Strategi untuk Meningkatkan Daya Saing dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada Anggun Jaya Meubel

(1)

Lampiran I Pertanyaan Wawancara 1. Bagaimana gambaran umum Anggun Jaya Meubel ini pak ?

Anggun Jaya Meubel berdiri tepatnya pada Oktober 2007 yang didirikan oleh Bapak Wira Jaya selaku pemilik dan pengelola Anggun Jaya Meubel, dibantu oleh istri Ibu Anggun, dengan visi dan misi ingin menjadi pengusaha meubel yang sukses dengan menghasilkan produk-produk yang berkualitas dan mampu bersaing. Sebelum membuka usaha meubel, Bapak Wira dulunya bekerja sebagai karyawan dibidang perabot rumah tangga khusunya memproduksi dan mereparasi sofa di perusahaan Swasta. Bermodalkan pengetahuan dan kemahiran, serta modal yang ada pada saat itu sebesar Rp.5.000.000, Bapak Wira memutuskan untuk membangun usaha meubel sendiri dan diberi nama Anggun Jaya Meubel yang beralamat di Jln.Gunung Krakatau No.9-D, Pulo Brayan Darat II, Medan Timur, Kota Medan, Sumatera Utara. Anggun Jaya Meubel awalnya memperkerjakan saudara-saudara Bapak Wira sebagai pekerja, tetapi seiring berjalannya waktu, saudara Bapak memutuskan untuk beralih pekerjaan yang lebih baik lagi, mulai saat itu Bapak Wira sendiri tidak memiliki pekerja tetap melainkan sistem kontrak. Namun seiring berjalannya waktu, Anggun Jaya Meubel memiliki kemajuan dalam proses pengerjaan meubel yaitu penggunaan alat-alat teknologi yang canggih dalam pengerjaan perabot tersebut.


(2)

2. Bagaimana dengan struktur organisasi perusahaan ini pak?

Anggun Jaya Meubel belum menerapkan struktur organisasi dikarenakan Bapak Wira menganggap usahanya masih tergolong usaha skala kecil menengah sehingga tidak terlalu diperlukan adanya struktur organisasi, sebab semua kegiatan dikelola oleh Bapak Wira dan dibantu istri.

3. Bagaimana kondisi keuangan Anggun Jaya Meubel?

Kondisi keuangan Anggun Jaya Meubel sering mengalami pasang surut. Sebab kurangnya permodalan, yang mengakibatkan rendahnya volume penjualan. Kurangnya permodalan dikarenakan Anggun Jaya Meubel masih belum memiliki legalisi izin usaha dari pemerintah, yang mengakibatkan usaha sulit untuk berkembang.

4. Apa keunggulan usaha meubel milik Bapak dibandingkan pesaing ?

Produk Anggun Jaya Meubel terbuat dari bahan baku yang berkualitas, pengerjaan yang merupakan hasil kerja tangan manusia dengan tenaga kerja yang terampil dan ahli dibidangnya, sehingga konsumen tidak pernah mengeluh atas produk dari Anggun Jaya Meubel tersebut.

5. Menurut Bapak siapa pesaing terkuat?

Pesaing terkuat menurut saya semua pengusaha meubel yang ada, sebab semua usaha punya kelebihan dan kelemahannya masing-masing


(3)

6. Bagaimana strategi pemasaran yang Bapak lakukan?

Strategi pemasaran yang Bapak lakukan hingga pada saat ini belum maksimal, Bapak tidak memasarkan melalui media cetak atau elektronik, melainkan hanya memasarkan produk melalui mulut ke mulut dan hanya memasang pamplet di depan toko.

7. Jika dilihat dari sisi pesaing, Apakah harga produk Bapak ini termaksud mahal?

Pemerintah pusat sudah menetapkan harga standart nasional untuk setiap bahan baku, para pengusaha melakukan penetrasi harga untuk menaikkan tingkat penjualannya. Menurut saya, harga yang saya tawarkan terjangkau bagi setiap kalangan.

8. Bagaimana strategi penetapan harga?

Harga sudah memiliki standart yang sudah ditentukan, namun dalam pemberian harga Anggun Jaya Meubel memberikan harga yang variatif dan terjangkau tergantung tingkat kesusahan dan bahan baku yang digunakan dalam proses pengerjaan meubel.

9. Apa saja kendala dalam memasarkan produk meubel ini sendiri Pak?

Minimnya pengetahuan dan penggunaan teknologi, sehingga sulit untuk menyesuaikan dengan keadaan jaman, yang menawarkan banyak cara mudah untuk memasarkan produk, sharing motif agar lebih inovatif lagi dan kurangnya permodalan yang Anggun Jaya Meubel miliki.


(4)

10. Apakah Anggun Jaya Meubel memiliki target penjualan? Dan berapa target penjualan Anggun Jaya Meubel per bulan atau per tahun?

Anggun Jaya Meubel sendiri tidak memiliki target penjualan per bulan ataupun per tahun. Penjualan tergantung dengan tingkat pemesanan konsumen.

11. Bagaimana Anggun Jaya Meubel menanggapi MEA tahun ini yang mulai dijalankan dan Indonesia adalah salah satu peserta MEA, menurut Bapak MEA itu dianggap sebagai peluang atau ancaman?

Menurut saya dengan adanya MEA sangat membantu Anggun Jaya Meubel dalam banyak hal, baik dalam hal permodalan, ketersediaan bahan baku, dan terbukanya pembelajaran teknologi sehingga membantu Anggun Jaya Meubel untuk semakin berkembang dan memilki daya saing yang tinggi sehingga mampu bersaing dipasar bebas, dan dengan adanya pesaing maka ancaman yang dirasakan adalah banyaknya pilihan atau para konsumen menjadi lebih selektif dalam memilih produk.

12. Apa langkah yang diambil Anggun Jaya Meubel dalam memanajemen resiko pemberlakuan MEA 2015?

Meningkatkan kualitas Anggun Jaya Meubel sehingga menjadi produk unggulan dengan para kompetitif lainnya, lebih mempersiapkan diri dengan membenahi kelemahan kelemahan internal yang ada dalam perusahaan sehingga perusahaan dapat lebih berkembang lagi.


(5)

13. Bagaimana menurut Bapak peran dan kebijakan pemerintah menghadapi MEA 2015?

Sejauh ini menurut saya Pemerintah membantu para pelaku usaha khusunya UMKM, yaitu dimana proses pembuatan legalitas izin usaha yang dipermudah, dapat memperoleh pinjaman modal dengan mudah dan bunga yang rendah, serta kebijakan-kebijakan lainnya yang menurut saya dapat membantu UMKM untuk berkembang dan memilki daya saing dibandingkan pesaing lainnya baik dari dalam maupun luar negeri.

14. Bagaimana kondisi dan perkembangan usaha meubel di Provinsi Sumatera Utara menurut Bapak ?

Menurut Bapak perkembangan usaha meubel dikota Medan semakin banyak dan berkembang, dengan permodalan yang kuat bisnis meubel yang ada semakin memberikan produk bukan hanya berkualitas, tapi jga motif yang lebih inovatif dan kreatif.

15. Bagaimana ketersediaan bahan baku pembuatan meubel Anggun Jaya Meubel? Dari pemasok mana Bapak memperoleh bahan baku tersebut?

Bahan baku masih mengalami kelangkaan, pemasok bahan baku berasal dari Namorambe Medan dan dari Pulau Jawa Jepara. Keterbatasan pemasok dan bahan baku mengakibatkan proses pengerjaan sering terhambat karena menunggu tersedianya bahan baku dan proses pengerjaan semakin lama.


(6)

16. Apa saja kendala yang dihadapi pada penerapan kebijakan peningkatan daya saing?

Masih sering terdapatnya pihak-pihak yang membuat proses pengurusan menjadi berbelit-belit, dimana ingin mencari keuntungann pribadi. Infrastruktur yang masih minim.

17. Apakah prosedur pelayanan yang diberikan pemerintah sudah memudahkan pengusaha/pelaku usaha?

Belum sepenuhnya. Masih banyak yang mencari keuntungan tersendiri.

18. Selain hal-hal yang telah ditanyakan, apa saja yang menjadi kekuatan,kelemahan, peluang dan ancaman bagi daya saing industri unggulan Provinsi Jawa Tengah?

19. Apa saran yang dapat berikan, sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan diatas?

Menurut saya, sebaiknya pemerintah lebih ikut campur tangan lagi terhadap perkembangan usaha di Indonesia, khusunya Sumatera Utara yaitu para pengusaha meubel. Para pelaku usaha meninginkan fasilitas pengembangan desain di Indonesia, perlu juga adanya peremajaan pada mesin-mesin industri di Indonesia untuk mendukung tingkat ekspor meubel di Indonesia, khusunya Provinsi Sumatera Utara.


(7)

Lampiran II

Dokumentasi Anggun Jaya Meubel


(8)

Proses pengerjaan sofa


(9)

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Hunger, J. David dan Wheelen, Thomas L. 2003. Manajemen Strategis. Andi. Yogyakarta.

Jatmiko, RD.2003. Manajemen Stratejik. Malang: UMM Press.

Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane .2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga.

Prof. Dr.Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Alfabeta CV

Singarimbun. Masri. 1995. Metode Penelitian Survial. Yogyakarta: PT Pustaka LP3S.

Solihin, Ismail.2012.Manajemen Strategik. Jakarta: Erlangga.

Tambunan, Tulus, T.H. 2009. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Beberapa Isu penting. Jakarta: Salemba Empat.

Tjiptono, Fandy dan Chandra, Gregorius. 2012. Pemasaran Strategik. Yogyakarta: CV Andi Offset.

UU no 2 tahun 2008 tentang UMKM

Rangkuti, Freddy.2009.Analisis SWOT: Tehnik Membedah Kasus Bisnis.Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.


(11)

Skripsi:

Desire, Sheila. 2009. Analisis SWOT Pada Toko Lestari Rattan And Furniture Jl. Gatot Subroto no 457 Medan. Medan: FISIP USU

Karina, Iin Sebayang. 2013. Strategi Bersaing Dalam Pemasaran Melalui Analisis SWOT Pada Toko Kaban Di Pereumnas Simalingkar. Medan: FISIP USU.

Rukmini. 2011. Analisis SWOT Dalam Menentukan Strategi Pemasaran Pada Rumah Makan Kemang Jaya Medan. Medan : FE USU.

Sianipar, Anggreni. 2013. Strategi SWOT Dalam Peningkatan Volume Penjualan Pada Minimarket Surya Swalayan Jl. Setia Budi Medan. Medan : FISIP USU.

Internet:

http://setkab.go.id/peningkatan-daya-saing-ekonomi-dan-peran-birokrasi/

http://inspirasibangsa.com/potensi-laut-indonesia-timur-menghadapi-masyarakat-ekonomi-asean-mea-2015/

http://manajemenppm.wordpress.com/2013/11/15/menghadapi-masyarakat-ekonomi-asean-mea-2015/

http://regional.kompasiana.com/2014/06/28/kesiapan-sumber-daya-manusia-sdm- indonesia-menyongsong-implementasi-masyarakat-ekonomi-asean-mea-2015-664888.html


(12)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan dari subjek penelitian melalui pengumpulan daftar pertanyaan dalam wawancara dan observasi.

