PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ATI (APTITUDE TREATMENT INTERACTION) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA.

(1)

PE NE RAPAN MODEL PE MBELAJARAN ATI ( A PTI TUDE TREATMENT INTERACTION) UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA

Oleh:

Nirmasari Siahaan NIM. 4123311034

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2016


(2)

(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

Nirmasari Siahaan dilahirkan di Tebing Tinggi pada tanggal 9 Mei 1994. Ayah bernama Nimrot Siahaan, S.Pd dan Ibu bernama Dra. Nurlince Sianturi, dan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 2000 penulis masuk SD Swasta Katolik Assisi Tebing Tinggi dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Tebing Tinggi dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.


(4)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ATI (APTITUDE TREATMENT INTERACTION) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA

Nirmasari Siahaan (NIM.4123311034)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan menerapkan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi bangun datar segiempat di kelas VII SMP Negeri 1 Sei Bamban.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-6 SMP Negeri 1 Sei Bamban yang berjumlah 42 orang dan objek penelitian ini adalah model pembelajaran ATI pada materi bangun datar segiempat di kelas VII SMP Negeri 1 Sei Bamban Tahun Ajaran 2015/2016. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes dan observasi. Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematika siswa setelah dilakukan pembelajaran dan lembar observasi digunakan untuk melihat proses pembelajaran dan aktivitas siswa. Sedangkan analisis data yang dilakukan di dalam penelitian adalah reduksi data, paparan data dan penarikan kesimpulan.

Untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematika awal siswa maka diberikan tes kemampuan awal dan diperoleh data sebanyak 8 (19,05%) siswa yang mencapai kriteria kemampuan komunikasi matematika dengan kategori sedang. Setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran ATI, maka diberikan Tes Kemampuan Komunikasi Matematika (TKKM). Dari hasil TKKM I diperoleh data bahwa sebanyak 26 (61,90 %) siswa yang mencapai kriteria kemampuan komunikasi matematika dengan kategori sangat tinggi, tinggi dan sedang. Karena kemampuan komunikasi matematika siswa secara keseluruhan belum mencapai 85 % maka dilanjutkan tindakan pada siklus II. Dari hasil TKKM II diperoleh data bahwa sebanyak 40 (95,24 %) siswa yang mencapai kriteria kemampuan komunikasi matematika dengan kategori sangat tinggi, tinggi dan sedang. Ini berarti terjadi peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa dari siklus I hingga siklus II.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis hingga penelitian ini dapat selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul Penerapan Model Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa. Adapun penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Beliau telah banyak memberikan bimbingan dan saran – saran kepada penulis sejak awal hingga akhir penulisan skipsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Syafari, M.Pd, Bapak Dr. Abil Mansyur, M.Si, Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu, M.S. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan.

Ucapan terima kasih disampaikan penulis kepada Bapak Rektor UNIMED, Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd beserta para staf pegawai di rektorat, Bapak Dr. Asrin Lubis M.Pd selaku Dekan FMIPA UNIMED, beserta Pembantu Dekan UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika, juga Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Pegawai Jurusan Matematika yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan membantu penulis selama perkuliahan.

Ucapan terima kasih yang sama penulis sampaikan kepada Bapak Sudariyono, S.Pd selaku kepala sekolah SMP Negeri 1 Sei Bamban dan kepada Ibu Dra. Rismaida Sijabat selaku guru bidang studi matematika yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama penelitian serta para guru dan staf


(6)

v

administrasi yang telah memberikan kesempatan serta bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian.

Teristimewa rasa terima kasih dan cinta penulis kepada Ayahanda Nimrot Siahaan dan Ibunda Nurlince Sianturi, orangtua penulis yang telah mengasuh, membimbing, memberi kasih sayang, mendukung secara materil dan selalu

mendo’akan penulis. Semoga Tuhan memberikan kesehatan dan panjang umur.

Amin. Terima kasih juga buat adik – adik yang tersayang Valentin Nova Lina Siahaan dan Naomi Roslina Siahaan yang telah memberikan do’a, semangat, motivasi, dan dukungan kepada penulis, serta terima kasih juga penulis ucapkan untuk sanak keluarga yang banyak membantu dalam bentuk materi dan motivasi untuk penulis dalam menyusun skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih untuk teman spesial Gerham Gultom, S.Pd yang selalu bersama dan memberikan do’a serta motivasi maupun dorongan untuk mengerjakan skripsi ini hingga selesai. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman – teman senasib seperjuangan ( Rita, Dwi Ayu dan Rizki Setia Ayu) serta teman – teman EKS A’ 012 Pendidikan Matematika, teman – teman satu atap ( Tere, Debi, Melda) yang tiada henti memberikan motivasi dan doa yang tulus serta sahabat-sahabat lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Medan, Agustus 2016

Penulis,

Nirmasari Siahaan NIM. 4123311034


(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 9

1.3. Batasan Masalah 9

1.4. Rumusan Masalah 9

1.5. Tujuan Penelitian 9

1.6. Manfaat Penelitian 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis 11

2.1.1. Pengertian Komunikasi 11

2.1.2. Komunikasi Matematika 12

2.1.3. Model Pembelajaran 17

2.1.4. Model Pembelajaran ATI 18

2.1.4.1. Tujuan Model Pembelajaran ATI 18

2.1.4.2. Langkah-langkah Model Pembelajaran ATI 19 2.1.4.3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran ATI 21

