Pengembangan wisata alam di Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat

1

PENGEMBANGAN WISATA ALAM DI KABUPATEN
SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT

EDI ABDULLAH

DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

2

PENGEMBANGAN WISATA ALAM DI KABUPATEN
SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT

EDI ABDULLAH


Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

3

RINGKASAN
EDI ABDULLAH. E34061441. Pengembangan Wisata Alam di Kabupaten
Sumedang Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh E.K.S. HARINI
MUNTASIB dan EVA RACHMAWATI.
Kabupaten Sumedang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa
Barat yang terletak di sebelah timur Kota Bandung. Sumedang mempunyai

berbagai sumberdaya alam yang masih alami seperti hutan, air terjun, sumber air
dan fenomena alam lainnya. Keadaan tersebut merupakan keuntungan yang
strategis untuk menarik pengunjung datang ke obyek wisata alam.
Penelitian dilaksanakan pada obyek-obyek wisata alam di Kabupaten
Sumedang pada bulan Mei-Juni 2010. Alat yang digunakan antara lain kamera,
GPS dan alat tulis, sedangkan bahan yang digunakan adalah peta Kabupaten
Sumedang, pedoman ADO-ODTWA Dirjen PHKA 2003 yang telah dimodifikasi,
panduan wawancara dan kuisioner. Pengembangan wisata alam di Kabupaten
Sumedang dilakukan dengan cara melihat potensi obyek wisata alam yang diambil
dari hasil penilaian, usulan pengunjung terhadap obyek wisata alam, rencana
pengelola untuk pengembangan obyek wisata dan analisa lapang yang melihat
kondisi dan unsur yang terdapat di obyek wisata alam.
Hasil dari penelitian ini mendapatkan 21 obyek wisata alam yang terdiri
dari air terjun, areal perkemahan, tempat istirahat, sumber air dan fenomena alam.
Hasil penilaian ADO-ODTWA mendapatkan bobot setiap obyek wisata, yaitu
Curug Cinulang (1635), Parakan Kondang (1595), Curug Ciputrawangi (1545),
Geundeng (1515), Situsari (1490), Cipanas Sekarwangi (1400), Cipanas
Cileungsing (1385), Baru Beureum (1250), Gunung Kunci (1205), Cibingbin
(1140), Cipadayungan (1135), Cipanteuneun (1130), Tirta Sandi (1125), Curug
Cipongkor (1125), Curug Cigorobog (1115), Cadas Pangeran (1070), Cikandung

(1070), Margawindu (1070), Cijarami Indah (1070), Cigendel (1040) dan Gunung
Palasari (995). Penilaian tersebut menghasilkan 1 obyek sangat potensial untuk
dikembangkan yaitu Curug Cinulang, 14 obyek potensial dan 6 obyek kurang
potensial untuk dikembangkan.
Obyek wisata alam sangat potensial direkomendasikan untuk diutamakan
dalam pengembangan. Rencana pengembangan wisata alam yang dapat dilakukan
di Kabupaten Sumedang antara lain: (1) penyusunan produk wisata, (2)
peningkatan kerjasama dengan berbagai pihak untuk pengembangan dan promosi,
(3) perbaikan aksesibilitas menuju kawasan dan di dalam kawasan dan (4)
peningkatan fasilitas penunjang (sarana dan prasarana).

Kata kunci: Pengembangan wisata alam, Sumedang.

4

SUMMARY
EDI ABDULLAH. E34061441. Nature-Based Tourism in Sumedang District
West Java Province, West Java Province. Under supervision of E.K.S.
HARINI MUNTASIB and EVA RACHMAWATI.
Sumedang is one of regencies in West Java Province which located in the

east of Bandung City. Sumedang has many natural resources such as waterfalls,
forest, water sources, and other natural phenomenon. This circumstance is
strategically potential to attract tourist to the natural tourism object.
This research was conducted at several tourism objects in Sumedang
during May-June 2010. The tools used in the research were consisted of camera,
GPS, and stationaries. Materials used were consisted of map of Sumedang, a
modified standard assesment of Natural Tourism Objects (ADO-ODTWA) issued
by the Directorate General of Forest Protection and Natural Conservation (2003),
guidelines of interview, and questionaire. Data on nature-based tourism objects
were collected from observation, interview and the modified ADO-ODTWA. The
recommendation on nature-based tourism development in Sumedang was resulted
from analyses on the potential of nature-based tourism objects, visitors’ opinion
and suggestions, and tourism management planning.
There were 21 natural based tourism objects, consist of waterfall, camping
ground, rest area, water source, and natural phenomenon. The result of ADOODTWA assessment showed that the score of each objects were Curug Cinulang
(1635), Parakan Kondang (1595), Curug Ciputrawangi (1545), Geundeng (1515),
Situsari (1490), Cipanas Sekarwangi (1400), Cipanas Cileungsing (1385), Baru
Beureum (1250), Gunung Kunci (1205), Cibingbin (1140), Cipadayungan (1135),
Cipanteuneun (1130), Tirta Sandi (1125), Curug Cipongkor (1125), Curug
Cigorobog (1115), Cadas Pangeran (1070), Cikandung (1070), Margawindu

(1070), Cijarami Indah (1070), Cigendel (1040) and Gunung Palasari (995).
The result of analysis showed that there were one object wits high tourism
potentials, 14 objects wits medium potentials, and 6 object with low potentials.
Curug Cinulang wis the object with high tourism potentials and there fore it was
recommended the hinghest priority object to be developed. Natural based tourism
development in Sumedang can be done by (1) developing tourism products, (2)
increasing the cooperation among all stakeholders in the development and
promotion of the objects, (3) improving the accesibility to the area and inside the
area, and (4) enhancing the supporting facilities (facilities and infrastructures).

Keyword: Nature-based Tourism Development, Sumedang.

