Peran Penerapan Organisasi Pembelajar Untuk Meningkatkan Daya Saing Dalam Menghadapi MEA Pada Usaha Kecil dan Menengah Di Kota Bekasi
PERAN PENERAPAN ORGANISASI PEMBELAJAR UNTUK
MENINGKATKAN DAYA SAING DALAM MENGHADAPI
MEA PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA
BEKASI
HUSNAENI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Peran Penerapan
Organisasi Pembelajar untuk Meningkatkan Daya Saing dalam Menghadapi MEA
pada Usaha Kecil dan Menengah di Kota Bekasi” adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Husnaeni
NIM H251124071
RINGKASAN
HUSNAENI. Peran Penerapan Organisasi Pembelajar untuk Meningkatkan Daya
Saing dalam Menghadapi MEA pada Usaha Kecil dan Menengah di Kota Bekasi.
Dibimbing oleh ANGGRAINI SUKMAWATI dan MUHAMMAD SYAMSUN.
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sebagai bentuk usaha yang menjadi
salah satu faktor pendorong kemajuan sektor perekonomian di Indonesia harus
dapat memiliki daya saing dalam menghadapi kompetisi, terutama dalam
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Kondisi ini membuat setiap
UKM berupaya untuk menjadi organisasi pembelajar agar tetap eksis dalam dunia
bisnis. Organisasi pembelajar pada penelitian ini menggunakan teori Senge (2006)
yaitu lima disiplin/pilar antara lain model mental, berpikir sistem, visi bersama,
penguasaan pribadi, dan belajar beregu.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana penerapan
organisasi pembelajar pada UKM dengan menguji pengaruh organisasi
pembelajar pada kinerja dan peningkatan daya saing. Teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan purposive sampling yaitu dipilih UKM yang
memiliki ancaman kuat dari MEA, dari kelima klaster UKM tersebut maka dipilih
50 responden dari 25 UKM dengan responden pemilik dan karyawan UKM.
Analisis data menggunakan Diagram Ishikawa (fishbone) dan Structural Equation
Modelling (SEM) berbasis SMART Partial Least Square (PLS) dengan
menggunakan empat peubah laten yaitu kompetensi, organisasi pembelajar,
kinerja, dan daya saing.
Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) secara langsung kompetensi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja tetapi memiliki hubungan tidak
langsung antara kompetensi dan kinerja melalui organisasi pembelajar
berpengaruh secara signifikan, (2) kompetensi memiliki pengaruh positif terhadap
organisasi pembelajar, (3) organisasi pembelajar memiliki pengaruh positif
terhadap kinerja, (4) organisasi pembelajar tidak berpengaruh signifikan terhadap
daya saing tetapi secara tidak langsung berpengaruh secara signifikan melalui
kinerja, dan (5) kinerja memiliki pengaruh positif terhadap daya saing.
Rendahnya daya saing UKM di Kota Bekasi terletak pada faktor sumber
daya manusia dan metodenya. Pada lima klaster yang diteliti yaitu klaster boneka,
konveksi, santadoges (sandal, tas, dompet, gesper), handycraft, dan bordir
memiliki keterbatasan SDM. Ternyata meskipun kompetensinya rendah tapi dapat
berkinerja tinggi untuk menghasilkan produk berkualitas dengan sistem
pemasaran yang sebagian sudah melalui sistem online dan wilayah pemasarannya
sudah mencakup ke luar negeri. Dengan penerapan organisasi pembelajar melalui
tim pembelajaran terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kapabilitas
produksi sehingga visi organisasi tercapai. Walaupun organisasi pembelajar tidak
berpengaruh secara langsung terhadap daya saing tetapi melalui kinerja dapat
meningkatkan daya saing.
Kata Kunci: kompetensi, kinerja, model mental, kapabilitas, diagram Ishikawa,
SEM
SUMMARY
HUSNAENI. The role of the learning organization implementation to improve
Small and Medium Enterprises competitiveness towards ASEAN Economic
Community in Bekasi. Supervised by ANGGRAINI SUKMAWATI and
MUHAMMAD SYAMSUN.
Small and Medium Enterprises (SMEs) are businesses that become one
factor of Indonesian economic advancement that needed to improve their
competitiveness in order to compete with the ASEAN Economic Community.
This condition made SMEs to become the learning organization in order to
survive in the competition. This study used the learning organization theory of
Senge (2006), which were five disciplines/pillars: mental models, systems
thinking, shared vision, personal mastery and team learning.
This study aims to analyze to what extent the implementation of learning
organization in the SMEs by testing the effect of the learning organization to the
performance and the competitiveness improvement. This study was conducted in
Bekasi involving 50 respondents from 25 SMEs. Purposive sampling technique
was used in this study. Fifty respondents which were the business owners,
workers and related department were chosen from five clusters. Ishikawa Diagram
and Structural Equation Model (SEM) based on SMART Partial Least Square
with four laten variable which were competence, learning organization,
performance and competitiveness were used in this study to analyze the data.
The result of the analysis showed that (1) directly competence didn’t affect
significantly to the performance but indirect relationship of competence and
performance through learning organization were significant, (2) competence had
positive effect on learning organization, (3) learning organization had positive
effect on performance, (4) learning organization didn’t affect significantly on
competitiveness but indirectly affecting significantly on through performance, and
(5) Performance had positive effect on competitiveness.
The low competitiveness of the SME category of human resources and
methods. The five clusters studied were cluster doll, convection, santadoges
(slipper, bag, wallet, belt), handycraft, and embroider have limited human
resources. Although low competence but it have high performance to produce
quality products with online marketing systems and overseas marketing. The
learning organization implementation by team learning an increase in knowledge,
skills and production capabilities so as achieve of the organization vision.
Although the learning organization indirectly affecting on competitiveness but
improve competitiveness on through performance.
Key words:
competency, performance, mental models, capability, ishikawa
diagram, SMEs
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PERAN PENERAPAN ORGANISASI PEMBELAJAR UNTUK
MENINGKATKAN DAYA SAING DALAM MENGHADAPI
MEA PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA
BEKASI
HUSNAENI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Manajemen
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:
Dr. Ir. H. Ma’mun Sarma, MS, MEc
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini ialah pengaruh
penerapan organisasi pembelajar terhadap daya saing pada UKM di Kota Bekasi.
Tesis ini memiliki perbedaan outline dengan outline tesis yang biasa, tesis ini
disusun dengan dua subjudul penelitian yang berupa naskah artikel ilmiah yang
mirip dengan yang dimuat di terbitan berkala ilmiah.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Anggraini Sukmawati,
MM dan Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun, MSc selaku pembimbing, yang
telah dengan pemikiran yang seksama membantu penulis dalam menyelesaikan
karya ilmiah ini. Bapak Dr. Ir. H. Ma’mun Sarma, MS, MEc selaku penguji luar
komisi yang telah memberikan saran dan masukan. Disamping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Walikota Bekasi, Wakil Walikota Bekasi, Dinas
Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Pemerintah Kota Bekasi dan seluruh
UKM Kota Bekasi yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada orangtua, suami, serta anak, atas segala doa
dan kasih sayangnya. Terakhir buat teman-teman Angkatan 6 Ilmu Manajemen,
terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya selama ini. Terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada Mas Hermawan dan Mas Ujang yang telah
membantu dalam hal administrasi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2015
Husnaeni
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
1
1
4
4
4
5
2 METODE
Kerangka Pemikiran
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Penarikan Sampel
Pengolahan dan Analisis Data
6
6
7
7
8
8
3 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
UKM Kota Bekasi
Profil Responden
9
9
9
4 IDENTIFIKASI MASALAH RENDAHNYA DAYA SAING
PADA UKM DI KOTA BEKASI
Pendahuluan
Metode
Hasil dan Pembahasan
Implikasi Manajerial
Simpulan
12
12
12
13
15
15
5 ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMBELAJAR DALAM
MENINGKATKAN DAYA SAING PADA UKM DI KOTA BEKASI
Pendahuluan
Metode
Hasil dan Pembahasan
Implikasi Manajerial
Simpulan
16
16
17
21
28
29
6 PEMBAHASAN UMUM
31
7 SIMPULAN DAN SARAN
33
DAFTAR ISI (lanjutan)
DAFTAR PUSTAKA
34
LAMPIRAN
36
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Indeks daya saing negara-negara ASEAN 2012
Data UMKM Kota Bekasi Tahun 2013
Definisi operasional peubah
Nilai Composite Reliability, AVE, Cronbach’s Alpha
Korelasi variabel laten, AVE, dan akar AVE
Nilai R-Square
Hasil bootstrappingkoefisien jalur
Hasil perhitungan effect size f2
Hasil model inner pada analisis smartPLS
2
3
18
21
24
25
25
26
27
DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Kerangka pemikiran penelitian
Persentase responden berdasarkan usia
Persentase responden berdasarkan pendidikan terakhir
Persentase responden berdasarkan lama bekerja
Persentase responden berdasarkan status pernikahan
Diagram ishikawa UKM di Kota Bekasi
Model SEM
Model outer awal
Model outer akhir
Model inner
6
9
10
10
11
14
18
22
23
24
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
Penelitian terdahulu yang relevan
Kuisioner penelitian
Uji Realibilitas
Analisis validitas diskriminan kriteria cross loading
36
38
44
44
1
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Semua bangsa sedang bersaing untuk menjadi yang terdepan dalam era
persaingan, sudah seharusnya Indonesia bersiap menghadapi ketatnya persaingan
di tahun 2015 mendatang. Indonesia dan negara-negara di wilayah Asia Tenggara
akan membentuk sebuah kawasan yang terintegrasi yang dikenal sebagai
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan
bentuk realisasi dari tujuan akhir integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara.
Berdasarkan ASEAN Economic Blueprint, MEA menjadi sangat dibutuhkan
untuk memperkecil kesenjangan antara negara-negara ASEAN dalam hal
pertumbuhan perekonomian dengan meningkatkan ketergantungan anggotaanggota didalamnya. MEA dapat mengembangkan konsep meta-nasional dalam
rantai suplai makanan, dan menghasilkan blok perdagangan tunggal yang dapat
menangani dan bernegosiasi dengan eksportir dan importir non-ASEAN
(Association of Southeast Asian Nations, 2008).
Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena
hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal
tersebut akan berdampak pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan
meningkatkan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia (Santoso, 2008).
Tantangan yang harus dilalui mengenai kesiapan Indonesia menghadapi MEA
2015 adalah mindset masyarakat, khususnya pelaku usaha Indonesia yang belum
seluruhnya mampu melihat MEA 2015 sebagai sebuah peluang. Selain itu
perlunya sinkronisasi program dan kebijakan pemerintah pusat dengan daerah.
Sangat diperlukan kesamaan pandang diantara pejabat daerah dan pusat.
Tantangan lainnya yang perlu di evaluasi yakni lemahnya infrastruktur, khususnya
bidang transportasi dan energi yang menyebabkan biaya ekonomi tinggi, terutama
juga bagi sektor produksi dan bagi pasar. Terbatasnya jumlah SDM yang
kompeten untuk mendukung produktivitas nasional dan birokrasi yang belum
efisien serta belum sepenuhnya berpihak pada pebisnis juga merupakan tantangan
tersendiri.
Agar dapat survive dalam menghadapi MEA, sebuah organisasi harus
senantiasa meningkatkan kemampuan untuk berubah agar memiliki daya saing
dalam menghadapi kompetisi. Kondisi saat ini membuat setiap organisasi
berupaya untuk menjadi organisasi pembelajar agar tetap eksis dalam dunia bisnis.
Dengan organisasi pembelajar (learning organization), suatu organisasi dapat
meningkatkan kualitas dan produktivitasnya. Organisasi pembelajar memberikan
kontribusi yang positif bagi organisasi tentang pemecahan masalah yang
sistematis sebagai aktivitas awal yang menekankan pada filosofi dan metode yang
digunakan terhadap peningkatan kualitas, yang dilakukan melalui program
pelatihan tehnik pemecahan masalah, berupa latihan dan contoh kasus sehingga
anggota organisasi lebih berdisiplin dengan pemikirannya, serta lebih
memperhatikan detail sebuah pekerjaan.
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan bentuk usaha yang menjadi
salah satu faktor pendorong kemajukan sektor perekonomian di Indonesia. UKM
yang ada di Indonesia banyak menyerap tenaga kerja sehingga dapat menekan
angka pengangguran, menekan angka kemiskinan, meningkatkan pendapatan
2
masyarakat, membantu menyuplai dana untuk Negara, dan lain sebagainya. Salah
satu fokus MEA 2015, MEA akan dijadikan sebagai kawasan yang memiliki
perkembangan ekonomi yang merata, dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil
Menengah (UKM). Kemampuan daya saing dan dinamisme UKM akan
ditingkatkan dengan memfasilitasi akses mereka terhadap informasi terkini,
kondisi pasar, pengembangan sumber daya manusia dalam hal peningkatan
kemampuan, keuangan, serta teknologi. Target pengembangan UKM untuk tahun
2014 hingga ke 2015 ialah produktivitas dan daya saing UKM harus terus
meningkat dengan menargetkan perkembangan ekspor UKM tumbuh hingga 20%
pertahunnya.
