrol lebih tinggi sebesar 13.89%. Perlakuan yang menggunakan
kombinasi Trichoderma dengan pupuk kandang ayam memiliki persentase
keparahan penyakit yang lebih rendah dibandingkan perlakuan Trichoderma
dengan pupuk kandang domba, Trichoderma dengan pupuk kandang sapi, dan
kontrol. Penambahan Trichoderma 12.5 g pada pupuk kandang ayam, pupuk
kandang domba, dan pupuk kandang sapi memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap keparahan penyakit akar gada pada tanaman pakcoy, serta pupuk
kandang ayam dan pupuk kandang sapi yang tanpa menggunakan Trichoderma
menunjukkan perbedaan dengan kontrol.
Tabel 4 Komposisi kimia beberapa pupuk kandang (% total)
Menggunakan
Tanpa
Trichoderma pada dosis
Jenis
N
P
K Ca Mg
S
Trichoder
(%)
pupuk1
ma (%)2
37.5
25
12.5
Ayam
5.0 3.0 1.5 4.0 1.0 0.5
0.00a
6.25a
0.00a
0.00a
Domba 2.0 1.5 3.0 5.0 2.0 1.5
4.17a
0.00a 11.11ab
0.00a
Sapi
2.0 1.5 2.0 4.0 1.0 0.5
0.00a
5.56a
29.86b
0.00a
Kontrol 13.89ab 13.89ab 13.89ab 13.89ab
1

Sumber: Karama et al. (1991); 2Angka-angka yang sama pada kolom yang sama diikuti oleh
huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang berganda Duncan pada taraf nyata 5%

Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Segar
Pengamatan sifat agronomis tanaman pakcoy yaitu bobot segar tanaman.
Bobot segar tanaman pakcoy diukur untuk mengetahui pengaruh penambahan
bahan organik terhadap bobot segar tanaman. Pada tabel 5 terlihat bahwa bobot
segar tanaman pakcoy pada perlakuan TPA1, TPA3, TPD1, TPD2, TPD3, TPS1,
TPS2, TPS3, PD, PS, dan PK tidak berbeda nyata dengan control. Perbedaan yang

11
nyata terdapat pada perlakuan TPA2 dan PA dengan TPD3 dan kontrol dimana
bobot segar pada perlakuan PA tertinggi dibandingkan kontrol yaitu sebesar 1.51
kg. Total kandungan N pada pupuk ayam, pupuk sapi, dan pupuk domba (Tabel 4)
berturut-turut 5.0%, 2.0%, dan 2.0%. Kandungan N yang lebih tinggi pada pupuk
ayam menyebabkan pertumbuhan pada perlakuan Trichoderma dengan
penambahan pupuk ayam lebih baik dibandingkan penggunaan pupuk kandang
lainnya. Hal ini terlihat pada perlakuan TPA2 dan PA yang memiliki bobot segar
tinggi meskipun berdasarkan uji statistik kedua perlakuan tersebut tidak berbeda
nyata dengan perlakuan lainnya kecuali pada perlakuan TPD3 dan kontrol. Ratarata bobot segar tanaman pakcoy pada perlakuan TPA2 dan PA masing-masing
yaitu 1.45 kg dan 1.51 kg.
Tabel 5 Pengaruh perlakuan terhadap bobot segar tanaman pakcoy
Perlakuan
Bobot segar (kg/16 tanaman)1
Trichoderma 37.5 g + pupuk ayam (TPA1)
1.31ab
Trichoderma 25 g + pupuk ayam (TPA2)
1.45b
Trichoderma 12.5 g + pupuk ayam (TPA3)
1.37ab
Trichoderma 37.5 g + pupuk domba (TPD1)
1.21ab
Trichoderma 25 g + pupuk domba (TPD2)
1.29ab
Trichoderma 12.5 g + pupuk domba (TPD3)
1.00a
Trichoderma 37.5 g + pupuk sapi (TPS1)
1.15ab
Trichoderma 25 g + pupuk sapi (TPS2)
1.29ab
Trichoderma 12.5 g + pupuk sapi (TPS3)
1.12ab
Pupuk ayam (PA)
1.51b
Pupuk domba (PD)
1.36ab
Pupuk sapi (PS)
1.17ab
Pestisida kimia antracol 70% (PK)
1.44b
Kontrol (K)
0.95a
1

