Dukungan Sosial, Strategi Koping, dan Interaksi pada Keluarga yang Memiliki Anak Tunagrahita.

DUKUNGAN SOSIAL, STRATEGI KOPING, DAN
INTERAKSI IBU PADA KELUARGA YANG MEMILIKI
ANAK TUNAGRAHITA

ANGGRAINI MULIASARI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul dukungan sosial,
strategi koping, dan interaksi ibu pada keluarga yang memiliki anak tunagrahita
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014
Anggraini Muliasari
NIM I24100058

ABSTRAK
ANGGRAINI MULIASARI. Dukungan Sosial, Strategi Koping, dan Interaksi
pada Keluarga yang Memiliki Anak Tunagrahita. Dibimbing oleh
ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI.
Interaksi antara ibu dengan anak tunagrahita berbeda dengan ibu yang
memiliki anak yang normal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dukungan
sosial, strategi koping ibu, dan interaksi ibu dengan anak tunagrahita. Populasi
dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anak tunagrahita yang
bersekolah di SDLB Negeri Gumilir Kota Cilacap dan ibu sebagai responden.
Pengambilan contoh menggunakan nonprobability sampling secara purposive.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan yang diterima ibu berada dalam
kategori sedang, sedangkan strategi koping dan interaksi ibu dengan anak berada
dalam kategori tinggi. Dukungan emosional, dukungan informasi, dan dukungan

self-esteem yang diterima ibu berhubungan positif signifikan dengan koping fokus
pada masalah yang ibu gunakan. Berdasarkan analisis regresi, faktor-faktor yang
mempengaruhi interaksi ibu dengan anak adalah usia anak, status ibu yang
bekerja, dan pendapatan keluarga.
Kata kunci: dukungan sosial, strategi koping, interaksi ibu dengan anak
ABSTRACT
ANGGRAINI MULIASARI. Social Supports, Coping Strategies, and Mother
Interaction towards Families that have Mentally Retarded Children. Guided by
ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI.
The interaction between mother and mentally retarded children is different
with mother whose normal children. This research aimed to analyze social
supports, mother coping strategies, and the interaction between mother and
mentally retarded children. The population on this research were families that
have mentally retarded children who study in SDLB Negeri Gumilir Cilacap.
Participants of this research were purposively chosen 50 mothers. The results
showed that social supports that were accepted by mother were in the moderate
category, meanwhile mother coping strategies and interaction between mother and
mentally retarded children were in the high categories. Emotional supports,
information supports, and self-esteem supports accepted by mother had
significant correlation with problem focused coping. Based on the research the

factors that affect interaction between mother and mentally retarded children were
child age, mother’s job status and family incomes.
Key words: social supports, coping strategies, and the interaction between mother
and mentally retarded children.

DUKUNGAN SOSIAL, STRATEGI KOPING IBU, DAN
INTERAKSI IBU PADA KELUARGA YANG MEMILIKI
ANAK TUNAGRAHITA

ANGGRAINI MULIASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Tema yang dipilih pada
penelitian yang dilaksanakan sejak Maret sampai April 2014 adalah Dukungan Sosial,
Strategi Koping, dan Interaksi Ibu pada Keluarga yang Memiliki Anak Tunagrahita.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing Dr. Ir. Istiqlaliyah
Muflikhati, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan
dan masukan dalam penyelesaian karya tulis ini. Selain itu penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing akademik Ir. M. D. Djamaludin, M. Si yang
senantiasa membimbing dan mengarahkan penulis selama perkuliahan.
Terima kasih kepada bapak, Wasis, S.Sos dan ibu, Dewi Murniasih, serta
kakak, Aldilla Muliawati, S.Ikom yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan,
semangat, dan doa kepada penulis.Terima kasih kepada Bapak Hiskia dan Bapak
Thalud serta seluruh pihak guru SDLB yang sangat membantu penulis selama
pengambilan data. Terima kasih kepada sahabat dan kerabat penulis yang selalu hadir
memberi dukungan kepada penulis.
Dalam penulisan karya tulis ini penulis telah berusaha yang terbaik namun
penulis juga menyadari bahwa segala sesuatu tidak lepas dari kekurangan, oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan suatu masukan. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan keluarga dan kerabat yang tidak dapat disebutkan satu per-satu, atas doa
dan dukungannya.
Semoga karya tulis ini bisa bermanfaat.
Bogor, September 2014

Anggraini Muliasari

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Manfaat penelitian

KERANGKA PEMIKIRAN
METODE
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Teknik Penarikan Contoh
Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional
HASIL
Gambaran umum SDLB Negeri Gumilir Cilacap
Karakteristik anak dan keluarga
Dukungan sosial
Strategi koping
Interaksi ibu
Hubungan antara dukungan sosial dengan strategi koping
Faktor-faktor yang Mempengaruhi interaksi ibu
PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vii
viii
viii
viii
1
1
2
3
3
3
3
3
6
6
6
7
7

