Dampak Perluasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terhadap Strategi Nafkah Rumahtangga Petani Desa Ciputri

i

DAMPAK PERLUASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE
PANGRANGO TERHADAP STRATEGI NAFKAH
RUMAHTANGGA PETANI DESA CIPUTRI, CIANJUR

INDRA SETIYADI

KEMENTERIAN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Perluasan
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terhadap Strategi Nafkah Rumahtangga
Petani Desa Ciputri, Cianjur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Indra Setiyadi
I34090069

ABSTRAK
INDRA SETIYADI. Dampak Perluasan Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango terhadap Strategi Nafkah Rumahtangga Petani Desa Ciputri, Cianjur.
Dibimbing oleh SOERYO ADIWIBOWO
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis perubahan penguasaan lahan
rumahtangga petani sebelum dan sesudah perluasan kawasan Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango (TNGGP); dan menganalisis dampak dari perluasan
kawasan hutan terhadap strategi nafkah rumahtangga petani. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Data
kuantitatif diperoleh melalui kuesioner berstruktur yang ditujukan kepada 30

responden rumah tangga petani. Pendekatan kualitatif dilakukan melalui
observasi, wawancara mendalam, dan pencarian dokumen atau studi kepustakaan.
Hasil yang diperoleh, pertama, perluasan TNGGP berdampak signifikan terhadap
perubahan penguasaan lahan. Ketika para petani masih menggarap lahan di
kawasan hutan produksi PT Perum Perhutani dengan pola Pengelolaan Hutan
Bersama Masyarakat (PHBM), seluruh responden menguasai lahan minimum
2000 m2. Namun setelah status kawasan berubah menjadi kawasan konservasi,
sebagian besar responden (21 dari 30 responden) menjadi tuna kisma. Kedua,
perubahan penguasaan lahan yang dialami petani Desa Ciputri menimbulkan
akibat lebih lanjut berupa berubahnya strategi nafkah rumahtangga responden.
Ketika masih menggarap lahan di kawasan hutan produksi, seluruh responden
bermata pencaharian di pertanian sebagai petani penggarap. Namun ketika status
kawasan beralih menjadi kawasan konservasi, sebagian besar responden
menempuh strategi nafkah ganda (22 responden, sebagian besar kombinasi usaha
jasa dan buruh tani), dan strategi nafkah multi-usaha (6 responden, kombinasi
petani lahan sempit, buruh tani dan jasa).
Kata kunci: strategi mata pencaharian, petani tuna kisma, tenurial lahan

ABSTRACT
INDRA SETIYADI. The Impact of Gunung Gede Pangrango National Park

Expansion to the Livelihood Strategy of Farmers Household of Ciputri Village,
Cianjur. Supervised by SOERYO ADIWIBOWO
The purpose of this research is to analyze land tenure situations at Ciputri Village
before and after the expansion of Gunung Gede and Pangrango National Park; and
to analyse the impact of national park expansionto the farmer’s livelihood strategy.
The research applied a quantitative approach supported by qualitative data.
Quantitative data obtained through structured questionnaires to 30 household’s
repondents. The qualitative approach applied observation instrument, in-depth
interviews, and secondary document collections. The results are, first, the
expansion of TNGGP significantly change the tenurial structure of Ciputri’s
farmers. Before the expansion, all farmers’ respondents operate land at a

minimum of 2,000 m2 of land. However, after the expansion, most of the farmers
or 21 out of 30 respondent fall into landless farmers (or tuna kisma). Second, the
land tenure changes,furthermore, affect significantly the livelihood strategy of the
farmers’ respondent. Before the expansion of TNGGP, the livelihood of all
respondent are only on agriculture as farmer operator. However, after the
expansion, the livelihood of the farmers changes dramatically. As much as 22 out
of 30 respondent engage in two jobs for their livelihood such as work as daily
farm labor and various daily service work. The others, 6 respondent, engage in

three to four jobs for their livelihood such as work as daily farm labor,
smallholder farmers, and various type of daily service work in the village.
Key words: livelihood strategy, landless farmer, land tenure

DAMPAK PERLUASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE
PANGRANGO TERHADAP STRATEGI NAFKAH
RUMAHTANGGA PETANI DESA CIPUTRI, CIANJUR

INDRA SETIYADI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada
KementerianSains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat

KEMENTERIANSAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2013

Judul Sla-ips i :Dampak Perluasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
terhadap Strategi Naficah Rumahtangga Petani Desa Ciputri
Nama
:Indra Setiyadi
NIM
:134090069

Disetujui oleh

Dr If Soeryo Adiwibowo, MS
Pembimbing

. Diketahui oleh

50 tahun)
b) Tingkat pendidikan adalah jenis pendidikan/sekolah tertinggi yang
pernah diikuti oleh responden, yang dibedakan ke dalam kategori:
i) Rendah (jika tidak sekolah, dan tamat SD/sederajat)

ii) Sedang (jika tamat SMP/sederajat)
iii) Tinggi (jika tamat SMA/sederajat)
c) Jumlah tanggungan adalah banyaknya orang yang kehidupannya masih
bergantung pada nelayan tersebut terutama terkait dengan ekonomi,
termasuk dirinya sendiri. Jumlah tanggungan dibedakan menjadi:
i) Kecil (jika anggota keluarga berjumlah 1–2 orang)
ii) Menengah (jika anggota keluarga berjumlah 3-4 orang)
iii) Besar (jika anggota keluarga berjumlah lebih dari atau sama dengan
5 orang)

12

2.

3.

4.

5.


d) Lama Tinggal sebagai nelayan adalah lama responden menjadi nelayan
yang dihitung dalam satuan waktu (tahun), sejak pertama kali menjadi
nelayan sampai dengan penelitian ini dilakukan yang dinyatakan dalam
kategori
i) Rendah (2–17 tahun)
ii) Sedang (18–33 tahun)
iii) Tinggi (lebih dari 33 tahun)
Tingkat pendapatan responden adalah jumlah penghasilan secara keseluruhan
sumber nafkah dari on farm, off farm dan non farm, yang diperoleh dalam 1
tahun, yang dibagi berdasarkan kategori:
Kategori untuk pendapatan petani pada tahun 2008:
i) Rendah (jika pendapatan responden kurang dari sama dengan Rp16
620 000)
ii) Sedang (jika pendapatan responden antara Rp16 620 000-Rp 21 336
000)
iii) Tinggi (jika pendapatan responden lebih dari sama dengan Rp21 336
001)
Kategori untuk pendapatan petani pada tahun 2012
i) Rendah (jika pendapatan responden kurang dari sama dengan Rp 10
392 00)

ii) Sedang (jika pendapatan responden antara Rp 10 392 00–Rp 13 740
000)
iii) Tinggi (jika pendapatan responden lebih dari sama dengan >Rp 13
740 001)
Status penguasaan tanah adalah bentuk hak kuasa seseorang atas tanah
dimana pada lokasi penelitian bentuknya berupa tanah milik, sewa dan bagi
hasil.
Sumber nafkah dikategorikan melalui aktivitas nafkah, yaitu wujud nyata dari
strategi yang diterapkan oleh rumahtangga petani meliputi kegiatan pertanian
on farm dan off farm) dan non pertanian (non farm) (Ellis1998).
Dikategorikan menjadi dua, yaitu:
a. Pertanian
on-farm; didasarkan dari sumber hasil pertanian dalam arti luas (pertanian,
perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, dll)
off-farm, yaitu dapat berupa upah tenaga kerja pertanian, sistem bagi hasil
(harvest share system), kontrak upah tenaga kerja non upah dan lain-lain.
b. non pertanian
non farm, yaitu sumber pendapatan yang berasal dari luar kegiatan
pertanian yang dibagi menjadi 5 yaitu: (1) upah tenaga kerja pedesaan
bukan dari pertanian; (2) usaha sendiri di luar kegiatan pertanian, (3)

pendapatan dari hak milik (misalnya: sewa), (4) kiriman dari buruh migran
yang pergi ke kota; dan (5) kiriman dari buruh migran yang pergi ke luar
negeri.
Strategi Nafkah untuk survival dikategorikan sebagai berikut:
a. Nafkah tunggal yaitu, rumah tangga dengan satu macam pekerjaan
b. Nafkah ganda yaitu rumah tangga dengan dua macam pekerjaan
c. Nafkah multi yaitu, rumah tangga dengan tiga macam pekerjaan atau lebih.