Angka-angka yang sama pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji selang berganda Duncan pada taraf nyata 5%; M8: Pengamatan minggu ke-8

Penambahan Trichoderma dalam tanah yaitu sebagai antagonis patogen
tanaman. Selain itu, membantu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Pemberiaan biofungisida T. harzianum dosis 40 g dapat meningkatkan
berat buah pada tomat serta meningkatkan kandungan vitamin C (Herlina 2009).
Cook dan Baker (1983) menyatakan keberhasilan mekanisme ini terjadi karena
cendawan antagonis mampu menghasilkan senyawa antifungi. Zat yang dihasilkan
dapat masuk ke dalam tanaman inang dan membentuk suatu penghalang bagi
masuknya cendawan patogen. T. harzianum membentuk koloni pada sistem
perakaran, meningkatkan dan menyehatkan massa perakaran serta menunjang
peningkatan hasil panen.
Isolasi Mikroba pada Pupuk Kandang
Isolasi mikroba pada pupuk kandang yang digunakan dalam percobaan ini
terdapat dua macam golongan mikroba yaitu cendawan dan bakteri. Terlihat pada
Gambar 5 bahwa rata-rata populasi mikroba pupuk kandang ayam baik cendawan
maupun bakteri masing-masing yaitu 140 koloni dan 71 koloni. Pada pupuk
kandang domba dan sapi ditemukan populasi mikroba cendawan yang sedikit

12
yaitu 5 koloni berbeda dengan populasi yang ada di pupuk kandang ayam.
Namun, pada pupuk kandang domba dan sapi tersebut ditemukan populasi bakteri
yang lebih banyak dibandingkan cendawan masing-masing yaitu 39 koloni dan 52
koloni.

Gambar 5 Jumlah koloni cendawan dan bakteri pada tiap pupuk kandang. PKA:
pupuk kandang ayam; PKD: pupuk kandang domba; PKS: pupuk
kandang sapi
Jumlah mikroba dalam suatu bahan organik dipengaruhi kandungan unsur
hara bahan organik atau dengan memanipulasi lingkungan organik tersebut. Unsur
hara Nitrogen berfungsi meningkatkan perkembangbiak mikroba dalam tanah.
Penambahan bahan organik dapat merangsang pertumbuhan dan meningkatkan
aktivitas mikroba tanah (Baker dan Cook 1983) dan dapat mengurangi aktivitas
saprofitik dari patogen. Total kandungan N di dalam pupuk kandang ayam, pupuk
kandang domba, dan pupuk kandang sapi (Tabel 4) berturut-turut 5.0%, 2.0%, dan
2.0%. Total kandungan N pada pupuk kandang ayam lebih tinggi ini
menyebabkan pertumbuhan atau aktivitas mikroba lebih potensial dibandingkan
kandungan N pada pupuk kandang domba maupun pupuk kandang sapi, sehingga
jumlah mikroba pada pupuk kandang ayam lebih tinggi dibandingkan pupuk
kandang domba dan pupuk kandang sapi. Jumlah mikroba yang tinggi pada pupuk
kandang ayam yaitu cendawan. Umumnya cendawan dapat berkembang di
lingkungan asam, kebanyakan bersifat aerobik dan perkembangannya akan
menurun jika kelembaban terlalu tinggi.
Tabel 6 Jenis cendawan hasil isolasi pada beberapa macam pupuk kandang
Pupuk kandang Pupuk kandang Pupuk kandang
Nama/kode
ayam
domba
sapi
Aspergillus niger
+
+
Aspergillus brevipes
+
Aspergillus flavus
+
+
Penicillium nigricans
+
Penicillium resticulosum
+
Trichoderma spp.
+
+
-

