Kajian Pengembangan Pasar Produk Minuman Fungsional untuk Penderita Diabetes

KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR PRODUK MINUMAN
FUNGSIONAL UNTUK PENDERITA DIABETES

ANGGUN SUSANTI

TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Pengembangan
Pasar Produk Minuman Fungsional untuk Penderita Diabetes adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Anggun Susanti
NIM F34100084

ABSTRAK
ANGGUN SUSANTI. Kajian Pengembangan Pasar Produk Minuman Fungsional
untuk Penderita Diabetes. Dibimbing oleh AJI HERMAWAN dan
SEDARNAWATI YASNI.
Penyakit Diabetes Mellitus telah menjadi masalah kesehatan dunia.
Indonesia menduduki peringkat ketujuh di dunia dengan jumlah penderita
mencapai 7.600.000 orang (IDF 2012). Indonesia memiliki banyak sumber
biomaterial untuk menyembuhkan diabetes. Salah satu alternatif solusinya adalah
campuran ekstrak daun sirih merah, kayu manis, dan jahe emprit. Minuman
fungsional ini dibuat oleh Yasni 2012. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan
analisis kanvas model bisnis yang terbaik dari produk minuman fungsional
diharapkan dapat menjadi start up business. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah riset aksi dengan fokus pada customer development. Hasil
penilitian menunjukkan bahwa ada tiga pokok permasalahan konsumen, yaitu
keraguan terhadap produsen, ketakutan penggunaan pemanis dan pengawet, dan

belum diketahuinya dosis yang tepat. Solusi yang ditawarkan adalah dengan
mengikuti value proposition yang merupakan hasil riset IPB, menggunakan bahan
alami serta aman dengan dosis dan komposisi yang diketahui. Segmen pelanggan
produk ini adalah penderita diabetes tipe II yang mengkonsumsi herbal sebagai
pengobatan pendamping.
Kata kunci : diabetes mellitus, kanvas model bisnis, minuman fungsional, riset
aksi.

ABSTRACT
ANGGUN SUSANTI. A Study of Customer Development of Functional Beverage
for Diabetics. Supervised by AJI HERMAWAN and SEDARNAWATI YASNI
Diabetes Mellitus has become a global health problem. Indonesia ranks
seventh in the world with number of diabetics 7.600.000 million (IDF 2012).
Indonesia has many sources of biomaterials for curing diabetes. A mixed extract
red betel, cinnamon, and ginger is an alternative solution. It is a functional drink
invented by Yasni 2012. This study aims to analyze the best business model canvas
for the drink which is expected to be a start up business. The method used in the
study is action research with a focus on customer development. The research
results indicate that there are three basic customer problems, that are indoubt
with manufacturers, fear of sweetener or preservatives, available unclear dose of

current product. The solution offered is a functional beverage with following
value proposition based on research of IPB, using natural materials and secure
doses and composition. Customer segments of the product is type II diabetics who
consume herbs as companion.
Keyword: diabetes mellitus, business model canvas , functional beverage, action
research

KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR PRODUK
MINUMAN FUNGSIONAL UNTUK PENDERITA DIABETES

ANGGUN SUSANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian

TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Kajian Pengembangan Pasar Produk Minuman Fungsional untuk
Penderita Diabetes
Nama
: Anggun Susanti
NIM
: F34100084

Disetujui oleh

Dr Ir Aji Hermawan, MM
Pembimbing I

Prof Dr Ir Sedarnawati Yasni, MAgr
Pembimbing II

Diketahui oleh


Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti
Ketua Departemen

Tanggal Lulus

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kajian Pengembangan
Pasar Produk Minuman Fungsional untuk Penderita Diabetes. Penelitian ini
dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 sampai dengan Juli 2014.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Aji
Hermawan, M.M. selaku pembimbing pertama, Ibu Prof. Dr. Ir. Sedarnawati
Yasni, MAgr selaku pembimbing kedua, Bapak Eko Nugroho, S.Pt., MM. yang
telah banyak membantu, dan staf Departemen Teknologi Industri Pertanian. Selain
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam pengumpulan data yaitu Persadia Depok dan Bogor. Ungkapan terima kasih
juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, kakak, dan sahabat-sahabat atas segala
motivasi, dukungan, doa dan kasih sayangnya.

Bogor, September 2014

Anggun Susanti

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian


2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Analisis industri
Pembuatan Hipotesis Kanvas Model Bisnis

4
4

Pengujian Permasalahan

4


Pengujian Solusi

4

Verifikasi Kanvas Model Bisnis

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Identifikasi Produk IPB Paling Prospektif di Bidang Kesehatan

5

Analisis Industri

5


Hipotesis Kanvas Model Bisnis

8

Ukuran Pasar (Market Size)

11

Pengujian Permasalahan

11

Pembaharuan Tahap Pertama Kanvas Model Bisnis

13

Pengujian Solusi

15


Verifikasi Model Bisnis

18

SIMPULAN DAN SARAN

20

Simpulan

20

Saran

21

DAFTAR PUSTAKA

21


LAMPIRAN

22

RIWAYAT HIDUP

36

DAFTAR TABEL
1 Permasalahan produk minuman fungsional
2 Daftar solusi yang diberikan untuk menyelesaikan permasalahan
minuman fungsional
3 Pembaharuan pertama kanvas model bisnis minuman fungsional

11
12
13

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Diagram alir pengembangan pasar dengan pendekatan riset aksi
Model lima kekuatan pasar
Minuman fungsional simerkamaja
Hasil pengujian solusi produk pengembangan minuman fungsional
Data keinginan konsumen terhadap channel
Data perbandingan harga jual untuk satu botol produk

3
5
15
15
16
17

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Beberapa produk obat tradisional
Hipotesis kanvas model bisnis awal
Analisa biaya produksi Simerkamaja
Daftar pertanyaan untuk tahap pengujian permasalahan (test the
problem)
Profil responden pengujian masalah
Hasil pengujian permasalahan
Desain kanvas model bisnis versi 1
Perhitungan konversi dosis konsumsi manusia ke tikus
Daftar responden pengujian solusi (test the solution)
Daftar pertanyaan untuk tahap pengujian solusi (test the solution)
Desain kanvas bisnis model versi 2

