Pengembangan Jalur Wisata Sejarah sebagai Penunjang Wisata Sejarah Kota Bogor

PENGEMBANGAN JALUR WISATA SEJARAH
SEBAGAI PENUNJANG WISATA SEJARAH KOTA BOGOR

FEBRI NUR WIRAWAN

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan Jalur
Wisata Sejarah sebagai Penunjang Wisata Sejarah Kota Bogor adalah benar karya
saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Febri Nur Wirawan
NIM A44090036

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

ABSTRAK
FEBRI NUR WIRAWAN. Pengembangan Jalur Wisata Sejarah sebagai
Penunjang Wisata Sejarah Kota Bogor. Dibimbing oleh NURHAYATI HADI
SUSILO ARIFIN.

Kota Bogor memiliki banyak peninggalan bersejarah yang terkenal berasal
dari periode pra-sejarah, periode klasik Kerajaan Pajajaran dan periode kolonial.
Lanskap bersejarah tersebut sangat penting untuk dilestarikan karena lanskap
sejarah dapat dikunjungi, dipelajari, didiskusikan, menjadi tempat yang
menunjukkan identitas, memberi semangat, kebanggaan, serta menambah
pemasukan secara langsung dan tidak langsung di bidang kepariwisataan. Sebuah
perencanaan pengembangan jalur wisata sangat penting dalam pengembangan
wisata sejarah. Fungsi jalur wisata ini untuk mempermudah wisatawan dalam
melakukan kegiatan wisata, memahami suatu alur sejarah, dan membantu memilih
obyek yang dikunjungi serta jalan-jalan yang ditempuh untuk mencapai obyek
wisata dengan mudah. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan
pengambilan data melalui studi pustaka, survey lapang, dan wawancara mengenai
lokasi benda cagar budaya (BCB), kondisi kepariwisataan Kota Bogor, dan data
pengunjung. Hasil dari studi menyatakan bahwa 38 dari 78 buah benda cagar
budaya tersebut layak dijadikan sebagai obyek wisata sejarah. Penentuan 38 buah
BCB menjadi obyek wisata ini menggunakan analisis nilai kelayakan lanskap
sejarah sebagai obyek wisata. Jalur wisata sejarah yang dibuat berdasarkan tujuh
buah akses masuk kota yaitu arah keluar masuk Ciawi, Sukabumi, Leuwiliang,
Parung, Bojong Gede melalui Stasiun Bogor, Cibinong, dan Jakarta melalui Tol
Jagorawi-Terminal Baranang Siang dan Tol Jagorawi-Bogor Outer Ring Road.

Program wisata yang dihasilkan ada empat buah yaitu program kawasan
permukiman Eropa, program kawasan permukiman etnis China, program kawasan
situs bersejarah Kerajaan Pajajaran, dan program kawasan permukiman muslim
dan makam tokoh.
Kata kunci: Kota Bogor, peninggalan sejarah, wisata sejarah, jalur wisata sejarah

ABSTRACT
FEBRI NUR WIRAWAN. The Development of Historical Touring Tracks to
Support Bogor Historical Tour. Supervised by NURHAYATI HADI SUSILO
ARIFIN.
Bogor City have a lot of historical heritage sites from pre-historic period,
classic Pajajaran Kingdom period and colonialsm period. The historical landscape
is important to be conserved because historical landscape can be visited, learned,
examined, or discussed, and become a place at identity, recreation, inspire a spirit,
pride, and economics enhancement through tourism. A development planning of
historical touring tracks is important to historical tourism development. Tourism
tracks function is to facilitate tourists in tourism activities, make it easier for
tourist to understand the course of Bogor history, and help to choose a road and

visiting object. This study used a survey method with collecting data through desk

study, field survey, and interview about location of cultural heritage object and
Bogor city tourism situation. As a result, there were 38 among 78 heritage objects
those suitable as tourism objects. Determination of 38 cultural heritage objects
used an analysis of historical landscape suitable value for tourism object. The
proposed historical touring tracks can be accessed from seven access into town
that are direction from Ciawi, Sukabumi, Leuwiliang, Parung, Bojong Gede
through Stasiun Bogor, Cibinong, and Jakarta trough Jagorawi Toll-Terminal
Baranang Siang dan Jagorawi Toll-Bogor Outer Ring Road. There are four
proposed tourism programs that is European settlements program, Chinese etnics
settlement program, Pajajaran historic sites program, and Moslem settlement and
tomb figures program.
Keywords: Bogor City, historical heritage, historical tourism, historical tourism
tracks

