Induksi Pematangan Gonad Ikan Sidat (Anguilla Bicolor Bicolor) Ukuran 200 G Secara Hormonal Menggunakan Pregnant Mare Serum Gnadotropin, Antidopamin Dan Estradiol-17β.

INDUKSI PEMATANGAN GONAD IKAN SIDAT (Anguilla
bicolor bicolor) UKURAN 200 g SECARA HORMONAL
MENGGUNAKAN PREGNANT MARE SERUM
GONADOTROPIN, ANTIDOPAMIN DAN ESTRADIOL-17β

APRELIA MARTINA TOMASOA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Induksi Pematangan
Gonad Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) Ukuran 200 g secara Hormonal
Menggunakan Pregnant Mare Serum Gonadotropin, Antidopamin dan
Estradiol-17β” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2015

Aprelia Martina Tomasoa
NIM C151114101

RINGKASAN
APRELIA MARTINA TOMASOA. Induksi Pematangan Gonad Ikan Sidat
(Anguilla bicolor bicolor) Ukuran 200 g secara Hormonal menggunakan
Pregnant Mare Serum Gnadotropin, Antidopamin dan Estradiol-17β. Dibimbing
oleh AGUS OMAN SUDRAJAT dan MUHAMMAD ZAIRIN JUNIOR.
Ikan sidat merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang memiliki
potensi untuk dikembangkan dan permintaan yang tinggi. Pemenuhan
permintaan tersebut memerlukan ketersediaan benih dalam jumlah besar, induk
matang gonad dan berkelanjutan. Dari segi ketersediaan benih dan induk matang
gonad terdapat kendala yaitu benih ikan sidat di dunia masih berasal dari
penangkapan alam dan perkembangan gonad ikan sidat yang lambat. Oleh sebab

itu, perlu dilakukan induksi pada perkembangan gonad ikan sidat. Bahan yang
digunakan dalam induksi perkembangan gonad ikan adalah menggunakan
hormon. Dalam penelitian ini menggunakan hormon Pregnan Mare Serum
Gonadotropin (PMSG), Antidopamin (AD) dan Estradiol-17β (E2).
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemberian PMSG, AD dan E2
terhadap induksi pematangan gonad ikan sidat secara hormonal, menentukan
status kelamin dan tingkat kematangan gonad serta menentukan kombinasi
hormon yang efektif untuk menginduksi pematangan gonad. Rancangan
penelitian yang diterapkan adalah Rancangan Acak Lengkap terdapat lima
kombinasi perlakuan dengan tiga ulangan secara individu. Perlakuan yang
diberikan meliputi NaCl 0,95% (PK), 10 IU PMSG + 0,01 mg AD (P10A), 20
IU PMSG + 0,01 mg AD (P20A), 10 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E 2
(P10AE) dan 20 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E2 (P20AE). Dosis yang
digunakan adalah satu mL kg-1 ikan sidat. Ikan sidat yang digunakan dengan
bobot tubuh 200±15 g dan panjang 43±5 cm sebanyak 24 ekor/perlakuan.
Induksi dilakukan dengan teknik penyuntikan secara intramuscular pada otot di
bawah sirip punggung satu kali seminggu selama delapan minggu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan sidat yang diinduksi dengan
perlakuan kombinasi hormon mengalami percepatan perkembangan gonad. Ikan
sidat yang dinduksi dengan kombinasi hormon P10A, P20A, P10BE dan P20BE

menghasilkan ikan sidat jantan. Gambaran histologi menunjukkan perlakuan
P10BE efektif merangsang spermatogenesis sampai tahap spermatid dan
meningkatkan nilai GSI, TKG III dan kadar lemak yang menunjukkan peran
aktif pada proses pematangan gonad sidat. Perkembangan pematangan gonad
ikan sidat ditandai dengan peningkatan hormon T, E2, FSH dan LH secara
bersamaan yang dimulai dari minggu ke-4. Setelah minggu ke-4, kadar E2 dan
FSH secara perlahan menurun sementara kadar T dan LH terus meningkat
sampai minggu ke-8 yaitu 1,2 ng/mL dan 2,8 mIU/mL. Kadar hormon T
meningkat secara paralel dengan LH. Perlakuan 10 IU PMSG + 0,01 mg AD +
150 µg E2 efektif menginduksi sidat 200 g menjadi jantan matang gonad dalam
waktu delapan minggu. Hormon FSH dan LH terindikasi secara bersamaan
terlibat dalam proses pematangan gonad ikan sidat.
Kata kunci : Anguilla bicolor bicolor, hormon, maturasi, pertumbuhan gonad

