Kajian etnobotani masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Merapi studi kasus di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak

(1)

TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI

(Studi Kasus di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak)

ALVIAN FEBRY ANGGANA

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(2)

TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI

(Studi Kasus di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak)

ALVIAN FEBRY ANGGANA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(3)

ALVIAN FEBRY ANGGANA (E34060571). Kajian Etnobotani Masyarakat di Sekitar Taman Nasional Gunung Merapi (Studi Kasus di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak), dibimbing oleh SISWOYO dan ERVIZAL A. M. ZUHUD

Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) memiliki luas total kawasan seluas 6.410 ha, dengan rincian: di Provinsi Jawa Tengah 5.126,01 ha dan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 1.283,99 ha. Dengan melihat potensi tumbuhan di kawasan TNGM dan budaya masyarakat di sekitar kawasan TNGM (dalam hal pemanfaatan tumbuhan) memungkinkan adanya interaksi masyarakat dengan kawasan tersebut. Oleh karena itu kajian etnobotani masyarakat di sekitar kawasan TNGM perlu dilakukan.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan mengidentifikasi macam-macam pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat di sekitar TNGM dan mengetahui bentuk interaksi masyarakat sekitar dengan potensi keanekaragaman tumbuhan di kawasan TNGM.

Penelitian ini dilaksanakan pada 4 (empat) Desa di sekitar wilayah kawasan TNGM, meliputi Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak. Waktu penelitian dilakukan selama kurang lebih 2 bulan mulai dari bulan Juni sampai Agustus 2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei lapang. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: wawancara, pembuatan herbarium, serta pengolahan data dan analisis data. Data-data yang dikumpulkan berupa Data-data primer (etnobotani) dan Data-data sekunder (kondisi umum lokasi). Teknik pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan responden (masyarakat yang berada di sekitar TNGM) sedangkan data sekunder dilakukan melalui studi literatur.

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa karakteristik responden di sekitar TNGM sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, dan berpendidikan rendah (sekolah dasar), dengan tingkat umur terbesar yaitu 16-40 tahun. Tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebanyak 103 jenis, dan dapat dibedakan ke dalam sebelas kelompok kegunaan, yaitu tumbuhan obat (47 jenis), hias (11 jenis), aromatik (7 jenis), pangan (40 jenis), pakan ternak (7 jenis), pestisida nabati (4 jenis), pewarna dan tanin (2 jenis), kayu bakar (10 jenis), upacara adat (20 jenis), bahan bangunan (13 jenis) dan bahan tali, anyaman dan kerajinan (6 jenis).

Masyarakat di sekitar TNGM memiliki tingkat interaksi dengan gunung merapi yang cukup erat. Hal ini dapat dilihat dari sosial dan budaya yang berkembang.

Saran yang perlu dilakukan dari hasil penelitian ini adalah pengembangan lebih lanjut tentang pemanfaatan tumbuhan berguna guna meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar TNGM, terutama setelah terjadi erupsi gunung merapi dengan melalui budidaya jenis-jenis berbasis pengetahuan tradisional masyarakat.


(4)

ALVIAN FEBRY ANGGANA (E34060571). The Study of Ethnobotany Community in around Mount Merapi National Park (Case Study in Village Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo and Ngablak), supervised by SISWOYO and ERVIZAL A. M. ZUHUD

Mount Merapi National Park (TNGM) has total an area about 6410 ha, with the details: in Central Java Province about 5126.01 ha and in Province of Yogyakarta Special Region about 1283.99 ha. By looking at the potential of plants and community culture in TNGM region (in the terms of plant utilization) allows interaction between community and that region. Therefore, the study of ethnobotany community around TNGM region needs to be done.

The purpose of this study are to know and identify the various utilization of plants by community around TNGM and also to know kind of interaction between community and potential plant diversity in TNGM region.

The research was conducted in 4 (four) villages in the surround TNGM region included the Village Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo and Ngablak. This research carried out about 2 months that started from June to August 2010. The method used in this research was a field survey. The activities undertaken in this research included interviews, making of herbarium, data processing and data analysis. The data was collected in the form of primary data (ethnobotany) and secondary data (general conditions of the location). Primary data collection techniques was conducted through interviews with the respondents (people around TNGM) whereas secondary data was done through literature studies.

Based on research results, indicate that the characteristics of respondents in the surround TNGM that most livelihood as farmers and low educated (Elementary School), with the largest age rate is 16-40 years. Plants that used by the community about 103 kinds, and can be differentiated into eleven groups of functions, namely medicinal plants (47 kinds), ornamental (11 kinds), aromatic (7 kinds), food (40 kinds), fodder (7 kinds), botanical pesticides (4 kinds), dyes and tannins (2 kinds), firewood (10 kinds), ceremonies (13 kinds), building materials (20 kinds) and also rope materials, wicker and crafts (6 kinds).

Community around TNGM has a level of interaction with Merapi volcano which close enough. This can be seen from the social and cultural developing.

The suggestion needs to be done from this study results is further development of the useful plants utilization in order to increase the community income around TNGM, especially after Mount Merapi eruption through kinds cultivation based on traditional knowledge of the society.


(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kajian Etnobotani Masyarakat di Sekitar TNGM (Studi kasus di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo, dan Ngablak)” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2011

Alvian Febry Anggana NIM E3406071


(6)

Gunung Merapi (Studi Kasus di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak)

Nama Mahasiswa : Alvian Febry Anggana

NRP : E34060571

Departemen : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas : Kehutanan

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir. Siswoyo, M.Si Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS NIP. 19650208 199203 1 003 NIP. 19590618 198503 1 003

Mengetahui,

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor,

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS NIP. 19580915 198403 1 003


(7)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, yang tak terkira, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi dengan baik. Sholawat serta salam semoga tetap kita curahkan kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad saw, beserta keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada para pengikutnya yang senantiasa setia sampai akhir zaman.

Skripsi ini merupakan laporan akhir dari penelitian yang berjudul “Kajian Etnobotani Masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Merapi (Studi Kasus di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak)”. Skripsi ini merupakan syarat dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan dalam program studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.

Penelitian ini dilakukan bulan Juni-Agustus 2010 atas bimbingan Bapak Ir. Siswoyo, M.Si dan Bapak Prof. Dr Ir. Ervizal A. M. Zuhud, MS.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, pengelola TNGM dan masyarakat sekitar Gunung Merapi untuk bersama-sama bekerjasama dalam pengelolaan kawasan konservasi. Penulis menyadari karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik akan penulis terima dengan tangan terbuka. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi seluruh lapisan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup kita dimasa kini, dan masa akan datang.

Bogor, Februari 2011

Penulis


(8)

Penulis dilahirkan di Klaten, tanggal 11 Februari 1989 sebagai anak pertama dari lima bersaudara pada keluarga Margana dan Naniek Yuliaty. Penulis masuk pendidikan sekolah dasar pada tahun 1994 di SD Negeri 1 Delanggu hingga tahun 2000. Penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di SLTP Negeri 1 Solo. Pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah umum di SMU Negeri 1 Solo dan lulus tahun 2006.

Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Saringan Masuk IPB (USMI). Kemudian pada tahun yang sama, penulis diterima menjadi mahasiswa di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif diantaranya adalah Himakova (2006-sekarang), Paguyuban Mahasiswa Solo (AYUMAS) dari tahun 2006 hingga sekarang.

Pada tahun 2008 penulis melaksanakan kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Baturaden-Cilacap. Tahun 2009 penulis mengikuti Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi dan melaksanakan Praktek Magang di BKPH Lawu Selatan, KPH LAWU Ds. Tahun 2010 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Gunung Merapi, Provinsi Jawa Tengah dan DIY.

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, pada tahun 2010 penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Kajian Etnobotani Masyarakat di Sekitar Taman Nasional Gunung Merapi (Studi Kasus di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo, dan Ngablak)”. Di bawah bimbingan Bapak Ir. Siswoyo, M.SI dan Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS.


(9)

Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya bagi seluruh ciptaan-Nya. Sholawat serta salam kepada Rasulullah Muhammad SAW dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah sampai akhir jaman, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Mama dan Papa tercinta “kalianlah inspirasiku”, Oma “Thank’s for the gen”, adik-adikku tersayang, Eyang Putri, Eyang Kakung dan seluruh keluarga besar atas doa yang tulus, dukungan, bantuan moral, spiritual dan materiil, serta kasih sayang dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini .

2. Bapak Ir. Siswoyo M.Si dan Bapak Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS atas bimbingan, arahan, motivasi, petunjuk dan waktu yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Bahruni, MS sebagai dosen penguji dari Departemen Manajemen Hutan, Bapak Ir. Trisna Priadi, M.Eng.Sc sebagai dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan, dan Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M. Agr dari Departemen Silvikultur yang telah menguji dan memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Pengelola TNGM ( Bapak Tri, Bapak Irwan, Bapak Saifullah, Bapak Dhani dan Ibu Silvi).

5. Ariesta dan Laily terimakasih atas doa dan dukungan yang telah kalian berikan. 6. Seluruh Masyarakat sekitar hutan TNGM beserta rimbawan-rimbawan yang telah

berjasa kepada penulis selama pengambilan data dilapangan.

7. Arga, Junef, Yunus dan Pande terima kasih bantuan dan motivasi kepada penulis. 8. Keluarga besar KSHE 43 dan rekan Corps Rimbawan Fahutan Asik atas doa,

dukungan, dan bantuan teman-teman dalam kelancaran penyelesaian skripsi ini. 9. Semua pihak yang belum disebutkan yang telah membantu, mendukung, dan


(10)

Halaman

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN………. ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Manfaat Penelitian ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etnobotani ... 3

2.2 Keanekaragaman Sumberdaya Alam Hayati Indonesia ... 3

2.3 Sistem Pengetahuan Tradisional ... 4

2.4 Pemanfaatan Tumbuhan Berguna ... 4

2.4.1 Tumbuhan obat ... 5

2.4.2 Tumbuhan hias ... 6

2.4.3 Tumbuhan aromatik ... 6

2.4.4 Tumbuhan pangan ... 6

2.4.5 Tumbuhan pakan ternak ... 7

2.4.6 Tumbuhan penghasil pestisida nabati ... 7

2.4.7 Tumbuhan bahan pewarna ... 7

2.4.8 Tumbuhan bahan bangunan, anyaman dan kerajinan .... 8

2.4.9 Tumbuhan ritual adat dan keagamaan... 8

2.4.10 Tumbuhan penghasil kayu bakar ... 9

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu ... 10

3.2 Alat dan Bahan ... 10

3.3 Metode ... 11

3.3.1. Pengumpulan data ... 11

3.3.2. Identifikasi spesies tumbuhan berguna ... 14

3.3.3. Kriteria tumbuhan berguna potensial ... 14

3.3.4. Analisis data ... 14

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Fisik Kawasan ... 19

4.1.1. Sejarah, letak dan luas ... 19

4.1.2. Topografi ... 19

4.1.3. Tanah dan geologi ... 20

4.1.4. Iklim ... 20

4.2 Potensi Biotik ... 21


(11)