PENGEMBANGAN JALUR WISATA SEJARAH
SEBAGAI PENUNJANG WISATA SEJARAH KOTA BOGOR

FEBRI NUR WIRAWAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pengembangan Jalur Wisata Sejarah sebagai Penunjang
Wisata Sejarah Kota Bogor
Nama
: Febri Nur Wirawan
NIM
: A44090036

Disetujui oleh


Dr Ir Nurhayati H S Arifin, MSc.
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengembangan Jalur Wisata Sejarah sebagai Penunjang Wisata Sejarah Kota
Bogor”. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian Bogor, Institut
Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin
selaku pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan masukan
kepada penulis, serta dosen-dosen ARL lainnya yang membantu selama ini dan

juga teman-teman ARL 46 atas bantuan, saran, dan motivasinya. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada mama, bapak, kakak tersayang yang telah banyak
memberikan bantuan, semangat, kasih sayang, dukungan, dan doa yang tulus
kepada penulis.
Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk pihak-pihak
terkait dan berguna sebagai referensi bagi penelitian lain yang dilaksanakan pada
masa yang akan datang.

Bogor, April 2014
Febri Nur Wirawan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Kerangka Pikir

2


TINJAUAN PUSTAKA

3

Pengertian Lanskap Sejarah dan Tipe-Tipenya

3

Aturan Pemerintah Mengenai Benda Cagar Budaya

3

Wisata Sejarah

4

Pengembangan Jalur Wisata Sejarah

4


METODOLOGI

5

Lokasi dan Waktu Penelitian

5

Batasan Studi

5

Tahapan dan Metode Penelitian

5

Inventarisasi

6


Analisis

7

Sintesis

10

Konsep

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

10

Sejarah Kota Bogor

10

Asal Nama Kota Bogor

10

Hari Jadi Kota Bogor

11

Sejarah Perkembangan Kota Bogor

11

Identifikasi Benda Cagar Budaya

14

Evaluasi Lanskap Sejarah

21

Kondisi Keaslian Benda Cagar Budaya

21

Daya Tarik Wisata Sejarah

27

Kondisi dan Kemudahan Akses

30

Nilai Signifikasi BCB sebagai Obyek Wisata Sejarah

35

Faktor Pengembang Lanskap Sejarah sebagai Obyek Wisata

40

Sirkulasi dan Sarana Transportasi

40

Pengunjung

44

Informasi dan Promosi

45

Fasilitas Pelayanan

47

Jalur Wisata Sejarah Kota Bogor

47

Program Wisata

50

Kawasan Permukiman Eropa

50

Kawasan Permukiman Etnis China

51

Kawasan Situs Bersejarah Kerajaan Pajajaran

51

Kawasan Permukiman Muslim dan Makam Tokoh

51

Rekomendasi Fasilitas Interpretasi
SIMPULAN DAN SARAN

57
62

Simpulan

62

Saran

62

DAFTAR PUSTAKA

63

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Jenis, Bentuk, dan Sumber Data
Kriteria Kondisi Keaslian BCB
Kriteria Daya Tarik Wisata
Kriteria Kondisi dan Kemudahan akses
Kondisi Keaslian Obyek Kantor Pemerintahan
dan Kantor Dinas
Kondisi Keaslian Obyek Bangunan Fasilitas Umum
Kondisi Keaslian Obyek Rumah Tinggal, Hotel
dan Makam Tokoh
Kondisi Keaslian Obyek Situs Sejarah dan Bungker
Daya Tarik Wisata Sejarah Obyek Kantor Pemerintahan
dan Kantor Dinas
Daya Tarik Wisata Sejarah Obyek Bangunan Fasilitas Umum
Daya Tarik Wisata Sejarah Obyek Rumah Tinggal, Hotel
dan Makam Tokoh
Daya Tarik Wisata Sejarah Obyek Situs Sejarah dan Bungker
Kondisi dan Kemudahan Akses Obyek Kantor Pemerintahan
dan Kantor Dinas
Kondisi dan Kemudahan Akses Obyek Bangunan Fasilitas Umum
Kondisi dan Kemudahan Akses Obyek Rumah Tinggal, Hotel,
dan Makam Tokoh
Kondisi dan Kemudahan Akses Obyek Situs Sejarah dan Bungker
Nilai Kelayakan Obyek Kantor Pemerintahan dan Kantor Dinas
Nilai Kelayakan Obyek Fasilitas Umum
Nilai Kelayakan Obyek Rumah Tinggal, Hotel, dan Makam Tokoh
Nilai Kelayakan Obyek Situs Sejarah dan Bungker
Perkembangan Jumlah Wisatawan Kota Bogor
Jumlah Kunjungan Wisatawan pada Obyek Wisata Sejarah
Potensi dan Masalah Fasilitas Informasi Obyek Wisata Kota Bogor

