Induksi Maturasi Secara Hormonal Pada Gonad Ikan Sidat Anguilla Bicolor Bicolor) Dengan Menggunakan Pmsg, Ad Dan Rgh.

INDUKSI MATURASI GONAD IKAN SIDAT (Anguilla bicolor
bicolor) SECARA HORMONAL DENGAN MENGGUNAKAN
PMSG, AD DAN rGH

HADRA FI AHLINA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Induksi Maturasi Gonad
Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) secara Hormonal dengan menggunakan
PMSG, AD dan rGH adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor,

Februari 2015

Hadra Fi Ahlina
C151120041

RINGKASAN

HADRA FI AHLINA. Induksi Maturasi secara Hormonal pada Gonad Ikan Sidat
Anguilla bicolor bicolor) dengan menggunakan PMSG, AD dan rGH. Dibimbin
goleh AGUS OMAN SUDRAJAT, TATAG BUDIARDI dan RIDWAN
AFFANDI.
Ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) adalah ikan potensial bernilai ekonomis
tinggi. Perkembangan budidaya ikan sidat sangat ditentukan oleh ketersediaan
benih yang sampai saat ini masih merupakan hasil tangkapan di alam. Kondisi ini
tidak akan dapat berlangsung lama, sehingga perlu upaya pembenihan ikan sidat.
Sebagai tahap awal kegiatan pembenihan sangat diperlukan penyediaan induk

matang gonad.
Reproduksi pada ikan seperti pada vertebrata tingkat tinggi diatur oleh
sistem endokrin reproduksi yang terdiri dari otak (hipotalamus), kelenjar pituitari
dan gonad. Perlakuan hormon merupakan salah satu solusi pada induk ikan yang
sulit matang gonad pada lingkungan budidaya seperti halnya ikan sidat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek pemberian hormon
Pregnant Mare Serum Gonadothropin (PMSG), Anti Dopamin (AD) dan
recombinant Growth Hormon (rGH) melalui teknik penyuntikan terhadap
perkembangan gonad ikan sidat.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5
perlakuan kombinasi hormon yaitu 10 IU PMSG + 10 ppm AD (P10A), 10 IU
PMSG + 10 ppm AD + 10 µg rGH (P10B), 20 IU PMSG + 10 ppm AD (P20A),
20 IU PMSG + 10 ppm AD + 10 µg rGH (P20B), dan Kontrol (tanpa pemberian
hormon). Ikan yang digunakan adalah ikan yang didapat dari pembudidaya ikan
sidat di Gadog, Jawa Barat, dengan panjang rata-rata 40,6 ± 1,25 cm dan bobot
rata-rata 149 ± 4,32 g sebanyak 24 ekor/perlakuan. Penyuntikan dilakukan secara
intramuskular pada bagian otot dibawah sirip punggung satu kali
seminggu.Pemeliharaan berlangsung selama 10 minggu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan hormon merangsang
perkembangan sperma, serta peningkatan nilai Faktor Kondisi (FK), Indeks

Gonadosomatik (IGS), Indeks Hepatosomatik (IHS), Laju Pertumbuhan Spesifik
(LPS) dan Indeks Mata (IM) pada minggu ke-4 hingga ke-6 setelah penyuntikan.
Nilai GSI P20A (2.291%), P20B (2.134%), P10B (2.065%), P10A (2.037%) dan
PK (1.937%). Nilai HSI pada perlakuan P20A lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan lainnya yakni sebesar 1.188%. Nilai SGR tertinggi P20B (0.514%) dan
nilai IUM juga meningkat pada perlakuan P20B seiring dengan bertambahnya
bobot tubuh dan terendah pada PK (kontrol).
Secara umum induksi kombinasi hormon PMSG, AD dan rGH dapat
merangsang perkembangan testis ikan sidat bobot 149 ± 4,32 gram. Induksi
hormon 20 IU PMSG + 10 ppm AD terbukti memacu pertumbuhan testis sebesar
0,266 g selama enam minggu masa pemeliharaan. Penambahan rGH pada premix
PMSG dan AD lebih menginduksi pertumbuhan somatik dari pada pertumbuhan
gonad, serta proses pematangan gonad pada ikan sidat mengindikasikan adanya
keterlibatan hormon LH selain FSH
Kata kunci: Anguilla bicolor bicolor, anti dopamin, induksi maturasi, PMSG, rGH.

SUMMARY
HADRA FI AHLINA. Hormonally induced gonadal maturation of eels
(Anguilla bicolor bicolor) with the use of PMSG, AD and rGH. Supervised by
AGUS OMAN SUDRAJAT, TATAG BUDIARDI and RIDWAN AFFANDI.