Dalam penelitian ini penulis akan berusaha untuk menggambarkan dan menginterprestasikan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam mengevaluasi lingkungan eksternal dan internal yang dihadapi Anggun Jaya Meubel dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), sehingga menemukan strategi bersaing yang tepat agar usaha ini semakin maju dan dapat memenangkan pesaingan.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Usaha Kecil Menengah Anggun Jaya Meubel yang beralamat di Jl. Gunung Krakatau No.9-D, Pulo Brayan Darat II, Medan Timur, Kota Medan, Sumatera Utara.


(13)

3.3 Defenisi Konsep

Menurut Singarimbun (1995), Defenisi Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.

Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Strategi adalah prioritas atau arah keseluruhan yang luas yang diambil oleh organisasi, yakni pilihan-pilihan tentang bagaimana cara terbaik untuk mencapai misi perusahaan.

2. Daya Saing adalah kemampuan menghasilkan produk barang atau jasa yang memenuhi pengujian internasional, dan dalam saat bersamaan juga dapat memelihara tingkat pendapatan tinggi dan berkelanjutan, atau kemampuan daerah menghasilkan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan eksternal.

3. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah realisasi tujuan akhir dari integrasi ekonomi yang dianut dalam Visi 2020, yang didasarkan pada konvergensi kepentingan negara-negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang ada dan baru dengan batas waktu yang jelas.


(14)

3.4 Informasi Penelitian

Informan adalah interview atau sumber informasi yang dapat memberikan data atau keterangan atas keadaan diri orang lain disituasi-situasi lingkungannya (Situmorang, 2008). Pada penelitian ini informan penelitian terdiri dari beberapa macam yaitu :

1. Informan kunci

Yaitu orang yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian, informan kunci adalah Bapak Wira sebagai pemilik sekaligus pengelola Anggun Jaya Meubel.

2. Informan Utama

Yaitu orang yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi informan utama adalah pekerja yang bekerja di Anggun Jaya Meubel.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Rangkuti (2009) Tahap ini pada dasarnya tidak hanya kegiatan pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklarifikasian dan pra analisis. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang dibagi berdasarkan jenis datanya, sebagai berikut:

1. Pengumpulan data primer, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari lapangan dengan melakukan wawancara dan observasi.


(15)

a. Wawancara merupakan cara pengumpulan data melalui tanya jawab langsung dengan informan yang dianggap mengetahui permasalahan penelitian secara mendalam. Dalam hal ini yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan pemilik dan pekerja pada Anggun Jaya Meubel. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data mengenai lingkungan internal dan eksternal usaha.

b. Observasi adalah pelaksanaan pengamatan secara langsung terhadap fenomena fenomena yang berkaitan dengan fokus permasalahan yang diteliti. Fenomena yang dimaksud adalah penerapan analisis SWOT untuk meningkatkan daya saing dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang terjadi pada Anggun Jaya Meubel .Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan pada usaha tersebut.

2. Pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Adapun pengumpulan data sekunder yang dilakukan adalah:

a. Studi dokumentasi, yaitu dengan memanfaatkan dokumen dokumen tertulis yang berbentuk tulisan dan gambar yang berkaitan dengan aspek yang diteliti.

b. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai literatur seperti buku-buku, jurnal, artikel, dan majalah yang memiliki relevan dengan aspek yang diteliti.


(16)

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriptif Kualitatif. Menurut Sugiyono, (2012) Analisis deskriptif kualitatif adalah teknik analisis yang mencari hubungan secara menyeluruh dan teliti dari suatu keadaan. Dalam hal ini data actual dikumpulkan, disusun, diklasifikasi untuk kemudian diinterpretasikan yang memungkinkan dilakukan pemecahan masalah yang diselidiki, sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapai Anggun Jaya Meubel dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

3.6.1 Analisis SWOT

Teknik analisis data yang digunakan penulis adalah metode analisis SWOT, yaitu melakukan indentifikasi terhadap faktor internal dan faktor eksternal untuk mengetahui ancaman (Threats), peluang (Opportunity), kelemahan (Weaknesses), dan kekuatan (Strengths). Kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui kondisi suatu usaha yang diteliti serta merumuskan strategi yang baik untuk digunakan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada Anggun Jaya Meubel yang terdapat dalam faktor internal (IFAS) dan fakor eksternal (EFAS). 3.6.2 Matriks Faktor Analisis Internal (IFAS)

Analisis dengan menggunakan pembobotan dan penskoran dalam matriks IFAS (Internal Fator Analysis Summary) dapat dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan variabel variabel yang menjadi faktor internal. Setelah ditentukan variabel dari faktor internal tersebut, maka untuk mendapatkan nilai masing masing variabel kekuatan dan kelemahan dilakukan pembobotan dan peringkat dengan menggunakan matriks IFAS.


(17)

Tabel 3.1 Matriks IFAS FAKTOR-FAKTOR

INDIKATOR INTERNA

BOBOT RATING BOBOT X RATING

KEKUATAN: Indikator Kekuatan 1 Indikator Kekuatan 2 Indikator Kekuatan 3 Indikator Kekuatan 4 Indikator Kekuatan 5 KELEMAHAN: Indikator Kelemahan 1 Indikator Kelemahan 2 Indikator Kelemahan 3 Indikator Kelemahan 4 Indikator Kelemahan 5 TOTAL

Sumber : Rangkuti, Freddy. 2009. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum. Hal.24.

Kriteria dan angka penilaian:

Kriteria Bobot:

Paling penting = 1,00 Kriteria Rating: Penting = 0,66-0,99 Sangat Baik = 4 Cukup penting = 0,33-0,66 Baik = 3 Kurang penting = 0,01-0,33 Cukup Baik = 2 Tidak Penting = 0,00 Kurang Baik = 1

Sumber : Rangkuti, Freddy. 2009. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum. Hal.24.


(18)

Setelah terkumpulnya data, tahap selanjutnya adalah pembobotan dan peringkat. Sehingga ditemukan nilai dari masing masing faktor inyternal, yakni kekuatan dan kelemahan dengan menggunakan matriks Internal Factor Analysis Summary (IFAS).

Cara cara penentuan Faktor Strategi Internal (IFAS) sebagai berikut:

1. Tentukan faktor faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan dalam kolom 1.

2. Beri bobot masing masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,00 (sangat penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00)

3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi, nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkan dengan rata rata industri atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif, kebalikannya. Jika kelemahan perusahaan besar sekali dibandingkan dengan rata rata industri, nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan perusahaan dibawah rata rata industri, nilainya adalah 4.

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor


(19)

pembobotan untuk masing masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 sampai dengan 1,0.

5. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih, dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.

6. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor faktor internal maupun eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.

3.6.3 Matriks Faktor Analisis Eksternal (EFAS)

Analisis dengan menggunakan pembobotan dan penskoran dalan matrik EFAS (Eksternal Factor Analysis Summary) dapat dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan variabel variabel yang menjadi faktor elsternal tersebut, maka untuk mendapatkan nilai masing masing variabel dari peluang dan ancaman dilakukan pembobotan dan peringkat dengan menggunakan matriks EFAS.

Cara cara penentuan pembobotan dan penskoran Faktor Strategi Eksternal (EFAS) adalah sebagai berikut:

1.Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman)

2. Beri bobot masing masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,00 (sangat penting) sampai dengan 0,0 ( tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor faktor tersebut terhadap posisi strategi perusahaan.


(20)

3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya.

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4 sampai dengan 1.

5. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih, dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.

6. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor faktor internal maupun ekternalnya.

Tabel 3.2 Matriks EFAS FAKTOR-FAKTOR

INDIKATOR EKSTERN

BOBOT RATING BOBOT X RATING PELUANG:

Indikator Peluang 1 Indikator Peluang 2 Indikator Peluang 3 Indikator Peluang 4 Indikator Peluang 5


(21)

ANCAMAN:

Indikator Ancaman 1 Indikator Ancaman 2 Indikator Ancaman 3 Indikator Ancaman 4 Indikator Ancaman 5 TOTAL

Sumber : Rangkuti, Freddy. 2009. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum. Hal.26.

Kriteria dan Angka Penilaian:

Kriteria Bobot:

Paling penting = 1,00 Kriteria Rating: Penting = 0,66-0,99 Sangat Baik = 4 Cukup penting = 0,33-0,66 Baik = 3 Kurang penting = 0,01-0,33 Cukup Baik = 2 Tidak Penting = 0,00 Kurang Baik = 1

Sumber : Rangkuti, Freddy. 2009. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum. Hal.26.


(22)

3.7 Matriks SWOT

Merupakan alat yang dipakai untuk menyusun strategi daya saing dalam menghadapi MEA pada Anggun Jaya Meubel di Jl. Gunung Krakatau No.9-D, Pulo Brayan Darat II, Medan Timur, Kota Medan, Sumatera Utara adalah Matriks SWOT.

Matriks ini dapat menggambarkan dan menjelaskan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya, (Rangkuti,2009).

Tabel 3.3 Matriks SWOT

IFAS EFAS

STRENGTHS (S) WEAKNESS (W)

OPPORTUNIES (O)

Daftar semua peluang yang dapat diidentifikasi

STRATEGI SO :

Gunakan semua peluang yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada

STRATEGI WO: Atasi semua kelemahan dengan memanfaatkan semua peluang yang ada

TREATHS (T)

Daftar semua peluang yang dapat diidentifikasi

STRAT EGI ST : Gunakan semua kekuatan yang dimiliki untuk menghindar dari semua ancaman

STRATEGI WT:

Tekan semua kelemahan dan cegah

semua ancaman

Sumber : Rangkuti, Freddy. 2009. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum. Hal.38.

Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi, namun untuk memproses hasil dari kuadran SWOT hanya menggunakan matriks dari 2 faktor strategis SWOT yang masuk kedalam kuadran yang dihasilkan.


(23)

Menurut Rangkuti (2009), Dari hasil analisis SWOT akan dihasilkan empat alternatif strategi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh manajemen perusahaan , yaitu

1. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar besarnya.

2. Strategi ST

Strategi ini adalah strategi yang memanfaatkan kekuatan yang dimilki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Setelah dilakukan tahapan analisis dengan maka akan didapat strategi yang tepat. Strategi tersebut selanjutnya dituangkan kedalam diagram cartesius yang berisi kuadran SWOT untuk lebih mengetahui strategi daya saing apa yang tepat untuk diterapkan untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN pada Anggun Jaya Meubel tersebut. Berikut gambar kuadran SWOT dibawah ini:


(24)

Gambar 3.1 Diagram Analisis SWOT

Kuadran 3 Kuadran 1

Kuadran 4 Kuadran 2

Sumber : Rangkuti, Freddy. 2009. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum. Hal.20.

Keterangan:

Kuadran 1 : ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebujakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy).

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memilki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

BERBAGAI PELUANG

KEKUATAN KELEMAHAN


(25)

Kuadran 3: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Kondisi bisnis pada kuadran 3 ini mirip dengan Question Mark pada BCG Matriks. Fokus strategi ini adalah meminimalkan masalah masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran 4: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan , perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.


(26)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Umum Perusahaan

Anggun Jaya Meubel adalah salah satu usaha perabot yang kegiatannya adalah menjual dan memproduksi barang setengah jadi menjadi barang siap pakai dan mereparasi perabot rumah tangga dengan hasil tangan manusia yang memilki keahlian dibidang pembuatan perabot. Usaha meubel ini telah berdiri sejak 9 tahun yang lalu, tepatnya pada Oktober 2007. Pendirinya adalah Bapak Wira Witama , seorang berpendidikan tamatan SMA.