9
10
10
10
10
11
12
13
14
14
16
16
17
18
21
33

DAFTAR TABEL
1
2

3
4
5
6
7

Jenis dan cara pengambilan data
Nilai maksimum, minimum, rata-rata, dan standar deviasi pada
karakteristik anak dan keluarga
Sebaran keluarga berdasarkan kategori dukungan sosial
Sebaran keluarga berdasarkan kategori strategi koping
Sebaran keluarga berdasarkan kategori interaksi ibu dengan anak
Nilai koefisien korelasi Pearson dukungan sosial dengan strategi
koping
Hasil analisis regresi karakteristik orang tua, karakteristik anak,
dukungan sosial, dan strategi koping ibu terhadap interaksi ibu
dengan anak

6
10

11
12
13
13

14

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Sebaran jawaban dukungan sosial
Sebaran jawaban strategi koping
Sebaran jawaban interaksi ibu
Hasil korelasi antar variabel karakteristik ibu dan anak, dukungan sosial,
strategi koping, dan interaksi ibu dengan anak tunagrahita

22

23
24
25

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tunagrahita merupakan suatu kelainan pada anak yang terjadi pada masa
pertumbuhan atau dibawah usia 18 tahun yang memiliki tingkat kecerdasan
dibawah rata-rata (IQ dibawah 70) sehingga anak tersebut mengalami kesulitan
dalam melakukan aktivitas dan saat beradaptasi (Supratiknya dalam Napolion
2010). Terkait dengan keterbatasan yang dimiliki anak maka dalam hal ini
keluarga merupakan orang terdekat bagi anak untuk membantu anak saat anak
kesulitan dalam melakukan aktifitas.
Keluarga dicirikan sebagai tempat atau lembaga pengasuhan anak yang
paling dapat memberi kasih sayang yang tulus dan efektif (Guhardja et al. 1992).
Interaksi terjadi adanya kontak sosial dan komunikasi (Soekanto 1999). Interaksi
orang tua terhadap anak mencakup perawatan dan pendampingan. Kuczynski
dalam Hastuti (2008) menyatakan bahwa keterikatan yang diciptakan antara ibu
dan anak dapat dilakukan dengan memberi respon, perhatian, komunikasi, dan
memberikan kenyamanan. Pada interaksi tersebut terjadi proses timbal balik
antara anak dengan orang tua, dengan begitu akan terjalin keakraban dan anak
akan lebih terbuka dengan orang tuanya. Dalam keluarga, beradaptasi dengan
anak yang berkebutuhan khusus, kecocokan antara suami-istri dan dukungan yang
diinginkan ditemukan berhubungan positif signifikan terhadap prediksi pribadi,
perkawinan, dan adaptasi orang tua (Bristol et al.1988). Interaksi yang terjadi
antara ibu dengan anak tunagrahita berbeda dengan anak normal karena anak
tunagrahita lamban dalam menerima stimulus sehingga dibutuhkan kesabaran ibu
dalam berinteraksi dan memberikan stimulus kepada anak. Anak yang memiliki
keterbelakangan mental memiliki respon yang kurang terhadap orang tua mereka
karena mereka mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial daripada anak yang
tidak mengalami keterbelakangan mental (Fischer 1987).
Interaksi antara ibu dan anak yang mengalami tunagrahita harus lebih
intensif agar ibu dapat memahami kondisi anak dan mampu membantu anak
dalam mengatasi masalah yang dihadapinya, karena dalam perkembangannya
anak tunagrahita mengalami keterlambatan dalam berbagai aspek terutama dalam
menerima respon, hal tersebut dapat memicu stres dan menjadi beban bagi ibu.
Hasil penelitian Nachschen et al. dalam Gunarsa (2006) menunjukkan bahwa
tingkat adaptasi yang rendah dalam keluarga akan menghambat kemampuan ibu
dalam pengasuhan, terutama mengasuh pada anak yang mengalami gangguan
perkembangan. Menurut Peshawaria & Ganguli (1995) mengasuh seorang anak
yang mengalami cacat mental bukan tugas yang mudah. Orang tua yang memiliki
pengalaman dengan anak yang mengalami cacat perkembangan memiliki stres
yang lebih besar daripada orang tua yang memiliki anak yang normal (Hastings
2002). Dukungan sosial diperlukan ibu agar dapat mengurangi tekanan yang
dirasakan oleh ibu. Dukungan sosial yang diberikan dapat berupa dukungan
emosional, dukungan instrumen, dukungan informasi, dan dukungan self-esteem
(Cutrona 1986). Dukungan sosial dapat mengurangi kecemasan dan rasa malu
(Greene 2007).

