Pengaruh Stunting terhadap Kondisi Fisiologis Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor McClelland, 1844)

i

PENGARUH STUNTING TERHADAP KONDISI FISIOLOGIS
BENIH IKAN SIDAT (Anguilla bicolor bicolor McClelland, 1844)

LATIFA FEKRI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

iii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Lama Stunting
terhadap Kondisi Fisiologis Benih Ikan Sidat adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014

Latifa Fekri
NIM C251120021

RINGKASAN
LATIFA FEKRI. Pengaruh lama stunting terhadap kondisi fisiologis benih ikan
sidat (Anguilla bicolor bicolor McClelland, 1844). Dibimbing oleh RIDWAN
AFFANDI dan TATAG BUDIARDI.
Stunting adalah tehnik yang digunakan pada proses penahanan pertumbuhan
ukuran bobot atau panjang ikan. Salah satu tujuan stunting adalah menyediakan
stok ikan pada ukuran yang dibutuhkan. Stunting diterapkan hanya pada ikan-ikan
yang memiliki pertumbuhan somatik (umur hidup) yang panjang, misalnya
bandeng, kerapu dan sidat.
Sidat merupakan jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi, dan mengandung
EPA dan DHA yang tinggi. Permintaan sidat terus meningkat dan sebagian besar
(92 %) sidat ukuran konsumsi dihasilkan dari kegiatan budidaya. Budidaya sidat

menggunakan benih yang masih diperoleh dari alam, karena benih sidat belum
dapat dihasilkan dari kegiatan pembenihan. Keberadaan benih sidat di alam hanya
terdapat pada musim penghujan, sehingga benih untuk kebutuhan budidaya tidak
tersedia sepanjang tahun. Dengan demikian, teknik stunting perlu dilakukan pada
benih sidat agar kebutuhan stok benih dapat terpenuhi sepanjang tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh lama stunting terhadap
kondisi fisiologis benih ikan sidat ukuran 1-2 g. Penelitian dilakukan dari bulan
September 2013 hingga Februari 2014 di Laboratorium Fisiologi Hewan Air FPIK
IPB.
Penelitian melalui dua tahap penelitian, penelitian tahap pertama untuk
menentukan kebutuhan pakan (maintenance, optimum dan maksimum) dan
penelitian tahap kedua untuk menganalisis pengaruh lama stunting terhadap
kondisi fisiologis benih ikan sidat. Pakan yang digunakan pada penelitian ini
adalah pakan komersial ukuran 1.5 mm berbentuk pelet dengan kadar protein
46 %. Ikan sidat yang digunakan berbobot awal 1-2 g/ekor dan panjang tubuh
awal 10-12 cm/ekor. Penelitian tahap pertama diberi 4 perlakuan persentase pakan
(0 %, 5 %, 10 % dan 15 %) dari biomass benih ikan sidat yang dipelihara pada
akuarium berukuran 40x30x30 cm3 dengan kepadatan 8 ekor/akuarium. Ikan
diberi pakan 2 kali sehari secara kontinu selama 30 hari dan penimbangan bobot
tubuh ikan dilakukan setiap dua minggu sekali. Pemeliharaan tahap kedua, benih

ikan diberi pakan pada level maintenance yaitu 3.3 % (hasil dari percobaan tahap
satu) selama satu, dua, dan tiga bulan yang dipelihara pada akuarium berukuran
60x40x30 cm3 dengan kepadatan 30 ekor/akuarium. Ikan diberi pakan 2 kali
sehari secara kontinu selama 30, 60 dan 90 hari. Setiap 30 hari sekali dilakukan
penimbangan bobot tubuh ikan, analisis proksimat dan analisis darah.
Hasil pemeliharaan menunjukkan bahwa stunting selama satu bulan
merupakan yang terbaik dengan laju pertumbuhan spesifiknya paling rendah
(0.1 %), nilai koefisien keragaman bobot 25 % (27.96 % dan 30.37 %) dan kondisi fisiologisnya jauh berbeda
dengan batas normal benih sidat, serta kelangsungan hidup sebesar 89 %.
Kata kunci: benih ikan sidat, kebutuhan pakan, pertumbuhan, stunting.

