HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRATEGY PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA :Studi Deskriptif Korelasional pada Ibu yang Memiliki Anak Tunagrahita Di SLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung.

(1)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRATEGY PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA

(Studi Deskriptif Korelasional pada Ibu yang Memiliki Anak Tunagrahita Di SLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh Yuanita Candra A

0800932

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN IINDONESIA


(2)

Di SLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung)

Oleh Yuanita Candra A

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Yuanita Candra A 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Yuanita Candra A (0800932). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Coping Strategy pada Ibu yang Memiliki Anak Penyandang Tunagrahita (Studi Deskriptif Korelasional pada Ibu yang Memiliki Anak Tunagrahita Di SLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung). Skripsi. Jurusan Psikologi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung (2013).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan coping strategy pada ibu yang memiliki anak tunagrahita di SLB-C YPLB Cipaganti Bandung. Hipotesis yang digunakan yaitu ada hubungan antara dukungan sosial dengan coping strategy pada ibu yang memiliki anak tunagrahita di SLB-C YPLB Cipaganti Bandung. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 100 ibu yang memiliki anak tunagrahita di SLB-C YPLB Cipaganti Bandung dengan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 80 ibu yang didapat melalui teknik simple random sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala dukungan sosial dan skala coping strategy. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis korelasional product moment Pearson. Berdasarkan hasil analisis data penelitian, diperoleh koefisien korelasi r = 0,578 dengan nilai p = 0,000. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang positif dan siginifikan antara dukungan sosial dengan coping strategy pada ibu yang memiliki anak tunagrahita di SLB-C YPLB Cipaganti Bandung. Selain itu hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas ibu menggunakan

coping strategy yang berpusat pada masalah sehingga dapat dibuktikan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu prediktor penting dalam memutuskan coping strategy mana yang digunakan oleh ibu


(6)

ABSTRACT

Yuanita Candra A (0800932). Correlation Between Social Support with Coping Strategy on Mothers of Children with Mental Retardation(Descriptive Correlational Study on Mothers of Children with Mental Retardation In SLB-C YPLB Cipaganti Bandung). Paper. Psychology Department. Faculty of Education. Indonesia University of Education. Bandung (2013).

This research was purposed to know the correlation between social support with coping strategy on mothers of children with mental retardation at SLB-C YPLB Cipaganti Bandung. Hypothesis used was the existency of relationship between social support with coping strategy on mothers of children with mental retardation at SLB-C YPLB Cipaganti Bandung. The Population of samples in this research was 100 subjects, with 80 subjects of them taken from simple random sampling technique. Measurement used in this research was social support scale and coping strategy scale. The research was conducted by using Pearson product moment correlation analysis. Based

on research’s data analysis, correlation coeficiency was r = 0,578 and p = 0,000. It showed that there is a positive and significant relationship between social support and coping strategy on mothers of children with mental retardation at SLB-C YPLB Cipaganti Bandung. In addition, the results of this study indicate that the majority of mothers using problem focused form of coping so that it can be proven that social support is one of the important predictors of coping strategy in deciding which one to use by the mother.

Keywords: Social Support, Coping Strategy, Mothers of Children with Mental Retardation


(7)

DAFTAR ISI

Hal

PERNYATAAN……… i

MOTTO………..……… ii

ABSTRAK………. iii

KATA PENGANTAR ………. v

UCAPAN TERIMA KASIH……….... vi

DAFTAR ISI………. vii

DAFTAR TABEL………. xii

DAFTAR GRAFIK..……… xiii

DAFTAR LAMPIRAN………...….. xiv

BAB I PENDAHULUAN……… ………. 1

A. Latar Belakang Penelitian……… 1

B. Rumusan Masalah………... 10

C. Tujuan Penelitian……….. 10

D. Kegunaan Penelitian………. 11

E. Struktur Organisasi Skripsi.………. 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Coping Strategy 1. Pengertian Coping Strategy……….. 14

2. Jenis Coping Strategy……….. 16

3. Sumber Coping Strategy……….... 20

4. Faktor yang Mempengaruhi Bentuk-Bentuk Coping Strategy………….. 22


(8)

6. Faktor Penghambat Coping Strategy………. 25

B. Dukungan Sosial 1. Pengertian Dukungan Sosial………. 26

2. Jenis-Jenis Dukungan Sosial………. 28

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial………. 31

4. Cara Memperoleh Dukungan Sosial………. 32

5. Manfaat Dukungan Sosial………. 32

C. Anak Tunagrahita 1. Pengertian Tunagrahita……….. 34

2. Karakteristik Anak Tunagrahita………... 36

3. Klasifikasi Anak Tunagrahita ………. … 39

4. Penyebab Anak Tunagrahita………. 40

5. Dampak Ketunagrahitaan……….. 44

6. Peran Keluarga dalam Mendidik Anak Tunagrahita……….... 46

D. Penelitian Terdahulu……… 47

E. Kerangka Pemikiran……….. 48

F. Hipotesis Penelitian………... 52

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian………... 53

2. Populasi Penelitian……….. 53

3. Sampel dan Teknik Sampling……….... 53

B. Metode Penelitian………...……... 55

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel………. 56

1. Variabel Penelitian………..…….. 56

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian a. Definisi Operasional Dukungan Sosial………... 57


(9)

D. Teknik Pengumpulan Data……… 59

E. Alat Ukur Dukungan Sosial dan Coping Strategy 1. Dukungan Sosial a. Spesifikasi Alat Ukur Dukungan Sosial………..…….. 60

b. Pengisian Alat Ukur Dukungan Sosial………..………. 61

c. Penilaian Alat Ukur Dukungan Sosial……….... 61

2. Coping Strategy a. Spesifikasi Alat Ukur Coping Strategy………... 62

b. Pengisian Alat Ukur Coping Strategy………. 64

c. Penilaian Alat Ukur Coping Strategy………. 64

F. Kategorisasi Skala……….... 66

G. Uji Coba Alat Ukur Penelitian 1. Uji Validitas Instrumen……………. 68

a. Validitas Instrumen Dukungan Sosial………. 70

b. Validitas Instrumen Coping Strategy……….. 70

2. Uji Reliabilitas Instrumen……… 71

a. Reliabilitas Instrumen Dukungan Sosial………. 72

b. Reliabilitas Instrumen Coping Strategy……….. 72

H. Teknik Analisis Data 1. Uji Normalitas……….. 73

2. Uji Linearitas………. 74

3. Uji Korelasi…..………..… 75

4. Uji Signifikansi………. 76

5. Uji Koefisien Determinasi... 77

I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Tahap Persiapan………...…….. 77

2. Tahap Pelaksanaan……….……….... 78


(10)

4. Tahap Penyelesaian………... 79

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……….. 80

1. Gambaran Umum Dukungan Sosial a. Dukungan Emosional……….. 82

b. Dukungan Penghargaan... 83

c. Dukungan Instrumental……… 84

d. Dukungan Informasional………. 85

2. Gambaran Umum Coping Strategy a. Problem Focused Form Of Coping……….. 87

b. Emotion Focused Form Of Coping……… 89

3. Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Coping Strategy………….... 91

B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Dukungan Sosial pada Ibu yang Memiliki Anak Tunagrahita…….……… 95

2. Gambaran Umum Coping Strategy pada Ibu yang Memiliki Anak Tunagrahita………...…. 97

3. Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Coping Strategy pada Ibu yang Memiliki Anak Tunagrahita………101

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan………...106

B. Rekomendasi………107

DAFTAR PUSTAKA………...……….. 110

LAMPIRAN-LAMPIRAN……….… 114


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 : Klasifikasi Anak Tunagrahita………..39

Tabel 2. 2 : Skema Kerangka Berfikir………....51

Tabel 3. 1 : Kisi-Kisi Instrumen Dukungan Sosial ... 60

Tabel 3. 2 : Penilaian Item Alat Ukur Dukungan Sosial ... 62

Tabel 3. 3 : Kategorisasi Skor Maksimal Dukungan Sosial ... 62

Tabel 3. 4 : Kisi-Kisi Instrumen Coping Strategy... 63

Tabel 3. 5 : Penilaian Item Alat Ukur Coping Strategy ... 65

Tabel 3. 6 : Kategorisasi Skor Maksimal Coping Strategy ... 65

Tabel 3. 7 : Kategorisasi Tingkatan Dukungan Sosial ... 67

Tabel 3. 8 : Kategorisasi Tingkatan Coping Strategy ... 67

Tabel 3. 9 : Item Layak Pada Instrumen Dukungan Sosial ... 71

Tabel 3. 10 : Item Layak Pada Instrumen Coping Strategy ... 71

Tabel 3. 11 : Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach ... 72

Tabel 3. 12 : Reliabilitas Instrumen Dukungan Sosial ... 72

Tabel 3. 13 : Reliabilitas Instrumen Coping Strategy ... 73

Tabel 3. 14 : Hasil Uji Normalitas ... 74

Tabel 3. 15 : Hasil Uji Linearitas ... 75

Tabel 3. 16 : Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 76

Tabel 3. 17 : Uji Signifikansi ... 76

Tabel 4. 1 : Gambaran Umum Dukungan Sosial ... 81

Tabel 4. 2 : Gambaran Umum Dukungan Emosional ... 82

Tabel 4. 3 : Gambaran Umum Dukungan Penghargaan ... 83

Tabel 4. 4 : Gambaran Umum Dukungan Instrumental ... 84

Tabel 4. 5 : Gambaran Umum Dukungan Informasional………...85

Tabel 4. 6 : Gambaran Coping Strategy……….86

Tabel 4. 7 : Gambaran Problem Focused Form Of Coping………...87

Tabel 4. 8 : Gambaran Emotion Focused Form Of Coping………...89

Tabel 4. 9 : Hasil Uji Korelasi………...92

Tabel 4. 10 : Hasil Uji Korelasi Product Moment Pearson………...93


(12)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4. 1 : Gambaran Umum Dukungan Sosial ... 81