2

Safaria (2005) mengemukakan bahwa seorang ibu yang memiliki anak
tunagrahita merasa dirinya tidak berharga dan muncul perasaan malu karena tidak
mampu melahirkan anak normal. Hal ini menjadi tantangan bagi ibu dalam
mengasuh dan mengatasi hambatan-hambatan yang muncul. Stres yang dialami
ibu akibat kondisi anak tunagrahita mendorong ibu untuk melakukan strategi
koping. Masalah dan stres yang dihadapi ibu akan menentukan jenis koping yang
dilakukan. Menurut penelitian Maryam (2007) bahwa masalah stres dan adanya
dukungan sosial berpengaruh terhadap strategi koping. Terkait dengan adanya
masalah tersebut maka diperlukan kajian mengenai strategi koping, dukungan
sosial, dan interaksi ibu dengan anak tunagrahita dalam penelitian ini.
Perumusan Masalah
Tunagrahita merupakan kelainan yang dialami seseorang sejak dalam
kandungan karena keabnormalan kromosom. Anak yang mengalami tunagrahita
dalam perkembangannya memiliki keterbatasan dalam aspek kognitif, sosial,
personal, motorik, dan bahasa (Hamid 1983). Data pokok sekolah luar biasa di
seluruh Indonesia yang menyandang tunagrahita adalah 62.011 jiwa, 60% diderita
laki-laki dan 40% diderita perempuan (Hendriani et al. 2006).
Menurut penelitian Napolion (2010) bahwa respon awal saat mengetahui
anaknya tunagrahita merasa sedih, terkejut, cemas dan kaget. Penerimaan
keluarga sebagian ada yang ikhlas dan sebagian menganggap anak tersebut
sebagai beban hidup. Anggapan lingkungan sekitar bahwa memiliki anak
tunagrahita merupakan suatu aib keluarga, membuat keluarga terutama ibu merasa
tersisihkan dari lingkungan. Tak jarang para tetangga maupun keluarga besar yang
tidak menerima kehadiran anak tunagrahita menghina kondisi anak. Seorang ibu
yang memiliki anak tunagrahita memiliki beban yang besar daripada memiliki
anak yang normal. Interaksi dengan anak tunagrahita berbeda dengan anak normal
karena anak tunagrahita lamban dalam menerima stimulus sehingga dibutuhkan
kesabaran ibu dalam berinteraksi dan memberikan stimulus kepada anak. Waktu
dalam berinteraksi dengan anak harus lebih banyak diluangkan dan terjadi secara
intensif.
Keterlambatan yang terjadi pada tumbuh kembang anak menimbulkan
tekanan dalam diri ibu yang membuat ibu menjadi stres. Para ibu pun juga tidak
memiliki waktu yang cukup untuk menghibur diri karena sibuk terhadap anak.
Belum lagi para ibu menghadapi sendiri situasi seperti ini di rumah karena suami
bekerja. Hal demikian akan meningkatkan stres ibu. Oleh karena itu diperlukan
adanya dukungan sosial dan strategi koping untuk mengurangi tekanan dan
mengatasi masalah atau hambatan-hambatan yang ibu hadapi dalam setiap
perkembangan anak.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti memperoleh beberapa pertanyaan
yang muncul dalam rumusan masalah diharapkan peneliti mampu menjawab
pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana dukungan sosial yang diterima ibu, strategi koping, serta
interaksi ibu terhadap anak yang mengalami tunagrahita?
2. Bagaimana hubungan antara dukungan sosial yang ibu terima dengan
strategi koping?
3. Faktor apa saja yang memengaruhi interaksi ibu?

3

Tujuan
Tujuan umum
Mengidentifikasi dukungan sosial, strategi koping, dan interaksi ibu pada
keluarga yang memiliki anak tunagrahita
Tujuan Khusus
1. Menganalisis dukungan sosial, strategi koping, dan interaksi ibu terhadap
anak yang mengalami tunagrahita.
2. Menganalisis hubungan antara dukungan sosial dan strategi koping.
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi ibu dengan anak
tunagrahita.
Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajari
selama perkuliahan dan mengetahui permasalahan yang timbul dalam
keluarga yang memiliki dengan kelainan tunagrahita dan cara mengatasi
masalah tersebut.
2. Bagi para ibu yang memiliki anak tunagrahita, diharapkan penelitian ini
dapat memberi informasi pada mereka mengenai interaksi dan strategi
koping yang dilakukan dalam menghadapi anak yang mengalami
tunagrahita.
3. Bagi pemerintah diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi
mengenai anak tunagrahita sehingga pemerintah dapat memebrikan
perhatian khusus pada anak tunagrahita dan keluarga.

