Strategi untuk Meningkatkan Daya Saing dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada Anggun Jaya Meubel

BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Strategi
2.1.1 Defenisi Strategi
Ada beberapa macam defenisi strategi sebagaimana dikemukan oleh para
ahli dalam buku karya mereka masing-masing. Secara umum defenisi strategi
adalah prioritas atau arah keseluruhan yang luas yang diambil oleh organisasi,
yakni pilihan-pilihan tentang bagaimana cara terbaik untuk mencapai misi
perusahaan. Defenisi ini disesuaikan dengan kata strategi berasal dari kata keja
bahasa Yunani stratego yang berarti merencanakan pemusnahan musuh lewat
penggunaan sumber-sumber yang efektif. Strategi dimaknai sebagai suatu cara
atau kilat mencapai suatu tujuan tertentu.
Menurut Jatmiko (2004), strategi merupakan serangkaian komitmen dan
tindakan

yang

terintegrasi

dan


terkoordinasi

yang

dirancang

untuk

mengeksploitasi dan mendapatkan keunggulan kompetitif.
Selain itu, menurut Jhonson dan Scholes (dalam buku Triton, 2007)
strategi adalah arah dan cakupan organisasi yang secara ideal untuk jangka yang
lebih panjang, yang menyesuaikan sumber daya nya dengan lingkungan yang
berubah, dan secara khusus, dengan pasarnya, dengan pelanggannya dan kliennya
untuk memenuhi harapan stakeholder.

Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Tipe-Tipe Strategi
Menurut Freddy Rangkuti (2014), pada prinsipnya strategi dapat dikelompokkan
berdasarkan tiga tipe strategi, yaitu strategi manajemen, strategi investasi, dan strategi bisnis.

Untuk lebih jelasnya ketiga tipe strategi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Strategi Manajemen
Strategi Manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukanoleh

manajemen dengan

orientasi pengembangan strategi secara makro. Misalnya, strategi pengembangan
produk, strategi penerapan harga, strategi akuisisi, strategi pengembangan produk,
strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan dan sebagainya.
2. Strategi Investasi
Strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi. Misalnya melakukan
penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru atau
strategi diverstasi dan sebagainya.
3. Strategi Bisnis
Strategi bisnis ini disebut juga strategi bisnis secara fungsional karena strategi ini
berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran,
strategi produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi, dan strategistrategi yang berhubungan dengan keuangan.

Universitas Sumatera Utara


2.2 Daya Saing
2.2.1 Pengertian Daya Saing
Perusahaan yang tidak mempunyai daya saing akan ditinggalkan oleh
pasar. Karena tidak memiliki daya saing berarti tidak memiliki keunggulan, dan
tidak unggul berarti tidak ada alasan bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di
dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya saing berhubungan dengan
bagaimana efektivitas suatu organisasi di pasar persaingan, dibandingkan dengan
organisasi lainnya yang menawarkan produk atau jasa-jasa yang sama atau
sejenis. Perusahaan-perusahaan yang

mampu menghasilkan produk atau jasa

yang berkualitas baik adalah perusahaan yang efektif dalam arti akan mampu
bersaing.
Menurut Porter (1995) mengatakan : “ competition is at the core of the
success or failure of firms’’. Persaingan adalah inti dari kesuksesan atau
kegagalan perusahaan. Terdapat dua sisi yang ditimbulkan oleh persaingan, yaitu
sisi kesuksesan karena mendorong perusahaan-perusahaan untuk lebih dinamis
dan bersaing dalam menghasilkan produk serta memberikan layanan terbaik bagi
pasarnya, sehingga persaingan dianggapnya sebagai peluang yang memotivasi.