Setiap UKM dituntut untuk memiliki daya saing yang tinggi sehingga harus
mulai memperbaiki diri. UKM yang memiliki daya saing tinggi ditandai dengan
kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang andal, penguasaan pengetahuan
yang tinggi, dan penguasaan perekonomian. UKM di Indonesia masih tertinggal
dan masih menghadapi berbagai tantangan di era globalisasi saat ini, apalagi
dalam menghadapi MEA tahun 2015 nanti. Hal ini ditunjukkan oleh salah satu
indikator untuk mengukur sejauh mana posisi sebuah negara dalam lingkungan
dan persaingan global. World Economic Forum (WEF) menerbitkan laporan
tahunan The Global Competitiveness Report 2012–2013. Seperti halnya laporan
tahun-tahun sebelumnya, laporan tahunan ini menyajikan data yang komprehensif
mengenai Indeks Daya Saing Global beserta unsur-unsur pembentuknya. Data
untuk mengukur indeks daya saing global tersebut berasal dari survei opini
eksekutif di setiap negara dan data sekunder yang diperoleh dari lembaga
internasional seperti IMF dan Bank Dunia, yang berasal dari kantor statistik setiap
negara.
Tabel 1 Indeks daya saing negara-negara ASEAN 2012
Negara
2008
2012
Perubahan
1 Singapura
5
2
3
2 Malaysia
21
25
-4
3 Brunei Darussalam
39
28
11
4 Thailand
34
38
-4
5 Indonesia
55
50
5
6 Filipina
71
65
6
7 Vietnam
70
75
-5
8 Kambodia
109
85
24
9 TimorLeste
129
136
-7
Sumber : WEF (2012), The Global Competitiveness Report 2012–2013
Data tersebut menunjukkan bahwa daya saing Indonesia belum sesuai
dengan harapan. Diantara negara-negara ASEAN, setelah Singapura, negara yang
tertinggi peringkat daya saing tahun 2012 adalah Malaysia (ke 25), disusul Brunei
Darussalam (28), Thailand (38), Indonesia berada di urutan ke empat dengan
posisi ke 50. Negara tetangga Timor-Leste menempati urutan terakhir (ke 136).
Negara-negara ASEAN yang mengalami kenaikan indeks daya saing terbesar
sejak2008 adalah Kambodia (24 tingkat), Brunei Darussalam (11), Filipina (6),
Indonesia (5), dan Singapura (3). Sedangkan Malaysia, Thailand, Vietnam, dan
Timor Leste mengalami penurunan peringkat daya saing selama 2008-2012.
3
Pada tahun 2013, UMKM yang sudah berkembang di Kota Bekasi sebanyak
1.261 UMKM yang terdiri dari 10 klaster yaitu makanan dan minuman, konveksi,
ikan, boneka, bordir, handycraft, santadoges (sandal, tas, dompet, gesper),
furniture, tanaman hias, dan ternak ayam. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Koperasi (Disperindagkop) Kota Bekasi yang menaungi para UKM telah terus
berupaya meningkatkan kualitas UKM lokal dalam menghadapi MEA dengan
memberikan pelatihan, bantuan dana bergulir dan memfasilitasi pemberian standar
nasional Indonesia (SNI), dimana bertujuan untuk mendorong pelaku usaha lokal
agar dapat bersaing dengan pengusaha dan produk asing.
Tabel 2 Data UMKM Kota Bekasi Tahun 2013
No
Jenis UMKM
Jumlah UMKM
1
Makanan dan Minuman
671
2
Konveksi
103
3
Ikan
91
4
Boneka
86
5
Bordir
65
6
Handycraft
88
7
Santadoges (Sandal, Tas,
48
Dompet, Gesper)
8
Furniture
50
9
Tanaman Hias
23
10 Ternak Ayam
36
Jumlah
1.261
Sumber : Disperindagkop Kota Bekasi (2014)
Dalam rangka menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2015, terdapat
peluang yang besar bagi UKM untuk meraih potensi pasar dan peluang investasi
harus dapat dimanfaatkan dengan baik. Guna memanfaatkan peluang tersebut,
maka tantangan yang terbesar bagi UKM menghadapi MEA adalah bagaimana
mampu menentukan strategi yang jitu guna memenangkan persaingan. Oleh
karena itulah, mulai saat ini UKM harus mulai berbenah guna menghadapi
perilaku pasar yang semakin terbuka di masa mendatang. Para pelaku UKM tidak
boleh lagi harus mengandalkan buruh murah dalam pengembangan bisnisnya.
Kreativitas dan inovasi melalui dukungan penelitian dan pengembangan menjadi
sangat penting untuk diperhatikan. Kerjasama dan pembentukan jejaring bisnis,
baik di dalam dan di luar negeri sesama UKM maupun dengan pelaku usaha besar
harus dikembangkan. Penemuan dan pendalaman yang berkesinambungan atas
ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh tiap individu sebagai anggota dari organisasi
adalah kunci sukses untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas kehidupan
individu maupun organisasi. Kondisi saat ini membuat setiap organisasi berupaya
untuk menjadi organisasi pembelajar agar tetap eksis dalam dunia bisnis.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merasa perlu untuk
melakukan penelitian terhadap usaha kecil menengah yang berada di Kota Bekasi.
Dalam rangka meningkatkan daya saing pada UKM maka penulis melakukan
penelitian dengan judul “Peran Penerapan Organisasi Pembelajar untuk
Meningkatkan Daya Saing dalam Menghadapi MEA pada Usaha Kecil dan
Menengah di Kota Bekasi”.
4
Perumusan Masalah
Usaha Kecil Menengah (UKM) mempunyai peran strategis dalam
perekonomian Indonesia dan kesejahteraan masyarakat, antara lain dalam
penyediaan lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan daerah. Namun,
UKM semakin terancam ketika perusahaan-perusahaan besar melalui produkproduk yang berkualitas dan berdaya saing tinggi memasuki pasar Indonesia.
UKM belum banyak yang menyadari pentingnya mengoptimalkan modal
intelektual (manusia, struktural, pelanggan) yang berpengaruh besar pada
peningkatan kinerja dan daya saing perusahaan. Permasalahan UKM cukup
menghambat perkembangan UKM untuk maju dan berdaya saing, permasalahan
tersebut antara lain: 1) keterbatasan sumber daya manusia (SDM) secara
kurangnya sumber daya untuk mengembangkan SDM, serta kurangnya
pemahaman mengenai keuangan, 2) kurangnya pengetahuan atas teknologi
produksi dan quality control yang disebabkan oleh minimnya kesempatan untuk
mengikuti perkembangan teknologi serta kurangnya pendidikan dan pelatihan, 3)
kurangnya pengetahuan akan pemasaran yang disebabkan oleh terbatasnya
informasi yang dapat dijangkau oleh UKM mengenai pasar, selain karena
keterbatasan kemampuan UKM untuk menyediakan produk/jasa yang sesuai
dengan keinginan pasar.
Berdasarkan hal yang dikemukakan diatas, maka permasalahan penelitian
ini adalah:
1. Apa permasalahan daya saing UKM di Kota Bekasi?
2. Bagaimana kondisi kinerja SDM di UKM saat ini?
3. Seberapa jauh penerapan organisasi pembelajar dalam meningkatkan daya
saing?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi permasalahan daya saing UKM di Kota Bekasi.
2. Menganalisis persepsi kondisi kinerja UKM di Kota Bekasi pada saat ini.
3. Menganalisis pengaruh penerapan organisasi pembelajar terhadap daya saing.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat:
1. Menjadi bahan rekomendasi dalam peningkatkan kinerja dan daya saing pada
UKM.
2. Dapat bermanfaat bagi UKM dalam mengelola SDM dan penerapan organisasi
pembelajar guna meningkatkan kinerja pegawai dan kinerja organisasi.
3. Dapat menjadi bahan dasar dan pijakan bagi peneliti-peneliti lanjutan yang
terkait dengan objek penelitian maupun metode penelitiannya.
5
Ruang Lingkup Penelitian
Kegiatan penelitian ini dibatasi pada lingkup yang berfokus pada:
1. Lingkup penelitian berada di UKM Kota Bekasi dengan klaster UKM boneka,
santadoges (sandal, tas, dompet, gesper), konveksi, handycraft, dan bordir.
2. UKM yang dimaksud adalah para UKM yang memiliki ancaman kuat dari
produk-produk luar akibat adanya MEA.
6
2 METODE
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk meilhat peran
penerapan organisasi pembelajar pada UKM sehingga dapat meningkatkan
kinerjanya dan pada akhirnya meningkatkan daya saing dalam menghadapi MEA
2015. Pendekatan yang digunakan dengan deskriptif kuantitatif yaitu pendekatan
dengan menganalisa data ordinal dari hasil kuesioner reponden dan data rasio
yang diperoleh dalam pengumpulan data. Setelah data dianalisis maka kemudian
hasilnya dijelaskan secara deskriptif.
Visi dan Misi UKM
Elemen
Kompetensi
(Spencer &
Spencer, 2009):
- Pengetahuan
- Keterampilan
- Prilaku Individu
Identifikasi permasalahan
yang dihadapi dengan analisis
diagram ishikawa
Kinerja
UKM
Kompetensi
Elemen LO
(Senge, 2006):
- Personal
Diadaptasi dari
Chajnacki (2007),
elemen UKM:
- Profit
- Produktivitas
- Kepuasan
Karyawan
Mastery
Organisasi
Pembelajar
- Mental Models
- Team Learning
- System
- Tingkat Turnover
Karyawan
- Pangsa
Pasar/Bisnis Baru
Thinking
- Standar Mutu
- Loyalitas
- Shared Vision
Daya Saing
Menghadapi MEA
Elemen Daya
Saing (Tambunan,
2004):
- SDM
- Ketersediaan
atau penguasaan
teknologi
- Organisasi dan
manajemen
Analisis pengaruh
organisasi pembelajar
terhadap daya saing
= proses
= elemen
= ruang lingkup penelitian
Rekomendasi
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Pelanggan
7
Pada penelitian ini, penulis menggunakan elemen atau indikator kompetensi
(Spencer, 2009), yaitu 1) pengetahuan 2) kemampuan 3) prilaku individu.
Indikator learning organization menurut Senge (1990), yaitu 1) personal mastery
2) mental models 3) team learning 4) system thinking 5) shared vision. Untuk
indikator kinerja diadopsi dari tesis Chajnacki (2007), pada thesis tersebut
terdapat 24 indikator tetapi untuk menyesuaikan keadaan UKM yang berada di
Kota Bekasi maka pada penelitian ini hanya mengadaptasi tujuh indikator saja,
yaitu profit, produktivitas, kepuasan karyawan, tingkat turnover karyawan, pangsa
pasar/bisnis baru, standar mutu, dan loyalitas pelanggan. Sedangkan untuk elemen
indikator daya saing (Tambunan, 2004), dalam penelitian ini hanya aspek internal
yang digunakan yaitu 1) SDM, 2) ketersediaan atau penguasaan teknologi, dan 3)
organisasi dan manajemen.
Pada awal penelitian, peneliti melakukan identifikasi permasalahan daya
saing UKM di Kota Bekasi dan bagaimanaa kondisi kinerja SDM-nya pada saat
ini. Permasalahan yang ada dianalisis dengan menggunakan diagram ishikawa.
Setelah itu, peneliti akan meneliti seberapa jauh penerapan organisasi pembelajar
pada UKM di Kota Bekasi. Dengan adanya kompetensi yang dimiliki oleh UKM
diharapkan dapat meningkatkan kinerja UKM, dan dengan adanya penerapan
organisasi pembelajar pada UKM diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM.
Dengan demikian akan dapat meningkatkan kinerja UKM dan meningkatan
kompetensi karyawan maupun organisasi sehingga memiliki daya saing tinggi
dalam menghadapi pengusaha dan produk asing pada MEA 2015 nanti.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada lima klaster UKM yang berada di Kota Bekasi,
yaitu UKM boneka, bordir, santadoges, handycraft, dan konveksi. Kelima klaster
UKM tersebut dipilih karena memiliki ancaman yang paling kuat dari keberadaan
MEA 2015. Penelitian dilakukan di UKM Kota Bekasi dengan sampel 50
responden, dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Desember 2014.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data sekunder
diperoleh dari dokumen, literatur, jurnal ilmiah, laporan kajian terdahulu yang
relevan. Data primer diperoleh melalui kuesioner, observasi dan wawancara
mendalam (in-depth interview).
Pada instrumen kuesioner menggunakan skala Semantik Diferensial yaitu
skala untuk mengukur sikap, tetapi bentuknya bukan pilihan ganda maupun
checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum di mana jawaban yang sangat
positif terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak
dibagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval dan
biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang
dipunyai oleh seseorang. Responden dapat memberi jawaban pada rentang
jawaban yang positif sampai dengan negatif.
8
Metode Penarikan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive
sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu
sehingga sampel dalam penelitian ini adalah 50 responden dari 25 UKM dengan
responden pemilik dan karyawan UKM. Jumlah ini didasarkan pada ukuran
minimal sampel untuk SEM-PLS yang direkomendasikan adalah 30-100 sampel
(Ghozali, 2008).