2.2. Uraian Materi Bangun Datar Segiempat 22

2.3. Penelitian yang Relevan 28

2.4. Kerangka Konseptual 28

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 30

3.2. Subjek dan Objek Penelitian 30

3.3.1. Subjek Penelitian 30

3.3.2. Objek Penelitian 30

3.3. Jenis Peneliatian 30

3.4. Alat dan Pengumpulan Data 32

3.4.1. Tes 32

3.4.2. Observasi 32

3.5. Prosedur Penelitian 32

3.6. Teknik Analisis Data 37

3.6.1. Reduksi Data 37


(8)

vii

3.6.3. Menarik Kesimpulan 39

3.8. Indikator Keberhasilan 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 40

4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian Pada Siklus I 40

4.1.1.1. Permasalahan I 40

4.1.1.2. Tahap Perencanaan Tindakan I(Alternatif Pemecahan

Masalah I) 47

4.1.1.3. PelaksanaanTindakan I 48

4.1.1.4. Observasi I 50

4.1.1.5. Analisis Data I 54

4.1.1.5.1. Analisis Data Tindakan Guru 54

4.1.1.5.2. Analisis Data Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 55

4.1.1.6. Refleksi I 62

4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian pada Siklus II 64

4.1.2.1. Permasalahan II 64

4.1.2.2. Tahap Perencanaan Tindakan II (Alternatif Pemecahan

Masalah II) 65

4.1.2.3. Pelaksanaan Tindakan II 66

4.1.2.4. Observasi II 69

4.1.2.5. Analisis Data II 73

4.1.2.5.1. Analisis Data Tindakan Guru 73

4.1.2.5.2. Analisis Data Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 74

4.2. Temuan Penelitian 77

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 82

5.2 Saran 83


(9)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1. Kriteria Penilaian Observasi

Tabel 3.2. Kriteria Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika

37 39 Tabel 4.1. Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa pada Tes Awal

Tabel 4.2. Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Per Indikator pada Tes Awal

Tabel 4.3. Data Kesalahan Siswa pada Tes Awal Tabel 4.4. Hasil Observasi Guru Siklus I

Tabel 4.5. Hasil Observasi Siswa Siklus I

Tabel 4.6. Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I

Tabel 4.7. Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I per Indikator Tabel 4.8. Data Kesalahan Siswa pada Tes Komunikasi

Matematika I

Tabel 4.9. Hasil Observasi Guru Siklus II Tabel 4.10. Hasil Observasi Siswa Siklus II

Tabel 4.11. Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II Tabel 4.12. Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II per Indikator

41 42 43 51 53 56 57 58 69 72 74 75


(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1. Kesulitan Siswa Membedakan Luas dan Keliling

Suatu Persegi Panjang 5

Gambar 1.2. Kesulitan Siswa Menuliskan Sifat-sifat Persegi 6 Gambar 1.3. Kekeliruan Siswa dalam Menghitung Luas

Persegi Panjang 6

Gambar 2.1. Persegi Panjang 22

Gambar 2.2. Sisi-sisi Persegi Panjang Gambar 2.3. Persegi

Gambar 2.4. Sisi-sisi Persegi Gambar 2.5. Jajargenjang

Gambar 2.6. Sisi-sisi jajargenjang Gambar 2.7. Belah Ketupat

Gambar 2.8. Sisi-sisi Belah Ketupat

22 23 24 25 25 26 27 Gambar 3.1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 36 Gambar 4.1. Diagaram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika

Siswa pada Tes Awal 41

Gambar 4.2. Diagram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika

Siswa Per Indikator pada Tes Awal 42 Gambar 4.3. Diagram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika

Siswa pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 56 Gambar 4.4. Diagram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika

Siswa Per Indikator pada Tes Kemampuan Komunikasi

Matematika I 57

Gambar 4.5. Diagram Kemampuan Komunikasi Siswa pada Tes

Kemampuan Komunikasi Matematika II 75 Gambar 4.6. Diagram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika

Siswa Per Indikator pada Tes Kemampuan Komunikasi


(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. RencanaPelaksanaanPembelajaranSiklusIdan

SiklusII 86

Lampiran 2. LASSiklus IdanSiklusII 109

Lampiran 3. AlternatifPenyelesaian LAS Idan II (Siklus I) 132

Lampiran 4. Kisi-kisiTesAwal 147

Lampiran 5. LembarValiditasTesAwal 148

Lampiran 6. Kisi-kisiTesKemampuanKomunikasiMatematika I 151 Lampiran 7. LembarValidasiTesKemampuanKomunikasi

Matematika I 152

Lampiran 8. Kisi-kisiTesKemampuanKomunikasiMatematika II 155 Lampiran 9. LembarValiditasTesKemampuanKomunikasi