Eel (Anguilla bicolor bicolor) is fish with a potential high economic value.
Eel culture development is largely determined by the availability of seeds from
nature. This condition will not last long, so it is necessary to establish eel hatchery.
Producing seed is an initial important step to provide mature.
Reproduction in fish as in higher vertebrates is regulated by reproductive
endocrine system consists of brain (hypothalamus), pituitary gland, and gonads.
Hormonal treatment is one effective solution to help fish which has maturity
difficulties, like eel.
This study aimed to evaluate the effect of Pregnant Mare Serum hormone
Gonadothropin (PMSG), Anti Dopamine (AD) and recombinant Growth
Hormone (RGH) through injection technique for eel gonadal development.
This study used completely randomized design with 5 treatments of
hormone combination, which were 10 IU PMSG + 10 ppm AD (P10A), 10 IU
PMSG + 10 ppm AD + 10 ug RGH (P10B), 20 IU PMSG + 10 ppm AD (P20A),
20 IU PMSG + 10 ppm AD + 10 ug RGH (P20B), and control (without hormone) .
The fish used is derived from eel farmers in Gadog, West Java, at average length
of 40.6 ± 1.25 cm and average weight of 149 ± 4.32 g with 24 fish / treatment.
Hormone was injected intramuscullarly below the dorsal fin once a week. Fish
were reared for 10 weeks.
The result showed that hormone treatment has stimulated development of

spermatogenesis, as well as an increase in the value of condition factor (CF),
gonadosomatic index (IGS), hepatosomatic index (IHS), Specific Growth Rate
(LPS) and Currency Index (IM) at week-4 to week-6 after injection. IGS value
P20A (2,291 %), P20B (2,134 %), P10B (2,065 %), P10A (2,037 %) and PK
(1,937 %). The highest IHS values was in treatment P20A of all treatments which
was 1,188 %. P20B got the highest LPS value (0514 %) and also there was an
increasing value of IM in treatment P20B as body weight increased and the
lowest was in PK (control).
In general, induction of PMSG hormone combinations, AD, and RGH could
stimulate the development of eel testis at weight 149 ± 4.32 g. Hormonal
induction of 20 IU PMSG + 10 ppm AD has enhanced growth to 0,266 g for sixweek rearing period. The addition of rGH into the premix PMSG and AD has
induced more somatic growth than gonadic growths, and the process of gonadal
maturation in eels has indicated the involvement of LH and FSH hormone.
Keywords: Anguilla bicolor bicolor, anti dopamin, induction of maturation,
PMSG, rGH.

©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

INDUKSI MATURASI GONAD IKAN SIDAT (Anguilla bicolor
bicolor) SECARA HORMONAL DENGAN MENGGUNAKAN
PMSG, AD DAN rGH

HADRA FI AHLINA

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Akuakultur

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Eddy Supriyono, MSc

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Yang Maha Sempurna Allah
subhanahu wa ta’ala karena hanya dengan segala ridha dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan studi, penelitian serta penulisan tesis yang berjudul Induksi
Maturasi secara Hormonal pada Gonad Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor)
dengan Menggunakan PMSG, AD dan rGH.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Agus Oman
Sudrajat, MSc, Bapak Dr Ir Tatag Budiardi, MSi dan Bapak Prof Dr Ir Ridwan
Affandi, DEA selaku dosen pembimbing atas waktu, saran, masukan ilmu dan
motivasi semangat untuk terus berjuang dan berusaha hingga penyusunan tesis ini
dapat diselesaikan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada kedua
orang tua, Ayahanda Drs M Husni Thamrin dan Ibunda Rahmawati, S.Pd atas
do’a, keringat dan air mata serta mencurahkan seluruh kasih sayang, perhatian dan
pengertiannya kepada penulis untuk terus maju menggapai cita-cita. Terimakasih

untuk kakak adik tercinta Hadra Fi Magfirah, S.Sos, Hadra Fi Kharisma, S.Pd,
Anugrah Ganda Putra, A.Md, Anugrah Firasat Putra dan Anugrah Qodrat
Ramadhana Putra yang telah memberikan do’a, kasih sayang, perhatian,
pengertian serta kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi S2 ini.
Terimakasih juga untuk teman seperjuangan, senasib dan sepenanggungan
yang sudah rela direpotkan oleh proses penyelesaian studi ini Mahdaliana, Anita
Prihatini Ilyas, Rodhi Firmansyah, Achmad Akmal, Nadia Mega Aryani dan
Aprilia M Tomasoa, serta teman-teman Pascasarjana Ilmu Akuakultur 2012 atas
motivasi yang tulus, serta sumbangan tenaga dan fikiran baik dalam penyelesaian
studi, penelitian maupun penulisan tesis ini.
Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat dan dapat
memberikan tambahan ilmu dan informasi bagi pembaca.

Bogor, Januari 2015
Hadra Fi Ahlina

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Kerangka Pemikiran
Tujuan
Manfaat
Hipotesis

1
1
3

4
4
4
4

2 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Prosedur Penelitian
Parameter Penelitian
Analisis Data

5
5
5
8
10

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan


10
10
19

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

24
24
24

DAFTAR PUSTAKA

25

LAMPIRAN

29

RIWAYAT HIDUP

36

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.

5.
6.

