Latar Belakang Gambaran Dermatitis Atopik di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dr.Pirngadi Medan Tahun 2008.

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dermatitis atopik masih merupakan masalah kesehatan, terutama pada bayi dan anak, karena sifatnya yang kronik residif, sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Dermatitis atopik paling sering pada bayi, namun dapat juga pada anak dan dewasa. Pada sebagian besar pasien, dermatitis atopik merupakan manifestasi klinis atopi yang pertama, dan banyak diantara mereka kemudian akan mengalami asma dan rinitis alergik. Walaupun predisposisi genetik merupakan salah satu faktor risiko yang paling penting, tetapi meningkatnya prevalensi dermatitis atopik di negara-negara industri menunjukkan bahwa faktor lingkungan pajanan mikroba dan nutrisi juga mempunyai peran yang cukup penting Schultz, et al., 1996 dalam Gondokaryono, 2009; Leung, 2007; Wisesa, 2009; Dharmadji, 2006. Etiologi pasti dermatitis atopik ini belum diketahui, namun berbagai penelitian menunjukkan bahwa dermatitis atopik ini disebabkan dari interaksi antara genetik, lingkungan, defek sawar kulit dan sistem imun Peterson dan Chan, 2006. Simptom utama dari dermatitis atopik ialah gatal. Gatal merupakan masalah utama selama tidur, pada waktu kontrol kesadaran terhadap garukan menjadi hilang. Untuk bayi, dermatitis atopik dapat menyebabkan keadaan yang tidak menyenangkan dan mengganggu oleh karena iritasi di daerah kulit yang disertai rasa gatal, garukan, sampai terjadinya infeksi. Kesemua ini dapat membuat bayi menjadi rewel, proses pemberian makan menjadi terganggu, dan akhirnya akan mempengaruhi proses tumbuh kembangnya Dewi, 2004. Tidak ada penyembuhan yang total untuk dermatitis atopik, namun gejala yang timbul cenderung berkurang seiring dengan perjalanan usia. Dari seluruh bayi yang menderita dermatitis atopik, hanya sepertiga kasus yang masih terus mengalami kekambuhan penyakit ini hingga masa kanak-kanak. Hal yang serupa Universitas Sumatera Utara juga didapatkan pada mereka masih menderita dermatitis atopik pada masa kanak- kanak, hanya sekitar sepertiga kasus masih berlanjut hingga masa remaja. Sebagian besar penderita mengalami periode remisi dan periode kambuh penyakit ini selama bertahun-tahun Leung, et al., 2004 dalam Zulkarnain, 2009. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya dermatitis atopik yang persisten antara lain, adanya riwayat anggota keluarga yang menderita dermatitis atopik, awitan penyakit pada usia dini, gambaran penyakit yang semakin meluas pada awal kehidupan dan adanya penyakit asma atau rinitis alergik yang timbul secara bersamaan Leung, et al., 2007 . Prevalensi dermatitis atopik pada anak cenderung meningkat pada beberapa dekade terakhir. Menurut International Study of Asthma and Allergies in Children, prevalensi penderita dermatitis atopik pada anak bervariasi di berbagai negara. Prevalensi dermatitis atopik pada anak di Iran dan China kurang lebih sebanyak 2, di Australia, England dan Scandinavia sebesar 20. Prevalensi yang tinggi juga didapatkan di Negara Amerika Serikat yaitu sebesar 17,2 Flohr, et al., dalam Zulkarnain, 2009; Laughter, et al., 2000 dalam Simpson dan Hanifin, 2005. Pada penelitian Yuin Chew Chan dkk, di Asia Tenggara didapatkan prevalensi dermatitis atopik pada orang dewasa adalah sebesar kurang lebih 20 Chan, et al., 2006 dalam Zulkarnain, 2009. Data mengenai penderita dermatitis atopik di Indonesia belum diketahui secara pasti. Berdasarkan data di Unit Rawat Jalan Penyakit Kulit Anak RSU Dr. Soetomo didapatkan jumlah pasien dermatitis atopik mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah pasien dermatitis atopik baru yang berkunjung pada tahun 2006 sebanyak 116 pasien 8,14 dan pada tahun 2007 sebanyak 148 pasien 11,05, sedangkan tahun 2008 sebanyak 230 pasien 17,65 Zulkarnain, 2009. Seperti negara sedang berkembang lainnya, di Indonesia, kelainan ini belum mendapat cukup perhatian. Angka kejadian dermatitis atopik di Medan hingga saat ini belum diketahui. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian mengenai gambaran penyakit dermatitis atopik di Poliklinik Kulit dan Kelamin Universitas Sumatera Utara RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2008 yang merupakan rumah sakit rujukan kota Medan.

1.2. Rumusan Masalah