SUMMARY
APRELIA MARTINA TOMASOA. Gonadal maturation of eel (Anguilla bicolor
bicolor) size of 200 g by hormonal treatment using Pregnant Mare Serum
Gonadotropin, Antidopamin and Estradiol-17β. Supervised by AGUS OMAN
SUDRAJAT and MUHAMMAD ZAIRIN JUNIOR.
Eel is one of aquatic resources which is potential to develop and has high

demand. Fulfilling the demand requires sustainability of larvae stock and mature
broodstock. One of problems in eel culture is the limited stock of larvae because
it mainly depends on nature catch and the slow process of broodstock
maturation. Hormonal induction is one of solutions to enhance eel gonadal
development. In present study hormonal induction was performed by using
Pregnan Mare Serum Gonadotropin (PMSG), Antidopamine (AD) dan
Estradiol-17β (E2).
This research was aimed to evaluate and to find out the most effective
hormone combination of PMSG, AD and E2 on gonadal maturation and sex
determination of eel. The experiment was carried out in complete random design
with 5 treatments in triplicates. The treatments applied were NaCl 0.95% (PK),
10 IU PMSG + 0.01 mg AD (P10A), 20 IU PMSG + 0.01 mg AD (P20A), 10 IU
PMSG + 0.01 mg AD + 150 µg E2 (P10AE) and 20 IU PMSG + 0.01 mg AD +
150 µg E2 (P20AE). Prior to treatment, eel was at initial weight of 200±15 g and
at length of 43±5 cm, and at density of 24 ind/treatment. Hormone was given at
dose of 1 mL/kg intramuscularly, once a week during 8 weeks of rearing period.
The results showed that the eels were induced by treatment with a
combination of hormones experiencing gonadal development. Eel that induce
with a combination of hormones P10A, P20A, P10AE and P20AE produce male
eel. Histology showed P10AE effective treatment to stimulate spermatogenesis

spermatid stage and increase GSI, gonadomaturation index III and fat content
which showed active role on gonadal maturation process of eel. The
development of gonadal maturation eels characterized by increased hormone T,
E2, FSH and LH simultaneously starting from the 4th week. After week 4, E2 and
FSH levels gradually decreased while levels of T and LH continues to increase
until week 8, which is 1.2 ng/mL and 2.8 mIU/mL. T hormone levels increased
in parallel with LH. 10 IU PMSG + 0.01 mg AD + 150 µg E2 effectively
treatment induced eel at the weight of 200 g to become mature male fish within 8
weeks. FSH and LH were involved on gonadal maturation of eel.
Keywords: Anguilla bicolor bicolor, gonadal growth, hormones, maturation

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


INDUKSI PEMATANGAN GONAD IKAN SIDAT (Anguilla
bicolor bicolor) UKURAN 200 g SECARA HORMONAL
MENGGUNAKAN PREGNANT MARE SERUM
GONADOTROPIN, ANTIDOPAMIN DAN ESTRADIOL-17β

APRELIA MARTINA TOMASOA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Akuakultur

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Eddy Supriyono, MSc


PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penulisan tesis dengan judul “Induksi Pematangan Gonad Ikan Sidat Ukuran 200
g secara Hormonal menggunakan Pregnant Mare Serum Gonadotropin,
Antidopamin dan Estradiol-17β”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister Sains di Program Studi Ilmu Akuakultur
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Publikasi ilmiah sebagian tesis
telah dilakukan pada Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 2 Juli 2015
dengan judul “Induksi Pematangan Gonad Ikan Sidat menggunakan PMSG,
Antidopamin dan Estradiol-17β”.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Agus Oman
Sudrajat, MSc dan Prof. Dr. Ir. Muhammad Zairin Junior, MSc sebagai komisi
pembimbing yang telah meluangkan waktu dan sabar mengajarkan banyak hal
kepada penulis. Penulisan tesis ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Eddy Supriyono, MSc sebagai penguji luar komisi dan Dr. Ir.
Kukuh Nirmala, MSc sebagai ketua Program Studi Ilmu Akuakultur yang
telah memberi banyak masukkan dalam melengkapi penulisan tesis;

2. Papa, Mama dan ke-2 adik (Nivea dan Valentino) atas doa, semangat dan
motivasi yang selalu diberikan selama ini;
3. Keluarga besar Tomasoa dan Rumalean di Ambon atas doa dan semangat
yang diberikan kepada penulis;
4. Dosen, Staff Pegawai dan Teknisi Laboratorium Program Studi Ilmu
Akuakultur yang telah membantu penulis selama menempuh pendidikan
di IPB;
5. Rekan-rekan pascasarjana Ilmu Akuakultur (angkatan 2011 dan 2012)
atas semangat dan dukungan; teman-teman seperjuangan Hadra, Ega,
Vina, Rodhi, Hafif, Aulia dan Aziz atas bantuan, semangat dan kerjasama
yang terjalin erat;
6. Frets Jonas Rieuwpassa atas doa, perhatian, semangat, motivasi dan
kebersamaan;
7. Kakak Ucha Thenu, Kakak Leny Tapotubun, Kakak Lady Tetelepta,
Kakak Meis Manery, Kakak Ona Latupeirissa, Usi Senly Wattimena atas
doa, semangat dan kebersamaan selama di Bogor.
Semoga karya ilmiah ini dapat membantu dan berguna dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan sebagai masukan untuk penelitian
selanjutnya. Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati segala
usaha dan perjuangan kita.