13

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kampung Sarongge Girang, Kawasan Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango. Lokasi tersebut dipilih secara sengaja
(purposive) karena Desa Ciputri Resort Sarongge ini merupakan daerah
perluasaan kawasan taman nasional pada awalnya merupakan Pengelolaan Hutan
Berbasis Masyarakat (PHBM) antara perhutani dengan masyarakat menjadi
kawasan Taman Nasional. Perubahan alih fungsi yang sangat berbeda menjadi
sebuah masalah terkhusus bagi aktor yang sudah memanfaatkan sumberdaya
hutan sejak dari rezim PHBM. Zonasi yang jelas oleh TNGGP sehingga mau tidak

mau harus menutup akses demi kelesatarian atau konservasi yang menjadi tujuan
TNGGP. Namun dengan penutupan akses tersebut menjadi sebuah dilema
masyarakat untuk mencari alternatif pekerjaan atau strategi nafkah demi
keberlangsungan hidupnya (khusus petani penggarap di kawasan konservasi
TNGGP). Berdasarkan alasan tersebut, maka resort Sarongge dipilih menjadi
lokasi penelitian.
Penelitian dilaksanakan dalam waktu kurang lebih satu bulan. Kegiatan
penelitian meliputi pengambilan data lapangan baik primer dan sekunder,
mengatahui struktur masyarakat desa, menyebar beberapa panduan pertanyaan
dan kuisioner dilanjutkan dengan pengelohan dan analisis data, penulisan draft
skripsi, sidang skripsi dan perbaikan laporan penelitian.
Teknik Pemilihan Responden dan Informan
Penelitian dirancang dengan menggunakan metode survai yang bersifat
deskriptif korelasional (Singarimbun 1989). Pengumpulan data dilakukan selama
satu bulan pada bulan maret 2013 pada minggu 3 dan 4 serta bulan April 2013
pada minggu 1 dan 2. Data yang dikumpulkan mencakup data primer (data
kuantitatif maupun data kualitatif) dan data sekunder.Data primer diperoleh dari
pertanyaan terstruktur berupa kuesioner yang ditanyakan langsung kepada
responden agar mendapatkan jawaban yang akurat dan wawancara mendalam
kepada informan. Informasi dari sumber lain sebagai data pendukung atau untuk

verifikasi. Data sekunder diperoleh dari sumber, yaitu Balai Besar Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGP), Perum perhutani, Kantor Resort
Sarongge, kantor pemda Kabupaten Cianjur dan Masyarakat dalam dan sekitar
kawasan resort Sarongge dan KementerianKehutanan serta dokumen-dokumen
dan pustaka yang berhubungan dalam menunjang penelitian.
Populasi penelitian adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciricirinya akan diduga (Palte 1978 dalam Singarimbun dan Effendi 1989). Populasi
dalam penelitian ini yaitu masyarakat (petani) di kawasan resort Sarongge.
Sampel diambil dari masing-masing populasi melalui metode Simple Random
Sampling yakni mengacak secara random populasi petani hutan. Dari populasi
diambil sejumlah 30KK petani penggarap dari populasi sebanyak 45 KK. Unit
analisis dalam penelitian ini adalah rumahtangga.

14

Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini secara kuantitatif diolah dengan
merekapitulasi kuesioner responden dan ditabulasi silang, yang kemudian
dianalisis untuk mendapatakan sebaran berbagai variabel dan hubungannya untuk
menjelaskan sumber nafkah, struktur nafkah, strategi nafkah, luas dan status
tanah yang dikuasai, dan pendapatan rumahtangga.
Teknik analisis data kualitatif dilakukan sejak awal pengumpulan data.
Hasil wawancara mendalam dan pengamatan disajikan dalam bentuk catatan
harian yang dianalisis sejak pertama kali datang ke lapangan dan berlangsung
terus menerus. Analisis data kualitatif dilakukan secara terus menerus yang terdiri
atas pengumpulan data, analisis data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Analisis data primer dan sekunder mengacu pada pendapat Miles dan
Huberman (1992) dalam Sitorus (1998), data diolah dengan melakukan tiga
tahapan kegiatan dan dilakukan secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan melalui verifikasi data. Pertama, reduksi data
dilakukan dengan tujuan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang data-data yang tidak diperlukan dan mengorganisir data sedemikian
sehingga didapatkan kesimpulan akhir.
Kedua, data yang telah disajikan dalam bentuk teks naratif hasil catatan
lapang disusun dalam bentuk matriks yang menggambarkan proses apa saja faktor
yang mempengaruhi usaha nelayan, kemudian proses bagaimana faktor tersebut
mempengaruhi pola perilaku ekonomi nelayan tuna di sana. Hal ini akan
memudahkan melihat apa yang sedang terjadi dan menentukan apakah menarik
kesimpulan yang benar ataukah terus melakukan analisis. Tahap ketiga, penarikan
kesimpulan yaitu melalui verifikasi yang dilakukan peneliti sebelum peneliti
menarik kesimpulan akhir. Verifikasi tersebut dilakukan dengan cara: memikirkan
ulang selama penulisan, tinjauan ulang pada catatan lapang, serta bertukar pikiran
dengan teman sejawat dan dosen pembimbing. Artinya, terdapat satu tahapan
dimana proses menyimpulkan penelitian ini dilakukan bersama dengan para
informan yang merupakan subjek dalam penelitian ini dan yang telah
menyumbangkan data dan informasi terhadap penelitian ini. Analisis data
kualitatif dipadukan dengan hasil interpretasi data kuantitatif.