4.2.2. Fauna ... 22

4.3. Potensi Wisata Alam ... 23

4.4. Kondisi Sosial Ekonomi ... 23

4.4.1. Batas wilayah desa ... 24

4.4.2. Jumlah penduduk ... 24

4.4.3. Kelas umur ... 25

4.4.4. Tingkat pendidikan ... 25

4.4.5. Mata pencaharian ... 26

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden ... 27

5.1.1. Tingkat pendidikan ... 27

5.1.2. Mata pencaharian ... 28

5.1.3. Kelas umur ... 30

5.1.4. Jenis kelamin ... 31

5.2. Pemanfaatan Tumbuhan oleh Masyarakat di sekitar TNGM .... 31

5.2.1. Keanekaragaman hayati tumbuhan berguna berdasarkan habitusnya ... 31

5.2.2. Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan famili ... 32

5.2.3. Bagian tumbuhan yang digunakan ... 33

5.2.4. Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan kelompok manfaat/kegunaan oleh masyarakat di sekitar TNGM ... 34

5.2.4.1. Tumbuhan obat... 35

5.2.4.2. Tumbuhan hias ... 38

5.2.4.3. Tumbuhan aromatik ... 40

5.2.4.4. Tumbuhan penghasil pangan... 41

5.2.4.5. Tumbuhan penghasil pakan ternak ... 42

5.2.4.6. Tumbuhan penghasil pestisida nabati ... 43

5.2.4.7. Tumbuhan penghasil bahan pewarna dan tanin ... 44

5.2.4.8. Tumbuhan penghasil kayu bakar ... 44

5.2.4.9. Tumbuhan keperluan upacara adat ... 46

5.2.4.10 Tumbuhan penghasil bahan bangunan ... 47

5.2.4.11Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan 48 5.3. Interaksi Masyarakat Sekitar Dengan Kawasan TNGM ... 49

5.3.1. Norma-norma masyarakat di sekitar TNGM ... 51

5.3.2. Upacara nyadran ... 52

5.3.3. Upacara labuhan ... 53

5.3.4. Pengembangan spesies unggulan ... 54

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 55

6.2. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56


(12)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Jenis dan metode pengumpulan data ... 11

2. Jumlah responden yang diwawancarai di sekitar TNGM ... 13

3. Klasifikasi kelompok kegunaan sumberdaya alam hayati berupa tumbuhan ... 15

4. Klasifikasi kelompok penyakit/penggunaan dan macam penyakit/penggunaannya ... 15

5. Empat zona pemanfaatan wisata ... 23

6. Batas-batas wilayah lokasi penelitian ... 24

7. Jumlah penduduk ... 24

8. Kelas umur ... 25

9. Tingkat pendidikan ... 25

10. Mata pencaharian ... 26

11. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan formal ... 27

12. Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian ... 28

13. Harga jual beberapa komoditas pertanian ... 29

14. Tipologi masyarakat berdasarkan karakteristik kelompok umur ... 30

15. Rekapitulasi jumlah jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM ... 32

16. Keanekaragaman tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM berdasarkan bagian tumbuhan yang digunakan ... 33

17. Keanekaragaman tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM berdasarkan kelompok manfaat/kegunaan ... 34

18. Jumlah tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat berdasarkan lokasi ... 34

19. Beberapa jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM ... 37

20. Daftar produk olahan tumbuhan obat masyarakat di sekitar TNGM ... 38

21. Daftar jenis tumbuhan hias yang digunakan masyarakat di sekitar TNGM ... 39

22. Daftar jenis tumbuhan bahan aromatik yang dimanfaatkan masyarakat di sekitar TNGM ... 40

23. Beberpa jenis tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM ... 41

24. Daftar jenis tumbuhan pakan ternak yang digunakan masyarakat di sekitar TNGM ... 42

25. Daftar jenis tumbuhan sebagai penghasil pestisida nabati yang dimanfaatkan masyarakat di sekitar TNGM ... 43

26. Daftar jenis tumbuhan penghasil pewarna dan tannin yang masyarakat di sekitar TNGM ... 44

27. Daftar jenis tumbuhan penghasil kayu bakar yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM ... 45

28. Daftar jenis tumbuhan keprluan upacara adat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM ... 46


(13)

29. Daftar jenis tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat sekitar kawasan TNGM sebagai bahan bangunan ... 47 30. Jenis tumbuhan berguna yang digunakan masyarakat di sekitar TNGM

sebagai penghasil tali, anyaman dan kerajinan ... 48 31. Aturan-aturan adat masyarakat terhadap pemanfaatan tumbuhan di

dalam kawasan TNGM ... 51 32. Daftar jenis tumbuhan unggulan yang terdapat di kawasan TNGM ... 54


(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Peta lokasi penelitian di 4 (empat) desa di sekitar TNGM ... 10

2. Metode snowball ... 12

3. Wawancara dengan Mbah Marijan ... 12

4. Sawah masyarakat ... 30

5. Tanaman salak di pekarangan ... 30

6. Contoh aktivitas masyarakat ... 31

7. Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan famili ... 33

8. Jumlah bagian tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat di sekitar TNGM berdasarkan famili ... 35

9. Jumlah jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM ... 36

10. Jumlah bagian tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat di sekitar TNGM ... 36

11. Beberapa contoh tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat di TNGM ... 38

12. Beberapa contoh jenis tumbuhan hias ... 40

13. Pengepakan hasil panen ... 42

14. Gula jawa berasal dari kelapa ... 42

15. Tesek (Dodonea viscosa) ... 47

16. Bambu apus (Gigantochloa apus) ... 48

17. Pengerajin bambu ... 49

18. Kesenian Jaka tua ... 49

19. Kegiatan masyarakat pada saat upacara nyadran ... 53


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat di sekitar TNGM ... 61

2. Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan obat di sekitar TNGM .... 66

3. Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan di sekitar TNGM 68

4. Kuisioner kajian potensi tumbuhan berguna ... 70

5. Kuisioner masyarakat terhadap keberadaan TNGM ... 74

6. Data karakteristik responden masyarakat Desa Umbulharjo ... 76

7. Data karakteristik responden masyarakat Desa Sidorejo ... 77

8. Data karakteristik responden masyarakat Desa Wonodoyo ... 78

9. Data karakteristik responden masyarakat Desa Ngablak ... 79


(16)

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) terletak di Kabupaten Magelang, Boyolali, dan Klaten, Provinsi Jawa Tengah, serta Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas total kawasan TNGM seluas 6.410 ha, dengan rincian : di Provinsi Jawa Tengah seluas 5.126,01 ha dan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta seluas 1.283,99 ha (TNGM 2009).

Kawasan TNGM memiliki potensi keanekaragaman hayati berupa tumbuhan dan satwa liar. Jumlah jenis tumbuhan yang ditemukan di wilayah tersebut sebanyak 72 jenis, cendawan sebanyak 43 jenis, dan satwaliar sebanyak jenis 8 jenis mamalia dan 147 jenis burung (TNGM 2009).

Berdasarkan etnis/sukunya, masyarakat di desa-desa sekitar TNGM dapat dikelompokkan kedalam 2 (dua) macam, yaitu Etnis Jawa dengan adat-istiadat Jawa Tengah dan Etnis Jawa dengan adat-istiadat Yogyakarta. Kedua kelompok masyarakat Etnis Jawa tersebut diduga memiliki budaya yang masih memiliki nilai-nilai kearifan tradisional dalam pemanfaatan tumbuhan,

Dengan melihat potensi tumbuhan di kawasan TNGM dan budaya masyarakat di sekitar kawasan TNGM dalam pemanfaatan tumbuhan memungkinkan adanya interaksi masyarakat dengan kawasan tersebut, namun data dan informasi tentang jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat dan tingkat interaksinya belum tersedia.

Adanya pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat sekitar di kawasan TNGM sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari kepada masyarakat di sekitar TNGM, hal tersebut merupakan pengetahuan yang sangat berharga dan merupakan kekayaan budaya yang perlu digali agar pengetahuan tradisional tersebut tidak hilang.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dan dalam rangka menunjang upaya pelestarian dan pemanfaatannya maka kajian etnobotani oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM ini perlu dilakukan.


(17)

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui dan mengidentifikasi pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat di sekitar TNGM.

2. Mengetahui interaksi masyarakat sekitar dengan keanekaragaman tumbuhan di kawasan TNGM.

1.3 Manfaat Penelitian

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat diperoleh data dan informasi yang dapat digunakan sebagai acuan bagi pihak pengelola TNGM bersama masyarakat dalam menyusun kebijakan terkait dengan pelestarian pemanfaatan tumbuhan di kawasan tersebut.


(18)

2.1 Etnobotani

Chandra (1990) diacu dalam Soekarman dan Riswan (1992) menyebutkan bahwa etnobotani berasal dari dua kata, yaitu etnos (berasal dai bahasa Yunani) yang berarti bangsa dan botany yang berarti tumbuh-tumbuhan. Menurut Soekarman dan Riswan (1992) istilah etnobotani sebenarnya sudah lama dikenal, etnobotani sebagai ilmu mempelajari pemanfaatan tumbuhan secara tradisional oleh suku-suku terkecil, saat ini menjadi perhatian banyak pakar karena keberadaanya dan statusnya. Rifai dan Waluyo (1992) mengemukakan bahwa etnobotani adalah mendalami hubungan budaya manusia dengan alam nabati sekitarnya. Dalam hal ini diutamakan pada persepsi dan konsepsi budaya kelompok masyarakat dalam mengatur sistem pengetahuan tentang tumbuhan yang dimanfaatkan di dalam masyarakat tersebut.

Status etnobotani sebagai ilmu tidak mengalami masalah, akan tetapi status obyek penelitiannya sangat rawan karena cepatnya laju erosi sumber daya alam, terutama flora dan pengetahuan tradisional pemanfaatan tumbuhan dari suku bangsa tertentu. Untuk menunjang hal tersebut diperlukan pendokumentasian berupa dokumen tertulis, foto, majalah, film, atau dilakukan dengan pengumpulan spesimen (Soekarman & Riswan 1992).

2.2 Keanekaragaman Sumberdaya Alam Hayati Indonesia

Sumberdaya hayati Indonesia yang begitu besar baik yang berupa tumbuhan, hewan, maupun jasad renik sangat beranekaragam. Menurut Soekarman dan Riswan (1992), Indonesia diperkirakan dihuni oleh kurang lebih 100-150 suku tumbuhan meliputi 25-30 ribu jenis tumbuh-tumbuhan yang ada di hutan-hutan.

Kekayaan keanekaragaman hayati tersebut merupakan salah satu modal dasar dalam pelaksanaan pembangunan nasional, sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, pemanfaatan tersebut harus sesuai dengan kemampuan(carrying capacity), karakteristik, dan fungsinya (Ismanto 2007).


(19)

   

Mengingat pentingnya keanekaragaman hayati sebagai penyedia berbagai barang dan jasa, mulai dari pangan, energi, dan bahan produksi hingga sumber daya genetik bahan dasar pemuliaan tanaman komoditas serta obat dan selain berfungsi juga untuk mendukung sistem kehidupan, maka pemanfaatan keanekaragaman hayati harus dilakukan dengan benar (Noor 2007).