Sedangkan sisi lainnya adalah kegagalan

karena akan

memperlemah

perusahaan-perusahaan yang bersifat statis, takut akan persaingan dan tidak
mampu menghasilkan produk-produk

yang berkualitas, sehingga persaingan

merupakan ancaman bagi perusahaannya.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Muhardi (2007) Daya saing merupakan fungsi operasi yang tidak
saja berorientasi ke dalam (internal) tetapi juga keluar (eksternal), yakni merespon
pasar sasaran usahanya dengan proaktif.
2.2.2 Dimensi dan Indikator Daya Saing
Dimensi daya saing suatu perusahaan sebagaimana dikemukakan oleh

Muhardi (2007) dengan mengutip Ward et all (1998) adalah terdiri dari biaya
(cost), kualitas (quality), waktu penyampaian (delivery), dan fleksibilitas
(flexibility).
Keempat dimensi tersebut lebih lanjut diterangkan oleh Muhardi (2007)
lengkap dengan indikatornya sebagai berikut :
a. Biaya adalah dimensi daya saing operasi yang meliputi empat indikator
yaitu biaya produksi, produktifitas tenaga kerja, penggunaan kapasitas
produksi dan persediaan. Unsur daya saing yang terdiri dari biaya
merupakan modal yang mutlak dimiliki oleh suatu perusahaan
mencakup pembiayaan

yang

produksinya, produktifitas tenaga kerjanya,

pemanfaatan kapasitas produksi perusahaan dan adanya cadangan produksi
(persediaan) yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan oleh perusahaan
untuk menunjang kelancaran perusahaan tersebut.
b. Kualitas seperti yang dimaksudkan oleh Muhardi (2007) adalah
merupakan dimensi daya saing yang juga sangat penting, yaitu meliputi

berbagai indikator diantaranya tampilan produk, jangka waktu penerimaan
produk, daya tahan produk, kecepatan penyelesaian keluhan konsumen, dan
kesesuaian produk terhadap spesifikasi desain. Tampilan produk dapat

Universitas Sumatera Utara

tercermin dari desain produk atau layanannya, tampilan produk yang baik
adalah yang memiliki desain sederhana namun mempunyai nilai yang
tinggi. Jangka waktu penerimaan produk dimaksudkan dengan lamanya
umur produk dapat diterima oleh pasar, semakin lama umur produk di pasar
menunjukkan kualitas produk tersebut semakin baik. Adapun daya tahan
produk dapat diukur dari umur ekonomis penggunaan produk.
c. Waktu penyampaian merupakan dimensi daya saing yang meliputi
berbagai indikator diantaranya ketepatan waktu produksi, pengurangan
waktu tunggu produksi, dan ketepatan waktu penyampaian produk. Ketiga
indikator tersebut berkaitan, ketepatan waktu penyampaian produk dapat
dipengaruhi oleh ketepatan waktu produksi dan lamanya waktu tunggu
produksi.
d. Fleksibilitas merupakan dimensi daya saing operasi yang meliputi
berbagai indikator diantaranya macam produk yang dihasilkan, kecepatan

menyesuaikan dengan kepentingan lingkungan.
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing adalah :
a. Lokasi
Memperhatikan lokasi usaha sangat penting untuk kemudahan pembeli dan
menjadi faktor utama bagi

kelangsungan

usaha. Lokasi usaha yang

strategis akan menarik perhatian pembeli.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Frans (2003), Letak atau lokasi akan menjadi sangat penting untuk
memenuhi kemudahan pelanggan dalam berkunjung, konsumen tentu akan
mencari jarak tempuh terpendek. Walau tidak menutup kemungkinan
konsumen dari jarak jauh juga akan membeli, tapi persentasenya kecil.
b. Harga

Menurut Sunarto (2004), Harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang
ditukar konsumen atas manfaat-manfaat memiliki atau

menggunakan

produk atau jasa tersebut. Harga menentukan apakah sebuah supermarket,
minimarket, atau swalayan banyak dikunjungi konsumen atau tidak. Faktor
harga juga berpengaruh

pada seorang

pembeli untuk mengambil

keputusan. Harga juga berhubungan dengan diskon, pemberian kupon
berhadiah, dan kebijakan penjualan. Harga adalah nilai suatu barang atau
jasa yang diukur dengan sejumlah uang.
c. Pelayanan
Program pelayanan / service seringkali menjadi pokok pemikiran pertama
seorang pengelola supermarket/minimarket. Pelayanan melalui produk
berarti konsumen dilayani sepenuhnya melalui persediaan produk yang

ada, produk yang bermutu. Pelayanan melalui kemampuan fisik lebih
mengacu kepada kenyamanan peralatan (trolley atau keranjang belanja),
tempat parkir yang nyaman, penerangan ruangan yang baik, juga keramahan
dari karyawan.
d. Mutu atau Kualitas

