Pengaruh Taman Nasional Gunung Merapi terhadap strategi nafkah masyarakat desa Ngargomulyo

PENGARUH TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI
TERHADAP STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT DESA
NGARGOMULYO

ESTYA PERMANA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Taman
Nasional Gunung Merapi Terhadap Strategi Nafkah Masyarakat Desa
Ngargomulyo adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Estya Permana
NIM I34100046

ABSTRAK
ESTYA PERMANA. Pengaruh Taman Nasional Gunung Merapi Terhadap
Strategi Nafkah Masyarakat Desa Ngargomulyo. Dibimbing oleh SOERYO
ADIWIBOWO.
Taman Nasional Gunung Merapi merupakan salah satu kawasan
pelestarian alam yang menggunakan manajemen zonasi. Hal ini banyak
memberikan pengaruh terhadap masyarakat desa sekitar kawasan salah satunya
adalah Desa Ngargomulyo. Perubahan status hutan menjadi taman nasional secara
tidak langsung mengubah strategi nafkah masyarakat Desa Ngargomulyo. Strategi
nafkah bukan hanya sebatas kegiatan mencari nafkah namun sebagai cara hidup.
Penelitian dilakukan dengan metode survey dan analisis dilakukan berdasar pada
data kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif deskriptif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Desa Ngargomulyo berada dalam zona tradisional TNGM,
dimana hutan yang berada di desa tersebut semula merupakan hutan lindung di
bawah kelola Perum Perhutani. Masyarakat masih dapat ikut memanfaatkan
sumberdaya hutan seperti mengambil rumput, menanam, dan menyadap. Namun
setelah mengalami perubahan status, masyarakat pun mengalami perubahan. Salah
satunya adalah mengalami perubahan pola penguasaan lahan. Hal ini membawa
masyarakat ke perubahan strategi nafkah. Karena pendapatan dari sektor pertanian
mengalami penurunan sehingga masyarakat harus memiliki alternatif lainnya
yaitu beternak dan berdagang.
Kata kunci : taman nasional, zonasi, strategi nafkah, akses
ESTYA PERMANA. The effects of National Park to the livelihood strategy of
The Community of Desa Ngargomulyo . Supervised by SOERYO ADIWIBOWO
Gunung Merapi National Park (GMNP) is a conservation area which has
zonations as its management. It gives effects to rural people around national park,
Desa Ngargomulyo is one of them. The change of the status of the forest which
became a national park undirectly change the livelihood strategy that community
of Desa Ngargomulyo have. Livelihood strategy is not regarded as a funding
activity but more as means of living. This research is conducted with survey
method and analyze is based on quantitative data and supported by descriptive
qualitative.The result of this research shows that community of Desa

Ngargomulyo is located in the traditional zone of GMNP, which its forest war
primarily a protected forest under management of Perum Perhutani. The
communitystill allowed to take advantages from the forest such as taking grasses
for their livestock, planting, and rubber tapping. But after the national park
management, the people also affected. The community suffered changing pattern
of land tenure and it lead the community to change of livelihood strategy. Because
the income from farm sector is decrease, they had to have other alternatives, they
are trading and farming
Keywords : national park, zonation, livelihood strategy, land tenure, access

PENGARUH TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI
TERHADAP STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT DESA
NGARGOMULYO

ESTYA PERMANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi
Nama
NIM

: Pengaruh Taman Nasional Gunung Merapi terhadap
Strategi Nafkah Masyarakat Desa Ngargomulyo
: Estya Permana
: I34100046

Disetujui oleh


Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS
Pembimbing

Diketahui

Dr.Ir. Siti Amanah, M.Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :______________________________

PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya‎sehingga‎skripsi‎yang‎berjudul‎“Pengaruh‎
Taman Nasional Gunung Merapi Terhadap Strategi Nafkah Masyarakat Desa
Ngargomulyo”‎telah‎diselesaikan‎ini‎dengan‎tepat‎waktu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
rasa terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS, dosen pembimbing skripsi yang telah
mencurahkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan, serta kritik

dan saran yang membangun dalam penulisan skripsi ini.
2. Ayah Pratamayoga, Ibunda F. Tristiana Susanna, Kakak-kakak tersayang Jati
Permana, Galih Permana, Arni Aulia, dan Siti Umi Rohmatin yang
memberikan bantuan moral dan materiil serta keponakan-keponakan
tersayang Raffa dan Naida.
3. Bapak Wardani selaku Kepala Resor Dukun SPTN I. Mbak Silvi, Mbak Sita
selaku staff Balai TNGM.
4. Bapak Yatin dan Pak Muji selaku Kepala Desa dan Sekdes Desa
Ngargomulyo.
5. Bapak Sartono selaku Kepala Dusun Tanen dan masyarakat Dusun Tanen
yang sudah mau direpotkan.
6. Teman-teman satu bimbingan Citra Dewi, Indah Tri Utami, Sahda, dan
Natrisya Sekararum yang saling menyemangati satu sama lain.
7. Adhrid, Annisa Nurrizky, Rendi Dwi, Nicco Andrian, Panji Prasetyo, Diba
Safitri, Annisa Nazila, Agi Hadinata yang selalu membantu doa
8. Mugi Lestari, Sadri Sugra, Finka Ermawan yang selalu berbagi suka duka dan
selalu menghibur
9. Teman-teman LECB Programme yang selalu menyemangati penulis
10. Seluruh keluarga SKPM 47, teman berbagai suka dan cita selama belajar di
departemen ini atas kebersamaan, semangat, motivasi, serta membantu dalam

proses pembelajaran.
11. Dan semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga
terselesaikannya skripsi ini
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan
pembaca dalam memahami lebih jauh pengaruh taman nasional terhadap
masyarakat desa penyangga di sekitar kawasan. Kritik dan saran sangat
diharapkan dari semua pihak sehinga dapat membangun ke arah yang lebih baik.
Bogor, September 2014

Estya Permana
I34100046

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

x


DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Rumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