2.3 Sistem Pengetahuan Tradisional

Pengetahuan merupakan kapasitas manusia untuk memahami dan menginterpretasikan baik hasil pengamatan maupun pengalaman, sehingga bisa digunakan untuk meramalkan ataupun sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan (Kartikawati 2004). Menurut Soekarman dan Riswan (1992), pengetahuan tradisional adalah pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat lokal secara turun-temurun. Pusat dari pengetahuan tradisional mengenai pemanfaatan tumbuhan ini umumnya dijumpai di negara-negara berkembang, yang umumnya terletak pada kawasan tropika baik di Amerika, Afrika, dan Asia. Di negara-negara ini pula terdapat suku bangsa yang merupakan sumber dari pengetahuan tradisional serta sumber daya hayati yang meliputi tumbuhan, hewan dan jasad renik.

Pada masyarakat lokal, sistem pengetahuan tentang tumbuhan merupakan pengetahuan dasar yang amat penting dalam mempertahankan kelangsungan hidup mereka. Dalam lingkup kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia, ketergantungan hidup masyarakat kepada sumber daya alam yang tersedia tercermin dalam berbagai bentuk tatanan adat istiadat yang kuat (Setyowati & Wardah 2007). Nopandry (2007) mengemukakan bahwa secara tradisional, masyarakat memiliki kearifan lokal yang merupakan potensi dan kekuatan dalam pengelolaan suatu kawasan hutan. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan mereka yang diiringi dengan eksistensi hutan selama beratus-ratus tahun yang merupakan suatu bukti peradaban dan potensi dalam pelestarian hutan.

2.4 Pemanfaatan Tumbuhan Berguna

Indonesia memiliki hutan yang sangat luas, tercatat 143.970.000 hektar luasan hutan tersebar di seluruh pulau. Tidak heran jika hutan yang sangat luas


(20)

   

itu, memiliki keanekaragaman tumbuhan yang sangat tinggi (Sastrapradja et al. 1992).

Dalam perkembangan hidupnya, manusia mengenal betul keadaan sekelilingnya dan memperhatikan segala sesuatu yang bias dipakai untuk mempertahankan hidupnya. Salah satu benda hidup yang berada di sekitar manusia adalah tumbuhan. Manusia benar-benar memperhatikan tumbuh-tumbuhan karena merupakan salah satu benda yang sangat penting dalam menjaga kelangsungan hidupnya, yaitu sebagai sumber makanan pokok (Kartiwa & Martowikrido 1992).

Menurut Purwanto dan Walujo (1992), tumbuhan berguna dikelompokkan berdasarkan pemanfaatannya antara lain tumbuhan sebagai bahan pangan, sandang, bangunan, obat-obatan, kosmetik, alat rumah tangga dan pertanian, tali-temali, anyaman, pelengkap upacara adat dan kegiatan sosial, minuman dan kesenian.

2.4.1 Tumbuhan obat

Menurut Zuhud et al. (1994), tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan obat yang diketahui dan dipercaya mempunyai khasiat obat, yang dikelompokkan menjadi 3 kelompok tumbuhan obat, yaitu: (1) Tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan obat tradisional; (2) Tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengadung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis; dan (3) Tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah atau penggunannya sebagai bahan obat tradisional.

Keuntungan obat tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan sendiri, murah dan dapat diramu sendiri di rumah (Zein 2005). Bagi masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal di pedesaan (di sekitar hutan), maka pemanfaatan tumbuhan sebagai obat untuk kepentingan kesehatannya


(21)

   

bukanlah merupakan hal yang baru tetapi sudah berlangsung cukup lama (Uji et al. 1992).

2.4.2 Tumbuhan hias

Secara umum, tanaman hias dikelompokkan menjadi dua, yaitu tanaman hias daun dan tanaman hias bunga. Tanaman hias daun yaitu jenis tanaman hias yang memiliki bentuk dan warna daun yang unik. Daya tarik tanaman hias bunga terletak pada bentuk, warna, dan aroma bunganya (Ratnasari 2007).

2.4.3 Tumbuhan aromatik

Tumbuhan penghasil aroma atau wangi-wangian dikenal dengan istilah penghasil minyak atsiri. Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri berbau dan aroma karena fungsi utamanya adalah sebagai pengharum baik parfum, kosmetik, penyegar ruangan, sabun, pasta gigi, pemberi rasa pada makanan maupun produk rumah tangga (Kartikawati 2004).

Menurut Heyne (1987), tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri diantaranya adalah dari famili Lauraceae, misalnya kulit kayu manis (Cinnamomum burmanii); Poaceae. Misalnya akar wangi (Andropogon zizanoides); Santalaceae, misalnya cendana (Santalum album); Zingiberaceae, misalnya jahe (Zingiber offcinale); Annonaceae, misalnya kenanga (Canangium odoratum) dan sebagainya.

2.4.4 Tumbuhan penghasil pangan

Tumbuhan pangan digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) Komoditas utama: padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar dan ubi kayu; (2) Komoditas potensial: sorgum, gude, kacang tunggak, wijen, talas, ubi kelapa dan sagu; dan (3) Komoditas introduksi: terigu, jawawut, kara, ganyong (Soekarman & Riswan 1992). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kartikawati (2004), sumber makanan pokok dan sumber karbohidrat masyarakat Dayak Meratus selain padi adalah sagu aren (Arenga pinnata), gadung (Dioscorea hispida), ubi kayu (Manihot utillisima), talas (Colocasia esculata), ubi jalar/lelayap (Ipomea batatas), lumbu (Colocasia gigantea), jagung (Zea mays), dan jawau/gumbili (Dioscore esculata).


(22)

   

2.4.5 Tumbuhan pakan ternak

Pada umumnya jenis tumbuhan hutan yang bermanfaat sebagai pakan ternak adalah tumbuhan bawah dan perdu. Jenis tumbuhan bawah atau semak yang banyak dimanfaatkan adalah jenis rumput gajah (Acleracne punctata Roxb) dan alang-alang (Imperata cylindrica (L) Beauv) (Ardiansyah 2008). Menurut Manetje dan Jones (1992) diacu dalam Kartikawati (2004), pakan ternak adalah tanaman konsentrasi rendah dan mudah dicerna yang merupakan penghasil pakan bagi satwa herbivora. Jenis ini bisa dibudidayakan dan mudah dijumpai. misalnya di padang rumput, pematang sawah, tebing, dan tanaman pentup pada perkebunan. Salah satu jenisnya adalah rumput pahit (Axonopus compressus).

2.4.6 Tumbuhan penghasil pestisida nabati

Greshof (1893) diacu dalam Hamid dan Nuryani (1992) melaporkan bahwa tumbuhan penghasil racun ikan/hama di dunia tidak kurang dari 48 suku. Baru 3 jenis yang diteliti, yaitu: (1) Akar tuba (Derris elliptica Benth); (2) Pyrethrum (Chrysanthemum cinerariaefolium Vis); dan (3) Bangkuang (Pachyrrhizus erosus).

2.4.7 Tumbuhan bahan pewarna

Menurut Lemmens dan Soetjipto (1999) diacu dalam Inama (2008), pewarna nabati adalah pewarna yang berasal dari tumbuhan. Sebagian besar warna dapat diperoleh dari tumbuhan seperti warna kuning, merah, biru, cokelat, dan warna hitam.

Menurut Rostiana et al. (1992), masyarakat pada umumnya membuat warna hijau alami secara tradisional dengan menggunakan daun suji (Pleomele angutifolia) atau daun pandan (Pandanus tectorius). Heyne (1987) mengemukakan, masyarakat Indonesia telah banyak menggunakan tumbuhan sebagai bahan pewarna nabati dan sudah lama mengenal pewarna alami tumbuhan untuk makanan, seperti daun suji (Pleomele angustifolia N. E. Brown.) untuk warna hijau, daun (Iresine herbstii Hook). Untuk warna merah pada agar-agar, rimpang kunyit (Curcuma domestica Valeton.) untuk warna kuning, kulit kayu soga (Peltophorum pterocarpum Backer.) sebagai bahan pewarna cokelat untuk


(23)

   

Bagi masyarakat adat tumbuhan penghasil bahan bangunan berfungsi sebagai bahan untuk membangun rumah, sarana beribadat dan sarana transportasi pewarna batik.

2.4.8 Tumbuhan bahan bangunan, anyaman dan kerajinan

Berdasarkan penelitian Purwanto dan Walujo (1992) terhadap Suku Dani diketahui bahwa masyarakat Suku Dani di pedalaman Irian Jaya pada umumnya telah mengenal berbagai jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Bahan bangunan utama pada masyarakat suku Dayak Meratus adalah pohon-pohon dihutan, rotan dan bambu. Jenis-jenis yang umum digunakan adalah sengon (Paraserienthes falcataria), jati (Tectona grandis), ulin (Eusideroxylon zwageri), dan sebagainya (Kartikawati 2004). Bahan kerajinan dan anyaman lebih banyak didominasi oleh jenis bambu tali (Bamboosa sp), sedangkan cara pengambilan bambu dilakukan masyarakat secara berkelompok (Ardiansyah 2008).

2.4.9 Tumbuhan ritual adat dan keagamaan

Kartiwa dan Martowikrido (1992) mengemukakan bahwa di berbagai etnis atau daerah jenis tumbuh-tumbuhan yang dipakai dalam upacara berbeda-beda menurut pengetahuan masyarakat masing-masing, tetapi banyak penggunaan bahan- bahan yang sama, misalnya daun dan bunga sirih yang hampir semua etnis menggunakan jenis tumbuhan tersebut didalam upacara-upacara tertentu.

Salah satu contoh pemanfaatan tumbuhan untuk upacara tradisional yaitu upacara tradisional pada masyarakat suku Banjar. Upacara tradisional yang masih dilaksanakan oleh suku Banjar adalah upacara “manaradak”, upacara “manuping”, upacara “manyanggar danau”, upacara “manyanggar banua”, upacara “maarak kitab bukhari”, upacara “bamuludan”, upacara “batajak” rumah, upacara yang berkaitan dengan peristiwa alam, dan upacara yang berkaitan dengan daur hidup. Misalnya untuk hiasan upacara digunakan tebu kuning, tebu (betung) merah, mayang bungkus, mayang urai, beringin kurung, anyaman janur kuning, dan lain-lain. Tumbuhan bagi orang Banjar tidak hanya digunakan untuk upacara adat, tetapi juga digunakan untuk kekuatan ilmu hitam dan penangkis ilmu hitam itu sendiri. Dengan demikian upacara itu sendiri sebenarnya untuk mendatangkan


(24)

   

kesejahteraan bagi pelaksananya baik kerabat maupun masyarakat dan kampungnya (Asnawi 1992).

2.4.10 Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar

Sebagian masyarakat pemungut kayu bakar (Jawa = rencek) yang berasal dari potongan-potongan kayu, ranting-ranting yang jatuh ke permukaan tanah. Adapun kriteria tumbuhan yang dijadikan bahan kayu bakar menurut Sutarno (1996) diacu dalamArafah (2005) antara lain :

1. Tahan terhadap kekeringan dan toleran iklim.

2. Pertumbuhan tajuk baik, setiap tumbuh pertunasan yang baru.

3. Pertumbuhan cepat, volume hasil kayu maksimal tercapai dalam waktu yang singkat.

4. Kadar air rendah dan mudah dikeringkan.

5. Menghasilkan kayu yang padat dan tahan lama ketika dibakar. 6. Menghasilkan sedikit asap dan tidak beracun apabila dibakar.