Kombinasi hormon perlakuan
Ciri-ciri perkembangan testis ikan Sidat
Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan
Nilai Laju pertumbuhan spesifik (LPS), Faktor Kondisi (FK) dan
Indeks Mata (IM) ikan Sidat pada setiap perlakuan selama
pemeliharaan
Nilai Indeks Hepatosomatik (IHS) dan Indeks Gonadosomatik (IGS)
ikan sidat pada setiap perlakuan selama pemeliharaan
Status kelamin dan ciri-ciri ikan sidat hasil induksi hormonal setiap
perlakuan selama pemeliharaan

5
9
10

11
13
18

DAFTAR GAMBAR
1

Laju pertumbuhan spesifik ikan sidat pada setiap perlakuan selama
pemeliharaan
2 Faktor kondisi ikan sidat pada setiap perlakuan selama pemeliharaan
3 Indeks mata ikan sidat pada setiap perlakuan selama pemeliharaan
4 Indeks hepatosomatik ikan sidat pada setiap perlakuan selama
pemeliharaan
5 Indeks gonadosomatik ikan sidat pada setiap perlakuan selama
pemeliharaan
6 Struktur anatomi gonad ikan sidat
7 Struktur gonad ikan sidat setiap perlakuan
8 Struktur histologis gonad ikan Sidat pada setiap perlakuan selama
induksi hormon minggu ke-0 (M0), minggu ke-2 (M2) dan minggu
ke-6 (M6)
9 Konsentrasi Estradiol dalam darah ikan sidat pada setiap perlakuan
selama pemeliharaan (awal, tengah dan akhir)
10 Konsentrasi Folicle Stimulating Hormone (FSH) dalam darah ikan
sidat pada setiap perlakuan selama pemeliharaan (awal, tengah dan
akhir)
11 Konsentrasi Luteinizing Hormone (LH) dalam darah ikan sidat pada
setiap perlakuan selama pemeliharaan (awal, tengah dan akhir)
12 Analisis proksimat daging ikan Sidat pada setiap perlakuan selama
masa pemeliharaan

11
12
12
13
14
14
15

16
17

17
17
19

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Dokumentasi persiapan wadah
Prosedur penyuntikan
Prosedur pembuatan histologis gonad
Prosedur pengukuran profil hormon dengan ELISA
Prosedur analisis proksimat

30
31
32
33
34

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang sangat
besar yang belum dimanfaatkan secara optimal. Ikan sidat (Anguilla bicolor
bicolor) merupakan salah satu komoditas perikanan yang belum banyak dikenal
masyarakat. Padahal ikan yang mirip dengan belut ini memiliki potensi luar biasa
baik sebagai komoditas dalam negeri maupun internasional. Ikan yang bernilai
ekonomis tinggi ini banyak dikonsumsi di negara-negara maju, seperti Jepang,
Hongkong, Jerman dan Italia. Negara konsumen terbesar ikan sidat adalah Jepang.
Negara tersebut mengkonsumsi rata-rata 120.000 ton ikan sidat per tahunnya
(Kagawa et al. 2006). Ikan sidat memiliki nilai jual yang tinggi, untuk jenis
Anguilla bicolor bicolor ukuran konsumsi di pasar lokal harganya berkisar antara
Rp 200.000 s.d Rp 300.000/kg, sedangkan di pasar internasional Rp 600.000 s.d
Rp 1.000.000/kg. Indonesia merupakan salah satu negara yang berpeluang besar
untuk menjadi pemasok ikan sidat ke pasar internasional. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya ikan sidat yang ditemukan di perairan Indonesia, baik ukuran
konsumsi maupun ukuran benih.
Budidaya ikan sidat di Indonesia saat ini masih sangat terbatas, karena
masyarakat belum menguasai teknologi budidayanya serta informasi pasarnya pun
belum memadai. Benih untuk keperluan budidaya cukup tersedia, terutama di
muara-muara sungai di pantai selatan Jawa, pantai barat Sumatera dan pantai di
Sulawesi. Penangkapan benih ikan sidat dari alam secara terus menerus dan tanpa
adanya pengendalian dapat menyebabkan masalah pada produksi, reproduksi dan
populasi. Dengan demikian untuk menghindari terjadinya hal tersebut di masa
yang akan datang, perlu dilakukan upaya untuk memproduksi benih secara
terkontrol.
Dalam kegiatan pembenihan secara terkontrol, ketersediaan induk
merupakan prasyarat utama. Pada usaha produksi benih ikan sidat penyediaan
induk masih merupakan kendala, karena adanya perbedaan ukuran dewasa antara
individu jantan dan betina. Disamping itu kegiatan pembesaran ikan sidat hanya
terbatas pada target ukuran konsumsi saja, belum ada upaya lebih lanjut untuk
menghasilkan calon induk untuk kegiatan restocking dan produksi benih ikan
sidat di masa mendatang.
Untuk menopang pengembangan usaha budidaya ikan sidat tersebut,
ketersediaan benih dengan kualitas yang baik dan kontinuitas jumlah merupakan
hal yang harus diusahakan. Informasi dasar yang penting diketahui antara lain
adalah aspek reproduksi (kematangan gonad, struktur ovarium, status seksual,
fekunditas) yang berguna untuk kegiatan pembenihan. Berbagai teknologi telah
dilakukan untuk menunjang penyediaan induk yang berkualitas agar siap
bereproduksi, baik dengan manipulasi lingkungan, nutrisi maupun teknik seleksi.
Demikian pula teknik manipulasi hormonal kedalam tubuh ikan baik secara oral,
injeksi maupun implantasi untuk merangsang pematangan gonad.
Reproduksi pada ikan seperti pada vertebrata tingkat tinggi diatur oleh
sistem endokrin reproduksi yang terdiri dari otak (hipotalamus), kelenjar pituitari
dan gonad. Perlakuan hormon merupakan salah satu solusi pada pembenihan ikan
yang sulit matang gonad pada lingkungan budidaya seperti halnya ikan sidat. Pada

