Pengembangan Wisata Flora Di Taman Wisata Alam Telogo Wamo Telogo Pengiion, Provinsi Jawa Tengah

PENGEMBANGAN WISATA FLORA DI TAMAN WISATA
ALAM TELOGO WARNO TELOGO PENGILON
PROVINSI JAWA TENGAH

SELl ANODA ARISANDI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISAT A
FAKULTASKEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MEN GENAl SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
ClPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan
Wisata Flora di Taman Wisata Alam Telogo Warno Telogo Pengilon, Provinsi
Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015
Seli Anoda Arisandi
NIM
E341 0002 I

ABSTRAK
SELl ANODA ARISANDI. Pengembangan Wisata Flora di Taman Wisata Alam
Telogo Wamo Telogo PengiIon, Provinsi Jawa Tengah. Dibimbing oleh RESTI
MEILANI dan AGUS HIKMA T.
Taman Wisata Alam Telogo Wamo Telogo Pengilon (TWATWTP)
merupakan salah satu kawasan konservasi yang memiliki potensi flora yang
beragam, dengan manfaat mulai dari kesehatan, ekonomi, dan wisata. Tujuan
penelitian ini untuk mengembangkan wisata flora di TWA TWTP. Penelitian ini
dilakukan di TWATWTP pada bulan Februari - Maret 2014. Data yang
dikumpulkan meliputi potensi flora, sosial, karakteristik pengunjung dan
pengelolaan wisata di TWA TWTP. Metode yang digunakan meliputi studi

pustaka, wawancara, dan observasi lapang. Penelitian ini ditemukan 93 jenis flora
di TWATWTP. Pengelolaan yang dilakukan terbatas pada inventarisasi dan
identifikasi flora, patrol kawasan dan pelatihan kebakaran hutan. Pengunjung
terbanyak berasal dari Jawa Tengah dengan sumber informasi dari ternan! mulut
ke mulu!. dan tingkat pendidikan SMA dan perguruan tinggi. Pengembangan
wisata flora yang direkomendasikan meliputi pengembangan aktivitas,
sumberdaya manusia, fasilitas, souvenir, fasilitas promosi dan kerjasama.
Kata kunci: flora, pengembangan wisata, TWATWTP.

ABSTRACT
SELl ANODA ARISANDI. Flora Tourism Development in Telogo Wamo
Telogo Pengilon Nature Recreation Park. Supervised by RESTI MEILANI and
AGUS HIKMAT.
Telogo Wamo Telogo Pengilon Nature Recreation Park (TWTPNRP) is one
of protected areas that has various flora potential, which provides benefits such as
health, economic, and tourism. The Purpose of this research was to develop flora
tourism in TWTPNRP. This study was conducted in TWTPNRP in February March 2014. Data collected included potential flora, social-economic of
surrounding community, visitor characteristics, and tourism management in
TWTPNRP. Data was collected using literature study, interview, and field
observations. The research found that there were 93 flora species in the location.

Management activities were still limited to inventory and identification of flora,
patrol, and training on forest fire. Most visitors came from Central Java, with
friends as source of information, and high school and college as their educational
background.
Recommendation of flora tourism development included
improvement of tourism activities, human resources, souvenirs, facilities,
promotion and cooperation.
Keyword: flora, tourism development, TWTPNRP

]

PENGEMBANGAN WISATA FLORA DI TAMAN WISATA
ALAM TELOGO WARNO TELOGO PENGILON
PROVINSI JAW A TENGAH

SELl ANODA ARISANDI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Smjana Kehutanan

pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISAT A
FAKULTASKEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

r

I
!
!

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Pengembangan Wisata Flora di Taman Wisata Alam Telogo
Wamo Telogo Pengilon. Penelitian ini dilaksanakan di Taman Wisata Alam