Anggun Jaya Meubel sendiri tidak memproduksi barang dengan jumlah yang banyak, tetapi kegiatan utamnya adalah memproduksi barang setengah jadi menjadi barang siap pakai lalu menjualnya sesuai dengan pemesanan konsumen. Setelah usaha tersebut berjalan 3 tahun, usaha yang dimilki Bapak Wira mengalamai kemajuan usaha dan banyaknya permintaan konsumen. Mulailah dibutuhkan pekerja, pada saat itu Bapak Wira dibantu oleh istri dan adik-adiknya, seiring waktu dan pekerja yang semakin banyak. Adik-adik dari Bapak Wira mulai mengundurkan diri dan tidak lagi bekerja bersama Bapak Wira karena mereka memilki pekerjaan yang lebih dari usaha meubel tersebut. Dari situlah Bapak Wira mulai mencari pekerja tambahan dengan sistem pekerja panggilan atau sistem kontrak. Dimana banyak permintaan, disitu para pekerja dipanggil melalui telefon sehingga Bapak Wira tidak memilki karyawan tetap, dan sistem


(27)

penggajian pun dilakukan setiap satu minggu sekali tergantung pada borongan atau pekerjaan yang dikerjakan para pekerja.

Beliau memilih usaha meubel sebagai produk yang dijalankannya, alasannya karena pada saat itu usaha meubel sangat menjanjikan untuk dijadikan usaha, selain menjanjikan usaha meubel pada saat itu belum banyak diminati orang. Membuka usaha meubel haruslah memilki keahlian yang benar-benar didalam bidangnya, karena dalam pembuatan meubel tidaklah semudah yang dibayangkan. Seluruh bentuk kerangka meubel didapat dari Kota Medan dan Jawa yang merupakan wadah yang menjual seluruh bentuk rangka perabot rumah tangga sehingga dapat diubah lagi menjadi sebuah perabot yang memilki estetika atau nilai tambah dari perabot sehingga dapat menarik untuk digunakan sebagai kebutuhan rumah tangga.

Dalam sistem pengerjaan, satu unit perabot bisa sampai satu bulan tergantung tingkat kesulitan dan cuaca, karena setiap perabot memilki tingkat kesulitannya masing-masing tergantung selera konsumen dalam pemesanan produk. Adapun bentuk perabot yang diproduksi, dijual dan direparasi adalah segala jenis perabot sofa, lemari dan meja makan. Setiap produksi dan reparasi memilki kelemahan dan kelebihan. Kelemahannya adalah kurangnya permodalan saat ini dan permintaan konsumen yang naik turun yang dipengaruhi oleh faktor lemahnya konsumen.


(28)

4.2 Penyajian Data

4.2.1 Analisis Lingkungan Usaha Anggun Jaya Meubel

Untuk menentukan suatu kebijakan dalam mengembangkan dan mempertahankan usahanya pemilik atau pengelola sangat penting untuk mendapatkan informasi yang akurat menyangkut manajemen lingkungan internal dan eksternal dalam mengambil keputusan strategis. Analisis lingkungan usaha merupakan tahap awal sebelum memulai suatu usaha ataupun kegiatan menajemen di dalam perusahaan. Lingkungan usaha meliputi analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal perusahaan guna mendapatkan suatu strategi yang dapat diterapkan dalam mencapai tujuan usaha yaitu mendapatkan keuntungan dari penjualan barang dan jasa.

4.2.1.1 Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal adalah mengindentifikasi apa-apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan agar dapat merumuskan strategi apa yang diterapkan perusahaan untuk mencapai tujuan usaha tersebut.

Lingkungan internal meliputi beberapa aspek antara lain:

1. Aspek pemasaran

Aspek pemasaran adalah aspek yang penting dalam keberlangsungan perusahaan untuk mencapai tujuan keberhasilan perusahaan baik itu perusahaan jasa maupun manufaktur. Pemasaran yang dilakukan dengan cara yang tepat akan menjadikan produk tersebut diminati oleh konsumen dengan baik. Salah satu cara


(29)

adalah dengan konsisten menjaga kualitas produk. Menghadapi gempuran produk impor dari negara tetangga yang popularitasnya cukup diperhitungkan oleh kalangan masyarakat kita, UKM Indonesia tidak perlu terlalu khawatir asalkan tetap konsisten menjaga kualitas produk yang mereka pasarkan. Membuat standar operasional produk (SOP) yang jelas dalam setiap proses produksi, agar barang-barang yang di pasarkan memilki kualitas atau standar mutu yang terjamin. Ada empat unsur yang harus diperhatikan dalam aspek pemasaran yaitu: product (produk) , price (harga), place (tempat), dan promotion (promosi).

Dari unsur harga, dalam menghadapi MEA setiap pelaku usaha harus berani bersaing dari segi harga. Seperti Negara China, keunggulan produk China di pasar dunia yaitu harga jualnya terkenal lebih murah dibandingkan produk-produk dari negara lainnya, dengan demikian dapat menjadi contoh bagi para pelaku usaha baik produsen maupun distributor harus dapat melakukan efisiensi dalam menekan biaya produksi atau distribusi, tentunya dengan tanpa mengurangi kualitas dari produk yang ditawarkannya, sehingga pada akhirnya dapat menawarkan produk dengan harga yang lebih rendah tanpa mengurangi kualitasnya.

Dari unsur produk, pemerintah hendaknya menciptakan hubungan industrial yang kondusif. Terpenting adalah peranan untuk menekan biaya produksi dalam perusahaan, agar produk yang berkualitas akan tetap terjaga, bahan baku murah dan mudah didapat dan pajak yang tidak memberatkan pelaku usaha.


(30)

Dari unsur tempat, hendaknya lokasi usaha berada di tempat yang strategis, mudah dijangkau dan daerah aktif (padat penduduk) agar mudah menarik minat pelanggan untuk membeli barang di toko tersebut.

Dari unsur promosi, para pelaku usaha harus semakin gencar melakukan promosi penjualannya, untuk meningkatkan volume penjualan dan dapat mempertahankan keberlangsungan hidup usahanya.

Dalam penentuan harga, Anggun Jaya Meubel menetapkan harga jual meubel sesuai dengan bahan baku yang digunakan serta tingkat kesulitan dalam pengerjaan meubel tersebut. Harga yang ditawarkan Anggun Jaya Meubel sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang digunakan serta tingkat kesulitan dalam pengerjaannya, harga yang ditawarkan juga terjangkau, namun dalam sistem pengelolaannya Anggun Jaya Meubel belum memiliki standar operasional produk (SOP) yang jelas, disebabkan karena menurut Bapak Wira, Anggun Jaya Meubel masih tergolong usaha skala kecil menengah yang seluruh kegiatan produksinya tergantung pada permintaan konsumen sehingga tidak memilki pekerja tetap melainkan pekerja sistem kontrak, sehingga Bapak Wira menganggap SOP tidak terlalu di perlukan.

Produk yang dihasilkan oleh Anggun Jaya meubel terbuat dari bahan-bahan yang berkualitas. Bahan baku berupa Kayu Minde yang diperoleh dari pemasok Namorambe Medan, dan Kayu Jati yang di peroleh dari pemasok Pulau Jawa Jepara. Menurut Bapak Wira pajak yang ditetapkan dalam pengiriman bahan baku memberatkan setiap pelaku usaha dan juga bahan baku yang terkadang mengalami kelangkaan sehingga harus menunggu untuk waktu yang lebih lama.


(31)

Adapun harga yang ditawarkan Anggun Jaya meubel antara lain :

1. Harga Jenis Sofa

Sofa yang ditawarkan memilki perbedaan dari segi harga karena harga dilihat dari penggunaan bahan baku seperti kerangka kayu. Untuk kerangka kayu minde yang diambil dari Medan dan kayu jati yang diambil dari Pulau Jawa harganya antara lain:

Tabel 4.1 Jenis dan Harga Sofa Pada Anggun Jaya Meubel

Jenis Sofa Jenis Kayu Harga

Sofa Balut Kayu Minde Rp 4.000.000- 6.000.000 Sofa Minimalis Kayu Minde Rp 4.000.000- 5.000.000 Sofa Ukir Kayu Minde Rp 7.000.000- 10.000.000 Sofa Genesha Kayu Jati Rp 18.000.000- 20.000.000 Sofa Monaco Kayu Jati Rp 15.000.000- 16.000.000 Sofa Jepara Garuda Kayu Jati Rp 20.000.000- 25.000.000 Sumber : Anggun Jaya Meubel

Semua harga yang ditawarkan Anggun Jaya Meubel disesuaikan dengan permintaan konsumen serta bahan baku yang digunakan dan tingkat kesulitan dalam pengerjaan meubel. Sistem pembayaran secara tunai dengan menggunakan bon. Anggun Jaya meubel tidak melakukan dan melayani sistem pembayaran kredit dalam usahanya.

Lokasi usaha dibangun diatas tanah seluas 150 m2, lokasi Anggun Jaya Meubel sangat strategis karena dapat dijangkau dengan mudah yaitu berada tepat


(32)

dijalan raya yaitu Jl. Gunung Krakatau No.9-D, Pulo Brayan Darat II, Medan Timur, Kota Medan, Sumatera Utara.

Promosi penjualan yang dilakukan oleh Bapak Wira tidak menggunakan

media cetak ataupun media elektronik. Anggun Jaya Meubel hanya menggunakan

pamplet didepan usaha tersebut dan selain itu beliau lebih mengandalkan pergaulan dengan membangun relasi dengan mitra kerjasama dari mulut ke mulut dengan orang sekitarnya.

2. Aspek Keuangan dan Akuntansi

Merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha, dimana perlu adanya langkah cerdas dari kebijakan pemerintah yang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para pelaku industri, seperti beban pajak yang tidak memberatkan, proses pengurusan usaha yang tidak membutuhkan banyak “meja” (aturan berbelit) dan meniadakan aroma korupsi birokrasi dalam pengurusan usaha. Dengan demikian maka setiap pelaku usaha dapat dengan mudah mengurus surat izin usahanya dan mendapatkan ketersediaan modal yang cukup bagi para pelau usaha untuk mengembangkan usahanya.

Membuat standar operasional produk (SOP) yang jelas dalam setiap proses produksi guna melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya sehingga dapat mencapai tujuan organisasi. Pengelolaan sistem manajemen keuangan secara terstruktur, terencana serta pencatatan sehingga tidak terjadinya misscommunication dalam perhitungan pemasukan dan pengeluaran perusahaan.


(33)

Anggun Jaya Meubel sendiri belum memilki legalisi izin usaha dikarenakan selain pengurusannya yang berbelit-belit dan memakan waktu yang lama, Bapak Wira juga menganggap izin usaha tidak terlalu di perlukan karena usahanya yang masih tergolong skala kecil menegah, sehingga memiliki modal terbatas dalam mengelola usahanya. Anggun Jaya Meubel juga belum menerapkan sistem laporan keuangan secara terstruktur karena kegiatan penjualannya tergantung pada permintaan konsumen atau pembeli , tidak perlunya melakukan perencanaan, pencatatan dan pelaporan sistem keuangan secara sistematis, beliau hanya melakukan perincian keuangan secara kasar tanpa pengarsipan dan pencatatan yang sistematis, Anggun Jaya Meubel juga tidak mempunyai pengarsipan keuangan dan dokumentasi informasi kegiatan usaha dengan baik dan lengkap.