Bogor, Oktober 2015
Aprelia Martina Tomasoa

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah

Kerangka Pikir
Tujuan
Manfaat

1
1
2
3
4
4

II METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Bahan dan Alat
Rancangan Penelitian
Prosedur Penelitian
Parameter Uji
Analisis Data

5

5
5
5
5
6
10

III HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan

11
14
20

IV SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

24
24
24

DAFTAR PUSTAKA

25

LAMPIRAN

30

RIWAYAT HIDUP

34

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kombinasi perlakuan dan dosis hormon
Perkembangan ovari
Perkembangan testis
Hasil pengukuran kualitas air
Perkembangan gonad dan TKG ikan sidat
Status kelamin ikan sidat
Analisis proksimat pakan dan daging ikan

5
9
9
10
18
19
19

DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pikir penelitian induksi pematangan gonad ikan sidat
menggunakan PMSG, antidopamin dan estradiol-17β
2. Kadar testosteron plasma darah sidat
3. Kadar estradiol-17β plasma sidat
4. Kadar FSH plasma darah sidat
5. Kadar LH plasma darah sidat
6. Nilai GSI sidat
7. Nilai HSI sidat
8. Bobot tubuh ikan sidat
9. Panjang tubuh ikan sidat
10. Morfologi gonad ikan sidat
11. Histologi gonad ikan sidat

4
11
11
12
13
13
14
15
15
16
17

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.

Metode pengukuran kadar testosteron plasma darah ikan sidat
Metode pengukuran kadar estradiol-17β plasma darah ikan sidat
Metode histologi gonad pada ikan sidat
Metode pengujian proksimat pakan dan daging ikan sidat

30
30
31
32

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumberdaya perikanan dan kelautan Indonesia memiliki potensi yang
sangat besar untuk dikembangkan. Salah satunya adalah ikan sidat (Anguilla sp.)
atau yang lebih dikenal dengan eel. Di dunia ada 19 jenis ikan sidat (Inoue et al.
2010). Dari 19 jenis, tujuh diantaranya ada di perairan Indonesia dan diduga
nenek moyang ikan sidat di dunia berasal dari Indonesia yaitu Anguilla borneensis
yang mendiami di sepanjang sungai di Poso. Tujuh jenis yang terdapat di perairan
Indonesia diantaranya A. borneensis, A. celebesensis, A. bicolor bicolor, A.
bicolor pacifica, A. marmorata, A. nebulosus nebulosus dan A. interioris (Fahmi
et al. 2013).
Ikan sidat memiliki potensi yang sangat besar sebagai komoditas ekonomi
tinggi dalam negeri maupun luar negeri. Ikan ini memiliki rasa yang unik dan
tinggi akan kandungan protein, lemak, vitamin A, B1, B2, C, D, E serta adanya
kandungan mineral dalam daging (Rovara 2007) dan tulang. Beberapa tahun ini
permintaan ekspor ikan sidat terus meningkat sehingga harga jualnya tinggi.
Kebutuhan sidat di pasar dunia mencapai 300.000 ton/tahun dari total tersebut,
pasar Jepang membutuhkan 60.000–120.000 ton/tahun (Kagawa et al. 2006).
Di Indonesia tingkat konsumsi ikan sidat masih rendah bahkan belum secara
umum dikonsumsi, sedangkan di negara-negara maju ikan sidat menjadi makanan
yang sangat primadona. Persaingan pasar internasional diantaranya; Jepang,
Hongkong, Belanda, Jerman, Italia dan beberapa negara lainnya sangat besar
dengan demikian ikan ini sebagai komoditas ekspor yang tinggi (Affandi 2005).
Harga sidat di Eropa mencapai € 440–950/kg, sedangkan di Amerika harga
tertinggi US$ 250/kg (Crook 2010). Harga jual ikan sidat hidup pasar domestik di
Indonesia khususnya untuk Anguilla bicolor bicolor berkisar antara Rp 150.000–
180.000,-/kg. Harga jual benih sidat (glass eel) di pasar lokal berkisar antara Rp
300.000–600.000,-/kg. Pengolahan sidat (fillet) di pasar lokal seharga Rp
300.000,-/kg dan diekspor seharga Rp 500.000,-/kg. Hal ini menunjukkan bahwa
Indonesia berpeluang menjadi negara pemasok sidat ke pasar internasional, baik
untuk ukuran konsumsi, benih maupun olahan.
Salah satu masalah yang ditemui sampai saat ini adalah pasokan benih ikan
sidat di dunia masih mengandalkan penangkapan dari alam (Tanaka 2006).
Penyediaan benih memiliki keterbatasan yang disebabkan oleh musim, peredaran
bulan dan kondisi lokal lainnya seperti kualitas air sungai. Menurut Rovara
(2007), kualitas air sungai yang semakin menurun menyebabkan jumlah benih
ikan sidat yang masuk ke perairan tawar semakin sedikit. Selain itu, penangkapan
liar di alam dilakukan secara besar-besaran olah nelayan dan masyarakat tanpa
memperhatikan keseimbangan populasi yang ada. Upaya yang dilakukan untuk
menghindari kelangkaan benih dan kepunahan ikan sidat yaitu perlu diterapkan
upaya memproduksi benih yang berkelanjutan secara tepat.
Manipulasi hormon merupakan suatu upaya produksi benih yang
berkelanjutan dengan memberikan substansi hormon ke dalam tubuh ikan
dilakukan secara oral, penyuntikan dan implantasi untuk merangsang proses
pematangan gonad sampai pemijahan pada kelompok ikan maupun non-ikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Ijiri et al. (1998), menyatakan bahwa gonad dan
proses pematangan gonad ikan sidat sulit berkembang pada kondisi budidaya,