KERANGKA PEMIKIRAN
Keluarga yang memiliki anak tunagrahita memiliki pebedaan dengan
keluarga yang memiliki anak normal. Beban yang diemban oleh keluarga dengan
anak tunagrahita lebih besar daripada keluarga normal. Anak berkebutuhan
khusus perlu memperoleh perhatian dan penanganan sepanjang hidupnya karena
berbagai hambatan yang mereka miliki. Orang tua merupakan tempat yang utama
bagi anak untuk berinteraksi. Hal yang harus dilakukan orang tua adalah
menyadari dan menerima anak seutuhnya bahwa anak tersebut mengalami
kelainan tunagrahita. Pola interaksi sedikit berbeda karena yang orang tua hadapi
merupakan anak berkebutuhan khusus. Orang tua harus memiliki kesabaran yang
tinggi dan harus pandai dalam mengelola stres yang dihadapi. Anak dengan
kelainan tunagrahita dalam menerima respon cukup lamban dan bila mendapat
perintah bahkan terkadang tidak mengerti oleh karena itu perlu dilakukan
intervensi dini terhadap anak tunagrahita dan orang tua juga harus menerapkan
pola komunikasi yang intens dengan anak.

4

Tidak hanya orang tua saja tetapi dukungan sosial sekitar juga
mempengaruhi perkembangan anak tunagrahita. Keluarga besar, para tetangga,
kerabat dekat orang tua juga harus mengerti, menyadari, dan menerima anak
tersebut seutuhnya tanpa membedakan dengan anak normal pada umumnya,
memperlakukan anak tunagrahita dengan baik. Karakteristik kepribadian anggota
keluarga, status keuangan mereka, tingkat pendidikan, kemampuan memecahkan
masalah, dan spiritualitas semua mempengaruhi kemampuan keluarga untuk
mengatasi. Hubungan yang kuat dan dukungan sosial juga membantu menentukan
penyesuaian ibu (Emerson 2003). Dukungan sosial yang diberikan keluarga
maupun orang terdekat akan mempengaruhi strategi koping dan interaksi ibu
kepada anaknya. Ibu akan merasa medapatkan dorongan postif dari orang sekitar
yang membuatnya kuat. Menurut Purnomosari dalam Tati (2004) dukungan sosial
yang positif akan memberikan rasa nyaman pada ibu sehingga ibu mampu
mengelola rumah tangga dan mengasuh anak dengan baik. Menurut Firestone dan
Wenstein dalam Atirah (2011) dalam kondisi tertentu kelurga memerlukan
dukungan. Dukungan yang diberikan dapat membantu untuk mengelola
perubahan yang terjadi dalam keluarga. Bristol et al. (1988) menemukan bahwa
dukungan dari pasangan seseorang adalah prediktor terbaik dari kualitas orang tua
dalam sebuah sampel anak-anak dengan dan tanpa cacat (Gambar 1).

5

Karakteristik anak
- Usia
- Jenis
kelamin
- Urutan anak

Karakteristik ibu
-Usia
-Pendidikan
-Pekerjaan
-Pendapatan
Karakteristik
keluarga
-Pendidikan ayah
-Usia ayah
r -Pekerjaan ayah
-Pendapatan
-Besar keluarga

Strategi koping
Stres ibu
-

Koping fokus
pada masalah
Koping fokus
pada emosi

Interaksi ibu dengan
anak
Dukungan sosial
- Dukungan
emosional
- Dukungan
instrumental
- Dukungan
informasi
- Dukungan self
esteem

Perkembangan anak

Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Keterangan:

: hubungan yang tidak diteliti
: variasi

6

METODE PENELITIAN
Lokasi, Desain, dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa) Negeri
Gumilir Cilacap. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross
sectional study. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive.
Pemilihan lokasi ini karena jumlah anak yang mengalami tunagrahita mencapai
138 dan kota Cilacap juga merupakan kota industri yang menyebabkan tingkat
polusi di kota ini tinggi. Penyebab kelahiran cacat terjadi karena usia, tingkat
ekonomi, lingkungan, akses kesehatan yang kurang, dan pendidikan ( Harwood et
al. 2004). Waktu penelitian termasuk persiapan, pengumpulan data, pengolahan,
dan analisis data serta penulisan laporan mulai dilaksanakan pada bulan Februari
sampai Juni 2014.
Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer. Data primer diperoleh
dari wawancara dengan responden berdasar kuesioner yang telah disediakan, yaitu
kuesioner yang telah diuji validitas dan realibilitasnya. Data primer yang
diperoleh melalui kuesioner meliputi karakteristik keluarga (usia ayah, usia ibu,
pendidikan ayah, pendidikan ibu, pendapatan keluarga, besar keluarga),
karakteristik anak (usia anak, jenis kelamin, urutan anak dalam keluarga),
interaksi ibu, strategi koping ibu ,serta dukungan sosial (Tabel 1).
Tabel 1 Kategori variabel, skala data, dan pengelompokan data
Variabel
Satuan
Skala Data
Pengelompokan Data
Karakteristik anak
Usia
Tahun
Rasio
Jenis kelamin
Nominal
1. Laki-laki
2. Perempuan
Urutan kelahiran
Nominal
1. Anak tunggal
2. Anak sulung
3. Anak tengah
4. Anak bungsu
Karakteristik keluarga
Usia orangtua
Tahun
Rasio
Jenis pekerjaan
Nominal
1. PNS/Polisi/TNI
2. Karyawan swata
3. Wirausaha
4. Petani
5. Buruh
6. Pensiun
7. Tidak bekerja
8. Lainnya (sebutkan)
Lama pendidikan
Tahun
Rasio
Pendapatan keluarga
Rupiah Rasio
Besar keluarga
Orang
Rasio