(25)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di empat desa di sekitar TNGM, yaitu: Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman; Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten; Desa Wonodoyo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali; dan Desa Ngablak, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Waktu penelitian selama kurang lebih 2 bulan, yaitu dari bulan Juni sampai Agustus 2010.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian di (empat) Desa di sekitar TNGM (Sumber: BAPLAN Bogor 2009).

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: kamera digital, sasak, kantong plastik, kuisioner, alat perekam suara, koran, tally sheet, alat tulis- menulis, kompas, label gantung, meteran, tali rafia, komputer dan perlengkapannya, sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara


(26)

lain: dokumen atau laporan, literatur, laporan, serta keterangan mengenai Desa yaitu (data monografi Desa), tumbuhan untuk herbarium, dan alkohol 70%.

3.3 Metode

3.3.1 Pengumpulan Data

3.3.1.1Jenis data yang dikumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan antara lain pemanfaatan tumbuhan berguna oleh masyarakat di sekitar TNGM, potensi tumbuhan berguna di sekitar TNGM dan foto spesies-spesies tumbuhan berguna. Data sekunder yang dikumpulkan yaitu kondisi umum lokasi penelitian dan jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar TNGM. Jenis dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini secara rinci disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan metode pengumpulan data

No. Jenis Data Data dan Informasi Yang Dikumpulkan Metode Pengumpulan Data 1 Primer 1. Etnobotani

Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM ( Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak):

a. Nama lokal b. Nama ilmiah c. Famili d. Habitat e. Habitus f. Kegunaan

g. Bagian tumbuhan yang digunakan h. Cara penggunaan

1. Survei lapang 2. Wawancara

dengan masyarakat

2

Sekunder

1. Kondisi umum lokasi penelitian a. Sejarah Kawasan

b. Letak dan luas c. Topografi d. Iklim

e. Kondisi sosial ekonomi

2. Spesies tumbuhan berguna

a. Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan b. Habitus

c. Habitat d. Kegunaan

e. Bagian tumbuhan yang digunakan f. Cara penggunaan


(27)

3.3.1.2 Teknik pengumpulan data a. Pengumpulan data primer

1) Etnobotani

Data etnobotani dikumpulkan dengan melakukan wawancara secara semi terstruktur dengan menggunakan kuisioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan tumbuhan yang ada di sekitar TNGM. Pemilihan responden dilakukan dengan menggunakan metode snowball (Gambar 2) dan jumlah yang diwawancarai sebanyak 120 orang dengan rincian seperti tersaji pada Tabel 2.

Gambar 2 Metode snowball. Keterangan : R = Remaja

D = Dewasa L = Lansia

Gambar 3 Wawancara dengan Mbah Marijan. Kepala Adat

Kepala kampung

Pengguna Pengguna

Tabib

Pengguna Dukun


(28)

Tabel 2 Jumlah responden yang diwawancarai di sekitar TNGM

No Responden Kelas Umur Jumlah Responden (orang) 1 2 3 4 5 Kepala adat Kepala kampung Dukun Tabib Pengguna Lansia Dewasa Lansia Dewasa Lansia Remaja Dewasa 2 4 1 2 23 2 86

Jumlah 120

2) Pembuatan herbarium

Herbarium merupakan koleksi spesimen tumbuhan yang terdiri dari bagian-bagian tumbuhan (ranting lengkap dengan daun, buah, dan bunga). Herbarium dapat dibuat dengan cara basah ataupun kering. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembuatan herbarium ini adalah:

a) Mengambil contoh herbarium yang terdiri dari ranting lengkap dengan daunnya, jika ada bunga dan buahnya juga diambil.

b) Pengambilan contoh herbarium dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan wawamcara dengan masyarakat.

c) Contoh herbarium dipotong dengan menggunakan gunting sepanjang kurang lebih 40 cm.

d) Kemudian contoh herbarium dimasukkan ke dalam kertas koran dengan memberikan etiket yang berukuran 3 cm x 5 cm. Etiket berisi keterangan tentang nomor spesies, nama lokal, lokasi pengumpulan dan nama pengumpul/kolektor.

e) Selanjutnya beberapa herbarium disusun diatas sasak yang terbuat dari bambu dan disemprot dengan alkohol 70%.

f) Herbarium selanjutnya dioven dengan suhu 500C-700C selama ± 2 jam.

g) Herbarium yang sudah kering lengkap dengan keterangan-keterangan yang diperlukan diidentifikasi untuk mendapatkan nama ilmiahnya di Laboratorium Konservasi Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB dan LIPI.


(29)

b. Pengumpulan data sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan melalui studi literatur, yaitu meliputi kondisi umum lokasi 4 (empat) Desa, yaitu: Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo, Ngablak dan jenis-jenis tumbuhan yang ada di sekitar TNGM dari berbagai laporan survei dan penelitian yang pernah dilakukan oleh berbagai instansi terkait.

3.3.2 Identifikasi spesies tumbuhan berguna

Identifikasi spesies tumbuhan berguna dilakukan dengan melakukan cek silang dengan berbagai buku/literatur tentang tumbuhan berguna yang ada, meliputi: nama lokal, nama ilmiah, nama famili, habitus, kegunaan, dan bagian yang digunakan. Literatur yang digunakan dalam mengidentifikasi spesies tumbuhan berguna antara lain Heyne (1987), Haryanto (2009), Hariana (2005), Zuhud et al. (1994), Zuhud et al. (2000), dan Zuhud et al. (2001).

3.3.3 Kriteria tumbuhan berguna potensial

Dalam menentukan jenis-jenis tumbuhan berguna potensial, ada beberapa faktor yang biasanya dijadikan sebagai dasar pemilihan. Menurut Purnawan (2006), faktor-faktor tersebut antara lain: (1) Ekologis, karena jenis tersebut langka atau terancam punah; (2) Ekonomis, karena jenis tersebut memiliki potensi ekonomi yang tinggi bila dikembangkan; (3) Manfaat, karena jenis tersebut memiliki kegunaan yang cukup banyak; (4) Seluruh bagian tumbuhan dari jenis tersebut dapat dimanfaatkan oleh manusia (daun, batang, akar, bunga, dan buah). 3.3.4 Analisis data

Hasil identifikasi tumbuhan yang telah diperoleh kemudian disusun berdasarkan spesies dan familinya untuk dianalisis secara deskriptif kualitatif. Setiap spesies tumbuhan dianalisis mengenai potensi, habitus, kegunaan, dan bagian tumbuhan yang digunakan.

3.3.4.1 Klasifikasi Kelompok Kegunaan

Data hasil identifikasi selanjutnya dikelompokkan berdasarkan manfaat dari masing-masing tumbuhan, seperti tersaji pada pada Tabel 3.


(30)

Tabel 3 Klasifikasi kelompok kegunaan sumberdaya alam hayati berupa tumbuhan

No Kelompok Kegunaan 1 Tumbuhan obat

2 Tumbuhan hias 3 Tumbuhan aromatik

4 Tumbuhan penghasil pangan 5 Tumbuhan pakan ternak

6 Tumbuhan penghasil pestisida nabati 7 Tumbuhan penghasil serat

8 Tumbuhan bahan pewarna dan tanin 9 Tumbuhan penghasil bahan bangunan

10 Tumbuhan keperluan ritual adat dan keagamaan 11 Tumbuhan anyaman dan kerajinan

12 Tumbuhan penghasil kayu bakar 13 Tumbuhan sebagai tolak balak 14 Lainnya

Sumber : Purwanto dan Walujo (1992)

3.3.4.2 Klasifikasi kelompok penyakit/penggunaan tumbuhan obat

Khusus untuk tumbuhan obat, dilakukan pengklasifikasian lebih lanjut berdasarkan kelompok penyakit/kegunaannya, seperti tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4 Klasifikasi kelompok Penyakit/penggunaan dan macam penyakit/penggunaannya.

No. Kelompok

Penyakit/Penggunaan Macam Penyakit/Penggunaan

1 Gangguan Peredaran Darah Darah kotor, kanker darah, kurang darah, dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan darah

2 Keluarga Berencana (KB) KB, membatasi kelahiran, pencegah kehamilan, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan KB 3 Penawar Racun Digigit lipat, digigit serangga, keracunan jengkol,

keracunan makanan, penawar racun, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan keracunan

4 Pengobatan Luka Luka, luka bakar, luka baru, luka memar, luka bernanah, infeksi luka, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan luka

5 Penyakit Diabetes Kencing manis (diabetes), menurunkan kadar gula darah, sakit gula, dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan penyakit diabetes

6 Penyakit Gangguan Urat Syaraf

Lemah urat syaraf, susah tidur, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan gangguan urat syaraf


(31)

Tabel 4 (Lanjutan) No. Kelompok

Penyakit/Penggunaan Macam Penyakit/Penggunaan 7 Penyakit Gigi Gigi rusak, penguat gigi, saki gigi, dan penggunaan

lainnya yang berhubungan dengan gigi

8 Penyakit Ginjal Ginjal, sakit ginjal, gagal ginjal, batu ginjal, kencing batu, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan ginjal 9 Penyakit Jantung Sakit jantung, stroke, jantung berdebar-debar, tekanan

darah tinggi (hipertensi), dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan jantung

10 Penyakit Kanker/Tumor Kanker rahim, kanker payudara, tumor rahim, tumor payudara, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kanker dan tumor

11 Penyakit Kelamin Beser mani (spermatorea), gatal di sekitar alat kelamin, impoten, infeksi kelamin, kencing nanah, lemah syahwat (psikoneurosis), raja singa/sifilis, sakit kelamin, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kelamin 12 Penyakit Khusus Wanita Keputihan, terlambat haid, haid terlalu banyak, tidak

datang haid, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit khusus wanita

13 Penyakit Kulit Koreng, bisul, panu, kadas, kurap, eksim, cacar, campak, borok, gatal, bengkak, luka bernanah, kudis, kutu air, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kulit 14 Penyakit Kuning Liver, sakit kuning, heoatitis, penyakit hati, hati bengkak,

dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit kuning

15 Penyakit Malaria Malaria, demam malaria, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan malaria

16 Penyakit Mata Radang mata, sakit mata, trakoma, rabun senja, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan mata 17 Penyakit Mulut Gusi bengkak, gusi berdarah, mulut bau dan mengelupas,

sariawan, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit mulut

18 Penyakit Otot dan Persendian

Asam urat, bengkak kelenjar, kejang perut, kejang-kejang, keseleo, nyeri otot, rematik, sakit otot, sakit persendian, sakit pinggang, terkilir, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan otot dan persendian

19 Penyakit Telinga Congek, radang anak telinga, radang telinga, radang telinga tengah (otitis media), sakit telinga, telinga berair, telinga berdenging, telinga terasa gatal, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan telinga

20 Tonikum Obat kuat, tonik, tonikum, penambah nafsu makan, kurang nafsu makan, meningkatkan enzim pencernaan, patah selera, astringen/pengelat, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan tonikum

21 Penyakit Tulang Patah tulang, sakit tulang, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan tulang


(32)

Tabel 4 (Lanjutan) No. Kelompok

Penyakit/Penggunaan Macam Penyakit/Penggunaan 22 Penyakit Saluran

Pembuangan

Ambeien, gangguan prostat, kencing darah, peluruh kencing, peluruh keringat, sakit saluran kemih, sembelit, susah kencing, wasir, wasir berdarah, dan penggunaan lainnya yang berhubungan penyakit saluran pembungan 23 Penyakit Saluran

Pencernaan

Maag, kembung, masuk angin, sakit perut, cacingan, murus, peluruh kentut, karminatif, muntah, diare, disentri, sakit usus, kolera, muntaber, berak lendir, usus buntu, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan saluran pencernaan

24 Penyakit Saluran Pernafasan/THT

Asma, batuk, flu, influenza, pilek, sesak nafas, sakit tenggorokan, TBC, TBC paru, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan saluran penafasan/THT 25 Perawatan Kehamilan dan

Persalinan

Keguguran, perawatan sebelum/sesudah

melahirkan/persalinan, penyubur kandungan, susu bengkak, ASI, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kehamilan dan kelahiran

26 Perawatan Organ Tubuh Wanita

Kegemukan, perawatan organ kewanitaan, pelangsing, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan organ tubuh wanita

27 Perawatan Rambut, Muka, Kulit

Penyubur rambut, penghalus kulit, menghilangkan ketombe, perawatan muka, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan rambut, muka, dan kulit

28 Sakit Kepala dan Demam Sakit kepala, demam, demam pada anak-anak, demam menggigil, penurun panas, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan sakit kepala dan demam

29 Lain-lain Limpa bengkak, beri-beri, sakit kuku, sakit sabun, obat tidur, obat gosok, penenang, dan penggunaan lainnya yang tidak tercantum di atas.