Grafik 4. 2 : Gambaran Umum Dukungan Emosional ... 82

Grafik 4. 3 : Gambaran Umum Dukungan Penghargaan ... 83

Grafik 4. 4 : Gambaran Umum Dukungan Instrumental………84

Grafik 4. 5 : Gambaran Umum Dukungan Informasional………..85

Grafik 4. 6 : Gambaran Umum Coping Strategy………86

Grafik 4. 7 : Gambaran Umum Problem Focused Coping……….88


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN UJI COBA DAN PENELITIAN

A. Instrumen Uji Coba……….……….114 B. Intrumen Penelitian………....………..121

LAMPIRAN 2 HASIL SKORING DATA

A. Instrumen Penelitian Dukungan Sosial………...129 B. Instrumen Penelitian Coping Strategy………..….132

LAMPIRAN 3 HASIL RELIABILITAS DAN VALIDITAS

A. Hasil Reliabilitas dan Validitas Dukungan Sosial………..……..135 B. Hasil Reliabilitas dan Validitas Coping Strategy……….…138

LAMPIRAN 4 HASIL PENGOLAHAN STATISTIK

A. Hasil Uji Normalitas……….142

B. Hasil Uji Linearitas………...……143

C. Hasil Uji Korelasi……….…144


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar biasa. Setiap orangtua mengharapkan anak yang dilahirkan, kelak tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan pintar yang nantinya akan menjadi penerus dalam keluarga tersebut. Namun, tidak semua harapan orangtua memiliki anak yang sehat dan normal dapat terwujud. Beberapa orangtua justru mendapatkan anak yang memiliki kekhususan. Anak tersebut seringkali mengalami penolakan dari orang tuanya. Kebanyakan orangtua tidak bisa menerima kenyataan dengan anak yang pola perkembangannya berbeda dengan anak-anak yang lain. Anak-anak inilah yang disebut anak berkebutuhan khusus, salah satunya adalah anak penyandang tunagrahita atau retardasi mental.

Anak tunagrahita adalah kondisi dimana kecerdasan anak mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Hal tersebut ditandai dengan kemampuan intelektual dibawah rata-rata dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial (Somantri, 2006; Delphie, 2006). Tunagrahita merupakan bagian dari individu yang memiliki kebutuhan khusus. Salah satu cirinya adalah memiliki kecerdasan di bawah rata-rata, sehingga kemampuan akademik mereka mengalami keterlambatan jika dibandingkan dengan individu normal yang seusianya. Mereka


(15)

kurang dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial dan miskin dalam pembendaharaan kata. Namun, mereka memiliki perkembangan fisik yang sama dengan anak normal pada umumnya.

Annual Report to Congress menyebutkan bahwa 1,92% anak usia sekolah penyandang tunagrahita yaitu dengan perbandingan laki-laki 60% dan perempuan 40% atau 3:2. Data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2006, dari 222 juta penduduk Indonesia, sebanyak 0,7% atau 2,8 juta jiwa adalah penyandang cacat. Sedangkan populasi anak tunagrahita menempati angka paling besar dibanding dengan jumlah anak dengan keterbatasan lainnya. Prevalensi tunagrahita di Indonesia saat ini diperkirakan 1-3% dari penduduk Indonesia, sekitar 6,6 juta jiwa. Anak tunagrahita ini memperoleh pendidikan formal di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri dan SLB swasta (Noor & Megah, 2010).

Berdasarkan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kesejahteraan Sosial Departemen Sosial RI Tahun 2007, jumlah penyandang cacat adalah 2.364.000 jiwa termasuk penyandang cacat mental. Sedangkan menurut asumsi SoIna (Special Olympics Indonesia) bahwa jumlah penyandang cacat tunagrahita adalah 3% dari jumlah penduduk Indonesia atau sebesar 6 juta jiwa. Kondisi ini diperkirakan akan terus mengalami peningkatan, seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan berbagai faktor lainnya yang memicu peningkatan jumlah penyandang cacat mental.


(16)

Tidak mudah bagi ibu untuk menghadapi kenyataan bahwa anak mereka penderita tunagrahita. Awalnya ibu akan bingung karena ibu tidak memiliki pemahaman tentang tunagrahita. Perasaan tak percaya bahwa anaknya adalah penderita tunagrahita kadang-kadang menyebabkan ibu mencari dokter lain untuk menyangkal diagnosis dokter sebelumnya, bahkan sampai beberapa kali berganti dokter. Pada akhirnya, setelah dihadapkan pada fakta yang objektif dari berbagai sumber, maka kebanyakan ibu pun dengan amat terpukul dan terpaksa menerima kenyataan pahit yang menimpa anaknya. Tentu saja hal ini sangat memukul perasaan ibu. Bagaimana tidak, anak yang sangat dicintainya harus menderita suatu keterbelakangan mental yang menunjukkan fungsi intelektual di bawah rata-rata secara jelas dengan disertai ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa perkembangan (Mazbow, 2009).

Ada juga ibu yang shock dan merasa tertuduh karena memiliki pemahaman yang salah tentang tunagrahita. ibu merasa bahwa anak tunagrahita lahir akibat dosa-dosa orang tuanya, bahkan ada juga pasangan suami istri bertengkar lalu saling menyalahkan. Dampak dari kebingungan, keterkejutan, rasa berdosa dan pertengkaran yang berlarut-larut dapat merugikan anak tunagrahita karena diagnosis anak tidak segera terlaksana (Wanei, dalam Somantri).

Pasti ada masa dimana ibu harus merenung dan tidak mengetahui tindakan tepat apa yang harus diperbuat. Tidak sedikit ibu yang kemudian memilih tidak terbuka mengenai keadaan anaknya kepada teman, tetangga, bahkan keluarga dekat


(17)

sekalipun, kecuali kepada dokter yang menangani anaknya itu. Karena dalam situasi seperti ini, pengarahan dari dokter atau psikiater mau tidak mau akan mereka pertimbangkan karena dokter atau psikiater tersebut merupakan pihak yang dianggap paling tahu mengenai persoalan anak mereka. Dokter atau psikiater harus dapat memberikan pengarahan kepada para ibu yang sedang berada pada taraf panik, tidak bisa berpikir, kaget, dan tidak tahu harus berbuat apa. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan informasi terpadu, memberi penekanan bahwa ”waktu sangat berharga”, memberikan ibu sebanyak mungkin fakta mengenai kondisi anak dan kemudian mengarahkan ibu untuk menggunakan logika dan nalar dalam menghadapi ”musibah” ini sehingga tidak terfokus menggunakan emosi dan perasaan (Hamid, 2004).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hamid (2004) menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki anak tunagrahita menunjukkan perasaan sedih, denial, depresi, marah dan menerima keadaan anaknya. Orang tua merasa khawatir tentang masa depan anak dan stigma yang melekat pada anak. Seorang ibu dengan anak yang menderita tunagrahita pernah membagikan pengalamannya sebagai berikut, ibu S yang memiliki anak tunagrahita berumur 8 tahun mengatakan bahwa ia merasa sedih ketika teman sepermainan anaknya mengejek dan mengatakan mengapa anaknya tidak bersekolah di sekolah biasa dan mengalami kesulitan dalam komunikasi dengan anaknya. Merasa putus asa karena sudah mencoba berbagai cara untuk menyembuhkan anaknya. Hal senada juga diungkapkan Ibu P yang mempunyai anak putra berumur 11 tahun dan bersekolah di SLB yang sama dengan anak ibu S, sang


(18)

ibu menceritakan tentang keadaannya yang merasa malu , putus asa dan sedih dengan keadaan anaknya.

Penggambaran kondisi psikologis ibu diatas menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak tunagrahita mengalami perasaan sedih, putus asa, depresi dan mengalami kondisi yang tidak menyenangkan.Bagi ibu inilah periode awal kehidupan anaknya yang merupakan masa-masa tersulit dan paling membebani. Pada periode ini seringkali ibu berhadapan dengan begitu banyak masalah, tidak saja tentang anaknya, tetapi bercampur dengan masalah-masalah lainnya yang ikut membebani pikiran dan perasaan ibu. Hal ini menggambarkan betapa beratnya masalah yang sedang dihadapi oleh ibu dari anak dengan gangguan tunagrahita. Belum lagi ketika mereka mengetahui bagaimana harapan-harapan keluarga besar tentang anak mereka. Kakek, dan neneknya yang mengharapkan cucu yang sehat dan cerdas tidak terpenuhi, sehingga mereka semakin tertekan. Jelas ini bukan perasaan yang mengenakkan bagi ibu dengan anak yang menderita tunagrahita.