23

25
26
27
28
29
31
32
32
33
35

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit Diabetes Mellitus atau kencing manis telah menjadi masalah
kesehatan dunia. Diabetes mellitus merupakan gejala kadar gula darah yang tinggi
dikarenakan tubuh tidak lagi memiliki hormon insulin atau insulin tidak bekerja
dengan semestinya. Prevalensi dan insiden penyakit ini meningkat secara dratis di
negara-negara industri baru dan negara sedang berkembang, termasuk Indonesia
(Krisnantuti 2008).
Menurut International Diabetes Federation (2012) Indonesia menduduki
peringkat ketujuh penderita diabetes terbanyak di dunia dengan jumlah penderita
mencapai 7.600.000 juta orang pada rentang usia sekitar 20-79 tahun. Statistik
prevalensi diabetes mellitus di Indonesia berdasarkan kelompok usia diantaranya
untuk usia 25-34 tahun terdapat 2 dari 100 orang menderita diabetes, pada usia
35-44 tahun 5 dari 100 orang menderita diabetes, usia 45-54 tahun 10 dari 100
orang menderita diabetes. Hal ini menunjukkan bahwa umur sangat erat kaitannya
dengan terjadinya kenaikan kadar glukosa darah, sehingga semakin meningkat
usia prevalensi diabetes dan gangguan toleransi glukosa akan semakin tinggi
(Sukardji 2006).
Penyakit diabetes mellitus (DM) menduduki peringkat keenam penyebab
kematian terbesar di Indonesia (CDC 2012). Penderita diabetes mellitus dapat
mengalami komplikasi kronis berupa gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi
syaraf, gangguan retina mata dan dapat menyebabkan hipertensi akibat radikal
bebas yang dihasilkan selama keadaan hiperglikemia (Ceriello 2003). Untuk
menjaga tidak terjadinya komplikasi penyakit pada penderita diabetes mellitus dan
menurunkan konsumsi obat kimia yang mempunyai efek samping, maka penderita
diabetes mellitus mulai berpaling pada penggunaan obat tradisional atau dengan
mengkonsumsi minuman fungsional yang berbahan baku tanaman obat dan
rempah (Rates 2001).
Masyarakat Indonesia telah banyak memanfaatkan tanaman obat dan
rempah asli Indonesia untuk pencegahan maupun pengobatan penyakit diabates
mellitus secara tradisional. Salah satu tanaman obat yang digunakan untuk
antihiperglikemik adalah sirih merah, kayu manis dan jahe emprit. Pencampuran
ketiga bahan ini memiliki aktivitas antihiperglikemik yang tinggi. Oleh karena itu,
terbentuklah gagasan untuk menciptakan minuman fungsional dari sirih merah,
kayu manis dan jahe emprit yang diekstrak kemudian dicampurkan dan dibuat
menjadi produk minuman dalam kemasan ready to drink. Produk ini merupakan
hasil pengembangan yang diteliti oleh dosen ilmu teknologi pangan IPB.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan komposisi yang sinergis dengan
perbandingan 5:3:4 (% v/v) untuk sirih merah: kayu manis: jahe emprit.
Pasar terdiri dari berbagai macam pembeli yang membeli suatu produk
sesuai dengan keinginan, sumber daya, lokasi, dan kebiasaan membeli. Karena
masing-masing memiliki kebutuhan dan keinginan yang unik, masing-masing
pembeli merupakan pasar potensial tersendiri. Oleh sebab itu, diperlukan proses
customer development (pengembangan konsumen) untuk mengetahui keinginan
dan kebutuhan konsumen terhadap suatu produk. Customer development terdiri

2

dari empat tahapan yaitu customer discovery, customer validation, customer
creation dan company building, penelitian kali ini memfokuskan pada bagian
customer discovery.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan melakukan analisis model bisnis yang terbaik
dengan metode riset aksi dalam pengembangan produk minuman fungsional
berbahan baku campuran ekstrak sirih merah, kayu manis, dan jahe emprit untuk
penderita diabetes. Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah
start up business dari produk minuman fungsional.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup customer development terdiri dari empat tahapan yaitu
customer discovery, customer validation, customer creation dan company
building (Blank dan Dorf 2012). Ruang lingkup dari penelitian ini adalah pada
tahapan pencarian konsumen (customer discovery) untuk produk minuman
fungsional campuran ekstrak sirih merah, kayu manis, dan jahe emprit untuk
penderita diabetes. Pada tahapan customer discovery terdapat empat sub tahapan
yaitu hipotesis awal, pengujian masalah (test the problem), pengujian solusi (test
the solution), dan verifikasi kanvas model bisnis.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang
bermanfaat dan menghasilkan informasi tentang model bisnis yang sesuai untuk
minuman fungsional yang ditujukan bagi penderita diabetes. Skripsi ini juga
diharapkan dapat membantu para penderita diabetes dalam mengatasi penyakitnya
dengan memberikan alternatif dalam penyembuhan ataupun upaya pencegahan
agar tidak ada efek samping yang ditimbulkan dari obat kimia terhadap tubuh dan
terjadinya komplikasi penyakit pada penderita diabetes mellitus.

METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode riset aksi
(action research). Dalam metode ini dilakukan pendekatan Customer
Development yang mengacu pada sembilan elemen bisnis model yaitu customer
segment, value propositions, channels, cutomer relationship, revenue streams, key
resource, key activities, key partnership, dan cost structure. Menurut Madya 2007,
action research adalah kegiatan dan atau tindakan perbaikan suatu perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasinya yang digarap secara sistematik sehingga validitas
dan reliabilitasnya mencapai tingkatan riset. Action research juga merupakan
proses yang mencakup siklus aksi, yang mendasarkan pada refleksi, umpan balik
(feedback), bukti (evidence), dan evaluasi atas aksi sebelumnya dan situasi
sekarang.
Secara garis besar, action research dalam penelitian ini terbagi kedalam dua
fase yaitu fase Customer Discovery dan Customer Validation. Fase customer
discovery terbagi menjadi empat tahapan yaitu pembuatan hipotesis model bisnis

3

nol, pengujian problem, pengujian solusi, dan verifikasi model bisnis.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada sejumlah responden yang
potensial untuk memperoleh data atau informasi kualitatif dan kuantitatif. Metode
dapat dilihat pada Gambar 1.
Identifikasi Produk IPB Paling
Prospektif di Bidang
Kesehatan

Analisis Industri

Pembuatan Hipotesis Kanvas
Model Bisnis
1. Customer segment
2. Value propositions
3. Channels
4. Customer relationship
5. Revenue stream
6. Key resources
7. Key partner
8. Key activity
9. Cost structure

Belum
sesuai

-

-

Pengujian Masalah
Desain pengujian
Wawancara responden
Memahami permasalahan
Mendapatkan gambaran target
pasar

Pengujian Solusi
Pembaharuan kanvas model
bisnis
Pembuatan presentasi produk
Wawancara responden
Revisi kanvas model bisnis
Verifikasi Kanvas Model Bisnis
Sesuai
Kanvas Model Bisnis
Terpilih

Gambar 1 Diagram alir pengembangan pasar dengan pendekatan riset aksi
Sumber : Blank dan Dorf (2012).