15

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Lokasi dan Lingkungan Fisik
Desa Ciputri, kecamatan Pacet, Kabupaten cianjur merupakan bagian
wilayah Resort Sarongge Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP)
yang memiliki luas wilayah 534 Ha termasuk perluasan kawasan berdasarkan SK
Menhut No. 174/Kpts-II/2003 tangal 10 Juni 2003. Wilayah Resort Sarongge
terdiri dari batas buatan sepanjang kurang lebih 23km, yang memanjang dari
mulai patok TN 173 ((Blok Pasir Sarongge) sampai dengan patok TN 200 (Blok
Pasir Ipis) dengan jumlah pal batas sebanyak 27 buah (Pal batas lama), dan Pal B
300 sampai dengan B 515 kawasan ini hampir seluruhnyaberbatasan dengan lahan
milik masyarakat yang dikelola sebagai kebun sayur mayor dan ladang.Desa
Ciputri ini berbatasan dengan:
Utara
: Desa Ciherang Kecamatan Pacet
Selatan
: Desa Galudra Kecamatan Cugenang
Barat
: Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Timur
: Desa Cibeureum Kecamatan Cugenang
Desa Ciputri yang memiliki luasan ±534 Ha sebagian besar diperuntukan
untuk daerah persawahan, pertanian atau ladang dan perikanan atau perkebunan.
Dengan keadaan penggunaan lahan seperti itu pada umumnya kegiatan sehariharinya adalah bertanam tanaman musiman.
Tabel 2 Pola peruntukan lahan Desa Ciputri tahun 2012
No
1
2
3
4
5
6

Peruntukan Lahan
Permukiman/Pekarangan
Persawahan
Pertanian/ladang (Ha)
Perikanan/Perkebunan
Pengembalaan/Hutan Negara
Infrastruktur/ Prasarana Umum/
Sungai
Jumlah

Luasan (Ha)
9.59
200.379
226.435
81.22
0
17.14

Persentase (%)
1.8
37.5
42.3
15.2
0
3.2

534.764

100

Desa Ciputri merupakan daerah yang memiliki topografi lahan yang curam
dengan kemiringan rata-rata 75 persen terletak pada ketinggian 1000 - 2900 mdpl
dengan titik tertinggi terletak di Puncuk Gunung Gumuruh. Jenis tanah yang
terdapat di Desa Ciputri wilayah Resort Sarongge yaitu Andosol dari batuan beku
dan Intermedier di daerah gunung.Wilayah Resort Sarongge Desa Ciputri beriklim
tipe A dengan suhu minumum O0-100 Celcius dan suhu maksimum antara 250-260
Celcius atau dengan kata lain suhu rata-rata sekitar 17.90Celcius. Selain itu Resort
Sarongge Desa Ciputri mempunyai curah hujan yang tinggi dengan rata-rata 3380
mm/tahun.