iii

SUMMARY
LATIFA FEKRI. The Effect of Stunting to Physiological Condition of Freshwater
Eel Seed (Anguilla bicolor bicolor McClelland, 1844). Supervised by RIDWAN
AFFANDI and TATAG BUDIARDI
Stunting is a technique which is used at the lenght size or weight of
detention process of fish. One of stunting goals is to providing fish stocks at
needed size with one condition, the fishes have somatic/long lifespan such as:

milkfish, eels, grouper etc.
Eel is one of high economic fish, in addition to the high nutrient content
(EPA and DHA) also tastes delicious. Demand for eel continues to rise and the
majority (92%) of eel consumption size is produced from farming activities. Eel
cultivation still used the seed which is derived from native, becouse the seed eel
can not be produced from breeding yet. The presence of eel seed at nature is only
found in rainy season, so the needs for cultivation throghout year is unavailabile.
Becouse of that, stunting technique is needed for eel seed until the need is fulfilled
for the year.
This research aims to examine the effect of stunting to physiological
condition of 1-2 g eel seed. The research was conducted from September 2013 to
February 2014 at Aquatic Animal Fhysiologi Laboratory FPIK IPB.
The research consist of two phases experiment, the first was carried out to
determine the level of feed requirements for stunting. The second was econducted
to examine the effect of stunting to physiological condition of freshwater eel seed.
Feed which was used in this research was KRA feed with 46% protein content.
Initial weight and length of eel were 1-2 g /ind and 10-12 cm/ind concecutively.
First stage experiment was conducted at 4 treatment (0 %, 5 %, 10 % and 15 %
of feed percentage freshwater eel seed biomass) which were kept in an aquarium
measuring 40x30x30 cm3 with 8 fish / aquarium for density. Fishes were fed 2

times a day continuously for 30 days and being weighted every two weeks. The
second experiment brought about 3.3 % of biomass (based on first experiment)
was maintenance level of fish feed, for one, two, and three months were
maintained in an aquarium measuring 60x40x30 cm3 with a density of 30
fish/aquarium. The fish were fed 2 times a day continuously for 30, 60 and 90
days. Every 30 days the body weight of the fish body weight, proximate and blood
analysis.
The results of this research showed that the stunting for one month was the
best, which the lowest specific growth rate and growth approaching 0 % (0.1 %),
diversity coefficient weights 25 % (27.96 % and 30.37 %), and physiological
conditions was up normal, Survival rate in experiment was above 96 % 89 %,
respectively.
Key words: eel seed, feed requirement, growth, stunting.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

i

PENGARUH STUNTING TERHADAP KONDISI FISIOLOGIS
BENIH IKAN SIDAT (Anguilla bicolor bicolor)

LATIFA FEKRI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Pengelolaan Sumberdaya Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir M Mukhlis Kamal, MSc

iii

Judul Tesis : Pengaruh Stunting terhadap Kondisi Fisiologis Benih Ikan Sidat
(Anguilla bicolor bicolor McClelland, 1844)
Nama
: Latifa Fekri
NIM
: C251120021

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Ridwan Affandi, DEA
Ketua

Dr Ir Tatag Budiardi, MSi

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Perairan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal Ujian: 23 Juli 2014

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Alhmadulillah puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu
wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September
2013 sampai dengan bulan Februari 2014 ini ialah pertumbuhan benih sidat,
dengan judul “Pengaruh Lama Stunting terhadap Kondisi Fisiologis Benih Ikan
Sidat (Anguilla bicolor bicolor McClelland, 1844)”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Ridwan Affandi,
DEA dan Bapak Dr Ir Tatag Budiardi, MSi selaku pembimbing, atas curahan
waktu, perhatian, motivasi dan pikiran yang mengantarkan penelitian penulis hingga
selesai. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada seluruh dosen Pengelolaan
Sumber Daya Perairan dan staf pegawai Pengelolaan Sumber Daya Perairan, atas
arahan dan ilmu yang diberikan selama ini. Penghargaan yang sebesar-besarnya
penulis ucapkan kepada ayahanda Asis, SE dan ibunda Timo Lisueja, BSc serta
saudaraku tercinta (Fitria Azhari, SPd., Badar Matsal, ST., Nadia Adum Farhaini,
Sakina Ilya Asis, dan Azuhri Qadrawi) atas segala doa, kasih sayang serta
dukungan baik dana, tenaga maupun pikiran yang diberikan selama ini. Hasan
Eldin Adimu, SPi MSi atas dukungan dan motivasinya selama penulis
menyelesaikan studi. Beasiswa Unggulan Dikti 2012 atas bantuan dana pendidikan
yang diberikan kepada penulis. Teman-teman Pengelolaan Sumber Daya Perairan
dan teman-teman Forum Wacana Sulawesi Tenggara yang telah menemani selama
ini, penulis ucapkan banyak terima kasih, semoga pertemanan silaturahmi dan
kebersamaan ini tetap terjaga hingga akhir hayat kita.

Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat berguna bagi kemajuan ilmu
pengetahuan dan bermanfaat bagi semua pihak, khususnya kepada penulis kiranya
dapat menjadi bekal setelah menyelesaikan studi nantinya.
Bogor, September 2014

Latifa Fekri

v

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
2
3
3
3

2 METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian Tahap Pertama
Rancangan Percobaan
Prosedur Percobaan
Penelitian Tahap Kedua
Rancangan Percobaan
Prosedur Percobaan

3
4
4
4
6
6
6

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan

8
12

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

17
17

DAFTAR PUSTAKA

17

LAMPIRAN

21

RIWAYAT HIDUP

38

DAFTAR TABEL
1 Nilai kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan spesifik benih ikan sidat selama
pemeliharaan
9
2 Kisaran nilai rata-rata parameter fisika–kimia air selama pemeliharaan
10
3 Nilai kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik dan koefisien
keragaman bobot benih ikan sidat selama pemeliharaan
11
4 Gambaran darah benih ikan sidat selama pemeliharaan.
11
5 Hasil pengukuran proksimat tubuh benih ikan sidat selama pemeliharaan.
11
6 Kisaran rata-rata parameter fisika–kimia air selama pemeliharaan
12

DAFTAR GAMBAR
1 Skema perumusan masalah
3
2 Bobot rata-rata benih ikan sidat pada masing-masing perlakuan selama 30 hari
pemeliharaan.
9
3 Kurva hubungan antara tingkat pemberian pakan dengan SGR pada benih ikan
sidat selama 30 hari pemeliharaan.
10

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Dokumentasi penelitian
21
Prosedur kerja penentuan kadar amonia
26
Prosedur kerja penentuan kadar nitrit
29
Prosedur kerja uji gambaran darah ikan
30
Prosedur kerja analisis proksimat tubuh ikan
32
Data Tahap 1 tentang SR dan SGR yang diolah dengan program SPSS 16
35
Data Tahap 2 tentang SR, SGR dan KK yang diolah dengan program SPSS 16 36