4

Analisis industri
Analisis industi menggunakan lima kekuatan kompetitif Porter yang
membantu dalam mengidentifikasi kekuatan kompetitif perusahaan, dalam sebuah
lingkungan bisnis (Purba 2009). Model lima kekuatan kompetitif ini terdiri dari
ancaman dari produk-produk pengganti, ancaman dari pendatang baru, persaingan
di antara pelaku bisnis yang sudah ada, kekuatan tawar menawar dari pemasok,
dan kekuatan tawar menawar dari pembeli.
Pembuatan hipotesis kanvas model bisnis
Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah membuat sebuah
hipotesis dasar untuk bisnis model sebagai prakiraan atau asumsi awal dari bisnis
yang akan dijalankan. Hipotesis dasar yang akan dibuat mencakup sembilan
elemen bisnis model yaitu customer segment, value proposition, channel,
customer relationship, revenue stream, key resource, key activities, key partner,
dan cost structure.
Pengujian masalah
Tahapan kedua yang dilakukan setelah membuat sebuah hipotesis dasar
untuk bisnis model adalah pengujian masalah yang dilakukan secara langsung
berupa mengajukan beberapa pertanyaan atau berupa kuisioner kepada responden.
Responden yang dipilih sebanyak 50 orang dengan kriteria yang sesuai dengan
karakter dari produk. Pengujian masalah dilakukan untuk mengetahui
permasalahan yang dialami oleh para responden serta mengetahui hipotesis yang
sebelumnya telah dibuat sudah sesuai atau belum dengan permasalahan yang
dialami.
Pengujian solusi
Tahapan berikutnya adalah pengujian solusi. Pengujian solusi merupakan
tahapan untuk mengetahui asumsi dari hipotesis yang telah dibuat dalam bisnis
model sudah dapat menyelesaikan permasalahn yang ada dalam masyarakat atau
belum. Pengujian solusi dilakukan kepada 50 responden yang sama pada
pengujian masalah.
Verifikasi kanvas model bisnis
Tahapan terakhir dalam fase customer discovery adalah verifikasi bisnis
model. Tahap ini bertujuan untuk mengetahui apakah bisnis model yang dibuat
sudah sesuai untuk diujikan ke pasar atau belum. Apabila belum sesuai maka
harus dilakukan perubahan model bisnis dan melakukan pengujian kembali (pivot).
Jika sudah sesuai maka penelitian berlanjut ke tahap validasi model bisnis.

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Produk IPB Paling Prospektif di Bidang Kesehatan
Nusantara sejak dahulu dikenal oleh dunia sebagai negeri rempah-rempah
berkhasiat, namun belum banyak yang memanfaatkannya sebagai produk pangan
fungsional yang memiliki nilai tambah. Institut Pertanian Bogor memiliki 278
produk inovasi dengan berbagai keunggulan. Salah satu produk inovasi IPB yang
prospektif adalah produk minuman fungsional campuran ekstrak daun sirih merah,
kayu manis, dan jahe emprit yang berbentuk botol ready to drink.
Produk ini sangat prospektif, dilihat dari jumlah penderita diabetes yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Produk minuman fungsional ini
merupakan minuman alternatif bagi penderita diabetes untuk menurunkan dan
menstabilkan kadar gula darah, menurunkan kolestrol dan mengandung
antioksidan. Selain itu, minuman fungsional ini memiliki kelebihan yaitu
merupakan hasil riset IPB yang telah teruji secara pra-klinik, menggunakan bahan
baku yang alami sehingga aman dikonsumsi, serta komposisi dan dosis yang telah
diketahui dengan tepat. Keunggulan-keunggulan tersebut menjadi salah satu daya
tarik yang dimiliki oleh produk minuman fungsional ini untuk menarik minat para
konsumen penderita diabetes dalam mengatasi diabetes.
Analisis Industri
Terdapat lima kekuatan kompetitif Porter yang membantu dalam
mengidentifikasi kekuatan kompetitif perusahaan, dalam sebuah lingkungan bisnis
(Purba 2009). Model lima kekuatan kompetitif ini terdiri dari ancaman dari
produk-produk pengganti, ancaman dari pendatang baru, persaingan di antara
pelaku bisnis yang sudah ada, kekuatan tawar menawar dari pemasok, dan
kekuatan tawar menawar dari pembeli. Model lima kekuatan pasar dapat dilihat
pada Gambar 2.
Pendatang Potensial
Ancaman Pendatang Baru

Kekuatan Tawar
Pemasok
Pemasok

Pesaing Indsutri

Kekuatan
Tawar Pembeli

Persaingan di antara
perussahaan yang
telah ada.
Ancaman produk

Pengganti
Gambar 2 Model lima kekuatan pasar (Purba 2009)

Pembeli

6

1.

Persaingan industri
Konsumen merupakan objek persaingan dari perusahaan sejenis yang berada
di pasar. Perusahaan yang dapat memikat hati konsumen akan dapat
memenangkan persaingan. Produk minuman fungsional ini termasuk dalam
kategori obat tradisional. Obat tradisional dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu
jamu, herbal terstandar, dan fitofarmaka. Pesaing untuk produk minuman
fungsional ini adalah jamu, herbal terstandar, dan fitofarmaka yang mempunyai
khasiat dalam mengatasi diabetes mellitus. Beberapa produk obat tradisional
untuk diabetes mellitus yang ada di pasaran saat ini dapat dilihat pada Lampiran 1.
Berdasarkan data yang disajikan pada Lampiran 1 obat tradisional yang ada di
pasaran saat ini masih sedikit, sehingga persaingan untuk produk minuman
fungsional atau yang lebih dikenal dengan herbal dapat dikatakan masih longgar.
Dilihat dari data yang tertera pada Lampiran 1 pesaing utama dari produk ini
adalah Glucotrim, Glucogard, dan Inlacin 50 yang merupakan produk dari
perusahaan yang sudah terkemuka dan terpercaya dalam bidang kesehatan.
Kebanyakan produk herbal yang dipasarkan berbentuk kapsul, sehingga minuman
fungsional yang terbuat dari ekstrak sirih merah, kayu manis, dan jahe emprit
memiliki peluang yang sangat besar karena memberikan inovasi dalam mengatasi
komplikasi diabetes.
2.

Ancaman produk subtitusi
Produk pengganti secara fungsional mempunyai manfaat yang serupa
dengan produk utama, namun memiliki kualitas produk yang lebih baik dan harga
yang lebih rendah. Ancaman barang subtitusi dari minuman fungisonal adalah
obat-obat kimia, rebus-rebusan yang dibuat sendiri, herbal terstandar dan
fitofarmaka. Ancaman produk subtitusi ini didasarkan pada khasiat yang dimiliki
tiap produk yaitu untuk mengatasi diabetes mellitus. Obat kimia yang biasanya
dikonsumsi oleh penderita diabetes seperti glibeclamid, metformin, amaril, dan
glucopage. Produk tersebut mempunyai harga yang lebih murah dan memiliki
kinerja yang lebih cepat dibandingkan dengan minuman fungsional. Rebusrebusan yang biasanya dibuat oleh penderita diabetes adalah sirih merah, daun
sirsak, kumis kucing, daun salam, sambiloto, kayu manis, dan brotowali. Biaya
yang dikeluarkan untuk rebus-rebusan ini lebih murah dibandingkan dengan
membeli obat kimia ataupun herbal serta responden dapat menanam tanaman obat
tersebut di pekarangan rumah. Menurut responden khasiat yang dihasilkan oleh
tanaman obat tidak begitu berbeda dengan khasiat dari obat kimia. Fitofarmaka
yang tersedia di Indonesia untuk mengatasi diabetes adalah inlacin 50 yang
memiliki kualitas lebih baik karena sudah diuji secara pra klinis dan klinis
sehingga lebih akurat. Selain itu, untuk mengatasi diabetes penderita diabetes
mempunyai cara sendiri berupa melakukan pengobatan alternatif dan mengatur
pola makan. Ancaman produk subtitusi ini termasuk tinggi karena dilihat dari
keseharian para penderita yang masih bergantung pada obat-obat kimia dan
kualitas fitofarmaka yang lebih menjanjikan sebagai salah satu cara mengatasi
penyakit diabetes. Namun dengan segala kelebihan dan kelemahannya yang
terdapat pada obat kimia, tidak menutup kemungkinan pelanggan akan
menggunakan minuman fungsional sebagai solusi dalam mengatasi diabetes
mellitus.