7
9
10
10
21
22
23
24
27
27
29
30
32
32
34
35
35
37
38
39
44
45
46

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Kerangka Pikir
Lokasi Penelitian
Tahapan Penelitian
Sub Kawasan Kota Bogor
Sebaran BCB Menurut Periodisasi
Kantor Pemerintahan (a) Balai Kota Bogor dan (b) Istana Bogor
Kantor Dinas Militer dan Kepolisian (a) Korem 061/Suryakencana
dan (b) POLWIL
Stasiun Bogor
Bangunan Fasilitas Hiburan (a) Museum PETA
dan (b) Museum Perjoeangan
Bangunan Fasilitas Kesehatan (a) RS Marzoeki Mahdi
dan (b) RS Salak
Bangunan Fasilitas Pendidikan (a) SMP-SMA Negeri 1 Bogor
(b) Puslithut dan (c) IPB Baranang Siang

2
6
7
13
15
16
16
17
17
17
17

12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45

Gedung Bank Mandiri Suryakencana
Bangunan Ibadah (a) Gereja Katedral (b) Klenteng Hoe Tek Bio
dan (c) Masjid Empang
BCB Rumah Tinggal di (a) Jalan A. Yani (b) Jalan Salak
dan (c) Jalan Suryakencana
(a) Hotel Salak dan (b) Panti Asuhan Bina Harapan
Makam Raden Saleh
Situs Sejarah (a) Kerajaan Pajajaran Batu Tulis
dan (b) Prasejarah Punden Berundak
Bungker Mandiri Lawang Gintung
Fungsi Bangunan BCB
Gedung KNKL berdasarkan signage merupakan bekas asrama TKR
Istana Bogor (a) tahun 1855 dan (b) saat ini
Klenteng Hoe Tek Bio dibangun sejak 1672
SMP-SMA Negeri 1 Bogor (a) 2007 (b) saat ini
Hotel Salak (a) tahun 1856 (b) 1948
dan (c) Hotel Salak The Heritage
(a) Batu Pertemuan di Punden Berundak dan (b) Batu Dakon
(a) Batu Tulis dan (b) bangunan pelindung Batu Tulis
Peta Sebaran Keaslian Obyek Sejarah Kota Bogor
Peta Sebaran Daya Tarik Wisata Sejarah Kota Bogor
Peta Sebaran Kondisi dan Kemudahan Akses
Obyek Sejarah Kota Bogor
Peta Sebaran Kelayakan Obyek Wisata Sejarah Kota Bogor
Peta Sistem Transportasi Kota Bogor
Tourist Information Center Kota Bogor
Peta Interpretasi di (a) Plaza Kapten Muslihat
(b) Kantor Kesbudpar dan (c) depan Bogor Botanical Square
Brosur Obyek BCB Kota Bogor
Papan Penunjuk Arah di Pertigaan
Jalan Juanda-Sudirman-Jalak Harupat
Peta Jalur Perjalanan Wisata Sejarah Kota Bogor
Peta Rute Wisata Sejarah Program
Kawasan Permukiman Eropa
Peta Rute Wisata Sejarah Program
Kawasan Permukiman Etnis China
Peta Rute Wisata Sejarah Program
Kawasan Situs Bersejarah Kerajaan Pajajaran
Peta Rute Wisata Sejarah Program
Kawasan Permukiman Muslim dan Makam Tokoh
Contoh Fasilitas Interpretasi Kawasan Wisata Sejarah
Contoh Fasilitas Interpretasi Kawasan Permukiman Eropa
Contoh Fasilitas Interpretasi Kawasan Permukiman Etnis China
Contoh Fasilitas Interpretasi Kawasan Situs Bersejarah Kerajaan Pajajaran
Contoh Fasilitas Interpretasi Kawasan Permukiman Muslim
dan Makam Tokoh