7

Variabel
Interaksi ibu
Ekspresi wajah
Ekspresi bicara
Posisi dan kontak
fisik
Ekspresi kasih sayang
Pengendalian disiplin
Strategi koping
Koping fokus pada
emosi
Koping fokus pada
masalah
Dukungan sosial
Dukungan emosional
Dukungan
instrumental
Dukungan informasi
Dukungan self esteem

Satuan
-

Skala Data
Ordinal

Pengelompokan Data
1 Tidak pernah
2 Jarang
3 Sering

-

Ordinal

1Tidak digunakan
2 Sedikit digunakan
3 banyak digunakan

-

Ordinal

1Tidak
2 Jarang
3Terkadang
4 Selalu

Teknik Penarikan Contoh
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anak
tunagrahita. Responden pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak
tunagrahita. Penarikan contoh dilakukan secara purposive melalui pendekatan
pada keluarga yang memiliki anak tunagrahita yang bersekolah di SDLB Negeri
Gumilir Cilacap tinggal bersama ibunya. Pada penarikan contoh diambil 50
sampel.
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scorring, entry
data, cleaning data, dan analisis data dengan software Microsoft Excel dan
Statistical Product and Service Solution (SPSS). Dukungan sosial diukur
menggunakan instrumen yang telah dimodifikasi yang dikembangkan dari
Djakiman (2013) dengan cronbach alpha 0,728. Terdapat empat dimensi dalam
pengukuran dukungan sosial yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental,
dukungan informasi, dan dukungan self-esteem. Jumlah pernyataan dalam
instrumen ini sebanyak 20 buah. Skala dalam pengukuran dukungan sosial
menggunakan empat poin tipe skala Likert berdasarkan ranking tidak pernah (1)
sampai selalu (4).
Strategi koping diukur menggunakan instrumen yang telah dimodifikasi
yang dikembangkan dari Nurillah (2013) dengan cronbach alpha sebesar 0,636.
Strategi koping yang digunakan terdiri dari dua dimensi yaitu fokus koping pada
masalah dan fokus koping pada emosi. Jumlah pernyataan dalam instrumen ini
sebanyak 14 buah. Skala dalam pengukuran strategi koping menggunakan tiga
poin tipe skala Likert berdasarkan ranking tidak digunakan (1) sampai banyak
digunakan (3).

8

Interaksi ibu diukur menggunakan instrumen yang telah dimodifikasi yang
dikembangkan oleh Sukardi (2011) dengan cronbach alpha 0,642. Interaksi ibu
terdiri dari empat dimensi yaitu ekspresi wajah, ekspresi bicara, ekspresi kasih
sayang, dan pengendalian disiplin. Jumlah pernyataan sebanyak 19 buah. Skala
dalam pengukuran interaksi ibu menggunakan tiga poin tipe skala Likert
berdasarkan ranking tidak pernah (1) sampai sering (3).
Setiap pernyataan dijumlah hingga diperoleh skor lalu dikompositkan
dalam bentuk indeks. Indeks pada setiap dimensi dari setiap variabel
dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi melalui interval kelas.
Indeks: Skor yang dicapai – Skor minimum x 100
Skor maksimal-skor minimal
Setelah mendapatkan skor variabel, selanjutnya skor dikelompokkan menjadi tiga
kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Untuk menentukan cut off variabel
tersebut, dibutuhkan interval kelas.
Kelas interval (IK) : Skor maksimum – Skor minimum
Jumlah Kelas
Hasil dari rumus di atas maka interval kelas untuk variabel dukungan sosial, strategi
koping, dan interaksi ibu yaitu:
a. Rendah : 0-33.33
b. Sedang : 33.4-66.66
c. Tinggi : 66.7-100
Data yang telah terkumpul diolah dengan bantuan analisis deskriptif,
analisis korelasi, dan analisis regresi.
1. Analisis deskriptif meliputi nilai maksimum, nilai minimum, nilai rataan,
standar deviasi, dan frekuensi distribusi.
2. Analisis korelasi digunakan untuk melihat hubungan antara dukungan
sosial dengan strategi koping ibu.
3. Analisis regresi linear digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi interaksi ibu.
Y = α+β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ β6X6+ β7X7+ β8X8+ β9X9+e
Y = Interaksi ibu
X1 = Usia anak (tahun)
X2 = Jenis kelamin
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
D1
D2
D3