13

a

b

c

d

e

f

g

h

i

j

k

l

Gambar 6 Beberapa cendawan yang ditemukan pada pupuk kandang. (a) dan (d)
koloni dan mikroskopis A. niger; (b) dan (e) koloni dan mikroskopis A.
brevipes; (c) dan (f) koloni dan mikroskopis A. flavus; (g) dan (j)
koloni dan mikroskopis P. resticulosum; (h) dan (k) koloni dan
mikroskopis P. nigricans; (i) dan (l) koloni dan mikroskopis
Trichoderma spp. dengan perbesaran 40 x 10
Sutanto (2002) menyatakan bahwa penambahan bahan organik memberikan
pengaruh pada sifat biologi tanah yang akan meningkatkan keragaman cendawan,
bakteri, mikro flora, dan mikro fauna tanah lainnya yang menguntungkan bagi
tanaman. Penambahan bahan organik seperti pupuk kandang pada budidaya
pakcoy dapat meningkatkan keragaman mikroba antagonis yang akan membantu
menekan P. brassicae penyebab akar gada. Cendawan yang ditemukan pada
beberapa jenis pupuk kandang dalam percobaan ini merupakan cendawan
antagonis, sehingga keberadaanya di tanah membantu T. harzianum menekan P.

14
brassicae penyebab penyakit akar gada pada tanaman pakcoy. Populasi cendawan
dan bakteri pupuk kandang ayam lebih banyak dibandingkan pupuk kandang
domba dan pupuk kandang sapi. Pada pupuk kandang domba cendawan yang
ditemukan lebih beragam dibandingkan pada pupuk lainnya (Tabel 6). Namun, hal
ini menyebabkan kejadian dan keparahan penyakit pada perlakuan T. harzianum
yang dikombinasikan dengan pupuk kandang domba tinggi dibandingkan
perlakuan lainnya, diduga spora P. brassicae terdapat pada pupuk kandang domba
yang mengakibatkan pembengkakan akar lebih tinggi serta diduga mikroba yang
belum teridentifikasi pada pupuk kandang domba terdapat cendawan patogen.
Beberapa cendawan yang ditemukan pada pupuk kandang diantaranya A.
niger, A. brevipes, A. flavus, P. resticulosum, P. nigricans, Trichoderma spp., dan
beberapa cendawan yang belum teridentifikasi. A. niger memiliki ciri koloni
berwarna hitam dengan bentuk miselium aerial. Konidiofor tegak, hialin, konidia
berwarna coklat, dan massa konidia berwarna hitam. A. brevipes memiliki ciri
warna koloni putih dengan massa konidia berwarna hijau kekuning-kuningan.
Konidiofor hialin, konidia berwarna coklat hingga coklat kekuning-kuningan. A.
flavus memiliki ciri koloni berwarna hijau dan bentuk miselium aerial. P.
resticulosum memiliki ciri koloni berwarna coklat kemerahan dengan bentuk
miselium aerial. Konidia berwarna hijau pucat dengan massa konidia berwarna
coklat pekat. P. nigricans memiliki ciri koloni berwarna hijau kekuningan dengan
konidia berwarna hijau pucat. Trichoderma spp. memiliki koloni berwarna hijau.

15

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Pada dosis T. harzianum 12.5 g dalam pupuk kandang ayam, domba, dan
sapi efektif dalam menekan penyakit akar gada tanaman pakcoy. Namun,
penambahan T. harzianum pada pupuk kandang ayam lebih baik dalam
meningkatkan bobot segar tanaman dibandingkan pupuk kandang domba dan sapi.
Populasi cendawan dan bakteri lebih tinggi terdapat pada pupuk kandang ayam
serta keragaman cendawan antagonis tertinggi terdapat pada pupuk kandang
domba.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan menggunakan dosis yang lebih rendah
atau tinggi untuk mendapatkan dosis Trichoderma harzianum yang sesuai serta
penelitian lebih lanjut mengenai sifat antagonis dari cendawan maupun bakteri
hasil isolasi pada pupuk kandang dalam menekan P. brassicae penyebab akar
gada pada tanaman pakcoy.