Universitas Sumatera Utara

Keyakinan untuk memenangkan persaingan pasar akan sangat ditentukan
oleh kualitas produk yang dihasilkan perusahaan. Kualitas produk
ditunjukkan oleh kesesuaian spesifikasi desain dengan fungsi atau kegunaan
produk itu sendiri, dan juga kesesuaian produk dengan spesifikasi
desainnya, Jadi suatu perusahaan memiliki daya saing apabila perusahaan
itu menghasilkan produk yang berkualitas dalam arti sesuai dengan
kebutuhan pasarnya.
e. Promosi
Semakin sering suatu supermarket/swalayan melakukan promosi, semakin
banyak pengunjung dalam memenuhi kebutuhannya. Promosi bisa
dilakukan melalui berbagai iklan baik di media cetak, elektronik, maupun
media lain. Promosi penjualan terdiri dari insentif jangka pendek untuk

mendorong pembelanjaan atau penjualan produk atau jasa, yang mana
promosi penjualan ini mencakup suatu variasi yang luas dari alat-alat
promosi yang didesain untuk merangsang respon pasar yang lebih cepat,
atau yang lebih kuat.
2.2.4 Identifikasi Pesaing
Ada 4 (empat) tingkat persaingan, berdasarkan tingkat subtitusi produk menurut
Kotler (2009), yaitu:
a. Persaingan Merek, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para
pesaingnya adalah perusahaan lain yang menawarkan produk dan atau jasa
serupa pada pelanggan yang sama dengan harga yang sama

Universitas Sumatera Utara

b. Persaingan Industri, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para
pesaingnya adalah semua perusahaan yang membuat produk atau kelas
produk yang sama.
c. Persaingan Bentuk, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para
pesaingnya adalah semua perusahaan yang memproduksi produk yang
memberikan jasa yang sama.
d. Persaingan Generik, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para

pesaingnya adalah semua perusahaan yang bersaing untuk mendapatkan
rupiah konsumen yang sama.
2.2.5 Strategi Keunggulan Bersaing
Dalam usaha untuk memperoleh keunggulan bersaing menurut Kotler
(2009) yaitu dengan membangun hubungan pelanggan yang didasarkan pada :
a. Nilai pelanggan
Nilai bagi pelanggan merupakan perbedaan antara nilai total bagi
pelanggan dan biaya

total

pelanggan

terhadap penawaran pemasaran

(‘laba’ bagi pelanggan).
b. Kepuasan pelanggan
Kepuasan pelanggan adalah sejauh mana kinerja yang diberikan
oleh sebuah produk sepadan dengan harapan pembeli. Jika kinerja produk
kurang dari yang diharapkan, maka pembelinya tidak puas. Kepuasan

Universitas Sumatera Utara

pelanggan terhadap pembelian tergantung

pada kinerja nyata sebuah

produk, relatif terhadap harapan pembeli
2.2.6 Strategi Pemasaran Bersaing
Menurut Kotler (2009) ada lima strategi pemasaran bersaing yang luas yang
dapat digunakan oleh perusahaan, yaitu :
a. Strategi Bersaing Dasar
Michael Porter (1980) menyebutkan tiga strategi kedudukan bersaing dasar,
mencakup:
-Kepemimpinan Biaya

Keseluruhan : Perusahaan bekerja keras untuk

mencapai biaya produksi dan distribusi terendah sehingga perusahaan itu
dapat membuat harga lebih rendah daripada pesaing dan memenangkan
pangsa pasar.
-Pembedaan (differensiasi) : Perusahaan berusaha berkonsentrasi untuk
menciptakan lini produk dan program pemasaran yang sangat berbeda,
sehingga perusahaan ini dapat menjadi pemimpin kelas dalam industri
yang bersangkutan.
-Fokus : Perusahaan berusaha berfokus pada upayanya dalam melayani
beberapa segmen pasar secara lebih baik dan bukan memburu seluruh pasar.
b. Strategi Pemimpin Pasar
Strategi pemimpin pasar adalah strategi dimana perusahaan dalam suatu
industri dengan pangsa pasar terbesar, perusahaan ini biasanya memimpin