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Stunting adalah proses penahanan pertumbuhan ukuran bobot atau panjang
ikan. Stunting pertama kali dikembangkan di Filipina oleh Bombeo-Tuburan
(1988) yang melakukan stunting pada ikan bandeng untuk dapat menyediakan
pasokan benih sepanjang tahun. Pada saat itu, bandeng sebagai penyedia sumber
protein yang murah untuk negara Asia Tenggara, namun budidaya dan produksi
ikan bandeng tersebut terhalang terutama oleh pasokan benih yang tidak kontinu
dan musiman, serta kurang tersedianya pakan praktis. Stunting hanya dapat
dilakukan pada ikan yang memiliki umur hidup yang panjang, misalnya bandeng,
kerapu dan sidat.
Sidat (Anguilla bicolor bicolor) merupakan jenis ikan yang bernilai
ekonomis tinggi, dan mengandung EPA dan DHA yang tinggi.. Kandungan asam
lemak omega 3 sebesar 10.9 g/100 g, kandungan vitamin A mencapai 4700
IU/100 g, dan di hati lebih tinggi lagi, yaitu 15000 IU/100 g, lebih tinggi dari
kandungan vitamin A mentega yang hanya mencapai 1900 IU/100 g. Kandungan
DHA ikan sidat 1337 mg/100 g melebihi ikan salmon mengandung 820 mg/100 g
dan ikan tenggiri yang mengandung 748 mg/100 g. Kandungan EPA ikan sidat
mencapai 742 mg/100 g, melebihi ikan salmon (492 mg/100 g) dan ikan tenggiri
(409 mg/100 g) (Pratiwi dalam Haryono 2008).
Ikan sidat laku di pasar internasional terutama di Jepang, Hongkong, Jerman,
Italia, Taiwan, dan Korea, sehingga ikan ini memiliki potensi sebagai komoditas
ekspor (Affandi 2005; Haryono 2008). Indonesia dianggap sebagai daerah pusat
keanekaragaman ikan sidat (Aoyama 2009) sehingga Indonesia memiliki potensi
yang besar untuk mengembangkan budidaya ikan sidat.
Permintaan sidat terus meningkat, pada tahun 2012 permintaan ikan sidat
dunia mencapai 300000 ton dengan nilai $3.1 milyar Amerika (Subiakto 2012).
Sebagian besar (92 %) sidat ukuran konsumsi dihasilkan dari kegiatan budidaya
(Rovara 2007). Maraknya kegiatan budidaya terutama di negara-negara Asia
Timur (Jepang, Taiwan dan Cina) serta di Eropa (Italia dan Jerman) telah
mengakibatkan eksploitasi benih alam secara besar-besaran sehingga
menyebabkan terjadinya penurunan stok benih. Penurunan stok benih sidat
dibeberapa negara terjadi akibat eksploitasi yang tinggi, padahal sampai saat ini
benih sidat belum dapat dihasilkan dari kegiatan pembenihan, tidak seperti halnya
ikan-ikan konsumsi lainnya. Untuk menjaga kelestarian sumberdaya sidat maka
dibeberapa lokasi sudah perlu dilakukan restocking. Untuk menjamin keberhasilan
restocking benih sidat perlu diperhatikan 3 hal yakni: ukuran yang tepat untuk
ditebar, waktu penebaran dan lokasi penebaran. Ukuran benih sidat yang tepat
untuk ditebar adalah benih yang sudah tahan terhadap fluktuasi lingkungan dan
memiliki kemampuan tinggi untuk menghindar dari predator. Ukuran tersebut
adalah benih ikan sidat yang minimal sudah berbobot 1-2 g dengan panjang 10-12
cm. Waktu yang tepat untuk penebaran benih pada kegiatan restocking adalah
pada musim hujan (saat genangan perairan umum tinggi) sehingga ruang gerak
luas dan ketersediaan pakan alami terjamin.

2
Musim migrasi glass eel di alam dari laut ke muara adalah pada musim
hujan, dengan demikian maka benih sidat yang ditangkap pada musim hujan harus
dibesarkan dahulu hingga ukuran 1-2 g yang membutuhkan waktu 2-3 bulan masa
pemeliharaan (Affandi 2010). Apabila benih berukuran 1-2 g tersebut langsung
ditebar kelokasi restocking maka ada kemungkinan waktu tebar tidak tepat karena
berada pada musim kemarau/awal musim kemarau. Untuk menunggu waktu
penebaran yang tepat, benih yang berukuran 1-2 g tersebut perlu ditahan
pertumbuhannya (stunting) melalui pembatasan pakan pada level maintenance
agar dalam pemeliharaannya tidak banyak menggunakan tempat dan biaya yang
tinggi. Selain itu, adanya musim benih yang terbatas, sedangkan kebutuhan benih
ukuran 1-2 g harus kontinu sepanjang tahun pada kegiatan budidaya, maka
stunting benih sidat untuk keperluan budidaya juga perlu dilakukan. Pada kegiatan
stunting perlu dipertanyakan bagaimana pengaruh stunting terhadap kondisi
kesehatan benih pasca dilakukan stunting dalam kaitannya dengan kesiapan benih
untuk ditebar di perairan umum (restocking ) atau dipelihara pada wadah budidaya.
Sehubungan dengan perlunya stunting tersebut, baik untuk keperluan restocking
di perairan umum maupun untuk kegiatan budidaya serta perlunya informasi
kondisi benih pasca-stunting maka penelitian ini penting untuk dilakukan.

