Rumusan Masalah Manfaat Penelitian Defenisi Dermatitis Atopik Epidemiologi

RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2008 yang merupakan rumah sakit rujukan kota Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah gambaran penyakit dermatitis atopik di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Pirngadi tahun 2008?’’. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dermatitis atopik di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2008.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui gambaran dermatitis atopik di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dr.Pirngadi Medan tahun 2008 berdasarkan jenis kelamin. 2. Untuk mengetahui gambaran dermatitis atopik di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dr.Pirngadi Medan tahun 2008 berdasarkan usia. 3. Untuk mengetahui gambaran dermatitis atopik di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dr.Pirngadi Medan tahun 2008 berdasarkan lokasi ruam.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan : Sebagai bahan informasi dan pengetahuan kepada tenaga medis, terutama dokter spesialis kulit mengenai gambaran dermatitis atopik di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSU Pirnga Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Dermatitis Atopik

Dermatitis atopik adalah suatu dermatitis yang bersifat kronik residif yang dapat terjadi pada bayi, anak dan dewasa dengan riwayat atopi pada penderita atau keluarganya Dharmadji, 2006.

2.2. Epidemiologi

Dermatitis atopik DA merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di seluruh dunia dengan prevalensi pada anak-anak 10-20, dan prevalensi pada orang dewasa 1-3 Williams et al, 1999 dalam Leung, et al., 2007; Schultz dan Hanifin, 2002 dalam Leung dan Bieber, 2003. Dermatitis atopik lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki dengan ratio kira-kira 1.5:1 Kuster, et al., 1990 dalam Abramovits, 2005. Dermatitis atopik sering dimulai pada awal masa pertumbuhan early-onset dermatitis atopic. Empat puluh lima persen kasus dermatitis atopik pada anak pertama kali muncul dalam usia 6 bulan pertama, 60 muncul pada usia satu tahun pertama dan 85 kasus muncul pertama kali sebelum anak berusia 5 tahun. Lebih dari 50 anak-anak yang terkena dermatitis atopik pada 2 tahun pertama tidak memiliki tanda-tanda sensitisasi IgE, tetapi mereka menjadi jauh lebih peka selama masa dermatitis atopik Illi et al., 2004 dalam Bieber, 2008. Sebagian besar yaitu 70 kasus penderita dermatitis atopik anak, akan mengalami remisi spontan sebelum dewasa. Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada saat dewasa late onset dermatitis atopic , dan pasien ini dalam jumlah yang besar tidak ada tanda-tanda sensitisasi yang dimediasi oleh IgE Novak dan Bieber, 2003 dalam Bieber, 2008. Menurut International Study of Asthma and Allergies in Children, prevalensi penderita dermatitis atopik pada anak bervariasi di berbagai negara. Prevalensi dermatitis atopik pada anak di Iran dan China kurang lebih sebanyak Universitas Sumatera Utara 2, di Australia, England dan Scandinavia sebesar 20. Prevalensi yang tinggi juga didapatkan di Negara Amerika Serikat yaitu sebesar 17,2 Flohr, et al., dalam Zulkarnain, 2009; Laughter, et al., 2000 dalam Simpson dan Hanifin, 2005. Penelitian Yuin Chew Chan dkk, di Asia Tenggara didapatkan prevalensi dermatitis atopik pada orang dewasa adalah sebesar kurang lebih 20 Chan et al., 2006 dalam Zulkarnain, 2009. Data mengenai penderita dermatitis atopik pada anak di Indonesia belum diketahui secara pasti. Berdasarkan data di Unit Rawat jalan Penyakit Kulit Anak RSU Dr. Soetomo didapatkan jumlah pasien dermatitis atopik mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah pasien dermatitis atopik baru yang berkunjung pada tahun 2006 sebanyak 116 pasien 8,14 dan pada tahun 2007 sebanyak 148 pasien 11,05, sedangkan tahun 2008 sebanyak 230 pasien 17,65 Zulkarnain, 2009. Penyebab dari peningkatan prevalensi dermatitis atopik belum sepenuhnya dimengerti. Riwayat keluarga yang positif mempunyai peran yang penting dalam kerentanan terhadap dermatitis atopik, namun faktor genetik saja tidak dapat menjelaskan peningkatan prevalensi yang demikian besar. Dari hasil observasi yang dilakukan pada negara-negara yang memiliki ethnis grup yang sama didapatkan bahwa faktor lingkungan berhubungan dengan peningkatan risiko dermatitis atopik Flohr, et al., 2005 dalam Gondokaryono, 2009; Tay, 2002 dalam Leung, et al., 2007. Prevalensi dermatitis atopik lebih rendah di daerah pedesaan dibandingkan dengan daerah perkotaan yang dihubungkan dengan “hygiene hypothesis”, yang mendalilkan bahwa ketiadaan pemaparan terhadap agen infeksi pada masa anak-anak yang dini meningkatkan kerentanan terhadap penyakit alergi Williams dan Flohr, 2006 dalam Bieber, 2008; Zutavern, et al., 2005 dalam Bieber, 2008. Beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan prevalensi dermatitis atopik yaitu pada daerah kota dengan peningkatan pemaparan stimulus dari lingkungan industri yang berbahaya, sosial ekonomi yang tinggi, jumlah anak yang sedikit, migrasi dari pedesaan ke perkotaan, infeksi terhadap Staphylococcus Universitas Sumatera Utara aureus, dan umur ibu yang tua pada saat melahirkan Larsen dan Hanifin, 2002 dalam Abramovits, 2005; Von, 2000 dalam Abramovits, 2005; Jones, 2002 dalam Abramovits, 2005; Eichenfield, et al., 2003 dalam Leung, et al., 2007.

2.3. Etiologi dan Patogenesis Dermatitis Atopik