4


Kegunaan Penelitian

4

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka

5
5

Kerangka pemikiran

10

Hipotesis Penelitian

11

Definisi Konseptual


12

Definisi Operasional

12

PENDEKATAN LAPANG

14

Metode Penelitian

14

Lokasi dan Waktu Penelitian

14

Teknik Pengumpulan Data


14

Teknik Penentuan Responden dan Informan

15

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

15

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK
RESPONDEN

16

Profil Desa Ngargomulyo

16

Posisi Desa Ngargomulyo dalam Kawasan TNGM

19

Karakteristik Responden

20

PERUBAHAN AKSES MASYARAKAT AKIBAT KEBERADAAN TNGM 24
Deskripsi Kawasan

24

Sejarah dan Status Kawasan

24

Penetapan Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi

25

Zonasi Taman Nasional Gunung Merapi

27

Desa Ngargomulyo: Zona Tradisional Taman Nasional Gunung Merapi

31

Perubahan Akses Masyarakat Akibat Taman Nasional Gunung Merapi

32

Ikhtisar

35

PERUBAHAN STRATEGI NAFKAH PETANI DESA NGARGOMULYO

37

Perubahan Penguasaan Lahan

37

Pendapatan dari Dalam Kawasan Taman Nasional

40

Strategi Nafkah Warga Desa Ngargomulyo

41

Pendapatan Rumahtangga

43

Ikhtisar

48

Simpulan

49

Saran

49

DAFTAR PUSTAKA

51

LAMPIRAN

54

RIWAYAT HIDUP

61

DAFTAR TABEL
Tabel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

11

12
13
14
15
16
17
18

Halaman

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Ngargomulyo
Mata Pencaharian Warga Desa Ngargomulyo Menurut Profil Desa
2013
Jumlah Ternak yang Dimiliki Masyarakat Desa Ngargomulyo
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Nama Desa Penyangga Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Golongan Umur
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jumlah Tanggungan
Pembagian Zonasi Taman Nasional gunung Merapi
Perbandingan Jenis Kegiatan yang Dapat Diakses pada Tahun 2003
dan 2013
Perubahan Penguasaan Lahan Warga Desa Ngargomulyo Menurut
Lokasi terhadap Kawasan TNGM, Rumahtangga Responden, 20032013
Luas Penguasaan Lahan Responden Tahun 2003 Sebelum Penetapan
TNGM
Luas Penguasaan Lahan Responden Tahun 2013 Setelah Penetapan
TNGM
Perbandingan Pendapatan dari dalam kawasan TNGM tahun 2003 dan
2013
Jumlah Rumahtangga Responden Menurut Jenis Pekerjaan Tahun
2013
Pendapatan Masyarakat Desa Ngargomulyo Berdasarkan sektor
pertanian tahun 2003
Pendapatan Masyarakat Desa Ngargomulyo Berdasarkan Sektor
Pertanian Tahun 2013
Jumlah responden berdasarkan pendapatan per tahun per luas lahan
yang dimiliki tahun 2003 dan 2013

17
17
18
18
19
20
20
21
27

35

37
38
38
41
42
44
44
45

DAFTAR GAMBAR
Gambar
1
2
3

Halaman

Kerangka Pemikiran
Peta Taman Nasional Gunung Merapi
Perbandingan Pendapatan dari Sektor Pertanian Tahun 2003 dan
2013

12
16
44

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1
2
3

Dokumentasi
Penjelasan Zonasi Taman Nasional Gunung Merapi
Daftar Kerangka Sampling

Halaman
52
54
57

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan merupakan suatu kawasan luas yang di dalamnya terdapat berbagai
macam flora dan fauna. Menurut Pasal 1 Ayat (1) Undang-undang Nomor 41
Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa
hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat
dipisahkan. Indonesia memiliki luas hutan sebesar 99,6 juta hektar atau 52,3%
luas wilayah Indonesia. Karena wilayahnya yang luas, hutan Indonesia memiliki
potensi keanekaragaman yang sangat tinggi. Didalamnya terdapat ribuan jenis
flora dan ribuan spesies fauna. Dengan keanekaragaman tersebut, hutan sangat
bermanfaat bagi manusia, terutama bagi masyarakat sekitar hutan.
Namun saat ini, laju deforestasi yang terjadi di Indonesia sangat tinggi.
Hal ini disebabkan pembukaan lahan hutan untuk perkebunan, pemukiman,
maupun kegiatan industri lainnya. Tidak jarang bahwa pembukaan hutan ini
malah merugikan masyarakat sekitar hutan maupun masyarakat yang hidup di
dalam hutan, hal ini menyebabkan banyak konflik yang muncul. Jika hal ini
dibiarkan terus maka akan mengakibatkan banyak hal, berkurangnya luasan hutan
akan menyebabkan berkurangnya kemampuan menyerap emisi karbon. Selain itu,
akan terjadi kepunahan keanekaragamanhayati yang terdapat di dalam hutan.
Eksploitasi hutan untuk tujuan komersil memiliki tujuan akhir untuk memajukan
Indonesia namun hal tersebut tersebut malah membawa kerugian maupun petaka
bagi manusia itu sendiri, karena sesungguhnya manusia masih bergantung
terhadap alam, termasuk hutan untuk menjalankan hidupnya. Seharusnya
pembangunan yang baik adalah yang dapat dinikmati oleh generasi mendatang,
seperti yang disebut pada UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup,
termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin
kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa
depan;
Dengan semakin berkurangnya luasan hutan di Indonesia, maka gencar
diadakan gerakan konservasi untuk mempertahankan apa yang masih ada. Upaya
penanaman lahan gundul, hingga perubahan status hutan yang semula hutan
produksi, hutan lindung, cagar alam, taman wisata menjadi taman nasional, agar
hutan benar-benar tidak tersentuh kegiatan komersil manusia. Menurut Sylviani
(2008) Perubahan fungsi kawasan hutan produksi (HP) dan hutan lindung (HL)
menjadi kawasan konservasi (HK) dilakukan untuk menghentikan kegiatan
eksploitasi pemanfaatan hasil hutan kayu dalam upaya menjaga kelertarian
keaneka ragaman hayati, perlindungan plasma nutfah dan mempertahankan aset
lainnya yang ada di kawasan HP dan HL. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa
hubungan antara hutan dengan manusia atau masyarakat tidak dapat dipisahkan
begitu saja, sebab hutan memiliki fungsi yang erat kaitannya dengan kehidupan
manusia. Masyarakat sekitar hutan memanfaatkan hutan tidak hanya sekedar