2

sehingga perlakuan hormon diperlukan untuk menginduksi perkembangan gonad
pada tahap selanjutnya.
Penelitian yang dilakukan sebagai upaya untuk menginduksi kematangan
gonad pada ikan-ikan lain telah banyak dilakukan. Penelitian untuk induksi
kematangan gonad ikan sidat antara lain Boetius dan Boetius (1980)
menggunakan hCG dan hormon gonad mamalia menghasilkan GSI maksimum
sebesar 12,6% pada A. Anguilla. Ohta et al. (1996) menggunakan hCG pada A.
japonica dengan perlakuan pengulangan injeksi hCG dosis 250 IU/ikan (1 IU/g)
selama 10 minggu efektif digunakan untuk menghasilkan milt sebanyak 9,4 g.
Setahun kemudian induksi ovulasi A. japonica dengan penyuntikan 17α, 20βdihydroxy-4-pregnen-3-one (DPH) dengan kombinasi Carp Pituitary Extract
memperoleh telur dengan tingkat fertilitas (10,3%), penetasan tinggi (50,6%)
(Ohta et al. 1997). Penelitian yang dilakukan pada A. bicolor bicolor dengan
menggunakan ekstrak hipofisis ikan mas efektif meningkatkan nilai GSI 3,37%,
HSI 2,27% dan diameter folikel yang lebih besar (Rovara 2007). Gallego et al.
(2012) melakukan perlakuan suhu yang efektif meningkatkan kualitas sperma
pada A. anguilla.
Perumusan Masalah
Ikan sidat termasuk dalam famili Anguillidae yang bersidat katadromous,
yaitu ikan sidat melakukan ruaya untuk melalukan pemijahan ke laut dalam dan
akan bertumbuh dewasa di perairan tawar (Ijiri et al. 2011) dan merupakan ikan
yang bersifat nokturnal, yaitu aktif pada malam hari. Wedemeyer (1996)
menjelaskan perubahan kelamin yang mula-mula berjenis kelamin jantan
kemudian berubah menjadi betina disebut hermaprodit protandi, maka ikan sidat
termasuk dalam kategori tersebut. Perubahan jenis kelamin dapat dipengaruhi oleh
kinerja hormon (aktifitas estrogen). Secara genetik, hormon mengatur
hermaproditisme pada ikan tetapi kinerja hormon yang mempengaruhi
pembentukan gonad biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor dari luar seperti
kadar hormon dan kondisi lingkungan (Kalujnaia et al. 2007).
Perkembangan gonad ikan sidat terjadi setelah melalukan ruaya
pemijahan, seiring dengan meningkatnya hormon steroid, terutama estradiol (E2)
dan testosteron (T). Saat berenang menuju daerah pemijahan sidat memerlukan
energi yang diperoleh terutama dari lemak yang disimpan dalam bentuk glikogen
di bawah lapisan kulit dan hati (Durif et al. 2010). Hormon reproduksi yang
meningkat akibat aktifitas renang sidat dalam hal ini E2, tetapi proses
vitellogenesis tidak terinisiasi dengan rendahnya plasma vitellogenin berlawanan
dengan spermatogenesis (Palstra et al. 2010).
Secara alamiah, populasi sidat cenderung didominasi oleh betina A.
bicolor bicolor (Arai et al. 2011), A. japonica dan A. anguilla (Melia et al. 2006).
Pada wadah budidaya ikan sidat lebih berpotensi menjadi jantan (Kearney et al.
2011). Hal ini diakibatkan oleh kondisi lingkungan dan stres yang memicu efek
maskulinisasi (Fernandino et al. 2013), dan dengan bantuan E2 70% dari 100%
sidat jantan masih dapat mengalami alih kelamin menjadi betina (Devlin dan
Nagahama 2002). Beberapa penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa E2
berperan merangsang proses vitellogenesis (Costa et al. 2010; Singh et al. 2009;
Adachi et al. 2003).