Matematika II 156

Lampiran 10. TesAwal 159

Lampiran 11. AlternatifPenyelesaianTesAwal 161

Lampiran 12. PedomanPenskoranTesAwal 163

Lampiran 13. TesKemampuanKomunikasiMatematika I 164 Lampiran 14. AlternatifPenyelesaianTesKemampuanKomunikasi

Matematika I 166

Lampiran 15. PedomanPenskoranTesKemampuanKomunikasi

Matematika I 169

Lampiran 16. TesKemampuanKomunikasiMatematika II 170 Lampiran 17. Alternatif PenyelesaianTes Hasil Belajar II 171 Lampiran 18. PedomanPenskoranTesKemampuanKomunikasi

Matematika II 173

Lampiran 19. LembarObservasi Guru 174

Lampiran 20. LembarObservasiAktivitasSiswa 186

Lampiran 21. HasilTesAwalKemampuanKomunikasiMatematika

Siswa 194

Lampiran 22. HasilTesKemampuanKomunikasiMatematika

Siswa I 196

Lampiran 23. HasilTesKemampuanKomunikasiMatematika

Siswa I I 198

Lampiran 24. DeskripsiPersentaseKemampuanKomunikasiMatematika SiswaTiapIndikatorpadaTesAwal,TesSiklus I danTes

Siklus II 200


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masa depan suatu negara dapat dilihat dari maju tidaknya kualitas pendidikan dan kesehatan negara tersebut. Suatu negara dapat menjadi negara yang maju bahkan menjadi negara adidaya apabila mutu pendidikannya tinggi. Pada Undang-undang No.20 Tahun 2003 (Sagala, 2009) tentang Pendidikan Nasional, tercantum pengertian pendidikan yaitu:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Tapi pada kenyataannya dalam pendidikan terdapat banyak masalah. Tentunya permasalahan di dunia pendidikan itu tidak akan terselesaikan sekaligus, bahkan untuk meningkatkan sumber daya manusia berbagai masalah pendidikan akan terus bermunculan pada masa kini dan masa yang akan datang. Seperti yang dikemukakan oleh Nurdin (Nasution, 2011) bahwa :

“Masalah pokok pendidikan di Indonesia saat ini masih berkisar pada soal pemerataan kesempatan, relevansi, kualitas, efisiensi, dan efektifitas pendidikan. Sesuai dengan masalah pokok tersebut serta memperhatikan isu dan tantangan yang dihadapi pada masa kini dan kecenderungan di masa depan, maka dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia atau Human Resource Development (HDM) dan Human Capacity Development (HCD) untuk mengatasi persoalan dan menghadapi tantangan itu, perlu diciptakan pendidikan yang unggul yaitu pendidikan yang dapat mengembangkan potensi dan kapasitas siswa secara optimal ”.

Berdasarkan pendapat di atas untuk meningkatkan sumber daya manusia perlu diciptakan pendidikan yang dapat mengembangkan potensi dan kapasitas siswa secara optimal. Salah satu pengembangan potensi siswa dapat melalui pembelajaran matematika. Karena dengan belajar matematika diharapkan siswa


(13)

2

dapat mengembangkan kemampuan berpikir, bernalar, mengkomunikasikan gagasan serta dapat mengembangkan aktivitas kreatif dan pemecahan masalah.

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan, hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih banyak dibandingkan pelajaran lain. Matematika adalah segala sumber dari ilmu yang lain. Dengan kata lain, banyak ilmu-ilmu lain yang penemuan dan perkembangannya bergantung dari matematika. Matematika adalah ilmu dasar yang berkembang pesat baik materi maupun kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan kemampuan berpikir, karena itu matematika sangat diperlukan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), sehingga matematika perlu diberikan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari SD hingga perguruan tinggi. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Seperti diungkapkan oleh Cornelius (dalam Abdurrahman, 2012) bahwa :

“Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya” .

Peranan matematika juga dapat ditemukan pada hubungan matematika dengan mata pelajaran yang lainnya, artinya kesuksesan mempelajari matematika akan memberikan kesuksesan bagi siswa pada saat mempelajari materi-materi pada mata pelajaran lainnya. DEPDIKNAS (dalam Tarigan, 2014) menyatakan bahwa:

“Tujuan pembelajaran matematika yaitu: 1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah; 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat melakukan dan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol,


(14)

3

tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; 5) memiliki sikap yang menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah”.

Karena penerapan matematika yang sangat besar, seharusnya matematika menjadi mata pelajaran yang menyenangkan dan menarik, sehingga dapat meningkatkan keinginan dan semangat siswa dalam mempelajarinya. Keinginan dan semangat yang meningkat ini dapat menjalin komunikasi matematika dari siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa dan berbagai aspek yang perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran matematika. Namun pada kenyataan yang sering ditemukan di lapangan adalah bahwa masih sering terjadi kritikan dan sorotan tentang rendahnya mutu pendidikan oleh masyarakat yang ditujukan kepada lembaga pendidikan, maupun para pengajar pendidikan terutama para guru matematika. Data UNESCO (www.peringkatmatematika.com) menunjukkan bahwa:

“Peringkat matematika Indonesia berada di urutan 34 dari 38 negara. Ini menunjukkan bahwa mutu pendidikan Indonesia, terutama dalam pembelajaran matematika masih rendah. Sejauh ini Indonesia belum mampu lepas dari urutan penghuni papan bawah. Beberapa ahli matematika seperti Russefendi mensinyalir kelemahan matematika pada siswa Indonesia, karena pelajaran matematika di sekolah ditakuti bahkan dibenci siswa”.

