Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Perbankan BUMN

(1)

ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL

TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN BUMN

SKRIPSI

OLEH :

MHD SYAFRIDAL

NIM 080523024

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

Sasaran utama penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor – faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham pada perusahaan perbankan BUMN yaitu Bank BNI, Bank Mandiri dan Bank BRI. Variabel – variabel yang dianggap mempengaruhi harga saham perbankan adalah Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA), Book Value Per Share (BVS) dan Net Interst Margin (NIM). Penelitian ini menggunakan data quarter yg di publikasikan oleh laporan keuangan masing - masing bank dan laporan Bank Indonesia (BI) serta dari publikasi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hasil estimasi memperlihatkan bahwa koefisien determinasi (R2) masing – masing bank sama dengan 81,4 % (BNI), 70,9 % (Mandiri), 60,7% (BRI). Hal ini berarti variabel – variabel fundamental dapat memberikan pengaruh terhadap harga saham perbankan.

Untuk variabel Earning Per Share (X1) hanya pada Bank Mandiri yang tidak berpengaruh nyata (signifikan) terhadap harga saham yaitu 1,576 lebih kecil dari pada t-tabel yaitu 1,77. Return On Assset (X2) hanya pada bank BRI yang tidak berpengauh nyata (signifikan) terhadap harga saham yaitu 1,349 < t-tabel, Book Value Per Share (X4) juga pada Bank BRI yang tidak berpengaruh nyata terhadap harga saham yaitu 1,369 < t-tabel.dan untuk variabel Net Interst Margin (NIM) pada ke-3 (tiga) Bank semuanya tidak berpengaruh nyata (signifikan) pada harga saham perbankan.


(3)

KATA PENGANTAR

Bissmilahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang masih memberikan kesempatan dan kesehatan bagi penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai. Adapun judul skripsi ini adalah “ ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN BUMN”.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis memperoleh banyak sekali hambatan, tetapi berkat bantuan, dukungan, semangat dan sumbangan pemikiran dari berbagai pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingijn mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada:

1. Teristimewa buat orang tuaku tercinta dan tersayang H Baharuddin Sinaga (Alm),Hj Asriah Rahim Spd atas kasih sayang dan seluruh dukungan baik dana maupun semangat. Serta buat orang yang saya sayangi Yela Pangestu, Mora Sartika atas semangat yang terus - menerus diberikan.

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan selaku


(4)

Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini. 4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc. Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi

Ekonomi Pembangunan, Fakultas ekonomi Universitas Sumatera Utara. 5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.si selaku Dosen Wali.

6. Bapak Syarief Fauzie, SE.M.Ak.Ak selaku Dosen Pembaca yang telah meluangkan waktunya, memberikan saran dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh staff dan pegawai Fakultas Ekonomi Pembangunan atas bantuan dalam menyelasikan skripsi ini.

8. Buat semua teman – teman dan sahabat yang tidak disebutkan satu persatu.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan di beberapa bagiannya, untuk itu penulis mohon maaf. Akhir kata, penulis berharap semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini akan mendapat balasan yang setimpal dari ALLAH SWT.

Medan, Oktober 2012 Penulis


(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 Dinamika rasio keuangan EPS, ROA, BVS, NIM.. 9

4.1 Daftar perusahaan perbankan BUMN... 44

4.2 Harga saham perbankan BUMN... 45

4.3 Data faktor fundamental pada Bank BNI... 48

4.4 Data faktor fundamental pada Bank MANDIRI... 49

4.5 Data faktor fundamental pada Bank BRI... 50

4.6 Hasil regresi pada Bank BNI... 51

4.7 Hasil regresi pada Bank Mandiri... 52

4.8 Hasil regresi pada Bank BRI... 53

4.9 Uji normalitas pada Bank BNI... 56

4.10 Uji normalitas pada Bank Mandiri... 56

4.11 Uji normalitas pada Bank BRI... 57

4.12 Nilai VIF pada Bank BNI... 58

4.13 Nilai VIF pada Bank Mandiri... 58


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PERSEMBAHAN

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 13

2.2 Kerangka Konseptual ... 13

2.2.1 Pengertian Saham ... 14

2.2.2 Jenis Saham ... 16

2.2.3 Indeks Harga Saham ... 18

2.2.4 Nilai Tukar ... 20

2.3 Analisi Fundamental ... 21

2.3.1 Rasio Labah Terhadap Harga Saham (EPS) 2.3.2 Net Interst Margin (NIM) ... 22


(8)

2.3.4 Book Value Per Share (BVS) ... 24

2.3.5 Kategori Faktor Fundamental ... 24

2.4 Penelitian Terdahulu ... 29

2.5 Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Batasan Operasional ... 33

3.3 Defenisi Operasional ... 34

3.4 Skala Pengukuran Variabel ... 35

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 35

3.6 Jenis Data ... 36

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 36

3.8 Teknik Analisis ... 37

3.8.1 Uji Normalitas ... 38

3.8.2 Uji Asumsi Klasik ... 39

3.8.2.1 Uji Multikolinearitas ... 39

3.8.2.2 Uji Autokorelasi ... 39

3.8.2.3 Pengujian Hipotesis ... 40

3.8.2.4 Uji t ... 40

3.8.2.5 Uji f ... 41

3.8.2.6 Uji R2 ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 44

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 44

4.2.1 Harga Saham ... 41

4.3 Pembahasan ... 51


(9)