2
sebagai fungsi ekonomi atau pemenuhan kebutuhan hidup seperti memenuhi
kebutuhan kayu bakar dan pertukangan, sumber pangan, sumber pendapatan, dll.
Namun hutan juga memberikan fungsi sosial, ekologi, budaya, bahkan religi. Dari
segi sosial, hutan merupakan sumber natura bagi masyarakat sekitar, konsumsi
non komersial bagi tetangga, dan lainnya. Sedangkan dari sisi ekologisnya hutan
berfungsi sebagai pengawetan tanah dan air, perlindungan tanaman-tanaman
pertanian, sumber simpanan karbon, dan meningkatkan kualitas lingkungan.
Masyarakat memanfaatkan hutan untuk memenuhi kebutuhannya seharihari, namun tidak dapat dipungkiri jika ada masyarakat yang memiliki sumber
penghidupan lainnya selain dari hutan. Hal ini berkaitan dengan strategi nafkah
yang dijalankan oleh masyarakat desa sekitar hutan. Menurut Dharmawan (2007)
pengertian strategi nafkah lebih mengarah pada pengertian livelihood strategy
(strategi penghidupan) daripada means of living strategy (strategi cara hidup).
Strategi nafkah dimaknai lebih besar daripada sekedar aktivitas mencari nafkah
belaka. Sebagai strategi membangun sistem penghidupan, maka strategi nafkah
bisa didekati melalui berbagai cara atau manipulasi aksi individual maupun
kolektif. Strategi nafkah berarti cara bertahan hidup ataupun memperbaiki status
kehidupan. Strategi nafkah adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu
ataupun kelompok dalam rangka mempertahankan kehidupan mereka dengan
memperhatikan eksistensi infrastruktr sosial, struktur sosial dan sistem budaya
yang berlaku. Nafkah atau livelihood sendiri diartikan oleh Chamber dan Conway
(1992) dalam Scoones (1998) mengatakan bahwa nafkah terdiri dari kemampuan,
aset (termasuk bahan dan sumber daya sosial) dan kegiatan yang dibutuhkan
sebagai sarana hidup. Sehingga strategi nafkah dapat diartikan sebagai cara
masyarakat mengelola sumber daya atau aset sesuai kemampuannya dalam suatu
kegiatan untuk bertahan hidup.
Pengelolaan sumber daya oleh masyarakat terhadap aset seperti sumber
daya alam, dalam hal ini adalah hutan, erat kaitannya dengan akses terhadap hutan
itu sendiri. Fungsi hutan sebagai satu-satunya sumberdaya yang terdekat dengan
masyarakat membuat akses terhadap hutan sebagai hal yang penting dan
fundamental bagi masyarakat. Ribot dan Peluso (2003) mendefinisikan akses
sebagai kemampuan untuk memperoleh manfaat dari sesuatu. Konsep akses ini
erat kaitannya dengan bundle of power. Akses berfokus kepada kemampuan,
akses mencakup jangkauan yang lebih luas dari hubungan sosial yang membatasi
atau mengijinkan mengambil manfaat dari penggunaan sumber daya dibanding
hubungan hak milik itu sendiri.
Dengan eratnya terhadap konsep bundle of power, hak milik tidak lagi
menjadi batasan manusia untuk memanfaatkan sesuatu. Sama seperti yang terjadi
antara masyarakat sekitar hutan dan hutan. Dengan adanya status hutan sebagai
taman nasional membuat masyarakat menjadi terbatas dalam menggunakan
sumber daya, terutama karena adanya sistem zonasi. Menurut UU No. 5 Tahun
1990 Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai
ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan
rekreasi. Kawasan taman nasional dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri dari
zona inti, zona pemanfaatan, dan zona lain sesuai dengan keperluan. Dengan
adanya sistem zonasi ini, semula masyarakat bebas menebang pohon atau
mengambil kayu, sekarang sudah ada peraturan yang mengatur. Status hutan yang

3
semula open access berubah menjadi menjadi state property. Menurut Marx
dalam Ribot dan Peluso (2003), hak milik yang diganti menjadi state property,
atau milik negara menyebabkan penggunaan sumber daya alam oleh masyarakat
dianggap pencurian. Hal ini juga mengakibatkan masyarakat yang semula
hidupnya bergantung dari hasil hutan, menjadi kehilangan sumber mata
pencahariannya.
Taman Nasional Gunung Merapi merupakan salah satu kawasan hutan
yang memiliki status sebagai taman nasional berdasarkan SK. Menteri Kehutanan
Nomor 134/Menhut-II/2004 tanggal 4 Mei 2004 seluas ±6.410 Ha yang meliputi
empat kabupaten yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten
Klaten, dan Kabupaten Boyolali. Taman Nasional Gunung Merapi merupakan
kawasan yang memiliki arti dan nilai sangat penting baik bagi masyarakat di
sekitar kawasan, salah satunya adalah masyarakat Desa Ngargomulyo. Desa
Ngargomulyo merupakan salah satu desa dari 30 desa yang berbatasan langsung
dengan kawasan hutan Taman Nasional Gunung Merapi (Garjita et.al 2013).
Sebelum ditetapkan sebagai kawasan taman nasional, hutan yang berada di sekitar
pemukiman adalah hutan lindung dibawah pengelolaan Perum Perhutani. Pada
masanya, masyarakat bebas keluar masuk hutan untuk mengambil rumput untuk
pakan ternak, mencari kayu bakar, penyadapan getah pinus, bahkan melakukan
tumpang sari. Namun dengan ditetapkan sebagi kawasan taman nasional,
masyarakat tidak dapat lagi menanam di dalam kawasan hutan, karena status
hutan yang sudah menjadi taman nasional. Dengan adanya penetapan taman
nasional ini mengakibatkan masyarakat harus memikirkan cara yang lain untuk
dapat bertahan hidup. Oleh karena itu perlu diteliti bagaimana keberadaan Taman
Nasional Gunung Merapi mempengaruhi strategi nafkah masyarakat Desa
Ngargomulyo.

Rumusan Masalah
Sebelum penetapan kawasan, hutan sekitar Desa Ngargomulyo dikelola
oleh pihak Perum Perhutani. Masyarakat memanfaatkan sumber daya di dalam
kawasan untuk menjalankan hidupnya, dari mengambil rumput, mencari ayu
bakar, bercocok tanam, meyadap getah pinus, dan lain sebagainya. Masyarakat
sekitar kawasan hutan Gunung Merapi memandang sumber daya alam di kawasan
ini dapat diakses oleh siapa saja. Namun setelah ditetapkan menjadi kawasan
Taman Nasional Gunung Merapi, kawasan terbagi menjadi zona-zona tertentu
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor P. 56/Menhut-II/2006 tentang
Pedoman Zonasi Taman Nasional. Dengan ditetapkannya zonasi dalam kawasan
ini, dibuat pula peraturan mengenai larangan serta apa yang dapat dilakukan
dalam setiap zona, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kelestarian
hutan. Hal ini menyebabkan masyarakat sekitar hutan tidak lagi bisa mengakses
sumber daya di dalam kawasan. Mereka tidak dapat lagi menanam di dalam
kawasan, maupun melakukan penyadapan, akses yang mereka miliki hanya
rumput dan kayu bakar. Hal ini menyebabkan berkurangnya sumber nafkah yang
dimiliki oleh masyarakat Desa Ngargomulyo. Oleh karena itu perlu dilakukan

4
penelitian sejauh mana keberadaan Taman Nasional Gunung Merapi
mempengaruhi akses masyarakat Desa Ngargomulyo
Akses masyarakat terhadap sumber daya dalam kawasan mempengaruhi
strategi nafkah yang dimiliki oleh masyarakat agar tetap dapat menjalankan hidup.
Strategi nafkah yang dimiliki masyarakat ketika berstatus hutan lindung tentu
berbeda dengan strategi nafkah yang dimiliki masyarakat ketika sesudah
ditetapkan menjadi taman nasional. Kebutuhan yang terus meningkat, sedangkan
sumber nafkah terbatas. Bagaimana masyarakat memaksimalkan sumber daya
yang tersedia, dan bagaimana masyarakat mengatasi keadaan yang berbeda
tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian sejauh mana perubahan
akses mempengaruhi strategi nafkah hidup masyarakat Desa Ngargomulyo.