3

Pemanfaatan Pregnant Mare Serum Gonadotropin (PMSG) mengandung
hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone)
kedua hormon ini merupakan kontrol steroidogenesis dan gametogenesis (Kazeto
et al. 2008) yang berperan dalam proses pematangan gonad pada vetebrata
termasuk ikan. FSH menginisiasi gametogenesis dan vitellogenesis, sementara LH
mengatur pematangan gonad akhir, spermiasi dan ovulasi (Aroura et al. 2012).
Dopamin dapat menghambat pematangan gonad dengan menstimulasi
sekresi hormon penghambat perkembangan gonad (Fingerman 1997). Menurut
Chen dan Fernald (2008), antidopamin adalah bahan kimia yang dapat
menghentikan kinerja dopamin. Dopamin merupakan neurotransmitter yang
berperan dalam menghambat pematangan gonad. Aktifitas dopamin yang
dihambat akan menstimulasi sintesis dan pelepasan LH yang diinisiasi oleh GnRH
(Rousseau et al. 2009). Oleh karena itu, dopamin perlu diblokir dengan zat
antidopamin, agar otak melepaskan GnRH untuk merangsang produksi FSH dan
LH di kelenjar pituitari. Produksi FSH dan LH secara terpisah akan dikirim ke
gonad melalui plasma darah sebagai jalur transportasinya.
Kerangka Pikir
Perkembangan gonad ikan sidat relatif sangat lambat bahkan untuk
mendapatkan induk ikan sidat yang matang gonad masih sulit. Umur ikan sidat
mencapai matang gonad membutuhkan waktu bertahun-tahun yaitu 3 hingga 5
tahun. Dalam proses budidaya, percepatan perkembangan dan pematangan gonad
ikan sidat sangat dibutuhkan untuk mempercepat waktu pemeliharaan induk
sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Salah satu hormon yang digunakan
untuk memacu perkembangan dan pematangan gonad yaitu PMSG. Pada
penelitian ini, PMGS dikombinasi dengan AD dan Estradiol-17β untuk
menginduksi gonad ikan sidat secara hormonal.
PMSG mengandung bahan aktif FSH (20%) dan LH (80%) dengan
konsentrasi yang berbeda. Kinerja FSH menginisiasi gametogenesis dan
vitelogenesis, sementara LH mengatur pematangan akhir, spermiasi dan ovulasi.
FSH dan LH bekerja silih berganti. Saat sekresi FSH ditekan, maka LH akan
meningkat. Kadar FSH dan LH dalam plasma darah ikan sidat dapat ditentukan
sebagai indikator fase pertumbuhan gonad ikan sidat. Faktor yang menentukan
pendewasaan kelamin pada ikan sidat yaitu dopamin. Dopamin juga memberi
kontribusi bagi gonad untuk menghambat fungsi estradiol, sehingga terjadi
defeminisasi dan mengakibatkan maskulinisasi. Dopamin perlu dihambat dengan
zat anti dopamin, agar merangsang produksi FSH dan LH di kelenjar hipofisis.
Selanjutnya, oosit akan dirangsang untuk mensintesis testosteron dan
mengubahnya menjadi estradiol dengan bantuan enzim aromatase. Estradiol akan
merangsang hati untuk mensintesis vitelogenin yang merupakan bakal kuning
telur. Setelah diserap oleh oosit sampai ukuran maksimum, akan terjadi umpan
balik positif ke hipotalamus untuk memproduksi GnRH dan merangsang hipofisis
memproduksi LH. Namun apabila testosteron tidak diubah menjadi estradiol maka
terjadi penumpukan pada testosteron. Mekanisme pengaturan internal proses
reproduksi merupakan kerja dari poros hipothamus-pituitari-gonad. Rangsangan
dari lingkungan dan fisiologi akan diterima oleh otak dan direspon di kelenjar
hipofisis untuk merangsang sekresi FSH dan LH.

4

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian induksi pematangan gonad ikan sidat
menggunakan PMSG, antidopamin dan estradiol-17β
Tujuan
Tujuan pada penelitian ini, adalah :
1. Menginduksi pematangan gonad ikan sidat ukuran 200g secara
hormonal
2. Menentukan status kelamin dan tingkat kematangan gonad ikan sidat
3. Menentukan kombinasi hormon yang efektif untuk menginduksi
pematangan gonad ikan sidat.
Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang
metode induksi pematangan gonad ikan sidat yang efektif dan memberikan
kontribusi di dalam pengembangan pembenihan ikan sidat melalui penyediaan
induk yang matang gonad.

5

2 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2014 di
Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.
Pembuatan preparat histologi gonad dilakukan di Laboratorium Anatomi, Fakultas
Kedokteran Hewan, IPB. Pengamatan histologi gonad dilakukan di Laboratorium
Reproduksi dan Genetika Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.
Analisis kosentrasi hormon estradiol-17β dan gonadotropin dalam darah ikan sidat
di Laboratorium Hormon Unit Reproduksi dan Rehabilitasi, Fakultas Kedokteran
Hewan, IPB. Analisis kosentrasi hormon testosteron dalam darah ikan sidat di
Laboratorium Nutrisi, Balai Budidaya Ikan Hias, Depok dan analisis proksimat di
Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Antar Universitas, IPB.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan sidat (Anguilla
bicolor bicolor) dengan berat 200±15 g dan panjang 43±5 cm sebanyak 120 ekor
yang didapat dari CV. Mitra Bina Usaha, Gadog, Bogor. Hormon yang digunakan
untuk pematangan gonad ikan sidat adalah kombinasi PMSG, AD dan E2. Bahanbahan lainnya berupa air laut, larutan fisiologis (NaCl 0,95%) dan larutan BNF
(Neutral Buffer Formalin). Alat yang digunakan adalah bak keramik lima unit,
hapa lima unit, syringe 1 ml, mikrotube, timbangan digital, botol film, sentrifuge
dan penggaris.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Rancangan penelitian
yang diterapkan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dimana terdapat lima
kombinasi perlakuan dengan tiga ulangan secara individu. Informasi dosis dan
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kombinasi perlakuan dan dosis hormon
Perlakuan
1
2
3
4
5

AD (mg)
PMSG (IU)
E2 (µg)
Larutan Fisiologi (NaCl 0,95%)
0,01
10
0,01
20
0,01
10
150
0,01
20
150

Kode Perlakuan
PK (Kontrol)
P10A
P20A
P10AE
P20AE

Keterangan: AD (Antidopamin), PMSG (Pregnant mare serum gonadotropin) dan E2 (Estradiol17β).