2

kondisi budidaya gonad dan proses vitellogenesis ikan sidat sulit untuk
berkembang (Ijiri et al. 1998).
Pematangan gonad secara buatan dengan rekayasa hormon telah banyak
dilakukan. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan pada beberapa
jenis Anguilla, menunjukkan bahwa pematangan gonad ikan sidat juga dapat
diinduksi secara hormonal. Uji coba yang dilakukan oleh Fontaine (1964) dalam
Boetius & Boetius (1980) melakukan perlakuan dengan Carp Pituitary Extract
(CPE) memperoleh GSI maksimum sebesar 40%; dalam percobaan tersebut telur
berhasil dikeluarkan akan tetapi tidak dilakukan fertilisasi. Selanjutnya Boetius &
Boetius (1980) di Laboratorium Danish Institute of Fisheries Denmark telah
melakukan penelitian tentang pematangan gonad pada ikan sidat Eropa, A.
anguilla dengan menggunakan hormon hCG dan hormon gonad mamalia
menghasilkan indeks kematangan gonad (IKG) / Gonado Somatic Index (GSI)
maksimum sebesar 12,6% pada A. anguilla. Di Perancis, Polandia, Denmark dan
Jepang, uji coba pematangan gonad ikan sidat melalui injeksi hormon dan
hipofisasi telah berhasil mencapai kematangan penuh (Bieniarz dan Epler 1977).
Penelitian yang dilakukan oleh Ohta (1997) telah berhasil menginduksi
ovulasi A. japonica dengan penyuntikan 17α,20β-dihydroxy-4-pregnen-3-one
(DHP) yang dikombinasikan dengan ekstrak hipofisis salmon dan menghasilkan
telur dengan derajat pembuahan (10,3%) dan derajat penetasan (50,6%).
Kemudian Rovara (2007) telah berhasil menginduksi maturasi A. bicolor bicolor
dengan penyuntikan ekstrak hipofisis yang menghasilkan GSI 3,37% dan HSI
2,27%.
Metode yang digunakan untuk menginduksi pematangan atau maturasi oosit
pada sidat mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Rovara (2007) yaitu
menggunakan ekstrak hipofisa. Akhir-akhir ini banyak penelitian menggunakan
Pregnant Mare Serum Gonadothropin (PMSG) untuk menginduksi kematangan
gonad. Misalnya penggunaan kombinasi hormon 20 IU PMSG dan 10 IU HCG
per kg ikan serta penambahan vitamin mix sebesar 100 mg/kg ikan dapat
merangsang rematurasi gonad ikan patin selama enam minggu (Febriana, 2010).
PMSG adalah hormon yang terdapat dalam serum bangsa equidae (kuda,
kuldi dan zebra) yang sedang bunting dan memiliki cara kerja merangsang
pertumbuhan sel-sel interstitial dan pembentukan sel-sel lutea. PMSG telah
digunakan pada ikan lele dengan kombinasi hormon PMSG dan HCG terhadap
ovulasinya (Basuki, 1990).
Antidopamin (AD) merupakan suatu zat kimia yang biasa digunakan untuk
menyuntik ikan sebelum ditemukannya ovaprim. Chen dan Fernald (2008)
menyatakan bahwa antidopamin adalah bahan kimia yang dapat menghentikan
kerja dopamin. Dopamin merupakan neurotransmitter yang berperan dalam
menghambat pematangan gonad. Dopamin menghambat pematangan gonad
dengan menstimulasi sekresi hormon penghambat perkembangan gonad (GIH).
Kombinasi hormon PMSG dan antidopamin diharapkan mampu
memberikan hasil yang optimal pada pematangan gonad ikan sidat. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka dibutuhkan hormon lain untuk memacu pertumbuhan
ikan sehingga ikan dapat terdiferensiasi dan tumbuh cepat tanpa adanya efek
samping. Salah satu hormon yang dapat digunakan untuk memacu pertumbuhan
ikan adalah recombinant Growth Hormon (rGH). rGH merupakan salah satu
hormon hidrofilik polipeptida yang tersusun atas asam amino. Penggunaan