Perumusan Masalah
Ikan sidat mempunyai sifat katadromus yakni melakukan ruaya mijah ke
laut dan anak-anak sidat melakukan ruaya kembali untuk tumbuh dewasa di
perairan tawar. Ruaya merupakan bagian terpenting dalam siklus hidup ikan sidat
untuk kelangsungan proses regenerasi. Pemutusan salah satu mata rantai siklus ini
dapat mengakibatkan punahnya sumberdaya sidat di alam karena pemijahan hanya
terjadi sekali dalam hidupnya (Herianti 2005). Ikan sidat merupakan sumberdaya
dapat pulih namun rentan kepunahan. Eksploitasi ikan sidat di alam cukup tinggi,
baik penangkapan pada ukuran benih maupun ukuran konsumsi. Upaya untuk
mengurangi tekanan terhadap populasi sidat agar kelestariannya terjaga dapat
dilakukan dengan mengembangkan kegiatan budidayanya.
Kegiatan budidaya membutuhkan benih dengan ukuran tertentu (1-2 g) dan
saat ini benih yang digunakan masih dari alam yang ketersediaannya dipengaruhi
oleh musim (musim hujan). Dengan demikian untuk menyediakan benih
sepanjang tahun dapat dilakukan dengan memelihara dan menahan pertumbuhan
(stunting) benih agar berada pada ukuran yang dibutuhkan pada setiap fase
penebaran benih sepanjang tahun. Untuk dapat merealisasikan terjaminnya benih
sepanjang tahun, maka penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu:
1) Penentuan tingkat kebutuhan pakan yang dapat menahan pertumbuhan
(maintenance), optimum dan maksimum.
2) Menganalisis pengaruh lama stunting terhadap kondisi fisiologis benih ikan
sidat.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka disusun kerangka
berpikir seperti yang tercantum pada Gambar 1.

3
Eksploitasi sumberdaya sidat di alam
Pakan maintenance

Glass eel

Stunting

Benih ukuran 1-2 g

Pakan
optimum/maksimum

Budidaya pembesaran
Sidat ukuran konsumsi

Restocking di perairan
umum
Pemulihan stok

Gambar 1. Skema perumusan masalah

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian terdiri atas dua tahap: menentukan level pakan benih sidat
(maintenance, optimum dan maksimum) dan menganalisis pengaruh lama
stunting terhadap kondisi fisiologis benih ikan sidat.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam manajemen
penyediaan benih ikan pada kegiatan budidaya dan restocking ikan sidat di
perairan umum.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian tahap awal dilakukan dengan mengaplikasikan empat perlakuan
pemberian pakan dengan tujuan untuk menentukan level pakan maintenance,
optimum dan maksimum pada pemeliharaan benih ikan sidat. Penelitian tahap
kedua dilakukan dengan mengaplikasikan tiga perlakuan waktu stunting (satu, dua
dan tiga bulan) dengan pemberian pakan pada level maintenace dengan tujuan,
untuk menganalisis pengaruh lama stunting terhadap kondisi fisiologis benih ikan
sidat.

2 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan September 2013 hingga Februari 2014 di
Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Analisis fisika-kimia air berupa nitrit dan amonia
dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur FPIK IPB. Analisis darah

4
berupa glukosa darah, hemoglobin, eritrosit, leukosit dan hematokrit dilaksanakan
di Laboratorium Fisiologi FKH IPB. Analisis proksimat berupa kadar air, protein,
lemak, karbohidrat dan abu dilaksanakan di Laboratorium Sumberdaya Hayati dan
Bioteknologi LPPM IPB.

Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu:
1) Tahap pertama, penelitian untuk menentukan kebutuhan pakan pada tingkat
maintenance, optimum dan maksimum.
2) Tahap kedua, penelitian untuk menganalisis pengaruh lama stunting terhadap
kondisi fisiologis benih ikan sidat.

Penelitian Tahap I
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kebutuhan pakan pada tingkat
maintenance, optimum dan maksimum benih ikan sidat berukuran 1-2 g.