Hal lain yang kadang mengganjal para ibu dengan anak tunagrahita adalah proses penjelasan diagnosis dari dokter, psikiater atau psikolog tentang gangguan pada anaknya. Walaupun tidak ada cara ideal untuk memberitahukan hal tersebut, sejumlah cara sudah pasti lebih baik daripada cara lainnya. Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan ibu lebih suka diberi tahu sedini mungkin (Fauziah, 2009). Berdasarkan wawancara awal dengan ibu, banyak ibu menjelaskan kekecewaan mereka tentang bagaimana pertama kali mereka diberi tahu tentang diagnosis


(19)

tunagrahita pada anaknya. Ada ibu yang kecewa dengan tidak diberi kesempatan yang cukup untuk bertanya seputar masalah diagnosis anaknya, kadang dokter terlalu sibuk dan tidak punya waktu untuk menjelaskan dengan cukup, terkesan terburu-buru, bersikap dingin, dan acuh.

Menurut penelitian Fauziah (2009), ditemukan bahwa tingkat stres para ibu yang memiliki anak penyandang tunagrahita cukup tinggi. Mereka merasakan beban yang cukup berat sepanjang hidup mereka. Para ibu sering mengeluh pada pihak– pihak yang terkait yaitu suami, orangtua, sahabat dan tetangga seperti sulitnya punya anak tunagrahita, karena lebih mudah mengurusi anak yang normal. Respon kaget, penolakan, kesedihan yang mendalam, kemarahan dan lain sebagainya merupakan berbagai ragam reaksi spontan yang ditunjukkan oleh orangtua ketika mengetahui bahwa anaknya mengalami kondisi tunagrahita.

Walaupun ada sebagian ibu yang menerima kenyataan tersebut dengan tabah dan tetap merawat anak mereka dengan sebaik-baiknya layaknya anak normal lainnya. Mereka bersikap menerima, bersabar, bertawakal, dan terkadang tanpa disadari mereka menangis sambil berdoa saat tengah malam dalam hati, memohon kepada Allah Yang Maha Kuasa agar diberi kekuatan dalam menghadapi anak tunagrahita dan diberi ketenangan dalam menghadapi hidup ini.

Beberapa keterlambatan perkembangan pada anak tunagrahita bila dibandingkan dengan anak lain yang sebaya, menuntut adanya penanganan yang lebih intensif oleh ibu yang memiliki anak tunagrahita. Munculnya tuntutan tersebut dapat


(20)

berpotensi menimbulkan stres bagi ibu yang memiliki anak tunagrahita. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi memerlukan pemecahan sebagai upaya untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi terhadap masalah dan tekanan yang menimpa mereka. Konsep untuk memecahkan permasalahan ini disebut dengan coping. Coping dilakukan untuk menyeimbangkan emosi individu dalam situasi yang penuh tekanan. Coping merupakan reaksi terhadap tekanan yang berfungsi memecahkan, mengurangi dan menggantikan kondisi yang penuh tekanan (Rustiana, 2003).

Menurut Lazarus (Davison dkk, 2006) coping adalah bagaimana orang berupaya mengatasi masalah atau menangani emosi yang umumnya negatif yang ditimbulkannya. Mu’tadin (2002) juga menambahkan bahwa coping strategy adalah segala upaya dan usaha, baik mental maupun perilaku untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, meminimalis situasi atau kejadian yang penuh tekanan. Individu akan memberikan reaksi yang berbeda-beda dalam mengatasi stres, tergantung pada pengalaman dan persepsi individu tentang stres. Umumnya, coping terjadi secara otomatis, begitu individu merasakan adanya situasi yang menekan atau mengancam, maka individu dituntut untuk sesegera mungkin mengatasi ketegangan yang dialaminya. Tetapi dari pengalamannya ini, individu akan melakukan evaluasi untuk seterusnya memutuskan coping strategy apa yang seharusnya ditampilkan (Rustiana, 2003).


(21)

Lazarus dan Folkman (1984) menyatakan bahwa coping strategy yang merupakan respon individu terhadap tekanan yang dihadapi secara garis besar dibedakan atas dua fungsi utama yaitu: Problem Focused Coping (PFC) dan Emotional Focused Coping (EFC). PFC atau yang biasa disebut strategi menghadapi masalah yang berorientasi pada masalah merupakan usaha yang dilakukan oleh individu dengan cara menghadapi secara langsung sumber penyebab masalah. EFC atau yang biasa disebut strategi menghadapi masalah yang berorientasi pada emosi merupakan perilaku yang diarahkan pada usaha untuk menghadapi tekanan-tekanan emosi atau stres yang ditimbulkan oleh masalah yang dihadapi.

Untuk dapat melakukan respon terhadap stres secara efektifmaka individu memerlukan dukungan sosial. Sebagaimana dikemukakan oleh Smet (1994) bahwa salah satu faktor yang dapat mengubah pengalaman stres adalah dengan mencari dukungan sosial.

Menurut Yusuf dan Nurihsan (2005: 266) dukungan sosial dapat diartikan sebagai pemberian bantuan atau pertolongan terhadap seseorang yang mengalami stres dari orang lain yang memiliki hubungan dekat (kerabat atau teman). Selain itu Cassel, Caplan, dan Cobb (Vaux, 1988) berpendapat bahwa dukungan sosial bertindak sebagai pelindung, dan penuntun jika terdapat efek-efek yang merugikan dari stres, baik yang menganggu fisik maupun psikis. Mu’tadin (2002) juga mendukung bahwa coping strategy dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu dukungan sosial yang meliputi dukungan kebutuhan informasi dan emosional.


(22)

Saronson (2005) menerangkan bahwa dukungan sosial dapat dianggap sebagai sesuatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya. Dari hal tersebut, individu akan mengetahui bahwa orang lain memperhatikan, menghargai dan mencintainya. Sumber dukungan sosial bisa berasal dari suami atau istri, teman atau sahabat.

Menurut Barrera (Suhita, 2005) terdapat lima macam dukungan sosial yaitu: (a) bantuan materi dapat berupa pinjaman uang, (b) bantuan fisik berupa interaksi yang mendalam, mencakup pemberian kasih sayang dan kesediaan untuk mendengarkan permasalahan, (c) bimbingan termasuk pengajaran dan pemberian nasehat, (d) feedback yaitu pertolongan seseorang yang paham dengan masalahnya sekaligus memberikan pilihan respon yang tepat untuk menyelesaikan masalah, (e) partisipasi sosial yaitu bersenda gurau dan berkelakar untuk menghibur seseorang. Sedangkan House (Sarafino, 1990) mengemukakan bahwa dukungan sosial memiliki empat tipe, yaitu: Dukungan emosional (emotional support), dukungan penghargaan (esteem support), dukungan informasi (informational support), dan dukungan instrumental (instrumental support).

Dukungan ini yang sangat diperlukan bagi seorang ibu yang memiliki anak tunagrahita dimana dukungan sosial merupakan mediator yang penting dalam menyelesaikan masalah ibu yang memiliki anak tunagrahita. Dalam hal ini, ibu sangat memerlukan bantuan dari keluarga, teman, terutama suami yang dapat berperan aktif dalam penanganan anak tunagrahita baik secara langsung ataupun tidak, sehingga


(23)

peran orang-orang terdekat dapat mempengaruhi ibu dalam mengatasi permasalahan yang ada.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti termotivasi untuk mencari hubungan (korelasi) antara dukungan sosial dengan coping strategy pada ibu yang memiliki anak penyandang tunagrahita di SLB-C YPLB Cipaganti Bandung. Sebagian ibu di sekolah luar biasa tersebut mungkin memberikan persepsi yang berbeda tentang dukungan sosial yang diterimanya dengan coping strategy yang mereka lakukan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran dukungan sosial pada ibu yang memiliki anak penyandang tunagrahita di SLB-C YPLB Cipaganti Bandung?

2. Bagaimana gambaran coping strategy pada ibu yang memiliki anak penyandang tunagrahita di SLB-C YPLB Cipaganti Bandung?

3. Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan sosial dengan coping strategy pada ibu yang memiliki anak penyandang tunagrahita di SLB-C YPLB Cipaganti Bandung?


(24)

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji hubungan antara dukungan sosial dengan coping strategy pada ibu yang memiliki anak penyandang tunagrahita di SLB-C YPLB Cipaganti Bandung.

2. Tujuan Khusus

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai:

a. Dukungan sosial pada ibu yang memiliki anak penyandang tunagrahita di SLB-C YPLB Cipaganti Bandung.

b. Coping strategy pada ibu yang memiliki anak penyandang tunagrahita di SLB-C YPLB Cipaganti Bandung.

c. Hubungan antara dukungan sosial dengan coping strategy pada ibu yang memiliki anak penyandang tunagrahita di SLB-C YPLB Cipaganti Bandung.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi peneliti khususnya, dan pembaca pada umumnya. Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Kegunaan Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat ikut memperkaya wawasan dan teori-teori dari literatur yang sudah ada, dapat memberi masukan dan sumbangan bagi ibu yang memiliki anak penyandang tunagrahita dan mencari coping yang


(25)

sesuai, serta dapat dijadikan dasar bagi penelitian-penelitian serupa, selanjutnya agar penelitian di masa mendatang hasilnya lebih baik lagi.

2. Kegunaan Praktis

a. Untuk orangtua (ayah dan ibu), diharapkan mampu menerima kondisi anak dan mampu melakukan coping ketika menghadapi permasalahan anak tunagrahita untuk perkembangan yang lebih optimal pada anak.

b. Untuk sekolah, diharapkan mampu memberikan cara-cara baru untuk menghadapi anak sesuai dengan pengalaman yang didapat orangtua yang berhasil menghadapi dan menangani anak tunagrahita.