3

teknologi protein rGH untuk mempercepat pertumbuhan ikan sudah banyak
dilakukan di daerah sub tropis pada beberapa spesies ikan yang berbeda.
Pemberian rGH pada ikan rainbow trout dapat meningkatkan pertumbuhan
sebesar 50% dibandingkan dengan ikan kontrol (Sekine et al. 1985). Pada ikan
baronang pemberian rGH selama empat minggu dapat meningkatkan bobot tubuh
sebesar 20% dibandingkan kontrol (Funkenstein et al. 2005). Pemberian rGH ikan
mas sebesar 0,1 μg/g bobot tubuh pada benih ikan nila dapat meningkatkan bobot
tubuh sebesar 53,1% dibandingkan dengan kontrol (Li et al. 2003). Penggunaan
GH dapat dilakukan melalui beberapa metode, yaitu melalui oral, perendaman,
dan penyuntikan. Metode perendaman dan oral merupakan metode yang relatif
lebih mudah untuk diaplikasikan dalam budidaya. Alimuddin et al. (2010) telah
berhasil membuat protein hormon pertumbuhan rekombinan (rGH) ikan gurame,
ikan mas, dan ikan kerapu kertang. Acosta et al. (2007) melaporkan perendaman
hormon pertumbuhan dapat meningkatkan bobot ikan nila sebesar 171%.
Pemberian rGH yang berbeda pada ikan nila melalui teknik penyuntikan
atau induksi berhasil meningkatkan bobot sebesar 20,94% (rGH ikan kerapu
kertang); 18,09% (rGH ikan mas); 16,99% (rGH ikan gurame) (Lesmana 2010).
Penelitian pada ikan sidat yang dilakukan oleh Boyun (2012) menyatakan bahwa
pemberian rGH melalui perendaman dan oral pada glass eel sebanyak 12 mg/l
dapat meningkatkan pertumbuhan ikan sidat sebesar 37,4% lebih tinggi
dibandingkan dengan kontrol. Dengan demikian perlakuan kombinasi hormon ini
sangat diperlukan untuk menginduksi tahap perkembangan gonad ikan sidat.
Usaha pemijahan buatan ikan sidat secara hormonal sampai saat ini masih terus
dikembangkan pada ikan sidat Eropa (A. anguilla) sidat New Zealand (A.
dieffenbachi, A. australis) dan terutama untuk sidat Jepang khususnya A. japonica
(Ohta et al. 1997, Kagawa et al. 1997), pemijahan buatan pada sidat lokal
Indonesia sampai saat ini masih belum pernah dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek pemberian hormon PMSG,
AD dan rGH melalui teknik induksi terhadap perkembangan gonad ikan sidat.
Berbagai penelitian telah dilakukan namun belum mendapatkan hasil yang
optimal baik melalui rangsangan internal maupun eksternal. Berdasarkan
pertimbangan tersebut perlu dikembangkan teknologi sebagai jalan pintas untuk
menghasilkan ikan sidat yang matang gonad. Teknologi yang berkembang saat ini
telah memberikan peluang yang amat besar untuk merealisasikan tujuan tersebut.
Perumusan Masalah
Perkembangan budidaya ikan sidat sangat ditentukan oleh ketersediaan
benih yang sampai saat ini masih merupakan hasil tangkapan di alam. Kondisi ini
tidak akan dapat berlangsung lama, sehingga perlu upaya pembenihan ikan sidat.
Sebagai tahap awal kegiatan pembenihan sangat diperlukan penyediaan induk
matang gonad.
Manipulasi reproduksi induk ikan dapat dilakukan melalui manipulasi
secara hormonal. Reproduksi pada ikan, seperti pada vertebrata tingkat tinggi
diatur oleh sistem endrokin reproduksi yang terdiri dari otak (hypothalamus),
kelenjar pituitari dan gonad. Pada ikan, gonadotropin adalah hormon pituitari
utama yang bertanggung jawab mengatur pematangan seksual dan perkembangan
gamet (Swanson 2008). PMSG, AD dan rGH telah diketahui berperan dalam
reproduksi ikan.

4

Dalam penelitian ini PMSG, AD dan rGH akan digunakan untuk
menginduksi pematangan gonad ikan. Namun dosis kombinasi dan peran dari
hormon tersebut dalam pematangan gonad ikan sidat belum diketahui. Oleh
karena itu, penggunaan hormon PMSG, AD dan rGH dengan kombinasi ini
diharapkan mampu menginduksi pematangan gonad pada ikan sidat, sehingga
diperoleh induk matang gonad yang siap untuk dipijahkan.
Kerangka Pemikiran
Mekanisme hormonal untuk pematangan gonad melibatkan Gn-RH,
gonadotropin, estradiol-17β, testosteron, dan 17α-20βdihidroksiprogesteron. Anti
dopamin akan memblok dopamin yang disekresikan oleh hipotalamus. FSH
eksogenous pada PMSG akan bekerja pada organ target (gonad) yang merangsang
terjadinya lonjakan kadar GnRH sehingga mempengaruhi pituitary untuk
memproduksi FSH, merangsang oosit untuk mensintesis testosteron pada lapisan
teka dan mengubahnya menjadi estradiol 17β. Eestradiol 17β merangsang hati
untuk mensintesis vitelogenin yang merupakan bakal kuning telur, setelah
vitelogenin diserap oleh oosit sampai ukuran maksimum akan memberikan
feedback positif ke hipotalamus untuk memproduksi GnRH dan merangsang
pituitary memproduksi LH yang mengakibatkan ovulasi. Hormon pertumbuhan
akan merangsang pituitary untuk mengatur beberapa aspek fisiologi seperti
pertumbuhan, metabolisme, osmoregulasi, fungsi kekebalan tubuh, reproduksi,
dan merangsang hati untuk menghasilkan insulin-like growth factor-1 / IGF-I.
Dengan demikian hal ini dapat membantu proses pematangan ikan sidat.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek pemberian hormon PMSG,
AD dan rGH melalui teknik penyuntikan terhadap perkembangan gonad ikan sidat
(Anguilla bicolor bicolor).
Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
reproduksi dan pematangan gonad ikan sidat sebagai salah satu teknik alternatif
yang dapat diterapkan dalam upaya pengembangan usaha budidaya khususnya
pembenihan ikan sidat serta dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan
teknologi, khususnya dibidang reproduksi ikan sidat.