Universitas Sumatera Utara

perusahaan lain dalam perubahan harga, pengenalan produk baru, cakupan
penyaluran, dan pengeluaran promosi.
c. Strategi Penantang Pasar
Strategi penantang pasar adalah strategi dimana perusahaan peringkat
kedua dalam suatu industri yang sedang berjuang keras untuk meningkatkan
pangsa pasarnya
d. Strategi Pengikut Pasar
Strategi pengikut pasar adalah strategi dimana perusahaan peringkat kedua
dalam suatu industri yang ingin mempertahankan pangsa pasarnya tanpa
menggangu keseimbangan.
e. Strategi Perelung Pasar
Strategi perelung pasar adalah strategi perusahaan dalam suatu industri
yang melayani segmen kecil yang dilupakan atau diabaikan perusahaan lain.
2.3 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Sesuai dengan Undang Undang nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) yang menyebutkan bahwa:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan

yang

memenuhi kriteria Usaha Mikro

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang , yaitu unit usaha yang
memiliki nilai aset paling banyak Rp 50 juta atau dengan hasil penjualan
tahunan paling besar Rp 300 juta

Universitas Sumatera Utara

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsug maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang dengan nilai aset lebih dari Rp 50 juta
sampai dengan paling banyak Rp 500 juta atau memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp 300 juta hingga maksimum Rp 2.500.000.000,00
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang
merupakan anak perusahaan

perseorang atau badan usaha yang bukan
atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan
Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang yaitu dengan
nilai kekayaan lebih dari Rp 500 juta hingga paling banyakRp 10 miliar
atau memiliki hasil penjualan tahunan diatas Rp 2 miliar lima ratus juta
sampai paling tinggi Rp 50 miliar.

Universitas Sumatera Utara

2.4 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah realisasi tujuan akhir dari
integrasi ekonomi yang dianut dalam Visi 2020, yang didasarkan pada
konvergensi kepentingan negara-negara anggota ASEAN untuk memperdalam
dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang ada dan baru dengan
batas waktu yang jelas. Cetak biru MEA adalah ambisi membentuk ASEAN
sebagai pusat perdagangan kawasan yang terintegrasi. Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) diharapkan dapat disejajarkan dengan komunitas serupa seperti
Uni Eropa. Bedanya dengan Uni Eropa, MEA masih menggunakan mata uang
sendiri-sendiri, belum bebas paspor, dan belum punya satu bank sentral.
Tenggat waktu pemberlakuan MEA sudah semakin dekat, yakni pada
akhir tahun 2015. Namun, menurut World Economic Forum (2014) dan United
Nations Industrial Development Organization (2010) daya saing Indonesia baik
pada tingkat global maupun sektor industri masih lemah jika dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN lain.
Menurut Djaafara (2012), potensi manfaat pemberlakuan MEA hanya akan
diperoleh apabila produsen yang dalam hal ini adalah sektor industri mampu
bersaing dengan industri dari negara-negara ASEAN lain, terlebih apabila sasaran
produknya adalah pasar regional.

Sehingga, strategi peningkatan daya saing

industri di Provinsi Sumatera Utara dianggap penting dan menjadi alternatif solusi
agar industri di Provinsi Sumatera Utara mampu bersaing pada saat pemberlakuan
MEA pada akhir tahun 2015. Dan pada akhirnya, manfaat pemberlakuan MEA
akan dirasakan oleh seluruh lapisan baik produsen, konsumen, maupun
perekonomian secara keseluruhan. Strategi peningkatan daya saing industri harus

Universitas Sumatera Utara

disesuaikan dengan potensi dan sektor prioritas perdagangan MEA2015 serta
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari daya saing tersebut agar strategi
yang dirumuskan menjadi tepat sasaran.
MEA pada hakikatnya merupakan liberalisasi yang mencakup seluruh
bidang ekonomi yang selama ini sebagian masih ada hambatan masuk, baik itu
melalui tarif maupun non-tarif. Secara teknis, pencapaian MEA menggunakan
mekanisme dan inisiatif yang telah dibentuk oleh ASEAN yang diperkuat dengan
penguatan institusi dalam kerjasama ASEAN. Masing-masing institusi dan
inisiatif yang terlibat di lima elemen pasar tunggal (arus barang bebas, arus jasa
bebas, arus investasi bebas, arus modal bebas, dan arus tenaga kerja bebas) dalam
kesatuan basis produksi. Dalam