Rancangan Percobaan
Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari menggunakan rancangan acak
lengkap (RAL) dengan perlakuan jumlah pemberian pakan dengan level yang
berbeda dan masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Tingkat pemberian pakan
pada masing-masing perlakuan adalah:
Perlakuan 1 : pemberian pakan sebanyak 0 % dari biomassa ikan
Perlakuan 2 : pemberian pakan sebanyak 5 % dari biomassa ikan
Perlakuan 3 : pemberian pakan sebanyak 10 % dari biomassa ikan
Perlakuan 4 : pemberian pakan sebanyak 15 % dari biomassa ikan

Prosedur Percobaan
Akuarium disiapkan sebanyak 12 unit ukuran 40x30x30 cm3 lengkap
dengan sistem aerasi dan filter internal. Air yang digunakan untuk media
pemeliharaan ikan sidat diendapkan terlebih dahulu di dalam sebuah bak
penampungan air (tandon) selama 2-3 hari dan diaerasi sehingga ketersediaan
oksigen dalam kolom perairan tetap terjaga. Air dari tandon dimasukkan kedalam
akuarium percobaan sebanyak 27 liter, didiamkan dan diberi aerasi selama 2-3
jam. Benih ikan sidat disiapkan sebanyak 96 ekor, dan ditebar 8 ekor/ akuarium.
Pada hari pertama pemeliharaan, benih ikan dipuasakan selama 24 jam, setelah itu
pakan diberikan dua kali dalam sehari, yakni pada pukul 08.00 (¼ bagian) dan
pada pukul 16.00 (¾ bagian) dari jumlah pakan yang diberikan per harinya.
Persentase yang banyak diberikan pada pukul 16.00 dikarenakan sifat nokturnal
ikan sidat yang aktif makan pada malam hari. Pakan diberikan setiap hari secara
kontinu tanpa jeda, kecuali di hari pergantian air 100 %. Pakan yang digunakan
adalah pakan komersial berbentuk pelet ukuran 1.5 mm dengan kandungan protein

5
46 %, penentuan pemilihan ukuran pakan yang digunakan berdasarkan lebar
bukaan mulut benih ikan sidat yang diukur menggunakan DinoCapture 2.0 dengan
cara kerja pada Lampiran 1. Penyifonan air dilakukan setiap hari sebelum
pemberian pakan pada pagi hari. Penyifonan dilakukan untuk menjaga kualitas air
dalam media pemeliharaan. Sebanyak ¼ volume air dari akuarium dikeluarkan
bersama kotoran yang ada pada air di akuarium, kemudian air tandon
ditambahkan kembali ke dalam akuarium hingga volume semula.

Pengamatan dan Pengukuran
Pengamatan kematian benih ikan sidat dilakukan setiap hari, pengukuran
bobot tubuh dan pengukuran fisika-kimia air (DO, pH, amonia dan nitrit)
dilakukan tiap dua minggu sekali, sedangkan suhu diamati dua kali sehari yaitu
sebelum pemberian pakan (08.00 dan 16.00). Pengukuran bobot ikan dilakukan
dengan cara mengambil ikan dalam media pemeliharaan dari setiap akuarium
menggunakan serok, selanjutnya ikan ditimbang satu persatu menggunakan
timbangan digital dengan ketelitian seperseratus gram. Setelah ditimbang, ikan
dikembalikan kedalam akuarium. Pengukuran parameter fisika-kimia air pada
penelitian ini meliputi suhu yang diukur menggunakan termometer, oksigen
terlarut air diukur menggunakan DO-meter, dan pH air diukur menggunakan pHmeter. Amonia dan nitrit air pemeliharaan dianalisis di Laboratorium Lingkungan
Akuakultur FPIK IPB dengan penentuan kadar (amonia dan nitrit) pada Lampiran
2 dan 3.

Pengelolaan dan analisis data
Data kematian ikan dan bobot ikan diolah untuk menghitung tingkat
kelangsungan hidup (survival rate, SR) dan laju pertumbuhan spesifik (spesifik
growth rate, SGR).
A. Tingkat kelangsungan hidup
Tingkat kelangsungan hidup ikan dihitung dengan rumus Effendie (1997):

Keterangan :
SR = tingkat kelangsungan hidup (%)
No = jumlah ikan uji pada awal penelitian (ekor)
Nt = jumlah ikan uji pada akhir penelitian (ekor)
B. Laju pertumbuhan spesifik (specific growth rate)
Laju pertumbuhan spesifik dihitung dengan rumus Ricker (1979):
_