Hipotesis
Pemberian hormon PMSG, AD dan rGH yang tepat akan mempercepat
perkembangan gonad sehingga dapat menghasilkan induk ikan sidat yang matang
gonad.

5

2 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan di Laboratorium Fisiologi Hewan
Air, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Pembuatan preparat
histologis dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan. Analisis konsentrasi
hormon estradiol, FSH dan LH dilakukan di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor.
Prosedur Penelitian
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Penelitian menggunakan perlakuan kombinasi hormon PMSG +
Antidopamin (oodev) dan hormon pertumbuhan (rGH) dengan ulangan individu
24 ekor. Hormon dikombinasikan sesuai dosis perlakuan yang tercantum pada
Tabel 1.
Tabel 1 Kombinasi hormon perlakuan
Perlakuan

PMSG (IU)

1
2
3
4
5

AD (ppm)

rGH (µg)

Larutan fisiologis (NaCl)
10
10
20
20

10
10
10
10

Kode Perlakuan
PK (Kontrol)

10
10

P10A
P10B
P20A
P20B

Persiapan Wadah
Wadah yang akan digunakan pada pematangan gonad ikan sidat ini berupa
bak berdinding keramik berukuran 1,7x1,7x1 m. Wadah dicuci bersih dan
dikeringkan. Didalam bak tersebut ditempatkan 4 hapa untuk penebaran dengan
ukuran masing-masing 85x85x100 cm3. Bak pemeliharaan dilengkapi dengan
sistem aerasi dengan tambahan filter yang terbuat dari drum plastik berukuran
kecil yang telah diisi dengan zeolit, karbon aktif, karang jahe dan kapas
(Lampiran 1).
Persiapan Media
Air sebagai media yang digunakan untuk pemeliharaan adalah air laut
bersalinitas 30 ppt. Bak diisi air setinggi 75 cm menggunakan air tawar dari air
PAM IPB yang telah diendapkan terlebih dahulu selama 24 jam. Setelah itu air
dibuang dan diisi kembali dengan air tawar bersih setinggi 15 cm untuk persiapan
proses aklimatisasi. Air laut diendapkan di bak tandon sebelum digunakan
(Lampiran 1).