5

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan
Wisata Alam di Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat adalah benar-benar
hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah
digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2011

Edi Abdullah
E34061441

6

Judul Skripsi

: Pengembangan Wisata Alam di Kabupaten Sumedang
Provinsi Jawa Barat

Nama

: Edi Abdullah

NRP


: E34061441

Menyetujui:
Dosen pembimbing,

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Prof. Dr. E. K. S. Harini Muntasib
NIP. 19550410 198203 2 002

Eva Rachmawati, S.Hut, MSi
NIP. 19770321 200501 2 003

Mengetahui:
Ketua
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor,

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni
NIP. 19580915 198403 1 003

Tanggal lulus :

7

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT dan Nabi Besar
Muhammad SAW atas karunia dan rahmat yang telah diberikan, sehingga penulis
dapat melakukan penelitian dan menyelasaikan penulisan skripsi. Skripsi ini
merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh penulis mulai bulan Mei
sampai Juni 2010 dengan judul Pengembangan Wisata Alam di Kabupaten
Sumedang Provinsi Jawa Barat.
Kabupaten Sumedang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa
Barat yang terletak di sebelah timur Kota Bandung. Jalan yang melintasi
Sumedang merupakan jalur alternatif menuju kota di Jawa Tengah. Selain itu

sumberdaya alam yang dimiliki oleh Sumedang diantaranya hutan, air terjun,
sumber air dan fenomena alam lainnya dengan kondisi yang masih alami.
Keadaan tersebut merupakan keuntungan yang strategis untuk menarik
pengunjung datang ke obyek wisata alam. Kondisi tersebut mendorong penulis
melakukan penelitian tentang pengembangan wisata alam yang ada di Kabupaten
Sumedang. Hasil dari penelitian diharapkan menjadi masukan dan mendapat
perhatian dari Pemerintah Kabupaten Sumedang, Dinas Pariwisata, Dinas
Kehutanan, KPH Sumedang dan semua pihak yang bersangkutan.
Semoga skripsi ini bisa mendatangkan manfaat untuk berbagai pihak yang
bersangkutan. Kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk kesempurnaan penelitian
ini.

Bogor, Februari 2011

Penulis

8

9


UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
atas anugrah dan rahmatnya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Keluarga besar penulis: Djunaedi, S.Pd (Ayah), Engkar (Ibu) dan Mera
Nurhayanti (Adik).
2. Dosen pembimbing: Prof. Dr. E.K.S Harini Muntasib (Pembimbing I) dan Eva
Rachmawati, S.Hut, MSi (Pembimbing II).
3. Dosen penguji: Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS (DMNH), Ir. Bintang CH.
Simangunsong, MS, Phd (DHHT) dan Ir. Iwan Hilwan, MS (DSVK).
4. Pimpinan

dan

staf

Badan

Perencanaan


Daerah

(BAPEDA),

Dinas

Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (DISBUDPARPORA), Dinas
Kehutanan dan Perkebunan (DISHUTBUN) Kabupaten Sumedang dan Perum
Perhutani (KPH Sumedang).
5. Keluarga besar Fahutan 43 IPB, KSHE 43 “Cendrawasih”, HIMAKOVA,
KPE “TAPAK”, WAPEMALA Sumedang, Yayasan Karya Salemba Empat
(KSE) dan Paguyuban Mahasiswa Penerima Beasiswa KSE IPB.
6. Seluruh pihak dan rekan-rekan yang telah membantu dari awal hingga
selesainya tugas akhir penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima
kasih atas dukungan dan motivasinya.

i

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................

i

DAFTAR TABEL........................................................................................

iii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................

iv

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

v

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................
1.2 Tujuan ......................................................................................
1.3 Manfaat ....................................................................................

1
2
2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Wisata dan Wisata Alam ..........................................................
2.2 Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) .....................
2.3 Pengembangan Wisata .............................................................

3
4
6

BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu ....................................................................
3.2 Alat dan Bahan .........................................................................
3.3 Data dan Informasi ...................................................................
3.4 Tahapan Pengambilan Data dan Informasi ..............................
3.4.1 Pemilihan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam .............
3.4.2 Pengunjung......................................................................
3.5 Pengolahan Data.......................................................................

11
11
11
12
12
13
14

BAB IV KONDISI UMUM
4.1 Geografis ..................................................................................
4.2 Topografi, Iklim dan Curah Hujan ...........................................
4.3 Sejarah ......................................................................................
4.4 Sosial Ekonomi ........................................................................

18
19
19
20

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Obyek Wisata Alam .................................................................
5.1.1 Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) ............
5.1.2 Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam ..............
5.1.2.1 Daya Tarik Wisata Alam .....................................
5.1.2.2 Aksesibilitas ........................................................
5.1.2.3 Fasilitas Penunjang..............................................
5.1.2.4 Pemasaran ...........................................................
5.1.2.5 Hasil Penilaian ODTWA di Kabupaten
Sumedang ............................................................
5.2 Pengunjung...............................................................................

21
21
44
44
46
49
50
51
52

ii

5.3 Pengelola Obyek Wisata Alam ................................................
5.3.1 Pihak Pengelola ...............................................................
5.3.2 Rencana Pengelola ..........................................................
5.3.3 Kegiatan Pemasaran ........................................................
5.4 Pengembangan Wisata Alam ...................................................

54
54
56
56
57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ..............................................................................
6.2 Saran.........................................................................................

81
82

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

83

LAMPIRAN .................................................................................................

85

iii

DAFTAR TABEL
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Halaman

Data dan informasi penelitian .................................................................
Daya tarik obyek wisata ..........................................................................
Aksesibilitas ............................................................................................
Fasilitas penunjang ..................................................................................
Pemasaran ...............................................................................................
Klasifikasi pengembangan setiap unsur ..................................................
Skala penilaian ........................................................................................
Skala prioritas rekomendasi ....................................................................
Hasil penilaian daya tarik obyek wisata alam di Kabupaten
Sumedang ................................................................................................
10. Hasil penilaian aksesibilitas ODTWA di Kabupaten Sumedang ............
11. Hasil penilaian fasilitas penunjang ODTWA di Kabupaten
Sumedang ................................................................................................
12. Hasil penilaian pemasaran ODTWA di Kabupaten Sumedang ..............
13. Hasil penilaian kriteria ODTWA di Kabupaten Sumedang ....................
14. Pengelola obyek wisata alam di Kabupaten Sumedang ..........................
15. Klasifikasi pengembangan wisata alam di Kabupaten Sumedang ..........
16. Penyusunan pengembangan wisata alam di Kabupaten Sumedang ........