_

6
Keterangan :
SGR
_ = laju pertumbuhan berat spesifik (% perhari)
_ = bobot rata-rata pada akhir penelitian (gram)
= bobot rata-rata pada awal penelitian (gram)
t = lama pemeliharaan (hari)
Hasil dari perhitungan SR dan SGR dianalisis dengan analisis ragam
(ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95 %. Apabila hasil analisis memperlihatkan
adanya perbedaan nyata, maka dilakukan uji lanjut Tukey pada taraf nyata 5 %
(Steel dan Torrie 1981). Pakan maintenance, optimum dan maksimum ditentukan
dengan membuat kurva hubungan antara feeding rate (FR) dan SGR. Perpotongan
antara SGR dengan FR dinyatakan sebagai pakan maintenance. Titik
persinggungan kurva pertumbuhan dengan garis linear dianggap sebagai pakan
optimum dan kebutuhan pakan maksimum ditentukan dari titik tertinggi kurva
pertumbuhan. Parameter fisika-kimia air dianalisis secara deskriptif. Analisis data
dilakukan dengan program MS Excel 2013 dan SPSS 16.0.

Penelitian Tahap II
Penelitian tahap kedua bertujuan untuk menganalisis pengaruh lama
stunting terhadap kondisi fisiologis benih ikan sidat.

Rancangan Percobaan
Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3
perlakuan waktu dan masing-masing perlakuan diulang 3 kali, yaitu:
Perlakuan 1: benih ikan sidat diberi pakan dengan tingkat pemberian pakan
maintenance selama satu bulan.
Perlakuan 2: benih ikan sidat diberi pakan dengan tingkat pemberian pakan
maintenance selama dua bulan.
Perlakuan 3: benih ikan sidat diberi pakan dengan tingkat pemberian pakan
maintenance selama tiga bulan.

Prosedur Percobaan
Akuarium disiapkan sebanyak sembilan unit berukuran 60x40x303 cm
lengkap dengan sistem aerasi dan filteri internal. Air diendapkan di dalam sebuah
bak penampungan air selama 2-3 hari diaerasi. Air dimasukkan kedalam akuarium
percobaan sebanyak 54 liter, didiamkan dan diberi aerasi selama 2-3 jam. Benih
ikan sidat disiapkan sebanyak 270 ekor, yang ditebar 30 ekor/akuarium
percobaan. Hari pertama pemeliharaan benih ikan dipuasakan selama 24 jam,
setelah itu pakan diberikan dua kali dalam sehari, yakni pada pukul 08.00 (¼
bagian) dan pada pukul 16.00 (¾ bagian) dari jumlah pakan yang diberikan per
harinya. Persentase yang banyak diberikan pada pukul 16.00 dikarenakan sifat
nokturnal ikan sidat yang aktif makan pada malam hari. Jumlah pakan yang