16
Aksesibilitas dan Sarana Prasarana
Jalan menuju lokasi penelitian pada umumnya sudah dilakukan pengaspalan,
namun perbatasan di Desa Galudra menuju lokasi penelitian jalan sebagaian besar
sudah sedikit hancur dan jalan bergelombang karena jalan berupa aspal berbatu.
Jarak lokasi penelitian ke Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
(BBTNGGP) ± 24 km dengan waktu tempuh ± 1jam dan jarak ke kantor Ketua
desa ±5km dengan waktu tempuh ± 0.4jam. Sarana transportasi umum yang ada
untuk menghubungkan masing-masing kampung hanya ada ojek saja, melihat dari
jalan yang kurang baik jika menggunakan angkutan pedesaan roda empat.
Angkutan pedesaan roda empat hanya sampai kantor desa.
Prasarana dan fasilitas yang dimiliki desa diantaranya adalah kantor desa,
posyandu dan PKK, bangunannya berada dalam satu lokasi dan cukup memadai,
dengan adanya ruangan aula pertemuan dan tempat parkir. Bangunan sekolah
dasar/sederajat terdapat satu, Taman Kanak-kanak terdapat satu, terdapat satu
Radio Komunitas yang bernama Radio Edelweiss, terdapat empat belas mesjid
dan 34 langgar atau musholla, serta satu perpustakaan desa.
Jumlah Penduduk dan Mata Pencaharian
Berdasarkan data monografi potensi tahun 2012, penduduk Desa Ciputri
adalah masyarakat pribumi asli. Jumlah penduduk di Desa Ciputri adalah 10 048
jiwa terdiri dari 5235 jiwa laki-laki dengan persentase 52 persen dan 4813 jiwa
perempuan dengan persentase 48 persen. Jumlah dan persentase menurut jenis
kelamin tercantum dalam Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin Desa Ciputri
No
1
2

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total

Jumlah (jiwa)
5235
3813
10 048

Persentase (%)
52
48
100

Sebagaimana tercantum dalam Tabel 4, berdasarkan data potensi desa tahun
2012 sebagian besar mata pencaharian penduduk di Desa Ciputri yakni Petani
dengan jumlah sebanyak 1188 orang, sebagai besar petani pada sentra penghasil
sayur-mayurdan menjual hasil panennya ke Cianjur atau ke Bogor bahkan ke
pasar induk jakarta dalam skala cukup besar. Jumlah dan persentase berdasarkan
pola mata pencaharian penduduk
Tabel 4 Jumlah dan persentase menurut pola mata pencaharian
No
1
2
3
4
5
6

Pola Mata Pencaharian
PNS
TNI/POLRI
Petani
Pedagang
Wiraswasta
Lain-lain
Total

Jumlah (orang)
29
1
1188
48
650
335
2 251

Persentase (%)
1.3
0.1
52.7
2.2
28.8
14.9
100

17
Pendidikan
Berdasarkan data potensi desa tahun 2012 tingkat pendidikan di Desa
Ciputri dapat dijelaskan bahwa jumlah data penduduk Desa Ciputri tercatat
sebanyak 9 058 orang, terdiri dari jumlah persentase yang belum sekolah dan
tidak tamat SD sebesar 14.89 persen. Tamat SD atau setaranya sebesar 79.13
persen.Tamat SMP atau setaranya sebesar 3.81 persen. Tamat SMA atau setaranya
sebesar 1.75 persen. Tamat Diploma atau setaranya sebesar 0.24 persen dan
Sarjana atau setaranya sebesar 0.18 persen. Kondisi tersebut menujukkan rata-rata
tingkat pendidikan masyarakat di dominasi pada tamatan SD. Tercantum dalam
Tabel 5.
Tabel 5 Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
No
1
2
3
4
5
6
7

Tingkat Pendidikan
Belum Sekolah/Tidak Tamat SD
Tamat SD
SMP
SMA
Diploma
Sarjana
Lain-lain
Total

Jumlah (orang)
1349
7168
345
158
22
16
0
9058

Persentase (%)
14.9
79.1
3.8
1.8
0.2
0.2
0
100

Komposisi penduduk berdasarkan jenjang pendidikan menggambarkan
tingkat sumberdaya manusia yang berkualitas sehingga menunjukkan tingkat
kemajuan suatu wilayah dalam pembangunan. Kondisi pendidikan masyarakat
yang tergolong rendah yang terlihat pada Tabel 5 dengan jumlah 1349 orang
belum sekolah atau tidak tamat SD dan 7 168 orang tamatan SD, mengakibatkan
rendahnya kualitas sumberdaya manusia yang tinggal di Desa Ciputri. Meskipun
sebagaian besar di