11
14
15
15
15
16
17
17
46
47
50
51
51
54
58
60

iv

DAFTAR GAMBAR
No

Halaman

1. Kabupaten Sumedang..............................................................................
2. ODTWA di Kabupaten Sumedang..........................................................
3. (a) Curug Cipongkor, (b) Pemandangan dari bukit Cipongkor...............
4. (a) Air Terjun Ciputrawangi, (b) Areal perkemahan ..............................
5. (a) Air Terjun Cigorobog, (b) Pemandangan Cigorobog ........................
6. (a) Air Terjun Kembar Cinulang, (b) Pemandangan alam ......................
7. (a) Curug Cipadayungan,(b) Areal perkemahan Cipadayungan .............
8. (a) Areal camping Baru Beureum, (b) Puncak Gunung Manglayang .....
9. (a) Areal camping Parakan Kondang, (b) Sungai Cimanuk....................
10. (a) Pancuran air panas berbelerang, (b) Kolam air panas berbelerang ...
11. (a) Kolam air panas berbelerang, (b) Kolam permainan .........................
12. (a) Mata air Cikandung, (b) Pemandangan dari bukit Cikandung ..........
13. Situsari.....................................................................................................
14. (a) Kolam renang Cipanteuneun, (b) Areal perkemahan ........................
15. (a) Jalan Cadas Pangeran, (b) Pemandangan jalan raya ..........................
16. (a) Peristirahatan Geundeng, (b) Sungai Cimanuk .................................
17. (a) Rumah makan Cigendel, (b) Kawasan peristirahatan Cigendel ........
18. (a) Benteng peninggalan Belanda, (b) Arboretum Gunung Palasari.......
19. (a) Benteng peninggalan Belanda, (b) Arena bermain ............................
20. (a) Kolam ternak ikan, (b) Shelter Tirta Sandi........................................
21. (a) Shelter Cibingbin. (b) Kolam renang dan permainan air...................
22. (a) Pemandangan ke perkebunan teh, (b) Pintu masuk Cijarami Indah ..
23. (a) Pemandangan Gunung Masigit Kareumbi, (b) Shelter ......................
24. Aksesibilitas ODTWA di Kabupaten Sumedang ....................................
25. Penilaian pengunjung ..............................................................................

18
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
48
54

v

DAFTAR LAMPIRAN
No

Halaman

1. Panduan wawancara ................................................................................
2. Kuisioner untuk pengunjung obyek wisata alam di Kabupaten
Sumedang ................................................................................................
3. Hasil penilaian Obyek dan Daya Darik Wisata Alam (ODTWA) di
Kabupaten Sumedang..............................................................................
4. Data pengunjung obyek wisata alam di Kabupaten Sumedang ..............

86
89
92
100

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Kabupaten Sumedang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa

Barat yang terletak di sebelah timur Kota Bandung. Kabupaten Sumedang
mempunyai luas ±152.219,20 ha dengan kondisi topografi pegunungan yang
berbukit-bukit (Wiriaatmadja 2002). Kondisi tersebut mempunyai berbagai
sumberdaya alam yang masih alami seperti hutan, air terjun, sumber air dan
fenomena alam yang tersebar di seluruh daerah di Kabupaten Sumedang.
Kabupaten Sumedang bisa ditempuh menggunakan kendaraan (motor/mobil)
dengan waktu 1-2 jam, karena berjarak ±45 km dari ibu kota provinsi (Kota
Bandung). Selain itu jalan yang melintasi Kabupaten Sumedang merupakan jalur
alternatif untuk menuju kota-kota di Jawa Tengah. Keadaan tersebut merupakan
keuntungan yang strategis untuk menarik pengunjung datang ke obyek wisata
alam di Sumedang.
Data dari Dinas Pariwisata Kabupaten Sumedang menyebutkan bahwa
obyek dan daya tarik wisata alam di Kabupaten Sumedang berjumlah banyak,
tetapi obyek wisata alam yang sering dikunjungi dan telah dikenal oleh
masyarakat antara lain Cipanas Cileungsing, Curug Cinulang dan kawasan wisata
Citengah. Selain itu di Kabupaten Sumedang masih mempunyai obyek wisata
alam yang belum dikembangkan seperti Gunung Kunci, Cipanteuneun, Curug
Cigorobog dan Curug Ciputrawangi. Ada beberapa obyek wisata alam yang
pengelolaan dan pengembangannya masih kurang seperti Baru Beureum, Situsari
dan Cipadayungan, bahkan ada obyek wisata alam tidak dimanfaatkan dan tidak
dikelola seperti Curug Cipongkor. Obyek wisata alam di Kabupaten Sumedang
dikelola oleh banyak pihak, diantaranya Dinas Pariwisata, Dinas Kehutanan,
Perum Perhutani (KPH Sumedang) dan swasta. Berdasarkan kondisi tersebut
maka dilakukan inventarisasi potensi obyek dan daya tarik wisata alam (ODTWA)
terhadap obyek-obyek wisata yang terdapat di Kabupaten Sumedang. Hasil
inventarisasi

tersebut

kemudian

pengembangan wisata alam.

dijadikan

masukan

dalam

penyusunan

2

1.2

Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun pengembangan obyek

wisata alam di Kabupaten Sumedang, dengan langkah sebagai berikut:
1. Menginventarisasi potensi obyek dan daya tarik wisata alam di
Kabupaten Sumedang.
2. Menilai potensi obyek dan daya tarik wisata alam di Kabupaten
Sumedang.
3. Menyusun pengembangan obyek wisata alam di Kabupaten Sumedang.

1.3

Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai masukan dan rekomendasi kepada pihak pengelola untuk
bahan pertimbangan dalam pengembangan wisata alam di Kabupaten
Sumedang.
2. Sebagai media informasi bagi pembaca mengenai wisata alam yang
terdapat di Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat.

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Wisata dan Wisata Alam
Undang-Undang No 10 Tahun 2009 pasal 1 menjelaskan bahwa wisata

adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi
atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara. Sedangkan Beeton (1998) menyatakan bahwa wisata mempunyai
beberapa unsur yaitu berdasarkan pada lingkungan dan bertujuan untuk
pendidikan. Definisi lain menyebutkan bahwa wisata merupakan keseluruhan
bentuk aktifitas manusia baik berupa individual, bisnis, organisasi dan aktifitas
lain yang sangat luas terkombinasi dengan beberapa bentuk penelusuran
pengalaman wisata (Cooper et al. 1999). Suyitno (2001) menambahkan bahwa
wisata merupakan salah satu kegiatan yang mempunyai karakteristrik tertentu,
yaitu:
1. Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan
kembali ke tempat asalnya.
2. Melihat beberapa komponen wisata, misalnya sarana transportasi,
akomodasi, restoran, obyek wisata, toko cendramata dan lainnya.
3. Umumnya dilakukan dengan mengunjungi obyek dan atraksi wisata,
daerah atau bahkan negara secara kesinambungan.
4. Memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan kesenangan.
5. Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan, bahkan keberadaanya dapat
memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat atau daerah yang
dikunjungi, karena uang yang dibelanjakan dibawa dari tempat asal.
Dirjen PHKA (2001) menjelaskan bahwa wisata alam merupakan kegiatan
perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela
serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam.
Sedangkan menurut Kodhyat (1996) wisata alam yang lebih banyak diminati
adalah wisata alam yang lebih lunak dengan resiko yang lebih ringan, namun
unsur-unsur alamiah tetap memegang peranan penting. Sehingga wisata alam

4

merupakan perjalanan ke kawasan belum terjamah (virgin), belum terganggu atau
terkontaminasi dengan tujuan khusus, tidak sekedar rekreasi tetapi untuk
mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan alam, flora dan fauna
langka (wildlife) beserta segala manifestasi kultural yang ada di kawasan tersebut.
Wisata alam mempunyai beberapa komponen yang terdapat di dalamnya,
komponen tersebut menurut Cooper et al. (1999) terdiri dari:
1. Atraksi wisata baik berupa alam dan batuan (hasil karya manusia) atau
peristiwa (kegiatan) yang merupakan alasan utama kunjungan.
2. Fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan oleh wisatawan di daerah tujuan
wisata.
3. Akomodasi, makanan dan minuman tidak hanya tersedia dalam bentuk
fisik, namun juga harus dapat menciptakan perasaan hangat dan
memberikan kenangan pada lingkungan dan makanan setempat.
4. Aksesibilitas (jalan dan transportasi) merupakan salah satu faktor
kesuksesan daerah tujuan wisata.
5. Faktor pendukung lainnya seperti kegiatan pemasaran, pengembangan dan
koordinasi.