Prosedur Penelitian
Persiapan Wadah dan Ikan Uji
Wadah yang digunakan untuk pematangan gonad ikan sidat berupa bak
keramik berukuran 2x2x1 m3. Bak sebelumnya dicuci sampai bersih dan
dikeringkan. Setelah itu, bak akan disekat menggunakan hapa sebagai plot untuk
tiap perlakuan dengan ukuran 50x50x70 cm3. Bak dilengkapi dengan sistem aerasi
dan filterisasi menggunakan zeolit, karbon aktif, karang jahe dan kapas steril.

6

Ikan sidat yang telah diangkut dari pembudidaya menggunakan kantong
plastik yang diisi sedikit air dan oksigen. Setelah sampai di tempat penelitian,
kantong plastik tersebut dan ikan dimasukkan secara perlahan ke dalam bak
penampungan yang berisi air tawar setinggi 50 cm untuk proses aklimatisasi awal.
Selama proses ini berlangsung ikan dipuasakan selama tiga hari kemudian pakan
diberikan secara at satiation. Proses aklimatisasi awal dalam bak penampungan
dilakukan selama satu bulan dan ikan diberi pakan berupa pellet. Selanjutnya
dilakukan sampling awal untuk pemilihan ikan uji sebanyak 120 ekor dengan
kualifikasi bobot 200g. Ikan yang telah disampling, dibagi sebanyak 24
ekor/perlakuan.
Aklimatisasi selanjutnya dilakukan dengan menggunakan air laut dalam
bak perlakuan yang telah berisi ikan sidat. Air laut dialirkan secara bertahap,
awalnya bak diisi air tawar dengan perbandingan 50 : 0 (50 cm air tawar : 0 cm air
laut). Setelah itu air laut dialirkan dengan perbandingan 40 : 10 (40 cm air tawar :
10 cm air laut), 30 : 20 (30 cm air tawar : 20 air laut), 20 : 30 (20 cm air tawar : 30
cm air laut), 10 : 40 (10 cm air tawar : 40 cm air laut) dan 0 : 50 (0 cm air tawar :
50 cm air laut). Untuk setiap perubahan tinggi air laut dilakukan setiap tiga hari
sekali. Dalam proses aklimatisasi air laut, dilakukan pengukuran kualitas air
khususnya parameter salinitas dan ikan dipuasakan selama proses ini berlangsung.
Pada bagian atas hapa ditutup menggunakan plastik berwarna hitam dan dijepit
setiap sudut hapa agar ikan tidak melompat ke luar bak dan cahaya di dalam bak
agak gelap.
Pembiusan dan Penyuntikan Hormon
Sebelum diinduksi, ikan dibius terlebih dulu menggunakan stabilizer
arowana dengan dosis 1 ml/0,5 L air selama tiga menit, sementara ikan pingsan
dilakukan pengukuran panjang dan bobot tubuh, serta ikan disuntik secara
intramuscular dengan hormon yang ditentukan sesuai perlakuan dan dosisnya.
Ikan disuntik sebanyak satu kali dalam seminggu. Perlakuan penyuntikan ini
dilakukan selama delapan minggu. Ikan yang telah disuntik dimasukkan ke dalam
wadah dengan aerasi yang kuat selama 10 menit, setelah ikan sadar dimasukkan
kembali ke dalam hapa.
Pemeliharaan Ikan Uji
Pemberian pakan diberikan sebanyak 3% dari bobot tubuh ikan sidat.
Pakan yang digunakan adalah KPA 5 dengan kadar protein 45%. Pemberian
pakan dilakukan pada masa adaptasi dan selama penelitian berlangsung.
Pengukuran kualitas air dilakukan juga selama penelitian. Kualitas air yang diukur
antara lain DO, suhu, pH dan salinitas.
Pengambilan Sampel Darah Ikan Sidat
Seperti biasanya ikan akan dibius terlebih dulu dengan cara memasukkan
ikan satu persatu ke dalam air yang diberi larutan stabilizer dengan dosis 1 ml/0,5
L selama lima menit. Setelah itu ikan yang telah pingsan, darah diambil pada
bagian pangkal ekor sebanyak 1 ml dengan menggunakan syiring 1 ml yang telah
diberi antikoagulan kemudian dimasukkan kedalam mikrotube volume 1,5 ml dan
disimpan dalam kotak dingin (cool box). Darah yang ditampung dalam mikrotube,
kemudian disentrifuge pada kecepatan 5.000 rpm selama 10 menit. Supernatan
diambil dan dimasukkan ke dalam mikrotube yang baru. Bila pengukuran