mendirikan

Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA), ASEAN harus bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip terbuka,
berorientasi ke luar, inklusif, dan berorientasi pasar ekonomi yang konsisten
dengan aturan multilateral serta kepatuhan terhadap sistem untuk kepatuhan dan
pelaksanaan komitmen ekonomi yang efektif berbasis aturan.
Terdapat empat hal yang menjadi acuan MEA pada tahun 2015 yang dapat
dijadikan suatu momentum yang baik untuk Indonesia, yakni:
1. Negara dikawasan Asia Tenggara ini akan dijadikan sebuah wilayah
kesatuan pasar dan basis produksi. Dengan terciptanya kesatuan pasar dan
basis produksi maka akan membuat arus barang, jasa, investasi, modal
dalam jumlah yang besar, dan skilled labour menjadi tidak ada hambatan
dari satu ndust ke ndust lainnya dikawasan Asia Tenggara.

Universitas Sumatera Utara

2. MEA akan dibentuk sebagai kawasan ekonomi dengan tingkat
kompetensi yang tinggi, yang memerlukan suatu kebijakan yang meliputi
competition policy, consumer protection, intellectual Property Rights (IPR),
taxation, dan E-commerce. Dengan demikian, dapat tercipta iklim
persaingan yang adil; terdapat perlindungan jaringan dari agen-agen
perlindungan konsumen; mencegah terjadinya pelanggaran hak cipta;
menciptakan jaringan transportasi yang efisien, aman, dan terintegrasi;
menghilangkan Double Taxation, dan; meningkatkan perdagangan dengan
media elektronik berbasis online.
3. MEA pun akan dijadikan sebagai kawasan yang memiliki perkembangan
ekonomi yang merata , dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil
Menengah (UKM). Kemampuan daya saing dan dinamisme UKM akan
ditingkatkan dengan memfasilitasi akses mereka terhadap informasi terkini,
kondisi pasar, pengembangan sumber daya manusia dalam hal peningkatan
kemampuan, keuangan, serta teknologi.
4. MEA akan diintegrasikan secara penuh terhadap perekonomian global.
Dengan membangun sebuah industri untuk meningkatkan koordinasi
terhadap negara anggota. Selain itu, akan ditingkatkan partisipasi negara
dikawasan

Asia Tenggara pada jaringan

pasukan

global melalui

pengembangan paket bantuan teknisi kepada negara anggota ASEAN yang
kurang berkembang.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN sebagai
pasar dan basis produksi tunggal yang membuat ASEAN lebih dinamis dan

Universitas Sumatera Utara

kompetitif

dengan

mekanisme

dan

langkah-langkah

untuk

memperkuat

pelaksanaan baru yang ada inisiatif ekonomi; mempercepat integrasi regional di
sektor-sektor prioritas; memfasilitasi pergerakan bisnis, tenaga kerja terampil dan
bakat; dan memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN.
2.5 Pengertian Meubel
Meubel atau furnitur adalah perlengkapan rumah yang mencakup semua
barang seperti kursi, meja, dan lemari. Meubel berasal dari kata movable, yang
artinya bisa bergerak. Pada zaman dahulu meja kursi dan lemari relatif mudah
digerakkan dari batu besar, tembok, dan atap. Sedangkan kata furniture berasal
dari bahasa Prancis fourniture (1520-30 Masehi). Fourniture mempunyai asal kata
fournir yang artinya furnish atau perabot rumah atau ruangan. Walaupun muebel
dan furniture punya arti yang beda, tetapi yang ditunjuk sama yaitu meja, kursi,
lemari, dan seterusnya.
Dalam kata lain, meubel atau furnitur adalah semua benda yang ada di
rumah dan digunakan oleh penghuninya untuk duduk, berbaring, ataupun
menyimpan benda kecil seperti pakaian atau cangkir. Meubel terbuat dari kayu,
papan, kulit, sekrup, dll.