Pengolahan dan Analisis Data
Teknik pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan
Diagram Ishikawa (fishbone) dan menggunakan Structural Equation Modelling
Partial Least Square (SEM-PLS). Diagram Ishikawa digunakan untuk
mengidentifikasi permasalahan daya saing yang dihadapi UKM di Kota Bekasi.
Diagram Ishikawa dapat menolong kita untuk menemukan akar penyebab masalah
secara user friendly, tools yang user friendly disukai orang-orang di industri
manufaktur di mana proses di sana terkenal memiliki banyak ragam variabel yang
berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan (Purba, 2008). Suatu tindakan
dan langkah improvement akan lebih mudah dilakukan jika masalah dan
akar penyebab masalah sudah ditemukan.
Analisis SEM-PLS digunakan untuk melihat sejauhmana peran penerapan
organisasi pembelajar pada UKM di Kota Bekasi. Model persamaan SEM
merupakan generasi kedua teknik analisis multivariate yang memungkinkan
peneliti untuk menguji hubungan antara variabel yang kompleks baik untuk
memperoleh gambaran menyeluruh mengenai keseluruhan model. Menurut
Ghozali (2006) Structural equation modelling (SEM) adalah suatu teknik analisis
statistik multivariat yang memungkinkan peneliti untuk menguji pengaruh
langsung dan tidak langsung antar variabel yang kompleks. SEM merupakan
gabungan dari dua metode statistik yang terpisah yaitu analisis faktor yang
dikembangkan di fakultas psikologi dan psikometri, serta model persamaan
simultan (simultaneous equation modeling) yang dikembangkan oleh disiplin ilmu
ekomoni, khususnya di ekonometrika (Ghozali, 2008). Tidak seperti analisis
multivariate biasa (regresi berganda, analisis faktor), SEM dapat menguji
keduanya secara bersama-sama.
9
3 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
UKM Kota Bekasi
Kota Bekasi dibentuk sejak 10 Maret 1997 merupakan bagian dari wilayah
Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan propinsi lain yaitu DKI Jakarta.
Letaknya yang bersebelahan dengan ibukota negara ini memberikan beberapa
keuntungan di sisi komunikasi dan perhubungan. Kemudahan dan kelengkapan
sarana dan prasarana transportasi, menjadikan Kota Bekasi sebagai salah satu
daerah penyeimbang DKI Jakarta. Salah satu misi Kota Bekasi berupaya untuk
meningkatkan perkonomian ditempuh melalui peningkatan kapasitas dan
perluasan sektor usaha bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM),
pengembangan industri kreatif, peningkatan daya tarik investasi, dan penciptaan
iklim usaha yang kondusif, yang bermuara pada pembentukan lapangan kerja baru
dan kesempatan berusaha, terbentuknya daya saing perekonomian kota, dan laju
pertumbuhan ekonomi yang meningkat.
Kota Bekasi memiliki UMKM yang sudah berkembang sebanyak 1.261
UMKM yang terdiri dari 10 jenis usaha, penelitian ini dilakukan pada lima klaster
UKM yaitu UKM boneka, konveksi, santadoges (sandal, tas, dompet, gesper),
bordir, dan handycraft. Kelima klaster UKM tersebut dipilih karena memiliki
ancaman yang kuat dari keberadaan MEA 2015.
Profil Responden
1. Responden Berdasarkan Usia
Sumber daya manusia pada usaha kecil menengah berdasarkan usia
bervariasi antara dibawah 20 tahun sampai dengan diatas 50 tahun. Adapun
karakteristik responden berdasarkan usia disajikan dalam gambar 2 di bawah ini.
≥ 50
16%
41 – 50
32%
Usia
≤ 20
4%
21 – 30
24%
31 – 40
24%
Gambar 2 Persentase responden berdasarkan usia
Dari gambar 2 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar usia responden
adalah 41-50 tahun yaitu sebesar 32 persen, sedangkan jumlah terkecil adalah
responden dengan usia di bawah 20 tahun yaitu sebesar 4 persen. Usia 21-30 dan
31-40 tahun sebesar 24 persen, diikuti usia di atas 50 tahun sebesar 16 persen.
10
2. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tingkat pendidikan sumber daya manusia yang berada pada usaha kecil
menengah bervariasi dengan tingkat pendidikan terendah adalah SD dari 50
responden yang ada. Pada gambar 3 di bawah menyajikan karakteristik responden
berdasarkan pendidikan terakhir.
Pendidikan Terakhir
0%
D3
4%
SD
8%
S1
22%
SMP
20%
SMA
46%
Gambar 3
Persentase responden berdasarkan pendidikan terakhir
Dari Gambar 3 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar sumber daya
manusia yang ada memiliki pendidikan terakhir SMA sebesar 46 persen, diikuti
pendidkan S1 sebesar 22 persen, pendidikan SMP sebesar 20 persen, pendidikan
SD sebesar 8 persen, dan pendidikan D3 sebesar 4 persen.
3. Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Sumber daya manusia pada usaha kecil menengah memiliki pengalaman
kerja yang bervariasi. Adapun karakteristik responden berdasarkan lama bekerja
disajikan pada Gambar 4 di bawah ini.
Lama Bekerja
11-15
tahun
22%
16-20
tahun
12%
> 20 tahun
2%
< 6 tahun
40%
6-10 tahun
24%
Gambar 4 Persentase responden berdasarkan lama bekerja
Dari Gambar 4 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki pengalaman kerja dibawah 6 tahun yaitu sebesar 40 persen, diikuti
dengan pengalaman kerja 6-10 tahun sebesar 24 persen. Selanjutnya lama bekerja
11-15 tahun sebesar 22 persen, 16-20 tahun sebesar 12 persen, dan lama bekerja
di atas 20 tahun sebesar 2 persen.
11
4. Responden Berdasarkan Status Pernikahan
Status pernikahan yang dimiliki tenaga kerja pada usaha kecil menengah
sebagian besar sudah menikah. Karakteristik responden berdasarkan status
pernikahan dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.
Status Pernikahan
Belum
Menikah
14%
Lainnya
4%
Menikah
82%
Gambar 5
Persentase responden berdasarkan status pernikahan
Pada gambar 5 di atas dapat dilihat bahwa sebagaian besar tenaga kerja yang
ada sudah menikah yaitu sebesar 82 persen, status pernikahan yang belum
menikah sebesar 14 persen, sedangkan yang lainnya sebesar 4 persen.
12
4 IDENTIFIKASI MASALAH RENDAHNYA DAYA SAING PADA
UKM DI KOTA BEKASI
PENDAHULUAN
Salah satu indikator keberhasilan sebuah negara menerapkan MEA adalah
dengan kinerja UKM. Agar dapat survive dalam menghadapi MEA, UKM sebagai
organisasi bisnis harus senantiasa meningkatkan kemampuan untuk berubah agar
memiliki daya saing dalam menghadapi kompetisi. Kondisi saat ini membuat
setiap organisasi berupaya untuk menjadi organisasi pembelajar agar tetap eksis
dalam dunia bisnis. Dengan organisasi pembelajar (learning organization), suatu
organisasi dapat meningkatkan kualitas dan produktivitasnya. Organisasi
pembelajar memberikan kontribusi yang positif bagi organisasi tentang
pemecahan masalah yang sistematis sebagai aktivitas awal yang menekankan pada
filosofi dan metode yang digunakan terhadap peningkatan kualitas, yang
dilakukan melalui program pelatihan tehnik pemecahan masalah, berupa latihan
dan contoh kasus sehingga anggota organisasi lebih berdisiplin dengan
pemikirannya, serta lebih memperhatikan detail sebuah pekerjaan.
Indonesia banyak memiliki produk dan jasa unggulan yang berdaya saing
internasional, namun sayangnya pasar global kurang mengenal merek-merek
produk tersebut. Indonesia memiliki produk-produk unggulan seperti makanan,
klinik kecantikan hingga fashion dengan kualitas baik, sayangnya sangat sedikit
merek lokal yang berhasil di pasar internasional. Hal ini juga tidak lepas dari
peran UKM sebagai salah satu penopang perekonomian Indonesia, kemampuan
daya saing pelaku UKM Indonesia dalam perdagangan ekspor dinilai masih sangat
minim. Daya saing global yang rendah dari UKM dapat menjadi hambatan serius
bagi UKM. Tidak hanya untuk menembus pasar global bahkan untuk memenangi
persaingan dengan barang impor di pasar domestik juga akan berat. Berdasar data
yang dirilis APEC, Indonesia menempati posisi terakhir untuk daya saing UKM,
persoalan yang paling utama yang dihadapi UKM Indonesia adalah lemahnya
penggunaan fasilitas internet, dan penguasaan teknologi.
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka tujuan penelitian ini
adalah mengidentifikasi permasalahan rendahnya daya saing pada usaha kecil
menengah di Kota Bekasi.
METODE
Penelitian ini dilakukan hanya pada lima klaster UKM yang berada di Kota
Bekasi, yaitu UKM boneka, bordir, santadoges, handycraft, dan konveksi.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Desember 2014.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive, yaitu teknik
pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Data yang digunakan berupa
data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari dokumen, literatur,
jurnal ilmiah, laporan kajian terdahulu yang relevan. Data primer diperoleh
melalui observasi dan wawancara mendalam (in-depth interview) akan dianalisis
menggunakan Diagram Ishikawa (fishbone), diagram ini merupakan alat analisis
13
yang dapat mengidentifikasi penyebab dari masalah yang dihadapi. Dapat terlihat
faktor-faktor utama yang berpengaruh pada kualitas dan mempunyai akibat pada
masalah yang kita pelajari. Selain itu, juga dapat melihat faktor-faktor lebih
terperinci yang mempengaruhi dan mempunyai akibat pada faktor utama yang
dapat kita lihat dari panah-panah yang berbentuk tulang ikan pada diagram
fishbone.
Fishbone diagram (diagram tulang ikan karena bentuknya seperti tulang
ikan) sering juga disebut Cause-and-Effect Diagram atau Ishikawa Diagram
diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian kualitas dari
Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar (7 basic quality tools). Fishbone
diagram digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi kemungkinan penyebab
masalah dan terutama ketika sebuah team cenderung jatuh berpikir pada rutinitas
(Tague, 2005).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Permasalahan
Identifikasi permasalahan yang mempengaruhi rendahnya peningkatan daya
saing pada usaha kecil menengah di Kota Bekasi, berdasarkan hasil observasi,
wawancara, dan pengamatan langsung di lapangan maka dikelompokkan menjadi
empat permasalahan utama, yaitu 1) SDM, 2) Material, 3) Metode, 4) Pengukuran,
dan 5) Lingkungan.
Sumber daya manusia UKM, permasalahan yang paling mendasar adalah (1)
masalah pendidikan, dimana pendidikan pemilik maupun karyawan UKM ratarata SMA dengan presentase 46 persen; (2) rendahnya tingkat pendidikan yang
ada maka SDM yang ada memiliki kompetensi yang rendah; (3) rendahnya
komitmen karyawan dalam bekerja; (4) memiliki motivasi yang rendah; (5) tidak
memiliki pengalaman dalam berwirausaha; (6) keterbatasan tenaga kerja; dan (7)
tidak ada sistem seleksi karyawan.
Material, permasalahan yang paling mendasar dalam material adalah (1)
kurangnya modal untuk mengembangkan produk maupun usahanya; (2) tidak
adanya sistem persediaan bahan baku; (3) sering telatnya kedatangan bahan baku
maupun bahan setengah jadi; (4) harga material yang tidak stabil; (5) mahalnya
biaya ijin maupun sertifikasi mutu; dan (6) kualitas bahan baku yang tidak stabil.
Metode, permasalahan yang paling mendasar dalam metode adalah (1) tidak
adanya peraturan kepegawaian sehingga banyak karyawan yang hanya bekerja
selama kurang lebih enam bulan; (2) minimnya perlindungan kekayaan
intelektual; (3) rendahnya inovasi dalam produk maupun metode produksi; (4)
kurangnya pemanfaatan teknologi; dan (5) pelatihan yang diberikan oleh
pengusaha UKM maupun pemerintah masih belum tepat mengenai sasaran.
Pengukuran, permasalahan yang paling mendasar dalam pengukuran adalah
(1) tidak adanya sistem evaluasi kinerja; (2) tidak adanya ketentuan standar mutu
produk; (3) tidak adanya analisis pengembangan bisnis; (4) sistem manajemen
yang kurang baik; dan (5) tidak adanya sistem evaluasi pelatihan.
14
Lingkungan, permasalahan yang paling mendasar dalam lingkungan adalah
(1) masih banyaknya karyawan yang bekerja sendiri tanpa mau membagi ilmu ke
rekan kerjanya; (2) workshop dan toko masih menyatu; (3) workshop dan rumah
pemilik masih menyatu; dan (4) aspirasi karyawan yang tidak ditanggapi.
Adapun identifikasi permasalahan yang terjadi pada UKM di Kota Bekasi
dijelaskan melalui Diagram Ishikawa pada Gambar 6 dibawah ini. Ekor ikan
melambangkan kategori penyebab utama sedangkan duri-durinya merupakan
kategor penyebab pendukung dari permasalahan yang dihadapi UKM.