Dari kutipan di atas sikap negatif seperti ini muncul karena adanya persepsi bahwa pelajaran matematika itu sulit. Menurut Soejono (www.strategipembelajaranmatematika.com) mengungkapkan bahwa:

“Kesulitan belajar siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal seperti fisiologi, faktor sosial dan faktor pedagogik. Selain itu terdapat pula kesulitan khusus dalam belajar matematika seperti:1) kesulitan dalam menggunakan konsep, 2) kesulitan dalam belajar dan menggunakan prinsip, 3) kesulitan memecahkan soal berbentuk verbal”.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bambang


(15)

4

“Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit, diantaranya adalah karakteristik matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang membingungkan. Selain itu, beberapa pelajar tidak menyukai matematika karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin komunikasi ”.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu kesulitan untuk mempelajari matematika adalah rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa. Pentingnya peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa juga telah tertulis dalam tujuan pendidikan nasional Indonesia yaitu matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat.

Dalam pembelajaran untuk SMP, materi Bangun Datar Segiempat diajarkan di kelas VII. Banyak siswa yang masih kesulitan untuk menyelesaikan soal – soal bangun datar segiempat disebabkan karena siswa kurang memahami masalah yang terdapat dalam soal dan siswa cenderung hanya menghafal rumus tanpa mengerti konsep dalam suatu masalah. Siswa juga beranggapan bahwa materi bangun datar segiempat merupakan materi yang sulit dipelajari.

Hal di atas juga terjadi pada siswa SMP dimana peneliti melakukan observasi. Peneliti telah melakukan observasi di SMP Negeri 1 Sei Bamban. Dalam observasinya, peneliti mewawancarai guru bidang studi matematika (R.Sijabat, 15 Januari 2015) yang mengatakan bahwa:

“Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika contohnya pada materi bangun datar segiempat disebabkan siswa kurang memahami konsep matematikanya untuk menyelesaikan soal apalagi jika soal yang diberikan sedikit bervariasi maka siswa sulit untuk mengerjakannya. Bahkan ketika siswa diajak dan diarahkan untuk menjelaskan suatu permasalahan dengan bahasanya sendiri (kemampuan komunikasi matematikanya), siswa masih sulit untuk mengungkapkannya akibatnya siswa tidak mengerti pengerjaan selanjutnya. Hal ini dikarenakan rendahnya komunikasi matematika siswa ”.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, terdapat kenyataan bahwa siswa tidak mampu memahami konsep dari materi tersebut, sehingga terjadi kesalahan persepsi. Masalah yang berikutnya adalah bahwa para siswa kurang


(16)

5

tertarik untuk menjawab pertanyaan dari gurunya, para siswa lebih senang untuk berbicara terhadap teman-temannya. Sebagian siswa yang mengetahui jawabannya lebih memilih diam, akan tetapi ada juga siswa yang mampu menjawab pertanyaan dari gurunya. Semua tindakan siswa ini adalah fakta yang menunjukkan bahwa para siswa merasa bosan dan kurangnya minat siswa dalam proses pembelajaran tersebut.

Peneliti juga menanyakan bahwa model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran di kelas masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Guru sama sekali belum pernah menerapkan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI). Kegiatan selama proses pembelajaran di kelas adalah mengerjakan soal. Guru dan siswa bersama – sama mengerjakan soal, dan selama proses pengerjaan soal siswa tidak ada yang bertanya tentang apa yang kurang dimengerti dalam soal, dan ketika guru memberikan soal yang sedikit berbeda dengan contoh soal banyak siswa yang tidak mengerti dan sama sekali tidak bisa mengerjakan soal tersebut.

Selain itu peneliti juga mengadakan tes studi pendahuluan kepada siswa kelas VIII sebanyak tiga soal dan dari 38 siswa hanya terdapat 3 orang yang kemampuan komunikasinya baik sedangkan 35 orang masih rendah. Hal ini menunjukkan masih rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa dalam menyelesaikan soal.

Terlihat dari soal no.1 yang dikerjakan oleh siswa, bahwa siswa belum memahami konsep, sehingga tidak mampu menjelaskan secara baik mengenai soal tersebut.

Gambar 1.1. Kesulitan Siswa Membedakan Luas dan Keliling suatu Persegi Panjang


(17)

6

Sedangkan pada soal no. 2 siswa tidak dapat menuliskan ide pemikirannya dengan baik.

Gambar 1.2. Kesulitan Siswa Menuliskan Sifat-sifat Persegi

Dan pada soal no. 3 siswa tidak dapat merepresentasikan soal dengan baik sehingga terdapat kesalahan dalam pengerjaan soal .