7

3.

Ancaman pendatang baru
Pendatang baru merupakan perusahaan yang memasuki industri dengan
kapasitas baru dan ingin memperoleh pangsa pasar yang baik dan memperoleh
keuntungan. Masuknya pesaing baru ke pasar akan melemahkan kekuatan
perusahaan. Kekuatan ini tergantung pada hambatan masuk atau keluar dari
industri bersangkutan, seperti perizinan, hak paten, investasi yang mahal,
teknologi dan lain-lain. Ancaman pendatang baru untuk produk herbal termasuk
tinggi karena produk ini menggunakan bahan baku yang melimpah di Indonesia
sehingga untuk modal produksi tidak begitu besar. Selain itu untuk memproduksi
minuman fungsional tidak perlu menggunakan teknologi yang muktahir sehingga
tidak menutup kemungkinan banyak produk pendatang baru yang sejenis.
4.

Kekuatan tawar menawar dari pemasok
Kekutan tawar menawar dari pemasok mengartikan seberapa kuat posisi
pemasok terhadap harga pasokan. Ketika pemasok memiliki lebih banyak kontrol
terhadap pasokan dan harga maka biaya produksi akan lebih tinggi sehingga lebih
baik mempunyai banyak pemasok agar mengurangi ketergantungan pada pemasok
tertentu. Pemasok yang dibutuhkan untuk produk ini adalah pemasok bahan baku
berupa sirih merah, kayu manis, jahe emprit, dan stevia bubuk. Untuk
mendapatkan pemasok sirih merah termasuk mudah karena banyak yang
membudidayakan seperti di Yogyakarta, lereng Gunung Merapi, Jawa Barat, dan
Aceh serta dapat dibudidayakan sendiri. Untuk pemasok kayu manis banyak
didapatkan pada bina usaha mandiri dengan harga yang bervariasi sesuai dengan
kualitas ataupun bentuk. Daerah penghasil kayu manis yang terkenal di Indonesia
adalah Jambi. Selain daerah Jambi kayu manis juga dapat ditemukan di provinsi
Jawa, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua. Untuk pemasok jahe emprit banyak
petani yang membudidayakan salah satunya di Brebes, Jawa Tengah.Selain itu
pembudidayaan jahe emprit cukup mudah dapat dilakukan di polibag ataupun
tanah sehingga memungkinkan untuk dibudidayakan sendiri. Pemasok yang agak
susah adalah stevia bubuk dikarenakan tanaman ini jarang dibudidayakan dan
untuk mendapatkan stevia bubuk murni diperlukan proses dan teknologi yang
canggih, sehingga harga yang ditawarkan untuk per gram dari stevia bubuk cukup
mahal.
5.

Kekuatan tawar menawar pembeli
Pembeli akan selalu berusaha mendapatkan produk dengan kualitas yang
baik dengan harga yang murah. Sikap pembeli yang seperti ini memainkan peran
yang cukup menentukan bagi perusahaan. Kekuatan tawar menawar pembeli
mengartikan besarnya kekuatan kontrol yang dimiliki pembeli terhadap harga.
Menurut IDF (2012) penderita diabetes mellitus di Indonesia mencapai 7.600.000
orang dengan rentang usia 20-79 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa perlunya
terobosan terhadap upaya penyembuhan ataupun mengurangi jumlah penderita
diabetes salah satunya dengan mengkonsumsi minuman fungsional. Dengan kata
lain potensi pasar minuman fungsional cukup besar. Selain itu adanya peningkatan
jumlah penderita diabetes mellitus mengakibatkan tingginya permintaan pasar
terhadap produk yang mempunyai khasiat dalam mengatasi diabetes mellitus.

8

Hipotesis Kanvas Model Bisnis
Tahapan awal dalam penelitian ini adalah membuat hipotesis kanvas model
bisnis dari produk campuran ektrak sirih merah, kayu manis, dan jahe emprit
untuk penderita diabetes dalam bentuk kemasan botol. Hipotesis kanvas model
bisnis awal untuk produk ini terdiri dari sembilan blok yaitu customer segment,
value propositions, channels, cutomer relationship, revenue streams, key resource,
key activities, key partnership, dan cost structure. Gambaran hipotesis kanvas
model bisnis awal dapat dilihat pada Lampiran 2.
1.
Customer segments (segmen pelanggan)
Menurut Osterwalder dan Pigneur (2010), segmen pelanggan merupakan
sekelompok orang atau organisasi berbeda yang ingin dijangkau atau dilayani oleh
perusahaan. Pelanggan merupakan jantung dari setiap model bisnis. Tanpa adanya
pelanggan, tidak ada satupun perusahaan yang dapat bertahan dalam jangka waktu
yang lama. Oleh sebab itu sangatlah penting untuk mengetahui dan menentukan
segmen pelanggan dari sebuah produk.
Segmen pelanggan pada hipotesis model bisnis awal adalah penderita
diabetes mellitus tipe II. Pemilihan segmen ini didasarkan pada manfaat produk
yang ditujukan untuk para penderita diabetes mellitus tipe II. Diabetes mellitus
tipe II terjadi akibat ketidakmampuan tubuh untuk merespon dengan wajar
aktivitas insulin yang dihasilkan pankreas (resistensi insulin), sehingga tidak
tercapai kadar glukosa yang normal dalam darah. Diabetes tipe II yaitu diabetes
yang tidak tergantung pada insulin.
Diabetes mellitus tipe II biasanya terjadi setelah usia 30 tahun dan semakin
sering terjadi setelah usia 40 tahun, selanjutnya terus meningkat pada usia lanjut.
Usia lanjut yang mengalami gangguan toleransi glukosa mencapai 50-92%.
Sekitar 6% individu berusia 45-64 tahun dan 11% individu diatas usia 65 tahun
menderita DM tipe II (Sukardji 2006). Menurut Sukardji (2006), umur sangat erat
kaitannya dengan terjadinya kenaikan kadar glukosa darah, sehingga semakin
meningkat usia maka prevalensi diabetes dan gangguan toleransi glukosa semakin
tinggi.
Value proposition (proposisi nilai)
Proposisi nilai menggambarkan gabungan antara produk dan layanan yang
menciptakan nilai untuk segmen pelanggan spesifik (Osterwalder dan Pigneur
2010). Bagi pelanggan, value propositions terwujud dalam bentuk pemecahan
masalah yang dihadapi atau terpenuhinya kebutuhan. Value propositions
merupakan alasan bagi para pelanggan untuk mengalihkan perhatian dari satu
perusahaan ke perusahaan lain (PPM Manajemen 2012).
Proposisi nilai pada produk minuman fungsional ini adalah herbal alami dan
tanpa bahan pengawet karena produk ini berbahan baku herbal sirih merah, kayu
manis, dan jahe emprit yang merupakan tanaman obat dan banyak ditemukan di
Indonesia. Penggunaan bahan baku yang merupakan tanaman obat memiliki
kelebihan tersendiri yaitu tidak diperlukannya bahan pengawet pada produk
karena tanaman obat mempunyai senyawa aromatik, antibakteri dan antifungi.
Beberapa produk herbal yang berbentuk cair dan berbahan dasar tanaman obat
tidak dapat dijamin bahwa produk tersebut tidak menggunakan pengawet karena
keterangan terhadap komposisi yang kurang jelas seperti pada produk Ace Max’s.
2.