18
18
18
19
19
19
19
20
21
22
23
23
24
25
25
26
31
36
41
43
45
46
47
47
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota Bogor mempunyai peranan penting dalam sejarah Sunda, karena
dahulu Kota Bogor merupakan pusat Kerajaan Sunda yang lebih dikenal dengan
nama Pakuan Pajajaran. Pada tahun 1579, ibukota Pajajaran dibumihanguskan
oleh pasukan Banten, kemudian penduduknya dibunuh atau diusir. Setelah hancur
selama satu abad, reruntuhannya digali kembali oleh Scipio (1687), Adolf
Winkler (1690), dan Abraham van Riebeek (1704 dan 1709). Ekspedisi-ekspedisi
tersebut menemukan bukti-bukti peninggalan sejarah seperti Prasasti Batu Tulis,
Alun-alun Empang, nama-nama kampung seperti Lawanggintung, Lawang
Saketeng, Jerokuta, Baranang Siang, dan lain-lain.
Peninggalan-peninggalan tersebut menunjukkan bahwa Kota Bogor
memiliki sejarah pemerintahan yang panjang. Namun untuk saat ini, peninggalanpeninggalan tersebut belum dikelola dengan baik. Hal ini dikarenakan
pembangunan saat ini lebih mengarah kepada aspek ekonomi dengan ciri
banyaknya pembangunan pusat-pusat perdagangan seperti mall, supermarket,
apartemen, perumahan, dan lain-lain. Hal ini menyebabkan keadaan gaya hidup
yang modern mengancam budaya tradisional lokal yang dimiliki masyarakat
Bogor serta benda-benda atau lanskap sejarah yang beresiko dihancurkan demi
memenuhi kebutuhan masyarakat modern. Oleh karena itu, diperlukan suatu
kepedulian untuk melestarikan nilai-nilai kota terutama upaya pelestarian obyek
atau benda dan lanskap sejarah.
Upaya pengelolaan pelestarian obyek atau benda dan lanskap sejarah
bertujuan untuk menjaga keutuhan, keunikan, keaslian, dan daya tarik dari obyek
agar terlihat menarik untuk dikunjungi. Menurut data Kesbudpar tahun 2012,
terdapat 10 obyek wisata unggulan Kota Bogor dengan enam diantaranya
merupakan obyek wisata sejarah. Keenam obyek tersebut adalah Kebun Raya dan
Istana Bogor, Museum Perjoeangan, Prasasti Batu Tulis, Museum Zoologi dan
Museum PETA. Dari keenam obyek wisata sejarah tersebut Kebun Raya, Istana
Bogor, dan Museum Perjoeangan merupakan obyek wisata yang memiliki jumlah
pengunjung terbanyak. Hanya saja, jumlah wisatawan lokal di obyek wisata
berkurang dibanding tahun sebelumnya 1.802.539 orang menjadi 996.880 orang
tapi di bidang akomodasi wisata, wisatawan lokal melonjak menjadi 2.428.331
orang dibandingkan tahun sebelumnya hanya 1.309.875 orang. Sedangkan untuk
wisatawan mancanegara, jumlah pengunjung di obyek wisata adalah 58.491 orang
sedikit meningkat dibandingkan setahun sebelumnya yaitu 45.618 orang. Obyek
wisata sebenarnya memiliki potensi untuk mendatangkan lebih banyak wisatawan,
namun karena promosi yang kurang jumlah wisatawan pada tahun 2012 menurun.
Keberhasilan pengembangan wisata ditunjang oleh faktor-faktor seperti
atraksi/obyek wisata, transportasi, wisatawan, fasilitas pelayanan, informasi dan
promosi, serta kebijakan pemerintahan yang medukung. Pengembangan
pariwisata terutama di bidang kesejarahan memiliki banyak manfaat diantaranya
meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan budaya sebagai keperluan
penelitian pendidikan dan kebudayaan maupun sarana rekreasi; melindungi
sumber daya, keindahan, dan budaya; menonjolkan kualitas asli lokal suatu

2

tempat-tempat lahirnya seni budaya tradisional; serta meningkatkan pendapatan
langsung dan tidak langsung bagi masyarakat setempat dan pemerintah. Suatu
rencana wisata yang baik memerlukan penataan jalur wisata. Jalur wisata ini dapat
menghubungkan suatu obyek wisata dengan obyek wisata atau atraksi budaya
yang lain. Oleh karena itu, dengan diadakannya pengembangan jalur wisata ini,
diharapkan membantu mengoptimalkan program wisata sejarah di Kota Bogor.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis potensi obyek wisata sejarah dan
menganalisis potensi jalur wisata sejarah, untuk pengembangan wisata sejarah
Kota Bogor.
Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi potensi lanskap
bersejarah di Kota Bogor dan memberikan masukan kepada Pemda Bogor,
khususnya Kantor Pariwisata dan Kebudayaan untuk upaya pengembangan wisata
sejarah.
Kerangka Pikir
Kota Bogor