Telogo Wamo Telogo Pengilon (TW ATWTP), Provinsi Jawa Tengah pada bulan
Februari - Maret 2014.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Resti Meilani, SHut, MSi
dan Bapak Dr Ir Agus Hikmat, MScF yang telah membimbing dengan sabar dan
iklas selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi, serta kepada
pihak TWATWTP, BKSDA Jawa Tengah yang telah memberikan izin untuk
menggunakan lokasi penelitian dan masyarakat Desa Dieng Wetan (Pak Sabar,
Ibu Atun, Pak Keso, Pak Slamet, Pak Tolib), Dieng Kulon dan Jojogan (Mbah
Moh dan Mas Afifi) yang telah membantu dan membimbing penulis selama
pengumpulan data. Terima kasih kepada Nuning H, Lilis S, Wida A, A Isha, Rini
ELG, Kumala A atas masukan-masukannya. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayahanda dan ibunda tercinta, serta seluruh keluarga atas
segala bantuan, do a, dan kasih sayangnya. Penulis ucapkan terima kasih kepada
keluarga besar KSHE, staff TU DKSHE (Bu Evan, Bu Ratna), HIMAKOV A,
Kelompok Pemerhati Ekowisata, Nephenthes rajJlesiana 47, IKAMUSI, dan
seluruh sahabat-sahabat atas doa dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2015
Seli Anoda Arisandi


Judul Skripsi
Nama
NIM

Pengembangan Wisata Flora di Taman Wisata Alam Telogo
Wamo Telogo Pengilon Provinsi Jawa Tengah
Seli Anoda Arisandi

E34100021

Disetujui oleh

SHut MSi

Dr Ir Agus Hikmat, MScF  
Pembimbipg II  

.


KHエ セサIイd

Tanggal Lulus:

.
If 'S ambas Basuni MS
セ 。@ Departemen

3 1 MAR 2015

DAFTARISI
DAFTAR T ABEL

Vll

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN


Vll

PENDAHULUAN
Latar Belakang

I

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

2

METODE

2


Lokasi dan Waktu Penelitian

2

Alat dan Bahan

2

Metode Pengumpulan Data

3

Analisis Data

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

5


Kondisi Umum Lokasi Penelitian

5

Pengelolaan dan Potensi Flora untuk wisata di TWATW'fP

6

Sosial Ekonomi dan Keterlibatan Masyarakat dengan TWATWTP

9

Karakteristik Pengunjung di TWA TWTP

10

Pengembangan Wisata Flora TWATWTP

13


SIMPULAN DAN SARAN

21

Simpulan

21

Saran

22

DAFTAR PUSTAKA

22

LAMPlRAN

24

..----

DAFTAR TABEL
I
2
3
4

Jenis data dan metode pengambilan data
Kelompok kegunaan flora
Potensi flora prioritas wisata di TW ATWTP
Matriks pengembangan wisata flora di TWATWTP

3
5
8
14

DAFTAR GAMBAR
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Lokasi Penelitian
Potensi tumbuhan berguna di TWATWTP
Sebaran flora di sepanjang jalur wisata TWATWTP
JumlahpengunjungTWATWTPtahun2013
Persentase jenis kelamin dan tingkat pendidikan akhir pengunJung
TWATWTP
Sumber informasi awal dan asal pengunjung TWATWTP
Persentase jenis pekeIjaan dan waktu wisata pengunjung ke
TWATWTP
Persentase jenis pekeIjaan dan tujuan pengunjung ke TWATWTP
Spesies flora yang dipergunakan untuk rehabilitasi kawasan: a. Cemara
gunung (C.junghuniana) dan b. Puspa (S. wallichii)
Lokasi tumbuhan hias di TWATWTP
Spesies flora yang dipergunakan untuk kompos: a. Akasia perak (A.
decurrens) dan b. Glagah (S. spontaneum)
Spesies flora yang dipergunakan untuk obyek wisata fotografi
Fasilitas mushola TWATWTP
Fasilitas TWATWTP: a. lalan batako b. lalan tanah c. Titik lokasi
pembuatan kompos.