2.2

Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA)
Undang-Undang No 10 Tahun 2009 pasal 1 menjelaskan bahwa daya tarik

wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang
berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Sedangkan menurut Suwantoro
(1997) obyek wisata alam adalah sumberdaya alam yang berpotensi dan berdaya
tarik bagi wisatawan serta yang ditunjukan untuk pembinaan cinta alam, baik
dalam kegiatan alam maupun setelah pembudidayaan. Unsur yang menentukan
pengunjung untuk datang ke obyek wisata harus dirancang dan dikelola secara
profesional, unsur daya tarik suatu obyek wisata meliputi:
1. Adanya sumberdaya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman
dan bersih.
2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk mengunjunginya.
3. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka.

5

4. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan.
5. Obyek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam
pegunungan, sungai, pantai, pasir dan hutan.
6. Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai
khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur
yang terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa
lampau.
Kodhyat (1996) menjelaskan bahwa daya tarik wisata adalah segala
sesuatu yang mendorong orang untuk berkunjung dan singgah di daerah tujuan
wisata yang bersangkutan. Sementara Sudarto (1999) memaparkan unsur paling
penting yang menjadi daya tarik dari sebuah daerah tujuan wisata adalah kondisi
alamnya, kondisi flora dan fauna yang unik, langka dan endemik, kondisi
fenomena alam, kondisi adat dan budaya. Sedangkan menurut Soekadijo (2000)
wisatawan hanya akan berkunjung ke tempat tertentu kalau di tempat itu terdapat
kondisi yang sesuai dengan motif wisatawan.
Potensi obyek dan daya tarik wisata alam yang dijelaskan dalam pedoman
Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA)
Dirjen PHKA Tahun 2003, yaitu:
1. Flora dan fauna, yaitu potensi flora dan fauna secara umum dan
diutamakan informasi mengenai flora dan fauna khas yang ada serta
penyebarannya, yang memiliki daya tarik wisata alam.
2. Gejala alam, yaitu obyek-obyek yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan
wisata alam, antara lain: sumber air panas, air terjun, goa, puncak gunung,
kawah, danau, sungai dan lain-lain.
3. Keindahan alam yaitu obyek-obyek yang memiliki keindahan alam baik
darat, laut dan danau. Keindahan alam dapat dilihat dari pandangan lepas,
variasi pandangan, keserasian warna dan pandangan lingkungan obyek.
4. Keunikan sumberdaya alam, yaitu obyek-obyek yang memiliki ciri khas
sumber alam dalam suatu lokasi yang tidak dimiliki oleh lokasi lain.
5. Panorama, yaitu obyek-obyek yang memiliki pemandangan alam dalam
suatu areal yang terbuka dan luas yang mempunyai daya tarik wisata alam.

6

6. Peninggalan sejarah, yaitu obyek-obyek yang memiliki nilai sejarah,
dikeramatkan dan lain-lain.
7. Atraksi budaya spesifik, yaitu adat istiadat, kesenian, yang memiliki
keunikan dan daya tarik tersendiri.

2.3

Pengembangan Wisata
Undang-Undang

No

10

Tahun

2009

menyatakan

pembangunan

kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas manfaat, kekeluargaan, adil dan
merata, keseimbangan, kemandirian, kelestarian, partisipatif, berkelanjutan,
demokratis, kesetaraan dan kesatuan yang diwujudkan melalui pelaksanaan
rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman,
keunikan, kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata.
Sedangkan Dirjen PHKA (2001) menjelaskan bahwa pengembangan pariwisata
alam adalah kegiatan memanfaatkan ruang melalui serangkaian program kegiatan
pembangunan untuk pariwisata alam yang meliputi pengelolaan pemanfaatan
lahan dan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya sesuai dengan azas
pemanfaatan lahan dan mengakomodasi semua kepentingan secara terpadu,
berdaya guna, berhasil guna, serasi, seimbang dan berkelanjutan.
Usaha untuk meningkatkan kegiatan wisata alam bisa dilakukan dengan
cara pengembangan obyek dan daya tarik wisata yang ada di masing-masing
tempat wisata. Dalam perencanaan pengembangan yang lebih luas dan
berkelanjutan, Fennel (2002) memaparkan bahwa ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan

seperti

perencanaan

yang

matang

sehingga

tujuan

dari

pengembangan wisata bisa tercapai dan pengorganisasian yang jelas dimana
semua pihak bisa bekerja di bagian pengunjung secara profesional. Konsep yang
bisa diterapkan dalam pengembangan pariwisata alam yaitu: keadilan bagi akses
pemanfaatan, pemanfaatan secara lestari dan berkelanjutan, pemberdayaan
masyarakat dan peningkatan mutu kehidupan masyarakat (Dirjen PHKA 2001).
Sedangkan menurut Fennel (2002) pengembangan wisata bisa dilakukan dengan
membuat rencana dan menyusun pengembangan yang mempunyai prinsip untuk
mencapai tujuan pengembangan tersebut. Dirjen PHKA (2001) menjelaskan
bahwa pengembangan pariwisata alam harus mencangkup beberapa prinsip,