Lanskap Sejarah

Wisata Sejarah

Sebaran peninggalan
Karakteristik peninggalan
Kondisi peninggalan
Kebijakan pemerintah
terkait pelestarian benda
cagar budaya dan lanskap
sejarah

• Obyek wisata sejarah
• Jenis atraksi budaya
• Sirkulasi, aksesibilitas, dan
transportasi
• Kebijakan pemerintah
terkait pengembangan
wisata sejarah

Klasifikasi
dan
pemetaan
terkait lanskap sejarah Kota
Bogor

Potensi dan kendala terkait
program wisata Kota Bogor






Pengembangan program jalur wisata sejarah

Gambar 1 Kerangka Pikir

3

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Lanskap Sejarah dan Tipe-Tipenya
Menurut Harris dan Dines (1998), lanskap sejarah adalah lanskap masa lalu
yang terdiri dari bukti-bukti fisik atas kehadiran manusia di bumi di mana
peninggalan-peninggalannya di masa sekarang memiliki kesinambungan anatara
masa lalu dengan masa kini. Dalam konteks lanskap sejarah, lanskap menurut
Goodchild (1990) merupakan area tertentu yang memiliki karakteristikkarakteristik tertentu atau berupa komposisi beberapa feature yang menjadikan
area tersebut dapat dikenali sebagai tipe-tipe lanskap sejarah yang telah diakui.
Tipe-tipe lanskap sejarah tersebut mencakup :
1
lanskap pedesaan, yang mencirikan karakter desa pada periode waktu
tertentu pada masa lalu;
2
lanskap perkotaan, yang mencirikan karakter kota pada periode waktu
tertentu pada masa lalu;
3
lanskap industri, yang memiliki bukti-bukti fisik sebagai lokasi
penting dalam perkembangan industri;
4
lanskap yang terkait dengan bangunan atau monumen sejarh dari
individu atau sekelompok msyarakat;
5
taman dan tempat rekreasi bersejarah;
6
lanskap yang berhubungan dengan seseorang atau masyarakat atau
peristiwa penting dalam sejarah;
7
lokasi yang sejak dulu telah dikenal karena pemandangan yang indah.
Selanjutnya Goodchild (1990) juga menjelaskan bahwa suatu lanskap
dikatakan memiliki daya tarik historis apabila di dalamnya memuat satu atau
beberapa kondisi lanskap berikut ini :
1
merupakan contoh yang menarik dari sebuah tipe lanskap sejarah;
2
memuat bukti yang menarik untuk mempelajari sejarah tentang tata
guna lahan, lanskap dan taman, atau sikap budaya terhadap lanskap
dan taman;
3
memiliki keterkaitan dengan seseorang, masyarakat, atau peristiwa
penting dalam sejarah;
4
memiliki nilai-nilai sejarah dengan bangunan atau monument
bersejarah.
Aturan Pemerintah Mengenai Benda Cagar Budaya
Undang-Undang No. 11 tahun 2010 mengenai cagar budaya menyatakan
bahwa cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda
cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya,
dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau air yang perlu dilestarikan
keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. Tujuan
pelestarian cagar budaya dalam Undang-Undang No. 11 tahun 2010 Bab II pasal 3
adalah:

4

1
2
3
4
5

melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia;
meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui cagar budaya;
memperkuat kepribadian bangsa;
meningkatkan kesejahteraan rakyat;
mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat
internasional.
Kriteria benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai cagar
budaya menurut Undang-Undang No. 11 tahun 2010 Bab III pasal 5 adalah:
1
berusia lima puluh tahun atau lebih;
2
mewakili masa gaya paling singkat berusia lima puluh tahun;
3
mewakili arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,
agama, dan/atau kebudayaan;
4
memiliki nilai budaya badi penguatan kepribadian bangsa.
Wisata Sejarah
Dalam UU No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, wisata adalah
kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara. Sedangkan sejarah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi
di masa lampau. Sehingga dapat disimpulkan bahwa wisata sejarah adalah
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau berkelompok yang mengunjungi
daerah-daerah yang mengandung nilai sejarah untuk menambah pengetahuan
tentang peristiwa dan kejadian yang terjadi di masa lalu.
Keadaan alam, flora dan fauna, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah,
seni dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan
modal pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat dan pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk
mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta
mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal nasional maupun
global (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009).
Menurut Goodchild (1990), lanskap sejarah penting untuk dilestarikan
karena keberadaan lanskap sejarah dapat dikunjungi, dipelajari, diteliti, atau
didiskusikan serta dapat memberikan kesenangan bagi banyak orang. Lanskap
sejarah dapat dijadikan tempat untuk bersantai, rileks, rekreasi, dan
membangkitkan semangat dan mendorong peningkatan kepariwisataan di bidang
ekonomi.
Pengembangan Jalur Wisata Sejarah
Menurut Yoeti (1987), pengembangan pariwisata adalah kegiatan penentuan
konsep perumusan, penyusunan, atau perencanaan kegiatan pariwisata yang
berwawasan lingkungan serta peningkatan kemampuan secara serasi dan
seimbang untuk
menunjang pembangunan keberlanjutan. Pengembangan
pariwisata tergantung dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor
eksternal adalah besarnya permintaan terhadap obyek wisata oleh wisatawan.

5

Sedangkan faktor internal adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh suatu obyek
wisata dan fasilitasnya yaitu obyek dan daya tarik wisata, aksesibilitas, sarana dan
prasarana, akomodasi, dan lain-lain.
Jalur wisata merupakan suatu hal yang penting dalam pengembangan
kegiatan wisata. Menurut Hadinoto (1996), fungsi jalur wisata ini untuk
mempermudah wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata dan membantu
memilih obyek yang dikunjungi serta jalan-jalan yang ditempuh untuk mencapai
obyek wisata dengan mudah. Jalur wisata sejarah ditentukan berdasarkan akses
keluar masuk kota, keberadaan lanskap sejarah, kawasan lanskap sejarah, dan
kondisi sirkulasi dan sistem transportasi.

METODOLOGI
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bogor Propinsi Jawa Barat (Gambar 2).
Pelaksanaan studi dilakukan pada bulan Agustus 2013 hingga Januari 2014
meliputi pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data hingga penulisan
hasil studi.

Gambar 2 Lokasi Penelitian
Sumber : http://www.dradio1034fm.or.id/imgutama/peta_kota_bogor1 dan
http://siswa.univpancasila.ac.id/budaya/files/2010/11/peta-j.b

Batasan Studi
Penelitian dilakukan di wilayah administratif Kota Bogor. Kegiatan
penelitian dilakukan sampai dengan konsep dasar pengembangan wisata sejarah
yang terdiri dari konsep penataan jalur wisata sejarah dan konsep pengembangan
wisata dalam bentuk city tour.
Tahapan dan Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap pengumpulan data
(inventarisasi), tahap pengolahan data dan analisis serta penyusunan konsep

6

pengembangan jalur wisata sejarah Kota Bogor dan penataan media interpretasi.
Tahapan penelitian tersebut tersusun sebagai berikut:
Inventarisasi

I

Obyek
Sejarah

Program
Wisata

• BCB
• Obyek
eksisting
• Kondisi
• Pengelola

• Obyek
• Atraksi
• Jalur

Lanskap Kota

Kebijakan

• Landuse
• Tata ruang
• Aksesibilitas
• Mode
transportasi

• Pelestarian
Lanskap
• Wisata

Analisis

• Kondisi dan Penyebaran Lanskap Sejarah
• Potensi dan Kendala Pengembangan Lanskap Sejarah sebagai
Obyek Wisata
• Potensi dan Kendala Aspek Penunjang Pariwisata

Sintesis

• Pemetaan Lanskap Sejarah
• Tindakan Pengelolaan dan Pelestarian
• Pemanfaatan dan Pengembangan Lanskap Sejarah melalui
penyebaran jalur wisata

Konsep

• Konsep penataan jalur wisata sejarah dan media intepretasi
• Konsep pengembangan wisata sejarah dengan konsep city tour

Gambar 3 Tahapan Penelitian
Inventarisasi.
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data melalui berupa data primer dan
sekunder. Data primer berupa keadaan langsung kondisi tapak dan faktor-faktor
pendukung kepariwisataan Kota Bogor sesuai dengan teori James (1994) dan
Hadinoto (1996) melalui survei lapang dan wawancara dengan pihak-pihak yang
bersangkutan mengenai keadaan sosial masyarakat Kota Bogor, wisatawan,
maupun data aspek kesejarahan Kota Bogor. Sedangkan untuk data sekunder
berupa studi pustaka dan perolehan data sekunder dari instansi terkait kondisi
Kota Bogor, aspek kesejarahan, lanskap bernilai sejarah, hingga obyek wisata
sejarah di Kota Bogor (Tabel 1).