Tujuan Penelitian
1.
2.

Tujuan penelitian ini diantaranya adalah :
Menganalisis perubahan akses masyarakat sekitar hutan pasca perubahan
Gunung Merapi sebagai kawasan taman nasional
Menganalisis perubahan strategi nafkah yang dimiliki masyarakat sekitar
hutan

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengaruh
keberadaan taman nasional terhadap strategi nafkah yang dimiliki oleh masyarakat
desa sekitar hutan. Secara khusus penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
beberapa pihak, diantaranya :
1.

2.

3.

Pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi para
pembuat kebijakan agar dapat membangun kolaborasi yang baik antar
stakeholders sehingga masyarakat tetap sejahtera dan hutan tetap lestari.
Peneliti dan akademisi, diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan mengenai strategi nafkah masyarakat sekitar hutan terutama
taman nasional.
Masyarakat, diharapkan penelitian ini mampu menambah wawasan
masyarakat mengenai kehidupan masyarakat desa sekitar hutan beserta
strategi nafkah yang dimiliki berkaitan dengan penetapan taman nasional.

5

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Taman Nasional
Menurut UU No. 5 Tahun 1990 Taman nasional adalah kawasan
pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi
yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Kriteria Penetapan Kawasan
Taman Nasional (TN) adalah sebagai berikut:
Kawasan yang ditetapkan mempunyai luas yang cukup untuk menjamin
kelangsungan proses ekologis secara alami:
1. Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan
maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami.
2. Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh.
3. Memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai
pariwisata alam.
4. Merupakan kawasan yang dapat dibagi kedalam Zona Inti, Zona Pemanfaatan,
Zona Rimba dan Zona lain yang karena pertimbangan kepentingan
rehabilitasi kawasan, ketergantungan penduduk sekitar kawasan, dan dalam
rangka mendukung upaya pelestarian sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya, dapat ditetapkan sebagai zona tersendiri.
Pengelolaan taman nasional dapat memberikan manfaat antara lain:
ekonomi dapat dikembangkan sebagai kawasan yang mempunyai nilai ekonomis,
sebagai contoh potensi terumbu karang merupakan sumber yang memiliki
produktivitas dan keanekaragaman yang tinggi sehingga membantu meningkatkan
pendapatan bagi nelayan, penduduk pesisir bahkan devisa negara.
1. Ekologi, dapat menjaga keseimbangan kehidupan baik biotik maupun abiotik
di daratan maupun perairan.
2. Estetika, memiliki keindahan sebagai obyek wisata alam yang dikembangkan
sebagai usaha pariwisata alam/bahari.
3. Pendidikan dan penelitian, merupakan obyek dalam pengembangan ilmu
pengetahuan, pendidikan dan penelitian.
4. Jaminan masa depan keanekaragaman sumber daya alam kawasan konservasi
baik di darat maupun di perairan memiliki jaminan untuk dimanfaatkan
secara batasan bagi kehidupan yang lebih baik untuk generasi kini dan yang
akan datang.
Kawasan taman nasional dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan
upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya. Suatu kawasan taman nasional dikelola berdasarkan satu rencana
pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis,
ekonomis, dan sosial budaya. Rencana pengelolaan taman nasional sekurangkuragnya memuat tujuan pengelolaan dan garis besar kegiatan yang menunjang
upaya perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan kawasan (Departemen
kehutanan, 1986) seperti dikutip oleh Simbolon (2011).

6
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 56/Menhut-II/2006,
tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional, diperlukan zonasi untuk wilayah
Taman Nasional, adapun zonasi taman nasional adalah suatu proses pengaturan
ruang dalam taman nasional menjadi zona-zona, yang mencakup kegiatan tahap
persiapan, pengumpulan dan analisis data, penyusunan draft rancangan rancangan
zonasi, konsultasi publik, perancangan, tata batas, dan penetapan, dengan
mempertimbangkan kajian-kajian dari aspek-aspek ekologis, sosial, ekonomi dan
budaya masyarakat. Zona taman nasional adalah wilayah di dalam kawasan taman
nasional yang dibedakan menurut fungsi dan kondisi ekologis, sosial, ekonomi
dan budaya masyarakat. Dan harus selalu diadakan evaluasi zona sebagai bahan
peninjauan ulang untuk usulan perubahan zonasi yang diperlukan sesuai dengan
kepentingan pengelolaan.
Perubahan Penguasaan Sumber Daya Hutan
Menurut Adiwibowo, et.al (2009) perubahan rezim dari de-facto
customary property regime (hutan adat) ke de-jure state common property regime
(hutan negara) membawa pengaruh besar pada tatanan kehidupan masyarakat
sekitar hutan. Perubahan rejim pengelolaan kawasan hutan akan mengubah
struktur akses dan kontrol masyarakat terhadap sumber daya hutan yang telah
terjalin lama.
Menurut Undang-undang No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria atau yang sekarang dikenal dengan UUPA, seluruh bumi,
air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dalam wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah
bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional,
dan hubungan ini bersifat abadi. Dalam UUPA dimuat empat macam hak untuk
memakai suatu bidang tanah tertentu untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu,
yaitu Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai. Dalam
wilayah taman nasional hak-hak agraria yang dapat diijinkan adalah Hak
Memungut Hasil Hutan dan Hak Pakai namun dengan lingkup terbatas.
Menurut Adiwibowo,et.al (2009) terdapat lima tipe akses pemukiman dan
pertanian di dalam dan sekitar taman nasional. Kelima akses permukiman dan
pertanian tersebut direspon berbeda oleh balai taman nasional, respon tersebut
adalah :
1. Pengakuan hutan adat : Hutan yang berada di luar batas taman nasional diakui
sebagai hutan adat.
2. Akses ke taman nasional diakui oleh Balai Taman Nasional karena terletak
dalam wilayah adat, atau karena sejak lama dikelola melalui kearifan lokal
dan diatur oleh tatanan hukum. Batas desa, pola peggunaan lahan, dan batas
wilayah adat ditentukan secara rinci.
3. Lahan pertanian di dalam taman nasional dapat diakses selama tidak
menambah luas lahan.
4. Pembinaan daerah penyangga
5. Perpindahan penduduk
6. Penindakan dan pengendalian terhadap warga yang membuka lahan, ilegal
logging, perburuan satwa liar di kawasan

7
7.