Gambar1.3. Kekeliruan Siswa dalam Menghitung Luas Persegi Panjang Berdasarkan fakta-fakta di atas dapat disimpulkan beberapa kelemahan-kelemahan siswa yaitu kurang mampu menyatakan ide matematikanya dalam bentuk lisan maupun tulisan, kurang mampu memahami atau menafsirkan ide yang disajikan dalam bentuk lisan maupun tulisan serta belum mampu untuk menafsirkan dan menghubungkan bermacam-macam representasi ide matematikanya.

Untuk mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran matematika di sekolah maka para guru memerlukan terobosan baru dalam memperbaiki kemampuan komunikasi matematika para siswa yaitu dengan menggunakan strategi dan strategi pembelajaran yang baru, dimana dalam terobosan baru ini materi perlu dikemas dengan baik dan lebih menarik sehingga para siswa lebih


(18)

7

gampang mengerti pelajaran yang disampaikan oleh guru. Seperti yang dikatakan Roestiyah, (2012) yang mengatakan bahwa:

“Di dalam proses belajar – mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik – teknik penyajian, serta metode mengajar dalam menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas”.

Berhasilnya proses pembelajaran tidak hanya tergantung pada guru tapi juga tergantung pada siswa. Guru harus mampu mengetahui dan menyadari bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Karena itulah guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang cocok untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dengan memperhatikan kemampuan para siswanya.

Salah satu prinsip mengajar menekankan pentingnya memperhatikan ”individualistis ” dalam pembelajaran. Karena itu perlu diterapkan konsep, model, atau pendekatan dalam pembelajaran yang mengarah pada adaptive teaching, yaitu model atau pendekatan pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan kemampuan siswa. Dalam kegiatan pembelajaran tidak sedikit model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh guru-guru di sekolah. Namun, model pembelajaran yang dikembangkan belum mampu mengapresiasikan serta mengakomodasikan perbedaan - perbedaan kemampuan individual peserta didik. Pada umumnya proses pembelajaran di sekolah dewasa ini berjalan klasikal, artinya seorang guru di dalam kelas menghadapi sejumlah siswa (antara 30 – 40 orang) dalam waktu yang sama saat menyampaikan bahan pelajaran yang sama dengan metode yang sama dan penilain yang sama bagi semua siswa. Suryosubroto, (2009) menyatakan bahwa:

”Dalam pengajaran klasikal ini guru beranggapan bahwa seluruh siswa satu kelas itu mempunyai kemampuan (ability), kesiapan dan kematangan (matuiry), dan kecepatan belajar yang sama”. Untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan pada diri siswa maka guru harus memperhatikan keadaan individu, seperti minat, kemampuan, dan latar belakangnya”.


(19)

8

Pendidikan yang memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak bukan berarti bahwa pengajaran harus berdasarkan atas jalannya satu orang guru dengan satu orang siswa, akan tetapi walaupun pengajaran berjalan secara bersama, guru harus memberikan pelayanan yang berbeda pada setiap anak sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual tersebut. Untuk itu model pembelajaran yang tepat digunakan adalah model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction). Nurdin (dalam Nasution, 2011) mengemukakan bahwa Aptitude Treatment Interaction (ATI) dapat diartikan sebagai suatu konsep/pendekatan yang memiliki sejumlah strategi pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk individu tertentu sesuai dengan kemampuannya masing-masing”.

Dalam model pembelajaran ATI ini siswa dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok siswa berkemampuan tinggi, kelompok siswa berkemampuan sedang, dan kelompok siswa berkemampuan rendah. Ketiga kelompok tersebut diberikan perlakuan (treatment) yang sesuai dengan karakteristiknya masaing-masing. Bagi kelompok siswa yang memiliki kemampuan tinggi akan diberikan perlakuan (treatment) yaitu belajar mandiri (self learning), kelompok siswa yang memiliki kemampuan sedang akan diberikan perlakuan (treatment) dengan metode pemberian tugas dan kelompok siswa yang berkemampuan rendah akan diberikan perlakuan (treatment) berupa pembelajaran re-teaching dan tutorial yang diberikan setelah mereka bersama-sama kelompok sedang mengikuti pembelajaran dengan metode pemberian tugas.

Model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) memberikan banyak keuntungan dalam memperbaiki proses pembelajaran di kelas, khususnya kelas-kelas yang kemampuan siswanya bervariasi. Sesuai dengan hal itu maka model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) adalah model pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa serta mampu memacu keinginan siswa untuk mengungkapkan pendapatnya di dalam kelas. Hal ini membuat penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : Penerapan Model Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa ” .


(20)

9

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya minat belajar siswa dalam proses pembelajaran.

2. Siswa belum mampu memahami konsep suatu materi dengan baik.

3. Rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa dalam pembelajaran di kelas.

4. Materi bangun datar segiempat merupakan materi yang dianggap sulit oleh siswa.

5. Pembelajaran di kelas masih menerapkan model pembelajaran konvensional. 6. Pembelajaran belum menerapkan model pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction (ATI) .

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, masalah penelitian dibatasi hanya untuk mengetahui “ Penerapan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa SMP Negeri 1 Sei Bamban T.A.2015/2016 ” .