β = Koefisien Regresi
e = Variabel pengganggu
α = Konstanta

= Besar keluarga (orang)
= Usia ibu (tahun)
= Lama pendidikan (tahun)
= Pekerjaan ibu
= Pendapatan keluarga (rupiah)
= Dukungan sosial
= Strategi koping
= Jenis kelamin (0= laki-laki, 1= perempuan)
= Urutan kelahiran (0= bukan anak sulung, 1= anak sulung)
= Status pekerjaan ibu ( 0=tidak bekerja, 1= bekerja)

9

Definisi Operasional
Tunagrahita adalah seseorang yang mengalami kelainan dimana fungsi
intelektual dibawah rata-rata (IQ 70) yang muncul bersamaan
dengan
kurangnya perilaku adaptif serta kemampuan beradptasi dengan
lingkungan sosial sesuai dengan perkembangan dan budaya (Wong 2004;
Townsend 2003).
Karakteristik anak adalah keadaan anak berdasarkan usia, jenis kelamin dan
urutan kelahiran.
Usia adalah lama waktu hidup (dalam tahun) orang tua dan anak sejak lahir
sampai waktu pengambilan data penelitian.
Pekerjaan orangtua adalah kegiatan aktif yang dilakukan orangtua untuk
memperoleh pendapatan.
Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama dalam satu
rumah.
Dukungan sosial adalah suatu perhatian yang diberikan keluarga, teman, maupun
tetangga terhadap ibu yang memiliki anak tunagrahita.
Dukungan emosional adalah dukungan berupa ungkapan empati, perhatian,
maupun kepedulian yang diterima ibu.
Dukungan instrumental adalah bantuan atau materi atau bantuan sehari-hari
yang diterima ibu.
Dukungan informasi adalah nasehat, pengarahan, dan umpan balik yang diterima
ibu.
Dukungan self-esteem adalah penghargaan yang diterima oleh ibu berupa pujian
dan dorongan.
Koping fokus pada masalah adalah upaya yang dilakukan ibu dengan
melakukan sesuatu
Koping fokus pada emosi adalah kondisi dimana ibu tidak dapat mengubah
keadaan dan menerima situasi yang terjadi
Strategi koping adalah upaya yang dilakukan oleh ibu dalam mengelola dan
menyelesaikan konflik atau problematika yang terjadi dalam dirinya
Interaksi ibu adalah terjadinya kontak sosial dan komunikasi antara ibu dengan
anak tunagrahita.
Lama pendidikan keluarga adalah lamanya waktu dalam menyelesaikan
pendidikan formal terakhir. Lama pendidikan ini antara lain 9 tahun atau
setingkat tamat SMP (tingkat pendidikan rendah), 12 Tahun atau setingkat
tamat SMA (tingkat pendidikan sedang), lebih dari atau sama dengan 15
tahun atau setingkat tamat Perguruan Tinggi (tingkat pendidikan tinggi).
Pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan yang diperoleh oleh anggota
keluarga setiap bulannya.

10

HASIL
Gambaran Umum SDLB Negeri Gumilir Cilacap
SDLB Negeri Gumilir Cilacap terletak di Kelurahan Gumilir, Kecamatan
Cilacap Utara, Kabupaten Cilacap. Jumlah guru yang mengajar di SDLB Negeri
Gumilir sebanyak 32 orang. Sekolah ini terdiri dari 16 kelas. Kelas 1 sebanyak 1
kelas, kelas 2 sebanyak 3 kelas, kelas 3 sebanyak 4 kelas, kelas 4 sebanyak 3
kelas, kelas 5 sebanyak 3 kelas, dan kelas 6 sebanyak 2 kelas. SDLB Negeri
Gumilir memiliki fasilitas asrama yaitu Asrama Harapan Ibu yang dikelola oleh
Tim Penggerak PKK Kabupaten Cilacap.
Karakteristik Anak dan Karakteristik Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 2, rata-rata usia anak yang
bersekolah di SDLB adalah 10,64 tahun. Proporsi terbesar urutan anak (64%)
merupakan bukan anak sulung. Rata-rata besar anggota keluarga yang memiliki
anak tunagrahita sebanyak 4 orang. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran keluarga
dalam penelitian ini rata-rata merupakan keluarga kecil (BKKBN 2005). Rata-rata
usia ayah adalah 41,54 tahun dan ibu 41,00 tahun, sehingga rata-rata usia ayah
dan ibu berada pada kategori usia dewasa madya (Hurlock 1980). Rata-rata lama
pendidikan ayah adalah setara dengan tamat SMP dan rata-rata pendidikan ibu
adalah setara dengan kelas 3 SMP. Rata-rata pendapatan keluarga per kapita yang
memiliki anak tunagrahita per bulan diatas garis kemiskinan Provinsi Jawa
Tengah, dimana garis kemiskinan Provinsi Jawa Tengah yaitu Rp 268.397,00
(BPS 2013). Tingkat pendapatan per kapita keluarga yang berada di bawah garis
kemiskinan sebanyak 16 persen.
Tabel 2 Nilai maksimum, minimum, rata-rata, dan standar deviasi pada
karakteristik anak dan keluarga
Variabel
Karakteristik anak
Usia anak (tahun)
Karakteristik keluarga
Besar keluarga (orang)
Usia ayah (tahun)
Usia ibu (tahun)
Lama pendidikan ayah (tahun)
Lama pendidikan ibu (tahun)
Pendapatan keluarga (Rp)
Pendapatan per kapita (Rp)