Gambar 6 Diagram ishikawa UKM di Kota Bekasi
Berdasarkan Gambar 6 di atas, faktor penyebab masalah rendahnya
peningkatan daya saing UKM adalah masalah sumberdaya manusia dan masalah
metode. Masalah SDM UKM yang dimaksud adalah seluruh pihak yang terlibat
dalam UKM. Penyebab dari faktor SDM adalah rendahnya motivasi UKM untuk
mencapai hasil yang lebih baik dari keadaan yang sekarang. Hal ini dapat
menimbulkan minimnya keinginan pemilik untuk meningkatkan kompetensinya.
Pemilik hanya berfokus pada bagaimana UKM bisa bertahan tanpa berusaha
membuat UKM maju dan berkembang. Sisi karyawan, tidak adanya sistem seleksi
perekrutan karyawan dan sedikitnya SDM.
Metode mendeskripsikan cara suatu proses dilakukan dan kebutuhan dari
proses tersebut, seperti: prosedur, instruksi dan peraturan. Permasalahan metode
adalah rendahnya inovasi dikarenakan tidak adanya kreativitas, kurangnya
pemanfaatan teknologi yang disebabkan karena tidak bisanya pelaku UKM
mengoperasikan teknologi, serta pelatihan yang sudah dilaksanakan tidak tepat
sasaran. Pelatihan yang ada setiap tahunnya selalu sama, tidak disesuaikan dengan
kebutuhan yang ada.
15
IMPLIKASI MANAJERIAL
Usaha kecil dan menengah (UKM) yang berada di Kota Bekasi harus terus
dapat meningkatkan daya saingnya baik produk maupun sumber daya
manusianya. Berdasarkan penelitian ini, implikasi manajerial yang dapat
direkomendasikan bagi UKM di Kota Bekasi antara lain dengan perbaikan strategi
UKM dan strategi SDM. UKM sebagai organisasi bisnis harus memiliki strategi
jitu agar memiliki daya saing dalam berkompetisi, melalui organisasi pembelajar
UKM dapat meningkatkan kualitas dan produktivitasnya. Organisasi pembelajar
memberikan kontribusi yang positif bagi UKM tentang bagaimana pemecahan
masalah yang sistematis dan metode yang digunakan untuk peningkatan kinerja,
melalui program pelatihan, teknik pemecahan masalah berupa latihan dan contoh
kasus sehingga SDM UKM lebih berdisiplin dengan pemikirannya, serta lebih
memperhatikan detail pekerjaannya.
Dikarenakan pengalaman UKM masih kurang maka perlu upaya perbaikan
dengan melibatkan pihak luar dari UKM, seperti dengan program mitra binaan
dari perusahaan besar. Dengan adanya program mitra binaan dapat dilakukan
pembinaan dan pengembangan sehingga dapat membantu dalam permodalan,
pembinaan media promosi untuk meningkatkan akses pasar, dan daya saing
pemasaran.
Peran pemerintah harus selalu mendukung peningkatan kinerja pada UKM
dengan memfasilitasi segala bentuk usaha pengembangan UKM dan
mempermudah urusan birokrasi dalam hal ini mempermudah perizinan badan
usaha, memfasilitasi pengurusan hak paten dan hak cipta, dan merk dagang yang
selama ini berbiaya tinggi dan memerlukan waktu yang lama.
SIMPULAN
Penyebab utama masalah rendahnya peningkatan daya saing pada UKM di
Kota Bekasi adalah (1) masalah SDM dimana rendahnya kompetensi dan motivasi
pemilik dan karyawan UKM, keterbatasan jumlah tenaga kerja yang dimiliki, dan
tidak adanya sistem seleksi/perekrutan karyawan sehingga UKM tidak memiliki
SDM yang kualifikasi tinggi; (2) masalah metode dimana rendahnya inovasi,
kurangnya pemanfaatan teknologi yang dapat berguna untuk pengembangan
produk maupun dalam pemasarannya. Melalui pendidikan formal, pelatihan, dan
pengetahuan dapat meningkatkan kompetensi UKM sehingga memiliki
kemampuan untuk bersaing dan survive dalam MEA 2015.
16
5 ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMBELAJAR DALAM
MENINGKATKAN DAYA SAING PADA UKM DI KOTA BEKASI
PENDAHULUAN
Organisasi yang memiliki daya saing tinggi ditandai dengan kemampuan
sumber daya manusia (SDM) yang andal, penguasaan pengetahuan yang tinggi,
dan penguasaan perekonomian global. Menurut Porter (1990), daya saing
diidentikkan dengan produktivitas dimana tingkat output yang dihasilkan untuk
setiap unit input yang digunakan. Peningkatan produktivitas meliputi peningkatan
jumlah input fisik (modal dan tenaga kerja), peningkatan kualitas input yang
digunakan dan peningkatan teknologi (total faktor produktivitas).
Penerapan strategi bersaing yang tepat akan dapat menciptakan maupun
meningkatkan daya saing suatu perusahaan/organisasi. Salah satu caranya dengan
pengelolaan sumber daya secara efektif dan efisien. Penentuan strategi yang tepat
harus disesuaikan dengan seluruh aktivitas dari fungsi perusahaan, sehingga akan
menciptakan kinerja perusahaan sesuai dengan yang diharapkan, tidak terkecuali
pada UKM.
Usaha kecil menegah (UKM) yang memiliki daya saing tinggi ditandai
dengan kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang andal, penguasaan
pengetahuan yang tinggi, dan penguasaan perekonomian. Untuk meningkatkan
daya saing UKM serta untuk mendapatkan peluang ekspor dan peluang bisnis
lainnya dapat dilakukan dengan memanfaatkan perkembangan information
technology, utamanya e-commerce (Nuryanti 2013). Sedangkan berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Pebruati (2013), salah satu cara meningkatkan
daya saing UKM dengan adopsi teknologi informasi, melalui Acceptance IT
(penerimaan TI) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan daya
saing perusahaan. Menurut studi yang dilakukan oleh Tambunan (2004), ada 3
(tiga) aspek penting yang mempengaruhi daya saing UKM yakni: (1) faktor-faktor
internal perusahaan; (2) lingkungan eksternal; dan (3) pengaruh dari
pengusaha/pemilik usaha. Sebuah UKM yang memiliki daya saing yang tinggi
dicirikan oleh sejumlah aspek internal perusahaan, yaitu SDM (pekerja dan
pengusaha/pemilik usaha), ketersediaan atau penguasaan teknologi, dan organisasi
dan manajemen.
Salah satu tantangan bagi UKM yang harus dihadapi pada tahun 2015
adalah dengan adanya pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA
bertujuan memberikan peluang bagi negara-negara anggota ASEAN untuk
memperluas cakupan skala ekonomi, mengurangi kemiskinan dan kesenjangan
sosial ekonomi, meningkatkan daya tarik sebagai tujuan bagi investor dan
wisatawan, mengurangi biaya transaksi perdagangan dan memperbaiki fasilitas
perdagangan dan bisnis. Namun bagi UKM, keberadaan MEA 2015 akan
meningkatkan persaingan diantara organisasi bisnis. Kondisi ini membuat setiap
UKM berupaya untuk menjadi organisasi pembelajar agar tetap bertahan dalam
dunia bisnis.
Organisasi pembelajar adalah organisasi dimana orang mengembangkan
kapasitas mereka secara terus-menerus untuk menciptakan hasil yang mereka
inginkan, dimana pola pikir yang luas dan baru dipelihara, aspirasi kolektif
17
dipoles, dan orang-orang belajar tanpa henti untuk melihat segala hal secara
bersama-sama (Senge 2006). Lebih lanjut dikatakan bahwa suatu organisasi dapat
dikatakan sebagai organisasi belajar jika organisasi tersebut telah memiliki lima
disiplin/pilar antara lain model mental, berpikir sistem, visi bersama, penguasaan
pribadi, dan pembelajaran tim. Kelima pilar organisasi pembelajar ini harus hadir
bersama-sama dalam sebuah organisasi untuk mempercepat proses pembelajaran
dan meningkatkan kemampuannya untuk beradaptasi pada perubahan dan
mengantisipasi perubahan di masa depan.
Tobing dan Fitriati (2009) menyatakan bahwa organisasi belajar memiliki
hubungan yang kuat dan berpengaruh signifikan terhadap kompetensi peningkatan
karyawan, penerapan kelima disiplin yang membentuk organisasi pembelajar
dapat meningkatkan kompetensi pegawai. Peningkatan kompetensi pegawai
melalui organisasi pembelajar akan meningkatkan kinerja organisasi dalam hal ini
UKM, sehingga akan meningkatkan daya saing UKM untuk menghadapi MEA
2015.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
menganalisis persepsi kondisi kinerja UKM di Kota Bekasi saat ini dan
menganalisis pengaruh penerapan organisasi pembelajar terhadap daya saing.
METODE
Penelitian ini dilakukan pada lima klaster UKM yang berada di Kota Bekasi,
yaitu UKM boneka, bordir, santadoges (sandal, tas, dompet, gesper), handycraft,
dan konveksi. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
purposive sampling yaitu dipilih UKM yang memiliki ancaman kuat dari MEA,
dari kelima klaster UKM tersebut maka dipilih 50 responden dari 25 UKM dengan
responden pemilik dan karyawan UKM. Data yang digunakan berupa data primer
dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari dokumen, literatur, jurnal ilmiah,
laporan kajian terdahulu yang relevan. Data primer diperoleh melalui kuesioner,
observasi dan wawancara mendalam (in-depth interview).
Teknik pengolahan data pada penelitian ini menggunakan metode
Structural Equation Modelling (SEM) berbasis SMART Partial Least Square
(PLS) versi 2.0. Singgih (2011) menyatakan SEM adalah alat analisis yang
popupler, yang merupakan gabungan dari analisis faktor dan analisis regresi.
Model SEM terdiri dari dua jenis model yaitu measurement model dan struktural
model. Model struktural adalah hubungan antara konstruk independen dan
dependen, sedangkan model measurement adalah hubungan (nilai loading) antara
indikator dengan konstruk (variabel laten). Model SEM yang akan dianalisa dapat
dilihat pada Gambar 7. Sebelum melakukan pengolahan data, terlebih dahulu
peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas Untuk melakukan uji validitas
menggunakan rumus Pearson Product Moment, sedangkan uji reliabilitas
dilakukan dengan menggunakan metode Cronbach Alpha.
18
KN
H5
H1
H3
K
DS
H2
H4
OP
Gambar 7 Model SEM
Keterangan:
K
: Kompetensi
KN
: Kinerja
OP
: Organisasi Pembelajar
DS
: Daya Saing
H1
H2
H3
H4
H5
Hipotesis yang dikembangkan berdasarkan model tersebut adalah:
= kompetensi berpengaruh terhadap kinerja
= kompetensi berpengaruh terhadap organisasi pembelajar
= organisasi pembelajar berpengaruh terhadap kinerja
= organisasi pembelajar berpengaruh terhadap daya saing
= kinerja berpengaruh langsung terhadap daya saing
Analisis Structural Equation Modelling pada penelitian ini menggunakan
empat peubah laten yaitu kompetensi (K), organisasi pembelajar (OP), kinerja
(KN), dan daya saing (DS). Indikator yang disusun pada masing-masing peubah
laten terdiri atas 8 indikator kompetensi, 13 indikator kinerja, 19 indikator
organisasi pembelajar, dan tujuh indikator daya saing. Adapun definisi
operasional peubah tersebut disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Definisi operasional peubah
No
1
Peubah
Kompetensi
(K)
Definisi
Kompetensi merupakan
karakteristik yang mendasari
seseorang berkaitan dengan
efektivitas kinerja dalam
pekerjaannya (Spencer, 2009).
Ada tiga komponen utama
pembentuk kompetensi, yaitu
pengetahuan yang dimiliki
seseorang, keterampilan dan
perilaku individu, yang mana
ketiga komponen tersebut
dipengaruhi oleh konsep diri,
sikap bawaan diri dan motif.
Indikator
K1 = pengetahuan sesuai standar
perusahaan
K10= membantu karyawan lain
K11= pelaksanaan pekerjaan
K4 = memberikan ide dalambekerja
K5 = kerja sama dengan rekankerja
K6 = pemecahan masalahpekerjaan
K8 = ketrampilan yang dimiliki
K9 = ketepatan waktu pekerjaan
19
Lanjutan Tabel 3
No
2
Peubah
Organisasi
Pembelajar
(OP)
Definisi
Organisasi pembelajar adalah
organisasi dimana orang
mengembangkan kapasitas
mereka secara terus-menerus
untuk menciptakan hasil yang
mereka inginkan, dimana pola
pikir yang luas dan baru
dipelihara, dimana aspirasi
kolektif dipoles, dimana orangorang belajar tanpa henti untuk
melihat segala hal secara
bersama-sama (Senge, 1990).
Suatu organisasi dapat dikatakan
sebagai organisasi belajar jika
organisasi tersebut telah memiliki
lima disiplin/pilar antara lain
model mental, berpikir sistem,
visi bersama, penguasaan pribadi,
dan belajar beregu.