Universitas Sumatera Utara

2.6 Analisis SWOT
2.6.1 Pengertian Analisis SWOT
Menurut Rangkuti (2006) Analisis SWOT adalah suatu analisis yang
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan
peluang (Opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(Weaknesses) dan ancaman (Threats). Bertujuan untuk menentukan usaha yang
realistis, sesuai dengan kondisi perusahaan dan oleh sebab itu tujuan perusahaan
lebih mudah tercapai sehingga setiap perusahaan dapat mempergunakan teknik
analisis SWOT.
Proses pengambilan keputusan strategi ini selalu berkaitan dengan
pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian
perencanaan strategi harus menganalisis faktor faktor strategi perusahaan
(kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang saat ini.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan
oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus
dipertimbangkan dalam analisis SWOT, dimana analisis SWOT marupakan
analisis untuk membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman
dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan.
2.6.2 Tujuan Penerapan SWOT
Analisis situasi merupakan awal proses perumusan strategi. Selain analisis
situasi juga mengharuskan para manajer strategi untuk menemukan kesesuaian
strategi antara peluang-peluang eksternal dan kekuatan-kekuatan internal,

Universitas Sumatera Utara

disamping

memperhatikan ancaman-ancaman

eksternal dan kelemahan-

kelemahan internal (Hunger, 2003).
Perumusan strategi sering kali ditunjukkan sebagai perencanaan strategi
dalam jangka panjang. Proses perumusan berurusan dengan pengembangan misi,
tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Agar hal ini dapat tercapai, maka
pembuatan strategi harus menganalisis faktor faktor strategis perusahaan
(kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) kunci pada situasi sekarang dan
hasil peramalam tentang masa depan.
2.6.3 Pengamatan Lingkungan
Sebelum perusahaan dapat memulai perumusan strategi, manajemen harus
mengamati lingkungan eksternal untuk mengindentifikasi kesempatan dan
ancaman yang mungkin terjadi. Pengamatan lingkungan adalah pemantauan,
pengevaluasian, dan penyebaran informasi dari lingkungan eksternal kepada orang
orang kunci dalam perusahaan. Pengamatan lingkungan adalah alat manajemen
untuk menghindari kejutan strategi dan memastikan kesehatan manajemen jangka
panjang. Penelitian menunjukkan hubungan yang positif antara pengamatan
lingkungan dengan laba (Hunger, 2003).
2.6.3.1 Analisis Lingkungan Internal
Menurut Jatmiko (2004), analisis lingkungan eksternal disebut juga
analisis kekuatan dan kelemahan perusahaan, analisis kapabilitas dan budaya
organisasi, atau kadang juga disebut analisis jati diri organisasi/perusahaan
merupakan analisis mengenai sumberdaya perusahaan, dan peluang-peluang

Universitas Sumatera Utara

industri. Adapun indentifikasi faktor yang terdapat dalam lingkungan internal
perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Aspek Pemasaran
Pemasaran adalah proses penentuan, pengantisipasian, penciptaan, dan
pemenuhan keinginan dalam kebutuhan pelanggan atas produk atau jasa.
2. Aspek Keuangan dan Akuntansi
Kondisi keuangan seringkali dipertimbangkan sebagai ukuran yang terbaik
kekuatan atau posisi persaingan perusahaan dan daya tarik utama bagi para
investor.

Penetapan

kekuatan

dan

kelemahan

keuangan

organisasi/perusahaan merupakan hal yang penting dalam formulasi
strategi secara efektif.
3. Aspek Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan faktor lingkungan internal dalam
perusahaan

yang

menjalankan

seluruh

aktivitas-aktivitas

didalam

perusahaan. Perusahaan dapat bekerja dengan baik apabila memilki
sumber daya manusia yang memilki kapabilitas, keahlian dalam bersaing
dan manajemen yang baik.
4. Aspek Produksi/Operasi dan Penelitian Pengembangan
Aktivitas-aktivitas produksi merupakan gambaran bagian terbesar dari
sumberdaya manusia dan modal suatu organisasi. Penelitian dan