7

Tabel 1 Jenis, Bentuk, dan Sumber Data
No.
1

2

3

4

Jenis Data

Data
Primer

Data
Sekunder

Sumber
Data

Karakteristik sejarah



-

Survei lapang

Kondisi BCB
Keberadaan dan Sebaran BCB






Survei lapang
Survei lapang dan studi
pustaka

Pengelolaan lanskap sejarah





Pemda Kota Bogor dan
pihak pengelola

Obyek Wisata Sejarah





Survei lapang, studi
pustaka, dan Pemda
Kota Bogor

Keberadaan atraksi budaya





Keberadaan jalur/rute wisata
sejarah





Survei lapang, studi
pustaka, dan Pemda
Kota Bogor
Survei lapang, dan
Pemda Kota Bogor

Penggunaan lahan/ landuse





Survei lapang, dan
Pemda Kota Bogor

Tata ruang





Sirkulasi, aksesibilitas, dan
transportasi





Survei lapang, dan
Pemda Kota Bogor
Survei lapang, dan
Pemda Kota Bogor

Fasilitas penunjang pariwisata





Survei lapang, dan
Pemda Kota Bogor

-



Pemda Kota Bogor dan
studi pustaka

Aspek Obyek Sejarah

Aspek Program

Aspek Lanskap Kota

Aspek Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah terkait
pelestarian benda cagar budaya

Analisis Data
Analisis dilakukan berupa analisis kualitatif-kuantitatif dari aspek-aspek
yang dimiliki lanskap sejarah Kota Bogor. Metode kualitatif digunakan untuk
mendekripsikan potensi dan kendala yang dimiliki oleh lanskap sejarah Kota
Bogor yang akan mempengaruhi efektifitas kegiatan wisata. Sedangkan untuk
analisis kuantitatif metode yang digunakan adalah metode skoring sederhana
untuk menilai/menganalisis masing-masing faktor yang terdiri dari beberapa
komponen.Peringkat potensi dilihat dari nilai total yang diperoleh sebagai hasil
penjumlahan nilai-nilai komponennya. Nilai scoring setiap komponen meliputi:
1 = kurang;
2 = sedang; dan
3 = baik.

8

Setelah diberi skor, selanjutnya variabel yang diteliti digolongkan
berdasarkan nilai skoring Slamet (1993 dalam Allindani 2007)
dengan
menggunakan interval kelas dengan rumus:
Interval Kelas (IK) =
Skor Maksimum (Sma) – Skor Minimum (Smi)
Jumlah Kategori
Tinggi
Sedang
Rendah

= Smi + 2IK + 1 sampai Sma
= Smi + IK + 1 sampai (Smi + 2IK)
= Smi sampai Smi + IK

Adapun penjelasan mengenai faktor-faktor yang dianalisis adalah sebagai
berikut:
1

2

identifikasi BCB, dilakukan secara spasial dan deskriptif. Analisis ini
dilakukan dengan mengidentifikasi tata letak BCB Kota Bogor tiap
Kecamatan, identifikasi penyebaran spasial BCB secara periodisasi
dan penyebaran spasial BCB menurut fungsi bangunan.
evaluasi lanskap sejarah dengan metode deskriptif dan skoring
dengan faktor analisis yang berasal dari Harris and Dines (1988) yang
diadaptasi: a) nilai kelayakan lanskap sejarah sebagai obyek wisata,
berdasarkan tiga kategori yaitu keaslian lanskap sejarah,daya tarik
obyek wisata, dan akses. Masing-masing kategori memiliki subkategori penilaian masing-masing. Sub kategori keaslian lanskap
adalah pola penggunaan lahan dan perubahan bangunan (Tabel 2). Sub
kategori daya tarik obyek wisata adalah keunikan dari obyek sejarah
seperti asosiasi sejarah, integritas, kelangkaan, dan kualitas estetik
(Tabel 3). Sedangkan sub kategori akses adalah kondisi fisik akses,
kemudahan akses, kapasitas akses, dan kejelasan akses (Tabel 4); b)
faktor pendukung pengembangan lanskap sejarah sebagai obyek
wisata, yaitu data sirkulasi dan transportasi kota; data pengunjung;
dan fasilitas informasi dan promosi; dan fasilitas pelayanan.
Tabel 2 Kriteria Kondisi Keaslian BCB

No

Kriteria

1

Penggunaan
Lahan

2

Bangunan

Skor
1 (Rendah)
Mengalami perubahan
penggunaan lahan
> 50 %.