16

DAFTAR PUSTAKA
Agrios GN. 2005. Plant Pathology. 5th ed. New York (US): Academic Press.
Alexopoulos CJ, Mims CW, Blackwell M. 1996. Introductory Mycology. New
York (US): John Wiley & Sons.
Alfizar, Marlina, Hasanah N. 2011. Upaya pengendalian penyakit layu Fusarium
oxysporum dengan pemanfaatan agen hayati cendawan FMA dan
Trichoderma harzianum. J Floratek [Internet] [diunduh 2014 Des 26];6:817. Tersedia pada: http://jurnal.unsyiah.ac.id/floratek/article/viewFile/494/414.
Arya A, Perello AE. 2010. Management of Fungal Plant Pathogens. London
(GB): CAB International.
Cook RJ, Baker KF. 1983. The Nature and Practice of Biological Control of Plant
Pathogens. Minnesota (US): APS Press.
Datnoff LE, Kroll TK, Lacy GH. 1987. Efficacy of chlorine for decontamining
water infested with resting spore of Plasmodiophora brassicae [Internet]
[diunduh 2014 Nov 04]. Tersedia pada: http://www.extento.hawaii.edu/
kbase/crop/type/p_brass.html.
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Kandungan gizi
dalam 100 g sawi [Internet] [diunduh 2014 Nov 17]. Tersedia pada:
repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/22182/5/Chapter%20I.pdf.
Djatnika I. 1989. Upaya pengendalian Plasmodiophora brassicae Wor. pada kubis
(Brassica oleracea Linn). Buletin Penelitian Hortikultura 19(1):32-35.
Herlina L. 2009. Potensi Trichoderma harzianum sebagai biofungisida pada
tanaman tomat. Biosanintifika. 1(1): 62-69.
Ismail N, Tenrirawe A. 2011. Potensi agens hayati Trichoderma spp. sebagai
agens pengendali hayati. J Litbangtan. [Internet]. 12(2):177-189.
Tersedia pada: http://sulut.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=
com_phocadownload&view=category&id=5:prosiding&download=42:poten
si-agens-hayati-trichoderma-spp.-sebagai-agens-pengendali hayati&Itemid=
1.
Isniah US. 2012. Eksplorasi Fusarium non-patogenik dalam pengendalian
penyakit busuk pangkal batang (Fusarium oxysporum f.sp. cepae) pada
bawang merah [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
[Kementan] Kementrian Pertanian. 2010. Penyakit akar gada keluarga kubis
[Internet] [diunduh 2014 Sep 28]. Tersedia pada: http://www.indopetani.co
m/eng/downloads/publication/clubroot_of_brassicas_fact_sheetind_2010_09
_14.pdf.
Legowo DA. 2000. Pengaruh penggunaan bahan organik dan jamur antagonis
Trichoderma spp. terhadap penyakit akar bengkak (Plasmodiophora
brassicae Wor.) pada tanaman kubis [tesis]. Malang (ID): Universitas
Brawijaya.
Mattjik AA, Sumertajaya M. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS
dan Minitab. 2nd ed. Bogor (ID): IPB Press.

17
Rifai MA. 1969. Trichoderma harzianum Rifai. J Mycol. [Internet] [diunduh 2015
Jan 10];116:38. Tersedia pada: http://www.mycobank.org/BioloMICS.
aspx?Link=T&TableKey=14682616000000067&Rec=27600&Fields=All
Saraswati R. 2007. Teknologi pupuk hayati untuk efisiensi pemupukan dan
keberlanjutan sistem produksi pertanian. J Balitbangtan. [Internet] [diunduh
2014 Des 15]; 68(1):727-738. Tersedia pada: http://balittanah.litbang.pertani
an.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/68%20%20Rasti%20Saraswati%20%20T
eknologi%20Pupuk%20Hayati%20untuk%20Efisiensi%20Pemupukan.pdf.
Semangun H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia.
Yogyakarta (ID): UGM Press.
Siemonsma JS, Piluek K. 1994. Capsicum L. Di dalam: Poulos JM, editor. Plant
Resources of South East Asia 8, Vegetable. Prosea Foundation. Bogor (ID):
hlm 136-140.
Stakman EC, Harrar JG. 1957. Principles of Plant Pathology. New York (US):
The Ronald Press.
Sutanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Sutedjo MM. 2002. Pupuk dan Cara Penggunaan. Jakarta (ID): Rineka Cipta.
Walker JC. 1957. Plant Pathology. 2nd ed. New York (US): McGraw Hill.
Watanabe T. 2002. Pictorial Atlas of Soil and Seed Fungi: Morphologies of
Cultured Fungi and Key to Species. 2nd ed. Boca Raton (US): CRC Press.
Widodo, Suheri. 1995. Suppression of clubroot disease of cabbage by soil
solarization. Buletin Hama dan Penyakit Tumbuhan. 8(2):49-55.