7

supernatan plasma tidak dilakukan secara langsung, sampel bisa disimpan dalam
freezer pada suhu -4 °C.
Pengambilan Sampel Gonad dan Hati Ikan Sidat
Ikan yang telah diambil darah selanjutnya akan dibedah untuk diambil
gonad dan hati sebanyak tiga ekor/perlakuan. Ikan dibedah pada bagian anus
hingga kepala, kemudian diambil bagian gonad dan hati secara perlahan. Sampel
ditimbang berat dan diukur panjangnya, setelah itu dimasukkan ke dalam botol
film yang diberi larutan BNF sampai seluruh bagian sampel terendam dan
selanjutnya dibuat preparat histologi.
Parameter Uji
Parameter uji dalam penelitian ini meliputi kadar testosteron, kadar
estradiol-17β, kadar gonadotropin (FSH dan LH) plasma darah sidat,
Gonadosomatic Index, Hepatosomatic Index, morfologi gonad, histologi gonad,
bobot dan panjang tubuh sidat, tingkat kematangan gonad, status kelamin dan
komposisi pakan dan daging ikan sidat. Ikan sebanyak tiga ekor pada setiap
perlakuan digunakan sebagai sampel analisis nilai GSI, HSI, bobot dan panjang
tubuh dan komposisi daging ikan.
Kadar Testosteron plasma Darah Sidat
Pengukuran kadar testosteron plasma darah dilakukan pada awal penelitian
minggu ke-0, minggu ke-4 dan ke-8. Pengukuran kadar hormon testosteron
dilakukan dengan menggunakan metode Enzyme-linked Imunosorbent Assay
(ELISA) dengan Vidas ELISA kit untuk testosteron (DGR EIA 1559). Sebelum
melakukan uji kadar T semua reagen harus mencapai suhu kamar. Metode
pengukuran kadar T dapat dilihat pada Lampiran 1.
Kadar Estradiol-17β plasma Darah Sidat
Pengukuran kadar E2 plasma darah dilakukan pada awal penelitian minggu
ke-0, minggu ke-4 dan ke-8. Pengukuran kadar hormon E2 dilakukan dengan
menggunakan metode ELISA dengan Vidas ELISA kit untuk estradiol-17β (DGR
EIA 2693). Dalam menguji kadar E2 semua reagen harus mencapai suhu kamar
sebelum digunakan. Selanjutnya, mempersiapkan terlebih dahulu larutan standar
dengan kosentrasi 25, 50, 100, 250, 500, 1000 dan 2000 pg/ml dan larutan QC
(quality control). Metode pengukuran kadar E2 dapat dilihat pada Lampiran 2.
Kadar Gonadotropin plasma Darah Sidat
Pengukuran kadar gonadotropin dalam plasma darah dilakukan pada awal
penelitian minggu ke-0, minggu ke-4 dan ke-8. Pengukuran kadar hormon
gonadotropin ikan sidat plasma darah terdiri atas dua hormon, yaitu FSH dan LH
dilakukan dengan menggunakan metode ELISA dengan Vidas ELISA kit untuk
Follicle Stimulation Hormone (DGR EIA 1288) dan untuk Luteinizing Hormone
(DGR EIA 1289).
Gonadosomatic Index (GSI)
Pengukuran nilai GSI dilakukan pada awal penelitian minggu ke-0, ke-2,
ke-4, ke-6 dan ke-8. Ikan sidat sebelum dibedah harus dilakukan penimbangan
bobot tubuh terlebih dahulu, kemudian diambil gonadnya dan ditimbang
menggunakan timbangan digital (tingkat ketelitian 0,01g). Nilai GSI merupakan

8

nilai persentasi yang dihitung berdasarkan perbandingan antara berat gonad
dengan berat tubuh ikan (Ohta et al. 1996), dengan rumus ;
GSI =

x 100%

Keterangan : GSI = Gonadosomatic Index (%)
Bg = Berat gonad (g)
Bt = Berat tubuh (g)
Hepatosomatic Index (HSI)
Pengukuran nilai HSI dilakukan pada awal penelitian minggu ke-0, ke-2,
ke-4, ke-6 dan ke-8. Ikan sidat sebelum dibedah harus dilakukan penimbangan
bobot tubuh terlebih dahulu, kemudian diambil hatinya dan ditimbang
menggunakan timbangan digital (tingkat ketelitian 0,01g). Nilai HSI merupakan
nilai persentasi yang dihitung berdasarkan perbandingan antara berat hati dengan
berat tubuh ikan (Ohta et al. 1996), dengan rumus ;
HSI =