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang dikemukakan, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi bangun datar segiempat kelas VII SMP Negeri 1 Sei Bamban T.A.2015/2016 ?

1.5. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan menerapkan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi bangun datar segiempat di kelas VII SMP Negeri 1 Sei Bamban T.A.2015/2016.


(21)

10

1.6. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut :

1. Bagi guru, memberikan informasi tentang pentingnya model pembelajaran yang memperhatikan keragaman individu siswa (ATI) dalam pembelajaran matematika.

2. Bagi siswa, untuk meningkatkan prestasi dan kemampuan komunikasi matematik siswa pada materi bangun datar segiempat.

3. Bagi peneliti, sebagai acuan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada masa yang akan datang serta meningkatkan pemahaman tentang pentingnya model pembelajaran ATI dalam pelajaran matematika.

4. Bagi sekolah, sebagai salah satu alternatif dalam mengambil keputusan yang tepat pada peningkatan kualitas pengajaran, serta menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran matematika.


(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Penerapan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi bangun datar segiempat. Hal ini dilihat pada tes awal diperoleh bahwa dari 42 siswa, tidak ada siswa yang memiliki kemampuan komunikasi sangat tinggi dan tinggi, 8 orang siswa (19,05%) yang memiliki nilai sedang, 11 siswa (26,19%) yang memiliki nilai rendah, dan terdapat 23 siswa (54,76%) yang memiliki nilai sangat rendah. Jumlah siswa yang tuntas sebanyak 8 siswa (19,05%) dengan rata – rata kelas adalah 51,55. Pada siklus I diperoleh bahwa dari 42 siswa, sebanyak 1 siswa (2,38%) yang memiliki nilai sangat tinggi, 7 siswa (16,67%) yang memiliki nilai tinggi, 18 siswa (42,85%) yang memiliki nilai sedang, 8 siswa (19,05%) yang memiliki nilai rendah, 8 siswa (19,05%) yang memiliki nilai sangat rendah. Jumlah siswa yang tuntas sebanyak 26 siswa (70%) dengan rata – rata kelas adalah 68,57. Pada siklus II diperoleh bahwa dari 42 siswa, sebanyak 9 siswa (21,43%) yang memiliki nilai sangat tinggi, 24 siswa (57,14%) yang memiliki nilai tinggi, 7 siswa (16,67%) yang memiliki nilai sedang, 2 siswa (4,76%) yang memiliki nilai rendah, tidak ada siswa yang memiliki nilai sangat rendah. Jumlah siswa yang tuntas sebanyak 40 siswa (83,58%) dengan rata – rata kelas adalah 83,09.


(23)

83

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Kepada guru matematika dalam mengajarkan pembelajaran matematika disarankan guru menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dan memberikan penghargaan/hadiah untuk meningkatkan semangat siswa dalam belajar sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.

2. Dalam penggunaan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) hendaknya guru tetap melakukan pembimbingan kepada siswa. 3. Kepada siswa SMP Negeri 1 Sei Bamban khususnya siswa yang

berkemampuan komunikasi matematika rendah agar lebih banyak berlatih, membaca dan tidak sungkan – sungkan untuk mengkomunikasikan ide – ide matematikanya baik secara lisan maupun tulisan dalam pembelajaran matematika.

4. Kepada peneliti lanjutan yang ingin melakukan penelitian sejenis disarankan untuk menyediakan alokasi waktu lebih karena model pembelajaran ini menggunakan waktu yang lebih banyak dan memperhatikan kelemahan – kelemahan yang ada pada penelitian ini, sehingga penelitian yang dilakukan semakin baik.


(24)

84

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, (2012), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Administrator. (2010), Komunikasi-Matematika,www.edukasinline.info/indev. php? option=com-conten&view=article&id=96:komunikasi-matematika& Itemid 97. (Diakses 16 Januari 2016)

Administrator, (2010), http://kaliboyo01.blogspot.com/ (Diakses 19 Januari 2016). Ansari, Bansu, (2009), Komunikasi Matematik, Penerbit Pena, Banda Aceh. Arikunto, Suharsimi, (2010), Prosedur Penelitian, Penerbit Rineka Cipta,Jakarta. Atrinawati, H., Muryanto, Asikin,M., (2013), Keefektifan Pendekatan Aptitude

Treatment Interaction terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Peserta Didik, Unnes Journal of Mathematics Education

Bambang, R., (2008), Membangun Keterampilan Komunikasi Matematika, http://rbaryans.wordpress.com/2008/10/28/membangun - keterampilan - komunikasi-matematika.html. (Diakses 16 Januari 2016).

Djamarah, S.B., (2011), Psikologi Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Fathoni, A., (2007), Bahasa Matematika, http//rbaryans.worpress.com/2007 /05/30/komunikasi-dalam matematika.html (Diakses 16 Januari 2016). Irawan, Indra, (2013), 1700 Bank Soal Bimbingan Pemantapan Matematika untuk

SMP/MTS, Penerbit Yrama Widya, Bandung.

Kunandar, (2012), Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta. Mulyasa, (2002), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Penerbit Remaja Rosadakarya,

Jakarta.