2 (Sedang)
Mengalami perubahan
penggunaan lahan
25 - 50 %.

Elemen bangunan
mengalami perubahan
struktur dan elemen.
Tidak mewakili karakter
dan gaya arsitektur masa
lalu. Terdapat sedikit
bangunan kuno dengan
umur >50 tahun di
sekitar situs.

Elemen bangunan mengalami
asimilasi struktur dan elemen
namun masih mewakili
karakter dan gaya arsitektur
masa lalu. Terdapat cukup
banyak bangunan kuno
dengan umur >50 tahun di
sekitar situs.

Sumber: diadaptasi dari Harris dan Dines (1988)

3 (Tinggi)
Tidak mengalami
perubahan penggunaan
lahan atau berubah
< 25%.
Elemen bangunan tidak
mengalami perubahan
karakter, struktur, dan
elemen. Sangat mewakili
karakter dan gaya
arsitektur masa lalu.
Terdapat banyak bangunan
kuno dengan umur >50
tahun di sekitar situs.

9

Tabel 3 Kriteria Daya Tarik Wisata
Skor
No

Kriteria

1

Asosiasi
Kesejarahan

1 (Rendah)

Lanskap/elemen tidak
memiliki hubungan
kesejarahan.
2
Integritas
Karakter, struktur, dan
fungsi elemen tidak
menyatu dan tidak
harmonis dengan
lingkungan sekitarnya.
3
Kelangkaan Karakter dan struktur
elemen bersifat umum dan
dapat dijumpai di tempat
lain dengan mudah serta
tidak memiliki nilai
sejarah.
4
Kualitas
Karakter dan struktur
Estetik
elemen tidak memiliki
estetika/gaya arsitektur
yang dapat menunjukkan
kekhasannya pada masa
lalu.
Sumber: diadaptasi dari Harris dan Dines (1988)

2 (Sedang)

3 (Tinggi)

Lanskap/elemen memiliki
hubungan kesejarahan yang
lemah.
Karakter, struktur, dan fungsi
elemen cukup menyatu dan
harmonis dengan lingkungan
sekitarnya.

Lanskap/elemen memiliki
hubungan kesejarahan yang
kuat.
Karakter, struktur, dan
fungsi elemen menyatu dan
harmonis dengan lingkungan
sekitarnya.

Karakter dan struktur elemen
bersifat khas namun dapat
dijumpai di tempat-tempat
tertentu dan memiliki nilai
sejarah.

Karakter dan struktur
elemen bersifat khas dan
jarang dijumpai di tempattempat lain dan memiliki
nilai sejarah.

Karakter dan struktur elemen
masih memiliki estetika/gaya
arsitektur yang dapat
menunjukkan kekhasannya
pada masa lalu.

Karakter dan struktur
elemen memiliki
estetika/gaya arsitektur masa
lalu yang khas pada hampir
semua bagian, termasuk
detail ornamennya.

Tabel 4 Kriteria Kondisi dan Kemudahan akses
No

Kriteria

1

Kemudahan

2

Kapasitas

3

Kejelasan

Skor
1 (Rendah)
Izin masuk area BCB sulit
untuk didapat, BCB berada
di lokasi yang sulit
dijangkau maupun
beresiko apabila
dikunjungi oleh
sekelompok orang

2 (Sedang)
Izin masuk area tidak terlalu
sulit didapat, lokasi berada di
lokasi yang tidak terlalu sulit
dijangkau dan memiliki resiko
sedang apabila dikunjungi
oleh sekelompok orang

3 (Tinggi)
Izin masuk area mudah
didapat, lokasi berada di
lokasi yang mudah
terjangkau dan memiliki
resiko kecil bahkan tidak
beresiko apabila dikunjungi
oleh sekelompok orang.

Lokasi BCB dan jalan
tidak dapat menampung
kendaraan, lokasi hanya
bisa dicapai oleh
pengunjung yang berjalan
kaki, jumlah pengunjung
yang dapat ditampung
hanya sedikit (