100%

Keterangan : HSI = Hepatosomatic Index (%)
Bh = Berat hati (g)
Bt = Berat tubuh (g)
Bobot dan Panjang Tubuh Sidat
Ikan sidat dibius terlebih dahulu sebelum dilakukan penimbangan bobot
dan pengukuran panjang tubuh. Pengukuran bobot tubuh dilakukan setiap minggu
selama penelitian dengan menggunakan timbangan digital dengan tingkat
ketelitian 0,01g. Panjang tubuh diukur dengan menggunakan penggaris.
Pengukuran panjang dan bobot tubuh ikan sidat dilakukan sebelum penyuntikkan.
Data pertambahan panjang dan bobot tubuh pada akhir penelitian dihitung dengan
pengurangan data pada minggu ke-8 dengan minggu ke-0.
Morfologi Gonad
Morfologi gonad diamati untuk melihat perbedaan antara morfologi gonad
ikan sidat yang diberi perlakuan dan tanpa diberi perlakuan yang diamati secara
deskriptif. Pengamatan morfologi gonad dilakukan pada awal penelitian minggu
ke-0 sampai akhir penelitian minggu ke-8. Pengamatan ini biasanya dengan
mengukur berat dan panjang, bentuk dan warna gonad.
Histologi Gonad
Histologi gonad merupakan metode yang dapat memberikan informasi
tentang gambaran tahapan perkembangan sel gamet pada gonad (LowerrwBarbieri et al. 2010). Histologi gonad dilakukan pada awal penelitian minggu ke0, ke-2, ke-4, ke-6 dan ke-8 dengan metode pewarnaan Haematoksilin-Eosin
(HE). Mikroskop cahaya OLYMPUS yang dilengkapi perangkat OptiLabPro akan
dihubungkan dengan laptop untuk mendapatkan gambar histologi gonad dengan
pembesaran 100x. Tahapan pengerjaan histologi gonad mengacu pada Tanja et al.
(2010), tercantum pada Lampiran 3.

9

Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Pengamatan tingkat kematangan gonad dilakukan pada awal penelitian
minggu ke-0, ke-2, ke-4, ke-6 dan ke-8. Pengamatan ini berdasarkan hasil
histologi gonad. Takashima dan Hibiya (1995) menyatakan fase perkembangan
oosit ikan secara umum pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan ovari
Fase
Keterangan
Fase kromatin nukleolus
Nukleus terlihat kompak dengan satu
nukleolus yang relatif besar, ukuran folikel
relatif kecil dan sitoplasma terpulas zat
warna dengan kuat mencirikan ovarium
masih belum berkembang
Fase perinukleoler
Terdapat nukleus dan beberapa nukleoli
pada tepi nukleoplasma
Fase kortikal-alveoli
Terdapat butir-butir lipid di sekitar vesikula
germinalis. Ukuran oosit relatif lebih besar
Fase vitelogenik
Terdapat sitoplasma yang didominasi oleh
butiran-butiran lemak
Maturasi
Ovulasi
Testis ikan sidat terdiri atas sepasang lobular yang berisi lobular-lobular.
Tiap lobular dipisahkan oleh lapisan tipis yang disebut connective tissue. Pada
umumnya, tahap perkembangan testikular ditentukan berdasarkan proporsi
spermatosit (primer dan sekunder), spermatid dan spermatozoa. Blazer (2002),
menjelaskan fase testikular ikan secara pada Tabel 3.
Tabel 3. Perkembangan testis
Fase
Keterangan
Pre-spermatogenik (regresi testis) Lobular hanya berisi spermatogonia
Awal spermatogenik
Mid-spermatogenik

Akhir spermatogenik

Spermatosit dan spermatid
mendominasi
Proporsi yang sama anatara
spermatosit, spermatid, dan
spermatozoa
Adanya semua tingkatan, namun
spermatozoa dominan

Pasca pemijahan
Status Kelamin
Penentuan status kelamin dilakukan secara mikroskopis dengan
mengamati histologi gonad. Fase seksual hasil histologi dibagi menjadi lima tahap
yaitu fase betina, fase awal inteseksual, fase interseksual, fase akhir interseksual
dan fase jantan (Zhang et al. 2008). Kemudian dilakukan pengamatan secara
makroskopis dengan melihat morfologi gonad. Pengamatan ini dilakukan pada
awal penelitian minggu ke-0 sampai akhir penelitian minggu ke-8.

10

Komposisi Pakan dan Daging Ikan Sidat
Komposisi pakan dan daging ikan sidat diuji menggunakan pengujian
proksimat untuk mengetahui kandungan energi yang dapat dimanfaatkan oleh ikan
dalam tubuh. Analisis komposisi daging dilakukan pada awal penelitian minggu
ke-0 sampai akhir penelitian minggu ke-8. Sampel yang dianalisis berupa pakan
dan daging ikan sidat sebelum diberi perlakuan dan setelah perlakuan. Analisis
proksimat dilakukan berdasarkan prosedur analisis kadar protein, lemak,
karbohidrat, abu dan air (Takeuchi 1988) dapat dilihat pada Lampiran 4.
Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran kualitas air yang dilakukan antara lain oksigen terlarut (DO),
suhu, pH, salinitas, amoniak dan nitrit yang dilakukan setiap minggu penelitian.
Pengukuran kandungan oksigen terlarut (DO) menggunakan alat DO meter
(mg/L), suhu air menggunakan termometer (°C), nilai pH menggunakan pH meter
dan salinitas menggunakan refraktometer. Hasil pengukuran kualitas air
pemeliharaan ikan sidat dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil pengukuran kualitas air
Parameter
kualitas air
DO
pH
Suhu

Kisaran hasil
pengukuran
4,1–6,5
6,6–6,8
27–29

°C

Kualitas air
optimum
> 3,0
7–8
28–32

Salinitas

28–30

ppt

29–30

Nitrit

0,6–0,7

ppm