E. Struktur Organisasi Skripsi

1. JUDUL

Disertai pernyataan maksud penelitian skripsi. 2. TIM PEMBIMBING

Beserta nama dan kedudukannya. 3. PERNYATAAN

Tentang keaslian karya ilmiah 4. KATA PENGANTAR

5. ABSTRAK

Ringkasan dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dalam karya ilmiah ini.


(26)

6. DAFTAR ISI

Urutan isi karya ilmiah. 7. DAFTAR LAMPIRAN

Berisi daftar lampiran berdasarkan urutan bab dalam karya tulis ilmiah ini. 8. BAB I. PENDAHULUAN

Terdiri dari lima sub bab meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi penelitian skripsi. 9. BAB II. KAJIAN TEORI

Meliputi pembahasan mengenai konsep dukungan sosial, coping strategy, dan tunagrahita, teori-teori tentang dukungan sosial, coping strategy, dan tunagrahita, penelitian terdahulu serta hipotesis peneliti mengenai penelitian ini.

10. BAB III. METODE PENELITIAN

Adalah Metode Penelitian yang terdiri atas identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, serta metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, validitas dan reliabilitas alat ukur dan metode analisis data.

11. BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Terdiri dari analisa dan interpretasi data yang berisikan mengenai subjek penelitian dan hasil penelitian.


(27)

Merupakan kesimpulan, diskusi dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

13. DAFTAR PUSTAKA

Kumpulan literatur yang dijadikan referensi oleh peneliti dalam pembuatan karya ilmiah ini, ditulis berdasarkan urutan alphabet.

14. LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran berupa data pendukung dalam penelitian. 15. RIWAYAT HIDUP PENELITI


(28)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SLB-C YPLB Cipaganti Bandung. Sedangkan untuk uji coba instrumen telah dilakukan pada 30 orang ibu yang memiliki anak tunagrahita di SLB-C Sukapura Bandung yang dianggap memiliki karakteristik yang relatif sama dengan subyek yang diteliti.

2. Populasi penelitian

Menurut Sugiyono (2011), populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah 102 ibu dari anak tunagrahita di SLB-C YPLB Cipaganti Bandung.

3. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel penelitian adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Secara umum, untuk penelitian korelasional jumlah sampel minimal untuk memperoleh hasil yang baik adalah 30, sedangkan dalam penelitian eksperimen jumlah sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok dan untuk penelitian survey jumlah sampel minimum adalah 100


(29)

(Sekaran, 2006). Sampel dalam penelitian ini adalah 80 ibu yang memiliki anak tunagrahita di SLB-C YPLB Cipaganti Bandung. Sampel dipilih 80 orang karena menurut Roscoe dalam buku Research Methods For Business (1982: 253) memberikan saran-saran tentang ukuran sampel untuk penelitian seperti berikut ini:

1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.

2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30. 3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti.

4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara 10-20

Tidak jauh berbeda dengan Roscoe, Gay & Diehl (1992) berpendapat bahwa sampel haruslah sebesar-besarnya. Pendapat Gay dan Diehl (1992) ini mengasumsikan bahwa semakin banyak sampel yang diambil maka akan semakin representatif dan hasilnya dapat digenelisir. Namun ukuran sampel yang diterima akan sangat bergantung pada jenis penelitiannya.


(30)

1. Jika penelitiannya bersifat deskriptif, maka sampel minimumnya adalah 10% dari populasi.

2. Jika penelitiannya korelasional, sampel minimumnya adalah 30 subjek. 3. Apabila penelitian kausal perbandingan, sampelnya sebanyak 30 subjek

per-grup.

4. Apabila penelitian eksperimental, sampel minimumnya adalah 15 subjek per-grup.

Sedangkan untuk teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling, dengan jenis simple random sampling, yaitu cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut (Sugiyono, 2011: 120). Dengan jumlah sampel yang telah disebutkan di atas yaitu 80, selanjutnya angket dipilih acak oleh penulis dari sekitar 92 ibu yang hadir dalam pengisian angket.

B. Metode Penelitian

Metodelogi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan teknik studi korelasional (correlation study), dimana teknik korelasi ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel X dengan variabel Y dan apabila ada seberapa erat dan seberapa berartinya hubungan tersebut (Arikunto, 2006: 239). Penelitian ini menggunakan pengambilan data berupa kuesioner berupa item-item yang disajikan berdasarkan macam-macam dukungan


(31)

sosial dari House, sementara item-item coping strategy diturunkan berdasarkan kategori yang dibuat oleh Lazarus & Folkman (1984).

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011).

Menurut Sugiyono (2011), variabel dalam penelitian dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:

a) Variabel Independen, sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, anticedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini variabel bebas menggunakan simbol “X”.

b) Variabel Dependen, sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam Bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikat menggunakan simbol “Y”.


(32)

Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah dukungan sosial sebagai variabel independen (X) dan coping strategy sebagai variabel dependen (Y).

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (Suryabrata, 2004). Definisi operasional setiap variabel adalah sebagai berikut:

a. Dukungan Sosial

Operasionalisasi dari variabel dukungan sosial diturunkan sebagai berikut: 1) Emotional support (dukungan emosional), yang meliputi ekspresi empati,

perhatian, dan perlindungan kepada seseorang. Dukungan emosi ini memberikan perasaan senang, tentram, merasa dimiliki dan dicintai bagi orang yang mengalami kecemasan.

2) Esteem support (dukungan penghargaan), dukungan ini melibatkan ekspresi yang berupa pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa orang lain.

3) Informational support (dukungan informasi), yang meliputi nasihat, saran, dan diskusi tentang bagaimana mengatasi atau memecahkan masalah.

4) Instrumental support (dukungan instrumental), yang meliputi bantuan material, seperti memberikan tempat tinggal, meminjamkan uang, dan


(33)

menyertai berkunjung ke biro layanan sosial atau bantuan dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu.

b. Coping Strategy

Operasionalisasi dari variabel coping strategy, diturunkan sebagai berikut: Coping strategy yang berpusat pada masalah memiliki karakteristik:

1) Planful problem solving, menggambarkan usaha pemecahan masalah dengan terus dan disertai dengan pendekatan analisis untuk pemecahan masalah. 2) Confrontative coping, menggambarkan reaksi agresi untuk mengubah

keadaan, juga menggambarkan suatu tingkat permusuhan, menggambarkan tingkat kemarahan dan pengambilan resiko.

Coping strategy yang berpusat pada emosi karakteristiknya sebagai berikut: 1) Distancing, menggambarkan upaya-upaya untuk menjauhkan diri atau

berusaha tidak melibatkan diri dalam permasalahan, disamping menciptakan pandangan-pandangan positif.

2) Self control, menggambarkan usaha-usaha untuk meregulasi perasaan maupun penyesuaian tindakan.

3) Seeking social support, menggambarkan usaha-usaha untuk mencari dukungan dari pihak luar, baik berupa informasi, bantuan nyata, maupun dukungan emosional dalam upaya menyesuaikan perasaan dan tindakan yang diambil.


(34)

4) Accepting responsibility, usaha-usaha untuk mengakui perasaan dirinya dalam permasalahan yang dihadapi dan mencoba untuk mendudukkan segala sesuatu dengan benar sebagaimana mestinya dan menjadi lebih baik.

5) Escape-avoidance, menggambarkan reaksi berkhayal dan usaha menghindarkan atau melarikan diri dari masalah yang dihadapi.

6) Positive reappraisal, menggambarkan usaha untuk menciptakan makna yang positif dengan memusatkan pada pengembangan personal dan juga melibatkan hal-hal yang bersifat religius.

D. Teknik Pengumpulan Data

Salah satu kegiatan dalam penelitian ini adalah merumuskan teknik pengumpulan data sesuai dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang ditempuh oleh peneliti untuk memperoleh data yang diteliti. Data merupakan hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka (Arikunto, 2006:96). Agar diperoleh data yang lengkap maka harus digunakan teknik pengumpulan data yang tepat sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang tepat dan dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner, yaitu seperangkat pertanyaan tertulis yang dikirimkan kepada responden untuk mengungkap pendapat, keadaan, kesan yang ada pada diri responden maupun diluar dirinya (Arikunto, 2006:128).


(35)

E. Alat Ukur Dukungan Sosial dan Coping Strategy

Setiap variabel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan kuesioner. Bentuk kuesioner bervariasi sesuai dengan tujuan dan apa yang akan digali melalui kuesioner tersebut. Untuk mendapatkan data yang diperlukan bagi tercapainya tujuan penelitian ini, digunakan dua bentuk instrumen yang ditujukan untuk mengukur masing-masing variabel. Instrumen yang digunakan antara lain:

1. Dukungan Sosial

a. Spesifikasi Alat Ukur Dukungan Sosial

Instrumen dukungan sosial ini dikembangkan sendiri oleh peneliti merujuk pada teori yang dikemukakan oleh House (Sarafino, 1990) yang terdiri dari berbagai item pernyataan yang dapat dilihat di bawah ini.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Dukungan Sosial

Dimensi Aspek Indikator Nomor Item

Fav Unfav

Dukungan Emosional

Meliputi ekspresi empati, perhatian, dan

perlindungan kepada seseorang.

1, 9, 17, 19, 25

5, 22, 24, 26 28

Dukungan Penghargaan

Melibatkan ekspresi yang berupa pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa orang lain.