9

Selain itu value proposition dari produk ini adalah mengangkat nilai
kelebihan yang dimiliki oleh campuran produk ekstrak sirih merah, kayu manis,
dan jahe emprit yang telah dibuktikan khasiatnya diantaranya menurunkan kadar
gula darah dan menstabilkan kadar gula darah apabila dikonsumsi secara teratur,
mampu menurunkan kadar kolestrol dan berperan sebagai antioksidan. Kelebihan
ini telah diteliti secara pra-klinik sehingga memiliki nilai tambah dibandingkan
produk sejenis. Komposisi dari setiap bahan baku juga sudah diuji sehingga
membuat produk ini dapat menjadi salah satu pilihan dalam menyelesaikan
permasalahan diabetes mellitus.
Channels (saluran distribusi)
Saluran distribusi (channels) menggambarkan sebuah perusahaan
berkomunikasi dengan segmen pelanggannya dan menjangkau para pelanggan
untuk memberikan proposisi nilai. Saluran distribusi yang digunakan untuk
berhubungan dengan para pelanggan pada hipotesis model bisnis awal dilakukan
dengan penjualan langsung (direct selling), media sosial, supermarket,
minimarket, reseller dan distributor. Melalui pihak tersebut diharapkan proposisi
nilai dari produk ini bisa tersampaikan kepada konsumen.
3.

Customer relationships (hubungan pelanggan)
Hubungan pelanggan yang diterapkan dalam sebuah bisnis sangat
mempengaruhi pengalaman pelanggan secara keseluruhan. Menurut Blank dan
Dorf (2012) ada tiga prinsip penting dalam customer relationships yaitu “Get,
Keep, Grow”. Get atau getting customer merupakan upaya mengarahkan
konsumen pada saluran penjualan produk perusahaan. Tahap berikutnya adalah
Keep (keeping customer), upaya menjaga pelanggan yang sudah didapatkan untuk
terus percaya dan berlangganan kepada produk/jasa yang kita tawarkan. Yang
terakhir Grow (growing customer) merupakan upaya memperbanyak pelanggan
untuk meningkatkan penjualan.
Upaya mendapatkan pelanggan (getting customer) dapat dilakukan dengan
mengikuti pameran produk dan kesehatan, kemudian melakukan promosi melalui
media sosial seperti web, twitter, facebook, dan online shop. Untuk
mempertahankan konsumen (keeping customer) dilakukan penyediaan konsultasi
gratis seputar kesehatan, membuat forum diabetes agar dapat berbagi informasi,
dan menyediakan layanan customer service terhadap produk melalui email, dan
telepon. Untuk memperbanyak pelanggan dilakukan promosi melalui media
komersial seperti televisi, radio, majalah, dan koran.
4.

Revenue streams (arus pendapatan)
Revenue Streams adalah pendapatan yang diterima perusahaan dari masingmasing segmen pasar atau dengan kata lain revenue streams adalah pemasukan
yang biasanya diukur dalam bentuk uang yang diterima perusahaan dari
pelanggannya (Osterwalder dan Pigneur 2010). Hipotesis model bisnis awal untuk
aliran pendapatan yang masuk ke dalam bisnis ini adalah berasal dari hasil
penjualan produk secara langsung yaitu penjualan produk minuman fungsional
dengan harga Rp 10 000 per botol dengan ukuran 100 ml. Harga tersebut
didasarkan atas pertimbangan harga pokok produksi yang dapat dilihat pada
Lampiran 3.

5.

10

Key resources (sumber daya utama)
Key resources adalah sumber daya utama yang dibutuhkan oleh perusahaan
supaya model bisnis dapat berjalan. Sumber daya utama ini membuat sebuah
perusahaan dapat membentuk dan menawarkan value propositions, mendapatkan
pasar, mengawasi hubungan dengan segmen-segmen pasar, dan mendapatkan
penghasilan. Key resources dibentuk berdasarkan tipe model bisnis. Key
resources dapat berupa benda fisik, finansial, intelektual, maupun manusia
(Osterwalder dan Pigneur 2010).
Hipotesis model bisnis awal untuk sumber daya utama pada bisnis ini
terdapat empat kategori yaitu teknologi, bahan baku produksi, sumberdaya
manusia, dan intelektual. Sumber daya teknologi berupa mesin dan peralatan
untuk proses ekstraksi dan pasteurisasi. Sumber daya bahan baku berupa sirih
merah, kayu manis, dan jahe emprit yang ketersediaannya melimpah di Indonesia.
Sumber daya manusia yang berperan sebagai direktur, manajer, dan staf pekerja.
Sumber daya intelektual berupa merek yang akan mengemas suatu produk
menjadi menarik bagi pelanggan sehingga mereka akan membeli produk tersebut.
Merek dari produk ini adalah simerkamaja yang merupakan singkatan dari sirih
merah, kayu manis, dan jahe emprit.
6.

Key activities (aktivitas kunci)
Key activities adalah kegiatan-kegiatan utama apa saja yang perlu dilakukan
oleh organisasi ataupun perusahaan agar dapat memberikan nilai tambah dengan
baik. Hipotesis model bisnis awal untuk aktivitas utama dalam bisnis ini adalah
pengadaan bahan baku, proses produksi, promosi, distribusi serta pemasaran
produk. Pengadaan bahan baku dilakukan untuk memilih bahan baku yang sesuai
dengan spesifikasi untuk diproses menjadi produk. Selain itu, pengadaan yang
dilakukan adalah pengadaan terhadap bahan baku tambahan dan penolong.
Aktivitas pemasaran dan penjualan dengan key partnership dilakukan agar
jangkauan bisnis ini semakin luas.