Universitas Sumatera Utara

pengembangan secara spesifik juga mempengaruhu kekuatan dan
kelemahan perusahaan.
5. Aspek Sistem Informasi
Sistem informasi merupakan istilah yang berhubungan dengan mekanisme
formal dimana setiap organisasi sebaiknya menggunakan sistem informasi
untuk memperoleh informasi tentang lingkungan eksternal yang relevan
dan tentang kapabilitas internal organisasi itu sendiri.
2.6.3.2 Analisis Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal bisa dikatakan sebagai komponen-komponen atau
variabel lingkungan yang berada atau berasal dari luar organisasi/perusahaan.
Komponen tersebut cenderung berada diluar jangkauan organisasi, artinya
organisasi/perusahaan tidak bisa melakukan intervensi terhadap komponenkomponen tersebut. Komponen itu cenderung diperlukan sebagai sesuatu yang
given atau sesuatu yang mau tidak mau harus diterima, tinggal bagaimana
organisasi

berkompromi

atau

menyiasati

komponen-komponen

tersebut

(Dirgantoro,2004).
Menurut Jatmiko (2004), analisis lingkungan eksternal dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1. Lingkungan Eksternal Makro, terdiri dari:
a. Faktor Fisik
Lingkungan fisik merupakan hubungan timbal balik antara perusahaan
dengan lingkungan hidupnya atau ekologinya.
b. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi mencakup tingkat inflasi, tingkat bunga, defisit atau surplus
neraca perdagangan, defisit atau surplus anggaran, tingkat simpanan pribadi,
tingkat simpanan perusahaan dan produk domestik bruto.
c. Faktor Sosial
Faktor sosial mencakup angkatan kerja, variasi dalam angkatan kerja,
perilaku atas kualitas kerja, pertimbangan mengenai lingkungan dalam
persepsi mengenai karakteristik produk dan jasa.
d. Faktor Politik dan Hukum
Faktor politik dan hukum mencakup hukum perpajakan, filosofi, hukum
pelatihan tenaga kerja, kebijakan dan filosofi pendidikan.
e. Faktor Teknologi
Faktor teknologi mencakup inovasi produk, inovasi proses, aplikasi
pengetahuan, fokus pada penelitian pengembangan yang didukung
pemerintah maupun swasta dan teknologi komunikasi baru.
f. Faktor Demografi

Universitas Sumatera Utara

Faktor demografi mencakup besarnya populasi, struktur usia, distribusi
geografi, komposisi etnis dan distribusi pendapatan.
2. Lingkungan Eksternal Mikro
Menurut Jatmiko (2004) lingkungan industri disebut juga dengan
lingkungan kompetitif yang merupakan lingkungan eksternal yang paling penting
bagi kebanyakan manajer dan perumusan manajemen stratejik suatu perusahaan
untuk dianalisis secara mendalam.
Kekuatan persaingan industri trerdapat beberapa unsur, antara lain:
a. Ancaman Pendatang Baru
Pendatang baru dalam industri biasanya membawa dan menambah
kapabilitas baru, keinginan mendapatkan pangsa pasar, dan juga
sumberdaya baru. Berat ringannya ancaman pendatang baru tergantung pada
hambatan masuk dan reaksi diri dari para pesaing yang telah ada dimana
pendatang baru akan memasuki industri tinggi dan pendata tersebut. Jika
hambatan masuk ke industri dapat dikalahkan oleh para pesaing yang telah
ada, maka perusahan tidak akan mendapatkan ancaman serius dari
pendatang baru.
b. Kekuatan Pemasok
Pemasok menyediakan dan menawarkan input yang diperlukan untuk
memproduksi barang atau menyediakan jasa oleh industri atau perusahaan.
Apabila pemasok mampu mengendalikan perusahaan dalam hal penyediaan
input, sedang industri tidak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan

Universitas Sumatera Utara

pemasok maka posisi tawar industri menjadi lemah dan sebaliknya posisi
tawar menjadi kuat.
c. Kekuatan Pembeli/Pelanggan
Dalam pembelian terdapat dua jenis pelanggan yang dimaksud, yaitu yang
terdiri dari pelanggan individu dan pelanggan organisasi. Dalam industri
tertentu mungkin terdapat beberapa perantara antara industri atau pemakai
akhir atau konsumen akhir, namun juga ada industri atau perusahaan yang
menjual secara langsung kepada konsumen akhir.
d. Ancaman Produk Pengganti
Produk pengganti dapat memberikan pilihan bagi pelanggan/pembeli dan
akan mengurangi keuntungan perusahaan.
e. Pesaing Dalam Industri
Analisis pesaing memungkinkan suatu organisasi menilai apakah
organisasi tersebut dapat bersaing dengan sukses didalam atau pasar yang
memberikan peluang-peluang keuntungan
2.6.4 Tahapan Perencanaan Strategi Melalui Analisis SWOT
Ada beberapa proses penyusunan perencanaan strategi, menurut Rangkuti
(2009) ada 3 tahapan analisis, yaitu:
1. Tahap Pengumpulan Data
Tahap ini bukan sekedar kegiatan mengumpulkan data, tetapi juga
merupakan suatu kegiatan pengklarifikasian data dan pra analisis. Pada