Koordinasi
Dengan respon Balai Taman Nasional terhadap masyarakat, hanya sedikit
respon yang dianggap menguntungkan masyarakat, karena posisi tawar
masyarakat yang kurang kuat. Balai Taman Nasional bertugas untuk
mengendalikan akses masyarakat ke taman nasional dengan menegaskan batas
yang jelas antara kawasan konservasi dengan batas administrasi desa. Masyarakat
yang memiliki lahan di dalam kawasan masih dapat mengakses namun tidak dapat
memperluas lahan. Hal ini dibuat untuk mengendalikan dan membatasi aktivitas
masyarakat di dalam konservasi dan menjag luasan kawasan taman nasional.
Menurut Sylviani (2008) masyarakat sekitar kawasan mengkhawatirkan
dengan adanya taman nasional, terutama dengan penataan batas. Dengan adanya
batas kawasan, masyarakat setempat khawatir akan terjadi pengurangan hak-hak
mereka, terutama akan membatasi ruang gerak masyarakat dalam aktivitasnya di
dalam hutan, sehingga manfaat yang diperoleh akan berkurang, seperti hasil hutan
non kayu dan perburuan tradisional. Hutan bukan hanya merupakan sumber
penghidupan berladang, berburu, dan memanen hasil hutan tetapi juga erat
kaitannya dengan budaya tradisi. Hal ini dipertegas dengan adanya undang
maupun peraturan pemerintah yang melarang beberapa aktivitas yang cenderung
merubah keutuhan kawasan,seperti : perburuan satwa, merubah dan mengusik
bentang alam. Selain itu perbuatan yang merubah fungsi kawasan/zona, seperti :
merusak keindahan alam dan gejala alam, merusak kekhasan potensi pembentuk
ekosistem.
Dengan diberlakukannya taman nasional, terdapat dampak sosial ekonomi
yang dialami masyarakat desa sekitar. Masyarakat yang semula berladang,
berkebun, memiliki sawah, berburu, tambang, merambah, setelah masuk taman
nasional, ternyata terdapat lahan mereka yang masuk ke dalam kawasan.
Peghasilan yang didapat oleh masyarakat yang semula dari berkebun, berburu,
tambang, setelah kebijakan taman nasional penghasilan yang didapat hanya dari
ladang, sawah atau kebun yang lokasi lahannya tidak berada di dalam kawasan
(Sylviani, 2008).

Teori Akses
Ribot dan Peluso (2003) mendefinisikan akses sebagai kemampuan untuk
memperoleh manfaat dari sesuatu. Konsep akses ini erat kaitannya dengan bundle
of power. Akses berfokus kepada kemampuan, akses mencakup jangkauan yang
lebih luas dari hubungan sosial yang membatasi atau mengijinkan mengambil
manfaat dari penggunaan sumber daya dibanding hubungan hak milik itu sendiri.
Akses berfokus kepada siapa yang memanfaatkan (dan siapa yang tidak
memanfaatkan) sesuatu, bagaimana caranya, dan kapan (dalam kondisi apa).
Perhatian akses lebih ke arah berbagai cara orang mendapatkan manfaat dari
sumber daya, terkait dengan hak kepemilikan namun hal tersebut tidak membatasi.
Analisa akses membantu untuk mengerti mengapa beberapa orang atau lembaga
dapat menggunakan sumber daya, terlepas dari apakah mereka memiliki hak
terhadap sumber daya tersebut. Akses selalu berubah, tergantung dari posisi dan
kekuasaan seseorang atau kelompok dalam beragam hubungan sosial.

8
Sedangkan hak milik adalah hak untuk mengambil manfaat dari sesuatu.
MacPherson (1978) dalam Ribot dan Peluso (2003) mengkarakteristikan hak milik
sebagai hak untuk mengambil manfaat dari sesuatu lebih karena klaim paksaan.
Hal ini kaitannya dengan bundle of right. Hak milik, umumnya menimbulkan
pernyataan dan dukungan sosial atau hak, dimana pernyataan tersebut berdasarkan
hukum, budaya atau perjanjian. Manfaat biasanya dilihat dari akses serta hak.
Menurut Marx, hak milik yang diganti menjadi state property, atau milik negara
menyebabkan penggunaan sumber daya alam oleh masyarakat dianggap pencurian.
Hak milik dan tenurial hanya menjelaskan hubungan dari kepemilikan sumber
daya dan lembaga mana yang arusnya memberikan sangsi kontrol.
Teori Strategi Nafkah
Definisi Strategi nafkah
Menurut Dharmawan (2007) pengertian strategi nafkah lebih mengarah
pada pengertian livelihood strategy (strategi penghidupan) daripada means of
living strategy (strategi cara hidup). Strategi nafkah dimaknai lebih besar daripada
sekedar aktivitas mencari nafkah belaka. Sebagai strategi membangun sistem
penghidupan, maka strategi nafkah bisa didekati melalui berbagai cara atau
manipulasi aksi individual maupun kolektif. Strategi nafkah berarti cara bertahan
hidup ataupun memperbaiki status kehidupan. Strategi nafkah adalah taktik dan
aksi yang dibangun oleh individu ataupun kelompok dalam rangka
mempertahankan kehidupan mereka dengan memperhatikan eksistensi infrastruktr
sosial, struktur sosial dan sistem budaya yang berlaku. Menurut Purnomo (2006)
Strategi nafkah merupakan landasan pilihan aktivitas nafkah yang dilakukan
rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan rumahtangga.
Nafkah diartikan sebagai cara-cara dimana orang memuaskan kebutuhan mereka
untuk menjalani hidup. Nafkah meliputi kemampuan, aset (termasuk material dan
sumberdaya sosial) dan aktivitas yang diperlukan sebagai cara untuk hidup
(Chambers dan Conway, 1992) dalam (Scoones, 1998). Lebih lanjut, menurut
Scoones (1998) terdapat tiga akar dari strategi nafkah untuk membedakan
perbedaan keluaran. Tiga strategi nafkah itu adalah :
1. Intensifikasi pertanian : memanfaatkan sektor pertanian secara efektif dan
efisien, seperti dengan menambah tenaga kerja, maupun memperluas lahan
garapan (ekstensifikasi pertanian)
2. Diversifikasi nafkah : atau pola nafkah ganda yang dilakukan dengan
menerapkan keanekaragaman pola nafkah dengan cara mencari pekerjaan lain
selain pertanian untuk meningkatkan pendapatan. Atau dengan mengerahkan
tenaga kerja keluarga (ayah, ibu dan anak) untuk ikut bekerja, selain pertanian,
dan memperoleh pendapatan.
3. Migrasi : antara penyebab migrasi efek investasi ulang pertanian, dan pola
perpindahan.
Menurut Turasih dan Adiwibowo (2012) strategi nafkah terdiri atas
strategi nafkah pertanian dan strategi nafkah non-pertanian, strategi nafkah
pertanian terdiri atas : (1) sektor on farm dan (2) sektor off farm. Ellis (2000)
dalam Turasih dan Adiwibowo (2012) menjelaskan bahwa sektor on farm
merujuk pada nafkah bersumber dari hasil pertanian dalam arti luas seperti
pertanian perkebunan, peternakan, perikanan, dll. Selain sektor on farm, sebagian