7.

Key partnership (kemitraan)
Key partnership adalah mitra utama dalam bisnis, misalnya supplier,
sehingga model bisnis dapat berjalan. Perusahaan menjalin kerjasama untuk
beberapa alasan dan jalinan kerjasama menjadi landasan dari beberapa model
bisnis. Perusahaan membuat aliansi untuk mengoptimasi model bisnisnya,
mengurangi risiko, atau memperoleh sumberdaya. Kemitraan dalam bisnis ini
adalah sebagai berikut:
 Pemasok bahan baku utama berupa daun sirih merah, kayu manis, dan jahe
emprit.
 Pemasok bahan baku tambahan seperti pemanis yang terbuat dari daun stevia.
 Pemasok kemasan botol.
8.

Cost structure (struktur biaya)
Cost structure adalah komponen-komponen biaya yang digunakan supaya
organisasi atau perusahaan dapat berjalan sesuai dengan model bisnisnya.
Komponen biaya dalam suatu perusahaan dimulai dari tahap membuat produk,
berhubungan dengan pelanggan, dan mendapatkan penghasilan. Pada struktur

9.

11

biaya digunkan metode full costing yaitu biaya produksi yang terdiri dari biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, biaya tetap dan biaya
variabel. Gambaran biaya awal dapat dilihat pada Lampiran 3.

Ukuran Pasar (Market Size)
Hal penting yang harus dilakukan sebuah perusahaan sebelum meluncurkan
atau mengeluarkan suatu produk baru atau jasa adalah dengan melakukan market
size. Dalam market size dilakukan perhitungan terhadap peluang pasar yang
tersedia. Untuk mengukur market size dari produk minuman fungsional yang
berbahan baku sirih merah, jahe emprit, dan kayu manis dilakukan berdasarkan
total addressable market, served available market, dan target market.
Total Addressable Market (TAM)
Total addressable market merupakan keseluruhan potensi pasar yang
berpeluang untuk menjadi konsumen dari produk/jasa sejenis yang ditawarkan.
Menurut International Diabetes Federation (2012) jumlah penderita diabetes
mellitus di Indonesia mencapai 7.600.000 jiwa pada rentang usia sekitar 20-79
tahun. Menurut riset kesehatan dasar tahun 2010 sebanyak 59,12% masyarakat
yang mengkonsumsi herbal atau tanaman obat. Jumlah potensi pasar dapat
diperkirakan sekitar 4.493.120 jiwa. Diasumsikan satu orang membeli 3 botol
dalam seminggu, sehingga didapatkan pembelian 647.009.280 botol per tahun
atau senilai Rp 6 470 092 800 000 per tahun jika hipotesis harga awal minuman
fungsional Rp 10 000 per botol.
Served Available Market (SAM)
Served available market dari produk minuman fungsional berbahan baku
sirih merah, kayu manis dan jahe emprit didapatkan dari hasil perhitungan
pengujian permasalahan terhadap pasar potensial produk pengembangan minuman
fungsional. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan 72% pasar potensial dan 28%
pasar tidak potensial. Dengan demikian served available market dari produk
minuman fungsional sekitar 3.235.046 jiwa setara dengan pembelian 456.846.624
botol per tahun atau pendapatan senilai Rp 4 568 466 240 000 per tahun.
Target Market (TM)
Target market dari produk minuman fungsional sebesar 10% dari served
available market. Dengan demikian target market dari produk minuman
fungsional 323.350 jiwa dengan total penjualan 45.684.662 per tahun atau senilai
Rp 456 846 624 000 per tahun.

Pengujian Permasalahan (Test The Problem)
Tahapan kedua dalam penelitian ini adalah pengujian permasalahan (test the
problem) terhadap 50 responden. Produk minuman fungsional yang berbahan
dasar herbal ditujukan untuk para penderita diabetes mellitus oleh sebab itu untuk
pengujian permasalahan dilakukan pada 50 responden yang menderita diabetes

12

mellitus. Daftar pertanyaan untuk tahap pengujian permasalan tercantum pada
Lampiran 4. Pengujian permasalahan dilakukan dengan wawancara secara
langsung kepada responden. Responden diabetes mellitus untuk pengujian
permasalahan dengan rentang usia kurang dari 41 tahun sebanyak 1 orang, 41-50
tahun sebanyak 7 orang, 51-60 tahun sebanyak 11 orang, 61-70 tahun orang
sebanyak 20 orang dan lebih dari 70 tahun sebanyak 11 orang, dengan lama
mengidap diabetes mellitus kurang dari 1 tahun sebanyak 3 orang, 1-5 tahun
sebanyak 19 orang, 6-10 tahun sebanyak 9 orang, 10-15 sebanyak 12 orang, dan
lebih dari 15 tahun sebanyak 7 orang (Lampiran 5). Setelah melakukan tahap
pengujian permasalah terhadap responden didapatkan 10 permasalahan yang dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Permasalahan produk minuman fungsional
No
Jenis Permasalahan
Jumlah
Responden
1
Keraguan akan produsen yang membuat produk
29
2
Ketakutan akan zat kimia yang ditambahkan seperti
23
pemanis dan pengawet
3
Belum diketahuinya dosis yang tepat
17
4
Harga herbal yang mahal
12
5
Belum adanya izin dari BPOM
9
6
Belum adanya pembuktian akan khasiat dari herbal
3
7
Efek samping dari herbal
3
8
Kepraktisan produk
3
9
Paten pada produk herbal belum ada
1
10 Belum diujinya herbal secara klinis
1
Berdasarkan hasil pengujian permasalahan didapatkan 10 permasalahan
yang disampaikan oleh responden. Dilihat dari Tabel 1, terdapat tiga
permasalahan pokok yang ada pada produk herbal di pasaran saat ini yaitu
keraguan akan produsen yang membuat produk, ketakutan akan zat kimia yang
ditambahkan seperti pemanis dan pengawet, dan belum diketahuinya dosis yang
tepat. Pada ketiga permasalahan ini disebabkan oleh beredarnya produk herbal
yang tidak menggunakan izin BPOM, keterangan akan komposisi yang tidak jelas,
dan ketidakjelasan produsen yang membuat. Hal ini menyebabkan terjadinya
krisis kepercayaan terhadap produk herbal yang ada dipasaran sehingga para
konsumen enggan untuk membeli ataupun mengkonsumsinya.
Beberapa produk herbal yang ada saat ini khususnya yang berbentuk cair
masih belum dapat menjawab masalah dari para konsumen seperti produk Ace
Max’s, komposisi dari produk ini tidak dijelaskan secara rinci hanya
memberitahukan bahan utama dan tidak ada takaran dari setiap bahan. Oleh
karena itu beberapa konsumen lebih memilih untuk membuat herbal sendiri yaitu
dengan cara merebus tanaman-tanaman obat seperti sirih merah, daun sirsak,
kumis kucing, daun salam, sambiloto, kayu manis, dan brotowali. Namun setelah
dilakukan wawancara para responden tidak mengetahui takaran yang tepat dari
setiap rebusan yang dikonsumsi. Hal ini dapat berakibat buruk untuk kesehatan
penderita. Oleh sebab itu, produk minuman fungsional atau yang lebih dikenal
herbal yang terbuat dari campuran ekstrak sirih merah, kayu manis dan jahe
emprit mencoba untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh

13

responden. Penyelesaian atau solusi yang diberikan untuk permasalahan dapat
dilihat pada Tabel 2.
Hasil pengujian permasalahan dapat dilihat pada Lampiran 6. Berdasarkan
hasil pengujian permasalahan didapatkan sebanyak 72% dari 50 responden adalah
konsumen yang potensial untuk pengembangan produk minuman fungsional
berbahan baku sirih merah, kayu manis dan jahe emprit, sedangkan sisanya
sebesar 28% merupakan responden yang tidak potensial. Kriteria dari responden
yang dapat dikatakan potensial dilihat dari intensitas konsumsi minuman
fungsional atau yang lebih dikenal sebagai herbal, responden membutuhkan
penyelesaian terhadap permasalahan, ketertarikan, dan tingkat pencarian solusi.

No
1
2

3

Tabel 2 Daftar solusi yang diberikan untuk menyelesaikan permasalahan
minuman fungsional
Permasalahan
Solusi
Keraguan akan produsen yang membuat Merupakan hasil riset IPB
produk
Ketakutan akan zat kimia yang Alami dan aman karena
ditambahkan seperti pemanis dan menggunakan daun stevia yang
pengawet
rendah
kalori
dan
tidak
menaikkan gula darah sebagai
pemanis
dan
tidak
menggunakan bahan pengawet
karena herbal memiliki senyawa
aromatik,
antibakteri
dan
antijamur
Belum diketahuinya dosis yang tepat

Dosis dan komposisi yang telah
diketahui. Dosis 100 ml/ 70 kg
bb. Komposisi yang digunakan
dengan perbandingan 5:3:4
untuk sirih merah : kayu manis :
jahe emprit.

Pembaharuan Tahap Pertama Kanvas Model Bisnis
Pada tahap ini dilakukan pembaruan pada kanvas model bisnis produk
minuman fungsional. Pembaruan model bisnis dilakukan berdasarkan hasil
pengujian permasalahan. Hasil pengujian permasalahan akan disesuaikan dengan
kanvas model bisnis awal yang kemudian akan menjadi acuan untuk tahap
berikutnya. Perubahan yang terjadi pada beberapa elemen yaitu value proposition,
dan customer segments. Pembaharuan model bisnis dapat dilihat pada Tabel 3.
Untuk pembaharuan kanvas model bisnis secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 7.

14

Tabel 3 Pembaharuan pertama kanvas bisnis model minuman fungsional
Komponen
Model bisnis awal
Model bisnis setelah pembaruan
(1)
Herbal
alami
Value proposition
(1) Merupakan hasil riset IPB
(2) Tanpa
bahan (2) Alami dan aman karena
pengawet
menggunakan daun stevia yang
rendah
kalori
dan
tidak
(3) Menurunkan
dan
menaikkan gula darah sebagai
menstabilkan kadar
pemanis dan tidak menggunakan
gula darah
bahan pengawet karena herbal
(4) Menurunkan
memiliki senyawa aromatik,
kolestrol
antibakteri dan antijamur
(5) Sebagai antioksidan
(3) Dosis konsumsi 100 ml/ 70 kg
bb dan komposisi sirih merah :
kayu manis : jahe emprit sebesar
5:3:4
(4) Merupakan minuman alternatif
bagi penderita diabetes untuk
menurunkan dan menstabilkan
kadar gula darah, menurunkan
kolestrol
dan
mengandung
antioksidan

Customer segments

Penderita diabetes tipe Penderita diabetes mellitus tipe
II
II yang mengkonsumsi herbal
sebagai pendamping

Pembaharuan yang dilakukan pada elemen value proposition dilakukan
untuk menjawab permasalahan yang telah didapatkan pada pengujian
permasalahan dan dapat diselesaikan oleh produk ini. Permasalahan pokok yang
pertama adalah keraguan akan produsen yang membuat produk. Hal ini
disebabkan adanya krisis kepercayaan akan herbal yang ada dipasaran pada saat
ini. Untuk menjawab permasalahan tersebut produk ini merupakan hasil riset
pengembangan yang dilakukan oleh dosen teknologi pangan IPB sehingga value
propositionnya merupakan hasil riset IPB untuk meningkatkan rasa kepercayaan
terhadap produk.
Selanjutnya permasalahan kedua ketakutan akan zat kimia yang
ditambahkan seperti pemanis dan pengawet, untuk menjawab permasalahan
tersebut produk ini alami dan aman karena menggunakan daun stevia yang rendah
kalori dan tidak menaikkan gula darah sebagai pemanis dan tidak menggunakan
bahan pengawet karena herbal memiliki senyawa aromatik, antibakteri dan
antijamur.
Permasalahan ketiga adalah belum diketahuinya dosis yang tepat, untuk
menjawab permasalahan tersebut produk ini merupakan hasil riset yang telah diuji
secara pra-klinik sehingga diketahui komposisi serta dosis yang tepat. Komposisi
yang digunakan dengan perbandingan 5:3:4 untuk sirih merah : kayu manis : jahe
emprit. Berdasarkan hasil riset formula campuran perbandingan 5:3:4 untuk sirih
merah : kayu manis : jahe emprit dengan pemberian dosis 1260 mg/kg bb pada
tikus diabetes secara oral mampu menunjukkan aktivitas antihiperglikemik
tertinggi. Mekanisme antihiperglikemik yang terjadi adalah melalui jalur
penghambatan kerja enzim α- glukosidase, meningkatkan aktivitas enzim SOD

15

dan katalase, memperbaiki organ pankreas sehingga mampu meningkatkan kadar
insulin darah. Dosis tersebut di konversi kedalam konsumsi manusia sehingga
didapatkan 100 ml/ 70 kg bb manusia (Safithri 2012). Perhitungan konversi
tersebut dapat dilihat pada Lampiran 8.
Akan tetapi banyaknya alternatif untuk mengatasi diabetes menyebabkan
permasalahan-permasalahan tersebut tidak menjadi penting. Karena untuk
mengatasi diabetes mellitus, minuman fungsional atau herbal tidak menjadi
pilihan utama dalam mengatasi diabetes melainkan sebagai pendamping. Namun
dengan jumlah penderita diabetes yang meningkat setiap tahunnya menyebabkan
produk minuman fungsional ini memiliki peluang sebagai pilihan dalam
mengatasi diabetes mellitus.
Pembaharuan berikutnya pada elemen customer segments yang sebelumnya
penderita diabetes tipe II berubah menjadi penderita diabetes mellitus tipe II yang
mengkonsumsi herbal sebagai pendamping. Perubahan ini terjadi karena setelah
dilakukan wawancara terhadap responden ternyata para responden mengkonsumsi
herbal hanya sebagai pendamping dikarenakan mereka masih belum bisa lepas
dari obat-obat kimia yang dianjurkan oleh dokter. Herbal dikonsumsi sebagai
pendamping dalam mengatasi diabetes mellitus.