3. Aspek Sumber Daya Manusia

Kemampuan daya saing produk Indonesia di pasaran ASEAN didukung oleh para tenaga kerja yang terampil dibidangnya serta diimbangi dengan keahlian pengusaha, organisasi, manajemen perusahaan, pemakaian teknologi maju dan input lainnya yang memberikan andil besar dalam mencetak produk dalam negeri bermutu tinggi di pasaran ASEAN. Dalam bidang jasa, peran pemerintah sangat penting seperti program peningkatan kemampuan berbahasa asing agar tenaga kerja di Indonesia mampu bersaing dengan tenaga kerja lokal di luar negeri. Pengurusan sertifikasi keahlian pun jangan sampai memakan waktu lama (berbelit). Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri harus memaksimalkan kemampuannya dengan mengikuti berbagai seminar atau pelatihan keterampilan agar wawasan semakin luas. Kita tidak ingin tenaga kerja


(34)

kita yang bekerja di luar negeri menyandang stigma negatif, dalam arti tidak mempunyai keahlian dan kecakapan dalam menghadapi arus globalisasi.

Langkah strategis yang dapat dilakukan, tidak hanya untuk bertahan namun juga untuk menjadi unggul, adalah dengan menetapkan prioritas pembenahan pada sektor pendidikan di Indonesia. Jika pemerintah dapat fokus pada perbaikan sektor pendidikan, diharapkan lulusan yang dihasilkan memiliki nilai khusus dalam daya saing dan daya guna (hard skill, dan khususnya soft skill) untuk bisa ikut berkompetisi di perusahaan baik domestik, bahkan asing.

Anggun Jaya Meubel tidak memilki tenaga kerja yang tetap dalam mengelola usaha meubel secara aktif. Semua aktivitas kegiatan produksi dijalankan secara aktif ketika ada pelanggan atau konsumen datang memesan produknya. Jika ada orderan reparasi sofa dalam jumlah kecil maka beliau sendiri yang mengerjakannya dan dibantu oleh istrinya tanpa memanggil pekerja, akan tetapi apabila jumlah orderan reparasi banyak atau menumpuk yang harus diselesaikan maka beliau memanggil pekerja yang biasa beliau pekerjakan.

Tenaga kerja yang di pekerjakan oleh Bapak Wira merupakan tenaga kerja terampil dan ahli di bidangnya, dan dinilai mampu bersaing dengan tenaga kerja lainnya. Disebabkan tenga kerja yang di pekerjakan oleh Bapak Wira masih tergolong muda dan mahir dalam pembuatan meubel dan selama masa kerjanya konsumen selalu merasa puas dengan hasil kerjanya dan tidak mengecewakan.


(35)

4. Aspek Produksi/Operasi dan Penelitian Pengembangan

Sampai saat ini sebagian besar produk kita masih memiliki kelemahan daya saing yang kurang kompetitif dibandingkan dengan produk sejenis di kawasan ASEAN. Kesiapan para pelaku usaha dalam menghadapi sistem persaingan global, tiada lain adalah dengan cara mempertahankan kualitas produk dengan harga yang tetap bersaing . Upaya mempertahankan kualitas produk tentu saja berkaitan erat dengan banyak aspek, antara lain: standar proses produksi, kualitas hasil produksi (ukuran, rasa, warna, higienis, aman dan halal), serta kemasan, yaitu menyangkut aspek penanganan kontinuitas produk, aspek penanganan higienis proses produksi serta biaya produksi yang relatif lebih tinggi. Jika hal ini tidak disikapi semua pihak terkait maka dikhawatirkan pelaku usaha tersebut pada saatnya nanti tidak akan siap mengikuti perdagangan bebas dan dapat dipastikan mereka akan tergusur.

Untuk menyikapi hal ini dalam mempertahankan kualitas produknya, Anggun Jaya Meubel menggunakan bahan baku yang berkualitas, serta keahlian atau skill tangan manusia yang mahir dan ahli dibidangnya dalam proses pembuatan meubel. Sehingga Anggun Jaya Meubel diharapkan mampu bersaing dalam pasar bebas.

5. Aspek Sistem Informasi

Perkembangan iptek di bidang manufaktur memberikan kemudahan dalam meningkatkan transfer teknologi dari negara maju ke Provinsi Sumatera Utara sehingga dapat dengan memudahkan akses bahan baku yang belum dapat dipasok dari dalam negeri.


(36)

Anggun Jaya meubel belum memilki dan menerapkan sistem informasi yang dapat mendukung dalam mengambil suatu keputusan mengenai usaha karena belum memilki pencatatan transaksi keuangan yang terdokumentasi secara sistematis dan juga beliau belum memahami bidang tersebut. Bapak Wira hanya mengandalkan media cetak dan elektronik dan menjalin kerjasama dengan mitra usaha lainnya untuk melihat dan memahami kejadian fenomena yang dapat mempengaruhi keberlangsungan hidup perusahaan.

4.2.1.2 Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal adalah mengindentifikasi aspek-aspek yang terdapat pada lingkungan untuk mendapatkan deskripsi tentang peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan terutama sejak diberlakukan nya MEA. Analisis lingkungan eksternal dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu lingkungan eksternal makro dan mikro. Menurut Jatmiko (2004), faktor yang terdapat dalam analisis lingkungan eksternal perusahaan yaitu: fisik, ekonomi, sosial, politik/hukum, teknologi, demografis sebagai berikut:

1. Lingkungan Eksternal Makro

a. Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik merupakan lingkungan alam yang menyediakan sumber daya bagi perusahaan. Sebagian besar sumber daya alam memiliki keterbatasan dalam ketersediaannya. Hal ini menimbulkan kelangkaan bagi perusahaan karena kesulitan mendapatkan bahan baku yang dibutuhkan. Namun dengan diberlakukannya MEA , liberalisasi perdagangan barang ASEAN akan menjamin kelancaran arus barang untuk pasokan bahan baku maupun bahan jadi di kawasan


(37)

ASEAN karena hambatan tarif dan non tarif yang tidak ada lagi. Dengan demikian pelaku bisnis dapat mengatasi masalah kelangkaan dengan pemakaian yang efektif dan efisien guna kelangsungan kegiatan produksi usaha perusahaan tersebut.

Bapak Wira mengatakan seringnya mengalami kelangkaan bahan baku disebabkan hanya mendapat bahan baku dari satu pemasok saja sehingga sering terjadi kendala dalam proses produksi.

b. Lingkungan Ekonomi

Laju inflasi Indonesia yang masih tergolong tinggi di bandingkan dengan negara lain di kasawan ASEAN, stabilitas makro serta tingkat kemakmuran Indonesia yang masih lebih rendah dibandingkan negara lain menjadi kendala penghambat percepatan kawasan Indonesia menuju MEA 2015.

Lingkungan ekonomi yang tidak stabil membuat pengusaha harus berfikir untuk memenuhi kebutuhan produksi dan operasi dengan biaya yang minim, agar tidak mengganggu keberlangsungan bisnis mereka.

c. Lingkungan Politik dan Hukum

Iklim bisnis yang ada disuatu negara sangat dipengaruhi penting oleh kebijakan pemerintah, stabilitas politik dan hukum yang berlaku serta keamanan negara. Dalam pemberlakuan MEA 2015, pemerintah memiliki peran aktif dan besar dalam membuat dan mengatur negara terutama dalam mengatur arah bisnis yang berjalan.

Pemerintah telah melaksanakan beberapa upaya strategis menyongsong MEA 2015, salah satunya adalah pembentukan Komite Nasional Persiapan MEA


(38)

2015, yang berfungsi merumuskan langkah antisipasi serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan KUKM (Koperasi Usaha Kecil Menengah) mengenai pemberlakuan MEA pada akhir 2015. Adapun langkah-langkah antisipasi yang telah disusun Kementerian Koperasi dan UKM untuk membantu pelaku KUKM menyongsong era pasar bebas ASEAN itu, antara lain peningkatan wawasan pelaku KUKM terhadap MEA, peningkatan efisiensi produksi dan manajemen usaha, peningkatan daya serap pasar produk KUKM lokal, penciptaan iklim usaha yang kondusif, dan bantuan modal usaha dengan syarat dan bunga yang ringan

Program ini dapat di manfaatkan oleh Anggun Jaya Meubel dalam menjalankan usahanya terutama untuk menambah modal dalam mengelola dan mengembangkan usaha meubel dengan persyaratan yang mudah dan bungan yang ringan serta peningkatan wawasan yang dapat membantu para pelaku usaha terutama Bapak Wira dalam mengelola dan memanajemen usahanya menjadi lebih terstruktur dan memilki standart operasional produk (SOP) sehingga produk yang dihasilkan dapat bersaing dalam perdagangan pasar bebas.

d. Lingkungan Sosial dan Budaya

Keberadaan lingkungan sosial dan budaya sangat berpengaruh dan memberikan nilai positif terhadap perkembangan suatu usaha. Dilihat dari keberadannya usaha Anggun Jaya Meubel memiliki daerah yang padat penduduk, daerah yang sangat aktif dengan pendatang baru dan dekat dengan lingkungan perkantoran swasta. Sehingga kalangan masyarakat sekitar tidak kesulitan ketika ingin membeli meubel. Ini merupakan dampak positif bagi Anggun Jaya Meubel


(39)

untuk terus berkembang dan berkarya dalam memberikan hasil kreatif dan inovatif pada meubel tesebut.

e. Lingkungan Teknologi

Kontribusi Pemerintah untuk mewujudkan produk dalam negeri yang berkualitas di pasaran ASEAN sangatlah menentukan. Dalam perindustrian, masalah teknologi informasi yang memadai, dan pemakaian teknologi maju maupun input lainnya akan memberikan andil yang besar dalam mencetak produk dalam negeri bermutu tinggi di pasaran ASEAN.

Kurangnya daya saing UMKM Indonesia salah satunya dikarenakan karena kurangnya penguasaan teknologi, akses informasi dan kurangnya mengikuti perkembangan teknologi. Disinilah kerja sama Pemerintah dan pengusaha sangat dibutuhkan untuk menciptakan hasil produksi perusahaan yang bermutu.

Anggun Jaya Meubel sampai saat ini belum memanfaatkan secara optimal kemajuan teknologi yang ada, di karenakan kurangnya pemahaman terhadap penggunaan teknologi maju, sehingga Anggun Jaya Meubel masih mengalami gangguan terhadap sistem pemasaran dalam memasarkan produknya.

f. Lingkungan Demografi

Dilihat dari sisi demografi SDM nya, Indonesia dalam menghadapi MEA ini sebenarnya merupakan salah satu Negara yang produktif. Jika dilihat dari faktor usia, sebagian besar penduduk Indonesia atau sekitar 70% nya merupakan usia produktif. Jika di lihat pada sisi ketenaga kerjaan Indonesia memilki 110 juta


(40)

tenaga kerja (data BPS, 2010), sehingga memiliki kesempatan besar untuk meningkatkan hasil produksi dan menawarkan hasil yang lebih inovatif dan kreatif. Untuk itu setiap pelaku usaha harus mampu meningkatkan kepercayaan diri dengan kekuatan yang dimilki agar bisa bangkit dan terus menjaga kesinambungan stabilitas ekonomi terus meningkat.