Minimum

Maksimum

7

18

3
30
28
0
1
500.000

7
62
55
16
16
13.000000

125.000

3.250.000

Rataan ± SD
10,64 ± 2,136
4,14 ± 0,881
41,54 ± 13,471
41,00 ± 7,251
9,10 ± 4,273
8,98 ± 3,508
3.045.500,00 ±
2.686.263,669
732.745,14±645569.742

Dukungan Sosial
Dukungan sosial adalah sesuatu yang diberikan oleh seseorang untuk
memberikan dampak kesejahteraan pada kehidupan orang lain (Cutrona 1996).
Ibu yang memiliki anak tunagrahita sangat membutuhkan dukungan sosial dari
sekitarnya agar berkurang beban yang ibu rasakan selama mengasuh anak

11

tunagrahita. Dukungan sosial dalam penelitian ini dilihat dari empat aspek yaitu
emosi, instrumental, informasi, dan self-esteem.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada Tabel 3 dari aspek dukungan
sosial menunjukkan bahwa tiga per empat ibu mendapatkan dukungan emosional
yang tinggi. Hal tersebut karena sebagian besar ibu memiliki teman berbagi suka
dan duka yang dirasakan selama memiliki anak tunagrahita, suami mendengarkan
apa yang ibu ceritakan. Dukungan instrumen yang ibu dapatkan tergolong sedang
hal tersebut karena suami mendampingi saat ibu merasa kesulitan merawat anak
tunagrahita dan suami mengutamakan pendidikan anak. Dukungan informasi yang
ibu dapatkan tergolong sedang hal tersebut karena ibu mendapat saran dan
informasi mengenai cara mengasuh anak tunagrahita, bertanya pada guru di
sekolah mengenai perkembangan anak, dan saling menceritakan pengalaman
pengasuhan dengan ibu yang memiliki anak tunagrahita. Dukungan self-esteem
tergolong sedang yang didapat ibu, hal tersebut dikarenakan ada yang percaya
dengan kemampuan ibu dalam mengasuh anak tunagrahita, semua yang ibu
kerjakan dianggap penting, dan memberikan dorongan saat ibu merasa putus asa
dalam mengasuh anak tunagrahita. Keseluruhan dukungan sosial yang didapat,
lebih dari separuh ibu termasuk dalam kategori sedang. Hal tersebut menunjukkan
bahwa orang disekitar ibu cukup peduli dengan kondisi ibu.
Tabel 3 Sebaran keluarga berdasarkan kategori dukungan sosial
Emosional

Instrumen

Informasi

Self esteem

0,0

6,0

2,0

4,0

Dukungan
sosial total
0,0

Sedang (33,4-66,6)

30,0

82,0

74,0

52,0

56,0

Tinggi (66,7-100)

70,0

12,0

24,0

44,0

44,0

Total

100

100,0

100,0

100,0

100,0

Kategori
Rendah (0-33,3)

Min-maks
Rataan±SD

46-100

20-80

33-86

20-93

39-85

76,86±15,851

55±13,417

61,04±12,463

64,7±15,798

64,32±9,821

Strategi Koping
Berdasarkan hasil penelitian dalam Tabel 4 menunjukkan bahwa lebih dari
separuh ibu (54%) menggunakan koping yang berfokus pada masalah dengan
kategori tinggi. Hal tersebut karena ibu mengobrol dengan sesama ibu yang
memiliki anak tunagrahita (64%), dan merencanakan segala kebutuhan anak
tunagrahita agar anak sejahtera sama halnya dengan anak normal lainnya (66%).
Selain menggunakan koping yang berfokus pada masalah ibu juga menggunakan
koping fokus pada emosi dengan kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan
bahwa ibu yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan anugerah Tuhan
yang harus di syukuri (80%), ibu berpikiran positif bahwa dengan dikaruniai anak
tunagrahita Tuhan sedang melatih kesabaran (76%), mengambil hikmah atas
kelahiran anak tunagrahita (82%), ibu yakin bahwa setiap masalah pasti memiliki
solusi (84%), dan berusaha tidak menyerah pada keadaaan (96%) (Lampiran 2).
Keseluruhan strategi koping yang dilakukan ibu berada dalam kategori tinggi.
Antusias yang tinggi diantara beberapa ibu dalam mengikuti sosialisasi yang
diadakan sekolah, pengajian, dan terapi dengan psikolog untuk anak membuat ibu
tidak begitu stres dalam menghadapi anak. Para ibu begitu tertarik terhadap