2, 4, 10, 13, 27

6, 20, 29

Dukungan Instrumental Meliputi bantuan material, seperti memberikan tempat tinggal, meminjamkan uang, dan menyertai


(36)

Dukungan Sosial

layanan sosial atau bantuan dalam

mengerjakan tugas-tugas tertentu.

Dukungan Informasional

Meliputi nasihat, saran dan diskusi tentang bagaimana mengatasi atau memecahkan masalah.

3, 16, 18 8, 12, 21

b. Pengisian Alat Ukur Dukungan Sosial

Cara pengisian alat ukur ini yaitu dengan meminta kesediaan reponden untuk menjawab semua item pertanyaan yang diajukan dengan cara memilih atau menentukan salah satu dari empat pilihan jawaban yang tersedia di setiap item pernyataan yang sesuai dengan apa yang dirasakan oleh individu yang bersangkutan. Skala pengukuran yang digunakan dalam variabel dukungan sosial adalah Skala Likert. Penentuan jawaban dilakukan dengan mengisi salah satu kolom pada kolom yang tersedia dengan memberi tanda silang (X) sesuai dengan jawaban yang menjadi pilihannya. Pilihan jawaban terdiri dari 4 kategori, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).

c. Penilaian Alat Ukur Dukungan Sosial

Penilaian atau penskoran jawaban dari responden dilakukan dengan menjumlahkan seluruh skor yang diperoleh oleh responden. Total jumlah nilai yang diperoleh oleh responden akan menunjukkan taraf dukungan sosial yang dimiliki oleh responden yang bersangkutan.


(37)

empat kategori yang harus dipilih responden. Jawaban dari setiap pernyataan tersebut dinilai dengan angka sebagai berikut.

Tabel 3.2

Penilaian Item Alat Ukur Dukungan Sosial

Pilihan Favourable (+) Unfavourable (-)

Sangat Sesuai (SS) 3 0

Sesuai (S) 2 1

Tidak Sesuai (TS) 1 2 Sangat Tidak Sesuai (STS) 0 3

Hasil (total skor) yang diperoleh masing-masing responden akan menyatakan derajat atau taraf dukungan sosial individu yang dikategorikan dalam taraf tinggi, sedang, dan rendah.

Berikut skor maksimal tiap tiap faktor dalam variabel dukungan sosial:

Tabel 3.3

Kategorisasi Skor Maksimal Dukungan Sosial

Tipe Dukungan Sosial ∑ Item Skor

Maksimal

∑ Skor Maksimal (∑ item x Skor Maks.) Dukungan Emosional 8 3 24

Dukungan Penghargaan 7 3 21 Dukungan Instrumental 5 3 15 Dukungan Informasional 4 3 12

2. Coping Strategy


(38)

Kuesioner coping strategy yaitu Ways of Coping the Revised Version digunakan untuk menjaring strategi penanggulangan stres yang digunakan oleh ibu yang memiliki anak tunagrahita dalam menghadapi stressor. Kuesioner ini dibuat oleh Lazarus dan Folkman pada tahun 1984. Kuesioner terdiri dari pernyataan yang sebagian diantaranya mencerminkan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah dan sebagian lagi mencerminkan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi. Kuesioner ini dikembangkan dan disesuaikan dengan keadaan responden. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Coping Strategy

Dimensi Aspek Indikator Nomor Item

Fav Unfav

Problem focused form of coping

Planful problem solving

Usaha pemecahan masalah disertai dengan pendekatan analisis untuk pemecahan masalah.

1, 18, 38 5, 26, 39

Confrontative coping

Menggambarkan reaksi agresi untuk mengubah masalah.

3, 13, 28 10, 11, 50

Emotion focused form of coping

Distancing Reaksi melepaskan diri atau berusaha tidak melibatkan diri dalam permasalahan, disamping menciptakan pandangan positif

7, 32, 45 2, 30, 48

Self control Usaha-usaha untuk meregulasi perasaan dan tindakan


(39)

Seeking social support

Usaha mencari dukungan dari pihak luar, baik berupa informasi, bantuan nyata maupun dukungan emosional

4, 14, 24 17, 21, 33

Accepting responsibility Usaha-usaha untuk mengakui perasaan dirinya dalam permasalahan yang dihadapi dan mencoba untuk mendudukkan segala sesuatu dengan benar sebagaimana mestinya

19, 41 22, 36

Escape avoidance Menggambarkan reaksi berkhayal dan usaha menghindarkan atau melarikan diri dari masalah yang dihadapi

12, 25, 37, 46

16, 31, 40, 51

Positive reappraisal

Menggambarkan usaha untuk menciptakan makna yang positif dengan memusatkan pada pengembangan personal dan juga melibatkan hal-hal yang bersifat religius

15, 23, 29, 44, 47

8, 9, 20, 42

b. Pengisian Alat Ukur Coping Strategy

Alat ukur ini disusun dalam skala Likert. Responden diminta untuk menentukan seberapa sering cara-cara penanggulangan yang disajikan pada item-item tersebut dipakai untuk menghadapi situasi yang tidak menyenangkan atau menimbulkan stres sebagai akibat dari tuntutan yang ia hadapi. Responden diminta untuk memilih salah satu dari empat alternatif jawaban yang paling sesuai dengan keadaan responden. Penentuan jawaban dilakukan dengan mengisi salah satu


(40)

jawaban yang menjadi pilihannya. Pilihan jawaban terdiri dari 4 kategori, yaitu Sering (S), Cukup Sering (CS), Pernah (P), dan Tidak Pernah (TP).

c. Penilaian Alat Ukur Coping Strategy

Cara penyekoran instrumen ini adalah dengan menjumlahkan seluruh skor jawaban setelah itu dibuat proporsi di antara keduanya dengan cara:

Skor pada strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah x 100% Skor maksimal pada strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah Skor pada strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi x 100% Skor maksimal pada strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi

Kemudian dilihat persentase mana yang paling besar. Jika persentase yang paling besar ada pada strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah, maka responden dikatakan memiliki strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah. Sebaliknya jika persentase yang besar ada pada strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi, maka responden dikatakan memiliki strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi.

Tabel 3.5

Penilaian Item Alat Ukur Coping Strategy

Pilihan Favourable (+) Unfavourable (-)

Sering (S) 4 1

Cukup sering (CS) 3 2

Pernah (P) 2 3


(41)

Hasil (total skor) yang diperoleh masing-masing responden akan menyatakan derajat atau taraf coping strategy individu yang dikategorikan dalam taraf sangat tinggi, tinggi, rendah, dan sangat rendah.

Berikut skor maksimal tiap tiap faktor dalam variabel coping strategy:

Tabel 3.6

Kategorisasi Skor Maksimal Coping Strategy

Tipe Coping Strategy ∑ Item Skor

Maksimal

∑ Skor Maksimal (∑ item x Skor

Maks.)

Problem focused form of coping

Planful problem solving 6 4 24

Confrontative coping 5 4 20

Emotion focused form of coping

Distancing 6 4 24

Self control 6 4 24

Seeking social support 5 4 20

Accepting responsibility 4 4 16

Escape avoidance 7 4 28

Positive reappraisal 8 4 32

F. Kategorisasi Skala

Kategorisasi skala adalah pengelompokan sebuah kelompok pengambil tes atau skala ke dalam beberapa level (Ihsan, 2009).

` 1) Dukungan Sosial

Agar mudah dipahami, data penelitian kemudian dikategorisasikan kedalam tiga tingkatan dukungan sosial yaitu: dukungan sosial rendah, dukungan sosial sedang, dan dukungan sosial tinggi. Besarnya interval untuk setiap kategori ditentukan dengan membagi tiga, hasil kurang antara kemungkinan skor


(42)

tertinggi yang dapat dicapai dengan kemungkinan skor terendah yang mungkin diperoleh. Skor maksimal dukungan sosial adalah 72, didapat dari skor maksimal dikali dengan jumlah item (3 X 24 item), sedangkan skor minimal dukungan sosial adalah 0, didapat dari skor minimal dikali dengan jumlah item (0 X 24 item).

Interval = (jumlah skor maksimal) – (jumlah skor minimal) Jumlah tingkatan atau kategori

Interval 24

Tabel 3.7

Kategorisasi Tingkatan Dukungan Sosial

Tingkat Dukungan Sosial Skor

Tinggi 48-72 Sedang 24-47

Rendah 0-23

2) Coping Strategy

Agar mudah dipahami, data penelitian kemudian dikategorisasikan kedalam empat tingkatan coping strategy yaitu: coping strategy sangat rendah, coping strategy rendah, coping strategy tinggi, dan coping strategy sangat tinggi. Besarnya interval untuk setiap kategori ditentukan dengan membagi empat, hasil kurang antara kemungkinan skor tertinggi yang dapat dicapai dengan kemungkinan skor terendah yang mungkin diperoleh. Skor maksimal coping strategy adalah 188, didapat dari skor maksimal dikali dengan jumlah item (4 X


(43)

47 item), sedangkan skor minimal coping strategy adalah 47, didapat dari skor minimal dikali dengan jumlah item (1 X 47 item).