7

seperti: konservasi, edukasi, partisipasi masyarakat, ekonomi dan rekreasi. Selain
itu Muntasib et al. (2004) memaparkan tujuh prinsip pengembangan ekowisata
harus memperhatikan, yaitu:
1. Berhubungan/kontak langsung dengan alam (touch the nature).
2. Pengalaman yang bermanfaat baik secara pribadi dan sosial.
3. Ekowisata bukan wisata massal.
4. Program-program ekowisata harus membuat tantangan fisik dan mental
bagi wisatawan.
5. Interaksi dengan masyarakat dan belajar budaya setempat.
6. Adaptif (menyesuaikan) terhadap kondisi akomodasi pedesaan.
7. Pengalaman lebih utama daripada kenyamanan.
Pengembangan wisata alam harus mempunyai strategi, perencanaan dan
tahapan yang jelas. Strategi pengembangan wisata menurut Godfrey dan Jackie
(2000) yaitu:
1. Identifikasi obyek wisata.
2. Menetapkan tujuan pengembangan.
3. Menyusun rencana.
Wearing dan John (2009) menyatakan ada beberapa perencanaan yang bisa
dilakukan dalam pengembangan wisata, seperti:
1. Perlindungan terhadap lingkungan.
2. Pengembangan produk wisata.
3. Pemasaran dan promosi.
4. Sarana dan prasarana pembangunan.
5. Peran pihak swasta/pengelola.
Page dan Rose (2002) menjelaskan bahwa dalam pengembangan wisata
terdapat beberapa etika, yang meliputi: memperhatikan lingkungan alam sekitar
obyek wisata, memanfaatkan sumberdaya untuk kepentingan bersama secara
bijaksana dengan cara menyamakan tujuan dari semua pihak yang terlibat,
perencanaan pengembangan dengan melihat peran dari masyarakat sekitar obyek,
daya dukung lingkungan dan kelestarian alam. Sedangkan untuk pengembangan
obyek wisata Suwantoro (1997) menjelaskan bahwa ada beberapa kebijakan yang
menentukan dalam pengembangan wisata, diantaranya:

8

1. Promosi mengenai obyek.
2. Aksebilitas menuju kawasan.
3. Kawasan wisata.
4. Produk wisata.
5. Sumberdaya manusia.
6. Kampanye nasional sadar wisata.
Prinsip, etika dan perencanaan telah dipenuhi maka pengembangan wisata
bisa dilakukan dengan melalui berbagai tahapan. Dirjen PHKA (2001)
memaparkan beberapa tahapan pengembangan pariwisata alam yang bisa
dilakukan di suatu lokasi, yaitu:
1. Perencanaan, meliputi identifikasi, inventarisasi dan analisis data,
identifikasi

konflik

sumberdaya,

analisis

data,

penetapan

posisi

perkembangan, pengelolaan pengunjung, pemasaran dan promosi,
sumberdaya manusia, pengelolaan dampak, pembangunan sarana dan
prasarana, pengusahaan pariwisata alam dan kelembagaan.
2. Pelaksanaan, meliputi koordinasi, sosialisasi dan kerjasama.
3. Monitoring dan evaluasi.
Pengembangan wisata mempunyai beberapa proses. Menurut Fennel
(2002) pengembangan wisata alam mempunyai proses perencanaan yang khusus,
proses tersebut meliputi:
1. Persiapan, perencanaan ini melibatkan banyak pihak seperti pemerintah
pusat, pemerintah setempat dan masyarakat sekitar obyek wisata untuk
merumuskan perencanaan pengembangan.
2. Penentuan sasaran, perencanaan ini merupakan tujuan utama dari
pengembangan yang dilakukan dengan tidak mengurangi nilai sosial,
lingkungan dan budaya setempat.
3. Survey, merupakan perencanaan yang mengumpulkan semua data
mengenai kawasan baik dari sumberdaya alam atau dari daya dukung
lingkungan. Data yang dikumpulkan meliputi permintaan dan penawaran
wisata baik dari masyarakat sekitar ataupun dari luar yang mendukung
tercapainnya tujuan pengembangan tersebut.

9

4. Analisa

dan

sintesis,

merupakan

tahapan

untuk

melihat

dan

mempertimbangkan suatu rencana yang sebelumnya telah diteliti dan
disatukan guna dirumuskan untuk mencapai tujuan.
5. Kebijakan dan perumusan rencana dilakukan untuk menetapkan berbagai
pilihan dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang telah ditetapkan
dalam pengembangan wisata.
6. Rekomendasi pertimbangan merupakan penyampaian data dan fakta
mengenai proses pengembangan, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
mencari perencanaan alternatif ketika rencana awal tidak bisa dilakukan.
7. Pelaksanaan dan monitoring dilakukan untuk melakukan apa yang telah
direncanakan dan disusun pada tahap sebelumnya, dengan melihat dan
mengontrol pelaksanaan tersebut sehingga tepat di jalurnya dan tercapai
tujuan yang diharapkan.
8. Tinjauan ulang secara berkala merupakan proses untuk melihat rencana
pengembangan tersebut yang dilakukan secara berkala, tujuan dari tinjaun
ulang adalah untuk mengukur tercapainnya tujuan dari pengembangan.
Dirjen PHKA (2003) menjelaskan bahwa pengembangan obyek wisata
alam dilakukan berdasarkan skala prioritas dan rekomendasi. Pengembangan
dikatagorikan dalam beberapa katagori, yaitu sebagai berikut:
1. Sangat potensial, yaitu daerah yang memiliki ODTWA layak untuk
dikembangkan berdasarkan hasil penilaian ADO-ODTWA melalui urutan
prioritas.
2. Potensial, yaitu daerah yang memiliki potensi, namun memiliki hambatan
dan kendala untuk dikembangkan dengan persyaratan-persyaratan tertentu
yang memerlukan pembinaan lebih lanjut berdasarkan hasil penilaian
ADO-ODTWA.
3. Kurang potensial, yaitu daerah yang tidak dapat dikembangkan atas dasar
hasil penilaian ADO-ODTWA.
Raharjo (2005) memaparkan bahwa suatu kawasan dianggap potensial
untuk dikembangkan bisa diukur dari beberapa faktor, yaitu:
1. Adanya keberagaman titik potensi ekoturisme. Misalkan: ekosistem hutan
yang alami, air terjun, sungai, situ ataupun aktifitas pertanian, peternakan.

10

2. Dukungan dari masyarakat dan pemerintah setempat.
3. Sarana dan prasarana. Misalkan: home stay, tempat ibadah, puskesmas,
sarana komunikasi dan fasilitas untuk mengakses informasi.
4. Aksesibilitas terhadap lokasi pengembangan obyek wisata.
5. Hubungan lokasi, pengembangan obyek wisata dengan lokasi wisata
lainnya.
Dirjen PHKA (2002) menjelaskan bahwa program pengembangan wisata
alam secara berkelanjutan bisa dilakukan dengan melihat beberapa faktor
diantaranya:
1. Pengembangan lokasi obyek (Potensi ODTWA), yaitu: rencana kegiatan
pengembangan obyek sesuai analisis, dengan urutan prioritas baik yang
menyangkut lokasi obyek maupun jenis-jenis kegiatan yang dikaitkan
dengan rencana pengelola kawasan tersebut.
2. Fasilitas penunjang, yaitu: kegiatan pengembangan sarana dan prasarana di
dalam dan di luar obyek dengan prioritas pengembangan lokasi obyek.
3. Keadaan Pengunjung, yaitu: jumlah pengunjung, perilaku pengunjung
yang terdiri dari wisatawan luar negeri dan wisatawan dalam negeri.
4. Pengelolaan dan pelayanan, yaitu: Pengelolaan obyek dan pelayanan
pengunjung merupakan hal yang perlu terus ditingkatkan dalam
pemanfaatan suatu ODTWA, karena berpengaruh secara langsung dengan
kepuasan pengunjung dan pelestarian obyek itu sendiri. Selain itu dalam
implementasinya perlu ditunjang oleh tenaga yang professional di bidang
pariwisata alam, bahasa dan mampu melakukan pelayanan terhadap
pengunjung.
5. Kegiatan wisata alam, yaitu: rencana dan realisasi pengembangan kegiatan
wisata alam, baik oleh pengelola, masyarakat maupun pemerintah.