2. Lingkungan Eksternal Mikro

a. Ancaman Pendatang Baru

Menjaga loyalitas konsumen dan memilki banyak pelanggan setia menjadi kunci utama kesuksesan para pelaku usaha untuk menghadapi persaingan pasar bebas 2015. Ketika konsumen memiliki loyalitas yang cukup tinggi terhadap produk-produk yang di pasarkan, maka sebagai pelaku usaha UKM tidak perlu khawatir ditinggalkan konsumen ketika produk-produk dari negara tetangga mulai berdatangan ke Indonesia. Menjelang pasar bebas 2015 ini persaingan bisnis mulai terasa semakin sesak, namun setiap pelaku usaha harus tetap optimis untuk bisa meningkatkan daya saing UKM Indonesia menuju pasar global di tahun 2015.

Banyaknya pendatang baru secara bersamaan dibidang usaha sejenis menjadi ke khawatiran tersendiri bagi Anggun Jaya Meubel. Dimana setiap pelaku usaha cenderung menawarkan pengelola yang lebih modern dalam perencanaan dan produk-produk yang ditawarkan lebih inovatif dengan cara mengakses barang secara modern. Dalam hal ini Anggun Jaya Meubel dituntut untuk lebih inovatif dalam proses produksi agar tidak di tinggalkan oleh konsumen sebelumnya.


(41)

b. Kekuatan Pemasok (Powerfull of Suppliers)

Daya tawar pemasok merupakan orang atau penyalur segala bahan baku yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan memproduksi produk dengan menyediakan layanan tunai. Diberlakukannya MEA 2015, maka liberalisasi perdagangan barang ASEAN akan menjamin kelancaran arus barang untuk pasokan bahan baku maupun bahan jadi di kawasan ASEAN karena hambatan tarif dan non tarif yang tidak ada lagi sehingga para pelaku usaha tidak perlu merasa khawatir dalam menjalankan aktivitas operasi dan produksi dikarenakan hanya memilki satu pemasok dengan tawar menawar yang lebih tinggi. Kekuatan tawar-menawar pemasok berupa pemberian harga bahan baku, jumlah pemesanan, dan waktu pemesanan. Kekuatan tersebut biasanya membatasi perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasi dan produksi. Dengan berlakunya MEA 2015 setiap perusahaan dapat mengatasi masalah tersebut dengan mengambil bahan baku dari pemasok lain yang dapat juga berfungsi sebagai pembanding harga.

Kebijakan ini sangat menguntungkan bagi Anggun Jaya Meubel karena dengan mudahnya mendapatkan bahan baku, maka volume penjualan dapat semakin di tingkatkan dan proses pengerjaan tidak memakan waktu yang lama sehingga Anggun Jaya Meubel dapat berkembang dan bersaing dengan pasar bebas.


(42)

c. Kekuatan Pembeli/Pelanggan (Power of Bayers)

Pembeli merupakan orang yang memilki peran aktif dan penting dalam kegiatan usaha bisnis dari barang dan jasa yang dihasilkan produsen atau perusahaan. Pembeli memilki kemampuan atau kekuatan yang sangat penting untuk mempengaruhi produsen barang atau perusahaan dalam membuat suatu kebijakan perusahaan. Aspek daya saing harga sangat mempengaruhi minat pembeli tergantung dari kreatifitas pelaku usaha dalam memilih komposisi bahan yang relatif terjangkau harganya tanpa mengurangi kualitas produk tersebut.

Usaha meubel memilki dua kegiatan produk yang dihasilkan yaitu memproduksi meubel dan mereparasi segala jenis sofa. Kekuatan tawar-menawar pengguna jasa mereparasi sofa tidak berpengaruh karena harga reparasi sofa tidak dipengaruhi oleh permintaan. Bapak menentukan harga reparasi sesuai dengan permintaan konsumen yang biasanya dihargai mulai Rp 1.000.000-Rp 3.500.000, layanan reparasi yang dilakukan meubel hanya melayani khusus untuk mereparasi jenis sofa. Sedangkan kekuatan tawar menawar pembeli berpengaruh pada pembelian atau pemesanan meubel sesuai dengan permintaan dan keinginan konsumen.

d. Ancaman Produk Pengganti

Produk pengganti merupakan produk yang dapat menggantikan produk utama atau sebagai alternatif lain dalam suatu kegiatan yang masih memberikan manfaat dan memberikan nilai dan harga yang berbeda dengan produk utama dengan harga yang lebih rendah dibandingkan produk utama, sehingga mempunyai peluang besar untuk pembeli beralih pindah ke produk pengganti.


(43)

Meningkatnya laju ekspor dan impor yang di hadapi Indonesia memasuki integritas ekonomi ASEAN tidak hanya bersifat internal tetapi terlebih lagi persaingan dengan negara sesama ASEAN dan luar ASEAN, sehingga Indonesia perlu melakukan strategi peningkatan nilai tambah produk ekspornya sehingga mempunyai karakteristik tersendiri dengan produk dari Negara-negara ASEAN lainnya.

e. Pesaing Dalam Industri

Perusahan harus mampu menyusun langkah startegis untuk dapat bersaing dengan usaha-usaha sejenis dalam merebut atau mempertahankan pangsa pasar mereka. Persaingan dalam industri mendorong pengusaha agar lebih kreatif dan inovatif dalam menghasilkan produk yang berbeda dan menarik perhatian masyarakat baik itu dari segi harga, kualitas, maupun ukurannya.

Dari dalam negeri sendiri Indonesia telah berusaha untuk mengurangi kesenjangan ekonomi, kesenjangan antara pemerintah pusat dengan daerah dan mengurangi kesenjangan antara pengusaha besar dengan UKM dan peningkatan dalam beberapa sektor yang mungkin masih harus didorong untuk meningkatkan daya saing.

Pemerintah hendaknya membantu menciptakan hubungan industrial yang kondusif. Terpenting adalah peranan untuk menekan biaya produksi dalam perusahaan, agar produk yang berkualitas akan tetap terjaga. Bahan baku murah dan mudah didapat, pajak yang tidak memberatkan pelaku usaha, dan peraturan perundang-undangan yang melindungi dunia usaha akan meningkatkan ekspor secara berkesinambungan.


(44)

Pemerintah Pusat dan daerah hendaknya bersinergi secara harmonis dalam membuat berbagai kebijakan, agar pembangunan infrastruktur, seperti perbaikan pelabuhan, jalan raya dan sarana transportasi lainnya bisa dilakukan secepatnya. Bahkan pembangunan sarana transportasi ini mampu menjangkau sampai ke pedesaan, di mana terdapat UMKM atau home industry yang menciptakan ekonomi kreatif agar bisa membantu negara dalam meningkatkan laju ekspor. Akses insfrastruktur benar-benar merupakan faktor penentu dalam memperlancar sirkulasi produk yang mempunyai daya saing tinggi.

Oleh karena itu, usaha meubel meskipun kurangnya pemanfaatan jasa perbankan atau jasa keuangan serta memilki pesaing yang sejenis disekitar kawasan Gunung Krakatau. Sehingga usaha meubel masih memiliki keterbatasan kegiatan produksi yaitu menjual meubel ketika ada orderan atau pesanan dari konsumen atau pembeli.


(45)

4.3 Analisis Data 4.3.1 Analisis SWOT

4.3.1.1 Faktor Strategi Internal 1. Indentifikasi Faktor Kekuatan

Kekuatan adalah suatu keunggulan kompetitif yang terjadi apabila suatu perusahaan mampu mengerjakan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh para pesaingnya.

Menurut defenisi diatas menunjukkan bahwa perusahaan memiliki faktor-faktor yang dapat membantu perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Faktor-faktor kekuatan (strenght) yang dimiliki Anggun Jaya Meubel adalah sebagai berikut:

1. Lokasi usaha yang strategis

2. Bahan baku berkualitas

3. Memilki tenaga kerja terampil dan ahli di bidangnya

4. Harga yang ditawarkan variatif dan terjangkau

5. Memilki komunikasi dan hubungan kerja yang baik dengan para pekerja

2. Indentifikasi Faktor Kelemahan

Kelemahan adalah faktor-faktor internal negatif yang menghambat kemampuan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Dari defenisi diatas menunjukkan bahwa perusahaan dituntut untuk dapat meminimaliskan kelemahan


(46)

yang dimiliki oleh perusahaan, maka perusahaan tidak akan dapat bertahan dalam persaingan bisnis. Dengan kata lain, perusahaan harus mampu mengindentifikasi kelemahannya sendiri agar dapat meminimalkan kelemahan tersebut dan memaksimalkan kekuatan yang dimilikinya.

Faktor-faktor kelemahan (weakness) yang dimiliki Anggun Jaya Meubel adalah sebagai berikut:

1. Belum memilki legalisi izin usaha

2. Belum menerapkan sistem laopran keuangan secara terstruktur

3. Tidak memilki SDM yang tetap

4. Belum memilki standar operasional produk (SOP) yang jelas

5.Promosi penjualan yang masih sederhana

Faktor-faktor lingkungan internal tersebut kemudian dimasukkan kedalam tabel IFAS untuk mendapatkan bobot dan rating yang menunjukkan tingkat kepentingan suatu faktor dibanding faktor lainnya. Nilai yang diberikan dalam kolom bobot merupakan angka antara 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting) sesuai dengan keadaan faktor yang dinilai. Dan nilai yang diberikan untuk kolom rating adalah sebagai berikut:

Sangat baik : 4

Baik : 3

Cukup baik : 2 Kurang baik : 1


(47)

Nilai bobot untuk kekuatan yang bersifat positif diberikan sesuai dengan faktor strategis yang paling menonjol atau besar kecilnya faktor kekuatan tersebut dibandingkan dengan faktor strategis lainnya. Sedangkan untuk nilai bobot kelemahan yang bersifat negatif diberikan dengan caran kebalikan dari kekuatan yang mana jika kelemahannya dibawah rata-rata diberi nilai 4, tetapi jika kelemahannya diatas rata-rata diberi nilai 1.

Adapun tabel pembobotan dan peratingan IFAS dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Matriks IFAS Anggun Jaya Meubel

NO KEKUATAN/STRENGTHS(S) Bobot Rating Nilai Bobot

1 Lokasi yang strategis 0,10 3 0,30

2 Memilki bahan baku yang berkualitas 0,10 4 0,40 3 Memiliki tenaga kerja terampil dan ahli di

bidangnya

0,10 3 0,30

4 Harga yang ditawarkan variatif dan terjangkau 0,08 3 0,24 5 Memilki komunikasi dan hubungan kerja yang

baik dengan para pekerja

0,07 3 0,21

Total skor kekuatan 1,45

NO KELEMAHAN/WEAKNESSES(W) Bobot Rating Nilai bobot 1 Belum memilki legalisi izin usaha 0,13 1 0,13 2 Gagap Teknologi / Minimnya pengetahuan

akan penggunaan teknologi

0,13 1 0,13

3 Tidak memilki SDM yang tetap 0,10 1 0,10 4 Belum menerapkan Standar Operasional 0,10 2 0,20


(48)

Produk (SOP) yang jelas

5 Promosi penjualan yang masih sederhana 0,09 2 0,18

Total skor kelemahan 0,74

Selisih skor Kekuatan dengan skor Kelemahan 0,71 Sumber : Hasil Penelitian, 2016

Dari tabel matriks IFAS diatas, diperoleh total nilai sebesar 0,7 yang menunjukkan bahwa posisi internal perusahaan tergolong kategori kuat.