2
7
9
10
10
II
12
12
13

l6
16
17
19

.20

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

Spesies flora di TWATWTP
Rekapitulasi identifikasi flora
TWATWTP

21
untuk pengembangan wisata

di
24

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Undang-Undang No.1 0 Tahun 2009).
Hal serupa juga didefinisikan oleh Ditjen PHKA (2003), yaitu kegiatan perjalanan
secara keseluruhan atau sebagian dari perjalanan tersebut secara sukarela
dilakukan untuk menikmati keunikan alam dan keindahan alam di taman nasional,
taman hutan raya dan taman wisata alam.
Salah satu taman wisata alam yang memiliki keunikan alam dan keindahan
alamnya adalah Taman Wisata Alam Telogo Waruo Telogo Pengilon
(TWA TWTP) yang merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Dataran
Tinggi Dieng wilayah Kabupaten Wonosobo. TWA ini ditunjuk berdasarkan SK
Menteri Pertanian No 740/Kpts/Umll1l1978 pada 30 November 1978 dengan luas
39,6 ha. Kawasan TWA ini memiliki dua buah telaga atau danau yang saling
berdekatan yakni Telogo Wamo yang memperlihatkan beberapa warna jika
terkena cahaya matahari dan Telogo Pengilon yang berkilau seperti cermin
(pengilon) jika terkena cahaya matahari. Saat ini kedua telaga tersebut menjadi
fokus pengembangan wisata oleh BKSDA Jawa Tengah sebagai pengelola
kawasan TWA TWTP, padahal terdapat potensi flora yang belum dieksplorasi
keberadaannya sebagai potensi wisata.
TWA TWTP memiliki 78 spesies flora (Sudibyakto et al. 2002) salah
satunya karika/pepaya gunung (Carica candamarcensi.l) yang merupakan flora
khas sekitar kawasan. Flora umumnya memiliki banyak manfaat kesehatan dan
ekonomi, serta menjadi bagian dalam membentuk keindahanlkeasrian alamo
Potensi flora yang tumbuh secara alamiah di kawasan TWA TWTP merupakan
potensi yang menarik untuk dikelola dan dikembangkan sebagai wisata, sehingga
dapat menyediakan kesempatan usaha dan lapangan kerja, memperkenalkan dan
mendayagunakan obyek serta meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
masyarakat sekitar kawasan TW ATWTP. Identifikasi potensi objek wisata,
pengelolaan obyek wisata dan pemeliharaan fasilitas dan objek wisata merupakan
tahap-tahap yang wajib dilakukan untuk membangun dan mengembangkan objek
wisata (Gaol 2009), sehingga identifikasi potensi flora menjadi salah satu langkah
awal untuk mengembangkan wisata flora di TWATWTP.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan wisata flora di Kawasan
TWA TWTP, dengan rincian sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi pengelolaan dan potensi flora untuk wisata di TW ATWTP
2. Mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi dan keterlibatan masyarakat terkait
flora TWA TWTP
3. Mengidentifikasi karakteristik pengunjung TWA TWTP

1

.-:"



4,

Menyusun pengembangan wisata flora TWATWTP,

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian 1m diharapkan dapat dijadikan masukan dalam
pengembangan wisata di TWATWTP, sehingga dapat meningkatkan peluang
kerja dan usaha masyarakat setempat melalui kegiatan wisata flora di TWATWTP,

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Taman Wisata Alam Telogo Wamo Telogo Pengilon
(Gambar 1), Waktu penelitian pada bulan Februari - Maret 2014,
109'S4'O"E

'!l
b

セ@

r--.

109' 54'40"E

w+,

109'55'20"E

N

Legenda:

'!l

,.,

b

- - Jt\ L AN
- - Sl ' N(j AI

o
o
o
o

r--.

T EI A(J,\

TWATWTP

_

s

en

'!l

b

BセNウa@

Dl E"(;

jIQ セsaoi

l|ゥ

d セ sa@

,

セ@

1-

KL I.U N



b
N

N

ャゥ@

JOJO(ir\ r-.'

r--.

Scli AnOOlI A
E)4 lOOU2!

I
en
b
セ@

tkpanl,.'llu:n
KOIIM:rvasi Sum nwda\;} fhllUII diul U ,O\\i! ill:l

Fa)..ullm. 'Kchu tluuul
Int'tilUl Pen:mi:ul llol,t11l

セ@

:'f

セ@

N

SUIIlIx',

..
,......

r--.

I.

i 「ャ

LNャセ@

.
N B 、ョ|ュ

Nセ

エiBS

Lェ@

CIl:u:1:m (>11 .....11 $Iall""l)

iNォセャ@

セ N@ イ セ ᄋ i Nャ ェZコ 「 ョN@ :(unr;lli. TWA T \\"PTP( UKSD.

16
2.