Nasution, Eva, (2011), Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di Kelas VIII MTS.N Padang Sidimpuan T.A 2010/201, Penerbit FMIPA UNIMED, Medan.

NCTM, (2007). www.komunikasimatematika.com (Diakses 16 Januari 2016). Prastyo, (2010),


(25)

85

Purwanto, (2011), Evaluasi Hasil Belajar , Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Rahmawati, L., Priatna, D., Halimah, L., (2015), Pengaruh Model Pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan Program Studi PGSD Universitas Pendidikan Indonesia

Riyanto,Theo, (2002), Pembelajaran sebagai Proses Bimbingan Pribadi, Penerbit Grasindo, Jakarta.

Roestiyah, (2012), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Slameto, (2012), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit

Rineka Cipta, Jakarta.

Sujono, (2009), www.strategipembelajaranmatematika.com (Diakses 16 Januari 2016).

Suniti, (2009), Pengajaran IPS dengan Model Pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI) dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (Online).Tersedia: http://lubeeonline.blogspot.com/2010/04/pengajaran-ips-dengan-model-pendekatan.html. (Diakses 18 Januari 2016).

Suprijono,Agus, (2010), Cooperative Learning, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Suryosubroto, B., (2009), Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Tarigan, Esron, (2014), Penerapan Strategi Pembelajaran Think Pair Share Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Lingkaran Di Kelas VIII SMP Swasta Masehi Medan TA 2013/2014., Skripsi, FMIPA,Unimed, Medan.

Tim Penyusun, (2012), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Kependidikan FMIPA Universitas Negeri Medan, Penerbit FMIPA UNIMED, Medan.

Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif, Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta.


(1)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya minat belajar siswa dalam proses pembelajaran.

2. Siswa belum mampu memahami konsep suatu materi dengan baik.

3. Rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa dalam pembelajaran di kelas.

4. Materi bangun datar segiempat merupakan materi yang dianggap sulit oleh siswa.

5. Pembelajaran di kelas masih menerapkan model pembelajaran konvensional. 6. Pembelajaran belum menerapkan model pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction (ATI) .

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, masalah penelitian dibatasi hanya untuk mengetahui “ Penerapan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa SMP Negeri 1 Sei Bamban T.A.2015/2016 ” .

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang dikemukakan, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi bangun datar segiempat kelas VII SMP Negeri 1 Sei Bamban T.A.2015/2016 ?

1.5. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan menerapkan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi bangun datar segiempat di kelas VII SMP Negeri 1 Sei Bamban T.A.2015/2016.


(2)

1.6. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut :

1. Bagi guru, memberikan informasi tentang pentingnya model pembelajaran yang memperhatikan keragaman individu siswa (ATI) dalam pembelajaran matematika.

2. Bagi siswa, untuk meningkatkan prestasi dan kemampuan komunikasi matematik siswa pada materi bangun datar segiempat.

3. Bagi peneliti, sebagai acuan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada masa yang akan datang serta meningkatkan pemahaman tentang pentingnya model pembelajaran ATI dalam pelajaran matematika.

4. Bagi sekolah, sebagai salah satu alternatif dalam mengambil keputusan yang tepat pada peningkatan kualitas pengajaran, serta menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran matematika.


(3)

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Penerapan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi bangun datar segiempat. Hal ini dilihat pada tes awal diperoleh bahwa dari 42 siswa, tidak ada siswa yang memiliki kemampuan komunikasi sangat tinggi dan tinggi, 8 orang siswa (19,05%) yang memiliki nilai sedang, 11 siswa (26,19%) yang memiliki nilai rendah, dan terdapat 23 siswa (54,76%) yang memiliki nilai sangat rendah. Jumlah siswa yang tuntas sebanyak 8 siswa (19,05%) dengan rata – rata kelas adalah 51,55. Pada siklus I diperoleh bahwa dari 42 siswa, sebanyak 1 siswa (2,38%) yang memiliki nilai sangat tinggi, 7 siswa (16,67%) yang memiliki nilai tinggi, 18 siswa (42,85%) yang memiliki nilai sedang, 8 siswa (19,05%) yang memiliki nilai rendah, 8 siswa (19,05%) yang memiliki nilai sangat rendah. Jumlah siswa yang tuntas sebanyak 26 siswa (70%) dengan rata – rata kelas adalah 68,57. Pada siklus II diperoleh bahwa dari 42 siswa, sebanyak 9 siswa (21,43%) yang memiliki nilai sangat tinggi, 24 siswa (57,14%) yang memiliki nilai tinggi, 7 siswa (16,67%) yang memiliki nilai sedang, 2 siswa (4,76%) yang memiliki nilai rendah, tidak ada siswa yang memiliki nilai sangat rendah. Jumlah siswa yang tuntas sebanyak 40 siswa (83,58%) dengan rata – rata kelas adalah 83,09.


(4)

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Kepada guru matematika dalam mengajarkan pembelajaran matematika disarankan guru menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction (ATI) dan memberikan penghargaan/hadiah untuk

meningkatkan semangat siswa dalam belajar sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.