11

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1

Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di obyek-obyek wisata alam yang terdapat di

Kabupaten Sumedang, selama dua bulan yaitu mulai bulan Mei-Juni 2010.

3.2

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah kamera, GPS (Global Positioning System) dan

alat tulis. Sedangkan bahan yang dipakai berupa peta Kabupaten Sumedang,
pedoman analisis daerah operasi obyek dan daya tarik wisata alam (ADOODTWA) Dirjen PHKA tahun 2003 yang telah dimodifikasi, panduan wawancara
dan kuisioner.

3.3

Data dan Informasi
Data dan informasi yang diperlukan untuk melakukan penelitian adalah

sebagai berikut (Tabel 1):
Tabel 1 Data dan informasi penelitian
Data dan Informasi
1. Kondisi umum, meliputi: letak,
pengelolaan, status wilayah, kondisi
fisik, kondisi biologi

Metode
Studi pustaka,
wawancara dan
pengamatan lapang

2. Potensi ODTWA, meliputi: daya
tarik obyek wisata, aksesibilitas,
fasilitas penunjang dan pemasaran

Studi pustaka,
wawancara dan
pengamatan lapang

3. Pengunjung, meliputi: karakteristik,
aktifitas, tujuan, waktu kunjungan
dan penilaian pengunjung terhadap
obyek wisata alam di Sumedang
4. Pengelolaan, meliputi: status obyek
wisata, pengelolaan, pelayanan,
perencanaan, pengembangan,
kebijakan, permasalahan dan hal lain
yang berkaitan dengan obyek wisata

Kuisioner dan
wawancara

Studi pustaka dan
wawancara

Sumber
Dinas Pariwisata, Dinas
Kehutanan, Perum Perhutani
(KPH Sumedang), perpustakaan
daerah
Dinas Pariwisata, Dinas
Kehutanan, Perum Perhutani
(KPH Sumedang), perpustakaan
daerah dan biro perjalanan
Pengunjung dan pengelola

Dinas Pariwisata, Dinas
Kehutanan, Perum Perhutani
(KPH Sumedang)

12

3.4

Tahapan Pengambilan Data dan Informasi

3.4.1

Pemilihan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam

1) Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk mengetahui data dan informasi mengenai
lokasi penelitian. Telaah pustaka dilakukan untuk pengumpulan data awal,
kemudian dikaji sehingga relevan dengan penelitian yang dilakukan. Sumber data
dan informasi tersebut dikumpulkan dari penelitian terdahulu, brosur, buku,
dokumen, majalah dan sumber lainnya. Pengambilan data dan informasi diperoleh
dari kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Kehutanan dan Perkebunan,
perpustakaan daerah Kabupaten Sumedang, perpustakaan IPB, dan tempat lain
yang menunjang sumber penelitian.
2) Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Wawancara langsung dilakukan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas
Kehutanan dan Perkebunan, Perum Perhutani (KPH Sumedang), pengelola obyek
wisata alam (karang taruna desa dan swasta) dan biro perjalanan wisata dengan
menggunakan panduan wawancara (Lampiran 1). Data dan informasi yang
diambil yaitu potensi ODTWA di Sumedang, perencanaan, pengembangan,
pengelolaan, permasalahan dan kebijakan terhadap obyek wisata di Kabupaten
Sumedang. Sedangkan wawancara tidak langsung dilakukan kepada pengunjung
melalui kuisioner (Lampiran 2). Data dan informasi yang diambil yaitu
karakteristik, aktifitas, tujuan, waktu kunjungan dan penilaian pengunjung
terhadap obyek wisata alam di Sumedang.
3) Observasi Lapang
Observasi lapang dilakukan untuk melihat dan mengetahui potensi obyek
dan daya tarik wisata alam secara langsung serta untuk verifikasi data dan
informasi dengan keadaan obyek di lapangan. Data dan informasi yang diambil
adalah sebagai berikut:
a. Daya tarik, meliputi keunikan sumberdaya alam, banyaknya sumber daya
alam yang menonjol, jenis kegiatan dan kebersihan obyek wisata.
b. Aksesibilitas, meliputi kondisi jalan, jarak dan waktu tempuh dari pusat
pemerintahan Kabupaten Sumedang sampai obyek wisata.

13

c. Fasilitas penunjang, meliputi sarana (warung, pasar, bank, toko
cendramata, tempat peribadatan dan MCK) dan prasarana (kantor pos,
puskesmas,

wartel/warnet,

areal

parkir,

jalan/jembatan,

jaringan

radio/TV/koran), dalam radius 5 km dari obyek wisata alam.
d. Pemasaran, meliputi tarif, variasi produk wisata, sarana penyampaian
informasi dan promosi.
e. Kondisi dan keadaan obyek wisata.

3.4.2

Pengunjung
Pengambilan data dan informasi mengenai pengunjung dilakukan dengan

sampling. Cara sampling yang digunakan yaitu rumus Slovin (Sevilla 1993 dalam
Prasetyo dan Jannah 2005) yang disesuaikan dengan keadaan di lapangan, kondisi
obyek wisata dan jumlah pengunjung. Rumus Slovin digunakan untuk
menentukan jumlah sampling pengunjung wisata alam yang ada di Kabupaten
Sumedang, yaitu:

Keterangan: n = Jumlah sampel
N = Jumlah pengunjung wisata alam di Kabupaten Sumedang
e = Batas kesalahan 10%

Pengambilan sampling pengunjung di setiap lokasi obyek wisata alam
dilakukan dengan dua cara. Pertama persamaan proposional (Sevilla 1993 dalam
Prasetyo dan Jannah 2005), yaitu untuk obyek wisata alam yang jumlah
pengunjung ≥4.000 orang/tahun (Disparbudpora Kabupaten Sumedang 2010).
Persamaan tersebut yaitu:

Keterangan : n1
N1
N
n

= Sampel di obyek wisata alam 1
= Pengunjung di obyek wisata alam 1
= Total pengunjung wisata alam di Kabupaten Sumedang
= Jumlah sampel

Cara kedua yaitu metode accidental, metode ini dilakukan untuk obyek
wisata alam dengan jumlah pengunjung ≤4.000 orang/tahun (Disparbudpora
Kabupaten Sumedang 2010). Metode tersebut dilakukan untuk mempermudah

14

cara mendapatkan data dan informasi mengenai pengunjung yang datang ke obyek
wisata. Metode tersebut menjelaskan bahwa pengunjung yang diperoleh di obyek
wisata alam dilakukan secara kebetulan, dikarenakan jumlah pengunjung tiap hari
berbeda dan tidak bisa ditentukan dengan pasti.