Wisata pendidikan TW ATWTP
Wisata pendidikan dikembangkan berdasarkan fungsi TWA sebagai temp at
rekreasi dan pendidikan. Wisata pendidikan dibagi menjadi pengenalan tumbuhan
dan pemanfaatan tumbuhan. Dalam kegiatan pengenalan tumbuhan, pengunjung
diperkenalkan dan dijelaskan tentang tumbuhan TWATWTP mulai dari
mengenali aneka ragam jenis tumbuhan, kegunaan, keunikan, serta status
kelangkaannya. Pengunjung kemudian diajak berdiskusi mengenai keadaan
tumbuhan yang ada, mulai dari bentuk, kegunaan, kelangkaan dan keunikan
tumbuhan terse but dengan mengunjungi lokasi tumbuhan hias TW ATWTP
(Gambar 10) dan lokasi budidaya tumbuhan TWATWTP. Spesies flora untuk
obyek wisata pengenalan tumbuhan adalah tumbuhan berguna obat (E. indica, C.
asiatica), tumbuhan langka (P. merkusii, C. rumphii, P. repens), dan tumbuhan
unik (S mucronatus, C. candamarcensis).

Gambar 10 Lokasi tumbuhan hias di TWA TWTP
Wisata pemanfaatan tumbuhan dilaksanakan dengan memberikan
pengalaman langsung kepada pengunjung dalam pemanfaatan serasah untuk
kompos. Spesies flora yang menjadi obyek wisata pemanfaatan tumbuhan adalah
S spontaneum dan A. decurrens, karena memiliki banyak kegunaan, salah satunya
sebagai pupuk hijau (LIPI 1984).

Gambar 11

Spesies flora yang dipergunakan untuk kompos: a. Akasia perak (A.
decurrens) b. Gelagah (S spontaneum)

17
Penyelenggaraan wisata pendidikan dapat menjadi penunjang pembelajaran
di sekolah, meningkatkan pengetahuan dan skilliketerampilan para pelajar terkait
pengelolaan lingkungan. Kamsinah (2008) menyatakan bahwa karya wisata
merupakan metode belajar yang dapat meningkatkan keaktifan dan mendorong
tercapainya elaborasi teori-teori yang diperoleh peserta didik.
3. Wisata fotografi
Sebagian pengunjung TWATWTP (17%) datang dengan tujuan khusus
untuk fotografi.
Obyek fotografi memberikan pengalaman baru dengan
menonjolkan kesan natural atau asli (Santoso et at. 2011), dalam hal ini adalah
suasana TWATWTP yang rindang dan sejuk serta flora yang sebelumnya tidak
teramati oleh pengunjung. Pengembangan wisata fotografi diharapkan dapat
menyalurkan kemampuan dan hobi/minat pengunjung terhadap fotografi,
menambah pengalaman, serta diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
pengunjung mengenai flora.
Pengembangan wisata fotografi oleh pengelola dapat dilakukan dengan
menyelenggarakan kegiatan lomba fotografi tumbuhan untuk pengunjung dengan
tema berbeda-beda, pada bulan November (terbentuknya TWATWTP).
Pemilihan tema wisata flora fotografi berupa "Eksplorasi Keunikan flora khas
Dieng", "Tumbuhan berbunga TWATWTP", "Mengenal 93 Tumbuhan obat
TWATWTP", "Delapan spesies flora IUCN TWATWTP". Pemilihan tema lomba
fotografi dilakukan agar potensi flora TWATWTP dapat dikembangkan sebagai
wisata fotografi.
Pengunjung mengambil gambar sesuai tema dengan memberikan deskripsi
mengenai flora terse but dan kemudian mengirimkannya ke website TWATWTP.
Deskripsi flora dapat berupa taksonomi, fungsi serta keunikan flora yang teramati.
Selanjutnya pihak pengelola menyeleksi dan menampilkan gambar terbaik di
visitor center sebagai display yang diharapkan dapat menambah daya tarik
pengunjung datang ke TWA TWTP sekaligus penghargaan kepada pemenang
lomba. Selain itu, penghargaan kepada pemenang juga dapat berupa souvenir
TWATWTP dan tiket gratis masuk TWATWTP.
Flora yang dapat dijadikan obyek wisata fotografi ini berupa tumbuhan
berbunga dan tumbuhan unik kawasan TWA TWTP. Spesies tumbuhan berbunga
yang dapat dijadikan obyek fotografi yakni H macrophylla, S mucronatus, serta
D. metel.