Indikator
OP1 = pencapaian tujuan perusahaan
OP10 = teknik proses pembelajaran
dalam tim
OP11 = proses pembelajaran dalam tim
meningkatkan kapasitas dan
ketrampilan
OP12 = proses pembelajaran dalam tim
dibangun atas dasar competency
individu
OP13 = mudah berpikir secara
menyeluruh mengenai
perusahaa
MENINGKATKAN DAYA SAING DALAM MENGHADAPI
MEA PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA
BEKASI
HUSNAENI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Peran Penerapan
Organisasi Pembelajar untuk Meningkatkan Daya Saing dalam Menghadapi MEA
pada Usaha Kecil dan Menengah di Kota Bekasi” adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Husnaeni
NIM H251124071
RINGKASAN
HUSNAENI. Peran Penerapan Organisasi Pembelajar untuk Meningkatkan Daya
Saing dalam Menghadapi MEA pada Usaha Kecil dan Menengah di Kota Bekasi.
Dibimbing oleh ANGGRAINI SUKMAWATI dan MUHAMMAD SYAMSUN.
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sebagai bentuk usaha yang menjadi
salah satu faktor pendorong kemajuan sektor perekonomian di Indonesia harus
dapat memiliki daya saing dalam menghadapi kompetisi, terutama dalam
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Kondisi ini membuat setiap
UKM berupaya untuk menjadi organisasi pembelajar agar tetap eksis dalam dunia
bisnis. Organisasi pembelajar pada penelitian ini menggunakan teori Senge (2006)
yaitu lima disiplin/pilar antara lain model mental, berpikir sistem, visi bersama,
penguasaan pribadi, dan belajar beregu.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana penerapan
organisasi pembelajar pada UKM dengan menguji pengaruh organisasi
pembelajar pada kinerja dan peningkatan daya saing. Teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan purposive sampling yaitu dipilih UKM yang
memiliki ancaman kuat dari MEA, dari kelima klaster UKM tersebut maka dipilih
50 responden dari 25 UKM dengan responden pemilik dan karyawan UKM.
Analisis data menggunakan Diagram Ishikawa (fishbone) dan Structural Equation
Modelling (SEM) berbasis SMART Partial Least Square (PLS) dengan
menggunakan empat peubah laten yaitu kompetensi, organisasi pembelajar,
kinerja, dan daya saing.
Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) secara langsung kompetensi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja tetapi memiliki hubungan tidak
langsung antara kompetensi dan kinerja melalui organisasi pembelajar
berpengaruh secara signifikan, (2) kompetensi memiliki pengaruh positif terhadap
organisasi pembelajar, (3) organisasi pembelajar memiliki pengaruh positif
terhadap kinerja, (4) organisasi pembelajar tidak berpengaruh signifikan terhadap
daya saing tetapi secara tidak langsung berpengaruh secara signifikan melalui
kinerja, dan (5) kinerja memiliki pengaruh positif terhadap daya saing.
Rendahnya daya saing UKM di Kota Bekasi terletak pada faktor sumber
daya manusia dan metodenya. Pada lima klaster yang diteliti yaitu klaster boneka,
konveksi, santadoges (sandal, tas, dompet, gesper), handycraft, dan bordir
memiliki keterbatasan SDM. Ternyata meskipun kompetensinya rendah tapi dapat
berkinerja tinggi untuk menghasilkan produk berkualitas dengan sistem
pemasaran yang sebagian sudah melalui sistem online dan wilayah pemasarannya
sudah mencakup ke luar negeri. Dengan penerapan organisasi pembelajar melalui
tim pembelajaran terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kapabilitas
produksi sehingga visi organisasi tercapai. Walaupun organisasi pembelajar tidak
berpengaruh secara langsung terhadap daya saing tetapi melalui kinerja dapat
meningkatkan daya saing.
Kata Kunci: kompetensi, kinerja, model mental, kapabilitas, diagram Ishikawa,
SEM
SUMMARY
HUSNAENI. The role of the learning organization implementation to improve
Small and Medium Enterprises competitiveness towards ASEAN Economic
Community in Bekasi. Supervised by ANGGRAINI SUKMAWATI and
MUHAMMAD SYAMSUN.
Small and Medium Enterprises (SMEs) are businesses that become one
factor of Indonesian economic advancement that needed to improve their
competitiveness in order to compete with the ASEAN Economic Community.
This condition made SMEs to become the learning organization in order to
survive in the competition. This study used the learning organization theory of
Senge (2006), which were five disciplines/pillars: mental models, systems
thinking, shared vision, personal mastery and team learning.
This study aims to analyze to what extent the implementation of learning
organization in the SMEs by testing the effect of the learning organization to the
performance and the competitiveness improvement. This study was conducted in
Bekasi involving 50 respondents from 25 SMEs. Purposive sampling technique
was used in this study. Fifty respondents which were the business owners,
workers and related department were chosen from five clusters. Ishikawa Diagram
and Structural Equation Model (SEM) based on SMART Partial Least Square
with four laten variable which were competence, learning organization,
performance and competitiveness were used in this study to analyze the data.
The result of the analysis showed that (1) directly competence didn’t affect
significantly to the performance but indirect relationship of competence and
performance through learning organization were significant, (2) competence had
positive effect on learning organization, (3) learning organization had positive
effect on performance, (4) learning organization didn’t affect significantly on
competitiveness but indirectly affecting significantly on through performance, and
(5) Performance had positive effect on competitiveness.
The low competitiveness of the SME category of human resources and
methods. The five clusters studied were cluster doll, convection, santadoges
(slipper, bag, wallet, belt), handycraft, and embroider have limited human
resources. Although low competence but it have high performance to produce
quality products with online marketing systems and overseas marketing. The
learning organization implementation by team learning an increase in knowledge,
skills and production capabilities so as achieve of the organization vision.
Although the learning organization indirectly affecting on competitiveness but
improve competitiveness on through performance.
Key words:
competency, performance, mental models, capability, ishikawa
diagram, SMEs
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PERAN PENERAPAN ORGANISASI PEMBELAJAR UNTUK
MENINGKATKAN DAYA SAING DALAM MENGHADAPI
MEA PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA
BEKASI
HUSNAENI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Manajemen
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:
Dr. Ir. H. Ma’mun Sarma, MS, MEc
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini ialah pengaruh
penerapan organisasi pembelajar terhadap daya saing pada UKM di Kota Bekasi.
Tesis ini memiliki perbedaan outline dengan outline tesis yang biasa, tesis ini
disusun dengan dua subjudul penelitian yang berupa naskah artikel ilmiah yang
mirip dengan yang dimuat di terbitan berkala ilmiah.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Anggraini Sukmawati,
MM dan Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun, MSc selaku pembimbing, yang
telah dengan pemikiran yang seksama membantu penulis dalam menyelesaikan
karya ilmiah ini. Bapak Dr. Ir. H. Ma’mun Sarma, MS, MEc selaku penguji luar
komisi yang telah memberikan saran dan masukan. Disamping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Walikota Bekasi, Wakil Walikota Bekasi, Dinas
Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Pemerintah Kota Bekasi dan seluruh
UKM Kota Bekasi yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada orangtua, suami, serta anak, atas segala doa
dan kasih sayangnya. Terakhir buat teman-teman Angkatan 6 Ilmu Manajemen,
terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya selama ini. Terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada Mas Hermawan dan Mas Ujang yang telah
membantu dalam hal administrasi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2015
Husnaeni
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
1
1
4
4
4
5
2 METODE
Kerangka Pemikiran
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Penarikan Sampel
Pengolahan dan Analisis Data
6
6
7
7
8
8
3 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
UKM Kota Bekasi
Profil Responden
9
9
9
4 IDENTIFIKASI MASALAH RENDAHNYA DAYA SAING
PADA UKM DI KOTA BEKASI
Pendahuluan
Metode
Hasil dan Pembahasan
Implikasi Manajerial
Simpulan
12
12
12
13
15
15
5 ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMBELAJAR DALAM
MENINGKATKAN DAYA SAING PADA UKM DI KOTA BEKASI
Pendahuluan
Metode
Hasil dan Pembahasan
Implikasi Manajerial
Simpulan
16
16
17
21
28
29
6 PEMBAHASAN UMUM
31
7 SIMPULAN DAN SARAN
33
DAFTAR ISI (lanjutan)
DAFTAR PUSTAKA
34
LAMPIRAN
36
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Indeks daya saing negara-negara ASEAN 2012
Data UMKM Kota Bekasi Tahun 2013
Definisi operasional peubah
Nilai Composite Reliability, AVE, Cronbach’s Alpha
Korelasi variabel laten, AVE, dan akar AVE
Nilai R-Square
Hasil bootstrappingkoefisien jalur
Hasil perhitungan effect size f2
Hasil model inner pada analisis smartPLS
2
3
18
21
24
25
25
26
27
DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Kerangka pemikiran penelitian
Persentase responden berdasarkan usia
Persentase responden berdasarkan pendidikan terakhir
Persentase responden berdasarkan lama bekerja
Persentase responden berdasarkan status pernikahan
Diagram ishikawa UKM di Kota Bekasi
Model SEM
Model outer awal
Model outer akhir
Model inner
6
9
10
10
11
14
18
22
23
24
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
Penelitian terdahulu yang relevan
Kuisioner penelitian
Uji Realibilitas
Analisis validitas diskriminan kriteria cross loading
36
38
44
44
1
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Semua bangsa sedang bersaing untuk menjadi yang terdepan dalam era
persaingan, sudah seharusnya Indonesia bersiap menghadapi ketatnya persaingan
di tahun 2015 mendatang. Indonesia dan negara-negara di wilayah Asia Tenggara
akan membentuk sebuah kawasan yang terintegrasi yang dikenal sebagai
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan
bentuk realisasi dari tujuan akhir integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara.
Berdasarkan ASEAN Economic Blueprint, MEA menjadi sangat dibutuhkan
untuk memperkecil kesenjangan antara negara-negara ASEAN dalam hal
pertumbuhan perekonomian dengan meningkatkan ketergantungan anggotaanggota didalamnya. MEA dapat mengembangkan konsep meta-nasional dalam
rantai suplai makanan, dan menghasilkan blok perdagangan tunggal yang dapat
menangani dan bernegosiasi dengan eksportir dan importir non-ASEAN
(Association of Southeast Asian Nations, 2008).
Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena
hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal
tersebut akan berdampak pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan
meningkatkan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia (Santoso, 2008).
Tantangan yang harus dilalui mengenai kesiapan Indonesia menghadapi MEA
2015 adalah mindset masyarakat, khususnya pelaku usaha Indonesia yang belum
seluruhnya mampu melihat MEA 2015 sebagai sebuah peluang. Selain itu
perlunya sinkronisasi program dan kebijakan pemerintah pusat dengan daerah.
Sangat diperlukan kesamaan pandang diantara pejabat daerah dan pusat.
Tantangan lainnya yang perlu di evaluasi yakni lemahnya infrastruktur, khususnya
bidang transportasi dan energi yang menyebabkan biaya ekonomi tinggi, terutama
juga bagi sektor produksi dan bagi pasar. Terbatasnya jumlah SDM yang
kompeten untuk mendukung produktivitas nasional dan birokrasi yang belum
efisien serta belum sepenuhnya berpihak pada pebisnis juga merupakan tantangan
tersendiri.
Agar dapat survive dalam menghadapi MEA, sebuah organisasi harus
senantiasa meningkatkan kemampuan untuk berubah agar memiliki daya saing
dalam menghadapi kompetisi. Kondisi saat ini membuat setiap organisasi
berupaya untuk menjadi organisasi pembelajar agar tetap eksis dalam dunia bisnis.
Dengan organisasi pembelajar (learning organization), suatu organisasi dapat
meningkatkan kualitas dan produktivitasnya. Organisasi pembelajar memberikan
kontribusi yang positif bagi organisasi tentang pemecahan masalah yang
sistematis sebagai aktivitas awal yang menekankan pada filosofi dan metode yang
digunakan terhadap peningkatan kualitas, yang dilakukan melalui program
pelatihan tehnik pemecahan masalah, berupa latihan dan contoh kasus sehingga
anggota organisasi lebih berdisiplin dengan pemikirannya, serta lebih
memperhatikan detail sebuah pekerjaan.
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan bentuk usaha yang menjadi
salah satu faktor pendorong kemajukan sektor perekonomian di Indonesia. UKM
yang ada di Indonesia banyak menyerap tenaga kerja sehingga dapat menekan
angka pengangguran, menekan angka kemiskinan, meningkatkan pendapatan
2
masyarakat, membantu menyuplai dana untuk Negara, dan lain sebagainya. Salah
satu fokus MEA 2015, MEA akan dijadikan sebagai kawasan yang memiliki
perkembangan ekonomi yang merata, dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil
Menengah (UKM). Kemampuan daya saing dan dinamisme UKM akan
ditingkatkan dengan memfasilitasi akses mereka terhadap informasi terkini,
kondisi pasar, pengembangan sumber daya manusia dalam hal peningkatan
kemampuan, keuangan, serta teknologi. Target pengembangan UKM untuk tahun
2014 hingga ke 2015 ialah produktivitas dan daya saing UKM harus terus
meningkat dengan menargetkan perkembangan ekspor UKM tumbuh hingga 20%
pertahunnya.