Keterangan hasil analisis matriks IFAS dari sisi kekuatan :

1. Faktor kekuatan Anggun Jaya Meubel ada pada faktor lokasi yang strategis dengan bobot sebesar 0,10 (penting) dan rating 3 (kekuatan sekunder/bukan kekuatan utama). Berdasarkan hasil yang di peroleh, maka di dapat skor 0,30. Meskipun kekuatan ini penting bagi perusahaan namun bukan berarti faktor ini menjadi kekuatan utama Anggun Jaya Meubel.

2. Faktor kekuatan Anggun Jaya Meubel selanjutnya ada pada faktor bahan baku yang berkualitas dengan bobot sebesar 0,10 (penting) dan rating 4 (kekuatan utama). Berdasarkan hasil yang di peroleh, maka di dapat skor 0,40. Bahan baku yang berkualitas merupakan faktor kekuatan utama yang dimiliki oleh Anggun Jaya Meubel karena bahan baku yang berkualitas membuat Anggun Jaya Meubel dapat bertahan sampai sekarang.

3. Faktor kekuatan Anggun Jaya Meubel selanjutnya ada pada faktor memiliki tenaga kerja terampil dan ahli di bidangnya dengan bobot sebesar 0,10 (penting) dan nilai rating sebesar 3(kekuatan sekunder). Maka skor yang diperoleh sebesar 0,30. Selain bahan baku yang berkualias, produk


(49)

yang dihasilkan juga harus berkualitas, baik dari segi pembuatannya produk juga harus tahan lama.

4. Harga yang ditawarkan variatif dan terjangkau merupakan faktor kekuatan selanjutnya dengan niali bobot sebesar 0,08 (agak penting) dan nilai rating sebesar 3. Maka diperoleh skor sebesar 0,24.

5. Memilki komunikasi dan hubungan kerja yang baik dengan para pekerja adalah faktor kekuatan selanjutnya dengan nila bobot sebesar 0,07 (agak penting) dan rating sebesar 3 (kekuatan sekunder). Berdasarkan hasil diatas diperoleh skor sebesar 0,21.

Keterangan hasil analisis matriks IFAS dari sisi kelemahan :

1. Belum memilki legalisi izin usaha merupakan faktor kelemahan yang dimilki oleh Anggun Jaya Meubeld dengan nilai bobot sebesar 0,10 (sangat penting) dan niali rating sebesar 1 (kelemahan utama). Hal ini dapat dilihat dari kurangnya permodalan yang dimiliki Anggun Jaya Meubel karena tidak memiliki izin usaha yang menyebabkan usahanya kurang berkembang. Maka hasil yang diperoleh sebesar 0,13

2. Faktor kelemahan selanjutnya adalah Gagap Teknologi / Minimnya pengetahuan akan penggunaan teknologi dengan nilai bobot sebesar 0,13 dan rating 1 (kelemahan utama). Maka hasil yang diperoleh sebesar 0,13.

3. Faktor kelemahan selanjutnya adalah tidak memiliki SDM yang tetap, membuat perusahaan mengalami kemacetan produksi dikarenakan harus menunggu pekerja apabila memiliki pekerjaan yang lain. Dengan nilai


(50)

bobot sebesar 0,10 (penting) dan rating sebesar 1. Maka hasil yang diperoleh sebesar 0,10.

4. Belum menerapkan Standar Operasional Produk (SOP) yang jelas merupakan faktor kelemahan selanjutnya dengan nilai bobot sebesar 0,10 (penting) dan rating 2 (kelemahan sekunder). Maka hasil yang diperoleh sebesar 0,20.

5. Promosi penjualan yang masih sederhana merupakan faktor kelemahan selanjutnya dengan bobot 0,09 (penting) dan nilai rating 2 (kelemahan sekunder). Maka hasil yang diperoleh sebesar 0,18.

4.3.1.2 Faktor Strategi Eksternal 1. Identifikasi Faktor Peluang

Peluang adalah kondisi dalam lingkungan umum yang dapat membantu suatu perusahaan mencapai daya saing strategis. Peluang (opportunity) merupakan lingkungan eksternal dari perusahaan, sehingga perusahaan tidak dapat menghilangkan atau menciptakan suatu peluang. Perusahaan yang pandai melihat dan memanfaatkan peluang akan memenangkan pesaing dalam dunia bisnis. Oleh karena itu, setiap perusahaan memilki informasi yang akurat dan aktual mengenai perkembangan dunia bisnis.


(51)

Faktor-faktor peluang (opportunity) Anggun Jaya Meubel adalah sebagai berikut:

1. Kelancaran arus barang di kawasan ASEAN sehingga lebih memudahkan akses bahan baku yang belum dapat dipasok dari dalam negeri.

2. Mempermudah para pelaku usaha dalam meminjam modal usaha dengan persyaratan yang mudah dan bunga yang rendah

3. Meningkatkan bargaining power yang dimiliki oleh masyarakat dalam menentukan pilihannya di tengah banyaknya produk dan kemudahan yang ditawarkan.

4. Jumlah pemasok bahan baku yang semakin banyak

5. Meningkatkan transfer teknologi dari negara maju ke negara berkembang.

2. Identifikasi Faktor Ancaman

Ancaman adalah kondisi dalam lingkungan umum yang dapat menghambat usaha-usaha perusahaan untuk mencapai daya saing strategis. Setiap perusahaan pasti akan menghindari ancaman yang ada, karena ancaman merupakan hal yang dapat mengagalkan perusahaan. Ancaman dalam bisnis tidak dapat dihilangkan dan juga dihindari. Ancaman hanya dapat diminimalkan dengan kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan.


(52)

Faktor-faktor ancaman Anggun Jaya Meubel menghadapi MEA 2015 adalah sebagai berikut:

1. Laju peningkatan ekspor, impor dan inflasi masih tinggi,

2. Kurangnya penguasaan teknologi dan akses informasi

3. Dampak negatif arus modal yang lebih bebas dan kesamaan produk

4. Tingkat persaingan semakin ketat serta Produk-produk yang di tawarkan lebih inovatif

5. Konsumen semakin kritis dan memiliki preferensi yg lebih tinggi dalam pemilihan produk

Faktor-faktor eksternal tersebut kemudian dimasukkan kedalam tabel EFAS untuk mendapatkan bobot dan rating yang menunjukkan tingkat kepentingan suatu faktor dibandingkan faktor lainnya. Nilai yang diberikan dalam kolom bobot merupakan angka antara 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting) sesuai dengan keadaan faktor yang dinilai. Dan nilai yang diberikan untuk kolom rating adalah sebagai berikut:

Sangat baik : 4

Baik : 3

Cukup baik : 2


(53)

Nilai bobot untuk peluang yang bersifat positif sesuai dengan faktor strategi yang paling menonjol atau besar kecilnya faktor peluang tersebut dibandingkan dengan faktor strategis lainnya. Sedangkan untuk nilai bobot ancaman yang bersifat negatif diberikan dengan cara kebalikan dari peluang yang mana jika ancamannya kecil atau sedikit maka diberi nilai 4, tetapi jika ancamannya semakin besar diberi nilai 1. Adapun tabel pembobotan dan peratingan EFAS dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3 Matriks EFAS Anggun Jaya Meubel

No PELUANG/OPPORTUNITY(O) Bobot Rating Nilai bobot 1 Kelancaran arus barang di kawasan ASEAN

sehingga lebih memudahkan akses bahan baku yang belum di pasok dari dalam negeri

0,12 4 0,48

2 Negara Indonesia merupakan negara produktif yang sebagian besar penduduknya berada pada usia produktif, sehingga memilki kesempatan besar meningkatkan hasil produksi dengan menawarkan hasil yang lebih inovatf dan kreatif lewat tenaga kerja produktif

0,12 4 0,48

3 Meningkatkan transfer teknologi dari negara maju ke ngara berkembang

0,12 4 0,48

4 Mempermudah para pelaku usaha dalam meminjam modal usaha dengan persyaratan yang mudah dan bunga yang rendah

0,10 3 0,30

5 Meningkatkan bargaining power yang dimilki oleh masyarakat dalam menentukan pilihannya di tengah banyaknya produk dan kemudahan yang di tawarkan

0,07 2 0,14

Total skor peluang 1,88

No ANCAMAN/THREATS(T)

1 Daya Saing dan kesiapan UMKM di Indonesia, khusunya kota Medan yang


(54)

masih tergolong rendah

2 Laju peningkatan ekspor, impor dan inflasi masih tinggi

0,06 1 0,06

3 Kurangnya penguasaan teknologi dan akses informasi

0,03 1 0,03

4 Dampak negatif arus modal dan kesamaan produk

0,08 2 0,16

5 Metode pemasaran yang lebih modern 0,05 1 0,05

Total skor ancaman 0,48

Selisih skor peluang dengan skor ancaman 1,4

Sumber : Hasil Penelitian, 2016

Keterangan hasil analisis matriks efas dari sisi peluang :

1. Faktor peluang ada pada tingkat kelancaran arus barang di kawasan ASEAN sehingga lebih memudahkan akses bahan baku yang belum di pasok dari dalam negeri dimana semakin banyaknya jumlah pemasok bahan baku sehingga kelangkaan bahan baku dapat diatasi dengan bobot yang diperoleh 0.12 (sangat penting) dan rating 4 (tinggi). Berdasarkan hasil yang di peroleh, maka didapat total skor 0,48

2.Negara Indonesia merupakan negara produktif yang sebagian besar penduduknya berada pada usia produktif, sehingga memilki kesempatan besar meningkatkan hasil produksi dengan menawarkan hasil yang lebih inovatf dan kreatif lewat tenaga kerja produktif merupakan faktor peluang berikutnya dengan nilai bobot 0,12 (sangat penting) dengan rating 4 (tinggi). Berdasarkan hasil yang di peroleh, maka didapat total skor 0,48


(55)

3. Faktor peluang berikutnya adalah meningkatkan transfer teknologi dari negara maju ke ngara berkembang dengan nilai bobot 0,12 (sangat penting) dengan rating 4 (penting). Berdasarkan hasil yang di peroleh, maka didapat total skor 0,48

4. Faktor peluang berikutnya adalah mempermudah para pelaku usaha dalam meminjam modal usaha dengan persyaratan yang mudah dan bunga yang rendah dengan nilai bobot 0,10 (penting) dan rating 3 (bukan peluang utama). Berdasarkan hasil yang di peroleh, maka didapat total skor 0,30

5. Faktor peluang berikutnya adalah meningkatkan bargaining power yang dimilki oleh masyarakat dalam menentukan pilihannya di tengah banyaknya produk dan kemudahan yang di tawarkan dengan nilai bobot 0,07 (agak penting) dengan rating 2 (peluang sekunder). Berdasarkan hasil yang di peroleh, maka didapat total skor 0,14

Keterangan hasil matriks EFAS dari sisi Ancaman adalah :

1. Daya Saing dan kesiapan UMKM di Indonesia, khusunya kota Medan yang masih tergolong rendah. Dengan bobot sebesar 0,12 (sangat penting) dan nilai rating 1 (penting), Berdasarkan hasil yang di peroleh, maka didapat total skor 0,12

2. Faktor ancaman pada Anggun Jaya Meubel adalah laju peningkatan ekspor, impor dan inflasi masih tinggi. Faktor ancaman ini diberi bobot 0,12 (sangat penting) dan rating sebesar 1 (penting), Berdasarkan hasil yang di peroleh, maka didapat total skor 0,12

3. Selanjutnya faktor ancaman yang dihadapi Anggun Jaya meubel menghadapi MEA 2015 adalah kurangnya penguasaan teknologi dan akses informasi dengan


(56)

bobot 0,12 (sangat penting) dan rating sebesar 1 (penting), Berdasarkan hasil yang di peroleh, maka didapat total skor 0,12

4. Dampak negatif arus modal dan kesamaan produk adalah faktor ancaman berikutnya dengan nilai bobot sebesar 0,09 (penting) dan rating 3 (ancaman sekun der). Berdasarkan hasil yang di peroleh, maka didapat total skor 0,27

5. Faktor ancaman selanjutnya adalah metode pemasaran yang lebih modern dengan nilai bobot sebesar 0,09 (penting) dan rating 3 (ancaman sekunder). Berdasarkan hasil yang di peroleh, maka didapat total skor 0,27

Tabel diatas menunjukkan bahwa peluang yang dimilki Anggun Jaya Meubel untuk meningkatkan daya saing dalam menghadapi MEA 2015 lebih besar daripada ancaman yang ada. Artinya, Anggun Jaya Meubel punya peluang yang cukup besar untuk meningkatkan daya saing usaha nya dan meningkatkan volume penjualan dengan memanfaatkan peluang dan kekuatan yang ada.