Sumber: Zuhud et al. (2000)

3.3.4.3 Persentase Habitus

Persentase habitus merupakan besarnya suatu jenis habitus yang digunakan terhadap seluruh habitus yang ada. Habitus tersebut meliputi pohon, semak, perdu liana, dan herba. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung persentase habitus, yaitu sebagai berikut :


(33)

3.3.4.4 Persentase Bagian yang Dimanfaatkan

Persentase bagian tumbuhan yang digunakan meliputi bagian tumbuhan yang dimanfaatkan mulai dari bagian tumbuhan yang paling atas/daun sampai ke bagian bawah/akar. Untuk menghitung persentase bagian yang digunakan digunakan rumus :


(34)

4.1. Keadaan Fisik Kawasan 4.1.1. Sejarah, letak dan luas

Kawasan Gunung Merapi merupakan kawasan lindung sejak tahun 1931 dengan tujuan penetapan kawasan adalah untuk perlindungan sumber air, sungai dan penyangga sistem kehidupan Kabupaten/Kota Sleman, Yogyakarta, Klaten, Boyolali, dan Magelang. Pada tahun 1975, Menteri Pertanian menetapkan sebagian kawasan hutan lindung Gunung Merapi menjadi Cagar Alam Plawangan Turgo. Pada tahun 1984 Menteri Kehutanan merubah sebagian kawasan lindung Gunung Merapi yang ada di Yogyakarta menjadi Taman Wisata Alam Plawangan Turgo. Selanjutnya di tahun 1989 Menteri Kehutanan menunjuk Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Plawangan Turgo seluas 282,25 ha yang terletak di Kabupaten Sleman, Provinsi D.I Yogyakarta, dan pada tahun 2004 Menteri Kehutanan mengubah fungsi kawasan Hutan Lindung (HL), Cagar Alam (CA) dan Taman Wisata Alam (TWA) pada kelompok hutan Gunung Merapi seluas kurang lebih 6.410 ha, Penunjukan Kawasan Gunung Merapi sebagai taman nasional adalah dengan SK Menhut 134/Menhut-II/2004 tanggal 4 Mei 2004.

Kawasan TNGM terletak di tiga kabupaten Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten; Sedangkan kawasan TNGM di Provinsi D.I Yogyakarta terletak di satu kabupaten yaitu Kabupaten Sleman. Luas total kawasan adalah 6.410 ha (5.126,01 ha di Jateng dan 1.283,99 ha di DIY). Taman Nasional Gunung Merapi terletak pada koordinat 110o15’-110o37’ BT dan 07o22’– 07o52’ LS.

4.1.2. Topografi

Secara umum kondisi topografi di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi merupakan bentang alam yang sangat khas, yaitu puncak Merapi dengan lerengnya yang menuju kesegala arah dengan lereng yang sangat curam di wilayah yang dekat dengan puncak dan semakin melandai kearah bawah. Lereng Merapi di bagian Timur (Selo) relatif lebih terjal, sementara di bagian Barat dan Utara (Babadan, Kinahrejo) relatif lebih landai.


(35)

Arah letusan gunung api sangat jarang menuju ke Timur, yang paling sering menuju ke arah Barat Daya. Proses letusan sering terjadi, dan lereng Barat sering menerima dampak letusan, sehingga lereng Barat akan semakin landai. Wilayah puncak Gunung Merapi sampai ketinggian tempat 1.500 m dpl, merupakan daerah terjal dengan kemiringan lebih dari 30o. Wilayah yang paling luas adalah kawasan dengan kemiringan 12 - 30o terletak pada ketinggian tempat 750 – 1.500 m dpl, dan daerah inilah yang merupakan daerah resapan air.

4.1.3. Tanah dan geologi

Kawasan ini berjenis tanah Regosol dan mendominasi kawasan gunung Merapi. Dengan masih aktifnya gunung Merapi menjadikan material vulkanis merupakan bahan induk tanah di kawasan ini. Dengan demikian tanahnya merupakan tanah muda karena belum mengalami perkembangan profil. Tanah di kawasan ini dicirikan oleh warna kelabu sampai kehitaman dengan tekstur pasiran. Struktur tanah belum terbentuk sehingga masih merupakan struktur granuler. Dengan struktur ini maka kemampuan untuk menyerap air cukup tinggi, namun kandungan bahan organiknya relatif rendah. Kemasaman tanah pada umumnya netral.

Secara geologis, wilayah Taman Nasional Gunung Merapi terletak pada perpotongan antara dua sesar, yaitu sesar transversal dan sesar longitudinal Pulau Jawa. Batuan utama penyusun Gunung Merapi terdiri dari 2 fase yaitu :

1. Endapan vulkanik Gunung Merapi Muda yang tersusun oleh tufa, lahar, breksi, dan lava andesitis hingga basaltis yang merata di seluruh wilayah Gunung Merapi.

2. Endapan vulkanik kwarter tua yang terdapat secara lokal pada topografi perbukitan kecil disekitar Gunung Merapi Muda, yang merupakan bagian dari aktivitas Gunung Merapi Tua, yaitu terdapat di bukit Gono, Turgo, Plawangan, Maron dan dinding bagian Timur kawah gunung api Merapi (Geger Boyo).

4.1.4. Iklim

Secara klimatologis, keberadaan kawasan TNGM masuk wilayah iklim muson tropis, yang dicirikan dengan hujan dengan intensitas yang tinggi pada


(36)

musim hujan (November-April) yang kemudian berganti dengan bulan-bulan kering (April-Oktober). Hujan tahunannya berkisar antara 2.500-3.500 mm.

Tipe iklim berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Fergusson termasuk tipe iklim C atau agak basah. Curah hujan bervariasi dengan curah hujan terendah sebesar 875 mm per tahun dan curah hujan tertinggi sebesar 2.527 mm per tahun. Curah hujan di kawasan TNGM pada masing-masing kabupaten adalah sebagai berikut :

1. Kabupaten Magelang: 2.252 – 3.627 mm/tahun 2. Kabupaten Boyolali: 1.856 – 3.136 mm/tahun 3. Kabupaten Klaten: 902 – 2.490 mm/tahun 4. Kabupaten Sleman: 1.869,8 – 2.495 mm/tahun

Variasi hujan di sepanjang lereng Gunung Merapi dipengaruhi oleh hujan orografis. Seperti juga wilayah muson tropis lainnya, variasi suhu dan kelembaban udara pada dasarnya tidaklah menyolok. Suhu berkisar antara 20-33oC dan kelembaban udara bervariasi antara 80 - 99%.

4.2. Potensi Biotik 4.2.1. Flora

Pada kawasan hutan Gunung Merapi dijumpai kurang lebih 72 jenis flora. Hutan primer didominasi oleh jenis Castanopsis argentea, sedangkan hutan sekunder dan hutan tanaman didominasi oleh jenis Puspa (Schima wallichii) dan Pinus (Pinus merkusii). Disamping itu, di kawasan hutan ini dapat dijumpai jenis anggrek endemik dan langka, yaitu Vanda tricolor. Jenis anggrek lainnya yang ada dikawasan ini tidak kurang dari 47 jenis, antara lain Dendrodium saggitatum, D. crumenatum, Eria retusa, Oboronia similis, dan Spathoglottis plicata (TNGM 2009).

Tumbuhan lain yang banyak ditemui adalah bambu. Berdasarkan hasil inventarisasi bambu yang dilakukan tim PKL DKSHE IPB tahun 2009 menyebutkan ada 8 jenis bambu yang terdapat di TNGM. Jenis-jenis tersebut antara lain Gigantochloa apus (bambu apus), Gigantochloa pseudoarundinacea (bambu gombong/andong/surat), Dendrocalamus asper (bambu betung), Bambusa spinosa (bambu gesing), Bambusa arudinacea (bambu ori), Gigantochloa atter


(37)

(bambu legi), Bambusa vulgaris (bambu ampel), dan Phyllostachys aurea (Bambu cendani) (TNGM 2009).

Jenis tumbuhan lain yang telah diinventarisasi adalah paku-pakuan. Jenis paku-pakuan yang ditemukan di kawasan TNGM sebanyak 24 jenis antara lain: Adiantum cuneatum, Adiantum tenerum, Blechnum patersonii, Botrychium daucifollium, dan Cyathea contaminans. Jenis-jenis flora lainnya antara lain Acacia decurens, Euphatorium inufolium, Lithocarpus elegans, Leucaena glauca, Melia azeadirach, Erythrina variegata,dan Ficus alba (TNGM 2009).

4.2.2. Fauna

Potensi fauna di kawasan Gunung Merapi mencakup mamalia, reptil, dan burung. Beberapa jenis mamalia yang ditemukan di TNGM, diantaranya macan tutul (Panthera pardus), Kucing besar (Felis sp), musang (Paradoxurus hermaphroditus), bajing kelapa (Calosciurus notatus), monyet ekor panjang (Macaca fasicularis), dan rusa (Cervus timorensis).

Hasil inventarisasi tahun 2009 menunjukan bahwa kawasan Gunung Merapi memiliki 152 jenis burung. Beberapa diantaranya memiliki status endemik dengan wilayah sebaran terbatas, yaitu antara lain elang jawa (Spizaetus bartelsi), bondol jawa (Lonchura leucogastroides), burung madu jawa (Aethopyga mystacalis), burung madu gunung (A. eximia), cabai gunung (Dicaeum sanguinolentum), Cekakak jawa (Halcyon cyanoventris), gemak tegalan (Turnix sylvatica), dan Serindit jawa (Loriculus pusillus). Beberapa jenis lainnya, seperti elang hitam (Ictinaetus malayensis), jalak suren (Sturnus contra), betet (Psittacula alexandri), alap-alap macan (Falco severus), elang bido (Spilornis cheela), dan walet gunung (Callocalia volcanorum) banyak dijumpai di kawasan ini (TNGM 2009).