3.5

Pengolahan Data
Data mengenai potensi obyek dan daya tarik wisata alam diolah dengan

menggunakan pedoman ADO-ODTWA Dirjen PHKA tahun 2003 yang telah
dimodifikasi. Kriteria yang tidak dimodifikasi/diambil pada penelitian ini yang
terdapat di pedoman ADO-ODTWA yaitu potensi pasar, kondisi sekitar kawasan,
pengelolaan dan pelayanan, iklim, akomodasi, ketersediaan air bersih, hubungan
dengan obyek wisata di sekitarnya, keamanan, daya dukung kawasan, pengaturan
pengunjung dan pangsa pasar.
Pengambilan kriteria penilaian disesuaikan dengan tujuan penelitian,
kondisi di lapangan, kemampuan, kepentingan dan prioritas data yang didapatkan
untuk penelitian, sehingga kriteria yang diambil untuk melakukan penelitian ini
yaitu daya tarik obyek wisata (Tabel 2), aksesibilitas (Tabel 3), fasilitas penunjang
(Tabel 4) dan pemasaran (Tabel 5).
Tabel 2 Daya tarik obyek wisata
Bobot: 6
No
1

2

3

Unsur/sub unsur
Keunikan sumber daya alam:
1) Sumber air panas
2) Goa
3) Air terjun
4) Flora fauna
5) Adat istiadat
Banyaknya sumber daya alam yang menonjol:
1) Batuan
2) Flora
3) Fauna
4) Air
5) Gejala alam
Jenis kegiatan wisata alam:
1) Tracking
2) Mendaki
3) Rafling
4) Camping
5) Pendidikan
6) Religius
7) Hiking
8) Dll

Ada
5
30

Ada
4
25

Nilai
Ada
3
20

Ada
5
30

Ada
4
25

Ada
3
20

Ada
2
15

Ada
1
10

Lebih
7
30

Ada
6-7
25

Ada
4-5
20

Ada
2-3
15

Ada
1
10

Ada
2
15

Ada
1
10

15

Tabel 2 Lanjutan
No
4

Unsur/sub unsur
Kebersihan lokasi tidak ada pengaruh dari:
1) Industri
2) Jalan ramai motor/mobil
3) Pemukiman penduduk
4) Sampah
5) Binatang
6) Coret-coret
Sumber: Pedoman ADO-ODTWA (2003)

Tidak
ada
30

Ada
1-2
25

Nilai
Ada
3-4
20

Ada
5
15

Ada
6
10

Tabel 3 Aksesibilitas
Bobot: 5
1

Kondisi dan jarak jalan dari
pemerintahan Kabupaten, Sumedang

1-14 km
15-27 km
28-40 km
41-53 km
Waktu tempuh ke obyek dari
2
pemerintahan Kabupaten, Sumedang
(menit)
Sumber: Pedoman ADO-ODTWA (2003)

Baik

Cukup

80
60
40
20
2-19
(menit)
30

Sedang

Buruk

60
40
40
20
20
10
10
5
20-36
37-53
54-70
(menit) (menit) (menit)
25
20
15

20
10
5
1
71-87
(menit)
10

Tabel 4 Fasilitas penunjang
Bobot: 3
No

Unsur/sub unsur

Prasarana (radius 5 km)
1) Kantor pos
2) Puskesmas/klinik
3) Wartel/warnet
4) Areal parkir
5) Jalan/jembatan
6) Jaringan radio/TV/Koran
Sarana
2
1) warung
2) pasar
3) Bank
4) Toko cendramata
5) Tempat peribadatan
6) Toilet
Sumber: Pedoman ADO-ODTWA (2003)
1

>4

3

30

25

30

25

Macam
2
Nilai
20

20

1

0

15

10

15

10

Tabel 5 Pemasaran
Bobot: 4
No
1

Unsur/Sub unsur

Pemasaran
1) Tarif/Harga terjangkau
2) Produk wisata (ODTWA) bervariasi
3) Sarana penyampaian informasi
4) Promosi
Sumber: Pedoman ADO-ODTWA (2003)

Nilai
Ada 4
30

Ada 3
25

Ada 2
15

Ada 1
5

16

Penilaian obyek dan daya tarik wisata dilakukan untuk mendapatkan bobot
dari setiap obyek wisata, bobot setiap obyek didapatkan dari penilain setiap unsur.
Bobot setiap obyek wisata digunakan untuk menentukan skor setiap obyek wisata
dari 4 kriteria penilaian, yaitu daya tarik wisata, aksesibilitas, fasilitas penunjang
dan pemasaran. Skor diperoleh dengan cara jumlah nilai setiap unsur dikalikan
dengan bobot dari setiap kriteria penilaian tersebut. Secara rumus Romani (2006)
memaparkan yaitu:
S=NxB
Keterangan:

S = Skor/nilai
N = Jumlah nilai unsur-unsur pada kriteria
B = Bobot nilai

Pengembangan obyek wisata alam dilakukan dengan mengklasifikasikan
obyek wisata berdasarkan skor dari obyek tersebut. Oktadiyani (2006)
menjelaskan bahwa untuk menentukan selang setiap obyek wisata bisa dilakukan
dengan cara skor tertinggi dikurangi dengan skor terendah dan membaginya
dengan selang yang digunakan, secara rumus bisa dinyatakan yaitu:

Keterangan:

Selang
Smaks
Smin
K

= Nilai selang dalam penetapan klasifikasi pengembangan
= Nilai skor tertinggi
= Nilai skor terendah
= Banyaknya klasifikasi pengembangan

Selang setiap obyek wisata diketahui, maka dilakukan klasifikasi
pengembangan setiap unsur dengan melihat nilai dari pedoman ADO-ODTWA.
Klasifikasi

pengembangan

setiap

unsur

digunakan

untuk

menentukan

pengembangan setiap unsur. Nilai klasifikasi pengembangan menjelaskan
pengembangan setiap unsur, yaitu (Tabel 6):
Tabel 6 Klasifikasi pengembangan setiap unsur
Penilaian ADOODTWA
Daya tarik
Aksesibilitas
Fasilitas
penunjang
Pemasaran