Gambar 12   Spesies flora yang dipergunakan untuk obyek wisata fotografi: a.
Pancawama (H macrophylla) b. Rumput Wlingi (S mucronatus) c.
Terong belanda (S betaceum)

18

Contoh spesies flora dengan keunikannya sebagai obyek wisata fotografi
adalah Scirpus mucronatus, yang tumbuh tersebar luas dalam satu tempat dalam
kawasan sehingga menjadi pemandangan indah. Contoh spesies flora dengan
keunikan lainnya adalah tumbuhan S. betaceum yang memiliki buah berbentuk
telur seperti lampu hias dengan warna hijau sampai keunguan, serta bentuk bunga
D. metel yang seperti terompet sehingga disebut juga dengan bunga terompet,
menambah daya tarik tumbuhan tersebut bagi pengunjung dalam pengambilan
gambar.
Meskipun begitu, pemilihan obyek flora wisata fotografi dapat
memanfaatkan seluruh potensi spesies flora yang terdapat di TWATWTP,
sehingga potensi tumbuhan yang ada dalam kawasan dapat tereksplorasi secara
optimal.
Sumberdaya manusia
Pengembangan SDM perlu dilakukan dalam upaya meningkatkan fungsi
TWA sebagai tempat pariwisata. Pengembangan SDM meliputi pengembangan
kuantitas dan kualitas. Pengembangan kuantitas yakni penambahan pegawai
untuk menangani keamanan dan keselamatan pengunjung, sehingga dapat
mengoptimalkan keamanan dan keselamatan pengunjung di dalam kawasan.
Pengembangan kualitas SDM dapat dilakukan dengan memberikan
pemahaman dan keterampilan kepada pengelola dan masyarakat terkait
pengelolaan wisata. Bentuk kegiatannya dapat berupa pelatihan, pendampingan,
dan pengarahan. Secara khusus bagi pengelola, perlu diberikan pelatihan
inventarisasi dan identifikasi SDA, interpretasi untuk wisata alam, dan
penyuluhan, sehingga pengelola dapat melakukan kegiatan pengelolaan dengan
lebih baik, termasuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya
melakukan upaya konservasi TW ATWTP.
Program peningkatan kapasitas bagi masyarakat berupa pelatihan
penanaman serta perawatannya (kegiatan penanaman dapat dilakukan di dalam
TW ATWTP atau di sekitamya), pelatihan pengelolaan vegetasi (fokus pada
pemeliharaan pohon khususnya A. decurrens yang beresiko patah/tumbang,
kemudian hasil kayunya bisa dijadikan souvenir), serta pelatihan pemanduan dan
interpretasi bagi kelompok masyarakat yang selama ini melakukan pemanduan.
Selain itu penerapan aturan atau kebijakan yang tegas harus diberlakukan baik
terhadap pengunjung, masyarakat dan pengelola sehingga semua yang terlibat
dalam pengembangan wisata dapat mengoptimalisasikan fungsi pengawetan hutan
berdasarkan peraturan TWA yang berlaku.
Souvenir wisata
Kegiatan wisata sangat berkaitan dengan souvenir/cinderamata. Souvenir
merupakan kesan yang tertera dalam ingatan wisatawan tentang apa yang dilihat
dan dialaminya dalam kunjungannya ke daya tarik wisata tertentu (Kodhyat 2007).
Adanya souvenir yang khas dapat menjadi daya tarik wisatawan untuk kembali
berkunjung ke DTW dan menjadi daya tarik bagi wisatawan lain yang belum
mengunjungi DTW terse but.
Penyediaan dan penganekaragaman souvenir khas dapat berupa kerajinan
tangan dan makanan. Penyediaan souvenir berupa kerajinan tangan dapat
dilakukan dengan memanfaatkan A. decurrens sebagai upaya mengendalikan
penyebaran tumbuhan invasif tersebut. Souvenir khas berupa makanan dan

19
minuman yang dapat ditawarkan yakni olahan Karika (C candamarcensis) dan
teh Purwoeeng sebagai minuman khas Dieng. Hal tersebut membuka peluang
kerjasama pengelola dengan masyarakat sekitar.

Fasilitas wisata
Fasilitas yang ada di TWATWTP harus diperhatikan perawatan dan
pengawasannya.
Perlu adanya perbaikan terutama pada fasilitas mushola
(Gambar 13) dan visitor center. Visitor center perlu dilengkapi dengan berbagai
media informasi mengenai kawasan dan sumberdaya yang ada di dalamnya.
Bentuk media dapat berupa papan interpretasi, poster, dan media audio-visual
(film tentang kawasan) .