4.3. Potensi Wisata Alam

Kawasan TNGM dengan kekayaan hayati yang beragam serta kekhasan wisata vulkanonya merupakan suatu potensi wisata yang dapat dikembangkan. Potensi wisata yang terdapat pada kawasan tersebut masih sangat banyak yang harus dikembangkan. Pengembangan potensi itu salah satunya dengan membagi


(38)

TNGM menjadi empat zona pemanfaatan wisata yang terletak di empat Kabupaten, seperti disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Empat zona pemanfaatan wisata Wilayah Wisata

Alam

Kekhasan Obyek Wisata Kaliurang

(Kab. Sleman, DIY)

Objek wisata alam dengan unggulan sumberdaya alam khas wilayah tropis, khususnya berupa flora dan fauna langka, hidrologi kawasan vulcano aktif, pemandangan alam dan panorama pegunungan sekitar kawasan vulcano aktif.

Selo

(Kab. Boyolali, Jateng)

Objek wisata alam dengan unggulan pemandangan alam, khususnya panorama pegunungan.

Musuk – Cepogo (Kab. Magelang, Jateng)

Objek wisata alam dengan unggulan pemandangan alam, khususnya panorama lembah dan lereng terjal.

Ketep

(Kab. Magelang, Jateng)

Objek wisata alam dengan unggulan pemandangan kawasan vulkano.

Deles

(Kab. Klaten, Jateng)

Objek wisata alam dengan unggulan sumberdaya alam khas wilayah tropis, khususnya berupa fauna langka, hidrologi kawasan vulcano aktif, pemandangan alam dan panorama pegunungan sekitar kawasan vulcano aktif.

Sumber : (TNGM 2009).

4.4. Kondisi Sosial Ekonomi

Kondisi hubungan sosial ekonomi masyarakat dengan kawasan Gunung Merapi adalah memanfaatkan hutan negara sebagai sumber rumput untuk pakan ternak dan kayu bakar (akasia dan tanaman yang sakit) sebagai bahan pembuatan arang yang dijual di wilayah mereka. Perilaku konservasi yang sudah tampak diantara masyarakat, dan dapat dijadikan pendukung pilar-pilar konservasi adalah: a. Kesepakatan diantara masyarakat apabila ingin mengambil atau menebang

tanaman harus menanam terlebih dulu dengan jenis yang sama minimal 5 pohon.

b. Adanya pendapat apabila hutan dihijaukan oleh masyarakat maka warga masyarakat tidak akan kelaparan; serta pendapat apabila hutan ditanami palawija (jagung, ketela) maka warga masyarakat sekitar kawasan akan mengalami kekurangan makan (tidak akan pernah merasa kenyang).

c. Adanya keyakinan hubungan spiritual dan supranatural antara Merapi. Kraton Yogya dan Laut Selatan yang didasari atas anggapan Gunung Merapi bukan ancaman tapi sebagai sumber kehidupan.


(39)

4.4.1. Batas wilayah desa

Batas-batas wilayah yang dijadikan lokasi penelitian berdasarkan Data Potensi Desa seperti disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Batas-batas wilayah lokasi penelitian

No Desa Batas Wilayah Desa/Kelurahan Kecamatan 1 Umbulharjo Sebelah Utara

Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat Gunung Merapi Wukirsari Kepuharjo Hargobinangun Cangkringan Cangkringan Cangkringan Pakem

2 Sidorejo Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat Gunung Merapi Bimuharjo Balerante

Tegal mulyo dan Tlogowatu

Kemalang Kemalang Kemalang Kemalang 3 Wonodoyo Sebelah Utara

Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat Suroteleng Cluntung Gedangan Taman Nasional Selo Cepogo Cepogo Selo 4 Ngablak Sebelah Utara

Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat Taman Nasional Banyu adem Kemiren Mbrangen Srumbung Srumbung Srumbung Srumbung

Sumber: - Data Potensi Desa Umbulharjo tahun 2008. - Data Potensi Desa Sidorejo tahun 2008. - Data Potensi Desa Wonodoyo tahun 2010. - Data Potensi Desa Ngablak tahun 2010.

4.4.2. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk berdasarkan Data Potensi Keempat Desa seperti disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Penduduk Desa (Jiwa)

Umbulharjo Sidorejo Wonodoyo Ngablak 1. 2. Laki-laki Perempuan 2.189 2.191 1.982 1.952 1.201 1.252 1.020 1.109 Jumlah total

Jumlah KK 4.380 1.317 3.934 1.016 2.453 728 2.129 610

Sumber: - Potensi Desa Umbulharjo tahun 2008. - Potensi Desa Sidorejo tahun 2008. - Potensi Desa Wonodoyo tahun 2010. - Potensi Desa Ngablak tahun 2010.


(40)

4.4.3. Kelas umur

Kelas umur berdasarkan Data Potensi Desa seperti disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Kelas umur berdasakan Data Potensi Desa

No Jenis Kelamin Jumlah Penduduk Desa (Jiwa)

Umbulharjo Sidorejo Wonodoyo Ngablak 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

0 – 9

10 – 19 20 – 29

30 – 39 40 – 49 50 – 59 60 – 69 70 – 79 >79 599 548 640 790 630 530 286 306 51 535 530 510 504 553 604 483 215 530 452 238 428 407 334 64 310 534 477 243 252 180 123

Total 4.380 3.934 2.453 2.129

Sumber: - Potensi Desa Umbulharjo tahun 2008. - Potensi Desa Sidorejo tahun 2008. - Potensi Desa Wonodoyo tahun 2010. - Potensi Desa Ngablak tahun 2010.

4.4.4. Tingkat pendidikan

Sebagian besar masyarakat di keempat desa memiliki tingkat pendidikan tidak sekolah, seperti disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Tingkat pendidikan berdasarkan Data Potensi Desa

No Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk Desa (Jiwa)

Umbulharjo Sidorejo Wonodoyo Ngablak 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tidak Sekolah Tamat Kanak-kanak Sekolah Dasar SMP SMA D1 - D3 S1- S3 3.724 49 499 108 0 0 0 1.427 55 1.208 716 509 9 10 530 452 238 428 407 334 64 978 34 437 290 375 15 0

Total 4.380 3.934 2.453 2.129

Sumber: - Potensi Desa Umbulharjo tahun 2008. - Potensi Desa Sidorejo tahun 2008. - Potensi Desa Wonodoyo tahun 2010. - Potensi Desa Ngablak tahun 2010.


(41)

4.4.5. Mata pencaharian

Sebagian besar masyarakat di keempat desa adalah petani atau peternak, seperti disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Mata pencaharian masyarakat berdasarkan Data Potensi Desa No Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk Desa (Jiwa)

Umbulharjo Sidorejo Wonodoyo Ngablak 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Pegawai Negeri Sipil TNI/POLRI Swasta Wiraswasta Petani/Peternak Pertukangan Buruh Tani Pensiunan Pemulung Jasa Seniman Buruh swasta 37 7 156 75 902 0 18 36 0 0 0 0 44 2 7 7 345 0 0 0 0 0 0 0 8 0 0 20 1.328 0 145 0 0 0 0 38 31 0 0 43 606 0 152 0 14 0 0 0

Total 1.231 399 1.539 846

Sumber: - Potensi Desa Umbulharjo tahun 2008. - Potensi Desa Sidorejo tahun 2008. - Potensi Desa Wonodoyo tahun 2010. - Potensi Desa Ngablak tahun 2010.


(42)

5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Tingkat pendidikan

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa pendidikan masyarakat kawasan TNGM masih rendah. Sebagian besar masyarakat yang menjadi responden di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak memiliki tingkat pendidikan formal yaitu Tidak sekolah sampai SD. Rendahnya tingkat pendidikan formal tersebut tidak lepas dari jarak tempuh antara sekolah dengan tempat tinggal yang cukup jauh. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, masing-masing desa hanya tersedia fasilitas pendidikan SD, sedangkan untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya diperlukan waktu perjalanan relatif lama. Disamping itu pola pikir masyarakat yang belum mementingkan pendidikan dan biaya pendidikan yang tinggi masih menjadi faktor penghambat. Masyarakat yang mampu menyekolahkan ke jenjang berikutnya pada umumnya hanya masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi yang cukup. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan formal di keempat desa lokasi penelitian disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Distribusi responden berdasakan tingkat pendidikan formal

No Desa Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Umbulharjo Tidak sekolah

SD SMP SMA S1 13 8 5 4 0 43,33 26,67 16,67 13,33 0,00

Total 30 100,00

2. Sidorejo Tidak sekolah

SD SMP SMA S1 11 8 5 4 2 36,67 26,67 16,67 13,33 6,67

Total 30 100,00

3. Wonodoyo Tidak sekolah

SD SMP SMA S1 3 22 3 0 2 10,00 73,33 10,00 0,00 6,67


(43)

Tabel 11 (Lanjutan)

No Desa Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

4. Ngablak Tidak sekolah

SD SMP SMA S1 8 13 5 3 1 26,67 43,33 16,67 10,00 3,33

Total 30 100,00

5.1.2 Mata pencaharian

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat yang menjadi responden di keempat desa tersebut bermata pencaharian sebagai petani.

Besarnya persentase responden yang bermata pencaharian di Desa Umbulharjo sebesar 96,67%, Desa Sidorejo sebesar 86,67%, Desa Wonodoyo sebesar 86,67% dan Desa Ngablak sebesar 86,67%, seperti tersaji pada Tabel 12. Tabel 12 Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian

No Desa Mata

pencaharian

Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Umbulharjo Buruh

Petani Pegawai 0 29 1 0,00 96,67 3,33

Total 30 100,00

2. Sidorejo Buruh

Petani Pegawai 4 26 0 13,33 86,67 0,00

Total 30 100,00

3. Wonodoyo Buruh Petani Pegawai 2 26 2 6,67 86,67 6,67

Total 30 100,00

4. Ngablak Buruh

Petani Pegawai 3 26 1 10,00 86,67 3,33

Total 30 100,00

Masyarakat di keempat desa tersebut umumnya bertani dan beternak di lahan milik sendiri yang sudah turun temurun diwariskan. Masing-masing desa memiliki karakteristik pola bertani dan jenis tanaman yang berbeda-beda. Hal ini didasarkan oleh iklim, jenis tanah, ketersediaan air dan kebudayaan masyarakat di desa tersebut secara turun menurun. Masyarakat Desa Umbulharjo umumnya melakukan kegiatan beternak di kebun setiap pagi bekerja untuk mencari rumput. Kegiatan pertanian hanya dilakukan secara tumpang sari dan sebagian besar lahannya ditanami jenis rumput-rumputan yang merupakan famili Poaceae seperti:


(44)

rumput teki (Cyperus rotundus) dan rumput kulonjono (Pennisetum purpureum).  Jenis rumput pakan ternak yang paling sering dimanfaatkan adalah rumput kulonjono atau rumput gajah, bahkan rumput ini sengaja ditanam di dalam kawasan TNGM sebagai persediaan pada saat musim kemarau. Masyarakat Desa Sidorejo dan Wonodoyo sebagian besar lahan pertaniannya ditanami jenis tanaman sayur-sayuran seperti : cabe, kol, kubis, sawi dan wortel. Khusus pada musim kemarau sebagian besar areal pertanian diubah menjadi hanya satu jenis tanaman yaitu tembakau. Di Desa Ngablak sebagian besar lahan pertaniannya ditanami salak. Adapun jenis tumbuhan kehutanan yang pada umumnya ditanam masyarakat di lahan pribadi yaitu sengon (Paraserianthes falcataria), puspa (Schima wallichii), akasia (Acacia deguren), mahoni (Swietenia macrophylla), mindi (Melia azedarach) dan suren (Toona sureni). Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat petani yang menjadi responden, sebagian besar komoditas hasil pertanian mereka dijual ke pasar tradisional terdekat yang kemudian didistribusikan ke pasar-pasar luar daerah. Adapun Harga jual beberapa komoditas pertanian, seperti disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Harga jual beberapa komoditas pertanian

No. Jenis Komoditas Pertanian Harga jual per Kg (Rp) 1.