12

perkembangan anak melalui diskusi dengan guru, saling mengobrol berbagi
pengalaman dengan ibu yang memiliki anak tunagrahita, dan aktif bertanya
dengan psikolog saat anak melakukan terapi. Sejalan dengan penelitian Kumar
(2008) bahwa orangtua yang menghadiri seminar dan lokakarya dapat
meningkatkan strategi koping dalam mengatasi dan menangani masalah anak
dengan sukses. Namun terdapat beberapa ibu yang memiliki rasa keingintahuan
yang kurang mengenai perkembangan anak disekolah maupun respon mengenai
diadakannya terapi gratis bagi anak, sehingga anak tidak tuntas dalam melakukan
terapi. Hal ini disebabkan sebagian ibu yang bekerja.
Tabel 4 Sebaran keluarga berdasarkan kategori strategi koping
Koping fokus pada
masalah
0

Koping fokus pada
emosi
0,0

Sedang (33.4-66.6)

46,0

10,0

16,0

Tinggi (66.7-100)

54,0

90,0

84,0

100,0

100,0

100,0

Kategori
Rendah (0-33.3)

Total

Strategi koping total
0,0

Min-maks

35-92

57-100

53-96

Rataan±SD

68,56±12,911

88,88±13,148

78,7±10,706

Interaksi Ibu dengan Anak
Interaksi antara ibu dengan anak tunagrahita sangat diperlukan agar ibu
mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada anak dan untuk merespon kebutuhan
anak. Interaksi ibu dibagi dalam empat dimensi yaitu ekspresi wajah, ekspresi
bicara, ekspresi kasih sayang, dan pengendalian disiplin.
Ekspresi wajah merupakan mimik wajah ibu dan respon ketika ibu
berinteraksi dengan anak. Ekspresi wajah yang ditunjukkan ibu berdasarkan hasil
penelitian berada dalam kategori tinggi. Ibu selalu memandang wajah anak ketika
sedang berbicara (72%), ibu tersenyum ketika anak memperlihatkan perbuatan
baik (86%), ibu tidak pernah kaku saat anak menunjukkan keberhasilannya (78%),
tetapi ibu menunjukkan ekspresi marah ketika anak mengganggu ibu saat bekerja
(78%).
Ekspresi bicara merupakan intonasi, jawaban, dan respon ibu terhadap
anak saat berkomunikasi. Ekspresi bicara termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini
disebabkan karena ibu menjawab pertanyaan anak dengan segera (74%) dan ibu
berbicara dengan lembut (88%).
Ekspresi kasih sayang merupakan ungkapan rasa cinta ibu kepada anak
melalui sentuhan, perlindungan, pelukan pendekatan posisi tubuh kepada anak.
Ekspresi kasih sayang ibu kepada anak berada dalam kategori tinggi. Ibu
melindungi anak ketika mendapat perlakuan berbeda dari keluarga atau tetangga
(90%), ibu mengelus anak sebagai pujian (74%), ibu mendatangi anak dengan
segera (76%), ibu memeluk anak ketika anak merasa takut atau sedih (54%), dan
ibu mengucapkan kata-kata sayang (66%).
Pengendalian disiplin ibu kepada anak tunagrahita berada dalam kategori
sedang. Hal ini dikarenakan ibu jarang memarahi anak saat anak tidak menuruti
perintah (88%), ibu jarang melarang anak secara fisik (58%), dan ibu sering

13

memberikan contoh (80%) (Lampiran 3 ). Sebagian besar ibu memiliki interaksi
yang tinggi dengan anak.
Tabel 5 Sebaran keluarga berdasarkan kategori interaksi ibu dengan anak
Kategori

Pengendalian
disiplin

Interaksi total

0

10,0

0

36,0

22,0

76,0

26,0

86,0

64,0

78,0

14,0

74,0

100,0

100

100,0

100,0

100,0

Ekspresi wajah

Ekspresi bicara

0

0

14,0

Rendah (033.3)
Sedang (33.466.6)
Tinggi (66.7100)
Total
Min-maks
Rataan±SD

Ekspresi kasih
sayang

50-100

37-100

50-100

33-100

50-88

80,44±10,723

68,82,±14,608

76,54±13,362

61,28±15,434

71,66±9,718

Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Strategi Koping
Hasil penelitian berdasarkan analisis korelasi Pearson pada Tabel 6
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara dukungan
emosional dengan koping fokus pada masalah (p