6

Persiapan Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan adalah ikan sidat Anguilla bicolor bicolor
dengan bobot 149±4,32 g/ekor. Ikan ini adalah ikan yang diangkut dari
pembudidaya menggunakan plastik yang sudah diisi oksigen dengan lama
perjalanan 2 jam. Setelah berada di lokasi penelitian, dilakukan proses
aklimatisasi.
Aklimatisasi
Penanganan terhadap ikan sidat setelah pengangkutan harus dilakukan
dengan hati-hati agar ikan tidak stres. Kantong plastik berisi ikan sidat
dimasukkan dan diapungkan ke dalam bak. Ikatan pada kantong plastik dibuka
dan secara perlahan posisi kantong dimiringkan kearah mulut kantong. Air dalam
bak dan air dalam kantong dibiarkan dengan sendirinya. Ikan sidat dibiarkan
keluar sendiri dari kantong plastik tersebut. Selama 3 hari pertama, ikan tidak
diberi pakan. Hari selanjutnya ikan dibiasakan dengan pakan buatan berkadar
protein tinggi. Aklimatisasi di dalam bak penampungan ini dilakukan selama 2
minggu. Selama masa aklimatisasi di dalam bak penampungan tersebut, ikan
sudah terbiasa dengan lingkungan baru dan pakan. Selanjutnya ikan dipindahkan
ke dalam bak percobaan dan dilanjutkan dengan proses aklimatisasi air laut dan
penebaran.
Proses aklimatisasi air laut dilakukan langsung di dalam bak percobaan. Bak
diisi air tawar setinggi 15 cm yang dilengkapi dengan aerasi baik serta penutup
dari plastik hitam dan dilakukan penebaran ikan uji. Bak percobaan yang sudah
berisi air tawar setinggi 15 cm dan ikan uji masing-masing perlakuan tersebut,
ditambah dengan air laut setinggi 10 cm hingga ketinggian air mencapai 25 cm
dengan salinitas 5 ppt. Ikan dibiasakan pada kisaran salinitas tersebut selama 1
malam. Hari berikutnya, air bak percobaan dikurangi 10 cm kemudian ditambah
lagi dengan air laut 10 cm, begitu seterusnya hingga kisaran salinitas mencapai 30
ppt dan diatur agar adaptasi ikan terhadap perubahan salinitas dapat berjalan
dengan baik. Proses aklimatisasi air laut ini berlangsung sealama 3 hari dan
selama proses ini, ikan tidak diberi pakan.
Pemeliharaan
Padat Tebar, Manajemen Air dan Pakan
Ikan sidat yang akan digunakan dalam percobaan ini diukur panjang dan
ditimbang bobot tubuhnya untuk menentukan jumlah pakan yang akan diberikan.
Selanjutnya ikan ditebar yang dibagi ke dalam 5 bak perlakuan masing-masing 24
ekor.
Proses perkembangan gonad ikan sidat dilakukan pada media yang
bersalinitas. Setiap 2 hari sekali dilakukan penggantian air sebanyak 75% di pagi
hari. Pada waktu penggantian air, bak disifon untuk membuang sisa pakan dan
kotoran yang menumpuk di dasar.
Pakan yang diberikan selama proses pematangan berupa pelet dengan
kandungan protein 45%. Setelah adaptasi air laut selama 3 hari, selanjutnya ikan
kembali diadaptasi dengan pakan. Ikan diberi pakan sebanyak 3% biomassa ikan
per perlakuan dengan frekuensi 3 kali sehari yakni pagi (pukul 07.00 wib)
sebanyak 20%, siang (pukul 14.00 wib) sebanyak 30% dan malam (pukul 20.00
wib) sebanyak 50%. Adaptasi pakan pada media bersalinitas ini dilakukan selama

7

2 minggu untuk membiasakan ikan kembali mempunyai nafsu makan yang baik
dan stabil pada lingkungan bersalinitas.
Pembiusan dan Penyuntikan
Pembiusan dilakukan dengan menggunakan obat bius stabilizer dengan
dosis 1 ml/0,5 L air selama tiga menit, kemudian dilakukan pengukuran panjang
dan bobot tubuh ikan. Pengukuran panjang menggunakan mistar dengan ketelitian
1 mm, sedangkan penimbangan bobot menggunakan timbangan digital dengan
ketelitian 0,01 g.
Penyuntikan dilakukan secara intramuskular dengan hormon perlakuan
sesuai dengan dosis satu kali seminggu. Percobaan berlangsung selama 10 minggu.
Ikan yang telah disuntik dimasukkan pada wadah dengan aerasi yang kuat selama
6 sampai 10 menit (Lampiran 2).
Pengambilan Sampel dan Pembuatan Preparat Histologis
Sampel yang diambil adalah berupa organ hati dan gonad ikan. Pengambilan
sampel hati dan gonad dilakukan untuk penghitungan indeks hepatosomatik serta
indeks gonadosomatik, sedangkan histologi gonad dilakukan untuk mengetahui
status kelamin ikan sidat. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 5 kali selama
penelitian dengan selang waktu dua minggu sekali. Ikan diambil 3 ekor/perlakuan
untuk dibedah pada bagian anus hingga kepala, kemudian diambil bagian gonad
dan hatinya dengan perlahan. Sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam botol
film yang diberi buffered neutral formalin (BNF). Kemudian gonad dicuci dengan
air bersih dan dihistologis menggunakan metode Gunarso (1989) dengan
pemotongan spesimen setebal 6-7 µm (Lampiran 3).
Analisis Hormon
Fluktuasi hormon dalam tubuh ikan sidat diukur melalui pengambilan darah
terhadap ikan dengan sampel 2 ekor/perlakuan pada awal, tengah dan akhir
penelitian. Darah diambil dari arteri pada pangkal ekor sebanyak 1 ml
menggunakan syringe bervolume 1 ml yang sebelumnya telah dibilas dengan anti
koagulan agar darah yang diambil tidak membeku. Sampel darah selanjutnya
disentrifus dengan kecepatan 5000 rpm selama 15 menit. Plasma darah diambil
dan disimpan pada freezer bersuhu -20 0C selama 12 jam dan selanjutnya
dilakukan pengukuran dengan menggunakan metode Vidas ELISA kit (Lampiran
4).
Analisis Proksimat
Analisis proksimat yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kandungan energi yang dapat dimanfaatkan oleh ikan. Analisis
proksimat yang dilakukan berdasarkan prosedur Takeuchi (1988) yang meliputi
analisis pakan, kadar protein, lemak dan karbohidrat sebagai sumber energi bagi
ikan (Lampiran 5).
Pengukuran Kualitas air
Kualitas air yang diamati antara lain adalah oksigen terlarut (DO), suhu (°C),
pH, salinitas, amoniak dan nitrit. Pengamatan kualitas air penelitian dilakukan
satu minggu sekali. Kualitas air diukur dengan alat yaitu: kandungan oksigen