2. 3. 4. 5. 6. 7.

Cabe rawit Cabe biasa Kol Sawi Wortel Tembakau Salak

13.000-15.000 30.000-35.000 2.000-3.000 2.500-3.500 4.500-5.000 30.000-35.000 6.000-7.000


(45)

5.1.3 Karakteristik umur

Menurut Hurlock (1980), pengklasifikasian kelas umur dibedakan kedalam enam kategori yaitu kelas umur bayi (0-2), balita (3-5), anak-anak (6-12 tahun),

remaja (13-18 tahun), dewasa (19-59 tahun) dan lansia (≥60 tahun). Berdasarkan

hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok umur produkif pada responden di keempat desa tersebut didominasi oleh kelas umur dewasa. Kelompok umur ini memberikan informasi bahwa masyarakat keempat desa tersebut memiliki potensi yang cukup tinggi untuk melakukan kegiatan memenuhi kebutuhan perekonomian mereka, sedangkan kelompok umur remaja dan lansia merupakan jumlah yang paling sedikit. Hal ini disebabkan efektivitas dan tenaga mereka sudah jauh berkurang yang kemudian digantikan oleh keluarga yang umurnya lebih muda, seperti tersaji pada Tabel 14.

Tabel 14 Tipologi masyarakat berdasarkan karakteristik kelas umur responden No Desa Kelas umur(th) Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Umbulharjo Remaja

Dewasa Lansia

1 23

6

3,33 76,67 20,00

Total 30 100,00

2. Sidorejo Remaja

Dewasa Lansia

0 21

9

0,00 70,00 30,00

Total 30 100,00

3. Wonodoyo Remaja

Dewasa Lansia

1 23

6

3,33 76,67 20,00

Total 30 100,00


(46)

Tabel 14 (Lanjutan)

No Desa Kelompok umur(th)

Jumlah (orang) Persentase (%)

4. Sidorejo Remaja

Dewasa Lansia

0 25

5

00,00 83,33 16,67

Total 30 100,00

5.1.4 Jenis kelamin

Dari 120 responden, jumlah laki-laki sebanyak 68 orang 57% dan wanita 52 orang 43%. Mayoritas kegiatan laki-laki adalah mengolah lahan seperti mencangkul, mengambil bibit dari rumah, mengangkut hasil panen, kegiatan memupuk, mencari pakan ternak dan memeras susu sapi. Untuk wanita hanya menanam pakan ternak, dan mencari pakan hewan ternak.

(a) (b)

Gambar 6 Contoh aktivitas masyarakat (a) kegiatan mencari rumput; (b) kegiatan pemeliharaan tanaman.

5.2 Pemanfaatan Tumbuhan oleh Masyarakat di sekitar TNGM

Berdasarkan hasil kajian wawancara dengan masyarakat di sekitar kawasan TNGM, terdapat 103 jenis dan 53 famili tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM untuk berbagai kegunaan.

5.2.1 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan habitusnya

Berdasarkan habitusnya, jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM dapat dikelompokan menjadi delapan


(47)

macam habitus, yaitu pohon, herba, perdu, semak, epifit, bambu, palma dan paku-pakuan, seperti tersaji pada Tabel 15.

Tabel 15 Rekapitulasi jumlah jenis tumbuhan yang yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM

No Nama habitus Jumlah jenis Persentase (%)

1 Pohon 25 24,27

2 Herba 54 52,43

3 Perdu 6 5,82

4 Semak 7 6,80

5 Epifit 3 2,91

6 Bambu 4 3,88

7 Palma 3 2,91

8 Paku-pakuan 1 0,97

Total 103 100,00

Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa jumlah jenis tertinggi terdapat pada kelompok habitus herba, yaitu sebanyak 54 jenis 52,43%, sedangkan jumlah habitus terendah terdapat pada habitus paku-pakuan, yaitu sebanyak 1 jenis 0,97%. Habitus herba memiliki jumlah jenis terbanyak karena hampir seluruh bagian tumbuhan herba dapat dimanfaatkan.

5.2.2 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan famili

Dilihat dari familinya, jumlah jenis terbanyak terbanyak termasuk dalam famili poaceae 9 jenis, seperti disajikan pada Gambar 7.


(48)

      Gambar 7 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan famili.

5.2.3 Bagian tumbuhan yang digunakan

Pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM dalam pemenuhan kebutuhan hidup menggunakan seluruh bagian tumbuhan mulai dari bagian akar sampai daun. Bagian yang paling banyak digunakan adalah daun sebanyak 47 jenis 38,84% dan terkecil adalah akar sebanyak 1 jenis 0,83%, seperti tersaji pada Tabel 16.

Tabel 16 Keanekaragaman tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM berdasarkan bagian tumbuhan yang digunakan No Bagian yang digunakan Jumlah jenis Persentase (%)

1 Daun 47 38,84

2 Batang 25 20,66

3 Kulit 3 2,48

4 Akar 1 0,83

5 Buah 20 16,52

6 Umbi/rimpang 12 9,92

7 Bunga 5 4,13

8 Biji 8 6,61


(49)

Jumlah bagian terbanyak dari tumbuhan yang dimanfaatkan sesuai dengan penelitian lain, diantaranya penelitian yang dilakukan Hidayat (2009) tentang Etnobotani Masyarakat Kampung Adat Dukuh di Garut, Jawa Barat, menyebutkan dari 292 jenis tumbuhan yang ditemukan sebanyak 110 jenis 37,67% diantaranya diambil pemanfaatannya dari bagian daun.

5.2.4 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan kelompok

manfaat/kegunaan oleh masyarakat di sekitar TNGM

Berdasarkan kelompok kegunaannya, jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM dapat dikelompokan ke

dalam 11 kelompok kegunaan, seperti tersaji pada Tabel 17.

Tabel 17 Keanekaragaman tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM berdasarkan kelompok manfaat/kegunaan No Kelompok Kegunaan Jumlah

Jenis Famili

1 Tumbuhan Obat 47 28

2 Tumbuhan Hias 11 9

3 Tumbuhan Aromatik 7 4

4 Tumbuhan Penghasil pangan 40 27

5 Tumbuhan Penghasil pakan ternak 7 5

6 Tumbuhan penghasil pestisida nabati 4 1

7 Tumbuhan Penghasil bahan pewarna dan tanin 2 2

8 Tumbuhan Penghasil kayu bakar 11 5

9 Tumbuhan Keperluan upacara adat 20 15

10 Tumbuhan Penghasil bahan bangunan 13 8

11 Tumbuhan Penghasil bahan tali, anyaman, dan kerajinan

6 5

Dari hasil wawancara meunjukkan bahwa tidak semua tumbuhan yang terdapat di kawasan TNGM dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dan tidak semua jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat berasal dari kawasan TNGM. Jumlah jenis yang dimanfaatkan masyarakat yang berasal dari TNGM dan lokasi lainnya, seperti tersaji pada Tabel 18.

Tabel 18 Jumlah tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat berdasarkan lokasi

No Lokasi diperoleh Jumlah jenis Persentase(%) 1.

2.

Di dalam TNGM

Di luar kawasan TNGM (pekarangan, sawah)

44 89

33,08 66,92


(50)

5.2.4.1Tumbuhan obat

Dari hasil wawancara dengan masyarakat sekitar kawasan TNGM diketahui bahwa terdapat sekitar 47 jenis dan 28 famili tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar TNGM yang digunakan sebagai obat.

Famili Zingiberaceae merupakan kelompok terbanyak dengan 7 jenis, seperti tersaji pada Gambar 8.

Gambar 8 Jumlah tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM berdasarkan famili.

Persentase habitus tumbuhan obat didominasi oleh herba sebanyak 35 jenis 74,47% sedangkan paling sedikit adalah tingkat epifit sebanyak 1 jenis 2,13%, seperti tersaji pada Gambar 9.


(51)

35

5 3 3

1 0

10 20 30 40

Herba Pohon Perdu Sema k Epifit

Ju

m

lah

j

e

n

is

Kategori habitus

Gambar 9 Jumlah jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat disekitar kawasan TNGM.

Pengunaan tumbuhan sebagai bahan obat oleh masyarakat menggunakan seluruh bagian tumbuhan mulai dari akar sampai daun. Bagian yang paling banyak digunakan oleh masyarakat kawasan TNGM adalah daun 27 jenis 51,9% dan yang terkecil adalah akar yaitu 1 jenis 1,96%. Data selengkapnya tersaji pada Gambar 10.

Gambar 10 Jumlah bagian tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat di sekitar TNGM.

Seperti penelitian yang lainnya tentang tumbuhan obat pada suatu masyarakat, pada umumnya daun merupakan bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan. Hal ini sesuai dengan penelitian Hidayat (2009) yang menyatakan hal yang sama yaitu bagian daun paling banyak digunakan oleh masyarakat Kampung Adat Dukuh, Jawa Barat sebesar 50% dari 150 jenis


(1)

75

d. Dilakukan pengawasan yang ketat terhadap pemanfaatan SDA di TNGM

e. Dilakukan kegiatan budidaya di luar TNGM terhadap jenis-jenis yang sering dimanfaatkan

6. Menurut Bapak/Ibu, kegiatan apa saja yang boleh dilakukan di TNGM ?

a. Pemanfaatan Sumberdaya air

b. Kegiatan Rekreasi terbatas

c.

Kegiatan

Penelitian

d.

Lainnya

e.

Tidak

tahu

7. Menurut Bapak/Ibu, kegiatan apa saja yang tidak boleh dilakukan di kawasan TNGM ?

a.