Nilai
tertinggi
180
400
90

Nilai
terendah
60
5
30

Kurang
potensial
60-100
5-137
30-50

120

20

20-54

101-140
138-370
51-70

Sangat
potensial
141-180
371-400
71-90

55-88

89-120

Potensial

17

Nilai dari setiap unsur pada penilaian kriteria dijumlahkan untuk
menentukan skala prioritas pengembangan. Nilai tersebut dijumlahkan mulai dari
nilai terendah sampai pada nilai tertinggi. Nilai tersebut menghasilkan klasifikasi
penilaian tertinggi dan terendah (Tabel 7), yaitu:
Tabel 7 Skala penilaian
Klasifikasi
Tertinggi
Terendah

Penilaian

Nilai
2170
550

Pengembangan wisata alam di Kabupaten Sumedang dilakukan dengan
cara melihat skala penilaian dan klasifikasi pengembangan. Hasil skala prioritas
rekomendasi mendapatkan tiga kelompok pengembangan, yaitu (Tabel 8):
Tabel 8 Skala prioritas rekomendasi
Klasifikasi

Unsur
Sangat Potensial
Potensial
Kurang Potensial

Nilai
1631-2170
1091-1630
550-1090

Hasil klasifikasi pengembangan digunakan untuk menentukan obyek
wisata alam yang akan diutamakan untuk dikembangkan. Obyek wisata alam yang
termasuk dalam klasifikasi pengembangan sangat potensial merupakan obyek
wisata

yang

direkomendasikan

untuk

diutamakan

dalam

penyusunan

pengembangan. Dirjen PHKA (2002) menjelaskan bahwa pengembangan obyek
wisata dilakukan dengan melihat obyek yang sangat potensial untuk
dikembangkan dilihat dari berbagai unsur. Unsur yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu daya tarik wisata, aksesibilitas, fasilitas penunjang dan
pemasaran.

18

BAB IV
KONDISI UMUM
4.1

Geografis
Letak geografis Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang berada di posisi

107˚14’-108˚21’ bujur timur dan 06˚40’-07˚83’ lintang selatan. Kabupaten
Sumedang berupa pegunungan yang menyebar di seluruh kawasan dengan luas
keseluruhan ±152.219,20 ha (Wiriaatmadja 2002).

Sumber: Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Sumedang (2010)

Gambar 1 Kabupaten Sumedang.
Letak Daerah Tingkat II Kabupaten Sumedang secara administrasi
berbatasan langsung dengan:
a. Sebelah timur

: Kabupaten Daerah Tingkat II Majalengka

b. Sebelah selatan

: Kabupaten Daerah Tingkat II Garut

c. Sebelah barat

: Kabupaten Daerah Tingkat II Subang

d. Sebelah barat daya

: Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung

e. Sebelah utara

: Kabupaten Daerah Tingkat II Indramayu

19

4.2

Topografi, Iklim dan Curah Hujan
Bentuk permukaan Kabupaten Sumedang bervariasi dari permukaan yang

datar sampai yang pegunungan. Permukaan tersebut mempunyai ketinggian dari
permukaan laut berkisar antara 70 m dpl sampai dengan lebih dari 1000 m dpl.
Secara keseluruhan topografi di Kabupaten Sumedang 43,73% terletak pada
ketinggian 501-1000 m dpl. Daerah Kabupaten Sumedang yang mempunyai
ketinggian 70 m dpl yaitu berada di bagian timur yang berbatasan secara langsung
dengan Kabupaten Majalengka. Sumedang mempunyai iklim tropis dengan
temperatur normal rata-rata 15oC sampai dengan 26oC dan di dataran rendah ratarata berkisar 26oC dengan kelembaban 50%, sedangkan di dataran tinggi 15 oC
dengan kelembaban 70%, curah hujan secara umum rata-rata 2031 mm per tahun
(Wiriaatmadja 2002).

4.3

Sejarah
Sejarah mencatat bahwa Kabupaten Sumedang pada awalnya merupakan

sebuah kerajaan di bawah kekuasaan Raja Galuh. Kerajaan tersebut didirikan oleh
Prabu Geusan Ulun Adji Putih atas perintah Prabu Suryadewata sebelum keraton
Galuh dipindahkan ke Padjadjaran Bogor. Seiring dengan perubahan zaman dari
kepemimpinan, nama Sumedang mengalami beberapa perubahan. Pertama yaitu
kerajaan Tembong Agung (tembong artinya nampak dan agung artinya luhur)
dipimpin oleh Prabu Guru Adji Putih pada abad ke XII. Kemudian pada zaman
Prabu Tadjimalela, diganti menjadi Himbar Buana yang berarti menerangi alam
dan kemudian diganti menjadi Sumedang Larang (Sumedang berasal dari insun
medal/insun medangan yang berarti aku dilahirkan dan larang berarti sesuatu yang
tidak ada tandingannya).
Kabupaten Sumedang mengalami masa kejayaan pada waktu dipimpin
oleh Pangeran Angka Wijaya dan Prabu Geusan Ulun sekitar tahun 1578 dan
dikenal luas hingga ke pelosok Jawa Barat dengan daerah kekuasaan meliputi
wilayah selatan sampai dengan Samudra Hindia, wilayah utara sampai laut jawa,
wilayah barat sampai dengan Sungai Cisadane dan wilayah timur sampai dengan
Sungai Cipamali. Kabupaten Sumedang mempunyai ciri khas sebagai kota kuno
khas di Pulau Jawa, yaitu terdapat alun-alun sebagai pusat yang dikelilingi mesjid

20

agung, rumah tahanan/penjara dan kantor pemerintahan. Ditengah alun-alun
terdapat bangunan yang bernama Lingga, yaitu tugu peringatan yang dibangun
pada tahun 1922 dibuat oleh Pangeran Siching dari Belanda yang dipersembahkan
untuk Pangeran Suria Atmadja atas jasa-jasa dalam mengembangkan Kabupaten
Sumedang. Lingga diresmikan pada tanggal 22 Juli 1922 oleh Gubernur Jenderal
Mr. D. Folk dan sampai saat ini Lingga dijadikan lambang daerah Kabupaten
Sumedang dan tanggal 22 April diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten
Sumedang.
Peninggalan bersejarah selain dipelihara di museum masih ada juga yang
membekas dan sampai saat ini peninggalan bersejarah tersebut digunakan sabagai
jalur lalu lintas yaitu Cadas Pangeran. Sekitar 8 km ke arah barat Sumedang
terdapat jalan yang menghubungkan Bandung dan Cirebon. Nama ini dianggap
bersejarah dan Cadas Pangeran untuk mengenang jasa dan keberanian Pangeran
Kornel, sebagai raja yang