Setiap UKM dituntut untuk memiliki daya saing yang tinggi sehingga harus
mulai memperbaiki diri. UKM yang memiliki daya saing tinggi ditandai dengan
kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang andal, penguasaan pengetahuan
yang tinggi, dan penguasaan perekonomian. UKM di Indonesia masih tertinggal
dan masih menghadapi berbagai tantangan di era globalisasi saat ini, apalagi
dalam menghadapi MEA tahun 2015 nanti. Hal ini ditunjukkan oleh salah satu
indikator untuk mengukur sejauh mana posisi sebuah negara dalam lingkungan
dan persaingan global. World Economic Forum (WEF) menerbitkan laporan
tahunan The Global Competitiveness Report 2012–2013. Seperti halnya laporan
tahun-tahun sebelumnya, laporan tahunan ini menyajikan data yang komprehensif
mengenai Indeks Daya Saing Global beserta unsur-unsur pembentuknya. Data
untuk mengukur indeks daya saing global tersebut berasal dari survei opini
eksekutif di setiap negara dan data sekunder yang diperoleh dari lembaga
internasional seperti IMF dan Bank Dunia, yang berasal dari kantor statistik setiap
negara.
Tabel 1 Indeks daya saing negara-negara ASEAN 2012
Negara
2008
2012
Perubahan
1 Singapura
5
2
3
2 Malaysia
21
25
-4
3 Brunei Darussalam
39
28
11
4 Thailand
34
38
-4
5 Indonesia
55
50
5
6 Filipina
71
65
6
7 Vietnam
70
75
-5
8 Kambodia
109
85
24
9 TimorLeste
129
136
-7
Sumber : WEF (2012), The Global Competitiveness Report 2012–2013
Data tersebut menunjukkan bahwa daya saing Indonesia belum sesuai
dengan harapan. Diantara negara-negara ASEAN, setelah Singapura, negara yang
tertinggi peringkat daya saing tahun 2012 adalah Malaysia (ke 25), disusul Brunei
Darussalam (28), Thailand (38), Indonesia berada di urutan ke empat dengan
posisi ke 50. Negara tetangga Timor-Leste menempati urutan terakhir (ke 136).
Negara-negara ASEAN yang mengalami kenaikan indeks daya saing terbesar
sejak2008 adalah Kambodia (24 tingkat), Brunei Darussalam (11), Filipina (6),
Indonesia (5), dan Singapura (3). Sedangkan Malaysia, Thailand, Vietnam, dan
Timor Leste mengalami penurunan peringkat daya saing selama 2008-2012.
3
Pada tahun 2013, UMKM yang sudah berkembang di Kota Bekasi sebanyak
1.261 UMKM yang terdiri dari 10 klaster yaitu makanan dan minuman, konveksi,
ikan, boneka, bordir, handycraft, santadoges (sandal, tas, dompet, gesper),
furniture, tanaman hias, dan ternak ayam. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Koperasi (Disperindagkop) Kota Bekasi yang menaungi para UKM telah terus
berupaya meningkatkan kualitas UKM lokal dalam menghadapi MEA dengan
memberikan pelatihan, bantuan dana bergulir dan memfasilitasi pemberian standar
nasional Indonesia (SNI), dimana bertujuan untuk mendorong pelaku usaha lokal
agar dapat bersaing dengan pengusaha dan produk asing.
Tabel 2 Data UMKM Kota Bekasi Tahun 2013
No
Jenis UMKM
Jumlah UMKM
1
Makanan dan Minuman
671
2
Konveksi
103
3
Ikan
91
4
Boneka
86
5
Bordir
65
6
Handycraft
88
7
Santadoges (Sandal, Tas,
48
Dompet, Gesper)
8
Furniture
50
9
Tanaman Hias
23
10 Ternak Ayam
36
Jumlah
1.261
Sumber : Disperindagkop Kota Bekasi (2014)
Dalam rangka menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2015, terdapat
peluang yang besar bagi UKM untuk meraih potensi pasar dan peluang investasi
harus dapat dimanfaatkan dengan baik. Guna memanfaatkan peluang tersebut,
maka tantangan yang terbesar bagi UKM menghadapi MEA adalah bagaimana
mampu menentukan strategi yang jitu guna memenangkan persaingan. Oleh
karena itulah, mulai saat ini UKM harus mulai berbenah guna menghadapi
perilaku pasar yang semakin terbuka di masa mendatang. Para pelaku UKM tidak
boleh lagi harus mengandalkan buruh murah dalam pengembangan bisnisnya.
Kreativitas dan inovasi melalui dukungan penelitian dan pengembangan menjadi
sangat penting untuk diperhatikan. Kerjasama dan pembentukan jejaring bisnis,
baik di dalam dan di luar negeri sesama UKM maupun dengan pelaku usaha besar
harus dikembangkan. Penemuan dan pendalaman yang berkesinambungan atas
ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh tiap individu sebagai anggota dari organisasi
adalah kunci sukses untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas kehidupan
individu maupun organisasi. Kondisi saat ini membuat setiap organisasi berupaya
untuk menjadi organisasi pembelajar agar tetap eksis dalam dunia bisnis.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merasa perlu untuk
melakukan penelitian terhadap usaha kecil menengah yang berada di Kota Bekasi.
Dalam rangka meningkatkan daya saing pada UKM maka penulis melakukan
penelitian dengan judul “Peran Penerapan Organisasi Pembelajar untuk
Meningkatkan Daya Saing dalam Menghadapi MEA pada Usaha Kecil dan
Menengah di Kota Bekasi”.
4
Perumusan Masalah
Usaha Kecil Menengah (UKM) mempunyai peran strategis dalam
perekonomian Indonesia dan kesejahteraan masyarakat, antara lain dalam
penyediaan lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan daerah. Namun,
UKM semakin terancam ketika perusahaan-perusahaan besar melalui produkproduk yang berkualitas dan berdaya saing tinggi memasuki pasar Indonesia.
UKM belum banyak yang menyadari pentingnya mengoptimalkan modal
intelektual (manusia, struktural, pelanggan) yang berpengaruh besar pada
peningkatan kinerja dan daya saing perusahaan. Permasalahan UKM cukup
menghambat perkembangan UKM untuk maju dan berdaya saing, permasalahan
tersebut antara lain: 1) keterbatasan sumber daya manusia (SDM) secara
kurangnya sumber daya untuk mengembangkan SDM, serta kurangnya
pemahaman mengenai keuangan, 2) kurangnya pengetahuan atas teknologi
produksi dan quality control yang disebabkan oleh minimnya kesempatan untuk
mengikuti perkembangan teknologi serta kurangnya pendidikan dan pelatihan, 3)
kurangnya pengetahuan akan pemasaran yang disebabkan oleh terbatasnya
informasi yang dapat dijangkau oleh UKM mengenai pasar, selain karena
keterbatasan kemampuan UKM untuk menyediakan produk/jasa yang sesuai
dengan keinginan pasar.
Berdasarkan hal yang dikemukakan diatas, maka permasalahan penelitian
ini adalah:
1. Apa permasalahan daya saing UKM di Kota Bekasi?
2. Bagaimana kondisi kinerja SDM di UKM saat ini?
3. Seberapa jauh penerapan organisasi pembelajar dalam meningkatkan daya
saing?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi permasalahan daya saing UKM di Kota Bekasi.
2. Menganalisis persepsi kondisi kinerja UKM di Kota Bekasi pada saat ini.
3. Menganalisis pengaruh penerapan organisasi pembelajar terhadap daya saing.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat:
1. Menjadi bahan rekomendasi dalam peningkatkan kinerja dan daya saing pada
UKM.
2. Dapat bermanfaat bagi UKM dalam mengelola SDM dan penerapan organisasi
pembelajar guna meningkatkan kinerja pegawai dan kinerja organisasi.
3. Dapat menjadi bahan dasar dan pijakan bagi peneliti-peneliti lanjutan yang
terkait dengan objek penelitian maupun metode penelitiannya.
5
Ruang Lingkup Penelitian
Kegiatan penelitian ini dibatasi pada lingkup yang berfokus pada:
1. Lingkup penelitian berada di UKM Kota Bekasi dengan klaster UKM boneka,
santadoges (sandal, tas, dompet, gesper), konveksi, handycraft, dan bordir.
2. UKM yang dimaksud adalah para UKM yang memiliki ancaman kuat dari
produk-produk luar akibat adanya MEA.
6
2 METODE
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk meilhat peran
penerapan organisasi pembelajar pada UKM sehingga dapat meningkatkan
kinerjanya dan pada akhirnya meningkatkan daya saing dalam menghadapi MEA
2015. Pendekatan yang digunakan dengan deskriptif kuantitatif yaitu pendekatan
dengan menganalisa data ordinal dari hasil kuesioner reponden dan data rasio
yang diperoleh dalam pengumpulan data. Setelah data dianalisis maka kemudian
hasilnya dijelaskan secara deskriptif.
Visi dan Misi UKM
Elemen
Kompetensi
(Spencer &
Spencer, 2009):
- Pengetahuan
- Keterampilan
- Prilaku Individu
Identifikasi permasalahan
yang dihadapi dengan analisis
diagram ishikawa
Kinerja
UKM
Kompetensi
Elemen LO
(Senge, 2006):
- Personal
Diadaptasi dari
Chajnacki (2007),
elemen UKM:
- Profit
- Produktivitas
- Kepuasan
Karyawan
Mastery
Organisasi
Pembelajar
- Mental Models
- Team Learning
- System
- Tingkat Turnover
Karyawan
- Pangsa
Pasar/Bisnis Baru
Thinking
- Standar Mutu
- Loyalitas
- Shared Vision
Daya Saing
Menghadapi MEA
Elemen Daya
Saing (Tambunan,
2004):
- SDM
- Ketersediaan
atau penguasaan
teknologi
- Organisasi dan
manajemen
Analisis pengaruh
organisasi pembelajar
terhadap daya saing
= proses
= elemen
= ruang lingkup penelitian
Rekomendasi
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Pelanggan
7
Pada penelitian ini, penulis menggunakan elemen atau indikator kompetensi
(Spencer, 2009), yaitu 1) pengetahuan 2) kemampuan 3) prilaku individu.
Indikator learning organization menurut Senge (1990), yaitu 1) personal mastery
2) mental models 3) team learning 4) system thinking 5) shared vision. Untuk
indikator kinerja diadopsi dari tesis Chajnacki (2007), pada thesis tersebut
terdapat 24 indikator tetapi untuk menyesuaikan keadaan UKM yang berada di
Kota Bekasi maka pada penelitian ini hanya mengadaptasi tujuh indikator saja,
yaitu profit, produktivitas, kepuasan karyawan, tingkat turnover karyawan, pangsa
pasar/bisnis baru, standar mutu, dan loyalitas pelanggan. Sedangkan untuk elemen
indikator daya saing (Tambunan, 2004), dalam penelitian ini hanya aspek internal
yang digunakan yaitu 1) SDM, 2) ketersediaan atau penguasaan teknologi, dan 3)
organisasi dan manajemen.
Pada awal penelitian, peneliti melakukan identifikasi permasalahan daya
saing UKM di Kota Bekasi dan bagaimanaa kondisi kinerja SDM-nya pada saat
ini. Permasalahan yang ada dianalisis dengan menggunakan diagram ishikawa.
Setelah itu, peneliti akan meneliti seberapa jauh penerapan organisasi pembelajar
pada UKM di Kota Bekasi. Dengan adanya kompetensi yang dimiliki oleh UKM
diharapkan dapat meningkatkan kinerja UKM, dan dengan adanya penerapan
organisasi pembelajar pada UKM diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM.
Dengan demikian akan dapat meningkatkan kinerja UKM dan meningkatan
kompetensi karyawan maupun organisasi sehingga memiliki daya saing tinggi
dalam menghadapi pengusaha dan produk asing pada MEA 2015 nanti.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada lima klaster UKM yang berada di Kota Bekasi,
yaitu UKM boneka, bordir, santadoges, handycraft, dan konveksi. Kelima klaster
UKM tersebut dipilih karena memiliki ancaman yang paling kuat dari keberadaan
MEA 2015. Penelitian dilakukan di UKM Kota Bekasi dengan sampel 50
responden, dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Desember 2014.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data sekunder
diperoleh dari dokumen, literatur, jurnal ilmiah, laporan kajian terdahulu yang
relevan. Data primer diperoleh melalui kuesioner, observasi dan wawancara
mendalam (in-depth interview).
Pada instrumen kuesioner menggunakan skala Semantik Diferensial yaitu
skala untuk mengukur sikap, tetapi bentuknya bukan pilihan ganda maupun
checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum di mana jawaban yang sangat
positif terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak
dibagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval dan
biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang
dipunyai oleh seseorang. Responden dapat memberi jawaban pada rentang
jawaban yang positif sampai dengan negatif.
8
Metode Penarikan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive
sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu
sehingga sampel dalam penelitian ini adalah 50 responden dari 25 UKM dengan
responden pemilik dan karyawan UKM. Jumlah ini didasarkan pada ukuran
minimal sampel untuk SEM-PLS yang direkomendasikan adalah 30-100 sampel
(Ghozali, 2008).
Pengolahan dan Analisis Data
Teknik pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan
Diagram Ishikawa (fishbone) dan menggunakan Structural Equation Modelling
Partial Least Square (SEM-PLS). Diagram Ishikawa digunakan untuk
mengidentifikasi permasalahan daya saing yang dihadapi UKM di Kota Bekasi.