4.3.2 Matriks SWOT

Tabel 4.4 Matriks SWOT Anggun Jaya Meubel IFAS

EFAS

STRENGHTS (S) 1. Lokasi usaha yang strategis

2. Bahan baku berkualitas 3. Memilki tenaga kerja terampil dan ahli di bidangnya

4. Harga yang ditawarkan variatif dan terjangkau 5. Memilki komunikasi dan

hubungan kerja yang baik dengan para pekerja

WEAKNESSES (W) 1. Belum memilki legalisi izin usaha

2. Gagap

TeknologiMinimnya pengetahuan akan penggunaan teknologi 3. Tidak memilki SDM yang tetap

4. Belum memilki standar operasional produk (SOP) yang jelas

5. Sistem promosi yang masih sederhana


(57)

OPPORTUNITY 1.Kelancaran arus barang di kawasan ASEAN sehingga lebih memudahkan akses bahan baku yang belum di pasok dari dalam negeri 2.Negara Indonesia merupakan negara produktif yang sebagian besar penduduknya berada pada usia produktif, sehingga memilki kesempatan besar meningkatkan hasil produksi dengan menawarkan hasil yang lebih inovatif dan kreatif

3. Meningkatkan transfer teknologi dari negara maju ke ngara berkembang

4. Mempermudah para pelaku usaha dalam memperoleh pinjaman modal usaha dengan persyaratan yang mudah dan bunga yang rendah 5. Meningkatnya bargaining power yang dimilki oleh masyarakat dalam menentukan

pilihannya di tengah banyaknya produk dan kemudahan yang di tawarkan

STRATEGI SO 1. Dengan harga yang variatif dan terjangkau, produk berpotensi

menjangkau pasar dengan jumlah yang lebih besar. Yang dilakukan

perusahaan adalah menjaga kualitas produk dengan harga yang tetap bersaing. (memilih komposisi bahan yang relatif terjangkau harganya tanpa

mengurangi kualitas) 2. Membentuk SDM yang kuat dan profesional dngan tujuan meningkatan produktivitas dan efisiensi kerja serta

menciptakan stabilitas secara makro

3. Teknologi-teknologi sebagai alat produksi perlu dimutakhirkan dengan harapan bisa menurunkan biaya produksi

4. Para pelaku usaha baik produsen maupun distributor harus dapat melakukan efisiensi dalam menekan biaya produksi atau distribusi, tentunya dengan tanpa mengurangi kualitas dari produk yang ditawarkannya

STRATEGI ST

STRATEGI WO 1.Setiap pelaku usaha

hendaknya memilki surat izin usaha yang dikeluarkan dari pemerintah, untuk

mempermudah pelaku usaha mendapatkan pinjaman modal untuk mengembangkan usahanya dimana proses pengurusan izin usaha akan di permudah oleh pemerintah dan dengan bunga yang rendah.

2. Memperbaiki manajemen perusahaan agar tidak berdampak negatif kepada aspek lainnya, memilki standart operasional produk (SOP) agar visi, misi perusahaan dapat dengan mudah tercapai dan dengan hasil optimal.

3. Sebagai negara yang produktif, maka perlu dilakukannya peningkatan kompetensi dan pola pikir para tenaga kerja yang harus mulai disesuaikan dengan tren sesuai perkembangan jaman 4. Peningkatan kemampuan penggunaan teknologi sebagai alat produksi perlu

dimutakhirkan agar dapat menurunkan biaya produksi.

STRATEGI WT 1.Guna mengurangi laju peningkatan ekspor impor


(58)

THREATS

1. Laju peningkatan ekspor,

impor dan inflasi masih

tinggi

2. Kurangnya penguasaan

teknologi dan akses informasi

3. Daya Saing dan kesiapan

UMKM di Indonesia, khusunya kota Medan yang masih tergolong rendah 4. Dampak negatif arus

modal dan kesamaan produk

5. Metode pemasaran yang

lebih modern

STRATEGI ST 1. Ketersediaan sumber daya alam yang

memadai, dukungan pelaku usaha dan perkembangan iptek sehingga dapat meningkatkan daya saing dan ketertarikan investor asing dan domestik

2. Sumber daya alam (bahan baku) yang memadai harus dimanfaatkan untuk menghasilkan produk unggul dibandingkan para kompetitif lainnya karena terbukanya pasar bebas dalam negri bagi produk-produk asing dan serbuan budaya dari negara pengekspor produk asing tersebut

STRATEGI WT 1. Indonesia perlu melakukan strategi peningkatan nilai tambah bagi produk ekspornya sehingga mempunyai karakteristik tersendiri dengan produk dari Negaranegara ASEAN. 2. Meningkatkan pengetahuan akan

teknologi, sehingga dapat menyesuaikan dengan perkembangan industri terutama industri meubel sehingga mampu bersaing dengan pesaing sejenis lainnya di pasar bebas.

Pada matriks SWOT diatas, maka dapat dilihat adanya 4 jenis alternatif strategi yang diperoleh untuk Anggun Jaya Meubel yaitu :

1. Strategi SO

a. Dengan harga yang variatif dan terjangkau, produk berpotensi menjangkau pasar dengan jumlah yang lebih besar. Yang dilakukan perusahaan adalah menjaga kualitas produk dengan harga yang tetap bersaing dengan memilih komposisi bahan yang relatif terjangkau harganya


(59)

tanpa mengurangi kualitas serta menyesuaikan harga dan kualitas dengan daya beli konsumen.

b. Membentuk SDM yang kuat dan profesional dengan tujuan meningkatan produktivitas dan efisiensi kerja serta menciptakan stabilitas secara makro yaitu diharapkan lulusan yang dihasilkan memiliki nilai khusus dalam daya saing dan daya guna (hard skill, dan khususnya soft skill) untuk bisa ikut berkompetisi di perusahaan baik domestik, bahkan asing.

c. Teknologi-teknologi sebagai alat produksi perlu dimutakhirkan dengan harapan bisa menurunkan biaya produksi yaitu mampu menyediakannya produk sampai ke tangan konsumen dengan biaya yang lebih rendah, yang berarti juga dengan harga jual yang lebih murah.

d. Para pelaku usaha baik produsen maupun distributor harus dapat melakukan efisiensi dalam menekan biaya produksi atau distribusi, tentunya dengan tanpa mengurangi kualitas dari produk yang ditawarkannya. Dengan memanfaatkan kekayaan yang dimiliki mampu digunakan dan dimanfaatkan dengan baik, produktivitas dapat ditingkatkan, sehingga secara komparatif ini dapat menjadi salah satu keunggulan kompetitif yang dimiliki Indonesia, dibandingkan dengan negara lain.

2. Strategi WO

a.Setiap pelaku usaha hendaknya memilki surat izin usaha yang dikeluarkan dari pemerintah, untuk mempermudah pelaku usaha mendapatkan pinjaman modal untuk mengembangkan usahanya dimana proses pengurusan izin usaha akan di permudah oleh pemerintah dan dengan bunga yang rendah.


(60)

b. Memperbaiki manajemen perusahaan agar tidak berdampak negatif kepada aspek lainnya, memilki standart operasional produk (SOP) agar visi, misi perusahaan dapat dengan mudah tercapai dan dengan hasil optimal.

c. Sebagai negara yang produktif, maka perlu dilakukannya peningkatan kompetensi dan pola pikir para tenaga kerja yang harus mulai disesuaikan dengan tren sesuai perkembangan jaman

d. Peningkatan kemampuan penggunaan teknologi sebagai alat produksi perlu dimutakhirkan agar dapat menurunkan biaya produksi.

3. Strategi ST

a. Ketersediaan sumber daya alam yang memadai, dukungan pelaku usaha dan perkembangan iptek sehingga dapat meningkatkan daya saing dan ketertarikan investor asing dan domestik

b. Sumber daya alam (bahan baku) yang memadai harus dimanfaatkan untuk menghasilkan produk unggul dibandingkan para kompetitif lainnya karena terbukanya pasar bebas dalam negri bagi produk-produk asing dan serbuan budaya dari negara pengekspor produk asing tersebut

4. Strategi WT

1. Indonesia perlu melakukan strategi peningkatan nilai tambah bagi produk ekspornya sehingga mempunyai karakteristik tersendiri dengan produk dari Negaranegara ASEAN.


(61)

2. Meningkatkan pengetahuan akan teknologi, sehingga dapat menyesuaikan dengan perkembangan industri terutama industri meubel sehingga mampu bersaing dengan pesaing sejenis lainnya di pasar bebas.

3. Mempersiapkan diri untuk memiliki daya saing yang tinggi antara lain kesiapan mental SDM memasuki kondisi persaingan global, kesiapan pengembangan produk yang berdaya saing tinggi, kesiapan infrastruktur teknologi, permodalan dan manajemen yang profesional.

Berdasarkan hasil perhitungan IFAS dan EFAS yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya, dapat dilihat bahwa :

1. Dari segi internal : Strenght > Weaknesses

2. Dari segi eksternal : Opportunity > Threats

Tabel 4.5 Strategi berdasarkan perhitungan IFAS dan EFAS

Internal Eksternal Strategi

Strenght>Weaknesses Opportunity>Threats

Strategi Agresif 1,45>0,74 1,88>0,48

Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2016

Keterangan untuk hasil strategi yang diperoleh yaitu strategi agresif adalah sebagai berikut :

Nilai internal untuk kekuatan adalah 1,45 sedangkan nilai untuk kelemahan adalah 0,74 maka kekuatan Anggun Jaya Meubel memilki skor yang lebih tinggi dibandingkan kelemahan internalnya. Nilai eksternal untuk peluang adalah 1,88 sedangkan nilai ancaman diperoleh sebesar 0,48 sehingga dapat


(62)

disimpulkan bahwa Anggun Jaya Meubel berada dalam posisi strategi agresif. Berdasarkan strategi agresif tersebut, strategi yang tepat untuk Anggun Jaya Meubel dalam menghadapi MEA 2015 adalah strategi penetrasi pasar yang merupakan suatu strategi yang berusaha untuk meningkatkan market share suatu produk atau jasa melalui usaha-usaha pemasaran yang lebih besar, serta strategi pengembangan pasar yang bertujuan untuk memperbesar pangsa pasar dengan cara memperkenalkan produk-produk saat ini ke daerah-daerah baru.