Universitas Sumatera Utara

tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data
internal. Data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan diluar perusahaan
seperti analisis pasar, analisis
pemerintah

dan

kompetitor, analisis pemasok, analisis

analisis kelompok kepentingan tertentu. Data internal

diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri seperti laporan keuangan,
laporan kegiatan sumber daya manusia, laporan kegiatan operasional dan
laporan kegiatan pemasaran. Metode yang dipakai dalam tahap ini adalah
matriks IFAS dan matriks EFAS.
2. Tahapan Analisis
Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh
terhadap

kelangsungan

perusahaan,

tahap

selanjutnya

adalah

menggabungkan IFAS + EFAS yang bertujuan untuk melihat hasil sub
IFAS dan sub total EFAS. Bila dijumlahkan akan dibandingkan akan
memberikan suatu alternatif bahwa analisis atau diagnosa ini benar benar
tekait dengan permasalahan yang terjadi.
3. Tahap Pengambilan Keputusan
Pada tahap

pengambilan

keputusan

akan digunakan matriks

SWOT untuk memperoleh alternatif strategi yang tepat bagi perusahaan
dalam menghadapi MEA sesuai dengan posisi perusahaan yang telah
digambarkan pada matriks SWOT.

Universitas Sumatera Utara

2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan referensi
dalam penelitian ini antara lain dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti

Tahun

Judul

Hasil penelitian

Sheila

2009

Analisis
SWOT
Pada Toko Lestari
Rattan
And
Furniture HL. Gatot
Subroto
NO.457
Medan

Menunjukkan
bahwa
analisis SWOT yang
dilakukan oleh Bapak
Ngailmin sebagai pemilik
selama ini sudah tepat
untuk Toko lestari rattan
dan furniture. strategi
Yang digunakan sudah
cukup baik, akan tetapi
masih
pelu
adanya
evaluasi strategi yang
paling tepat.

RUKMINI

2011

Analisis
SWOT
dalam menentukan
strategi pemasaran
pada Rumah Makan
Kemang
Jaya
Medan

Menunjukkan
bahwa
Rumah Makan Kamang
Jaya
menggunakan
strategi Marketing Mix.
strategi pemasaran yang
digunakan sudah cukup
baik akan tetapi masih
perlu
dilakukannya
evaluasi dalam strategi
yang lebih tepat lagi
untuk
perkembangan
Rumah Makan Kamang
Jaya. akan tetapi rumah
makan kamang sebaiknya
menggunakan
strategi
differensiasi agar produk
yang dihasilkan menjadi
prduk yang berkualitas
secara efektif kepada
pelanggan.

Iin Sri Karina
Sebayang

2013

Strategi
Bersaing Strategi yang diterapkan
Dalam Pemasaran oleh Toko Kaban dengan
Melalui
Analisis menggunakan
analisis
SWOT Pada Toko SWOT ialah strategi

Desira

Universitas Sumatera Utara

Kaban Di Perumnas agresif yaitu menciptakan
strategi
yang
Simalingkar
menggunakan kekuatan
untuk
memanfaatkan
peluang
Anggreni sianipa 2013

Strategi Strenght ,
Weakness,
Opportunities,
Threats
(SWOT)
Dalam Peningkatan
Volume Penjualan
Pada Mini Market
Surya Awalayan Jl
Setia Budi Medan

Dengan
hasil
penelitiannya
menggunakan
matriks
SWOT yang memerlukan
kekuatan,
kelemahan,
peluang dan ancaman
minimarket usaha ini
berkembang dengan baik
dan
mengalami
peningkatan
volume
penjualan yang dapat
dilihat dari omset toko ini

Sumber : Diolah dari berbagai sumber

Universitas Sumatera Utara