9
petani juga menambah penghasilannya dari sektor off farm. Menurut Ellis (2000)
dalam Turasih dan Adiwibowo (2012) bentuk strategi off farm ini masih tergolong
pada sektor pertanian, hanya saja pendapatan yang diperoleh berasal dari upah
tenaga kerja pertanian, sistem bagi hasil, kontak upah tenaga kerja non upah, dan
lain-lain.
Menurut Dharmawan (2000) secara umum strategi nafkah masyarakat
pedesaan diasumsikan sebagai berikut: (1) Masyarakat pedesaan masih memegang
kebudayaan mereka, termasuk mekanisme pertahanan dan peraturan; (2) Jejaring
sosial lokal berfungsi dengan baik untuk memenuhi perlindungan sosial dan
keamanan nafkah mereka.

Sumber nafkah
Scoones (1998) melihat bahwa strategi nafkah dapat dilakukan mengan
memanfaatkan sumber nafkah, ataupun mengkombinasikan penggunaan sumber
nafkah.‎Sumber‎nafkah‎dapat‎dilihat‎sebagai‎„modal‟‎dasar,‎strategi‎nafkah‎ yang‎
dibentuk nantinya berbeda-beda sesuai dengan nafkah yang dimiliki. Adapun
empat sumber daya tersebut adalah :
1. Modal alami : serupa sumber daya alam, (seperti tanah, air, udara, dan
lainnya) dan jasa lingkungan (siklus hidrologi, penyerapan polusi, dll) dimana
nafkah diperoleh dari manfaat yang dihasilkan dari sumber daya.
2. Modal finansial : modal dasar (pinjaman, simpanan, dan semua aset ekonomi
termasuk infrastruktur dasar dan teknologi dan perlengkapan produksi) yang
sangat penting untuk menjalankan strategi nafkah.
3. Human Capital : keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan untuk bekerja,
kesehatan, dan kemampuan fisik sangat penting untuk menjalankan strateg
nafkah yang berbeda.
4. Modal sosial : merupakan sumber daya sosial (jaringan, pernyataan sosial,
hubungan sosial, afiliasi, asosiasi) yang orang miliki saat menjalankan
strategi nafkah. Strategi nafkah yang berbeda membutuhkan aksi koordinasi
dengan masyarakat lainnya.
Sedangkan menurut Ellis (2000) dalam Niswah (2011) menjelaskan bahwa
terdapat lima bentuk modal atau yang biasa disebut dengan livelihood assets yang
biasanya dimanfaatkan oleh rumahtangga antara lain :
1. Modal Sumberdaya Alam (Natural Capital) : Modal ini bisa juga disebut
sebagai lingkungan yang merupakan gabungan dari berbagai faktor biotik dan
abiotik di sekeliling manusia. Modal ini dapat berupa sumberdaya yang bisa
diperbaharui maupun tidak bisa diperbaharui. Contoh dari modal sumberdaya
alam adalah air, pepohonan, tanah, stok kayu dari kebun atau hutan, stok ikan
di perairan, maupun sumber daya mineral seperti minyak, emas, batu bara dan
lain sebagainya.
2. Modal Fisik (Physical Capital): Modal fisik merupakan modal yang
berbentuk infrastruktur dasar seperti saluran irigasi, jalan, gedung, dan lain
sebagainya.
3. Modal Manusia (Human Capital) : Modal ini merupakan modal utama
apalagi‎ pada‎ masyarakat‎ yang‎ dikategorikan‎ “miskin”.‎ Modal‎ ini‎ berupa‎
tenaga kerja yang tersedia dalam rumahtangga yang dipengaruhi oleh

10
pendidikan, ketrampilan, dan kesehatan untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya.
4. Modal Finansial (Financial Capital and Subtitutes) Modal ini berupa uang,
yang digunakan oleh suatu rumahtangga. Modal ini dapat berupa uang tunai,
tabungan, ataupun akses dan pinjaman.
5. Modal Sosial (Social Capital) : Modal ini merupakan gabungan komunitas
yang dapat memberikan keuntungan bagi individu atau rumahtangga yang
tergabung di dalamnya. Contoh modal sosial adalah jaringan kerja
(networking) yang merupakan hubungan vertikal maupun hubungan
horizontal untuk bekerja sama dan memberikan bantuan untuk memperluas
akses terhadap kegiatan ekonomi.
Sedangkan menurut Purnomo (2006), sumber nafkah terbagi menjadi dua
kelompok besar yaitu :
1. Penggunaan modal alami sebagai sumber nafkah, yang terdiri dari :
a. Ekstensifikasi : penggarapan lahan secara bersamaan
b. Orientasi : menggarap lahan hutan
c. Investasi : Membangun hubungan di dalam dan di luar rumah tangga
dan menyiapkan modal alami jangka panjang
d. Integrasi : berusaha tetap menjadi anggota kelompok
e. Asuransi : persiapan aset untuk hari tua
2. Penggunaan bukan modal alami sebagai sumber nafkah, yang terdiri dari :
a. Basis Remittance : kiriman uang dari pekerjaaan di luar desa
b. Basis modal sosial : membuka warung
c. Pekerjaan di dalam desa : bekerja sebagai mandor hutan

Kerangka pemikiran
Kawasan Hutan Gunung Merapi ditetapkan sebagai TNGM sesuai dengan
Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang perubahan
Fungsi Kawasan Hutan Lindung, Cagar Alam dan Taman Wisata Alam pada
Kelompok Hutan Gunung Merapi seluas ± 6.410 ha, yang terletak di Kabupaten
Magelang, Boyolali dan Klaten Provinsi Jawa Tengah, serta Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Kebijakan taman nasional yang diberlakukan di
wilayah Gunung Merapi sebagai upaya pelestarian lingkungan atau yang dikenal
secara modern dengan istilah konservasi. Konservasi ini dilakukan dengan
membatasi akses masyarakat terhadap sumber daya alam, salah satu upayanya
dengan menerapkan sistem zonasi. Hal ini sedikit banyak memberikan pengaruh
kepada masyarakat sekitar kawasan, salah satunya adalah masyarakat Desa
Ngargomulyo. Desa Ngargomulyo memiliki modal alam yang bervariasi, mulai
dari tanah yang subur, sumber mata air, pasir dan batu untuk di tambang yang
digunakan sebagai sumber nafkah. Selain itu mereka juga memiliki ternak
sehingga membutuhkan rumput yang cukup untuk ternak mereka,dan rumput yang
berlimpah adalah berada di dalam kawasan. Dengan diberlakukannya zonasi
dalam setiap wilayah taman nasional, maka dibuat juga aturan-aturan di dalam
setiap zonasi. Kebijakan zonasi ini akan membatasi akses masyarakat terhadap
sumber daya.