18

18

LAMPIRAN

21

Lampiran 1 Hasil analisis ragam kejadian penyakit akar gada pada 8 mst
Sumber
Jumlah
Derajat
Kuadrat
F-hitung
Pr > F
keragaman
kuadrat
bebas
tengah
Perlakuan
71.614
13
5.508
1.000
0.478
Blok
13.020
2
6.510
1.180
0.322
Galat
143.229
26
5.508
Total
227.864
41
Lampiran 2 Hasil analisis ragam keparahan penyakit akar gada pada 8 mst
Sumber
Jumlah
Derajat
Kuadrat
F-hitung
Pr > F
keragaman
kuadrat
bebas
tengah
Perlakuan
2810.703
13
216.207
1.570
0.158
Blok
180.375
2
90.187
0.650
0.527
Galat
3581.203
26
137.738
Total
6572.281
41
Lampiran 3 Hasil analisis ragam bobot segar tanaman pakcoy
Sumber
Jumlah
Derajat
Kuadrat
F-hitung
Pr > F
keragaman
kuadrat
bebas
tengah
Perlakuan
1.085
13
0.083
1.841
0.090
Blok
0.065
2
0.033
0.719
0.497
Galat
1.178
26
0.045
Total
2.328
41

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir tanggal 05 Mei 1992 di Seputih Mataram, Lampung Tengah.
Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari ayah bernama Slamet
dan ibu Poniyem. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah lanjutan atas di
SMA Sugar Group Companies pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis
melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian
Talenta Mandiri IPB (UTMI). Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, dan mengikuti Program Tingkat Persiapan
Bersama selama 1 Tahun. Pada tahun berikutnya penulis mengikuti perkuliahan
dengan Mayor Proteksi Tanaman. Selama perkuliahan penulis aktif dalam Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) sepakbola pada tahun 2011-2012. Penulis pernah
mendapatkan prestasi juara 1 sepakbola pada tahun 2013, juara 3 futsal pada tahun
2013 dan 2014 dalam kegiatan Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI). Penulis juga
pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Pengendalian Hama dan Penyakit
Terpadu Tanaman Perkebunan Diploma pada tahun 2014-2015.

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Trichoderma Harzianum Dan Pupuk Kandang Dalam Menekan Pertumbuhan Penyakit Busuk Pangkal Batang (Sclerotium rolfsii) Pada Kacang Tanah (Arachis hipogaea L)

2 36 83

Pengaruh Pemberian Trichoderma koningii Bult Terhadap Penyakit Akar Pekuk {Plasmodiophora brassicae Wor.) Pada Tanaman Sawi (Brassicea juncea Coss.) Dilapangan

1 25 68

Pengaruh Jamur Antagonis Trichoderma harzianum Dan Pupuk Organik Untuk Mengendalikan Patogen Tular Tanah Sclerotium rolfsii Sacc. Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Di Rumah Kasa

4 83 73

Uji Kemampuan Pseudomonas spp. Kelompok Fluoresen dalam Menekan Plasmodiophora brassicae Wor. Penyebab Penyakit Akar Bengkak pada Kubis di Lapang

0 7 52

Pengelolaan Penyakit Akar Gada (Plasmodiophora brassicae Wor.) pada Tanaman Kubis dengan Tanaman Perangkap dan Perlakuan Tanah Pembibitan

6 30 144

Pemanfaatancendawanendofitik dan Cendawan Riwsfer Sebagai Agen Pengendali Penyakit Akar Gada (Plasmodiophora Brassicile Wor.)

0 12 56

Formulasi Pupuk Bioorganik Campuran Trichoderma harzianum dengan Kascing

0 9 61

Nilai Ekonomi Penggunaan Trichoderma harzianum dalam Pengelolaan Penyakit Akar Gada (Plasmodiophora brassicae Wor.) pada Sayuran Kubis-Kubisan di Daerah Puncak, Cianjur

0 9 101

Pemanfaatan Limbah Tanaman Brokoli untuk Pengendalian Penyakit Akar Gada (Plasmodiophora Brassicae Wor.) pada Tanaman Caisin

0 6 57

Pengelolaan Penyakit Akar Gada (Plasmodiophora brassicae Wor.) pada Tanaman Kubis dengan Tanaman Perangkap dan Perlakuan Tanah Pembibitan

0 6 67