2. Dalam penggunaan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) hendaknya guru tetap melakukan pembimbingan kepada siswa. 3. Kepada siswa SMP Negeri 1 Sei Bamban khususnya siswa yang

berkemampuan komunikasi matematika rendah agar lebih banyak berlatih, membaca dan tidak sungkan – sungkan untuk mengkomunikasikan ide – ide matematikanya baik secara lisan maupun tulisan dalam pembelajaran matematika.

4. Kepada peneliti lanjutan yang ingin melakukan penelitian sejenis disarankan untuk menyediakan alokasi waktu lebih karena model pembelajaran ini menggunakan waktu yang lebih banyak dan memperhatikan kelemahan – kelemahan yang ada pada penelitian ini, sehingga penelitian yang dilakukan semakin baik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, (2012), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Administrator. (2010), Komunikasi-Matematika,www.edukasinline.info/indev. php? option=com-conten&view=article&id=96:komunikasi-matematika& Itemid 97. (Diakses 16 Januari 2016)

Administrator, (2010), http://kaliboyo01.blogspot.com/ (Diakses 19 Januari 2016). Ansari, Bansu, (2009), Komunikasi Matematik, Penerbit Pena, Banda Aceh. Arikunto, Suharsimi, (2010), Prosedur Penelitian, Penerbit Rineka Cipta,Jakarta. Atrinawati, H., Muryanto, Asikin,M., (2013), Keefektifan Pendekatan Aptitude

Treatment Interaction terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Peserta Didik, Unnes Journal of Mathematics Education

Bambang, R., (2008), Membangun Keterampilan Komunikasi Matematika, http://rbaryans.wordpress.com/2008/10/28/membangun - keterampilan - komunikasi-matematika.html. (Diakses 16 Januari 2016).

Djamarah, S.B., (2011), Psikologi Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Fathoni, A., (2007), Bahasa Matematika, http//rbaryans.worpress.com/2007 /05/30/komunikasi-dalam matematika.html (Diakses 16 Januari 2016). Irawan, Indra, (2013), 1700 Bank Soal Bimbingan Pemantapan Matematika untuk

SMP/MTS, Penerbit Yrama Widya, Bandung.

Kunandar, (2012), Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta. Mulyasa, (2002), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Penerbit Remaja Rosadakarya,

Jakarta.

Nasution, Eva, (2011), Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di Kelas VIII MTS.N Padang Sidimpuan T.A 2010/201, Penerbit FMIPA UNIMED, Medan.

NCTM, (2007). www.komunikasimatematika.com (Diakses 16 Januari 2016). Prastyo, (2010),


(6)

Purwanto, (2011), Evaluasi Hasil Belajar , Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Rahmawati, L., Priatna, D., Halimah, L., (2015), Pengaruh Model Pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction terhadap Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan Program Studi PGSD

Universitas Pendidikan Indonesia

Riyanto,Theo, (2002), Pembelajaran sebagai Proses Bimbingan Pribadi, Penerbit Grasindo, Jakarta.

Roestiyah, (2012), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Slameto, (2012), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit

Rineka Cipta, Jakarta.

Sujono, (2009), www.strategipembelajaranmatematika.com (Diakses 16 Januari 2016).

Suniti, (2009), Pengajaran IPS dengan Model Pendekatan Aptitude Treatment

Interaction (ATI) dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi

(Online).Tersedia: http://lubeeonline.blogspot.com/2010/04/pengajaran-ips-dengan-model-pendekatan.html. (Diakses 18 Januari 2016).

Suprijono,Agus, (2010), Cooperative Learning, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Suryosubroto, B., (2009), Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Tarigan, Esron, (2014), Penerapan Strategi Pembelajaran Think Pair Share Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Lingkaran Di Kelas VIII SMP Swasta Masehi Medan TA 2013/2014., Skripsi, FMIPA,Unimed, Medan.

Tim Penyusun, (2012), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Kependidikan FMIPA Universitas Negeri Medan, Penerbit FMIPA UNIMED, Medan.

Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif, Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

2 12 0

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT Penerapan Strategi Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction Sebagai Upaya Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Matematika dalam Pembelajaran MAtematika (PTK Pembelajaran Matematika Bagi siswa kelas

0 1 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ATI (APTITUDE TREATMENT INTERACTION) UNTUK MENINGKATKAN Penerapan Model Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika ( PTK Kelas X SMA Veteran 1 Su

1 4 16

PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika ( PTK Kelas X SMA Veteran 1 Sukoharjo Tahun Ajaran 2012 / 2013 ).

0 2 9

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ATI (APTITUDE TREATMENT INTERACTION) UNTUK MENINGKATKAN Penerapan Model Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika ( PTK Kelas X SMA Veteran 1 Su

0 0 15

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT Penerapan Strategi Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction Dengan Menggunakan Lembar Kerja Siswa Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran (PTK Pembelajaran Matematika Bagi Siswa Kelas VII Semester Gena

0 4 18

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION DENGAN MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN Penerapan Strategi Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction Dengan Menggunakan Lembar Kerja Siswa Untuk Meningkatkan Kemampuan Pena

0 5 14

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI).

0 0 13

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) PADA SUB POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMAS.

2 4 94

View of Pengaruh Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika

1 0 8