8

terlarut (DO) menggunakan alat DO-meter (mg/L), suhu air menggunakan
termometer (°C), nilai pH menggunakan kertas lakmus, salinitas menggunakan
salinometer (g/l) dan amoniak menggunakan spektrofotometer (mg/l). Penentuan
kadar oksigen terlarut dan amoniak di lakukan di laboratorium dengan membawa
sampel air media penelitian.
Parameter Penelitian
Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan
Laju pertumbuhan spesifik atau Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) ikan
akan dihitung dengan rumus :
LPS =

̅̅̅̅

̅̅̅̅̅

Keterangan:
LPS : laju pertumbuhan spesifik (%)
̅t
: bobot rata-rata ikan pada akhir penelitian (g)
̅o
: bobot rata-rata ikan pada awal penelitian (g)
T
: periode penelitian (hari)
Faktor Kondisi
Faktor kodisi merupakan perbandingan antara panjang dan bobot tubuh
ikan selama masa pemeliharaan. Penentuan faktor kondisi ini menggunakan
rumus (Shreck dan Moyle 1990):
FK

= W / L³ x 100

Keterangan:
FK
= Faktor Kondisi
W
= Bobot tubuh ikan (g)
L
= Panjang tubuh ikan (cm)
Indeks Mata
Indeks mata ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut (Pankhurst,
1982) :
[{(A+B) / 4}² x π / L ] x100
Keterangan:
A
= diameter mata secara horizontal (cm)
B
= diameter mata secara vertikal (cm)
L
= panjang tubuh total (cm)
Indeks Hepatosomatik (IHS)
Indeks hepatosomatik merupakan parameter persentase antara bobot hepatik
dengan bobot tubuh total. Pengamatan ini dilakukan pada awal (M0), tengah (M2,
M4 dan M6) dan akhir penelitian (M8).
HSI = [Wh/W]x100

9

Keterangan:
IHS = indeks hepatosomatik (%)
Wh = bobot hati (g)
Wi = bobot tubuh ikan (g)
Indeks Gonadosomatik (IGS)
Indeks gonadosomatik merupakan sebuah nilai perbandingan antara bobot
gonad dengan keseluruhan bobot tubuh ikan. Pengamatan dilakukan pada awal,
tengah dan akhir penelitian. Rumus yang digunakan dalam pengamatan parameter
gonadosomatik indeks adalah sebagai berikut:
IGS =

Bg
x 100
Bt

Keterangan :
IGS = indeks gonadosomatik (%)
Bg = bobot gonad (g)
Bt = bobot tubuh (g)
Struktur Anatomi dan Histologi
Struktur anatomi dan histologi diamati untuk melihat perbedaan antara
struktur anatomi dan histologi ikan sidat yang diberi perlakuan hormon dan tanpa
perlakuan hormon yang diamati secara deskriptif.
Status Kelamin
Penentuan status kelamin dari ikan sidat dilakukan dengan cara pengamatan
morfologi dari warna perut, warna gonad, tahap perkembangan dan status gonad.
Pengamatan ini dilakukan pada akhir penelitian (minggu ke-8).
Tabel 2 Ciri-ciri perkembangan testis ikan Sidat (Miura et al. 2011)
Tahap
Ciri-ciri
perkembangan
Spermatogonia Inti sel besar, diselimuti kapsul seminiferus, jumlah
tipe A
inti dalam 1 kapsul masih sedikit, jumlah kapsul
masih jarang, kapsul berwarna merah
Spermatogonia Inti sel mulai mengecil, masih di dalam kapsul,
tipe B
jumlah inti dan kapsul semakin merata dipermukaan
jaringan
Spermatosit
Inti sel kecil, sebagian masih berada dalam kapsul,
kapsul seminiferous transparan
Spermatid
Inti sel kecil yang memenuhi permukaan jaringan,
padat, merata
Spermatozoa
Massa spermatozoa berwarna biru kehitaman dan
mempunyai ekor

TKG
I

I

II
III
IV

Profil Hormon
Pada perkembangan gonad ikan sidat, hormon yang harus diketahui
fluktuasinya antara lain adalah hormon Estradiol, folicle stimulating hormon
(FSH) dan luteinizing hormon (LH).

10

Analisis Proksimat
Dalam penelitian ini perlu diketahui kandungan energi yang dimanfaatkan
oleh ikan, maka perlu dilakukan analisis proksimat pakan dan daging ikan sidat.
Kualitas Air
Kualitas air selama penelitian dijaga kestabilan kondisinya. Hasil
pengukuran kualitas air pemeliharaan ikan sidat dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian
Parameter
Kisaran hasil
Kualitas Air
Kualitas
Satuan
Pengukuran
Optimum
Air
DO
7,0-7,3
mg/l
> 3,0
Ph
6,7-6,8
7-8
Suhu
27-28
°C
28-32
Salinitas
25-30
g/l
Nitrit
0,6-0,7
mg/l