11
Keterbatasan akses masyarakat terhadap kawasan, mengakibatkan
masyarakat harus memiliki alternatif strategi nafkah yang dijalankan untuk tetap
dapat menjalankan kehidupan. Adapun strategi yang dapat dilakukan adalah
strategi pertanian dan non pertanian. Strategi pertanian dapat berupa
intensifikasi/ekstensifikasi pertanian, hal ini dapat digunakan bagi mereka yang
memiliki lahan. Namun bagi masyarakat yang tidak memiliki lahan, strategi
nafkah yang dijalankan dapat berupa strategi nafkah pertanian seperti diversifikasi
pertanian (pola nafkah ganda) ataupun migrasi.
Berikut adalah kerangka pemikiran yang akan digunakan dalam penelitian
ini :
Penetapan zonasi
Taman Nasional Gunung
Merapi




Perubahan akses terhadap sumber daya alam
di kawasan Gunung Merapi
Perubahan Common Property Right Regime

Perubahan strategi nafkah



Diversifikasi nafkah
Intensifikasi Pertanian
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dibuat, maka hipotesis yang
dapat ditarik adalah Penetapan kawasan Gunung Merapi sebagai taman nasional
membawa pengaruh kepada perubahan akses terhadap sumber daya alam dan
strategi nafkah masyarakat Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten
Magelang.

12
Definisi Konseptual
1.

Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai
ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk
tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
pariwisata, dan rekreasi.
Akses adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok
orang untuk memperoleh manfaat dari sesuatu.
Strategi nafkah adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu
ataupun kelompok dalam rangka mempertahankan kehidupan mereka
dengan memperhatikan eksistensi infrastruktur sosial, struktur sosial dan
sistem budaya yang berlaku.
Rumah tangga adalah adalah sekelompok orang yang tinggal bersama
dalam satu atap, memiliki peran dalam memperoleh pendapatan yang
digunakan untuk kebutuhan bersama.
Penguasaan lahan adalah lahan yang dikuasai oleh responden, dimana
responden dapat memanfaatkan lahan tersebut tanpa harus memiliki.

2.
3.

4.

5.

Definisi Operasional
1.

a.
b.
c.

2.
a.
b.

c.

d.

3.

Karakteristik rumahtangga, yaitu ciri-ciri yang dimiliki oleh rumahtangga
masyarakat Desa Ngargomulyo. Karakteristik rumahtangga pertanian
diukur dari:
Umur adalah selisih antara tahun responden dilahirkan hingga tahun
pada saat dilaksanakan penelitian.
Tingkat pendidikan adalah jenis pendidikan/sekolah tertinggi yang
pernah diikuti oleh responden, yang dibedakan ke dalam kategori:
Jumlah tanggungan adalah banyaknya orang banyaknya orang yang
kehidupannya masih bergantung pada kepala keluarga tersebut
terutama terkait dengan ekonomi, termasuk dirinya sendiri.
Sumber nafkah dikategorikan empat sumber daya tersebut adalah :
Modal alami : memanfaatkan sumber daya alam untuk melangsungkan
hidup
Modal finansial : modal dasar (pinjaman, simpanan, dan semua aset
ekonomi termasuk infrastruktur dasar dan teknologi dan perlengkapan
produksi) yang sangat penting untuk menjalankan hidup.
Human Capital : keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan untuk
bekerja, kesehatan, dan kemampuan fisik sangat penting untuk
menjalankan hidup.
Modal sosial : merupakan sumber daya sosial (jaringan, pernyataan
sosial, hubungan sosial, afiliasi, asosiasi) yang orang miliki
masyarakat Desa Ngargomulyo
Tingkat Pendapatan : pendapatan yang didapat dari rumahtangga
responden. Dibagi atas :

13
a.

Sektor pertanian : pendapatan yang didapat dari hasil produksi
pertanian
b.
Sektor non pertanian : pendapatan yang didapat melalui pekerjaan
yang dilakukan yang tidak berhubungan dengan pertanian
4.
Strategi nafkah yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangganya:
a.
Intensifikasi pertanian : memanfaatkan sektor pertanian secara efektif
dan efisien, seperti dengan menambah tenaga kerja. Ekstensifikasi
pertanian : memperluas lahan garapan
b.
Diversifikasi nafkah : atau pola nafkah ganda yang dilakukan dengan
menerapkan keanekaragaman pola nafkah dengan cara mencari
pekerjaan lain selain pertanian untuk meningkatkan pendapatan,
seperti : 1) kiriman uang dari pekerjaan di luar desa; 2) membuka
usaha sendiri bukan bidang pertanian; 3) upah tenaga kerja di dalam
pedesaan bukan bidang pertanian

14

PENDEKATAN LAPANG

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan didukung dengan
pengumpulan data kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan survey
yang menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang utama
(Singarimbun dan Effendi 1989). Pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan
menggunakan metode wawancara mendalam (in-depth interview) terhadap
informan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dusun Tanen, Desa Ngargomulyo, Kecamatan
Dukun, Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Lokasi dipilih karena Desa
Ngargomulyo ini merupakan salah satu desa yang termasuk ke dalam 30 desa
penyangga kawasan Taman Nasional Gunung Merapi dan masauk ke dalam Zona
Tradisional kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Selain itu, Desa
Ngargomulyo mengalami perubahan sumber nafkah yang semula dapat mengelola
hutan menjadi tidak dapat mengelola suber nafkah dari dalam hutan lagi. Hal ini
dikarenakan sebelum ditetapkan menjadi taman nasional, hutan sekitar wilayah
desa dipegang oleh Perhutani. Salah satu dusun yang menggarap di dalam hutan
adalah masyarakat Dusun Tanen. Masyarakat Dusun Tanen menggarap hutan
lindung yang dulunya dikuasai oleh pihak Perum Perhutani. Oleh karena itu
dengan ditetapkannya sebagai taman nasional masyarakat yang semula ikut
menggarap di hutan tidak dapat lagi menggarap di dalam kawasan konservasi.
Berdasarkan alasan tersebut maka Dusun Tanen dipilih sebagai lokasi penelitian.
Waktu penelitian dilaksanakan selama enam bulan. Kegiatan penelitian ini
dimulai dengan penyusunan proposal penelitian, kolokium penyampaian proposal
penelitian, perbaikan proposal penelitian, pengambilan data di lapangan baik
primer maupun sekunder, dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data,
penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian.

Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data
primer dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara mendalam, dan observasi
langsung. Pengumpulan data dilakukan selama tiga minggu pada minggu kedua
April hingga minggu pertama bulan Mei 2014. Kuesioner diberikan kepada
responden dan peneliti membantu responden dalam pengisian kuesioner tersebut
untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pengisian. Wawancara mendalam
dilakukan dengan menggunakan panduan pertanyaan kepada informan yang telah
ditentukan oleh peneliti sebelumnya. Observasi langsung dilakukan untuk

15
memperoleh gambaran keadaan desa dan masyarakat secara langsung serta untuk
kebutuhan dokumentasi.
Selain data primer, peneliti melakukan pengumpulan data sekunder yaitu
data yang sudah diolah oleh pihak lain. Data sekunder ini diperoleh dari berbagai
sumber, yaitu Balai Taman Nasional Gunung Merapi.

Teknik Penentuan Responden dan Informan
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang diambil,
populasi dalam penelitian ini yang adalah masyarakat petani Desa Ngargomulyo
terutama di Dusun Tanen. Sedangkan unit analisis dari penelitian ini adalah
rumahtangga. Alasan rumahtangga menjadi unit analisis penelitian adalah karena
rumahtangga berperan penting dalam pengambilan keputusan dan pengalokasian
sumberdaya yang berkaitan dengan penerapan bentuk strategi nafkah yang
digunakan. Mengingat keterbatasan waktu, tidak semua anggota rumah tangga
diwawancara, oleh karena itu sebagian besar informasi di dapat dari kepala
rumahtangga. Sample diambil menggunakan metode Simple Random Sampling
yaitu mengambil acak sebanyak 40 KK petani penggarap dari populasi petani
penggarap di Desa Ngargomulyo sebanyak 153 KK.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data kuantitatif yang diperoleh dari pengisian kuesioner diolah dengan
dengan menggunakan Microsoft Excel 2010. Pembuatan tabel frekuensi, grafik,
serta diagram diolah menggunakan aplikasi tersebut. Kemudian dianalisis secara
deskriptif untuk menjelaskan hubungan sumber nafkah, status lahan, dan
pendapatan. Analisis data kualitatif dari wawancara mendalam dan observasi
dilakukan secara terus menerus yang terdiri atas pengumpulan data, reduksi data,
analisis data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan untuk menjelaskan dan
memperkuat analisis dari data kuantitatif yang diperoleh.

16

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Profil Desa Ngargomulyo
Kondisi umum
Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, kabupaten Magelang merupakan
salah satu desa penyangga dalam wilayah Resort Dukun Taman Nasional Gunung
Merapi yang memiliki luas 1382,781 Ha. Desa Ngargomulyo terdiri dari 11
Dusun yaitu Dusun Sabrang, Kembang, Batur Duwur, Batur Ngisor, Tanen,
Karanganyar, Ngandong, Gemer, Braman, Tangkil, dan Bojong. Desa
Ngargomulyo terletak di ketinggian 710-1000 mdpl dan termasuk ke dalam Zona
Tradisional (Gambar 2.) yang berbatasan langsung dengan Zona Rimba. Desa
Ngargomulyo berbatasan dengan :
Utara
: Desa Keningar
Selatan
: Kecamatan Srumbung
Barat
: Desa Kalibening
Timur
: Taman Nasional Gunung Merapi
Desa Ngargomulyo memiliki luas wilayah seluas 1382,781 Ha yang
sebagian besar dimanfaatkan sebagai tanah persawahan dan ladang. Oleh karena
itu mata pencaharian masyarakat Desa Ngargomulyo sebagian besar bekerja di
sektor pertanian.

Gambar 2 Peta Zonasi Taman Nasional Gunung Merapi
Jumlah Penduduk dan Mata Pencaharian
Masyarakat Desa Ngargomulyo merupakan warga asli. Jumlah penduduk
Desa Ngargomulyo sebanyak sebanyak 803 KK terdiri dari 2484 orang dengan
laki-laki sebanyak 1196 jiwa atau degan persentase sebesar 48,15 persen dan

17
wanita sebanyak 1288 jiwa atau dengan persentase sebesar 51,85 persen. Berikut
jumlah penduduk menurut jenis kelamin disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Ngargomulyo
No
Jenis Kelamin
Jumlah
Presentase (%)
1
Laki-laki
1196
48.15
2
Perempuan
1288
51.85
Total
2484
100.00
Sumber: Data Monografi Desa Ngargomulyo 2014

Masyarakat Desa Ngargomulyo mayoritas bekerja di sektor pertanian,
yakni sebanyak 1274 orang atau dengan persentase sebesar 91,07 persen (Tabel 2).
Sayur-mayur yang diproduksi oleh masyarakat Desa Ngargomulyo dipasok ke
pasar terdekat yaitu Pasar Kembang. Komoditas yang biasanya ditanam oleh
masyarakat Desa Ngargomulyo adalah padi dan cabai, namun untuk padi mereka
tidak menjual ke pasar hanya untuk dikonsumsi sendiri saja. Selain itu mereka
juga menanam tomat, kubis,dan mentimun. Masyarakat Desa Ngargomulyo juga
bekerja sebagai buruh tani karena tidak memiliki lahan. Masyarakat Desa
Ngargomulyo juga memiliki mata pencaharian sebagai PNS, TNI, Polisi, dan ada
juga yang berdagang dan bekerja di perusahaan swasta. Jumlah penduduk
berdasarkan mata pencaharian disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2 Mata pencaharian warga Desa Ngargomulyo menurut Profil Desa
2014
No
Mata Pencaharian
Jumlah
Persentase (%)
1
Petani
1274
91.00
2
Berdagang
17
1.22
3
Sopir
13
0.93
4
Buruh
39
2.79
5
PNS
8
0.57
6
TNI
3
0.21
7
Polri
2
0.14
8
Swasta
43
3.07
Total
1399
100.00
Sumber: Data Monografi Desa Ngargomulyo 2014

Kepemilikan Ternak
Masyarakat Desa Ngargomulyo selain mengandalkan sektor pertanian,
mereka pun memiliki ternak sebagai investasi jika suatu saat membutuhkan uang.
Menurut Tabel 3 sebagian besar ternak yang dimiliki adalah sapi yaitu sebanyak
1700 ekor atau dalam persentase sebesar 76 persen, selain itu ternak yang
dimiliki adalah kerbau sebanyak