Pengambilan

pohon

b. Pengambilan vegetasi lainnya

c. Pengambilan satwaliar

d. Pembukaan lahan untuk kegiatan pertanian

e. Pembuatan jalan

f.

lainnya…

g Tidak tahu


(2)

 

Lampiran 6 Data Karakteristik Responden Masyarakat Desa Umbulharjo

No

Nama Jenis Kelamin Umur

(Tahun)

Jumlah Anggota Keluarga

(orang)

Pendidikan Mata

Pencaharian

Tingkat Pendapatan

Luas Penguasaan Lahan

1 Sini P 52 5 - Petani 540 ribu/bulan 300 m²

2 Poyo L 45 7 - Petani < 500 ribu/bulan 400 m²

3 Rejo L 56 4 SD Petani < 500 ribu/bulan 400 m²

4 Margono L 35 5 SD Petani 550 ribu/bulan 300 m²

5 Suci P 14 4 SMP Petani < 500 ribu/bulan -

6 Sri Lestari P 25 5 SMP Petani >1 juta/bulan 500 m²

7 Yanto L 37 5 STM Petani 1,5 juta/bulan 3.000 m²

8 Rahmat Nur L 16 4 SD Petani 200 ribu/bulan -

9 Cipto Sumandji L 68 6 - Petani < 500 ribu/bulan 180 m²

10 Maronggo Prasetyo L 50 4 SMP Petani 2 juta/bulan 1,5 ha²

11 Mursani P 40 4 SMA Pegawai 1,8 juta/bulan -

12 Mbah Marijan P 85 6 - Petani < 500 ribu/bulan -

13 Purwito P 60 4 - Petani < 500 ribu/bulan -

14 Yamirah P 40 5 SD Petani 1,1 juta/bulan 1 ha²

15 Priyana L 30 5 SMP Petani 1 juta/bulan 1 ha²

16 Ahdi L 85 6 - Petani 3,3 juta/bulan 2 ha²

17 Yatini P 40 4 SMP Petani < 500 ribu/bulan 500 m²

18 Dewis P 28 4 - Petani < 500 ribu/bulan 500 m²

19 Udi L 55 3 - Petani 700 ribu/bulan 400 m²

20 Murdiyoko L 76 7 SD Petani < 500 ribu/bulan 600 m²

21 Saludin L 50 4 SMA Petani 900 ribu/bulan 1.500 m²

22 Pairem P 58 3 - Petani >500 ribu/bulan 400 m²

23 Wignyo P 75 3 SR Petani >500 ribu/bulan 300 m²

24 Suparno L 45 3 SD Petani <500 ribu/bulan 600 m²

25 Lita P 32 3 - Petani <500 ribu/bulan 200 m²

26 Rudi L 37 4 - Petani <500 ribu/bulan 300 m²

27 Panut P 57 4 SD Petani >1 juta/bulan 1,5 ha²

28 Tita P 40 3 - Petani <500 ribu/bulan -

29 Sabri P 41 6 - Petani <500 ribu/bulan -

30 Sulsam L 48 5 SMA Petani 750 juta/bulan 600 m²


(3)

 

Lampiran 7 Data Karakteristik Responden Masyarakat Desa Sidorejo

No Nama Jenis Kelamin Umur

(Tahun)

Jumlah Anggota Keluarga

(orang)

Pendidikan Mata

Pencaharian

Tingkat Pendapatan

Luas Penguasaan Lahan

1 Pak Nanto L 59 5 SD Petani 150 ribu/bulan 500 m²

2 Muji P 38 4 SD Petani 120 ribu/bulan 300 m²

3 Darso L 40 5 - Petani 150 ribu/bulan 500 m²

4 Hardi L 60 3 - Petani 2,5 juta/bulan 5.000 m²

5 Reno L 60 2 - Petani 1,2 juta/bulan 1.500 m²

6 Permo L 50 5 - Petani < 500 ribu/bulan -

7 Yami P 51 6 S1 Petani, Pegawai < 500 ribu/bulan 2 ha²

8 Kiryono - 29 4 SMA Petani < 500 ribu/bulan -

9 Nanto Wiyono L 60 3 - Petani < 500 ribu/bulan -

10 Yono L 27 5 SMA Petani < 500 ribu/bulan -

11 Purwanto L 34 4 SMA Petani < 500 ribu/bulan -

12 Suhartini P 57 4 SMP Petani 225 ribu/bulan 600 m²

13 Dewi P 34 3 - Buruh < 500 ribu/bulan -

14 Ibu Dibyo P 55 5 SD Petani 1,2 juta/bulan 5.000 m²

15 Sarjoko L 36 4 SMK Petani 7,5 juta/bulan 2 ha²

16 Dewi P 38 5 SD Petani < 500 ribu/bulan 1000

17 Suhani P 40 5 SD Petani < 500 ribu/bulan -

18 Sulami P 21 3 SMP Petani < 500 ribu/bulan 200 m²

19 Nike P 24 6 - Buruh < 500 ribu/bulan -

20 Sukaryo P 70 5 - Petani < 500 ribu/bulan -

21 Marsono L 66 6 S1 Guru 1, 85 juta/bulan 7.000 m²

22 Tari P 34 3 SMP - 150 ribu/bulan 300 m²

23 Marmo L 67 5 SD - 1, 2 juta/bulan 4.000 m²

24 Bini L 70 7 - Buruh 100 ribu/bulan 500 m²

25 Syueib L 53 5 SD - 180 ribu/bulan 600 m²

26 Giyono L 43 4 SMP - 260 ribu/bulan 700 m²

27 Walidi L 45 4 SMP - 562 ribu/bulan 1.500 m²

28 Suminah P 32 3 SD - 1,3 juta/bulan 2.500 m²

29 Suyat P 90 7 - - < 500 ribu/bulan -

30 Sugiyem P 89 6 - - < 500 ribu/bulan -


(4)

 

Lampiran 8 Data Karakteristik Responden Masyarakat Desa Wonodoyo

No Nama Jenis Kelamin Umur

(Tahun)

Jumlah Anggota Keluarga

(orang)

Pendidikan Mata

Pencaharian

Tingkat Pendapatan Luas

Penguasaan Lahan

1 Pak Rusdi L 56 6 - Petani 600-750ribu/bulan 3.000 m²

2 Pak Jimmy L 39 4 SD Petani >1 juta/bulan 5.850 m²

3 Pak Warsito L 46 4 - Petani <500 ribu/bulan 500 m²

4 Ibu Kamti P 47 5 SD Petani <500 ribu/bulan 1.500 m²

5 Agus L 23 3 SMP Petani 800 ribu/bulan 1.500 m²

6 Daryono L 16 7 MI Petani <500 ribu/bulan 500 m²

7 Sumarto L 75 4 SR / SD Petani <500 ribu/bulan 300 m²

8 Hartono L 56 7 SD Petani <500 ribu/bulan 2.000 m²

9 Sukarmi P 50 4 SD Petani 500 ribu/bulan – 1 juta/bulan 2.400 m²

10 Yamini P 65 6 MI Petani 500 ribu/bulan – 1 juta/bulan 2.250 m²

11 Supatmi P 21 7 SMP Petani 500 ribu/bulan – 1 juta/bulan 3.000 m²

12 Agus L 21 6 SD Petani <500 ribu/bulan 1.000 m

13 Muhammad L 55 4 SD / MI Petani <500 ribu/bulan 1.000 m²

14 Mitro L 55 5 SD / MI Petani 500 ribu/bulan – 1 juta/bulan 2.000 m²

15 Fahrudin L 35 4 S1 Pegawai >1 juta/bulan 1 ha²

16 Hadiuman L 79 7 SD Petani 500 ribu/bulan – 1 juta/bulan 3.500 m²

17 Suparno L 33 3 MI Petani >1 juta/bulan 4.000 m²

18 Sastro Martono L 75 7 SD Petani <500 ribu/bulan -

19 Farhan L 20 6 S1 Pegawai >1 juta/bulan 5.000 m²

20 Jupri P 60 6 SD Petani <500 ribu/bulan 3.000 m²

21 Ahmad Min L 80 4 - Petani 1,5 juta/bulan 5.000 m²

22 Sutami P 35 5 SD Petani <500 ribu/bulan -

23 Sulistyo L 32 7 SD Petani >1 juta/bulan 2 ha²

24 Wagimin L 40 4 SD Petani <500 ribu/bulan -

25 Sumarto L 39 4 SD Petani >1 juta/bulan 1,5 ha²

26 Tati P 35 4 SD Petani >1 juta/bulan 3.000 m²

27 Marsiyah P 28 5 SMP Petani <500 ribu/bulan 1.000 m²

28 Rusti P 34 3 SD Petani 500 ribu/bulan – 1 juta/bulan 1.500 m²

29 Martiyem P 40 6 SD Petani 500 ribu/bulan – 1 juta/bulan 2.000 m²

30 Sumirah P 32 4 SD Petani <500 ribu/bulan 1.000 m²


(5)

 

Lampiran 9 Data Karakteristik Responden Masyarakat Desa Ngablak

No Nama Jenis Kelamin Umur

(Tahun)

Jumlah Anggota Keluarga

(orang)

Pendidikan Mata Pencaharian

Tingkat Pendapatan Luas

Penguasaan Lahan

1 Jumadi L 50 5 - Petani 324 ribu/bulan 300 m²

2 Bambang L 37 6 S1 Petani >1 juta/bulan 4.000 m²

3 Muwardi L 60 2 Petani >1 juta/bulan 1.000 m²

4 Samsudin L 40 4 SD Petani >1 juta/bulan 1.000 m²

5 Suharni P 55 5 - Petani 500 ribu/bulan-1 juta/bulan 500 m²

6 Sugiyanto L 33 4 SMA Petani <500 ribu/bulan 750 m²

7 Rahkini P 45 4 SD Petani 400ribu/bulan-500 ribu/bulan 700 m²

8 Ranto L 50 4 - Petani >1 juta/bulan 1.500 m²

9 Praptodiharjo L 70 5 SD Petani <500 ribu/bulan 30 m²

10 Sangkrip L 40 5 SD Petani <500 ribu/bulan 200 m²

11 Wahyudin L 30 3 SMP Buruh <500 ribu/bulan -

12 Ugi L 55 4 SD Petani <500 ribu/bulan 200 m²

13 Iksan L 67 5 SD Petani <500 ribu/bulan 120 m²

14 Murni L 55 4 SD Petani >1 juta/bulan 5.000 m²

15 Khoiriah P 31 3 SD Buruh >1 juta/bulan 1.000 m²

16 Ismail L 65 6 - Petani <500 ribu/bulan 1.000 m²

17 Muslimah P 25 6 SD Petani <500 ribu/bulan 200 m²

18 Yasrimah P 53 4 SMP Petani <500 ribu/bulan -

19 Sutopo L 43 4 SMA Petani >1 juta/bulan 9.000 m²

20 Elzam L 47 6 SLTP Lurah/petani >1 juta/bulan 8500 m²

21 Andreas L 35 3 SLTP Petani >1juta/bulan 7000 m²

22 Suharsih P 31 3 SD Buruh /Petani 800 ribu/bulan 400 m²

23 Sarno L 31 3 - Petani 500 ribu/bulan- 700 ribu/bulan 400 m²

24 Siswo L 70 3 - Petani >500 ribu/bulan 500 m²

25 Murti P 52 4 - Petani >500 ribu/bulan 500 m²

26 Ratna P 29 4 SMP Petani >1 juta/bulan 1.500 m²

27 Tarisiah P 40 5 SD Petani >1 juta/bulan 2.500 m²

28 Martiya P 38 3 SMA Petani >1 juta/bulan 3.000 m²

29 Sifa P 37 4 SD Petani >1 juta/bulan 10.000 m²

30 Rahma P 38 5 SD Petani >1 juta/bulan 2.000 m²


(6)

 

Keterangan : X(Y)

X = Orang tua Y = Anak