Diagram Ishikawa dapat menolong kita untuk menemukan akar penyebab masalah
secara user friendly, tools yang user friendly disukai orang-orang di industri
manufaktur di mana proses di sana terkenal memiliki banyak ragam variabel yang
berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan (Purba, 2008). Suatu tindakan
dan langkah improvement akan lebih mudah dilakukan jika masalah dan
akar penyebab masalah sudah ditemukan.
Analisis SEM-PLS digunakan untuk melihat sejauhmana peran penerapan
organisasi pembelajar pada UKM di Kota Bekasi. Model persamaan SEM
merupakan generasi kedua teknik analisis multivariate yang memungkinkan
peneliti untuk menguji hubungan antara variabel yang kompleks baik untuk
memperoleh gambaran menyeluruh mengenai keseluruhan model. Menurut
Ghozali (2006) Structural equation modelling (SEM) adalah suatu teknik analisis
statistik multivariat yang memungkinkan peneliti untuk menguji pengaruh
langsung dan tidak langsung antar variabel yang kompleks. SEM merupakan
gabungan dari dua metode statistik yang terpisah yaitu analisis faktor yang
dikembangkan di fakultas psikologi dan psikometri, serta model persamaan
simultan (simultaneous equation modeling) yang dikembangkan oleh disiplin ilmu
ekomoni, khususnya di ekonometrika (Ghozali, 2008). Tidak seperti analisis
multivariate biasa (regresi berganda, analisis faktor), SEM dapat menguji
keduanya secara bersama-sama.
9
3 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
UKM Kota Bekasi
Kota Bekasi dibentuk sejak 10 Maret 1997 merupakan bagian dari wilayah
Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan propinsi lain yaitu DKI Jakarta.
Letaknya yang bersebelahan dengan ibukota negara ini memberikan beberapa
keuntungan di sisi komunikasi dan perhubungan. Kemudahan dan kelengkapan
sarana dan prasarana transportasi, menjadikan Kota Bekasi sebagai salah satu
daerah penyeimbang DKI Jakarta. Salah satu misi Kota Bekasi berupaya untuk
meningkatkan perkonomian ditempuh melalui peningkatan kapasitas dan
perluasan sektor usaha bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM),
pengembangan industri kreatif, peningkatan daya tarik investasi, dan penciptaan
iklim usaha yang kondusif, yang bermuara pada pembentukan lapangan kerja baru
dan kesempatan berusaha, terbentuknya daya saing perekonomian kota, dan laju
pertumbuhan ekonomi yang meningkat.
Kota Bekasi memiliki UMKM yang sudah berkembang sebanyak 1.261
UMKM yang terdiri dari 10 jenis usaha, penelitian ini dilakukan pada lima klaster
UKM yaitu UKM boneka, konveksi, santadoges (sandal, tas, dompet, gesper),
bordir, dan handycraft. Kelima klaster UKM tersebut dipilih karena memiliki
ancaman yang kuat dari keberadaan MEA 2015.
Profil Responden
1. Responden Berdasarkan Usia
Sumber daya manusia pada usaha kecil menengah berdasarkan usia
bervariasi antara dibawah 20 tahun sampai dengan diatas 50 tahun. Adapun
karakteristik responden berdasarkan usia disajikan dalam gambar 2 di bawah ini.
≥ 50
16%
41 – 50
32%
Usia
≤ 20
4%
21 – 30
24%
31 – 40
24%
Gambar 2 Persentase responden berdasarkan usia
Dari gambar 2 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar usia responden
adalah 41-50 tahun yaitu sebesar 32 persen, sedangkan jumlah terkecil adalah
responden dengan usia di bawah 20 tahun yaitu sebesar 4 persen. Usia 21-30 dan
31-40 tahun sebesar 24 persen, diikuti usia di atas 50 tahun sebesar 16 persen.
10
2. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tingkat pendidikan sumber daya manusia yang berada pada usaha kecil
menengah bervariasi dengan tingkat pendidikan terendah adalah SD dari 50
responden yang ada. Pada gambar 3 di bawah menyajikan karakteristik responden
berdasarkan pendidikan terakhir.
Pendidikan Terakhir
0%
D3
4%
SD
8%
S1
22%
SMP
20%
SMA
46%
Gambar 3
Persentase responden berdasarkan pendidikan terakhir
Dari Gambar 3 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar sumber daya
manusia yang ada memiliki pendidikan terakhir SMA sebesar 46 persen, diikuti
pendidkan S1 sebesar 22 persen, pendidikan SMP sebesar 20 persen, pendidikan
SD sebesar 8 persen, dan pendidikan D3 sebesar 4 persen.
3. Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Sumber daya manusia pada usaha kecil menengah memiliki pengalaman
kerja yang bervariasi. Adapun karakteristik responden berdasarkan lama bekerja
disajikan pada Gambar 4 di bawah ini.
Lama Bekerja
11-15
tahun
22%
16-20
tahun
12%
> 20 tahun
2%
< 6 tahun
40%
6-10 tahun
24%
Gambar 4 Persentase responden berdasarkan lama bekerja
Dari Gambar 4 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki pengalaman kerja dibawah 6 tahun yaitu sebesar 40 persen, diikuti
dengan pengalaman kerja 6-10 tahun sebesar 24 persen. Selanjutnya lama bekerja
11-15 tahun sebesar 22 persen, 16-20 tahun sebesar 12 persen, dan lama bekerja
di atas 20 tahun sebesar 2 persen.
11
4. Responden Berdasarkan Status Pernikahan
Status pernikahan yang dimiliki tenaga kerja pada usaha kecil menengah
sebagian besar sudah menikah. Karakteristik responden berdasarkan status
pernikahan dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.
Status Pernikahan
Belum
Menikah
14%
Lainnya
4%
Menikah
82%
Gambar 5
Persentase responden berdasarkan status pernikahan
Pada gambar 5 di atas dapat dilihat bahwa sebagaian besar tenaga kerja yang
ada sudah menikah yaitu sebesar 82 persen, status pernikahan yang belum
menikah sebesar 14 persen, sedangkan yang lainnya sebesar 4 persen.
12
4 IDENTIFIKASI MASALAH RENDAHNYA DAYA SAING PADA
UKM DI KOTA BEKASI
PENDAHULUAN
Salah satu indikator keberhasilan sebuah negara menerapkan MEA adalah
dengan kinerja UKM. Agar dapat survive dalam menghadapi MEA, UKM sebagai
organisasi bisnis harus senantiasa meningkatkan kemampuan untuk berubah agar
memiliki daya saing dalam menghadapi kompetisi. Kondisi saat ini membuat
setiap organisasi berupaya untuk menjadi organisasi pembelajar agar tetap eksis
dalam dunia bisnis. Dengan organisasi pembelajar (learning organization), suatu
organisasi dapat meningkatkan kualitas dan produktivitasnya. Organisasi
pembelajar memberikan kontribusi yang positif bagi organisasi tentang
pemecahan masalah yang sistematis sebagai aktivitas awal yang menekankan pada
filosofi dan metode yang digunakan terhadap peningkatan kualitas, yang
dilakukan melalui program pelatihan tehnik pemecahan masalah, berupa latihan
dan contoh kasus sehingga anggota organisasi lebih berdisiplin dengan
pemikirannya, serta lebih memperhatikan detail sebuah pekerjaan.
Indonesia banyak memiliki produk dan jasa unggulan yang berdaya saing
internasional, namun sayangnya pasar global kurang mengenal merek-merek
produk tersebut. Indonesia memiliki produk-produk unggulan seperti makanan,
klinik kecantikan hingga fashion dengan kualitas baik, sayangnya sangat sedikit
merek lokal yang berhasil di pasar internasional. Hal ini juga tidak lepas dari
peran UKM sebagai salah satu penopang perekonomian Indonesia, kemampuan
daya saing pelaku UKM Indonesia dalam perdagangan ekspor dinilai masih sangat
minim. Daya saing global yang rendah dari UKM dapat menjadi hambatan serius
bagi UKM. Tidak hanya untuk menembus pasar global bahkan untuk memenangi
persaingan dengan barang impor di pasar domestik juga akan berat. Berdasar data
yang dirilis APEC, Indonesia menempati posisi terakhir untuk daya saing UKM,
persoalan yang paling utama yang dihadapi UKM Indonesia adalah lemahnya
penggunaan fasilitas internet, dan penguasaan teknologi.
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka tujuan penelitian ini
adalah mengidentifikasi permasalahan rendahnya daya saing pada usaha kecil
menengah di Kota Bekasi.
METODE
Penelitian ini dilakukan hanya pada lima klaster UKM yang berada di Kota
Bekasi, yaitu UKM boneka, bordir, santadoges, handycraft, dan konveksi.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Desember 2014.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive, yaitu teknik
pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Data yang digunakan berupa
data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari dokumen, literatur,
jurnal ilmiah, laporan kajian terdahulu yang relevan. Data primer diperoleh
melalui observasi dan wawancara mendalam (in-depth interview) akan dianalisis
menggunakan Diagram Ishikawa (fishbone), diagram ini merupakan alat analisis
13
yang dapat mengidentifikasi penyebab dari masalah yang dihadapi. Dapat terlihat
faktor-faktor utama yang berpengaruh pada kualitas dan mempunyai akibat pada
masalah yang kita pelajari. Selain itu, juga dapat melihat faktor-faktor lebih
terperinci yang mempengaruhi dan mempunyai akibat pada faktor utama yang
dapat kita lihat dari panah-panah yang berbentuk tulang ikan pada diagram
fishbone.
Fishbone diagram (diagram tulang ikan karena bentuknya seperti tulang
ikan) sering juga disebut Cause-and-Effect Diagram atau Ishikawa Diagram
diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian kualitas dari
Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar (7 basic quality tools). Fishbone
diagram digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi kemungkinan penyebab
masalah dan terutama ketika sebuah team cenderung jatuh berpikir pada rutinitas
(Tague, 2005).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Permasalahan
Identifikasi permasalahan yang mempengaruhi rendahnya peningkatan daya
saing pada usaha kecil menengah di Kota Bekasi, berdasarkan hasil observasi,
wawancara, dan pengamatan langsung di lapangan maka dikelompokkan menjadi
empat permasalahan utama, yaitu 1) SDM, 2) Material, 3) Metode, 4) Pengukuran,
dan 5) Lingkungan.
Sumber daya manusia UKM, permasalahan yang paling mendasar adalah (1)
masalah pendidikan, dimana pendidikan pemilik maupun karyawan UKM ratarata SMA dengan presentase 46 persen; (2) rendahnya tingkat pendidikan yang
ada maka SDM yang ada memiliki kompetensi yang rendah; (3) rendahnya
komitmen karyawan dalam bekerja; (4) memiliki motivasi yang rendah; (5) tidak
memiliki pengalaman dalam berwirausaha; (6) keterbatasan tenaga kerja; dan (7)
tidak ada sistem seleksi karyawan.
Material, permasalahan yang paling mendasar dalam material adalah (1)
kurangnya modal untuk mengembangkan produk maupun usahanya; (2) tidak
adanya sistem persediaan bahan baku; (3) sering telatnya kedatangan bahan baku
maupun bahan setengah jadi; (4) harga material yang tidak stabil; (5) mahalnya
biaya ijin maupun sertifikasi mutu; dan (6) kualitas bahan baku yang tidak stabil.
Metode, permasalahan yang paling mendasar dalam metode adalah (1) tidak
adanya peraturan kepegawaian sehingga banyak karyawan yang hanya bekerja
selama kurang lebih enam bulan; (2) minimnya perlindungan kekayaan
intelektual; (3) rendahnya inovasi dalam produk maupun metode produksi; (4)
kurangnya pemanfaatan teknologi; dan (5) pelatihan yang diberikan oleh
pengusaha UKM maupun pemerintah masih belum tepat mengenai sasaran.
Pengukuran, permasalahan yang paling mendasar dalam pengukuran adalah
(1) tidak adanya sistem evaluasi kinerja; (2) tidak adanya ketentuan standar mutu
produk; (3) tidak adanya analisis pengembangan bisnis; (4) sistem manajemen
yang kurang baik; dan (5) tidak adanya sistem evaluasi pelatihan.
14
Lingkungan, permasalahan yang paling mendasar dalam lingkungan adalah
(1) masih banyaknya karyawan yang bekerja sendiri tanpa mau membagi ilmu ke
rekan kerjanya; (2) workshop dan toko masih menyatu; (3) workshop dan rumah
pemilik masih menyatu; dan (4) aspirasi karyawan yang tidak ditanggapi.
Adapun identifikasi permasalahan yang terjadi pada UKM di Kota Bekasi
dijelaskan melalui Diagram Ishikawa pada Gambar 6 dibawah ini. Ekor ikan
melambangkan kategori penyebab utama sedangkan duri-durinya merupakan
kategor penyebab pendukung dari permasalahan yang dihadapi UKM.