Gambar 13 Fasilitas Mushola TWATWTP
Perbaikan jalan wisata juga harus diperhatikan terutama di sepanjang jalur
wisata menuju Telogo Pengilon (Gambar 14b). Kondisi jalan setapak dari tanah
dengan lebar jalan kurang dari 30 em dan liein menyebabkan ketidaknyamanan
bagi pengunjung untuk berwisata (Gambar 14b). Perbaikan jalan dapat dijadikan
masukan kegiatan Reneana Pengelolaan TWATWTP bagi BKSDA Jawa Tengah
dalam pengembangan fasilitas TWATWTP.
Upaya mengatasi sampah di TWA TWTP dapat dilakukan dengan
penambahan tempat sampah di kawasan TWATWTP, karena tempat sampah
selama ini hanya diprioritaskan pada 3 titik di jalan menuju Telogo Warno yang
telah diperkeras batako (Gambar 14). Upaya lain dalam mengatasi sampah di
kawasan yakni dengan menyediakan papan aturan dan larangan pada titik potensi
obyek wisata dan titik tempat berkumpulnya pengunjung di TWATWTP.
Pengembangan fasilitas lainnya yakni penyediaan sentra souvenir dan
demplot pembuatan kompos, dalam hal ini dengan rnernanfaatkan lahan berupa
warung dan loket yang sudah tidak digunakan dalam kawasan TWATWTP
(Gambar 14). Lahan tersebut digunakan agar tidak lebih banyak merubah bentang
alam di kawasan TWA TWTP. Lokasi tumbuhan hi as yang sudah ada di
TWATWTP dapat diperkaya dengan berbagai jenis turnbuhan obat, dan
dilengkapi dengan papan-papan interpretasi tentang tumbuhan yang ada, sehingga

20
dapat digunakan juga untuk mendukung kegiatan wisata pendidikan bagi
pengunJung.

Fasilitas TWATWTP

Telogo
Warno

Telogo
Pengilon

..
wセケ@

aセe

\

Legend

S

I

jalan_twtp

ru-u----10."""'ID,'gl.t.

o 0 0 (0) 0006

(lOO !

- - sungai

twtp
Loket.

II)

Visitor center






セiオウ「ッャ。@

Toilet
Temp-ai sampah
Plot Kompos
Plot Sentra sounrur

Gambar 14 Fasilitas TWATWTP: a. Jalan batako b. Jalan tanah c. Titik lokasi
pembuatan kompos.

Promosi wisata
Pengembangan promosi yang dapat dilakukan yakni pembuatan dan
perbanyakan media leaflet flora dan website khusus TWATWTP. Penyebaran
leaflet dapat meliputi BKSDA Jawa Tengah, di pameran wisata Jawa Tengah,
serta pada bagian stakeholder yang bekerjasama dengan pengelola dalam wisata
flora. Informasi dalam leaflet TWATWTP berupa informasi deskripsi mengenai

21
flora TWA TWTP meliputi sejarah, mitos, aktivitas wisata flora, serta keunikan
flora TWATWTP.
Pengembangan promosi lainnya adalah situs internet, karen a dapat
memberikan kemudahan bagi masyarakat yang berencana mencari informasi
wisata mengenai TWATWTP. Yoeti (2010) menjelaskan bahwa mulai 2010
media elektonik akan lebih canggih dalam pengembangannya sehingga lebih
memudahkan mencari informasi melalui internet. Hal ini juga sesuai dengan The
Statistic Portal (2015) yang menunjukkan bahwa trend pengguna internet tcrus
meningkatkan setiap tahunnya. Informasi internet merupakan penambahan dari
leaflet berupa film atau dokumentasi tumbuhan yang terdapat pada kawasan
TWATWTP, serta calender of events yang memuat informasi kegiatan yang akan
dilakukan di kawasan TW ATWTP, seperti yaitu wisata rehabilitasi TW ATWTP.
Kerjasama
Pengembangan keIjasama pelu dilakukan dengan masyarakat sekitar, swasta,
pemerintah daerah, perguruan tinggi dan LSM. Peraturan Pemerintah No 28
Tahun 2011 menjelaskan bahwa masyarakat perlu diikutsertakan dalam upaya
pengelolaan dan pengembangan kawasan konservasi. Pelibatan masyarakat dapat
dilakukan dalam berbagai kegiatan bersama seperti kegiatan gotong royong,
patroli kawasan serta kegiatan wisata (seperti pemanduan dan penyediaan
souvenir). Pelibatan masyarakat sekaligus akan dapat membangun kerjasama
antara pengelola dan masyarakat.
KeIjasama dengan swasta dalam hal pengelolaan wisata diterapkan melalui
IPP A, namun untuk itu perlu adanya kejelasan pembagian blok dalam kawasan
terlebih dahulu.
KeIjasama dengan pemerintah daerah khususnya dalam
pengembangan ataupun pemeliharaan infrastruktur jalan menuju kawasan, serta
pengembangan moda transportasi, dan promosi kawasan TWATWTP. KeIjasama
juga dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas SDM dalam pengelolaan
wisata TWATWTP serta pelaksanaan upaya konservasi kawasau, baik dengan
perguruan tinggi maupun dengan LSM.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1.