7
diberikan per harinya sebesar 3.3 % (persentase pakan yang diberikan berdasarkan
hasil percobaan tahap 1). Pakan diberikan setiap hari secara kontinu tanpa jeda,
kecuali di hari pergantian air 100 %. Pakan yang digunakan adalah pakan
komersial berbentuk pelet ukuran 1.5 mm dengan kadar protein 46 %, penentuan
pemilihan ukuran pakan yang digunakan berdasarkan lebar bukaan mulut benih
ikan sidat. Penyifonan air dilakukan setiap hari sebelum pemberian pakan pada
pagi hari, proses penyifonan dilakukan untuk menjaga kualitas air dalam media
pemeliharaan. Sebanyak ¼ volume air dari akuarium dikeluarkan bersama kotoran
yang ada pada air di akuarium, kemudian air tandon ditambahkan kembali ke
dalam akuarium hingga volume semula.
Pengamatan dan Pengukuran
Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengamatan
kematian yang diamati setiap hari pada saat pemberian pakan, sedangkan
pengukuran bobot tubuh dilakukan pada hari ke-0, 30, 60 dan ke-90. Ikan
sebanyak 30 ekor diambil dari setiap akuarium menggunakan serok. Selanjutnya,
ikan ditimbang satu persatu menggunakan timbangan dengan ketelitian
seperseratus gram. Setelah ditimbang, ikan dikembalikan kedalam akuarium.
Pengukuran glukosa darah dan gambaran darah ikan dilakukan sebagai indikator
stres. Pengukuran glukosa darah, gambaran darah dan analisis proksimat
dilakukan sebanyak empat kali yaitu pada hari ke-0, 30, 60 dan hari ke-90.
Pengukuran glukosa darah dan gambaran darah ikan dilakukan menggunakan
metode pull yaitu dalam satu sampel darah untuk dianalisis berasal dari
pengumpulan darah lima ekor ikan yang dikumpulkan dalam satu tabung
penyimpanan darah. Masing-masing tabung tersebut sebelumnya telah diisi
larutan heparin yang berfungsi untuk menjaga keenceran darah agar darah tersebut
tidak mudah membeku, prosedur kerja dapat dilihat pada Lampiran 4. Pengukuran
proksimat total tubuh benih sidat juga menggunakan metode pull karena syarat
satu sampel untuk analisis proksimat adalah 15 gram bobot basah, sehingga dalam
satu sampel untuk analisis proksimat benih sidat berasal dari pengumpulan 8-10
benih sidat yang dimasukkan kedalam satu plastik sampel, prosedur kerja dapat
dilihat pada Lampiran 5.
Pengukuran parameter fisika-kimia air pada penelitian ini meliputi suhu
yang diukur menggunakan termometer, oksigen terlarut air diukur menggunakan
DO-meter, dan pH air diukur menggunakan pH-meter. Nitrit dan amonia air
pemeliharaan dianalisis di Laboratorium Lingkungan Akuakultur FPIK IPB
menggunakan sampel air media pemeliharaan.
Pengolahan dan analisis data
Parameter pengamatan meliputi tingkat kelangsungan hidup (survival rate,
SR), laju pertumbuhan spesifik (spesifik growth rate, SGR) dan koefisien
keragaman bobot (KK).

8
A. Tingkat kelangsungan hidup
Tingkat kelangsungan hidup ikan dihitung dengan rumus (Effendie 1997):

Keterangan :
SR = tingkat kelangsungan hidup (%)
No = jumlah ikan uji pada awal penelitian (ekor)
Nt = jumlah ikan uji pada akhir penelitian (ekor)
B. Laju pertumbuhan spesifik (specific growth rate)
Laju pertumbuhan spesifik dihitung dengan rumus Ricker (1979):
_

_

Keterangan :
SGR
_ = laju pertumbuhan berat spesifik (% perhari)
_ = bobot rata-rata pada akhir penelitian (gram)
= bobot rata-rata pada awal penelitian (gram)
t = lama pemeliharaan (hari)
C. Koefisien keragaman bobot (KK)
Koefisien keragaman bobot dihitung dengan rumus Steel dan Torrie (1981):
KK = (s/y) x 100
Keterangan :
s
= standar deviasi
y
= nilai rata-rata.
Hasil dari perhitungan SR, SGR dan KK bobot dianalisis dengan analisis
ragam (ANOVA) dengan tingkat kepercayaan 95 %. Apabila hasil analisis
memperlihatkan adanya perbedaan nyata, maka dilakukan uji lanjut Tukey pada
taraf nyata 5 % (Steel dan Torrie 1981) untuk mengetahui tingkat perbedaan antar
perlakuan. Glukosa darah, gambaran darah, proksimat dan fisika-kimia air
dianalisis secara deskriptif. Analisis data dilakukan dengan program MS Excel
2013 dan SPSS 16.0.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Tahap I
Tingkat Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Spesifik
Hasil pengukuran dan pengamatan selama penelitian didapatkan nilai SR
dan SGR yang disajikan pada Tabel 1 dan Lampiran 6. Nilai SR benih ikan sidat

9
selama pemeliharaan memperlihatkan nilai yang baik (>90 %) dan hasil uji
statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata antar perlakuan (p>0.05).
Laju pertumbuhan spesifik merupakan persentase pertumbuhan harian yang
dihitung berdasarkan bobot ikan uji selama 30 hari penelitian. Hasil uji statistik
SGR memperlihatkan bahwa ada perbedaan nyata (p