Interval = (jumlah skor maksimal) – (jumlah skor minimal) Jumlah tingkatan atau kategori

Interval

Tabel 3.8

Kategorisasi Tingkatan Coping Strategy

Tingkat Coping Strategy Skor

Sangat Tinggi 152-188 Tinggi 117-151 Rendah 82-116 Sangat Rendah 47-81

G. Uji Coba Alat Ukur Penelitian

Sebelum instrumen penelitian digunakan menjadi alat ukur, diperlukan uji coba instrumen penelitian terlebih dahulu. Para ahli psikometri telah menetapkan kriteria bagi setiap alat ukur psikologis untuk dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik, yaitu mampu memberikan informasi yang dapat dipercaya. Kriteria tersebut diantaranya adalah reliabel, valid, standar, ekonomis, dan praktis. Sifat reliabel dan valid diperlihatkan oleh tingginya reliabilitas dan validitas hasil ukur suatu tes. Suatu alat ukur yang tidak reliabel dan tidak valid akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai tes itu. Disinilah pentingnya masalah reliabilitas dan validitas pengukuran (Azwar, 2009). Untuk uji


(44)

coba sendiri dilakukan terhadap 30 orang ibu yang memiliki anak penyandang tunagrahita di SLB-C Sukapura Bandung.

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2006:168).

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Uji validitas penelitian ini didasarkan pada validitas isi dan mencari korelasi antara tiap-tiap item skor total itemnya (daya diskriminasi item).

Pada uji validitas ini dilakukan validitas isi dan daya dikriminasi item. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau oleh professional judgment (Azwar, 2009). Ada dua macam item yang dilihat dari professional judgment, yaitu dilihat dari isi kontennya dan dari teknik pengukurannya. Setelah dilakukan pengujian validitas


(45)

isi, kemudian dilakukan pengujian daya diskriminasi untuk mengetahui item yang layak. Item yang layak dan valid adalah item yang memiliki daya beda atau daya diskriminasi item, yaitu item yang mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor setiap item dengan skor total item menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment dan perhitungannya dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 15.0 for Windows.

Azwar (2009) mengemukakan bahwa semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 sehingga daya pembedanya dianggap memuaskan. Tetapi Azwar mengatakan bahwa bila jumlah item belum mencukupi kita bisa menurunkan sedikit batas kriteria 0,30 menjadi 0,25 agar jumlah item yang diinginkan dapat tercapai. Yang sangat tidak disarankan adalah menurunkan batas kriteria di bawah 0,20. Pada penelitian ini, batas koefisien korelasi yang digunakan 0,25 sehingga jumlah item yang diinginkan dapat dicapai.

a. Validitas Instrumen Dukungan Sosial

Setelah dilakukan uji coba validitas menggunakan Product Moment Pearson dengan bantuan SPSSversion 15.0 for Windows diketahui bahwa pada instrumen dukungan sosial diperoleh 21 item yang valid atau > 0,25 dan 8 item lainnya tidak valid. Adapun kedelapan item yang tidak valid tersebut, 5 item diantaranya dibuang dan 3 item lainnya diperbaiki, sehingga menghasilkan:


(46)

Item-item yang Layak pada Instrumen Dukungan Sosial

No Dimensi Item yang Layak

1 Dukungan Emosional 1, 5, 9, 19, 22, 24, 25, 28 2 Dukungan Penghargaan 2, 4, 6, 13, 20, 27, 29 3 Dukungan Instrumental 7, 11, 14, 15, 23 4 Dukungan Informasional 8, 12, 16, 18

Total 24

b. Validitas Instrumen Coping Strategy

Setelah dilakukan uji coba validitas menggunakan Product Moment Pearson dengan bantuan SPSSversion 15.0 for Windows diketahui bahwa pada instrumen coping strategy diperoleh 43 item yang valid atau >0,25 dan 8 item lainnya tidak valid. Adapun kedelapan item yang tidak valid tersebut, 4 item diantaranya dibuang dan 4 item lainnya diperbaiki, sehingga menghasilkan:

Tabel 3.10

Item-item yang Layak pada Instrumen Coping Strategy

Dimensi Aspek Item yang Layak

Problem focused form of coping

Planful problem solving

1, 5, 18, 26, 38, 39 Confrontative coping 10, 11, 13, 28, 50 Emotion focused form

of coping

Distancing 2, 7, 30, 32, 45, 48 Self control 6, 27, 34, 35, 43, 49 Seeking social support 4, 14, 17, 24, 33 Accepting

responsibility

19, 22, 36, 41

Escape avoidance 12, 16, 25, 37, 40, 46, 51 Positive reappraisal 8, 9, 15, 23, 29, 42, 44,

47


(47)

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas diterjemahkan dari kata Reliability yaitu sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, hasil ukur dapat dipercaya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah (Azwar, 2009). Rentang koefisien reliabilitas berada 0-1.00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1.00 berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, jika koefisien reliabilitas semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas (Azwar, 2009). Menurut Guilford (Sugiyono, 2007: 18), kriteria koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dapat dikategorikan seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.11

Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach

Kriteria Koefisien

Sangat reliabel >0.900 Reliabel 0.700 – 0.900 Cukup reliabel 0.400 - 0.700 Kurang reliabel 0.200 – 0.400 Tidak reliabel <0.200

Adapun hasil yang didapat berdasarkan perhitungan uji reliabilitas yang dilakukan terhadap instrumen dukungan sosial sebesar 0,781. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen dukungan sosial termasuk dalam kategori reliabel. Hasil perhitungan reliabilitas dukungan sosial dapat dilihat dalam tabel berikut ini:


(48)

Tabel 3.12

Reliabilitas Instrumen Dukungan Sosial Cronbach's Alpha N of Items

,781 29

Sedangkan untuk instrumen coping strategy didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,859. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen coping strategy masuk dalam kategori reliabel. Hasil perhitungan reliabilitas coping strategy dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.13

Reliabilitas Instrumen Coping Strategy Cronbach's Alpha N of Items

,859 51

H. Teknik Analisis Data 1. Uji Normalitas

Uji normalitas distribusi data digunakan untuk mengetahui dan menentukan teknik statistik apa yang digunakan pada pengolahan data selanjutnya. Apabila penyebaran datanya normal, maka akan digunakan statistik parametrik. Akan tetapi bila penyebaran datanya tidak normal, maka akan digunakan teknik statistik non parametrik, yang berarti hasil perhitungan hanya berlaku untuk sampel penelitian saja.


(49)

Aturan dari pengambilan keputusan yaitu jika signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0.05, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, sebaliknya jika signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0.05, maka sampel bukan berasal dari populasi yang normal.

Berikut dapat dilihat hasil uji normalitas dengan menggunakan one-sample Kolgomorov Smirnov yang perhitungannya dibantu dengan software SPSS 15.0 for Windows.

Tabel 3.14 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Dukungan Sosial Coping Strategy

N 80 80

Normal Parameters(a,b) Mean 57.6375 137.0750

Std.

Deviation 7.99722 17.00169

Most Extreme Differences Absolute .116 .078

Positive .109 .078

Negative -.116 -.071

Kolmogorov-Smirnov Z 1.039 .700

Asymp. Sig. (2-tailed) .231 .711

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.s

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pada instrumen dukungan sosial diperoleh angka signifikan 0,231 (p > 0,05) dan pada instrumen coping strategy


(50)

diperoleh angka signifikan sebesar 0,711 (p > 0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kedua instrumen memiliki distribusi data normal.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui pola hubungan antara variabel satu (dukungan sosial) dan variabel dua (coping strategy). Suatu hubungan dikatakan linear apabila adanya kesamaan variabel, baik penurunan maupun kenaikan yang terjadi pada kedua variabel tersebut. Maksudnya adalah, apakah garis regresi antara variabel X dan Y membentuk garis yang linear atau tidak. Jika signifikansi < 0,05 maka terdapat hubungan yang linear antara variabel X dengan variabel Y. Untuk melihat nilai linieritas regresi menggunakan bantuan software SPSS Versi 15.0 for Windows.

Tabel 3.15 Hasil Uji Linearitas

Predictors Dependent

Variable

F Signifikansi

Dukungan Sosial Coping Strategy 39,050 0,000

Berdasarkan tabel diatas, angka signifikansi menunjukkan 0,000. Jika probabilitas < 0,05 menunjukkan bahwa hubungan antara dukungan sosial dengan coping strategy membentuk garis linear. Dengan demikian variabel dukungan sosial mampu mempengaruhi coping strategy yang dilakukan oleh ibu.


(51)

3. Uji Korelasi

Uji korelasi bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan. Jika terdapat hubungan, seberapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut (Arikunto, 2006:270). Alasan penulis menggunakan rumus ini adalah untuk mengetahui koefisien korelasinya atau derajat kekuatan hubungan antara dukungan sosial dengan coping strategy. Teknik analisis korelasi pearson product moment termasuk teknik statistik parametrik yang menggunakan data interval dan ratio dengan persyaratan tertentu. Misalnya data berdistribusi normal, dan data yang dihubungkan berpola linear.