4.3.3 Diagram Analisis SWOT Anggun Jaya meubel Hasil dari analisis tabel 4.4 dan 4.5 didapat bahwa :

1. nilai skor kekuatan sebesar 1,45 ; nilai skor kelemahan sebasar 0,74 2. nilai skor peluang sebesar 1,88 ; nilai skor ancaman sebesar 0,48

Gambar 4.1 Diagram Analisis SWOT

Sumber : Hasil Olahan Data Primer, 2016 Opportunity

(+1,88)

Weaknesses (-0,74)

Strenghts (+1.45)

Threats (-0,48)

III. Mendukung Strategi Turn-Around I. Mendukung Strategi Agresif


(63)

Berdasarkan diagram 4.1 diagram analisis SWOT yang diatas bahwa Anggun Jaya Meubel terletak di kuadran I, yaitu Strategi Agresif. Dengan memanfaatkan kekuatan internal yang dimilki, Anggun Jaya Meubel bisa menangkap peluang yang ada dengan menggunakan strategi agresif. Pada strategi ini perusahaan berada dalam posisi yang baik untuk memanfatkan kekuatan internalnya untuk :

1. memanfaatkan kesempatan-kesempatan yan ada

2. mengatasi masalah internal perusahaan, dan


(64)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan terhadap lingkungan internal terkait kekuatan dan kelemahan dan lingkungan eksternal terkait peluang dan ancaman, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Adapun yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman Anggun Jaya Meubel yang beralamat di Jl. Gunung Krakatau No.9-D, Pulo Brayan Darat II, Medan Timur, Kota Medan, Sumatera Utara yaitu :

a. Kekuatan Anggun Jaya Meubel adalah : Bahan baku yang berkualitas sebagai faktor kekuatan utama dengan nilai rating 4, lokasi yang strategis, memiliki tenaga kerja terampil dan ahli di bidangnya yang masing-masing memiliki nilai rating 3

b. Kelemahan Anggun Jaya Meubel adalah : Belum memilki legalisi izin usaha dan Gagap Teknologi / Minimnya pengetahuan akan penggunaan teknologi sebagai faktor kelemahan utama dengan nilai rating 4. Dengan faktor selanjutnya tidak memiliki SDM yang tetap, belum menerapkan Standar Operasional Produk (SOP) yang jelas, dan promosi penjualan yang masih sederhana.

c. Peluang yang dimiliki Anggun Jaya Meubel adalah : kelancaran arus barang di kawasan ASEAN sehingga lebih memudahkan akses bahan baku yang belum di pasok dari dalam negeri dimana semakin banyaknya jumlah


(65)

pemasok bahan baku sehingga kelangkaan bahan baku dapat diatasi, Negara Indonesia merupakan negara produktif yang sebagian besar penduduknya berada pada usia produktif, sehingga memilki kesempatan besar meningkatkan hasil produksi dengan menawarkan hasil yang lebih inovatf dan kreatif lewat tenaga kerja produktif, meningkatkan transfer teknologi dari negara maju ke ngara berkembang dengan nilai rating 4(penting).

d. Ancaman Anggun Jaya Meubel adalah : Daya Saing dan kesiapan UMKM di Indonesia, khusunya kota Medan yang masih tergolong rendah, laju peningkatan ekspor, impor dan inflasi masih tinggi dan kurangnya penguasaan teknologi dan akses informasi dengan nilai rating 1 (tinggi).

2. Berdasarkan hasil analisis SWOT , Anggun Jaya Meubel berada pada kuadran I, maka strategi yang tepat diterapkan pada Anggun Jaya Meubel adalah Strategi Agresif. Strategi agresif yang tepat diterapkan adalah strategi penetrasi pasar dengan upaya meningkatkan volume penjualan dengan menjaga kualitas produk dengan harga yang tetap bersaing, memperbaiki sistem manajemen perusahaan agar tidak berdampak pada aspek lainnya, menghasilkan produk unggul dibandingkan para kompetitif lainnya, meningkatkan pengetahuan dan teknologi sehingga mudah dalam memasarkan produk ke pasar bebas dengan demikian Anggun Jaya Meubel memiliki daya saing yang tinggi untuk memasuki kondisi persaingan globalsehingga dapat mempertahankan dan memperluas pangsa pasar.


(66)

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti meiliki berbagai saran yang dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan oleh Anggun Jaya Meubel yaitu sebagai berikut :

1. Anggun Jaya Meubel hendaknya memiliki legalitas izin usaha yang dapat memudahkan usaha untuk dapat meminjam modal usaha agar usaha dapat lebih berkembang

2. Anggun Jaya Meubel sebaiknya memperbaiki sistem manajemen perusahaan agar tidak berdampak negatif kepada aspek lainnya, memilki standart operasional produk (SOP) agar visi, misi perusahaan dapat dengan mudah tercapai dan dengan hasil optimal.

3. Anggun Jaya Meubel perlu meningkatkan kemampuan pengetahuan dan penggunaan teknologi agar tidak tertinggal dengan usaha sejenis lainnya baik dalam hal promosi penjualan, maupun dalam hal produksi yaitu menghasilkan barang-barang yang lebih kreatif dan inovatif sehingga terciptanya stabilitas secara makro.


(67)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Strategi

2.1.1 Defenisi Strategi

Ada beberapa macam defenisi strategi sebagaimana dikemukan oleh para ahli dalam buku karya mereka masing-masing. Secara umum defenisi strategi adalah prioritas atau arah keseluruhan yang luas yang diambil oleh organisasi, yakni pilihan-pilihan tentang bagaimana cara terbaik untuk mencapai misi perusahaan. Defenisi ini disesuaikan dengan kata strategi berasal dari kata keja bahasa Yunani stratego yang berarti merencanakan pemusnahan musuh lewat penggunaan sumber-sumber yang efektif. Strategi dimaknai sebagai suatu cara atau kilat mencapai suatu tujuan tertentu.

Menurut Jatmiko (2004), strategi merupakan serangkaian komitmen dan tindakan yang terintegrasi dan terkoordinasi yang dirancang untuk mengeksploitasi dan mendapatkan keunggulan kompetitif.

Selain itu, menurut Jhonson dan Scholes (dalam buku Triton, 2007) strategi adalah arah dan cakupan organisasi yang secara ideal untuk jangka yang lebih panjang, yang menyesuaikan sumber daya nya dengan lingkungan yang berubah, dan secara khusus, dengan pasarnya, dengan pelanggannya dan kliennya untuk memenuhi harapan stakeholder.


(68)

2.1.2 Tipe-Tipe Strategi

Menurut Freddy Rangkuti (2014), pada prinsipnya strategi dapat dikelompokkan berdasarkan tiga tipe strategi, yaitu strategi manajemen, strategi investasi, dan strategi bisnis. Untuk lebih jelasnya ketiga tipe strategi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Strategi Manajemen

Strategi Manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukanoleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro. Misalnya, strategi pengembangan produk, strategi penerapan harga, strategi akuisisi, strategi pengembangan produk, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan dan sebagainya.

2. Strategi Investasi

Strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi. Misalnya melakukan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi diverstasi dan sebagainya.

3. Strategi Bisnis

Strategi bisnis ini disebut juga strategi bisnis secara fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi, dan strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan.


(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR………... i

DAFTAR ISI ... ... iv

DAFTAR GAMBAR ... ... vi

DAFTAR TABEL ... ... vii

DAFTAR LAMPIRAN... ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Batasan Masalah ... 10

1.4 Tujuan Penelitian ... 10

1.5 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Strategi... ... 12

2.1.1 Defenisi Strategi ... 12

2.1.2 Tipe-Tipe Strategi ... 13

2.2 Daya Saing... 14

2.2.1 Pengertian Daya Saing ... 14

2.2.2 Dimensi dan Indikator Daya Saing ... 15

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing ... 17

2.2.4 Indentifikasi Pesaing ... 19

2.2.5 Strategi Keunggulan Bersaing ... 20

2.2.6 Strategi Pemasaran Bersaing ... 20

2.3 Usaha Mikro,Kecil dan Menengah (UMKM) ... 22

2.4 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)... 23

2.5 Pengertian Keramik ... 26


(2)

2.6.1 Pengertian Analisis SWOT ... 27

2.6.2 Tujuan Penerapan SWOT ... 28

2.6.3 Pengamatan Lingkungan ... 28

2.6.3.1 Analisis Lingkungan Internal ... 29

2.6.3.2 Analisis Lingkungan Eksternal ... 30

2.6.4 Tahapan Perencanaan Strategi Melalui Analisis SWOT 34

2.7 Penelitian Terdahulu ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian ... 38

3.2 Lokasi Penelitian ... 38

3.3 Defenisi Konsep ... 39

3.4 Informasi Penelitian ... 40

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.6 Teknik Analisis Data ... 42

3.6.1 Analisis SWOT ... 42

3.6.2 Matriks Faktor Analisis Internal (IFAS) ... 42

3.6.3 Matriks Faktor Analisis Eksternal (EFAS) ... 46

3.7 Matriks SWOT ... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan... 52

4.1.1 Sejarah Umum Perusahaan... 52

4.1.1.1 Visi Anggun Jaya Meubel ... 54

4.1.1.1 Misi Anggun Jaya Meubel... 55

4.1.2 Struktur Organisasi... 55

4.1.3 Kegiatan Operasional... 55

4.2 Penyajian Data... 59

4.2.1Analisis Lingkungan Usaha Anggun Jaya Meubel ... 59

4.2.1.1 Analisis Lingkungan Internal... 59


(3)

4.2.1.2 Analisis Lingkungan Eksternal... 67

4.3 Analisis Data... 76

4.3.1 Analisis SWOT...76

4.3.1.1 Faktor Strategi Internal... 76

4.3.1.2 Faktor Strategi Eksternal... 81

4.3.2 Matriks SWOT... 87

4.3.3 Kuadran SWOT... 85

4.3.4 Matriks SWOT... 88

4.4 Pembahasan... 96

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan... 95

5.2 Saran... 97


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Grafik Daya Saing Daya saing UMKM Indonesia terhadap negara- negara ASEAN dan APEC ... 3 Gambar 3.1 Diagram Analisis SWOT ... 50 Gambar 4.1 Diagram Analisis SWOT... ... 93


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jenis dan Harga Meubel di Anggun Jaya Meubel... 7

Tabel 2.1Penelitian Terdahulu... 36

Tabel 3.1 Matriks IFAS ... 43

Tabel 3.2 Matriks EFAS ... 47

Tabel 3.3 Matriks SWOT ... 48

Tabel 4.1 Jenis dan Harga Sofa Pada Anggun Jaya Meubel ... 62

Tabel 4.2 Matriks IFAS Anggun Jaya Meubel ... ... 78

Tabel 4.3 Matriks EFAS Anggun Jaya Meubel... ... 84

Tabel 4.4 Matriks SWOT... 87


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Pertanyaan Wawancara

Lampiran II Dokumentasi Anggun Jaya Meubel