2.

3.

Pengelolaan flora TWATWTP meliputi patroli hutan, pelatihan kebakaran
hutan, latihan penembakan, inventarisasi dan identifikasi flora, serta
rehabilitasi hutan. Terdapat 14 spesies flora yang diprioritaskan untuk
dikembangkan sebagai obyek wisata flora TW ATWTP.
Karakteristik pengunjung didominasi oleh jenis ke1amin perempuan dengan
tingkat pendidikan SMA dan Perguruan Tinggi, sebagian besar berasal dari
Jawa Tengah, dengan sumber informasi dari ternan (66.6%) dengan tujuan
rekreasi.
Masyarakat memanfaatkan sebagian keci1 tumbuhan di TWATWTP, yaitu H.
macrophylla, S. edule, dan C. asiatica. Keterlibatan masyarakat dalam

...
22

4.

kegiatan wisata di TWATWTP adalah dalam hal penyediaan homestay,
pedagang, juru kunci, ojek wisata, penjaga tiket serta pemandu wisata.
Pengembangan wisata flora TWA TWTP meliputi pengembangan aktivitas,
souvenir, fasilitas, sumberdaya manusia, promosi dan pengembangan
kerjasama wisata TWATWTP.
Saran

Koordinasi atau kerjasama antar kepentingan diantaranya pemerintah,
masyarakat serta stakeholder lainnya harus ditingkatkan dalam pengembangan
aktivitas wisata flora, sumberdaya manusia, souvenir, fasilitas dan promosi wisata
di TWATWTP, sehingga fungsi konservasi yakni pemanfaatan, pengawetan dan
perlindungan serta visi TWATWTP dapat terwujud dengan optimal. Selain itu,
perlu segera ditetapkan blok perlindungan dan pemanfaatan, sehingga pengelolaan
kawasan dapat lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA
Damanik J, Weber H. 2006. Pereneanaan ekowisata. Yogyakarta (ID): Andi
Offset.
[Ditjen) Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam PHKA.
2003. Pedoman Analisis Daerah Operasi Objek Daya Tarik Wisata Alam
(ADO-ODTWA). Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi A l a m . ·

Gaol HL. 2009. Pengembangan daerah tujuan wisata berbasis ekowisata. Jurnai
Kepariwisataan Indonesia. Vol. 4: [hIm. Tidak diketahui).
[IUCN) International Union for Conservation of Nature and Natural Resources.
2012. The IUCN Red List of Threatened Species [Intfi!rnet). [diunduh 2014
Maret 12). Tersedia pada: http://www.iuenredlist.org/details/22696019/0.
Kamsinah. 2008. Metode dalam Proses pembelajaran: Studi tentang Ragam dan
Implementasinya. Lentera Pendidikan XI (J): 101-114
Kartikawati SM. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan oleh Masyarakat
Dayak Meratus di Kawasan Hutan Pegunungan Gunung Meratus,
Kabupaten Hulu Sungai Tengah [tesis). Bogor (ID): Program Pascasarjana
Pertanian Bogor.
Kodhyat H. 2007. Cara mudah Memahami dan Mengembangkan Pariwisata
Indonesia. Jakarta (ID): Indonesia Ecotourism Network (INDECON).
Nasution S, Nasution MA, Damanik J. 2005. Persepsi Wisatawan Mancanegara
terhadap Kualitas Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Sumatera Utara.
Jurnal Studi Pembangunan. Vol. I: [hIm. Tidak diketahui).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2011. Pe