Karena seluruh data dalam penelitian ini berdistribusi normal dan datanya parametrik, maka uji korelasi yang digunakan adalah uji Korelasi Pearson Product Moment. Setelah diketahui koefisien korelasinya, maka langkah selanjutnya ialah menginterpretasikan koefisien korelasi tersebut sebagai berikut:

Tabel 3.16

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,19 Sangat rendah 0,20-0,39 Rendah 0,40-0,59 Sedang 0,60-0,79 Kuat 0,800-1,00 Sangat Kuat


(52)

4. Uji Signifikansi

Uji signifikansi digunakan untuk melihat apakah terdapat korelasi yang signifikan antara variabel satu (x) dan variabel dua (y). Uji signifikansi dilakukan untuk menguji apakah hubungan yang ditemukan tersebut berlaku untuk seluruh populasi atau tidak (Sugiyono, 2008:185). Berikut dibawah ini adalah kriteria signifikansi variabel:

Tabel 3.17

Kriteria Signifikansi Variabel Kriteria

Probabilitas > 0,05 Ho diterima

Probabilitas < 0,05 Ho ditolak

5. Uji Koefisien Determinasi

Menurut Shavelson (Furqon, 2004:100), koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi yang dikalikan 100%. Uji koefisien determinasi ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar varian yang terjadi pada variabel Y (coping strategy) turut ditentukan oleh varian yang terjadi pada variabel X (dukungan sosial). Adapun rumus yang digunakan pada uji koefisien determinasi ini adalah sebagai berikut:

KD = r 2 x 100%

Keterangan:

KD : Koefisien Determinasi r : Koefisien Korelasi


(53)

6. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dibagi dalam empat tahapan sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan

1) Menentukan variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini. 2) Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran yang jelas

berkaitan dengan variabel-variabel yang akan diteliti.

3) Menetapkan desain penelitian dan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini.

4) Menetapkan subjek penelitian.

5) Menyusun proposal penelitian sesuai dengan judul yang akan diteliti. 6) Mengajukan proposal penelitian kepada Dewan Pembimbing Skripsi

untuk mendapat pengesahan.

7) Pengajuan surat ijin penelitian yang dimulai dari jurusan psikologi. Setelah mendapat rekomendasi dari jurusan selanjutnya mengajukan perizinan kepada pihak fakultas dan rektorat yang kemudian surat izin penelitian direkomendasikan langsung kepada pihak sekolah melalui kepala sekolah yang bersangkutan.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Pembukaan dan penyampaian maksud kedatangan peneliti. 2) Pembagian angket kepada subjek (orangtua anak tunagrahita).


(54)

4) Mengumpulkan angket yang telah diisi oleh sampel penelitian. 5) Penutupan.

c. Tahap Pengolahan Data 1) Verifikasi Data

Verifikasi data dilakukan dengan tujuan untuk mengecek kelengkapan jumlah angket yang terkumpul dan kelengkapan pengisian angket yang diisi oleh subjek. Setelah semuanya lengkap baru dilakukan pengolahan data.

2) Tabulasi Data

Tabulasi data adalah langkah dimana peneliti merekap semua data yang diperoleh untuk kemudian dilakukan perhitungan dengan menggunakan bantuan software SPSS 15.0.

3) Penyekoran Data

Penyekoran data dilakukan dengan menggunakan kategorisasi skor yang telah dibuat dan ditetapkan sebagai acuan dalam menentukan setiap jawaban subjek.


(55)

Setiap jenis data yang diperoleh dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu dukungan sosial dan coping strategy.

d. Tahap Penyelesaian

1) Menampilkan hasil analisis penelitian.

2) Membahas hasil analisis penelitian berdasarkan teori yang digunakan. 3) Membuat kesimpulan dari hasil penelitian serta mengajukan rekomendasi


(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Ibu yang memiliki anak tunagrahita di SLB-C YPLB Cipaganti Bandung yang memiliki dukungan sosial tinggi sebesar 77% (62 orang). Hal ini berarti sebagian ibu mendapatkan perhatian emosional, bantuan instrumental, bantuan informasi, dan bantuan penghargaan yang baik dari keluarga, rekan kerja maupun lingkungan di sekitar mereka. Sedangkan sisanya sebanyak 18 orang (23%) mendapatkan dukungan sosial sedang, artinya mereka jarang mendapatkan dukungan dari orang lain ketika membutuhkannya.

2. Jenis coping strategy yang digunakan oleh ibu yang memiliki anak tunagrahita di SLB-C YPLB Cipaganti Bandung secara umum adalah problem focused form of coping dengan persentase sebesar 89% (71 orang). Hal ini berarti bahwa para ibu ini dapat merespon stressor secara baik dengan memanfaatkan sumber daya internal yang dimilikinya. Namun demikian, terdapat ibu yang menggunakan emotion focused form of coping dengan persentase sebesar 11% (9 orang). Hal ini berarti bahwa ibu tidak langsung menyelesaikan permasalahan yang ada, tetapi lebih memelihara keseimbangan emosi dirinya terlebih dahulu.


(57)

3. Dalam penelitian ini, diperoleh angka korelasi sebesar 0,578 dengan probabilitas sebesar 0,000. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan coping strategy pada ibu yang memiliki anak tunagrahita di SLB-C YPLB Cipaganti Bandung. Selain itu dapat disimpulkan bahwa variabel dukungan sosial memberikan kontribusi sebesar 33,34% terhadap coping strategy. Hal ini menandakan bahwa variabel dukungan sosial dapat menjelaskan variabel coping strategy sebesar 33,34% sedangkan sisanya sebesar 66,66% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

B. Rekomendasi

Dengan memperhatikan hasil yang diperoleh dari penelitian, maka ada beberapa rekomendasi yang dapat diberikan sebagai upaya tidak lanjut penelitian.

1. Bagi Ibu yang Memiliki Anak Tunagrahita

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas hidup anak tunagrahita dengan mengasah keterampilan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dari orang yang mengasuh anak tunagrahita (orangtua anak tunagrahita), yang dalam hal ini diharapkan ibu tetap mempertahankan dukungan sosial yang telah mereka miliki dengan menambah jaringan komunikasi mereka.


(58)

b. Mengingat masalah anak tunagrahita juga melibatkan anggota keluarga yang lain, maka dukungan sosial tetap perlu dikembangkan. Oleh karena itu, dukungan sosial dapat berfungsi sebagai pelindung, penuntun atau pembatas individu jika terjadi efek-efek yang merugikan dari stres fisik maupun psikis.

2. Bagi Pihak Sekolah

Sebagai lembaga yang menaungi anak tunagrahita dan bertanggung jawab kepada orangtua atas perkembangan anaknya selama berada di sekolah tersebut, maka diharapkan pihak sekolah lebih sering mengadakan pertemuan-pertemuan dengan pihak orangtua untuk membahas apa-apa saja yang menjadi hambatan dalam merawat anak mereka sehingga para orangtua tidak mengalami stres ketika berinteraksi dengan anak mereka.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Hasil penelitian ini, terbatas untuk orangtua anak tunagrahita di SLB-C YPLB Cipaganti Bandung saja dan untuk dapat melakukan generalisasi dari penelitian ini, diperlukan ukuran sampel yang lebih besar.

b. Peneliti menyarankan pada peneliti lain yang mengkaji variabel yang sama untuk mempertimbangkan faktor lain yang mungkin berpengaruh terhadap pemilihan bentuk-bentuk coping dengan cara memperbesar subyek penelitian, menggunakan analisis data yang berbeda sebagai pembanding, serta melanjutkan dengan penelitian kualitatif supaya lebih bisa


(59)

menggambarkan dinamika keadaan di lapangan dan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi yang tidak dapat ditentukan dengan analisis kuantitatif.

Demikian saran dari penulis, semoga penelitian ini ada manfaatnya dan memberikan sumbangsih bagi semua pihak yang mempunyai kepentingan terhadap masalah ini dan juga semua insan yang ingin melakukan penelitian yang serupa.


(60)

Daftar Pustaka

Anggrainy, D. (2009). Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Kompetensi Sosial Pada Orangtua Yang Memiliki Anak Autis (penelitian deskripsi korelasional antara tipe kepribadian dengan kompetensi sosial pada orangtua yang memiliki anak autis di SD Mutiara Bunda Bandung). Skripsi pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Artikel Kesehatan. (2009). Teori Kecemasan. [Online] tersedia: http://perawatpsikiatri.blogspot.com/2009/03/teori-kecemasan.html

Azwar, S. (2005). Dasar-Dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2006). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2009). Metode Penelitian. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Davison dkk. (2006). Psikologi Abnormal. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Effendi, M. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Fausiah dkk. (2006). Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: Universitas Indonesia.

Fessman, N & Lester, D. (2000). Loneliness and Depression Among Elderly Nursing

Home Patients. International-Journal-of-Aging-and-Human-Development 51(2), 137-141.

Furqon. (2004). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Gay, L.R. & Diehl, P.L. (1992). Research Methods for Business and Management. New York: MacMillan Publishing Company.


(61)

Gunarsa, Yulia Singgih D. Dra. (2004). Asas-asas Psikologi Keluarga Idaman. Jakarta: Gunung Mulia.

Hamid, A. (2004). Pengalaman Keluarga dan Nilai Anak Tunagrahita: Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Keperawatan. Artikel [Online] tersedia di www.fik.ui.edu.

Hill, F., Newmark, R., & Lesley Le. (2008). Subjective Perceptions of Stress & Coping by Mathers of Children With Intellectual Disability a Need Assesment. Artikel [Online] tersedia di www.z-alimin.blogspot.com.

Irawan, Dwi. (2009). Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Bentuk-Bentuk Coping Istri Prajurit Batalyon Infanteri 511/DY Blitar yang Ditinggal Tugas Ke Papua. Skripsi pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim. Malang: tidak diterbitkan.

Jane, M. (2002). Hardiness and Social Support as Predictors of Stress in Mothers of Typical Children, Children with Autism, and Children with Mental

Retardation. Jurnal [Online] tersedia di

http://aut.sagepub.com/content/6/1/115.full.pdf+html

Kumar, V. (2008). Psychological Stress and Coping Strategies of the Parents of Mentally Challenged Children. Journal of The Indian Academy of Applied Psychology. Vol. 34, No. 2, 227-231. Tersedia: http://medind.nic.in/jak/t08/i2/jakt08i2p227.pdf

Lazarus, R. , & Folkman, S. (1984). Stress Appraisal and Coping. New York: Spinger Publishing Compani.