Pengujian Solusi (Test the Solution)
Pengujian solusi merupakan tahapan untuk mengetahui asumsi dari
hipotesis yang telah dibuat dalam bisnis model sudah dapat menyelesaikan
permasalahan yang ada dalam masyarakat atau belum. Pengujian solusi dilakukan
kepada 50 responden. Pada pengujian sebelumnya responden yang potensial
kurang dari 50 orang, maka telah ditambahkan 14 responden penderita diabetes
yang potensial. Merek dagang dari produk minuman fungsional ini adalah
“simerkamaja” yang merupakan singkatan dari bahan baku yang digunakan yaitu
sirih merah, kayu manis, dan jahe emprit. Contoh produk dapat dilihat pada
Gambar 3. Responden pengujian solusi dengan rentang usia 41-50 tahun sebanyak
5 orang, 51-60 tahun sebanyak 16 orang, 61-70 tahun orang sebanyak 19 orang
dan lebih dari 70 tahun sebanyak 10 orang, dengan lama mengidap diabetes
mellitus kurang dari 1 tahun sebanyak 2 orang, 1-5 tahun sebanyak 18 orang, 6-10
tahun sebanyak 15 orang, 10-15 sebanyak 8 orang, dan lebih dari 15 tahun
sebanyak 7 orang (Lampiran 9). Mayoritas pekerjaan dari responden pengujian
solusi adalah ibu rumah tangga dan pensiun PNS. Tahap ini peneliti memberikan
solusi untuk permasalahan yang disampaikan konsumen pada tahap pengujian
permasalahan.
Tahapan pengujian solusi dilakukan wawancara kepada 50 responden
dengan daftar pertanyaan yang terlampir pada Lampiran 10. Setelah diberikan
pertanyaan perihal value propositions, dan channel. Didapatkan hasil dari
wawancara untuk value propositions yang dapat dilihat pada Gambar 4.
Pertanyaan yang diajukan mengenai apabila produk merupakan hasil riset IPB
apakah produk ini menjadi pilihan dalam menyelesaikan permasalahan diabetes,
apakah produk ini alami dan aman untuk dikonsumsi, produk ini dapat menjadi
minuman alternatif bagi penderita diabetes, serta dosis dan komposisi produk.

16

Gambar 3 Minuman Fungsional Simerkamaja
60
50
40
Ya

30

Ragu-ragu
20

Tidak

10
0
Hasil Riset IPB

Alami dan Aman Produk Minuman
Alternatif

Dosis dan
Komposisi

Gambar 4 Hasil pengujian solusi produk pengembangan minuman fungsional
Berdasarkan data pengujian solusi pada Gambar 4 didapatkan 46 responden
(92%) menyatakan pengembangan produk minuman fungsional berbahan baku
sirih merah, kayu manis, dan jahe emprit dapat menjadi pilihan dalam
menyelesaikan permasalahan karena merupakan hasil riset IPB. Sebanyak 4
responden (8%) masih ragu-ragu dikarenakan produk ini masih baru dan belum
adanya bukti nyata akan khasiatnya sehingga kepercayaan terhadap produk ini
masih kurang walaupun merupakan hasil riset IPB.
Nilai produk alami dan aman karena menggunakan daun stevia yang rendah
kalori dan tidak menaikkan gula darah sebagai pemanis dan tidak menggunakan
bahan pengawet karena herbal memiliki senyawa aromatik, antibakteri dan
antijamur didapatkan 40 responden (80%) menyatakan setuju bahwa produk ini
alami dan aman untuk dikonsumsi, sedangkan 9 responden (18%) masih raguragu dan 1 responden (2%) tidak setuju. Hal ini dikarenakan responden masih

17

belum yakin akan proses pembuatan dari produk ini dan ditakutkan ditambahkan
beberapa zat yang tidak dicantumkan pada komposisi.
Nilai produk selanjutnya adalah produk minuman fungsional ini dapat
dijadikan sebagai minuman alternatif dalam mengatasi diabetes, sebanyak 48
responden (96%) menyatakan setuju. Sebanyak 1 responden (2%) masih raguragu dan 1 responden (2%) tidak setuju. Responden belum yakin sepenuhnya
bahwa produk ini dapat menyelesaikan permasalahan diabetes karena belum
adanya pengujian secara langsung akan khasiat dari produk atau pengujian secara
klinis.
Pertanyaan terakhir yang ditanyakan mengenai value propositions produk
adalah apabila dosis dan komposisi telah diketahui apakah produk minuman
fungsional ini dapat menjadi pilihan dalam menyelesaikan permasalahan diabetes,
sebanyak 38 responden (76%) menyatakan setuju. Sebanyak 10 responden (20%)
masih ragu-ragu dan 2 responden (4%) tidak setuju. Hal ini dikarenakan menurut
responden dosis yang ditentukan apakah sudah akurat atau belum, dan belum ada
pengujian akan khasiat secara langsung terhadap manusia dengan dosis yang telah
ditentukan.
Pengujian solusi selanjutnya dilakukan pada saluran (channel) produk.
Berdasarkan data hasil pengujian solusi terhadap channel didapatkan sebanyak 20
responden (40%) memilih toko obat sebagai channel produk minuman fungsional,
18 responden (36%) memilih apotik dan 12 responden (24%) memilih
supermarket atau minimarket. Berdasarkan hasil wawancara responden memilih
ketiga channel tersebut dikarenakan mereka dapat melihat produk secara langsung
dan akan lebih percaya untuk membeli apabila penjualan produk minuman
fungsional tersebut pada toko obat, apotik dan supermarker atau minimarket. Data
keinginan konsumen terhadap channel dapat dilihat pada Gambar 5.

24%
36%
Apotik
Toko obat

40%

Supermarket/Minimarket

Gambar 5 Data keinginan konsumen terhadap channel
Pengujian solusi terakhir adalah menentukan harga jual yang dapat diterima
oleh konsumen. Berdasarkan hasil pengujian solusi didapatkan sebanyak 34
responden (68%) menyatakan setuju apabila minuman fungsional ini seharga Rp
10 000 – Rp 15 000, sebanyak 10 responden (20%) setuju dengan harga dibawah
Rp 10 000, sebanyak 4 responden (8%) setuju dengan harga Rp 15 000 – Rp 25
000, dan sebanyak 2 responden (4%) setuju dengan harga Rp 25 000 – Rp 35 000.
Kisaran harga yang dapat diterima oleh konsumen sesuai dengan harga jual

18

produk minuman fungsional yaitu sebesar Rp 13 000 per botol. Data
perbandingan harga jual untuk satu botol produk dapat dilihat pada Gambar 6.

8%

4%
20%

< Rp 10.000
Rp 10.000 - Rp 15.0