Gambar 6 Diagram ishikawa UKM di Kota Bekasi
Berdasarkan Gambar 6 di atas, faktor penyebab masalah rendahnya
peningkatan daya saing UKM adalah masalah sumberdaya manusia dan masalah
metode. Masalah SDM UKM yang dimaksud adalah seluruh pihak yang terlibat
dalam UKM. Penyebab dari faktor SDM adalah rendahnya motivasi UKM untuk
mencapai hasil yang lebih baik dari keadaan yang sekarang. Hal ini dapat
menimbulkan minimnya keinginan pemilik untuk meningkatkan kompetensinya.
Pemilik hanya berfokus pada bagaimana UKM bisa bertahan tanpa berusaha
membuat UKM maju dan berkembang. Sisi karyawan, tidak adanya sistem seleksi
perekrutan karyawan dan sedikitnya SDM.
Metode mendeskripsikan cara suatu proses dilakukan dan kebutuhan dari
proses tersebut, seperti: prosedur, instruksi dan peraturan. Permasalahan metode
adalah rendahnya inovasi dikarenakan tidak adanya kreativitas, kurangnya
pemanfaatan teknologi yang disebabkan karena tidak bisanya pelaku UKM
mengoperasikan teknologi, serta pelatihan yang sudah dilaksanakan tidak tepat
sasaran. Pelatihan yang ada setiap tahunnya selalu sama, tidak disesuaikan dengan
kebutuhan yang ada.
15
IMPLIKASI MANAJERIAL
Usaha kecil dan menengah (UKM) yang berada di Kota Bekasi harus terus
dapat meningkatkan daya saingnya baik produk maupun sumber daya
manusianya. Berdasarkan penelitian ini, implikasi manajerial yang dapat
direkomendasikan bagi UKM di Kota Bekasi antara lain dengan perbaikan strategi
UKM dan strategi SDM. UKM sebagai organisasi bisnis harus memiliki strategi
jitu agar memiliki daya saing dalam berkompetisi, melalui organisasi pembelajar
UKM dapat meningkatkan kualitas dan produktivitasnya. Organisasi pembelajar
memberikan kontribusi yang positif bagi UKM tentang bagaimana pemecahan
masalah yang sistematis dan metode yang digunakan untuk peningkatan kinerja,
melalui program pelatihan, teknik pemecahan masalah berupa latihan dan contoh
kasus sehingga SDM UKM lebih berdisiplin dengan pemikirannya, serta lebih
memperhatikan detail pekerjaannya.
Dikarenakan pengalaman UKM masih kurang maka perlu upaya perbaikan
dengan melibatkan pihak luar dari UKM, seperti dengan program mitra binaan
dari perusahaan besar. Dengan adanya program mitra binaan dapat dilakukan
pembinaan dan pengembangan sehingga dapat membantu dalam permodalan,
pembinaan media promosi untuk meningkatkan akses pasar, dan daya saing
pemasaran.
Peran pemerintah harus selalu mendukung peningkatan kinerja pada UKM
dengan memfasilitasi segala bentuk usaha pengembangan UKM dan
mempermudah urusan birokrasi dalam hal ini mempermudah perizinan badan
usaha, memfasilitasi pengurusan hak paten dan hak cipta, dan merk dagang yang
selama ini berbiaya tinggi dan memerlukan waktu yang lama.
SIMPULAN
Penyebab utama masalah rendahnya peningkatan daya saing pada UKM di
Kota Bekasi adalah (1) masalah SDM dimana rendahnya kompetensi dan motivasi
pemilik dan karyawan UKM, keterbatasan jumlah tenaga kerja yang dimiliki, dan
tidak adanya sistem seleksi/perekrutan karyawan sehingga UKM tidak memiliki
SDM yang kualifikasi tinggi; (2) masalah metode dimana rendahnya inovasi,
kurangnya pemanfaatan teknologi yang dapat berguna untuk pengembangan
produk maupun dalam pemasarannya. Melalui pendidikan formal, pelatihan, dan
pengetahuan dapat meningkatkan kompetensi UKM sehingga memiliki
kemampuan untuk bersaing dan survive dalam MEA 2015.
16
5 ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMBELAJAR DALAM
MENINGKATKAN DAYA SAING PADA UKM DI KOTA BEKASI
PENDAHULUAN
Organisasi yang memiliki daya saing tinggi ditandai dengan kemampuan
sumber daya manusia (SDM) yang andal, penguasaan pengetahuan yang tinggi,
dan penguasaan perekonomian global. Menurut Porter (1990), daya saing
diidentikkan dengan produktivitas dimana tingkat output yang dihasilkan untuk
setiap unit input yang digunakan. Peningkatan produktivitas meliputi peningkatan
jumlah input fisik (modal dan tenaga kerja), peningkatan kualitas input yang
digunakan dan peningkatan teknologi (total faktor produktivitas).
Penerapan strategi bersaing yang tepat akan dapat menciptakan maupun
meningkatkan daya saing suatu perusahaan/organisasi. Salah satu caranya dengan
pengelolaan sumber daya secara efektif dan efisien. Penentuan strategi yang tepat
harus disesuaikan dengan seluruh aktivitas dari fungsi perusahaan, sehingga akan
menciptakan kinerja perusahaan sesuai dengan yang diharapkan, tidak terkecuali
pada UKM.
Usaha kecil menegah (UKM) yang memiliki daya saing tinggi ditandai
dengan kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang andal, penguasaan
pengetahuan yang tinggi, dan penguasaan perekonomian. Untuk meningkatkan
daya saing UKM serta untuk mendapatkan peluang ekspor dan peluang bisnis
lainnya dapat dilakukan dengan memanfaatkan perkembangan information
technology, utamanya e-commerce (Nuryanti 2013). Sedangkan berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Pebruati (2013), salah satu cara meningkatkan
daya saing UKM dengan adopsi teknologi informasi, melalui Acceptance IT
(penerimaan TI) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan daya
saing perusahaan. Menurut studi yang dilakukan oleh Tambunan (2004), ada 3
(tiga) aspek penting yang mempengaruhi daya saing UKM yakni: (1) faktor-faktor
internal perusahaan; (2) lingkungan eksternal; dan (3) pengaruh dari
pengusaha/pemilik usaha. Sebuah UKM yang memiliki daya saing yang tinggi
dicirikan oleh sejumlah aspek internal perusahaan, yaitu SDM (pekerja dan
pengusaha/pemilik usaha), ketersediaan atau penguasaan teknologi, dan organisasi
dan manajemen.
Salah satu tantangan bagi UKM yang harus dihadapi pada tahun 2015
adalah dengan adanya pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA
bertujuan memberikan peluang bagi negara-negara anggota ASEAN untuk
memperluas cakupan skala ekonomi, mengurangi kemiskinan dan kesenjangan
sosial ekonomi, meningkatkan daya tarik sebagai tujuan bagi investor dan
wisatawan, mengurangi biaya transaksi perdagangan dan memperbaiki fasilitas
perdagangan dan bisnis. Namun bagi UKM, keberadaan MEA 2015 akan
meningkatkan persaingan diantara organisasi bisnis. Kondisi ini membuat setiap
UKM berupaya untuk menjadi organisasi pembelajar agar tetap bertahan dalam
dunia bisnis.
Organisasi pembelajar adalah organisasi dimana orang mengembangkan
kapasitas mereka secara terus-menerus untuk menciptakan hasil yang mereka
inginkan, dimana pola pikir yang luas dan baru dipelihara, aspirasi kolektif
17
dipoles, dan orang-orang belajar tanpa henti untuk melihat segala hal secara
bersama-sama (Senge 2006). Lebih lanjut dikatakan bahwa suatu organisasi dapat
dikatakan sebagai organisasi belajar jika organisasi tersebut telah memiliki lima
disiplin/pilar antara lain model mental, berpikir sistem, visi bersama, penguasaan
pribadi, dan pembelajaran tim. Kelima pilar organisasi pembelajar ini harus hadir
bersama-sama dalam sebuah organisasi untuk mempercepat proses pembelajaran
dan meningkatkan kemampuannya untuk beradaptasi pada perubahan dan
mengantisipasi perubahan di masa depan.
Tobing dan Fitriati (2009) menyatakan bahwa organisasi belajar memiliki
hubungan yang kuat dan berpengaruh signifikan terhadap kompetensi peningkatan
karyawan, penerapan kelima disiplin yang membentuk organisasi pembelajar
dapat meningkatkan kompetensi pegawai. Peningkatan kompetensi pegawai
melalui organisasi pembelajar akan meningkatkan kinerja organisasi dalam hal ini
UKM, sehingga akan meningkatkan daya saing UKM untuk menghadapi MEA
2015.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
menganalisis persepsi kondisi kinerja UKM di Kota Bekasi saat ini dan
menganalisis pengaruh penerapan organisasi pembelajar terhadap daya saing.
METODE
Penelitian ini dilakukan pada lima klaster UKM yang berada di Kota Bekasi,
yaitu UKM boneka, bordir, santadoges (sandal, tas, dompet, gesper), handycraft,
dan konveksi. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
purposive sampling yaitu dipilih UKM yang memiliki ancaman kuat dari MEA,
dari kelima klaster UKM tersebut maka dipilih 50 responden dari 25 UKM dengan
responden pemilik dan karyawan UKM. Data yang digunakan berupa data primer
dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari dokumen, literatur, jurnal ilmiah,
laporan kajian terdahulu yang relevan. Data primer diperoleh melalui kuesioner,
observasi dan wawancara mendalam (in-depth interview).
Teknik pengolahan data pada penelitian ini menggunakan metode
Structural Equation Modelling (SEM) berbasis SMART Partial Least Square
(PLS) versi 2.0. Singgih (2011) menyatakan SEM adalah alat analisis yang
popupler, yang merupakan gabungan dari analisis faktor dan analisis regresi.
Model SEM terdiri dari dua jenis model yaitu measurement model dan struktural
model. Model struktural adalah hubungan antara konstruk independen dan
dependen, sedangkan model measurement adalah hubungan (nilai loading) antara
indikator dengan konstruk (variabel laten). Model SEM yang akan dianalisa dapat
dilihat pada Gambar 7. Sebelum melakukan pengolahan data, terlebih dahulu
peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas Untuk melakukan uji validitas
menggunakan rumus Pearson Product Moment, sedangkan uji reliabilitas
dilakukan dengan menggunakan metode Cronbach Alpha.
18
KN
H5
H1
H3
K
DS
H2
H4
OP
Gambar 7 Model SEM
Keterangan:
K
: Kompetensi
KN
: Kinerja
OP
: Organisasi Pembelajar
DS
: Daya Saing
H1
H2
H3
H4
H5
Hipotesis yang dikembangkan berdasarkan model tersebut adalah:
= kompetensi berpengaruh terhadap kinerja
= kompetensi berpengaruh terhadap organisasi pembelajar
= organisasi pembelajar berpengaruh terhadap kinerja
= organisasi pembelajar berpengaruh terhadap daya saing
= kinerja berpengaruh langsung terhadap daya saing
Analisis Structural Equation Modelling pada penelitian ini menggunakan
empat peubah laten yaitu kompetensi (K), organisasi pembelajar (OP), kinerja
(KN), dan daya saing (DS). Indikator yang disusun pada masing-masing peubah
laten terdiri atas 8 indikator kompetensi, 13 indikator kinerja, 19 indikator
organisasi pembelajar, dan tujuh indikator daya saing. Adapun definisi
operasional peubah tersebut disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Definisi operasional peubah
No
1
Peubah
Kompetensi
(K)
Definisi
Kompetensi merupakan
karakteristik yang mendasari
seseorang berkaitan dengan
efektivitas kinerja dalam
pekerjaannya (Spencer, 2009).
Ada tiga komponen utama
pembentuk kompetensi, yaitu
pengetahuan yang dimiliki
seseorang, keterampilan dan
perilaku individu, yang mana
ketiga komponen tersebut
dipengaruhi oleh konsep diri,
sikap bawaan diri dan motif.
Indikator
K1 = pengetahuan sesuai standar
perusahaan
K10= membantu karyawan lain
K11= pelaksanaan pekerjaan
K4 = memberikan ide dalambekerja
K5 = kerja sama dengan rekankerja
K6 = pemecahan masalahpekerjaan
K8 = ketrampilan yang dimiliki
K9 = ketepatan waktu pekerjaan
19
Lanjutan Tabel 3
No
2
Peubah
Organisasi
Pembelajar
(OP)
Definisi
Organisasi pembelajar adalah
organisasi dimana orang
mengembangkan kapasitas
mereka secara terus-menerus
untuk menciptakan hasil yang
mereka inginkan, dimana pola
pikir yang luas dan baru
dipelihara, dimana aspirasi
kolektif dipoles, dimana orangorang belajar tanpa henti untuk
melihat segala hal secara
bersama-sama (Senge, 1990).
Suatu organisasi dapat dikatakan
sebagai organisasi belajar jika
organisasi tersebut telah memiliki
lima disiplin/pilar antara lain
model mental, berpikir sistem,
visi bersama, penguasaan pribadi,
dan belajar beregu.
Indikator
OP1 = pencapaian tujuan perusahaan
OP10 = teknik proses pembelajaran
dalam tim
OP11 = proses pembelajaran dalam tim
meningkatkan kapasitas dan
ketrampilan
OP12 = proses pembelajaran dalam tim
dibangun atas dasar competency
individu
OP13 = mudah berpikir secara
menyeluruh mengenai
perusahaa