Mazbow. (2009). Apa Itu Dukungan Sosial. [Online]. Tersedia: www.Mazbow.com. Diakses pada tanggal 18 November 2011.

Mu’tadin. (2002). Strategi Koping. [Online]. Tersedia:

http://www.e-psikologi.com/220702.htm. Diakses pada tanggal 16 Agustus 2011.

Norris, F.H., Kaniasty, K. (1996). Received and Perceived Social Support in Time of Stress: Journal of Personality and Social Psychology, Vol. 71, No. 3, 498-511.


(62)

Nurishshifa, A. (2008). Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Coping Strategy Orangtua Yang Memiliki Anak Tunagrahita Di SLB-C Pambudi Dharma 2 (studi deskriptif analisis pada orangtua yang memiliki anak tunagrahita di SLB-C Pambudi Dharma 2). Skripsi pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.

Pargament, K. (1997). The psychology of religion and coping: Theory, research, practice. New York: Guilford.

Pramadi, A & Lasmono, K. (2003). Koping Stres Pada Etnis Bali, Jawa, Sunda. Dalam Anima: Indonesian Psycology Jurnal. Vol. 18, No. 4, 326-340.

Rahmadany, W. (2010). Hubungan Dukungan Sosial Dengan Kecemasan Dalam Menghadapi Masa Pensiun Pada Pegawai PT Dirgantara Indonesia. Skripsi pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.

Reksoatmodjo. (2007). Statistika untuk Psikolog dan Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.

Rosita, E. (2004). Hubungan antara Tipe Kepribadian Ditinjau dari Teori Kepribadian Eysenck dengan Strategi Penanggulangan Stres pada Petugas Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan di LP Sukamiskin Bandung. Skripsi pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung: tidak diterbitkan.

Rustiana. (2003). Gambaran Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) dan Perilaku Coping Anak-Anak Korban Kerusuhan Maluku Utara. Tazkiya.

Santrock. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja Edisi 6. Jakarta: Erlangga. Sarafino, P. (1990). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions. New York:

John Wiley & Sons, Inc.

Sekaran, U. (2006). Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Setyaningsih, S. (2008). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Tingkat Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun pada Pegawai Negri Sipil di


(1)

109

menggambarkan dinamika keadaan di lapangan dan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi yang tidak dapat ditentukan dengan analisis kuantitatif.

Demikian saran dari penulis, semoga penelitian ini ada manfaatnya dan memberikan sumbangsih bagi semua pihak yang mempunyai kepentingan terhadap masalah ini dan juga semua insan yang ingin melakukan penelitian yang serupa.


(2)

Daftar Pustaka

Anggrainy, D. (2009). Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Kompetensi Sosial Pada Orangtua Yang Memiliki Anak Autis (penelitian deskripsi korelasional antara tipe kepribadian dengan kompetensi sosial pada orangtua yang memiliki anak autis di SD Mutiara Bunda Bandung). Skripsi pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Artikel Kesehatan. (2009). Teori Kecemasan. [Online] tersedia: http://perawatpsikiatri.blogspot.com/2009/03/teori-kecemasan.html

Azwar, S. (2005). Dasar-Dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2006). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2009). Metode Penelitian. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Davison dkk. (2006). Psikologi Abnormal. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Effendi, M. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Fausiah dkk. (2006). Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: Universitas Indonesia.

Fessman, N & Lester, D. (2000). Loneliness and Depression Among Elderly Nursing Home Patients. International-Journal-of-Aging-and-Human-Development 51(2), 137-141.

Furqon. (2004). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Gay, L.R. & Diehl, P.L. (1992). Research Methods for Business and Management. New York: MacMillan Publishing Company.


(3)

111

Gunarsa, Yulia Singgih D. Dra. (2004). Asas-asas Psikologi Keluarga Idaman. Jakarta: Gunung Mulia.

Hamid, A. (2004). Pengalaman Keluarga dan Nilai Anak Tunagrahita: Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Keperawatan. Artikel [Online] tersedia di www.fik.ui.edu.

Hill, F., Newmark, R., & Lesley Le. (2008). Subjective Perceptions of Stress & Coping by Mathers of Children With Intellectual Disability a Need Assesment. Artikel [Online] tersedia di www.z-alimin.blogspot.com.

Irawan, Dwi. (2009). Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Bentuk-Bentuk Coping Istri Prajurit Batalyon Infanteri 511/DY Blitar yang Ditinggal Tugas Ke Papua. Skripsi pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim. Malang: tidak diterbitkan.

Jane, M. (2002). Hardiness and Social Support as Predictors of Stress in Mothers of Typical Children, Children with Autism, and Children with Mental

Retardation. Jurnal [Online] tersedia di

http://aut.sagepub.com/content/6/1/115.full.pdf+html

Kumar, V. (2008). Psychological Stress and Coping Strategies of the Parents of Mentally Challenged Children. Journal of The Indian Academy of Applied

Psychology. Vol. 34, No. 2, 227-231. Tersedia:

http://medind.nic.in/jak/t08/i2/jakt08i2p227.pdf

Lazarus, R. , & Folkman, S. (1984). Stress Appraisal and Coping. New York: Spinger Publishing Compani.

Mazbow. (2009). Apa Itu Dukungan Sosial. [Online]. Tersedia: www.Mazbow.com. Diakses pada tanggal 18 November 2011.

Mu’tadin. (2002). Strategi Koping. [Online]. Tersedia: http://www.e-psikologi.com/220702.htm. Diakses pada tanggal 16 Agustus 2011.

Norris, F.H., Kaniasty, K. (1996). Received and Perceived Social Support in Time of Stress: Journal of Personality and Social Psychology, Vol. 71, No. 3, 498-511. Nunnaly. (1997). Psychometric Theory. New York: Mc Graw-Hill, Inc.


(4)

Nurishshifa, A. (2008). Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Coping Strategy Orangtua Yang Memiliki Anak Tunagrahita Di SLB-C Pambudi Dharma 2 (studi deskriptif analisis pada orangtua yang memiliki anak tunagrahita di SLB-C Pambudi Dharma 2). Skripsi pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.

Pargament, K. (1997). The psychology of religion and coping: Theory, research,

practice. New York: Guilford.

Pramadi, A & Lasmono, K. (2003). Koping Stres Pada Etnis Bali, Jawa, Sunda. Dalam Anima: Indonesian Psycology Jurnal. Vol. 18, No. 4, 326-340.

Rahmadany, W. (2010). Hubungan Dukungan Sosial Dengan Kecemasan Dalam Menghadapi Masa Pensiun Pada Pegawai PT Dirgantara Indonesia. Skripsi pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.

Reksoatmodjo. (2007). Statistika untuk Psikolog dan Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.

Rosita, E. (2004). Hubungan antara Tipe Kepribadian Ditinjau dari Teori Kepribadian Eysenck dengan Strategi Penanggulangan Stres pada Petugas Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan di LP Sukamiskin Bandung. Skripsi pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung: tidak diterbitkan.

Rustiana. (2003). Gambaran Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) dan Perilaku Coping Anak-Anak Korban Kerusuhan Maluku Utara. Tazkiya.

Santrock. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja Edisi 6. Jakarta: Erlangga. Sarafino, P. (1990). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions. New York:

John Wiley & Sons, Inc.

Sekaran, U. (2006). Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Setyaningsih, S. (2008). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Tingkat Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun pada Pegawai Negri Sipil di


(5)

113

Pemerintahan Kabupaten Rembang. [Online]. Tersedia: http://eprints.undip.ac.id./16076/.

Siegel, B. (1996). Tunagrahita. [Online]. Tersedia: http//www.puterakembara.com. Smet. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Grasindo.

Somantri, T (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama. Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian: Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta Suhita. (2005). Apa itu Dukungan Sosial. [Online]. Tersedia:

(http://www.masbow.com/2009/08/apa-itu-dukungan-sosial.html/. Diakses pada tanggal 18 November 2011.

Sundberg. (2007). Psikologi Klinis Perkembangan Teori, Praktik, dan Penelitian (Alih bahasa Helly Prajitno Soetjipto dkk). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suryabrata, S. (2010). Metodologi Penelitian: Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suryanita, Y. (2001). Hubungan Strategi Penangulangan Stres dan Sindroma

Burnout pada Perawat Rumah Sakit Jiwa di Kota X. Dalam Psiko Media: Jurnal Ilmiah Psikologi. Vol 1 No. 1. (Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha).

Taylor, S. (1997). Health Psychology. New York: Mc.Graw-Hill,Inc.

Tn. (2007). Gara-Gara Anak Tunagrahita. Artikel [Online] tersedia di www.wordpress.com. Update: 25 Juni 2012.

Tn. (2008). Partisipasi Orangtua dalam Pendidikan Anak Tunagrahita. Artikel [Online] tersedia di www.slb1jogja.com. update 25 Juni 2012.

Vaux, A. (1988). Social Support Theory, Research, and Intervention. New York: Greenwood Press, Inc.

Yosafat, H. (1996). Hubungan antara Stres, Dukungan Sosial dan Strategi Penanggulangan Stres. Skripsi, UNPAD: tidak diterbitkan.


(6)

Yusuf, S & Nurihsan, A.J. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.