4.3.2 Uji Normalitas ... 56

4.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 57

4.4.1 Uji Multikolineritas ... 57

4.4.2 Uji Autokorelasi ... 60

4.4.3 Pengujian Hipotesis ( Uji t ) ... 60

4.4.4 Uji Keseluruhan ( Uji f Statistik ) ... 64

4.4.5 Koefisien Determinasi ( R-Square) .. 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 66

5.2 Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA


(10)

ABSTRAK

Sasaran utama penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor – faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham pada perusahaan perbankan BUMN yaitu Bank BNI, Bank Mandiri dan Bank BRI. Variabel – variabel yang dianggap mempengaruhi harga saham perbankan adalah Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA), Book Value Per Share (BVS) dan Net Interst Margin (NIM). Penelitian ini menggunakan data quarter yg di publikasikan oleh laporan keuangan masing - masing bank dan laporan Bank Indonesia (BI) serta dari publikasi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hasil estimasi memperlihatkan bahwa koefisien determinasi (R2) masing – masing bank sama dengan 81,4 % (BNI), 70,9 % (Mandiri), 60,7% (BRI). Hal ini berarti variabel – variabel fundamental dapat memberikan pengaruh terhadap harga saham perbankan.

Untuk variabel Earning Per Share (X1) hanya pada Bank Mandiri yang tidak berpengaruh nyata (signifikan) terhadap harga saham yaitu 1,576 lebih kecil dari pada t-tabel yaitu 1,77. Return On Assset (X2) hanya pada bank BRI yang tidak berpengauh nyata (signifikan) terhadap harga saham yaitu 1,349 < t-tabel, Book Value Per Share (X4) juga pada Bank BRI yang tidak berpengaruh nyata terhadap harga saham yaitu 1,369 < t-tabel.dan untuk variabel Net Interst Margin (NIM) pada ke-3 (tiga) Bank semuanya tidak berpengaruh nyata (signifikan) pada harga saham perbankan.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di perlukan dalam menopang perekonomian yang modern. Sektor Perbankan merupakan salah satu sektor ekonomi yang berperan aktip dalam pembangunan ekonomi, yang diharapkan dapat meningkatkan peran serta dalam mewujudkan perkembangan industri ekonomi yang diharapkan akan berkembang dengan pesat guna menghadapi persaingan global dan perkembangan investasi dewasa ini telah demikian pesatnya terutama pada pasar keuangan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan jumlah transaksi perusahaan go public yang terus bertambah, yang pada dasarnya investasi adalah suatu aktivitas untuk menempatkan dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas dana tertentu.

Pada umumnya investasi pada pasar keuangan (financial market) dibagi atas dua bagian yaitu Pasar modal (Capital market) dan Pasar Uang (Money Market). Pembagian ini didasarkan atas instrumen keuangan atau surat berharga yang di perjualbelikan.


(12)

Pasar modal merupakan pasar untuk surat berharga jangka panjang seperti saham, obligasi, warrant, right, dan berbagai produk untuk surat berharga jangka panjang seperti Put and Call sedangkan Pasar Uang merupakan pasar untuk surat berharga jangka pendek seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang ( SBPU ), Call Money, Treasury Bills, dll.

Pasar modal (Capital Market) adalah salah satu sarana untuk menghimpun sumber dana ekonomi dalam jangka panjang yang tersedia di perbankan dan masyarakat. Pasar Modal menyedian dua fungsi pokok bagi masyarakat yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Dalam fungsi ekonominya pasar modal menyediakan saran untuk memindahkan dana dari pihak ketiga yang kelebihan dana (investor) kepada pihak yang memerlukan dana ( emiten ). Pihak yang kekurangan dana memperolah dana dengan cara menjual sebahagian dari kepemilikannya dengan menerbitkan sekuritasnya, yang digunakan dalam pengembangan usahanya sedangkan yang kelebihan dana akan mendapatkan hasil dari dana yang di tanamkannya.

Dalam fungsi keuangannya pasar modal menyediakan dana yang diperlukan oleh para peminjam dana, dimana penyandang dana menyerahkan dana tersebut tanpa harus terlibat secara langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang digunakan dalam kegiatan investasi tersebut.

Investor memiliki banyak pilihan dalam menginvestasikan dananya, namun dalam pembuatan keputusan investor harus mempertimbangkan faktor –


(13)

faktor yang akan mempengaruhi yang dibuat harus berdasrkan analisis dan perhitungan yang matang dalam berinvestasi.

Investasi merupakan penundaan konsumsi pada saat ini dengan tujuan mendapatkan tingkat pengembalian (return) yang akan diterima dimasa yang akan datang. Investasi pada saham dianggap mempunyai tingkat resiko yang lebih besar dibandingkan dengan dengan alternatif investasi lain seperti obligasi, deposito dan tabungan. Investor maupun calon investor dapat memeperkirakan berapa tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dan seberapa jauh kemungkinan hasil yang sebenarnya nanti akan menyimpang dari hasil yang diharapkan. Apabila kesempatan investasi mempunyai tingkat resiko yang lebih tinggi, maka investor akan mengisyaratkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi pula, dengan kata lain, semakin tinggi resiko suatu kesempatan investasi maka akan semakin tinggi pula tingkat keuntungan (return) yang diisyaratkan oleh investor dalam menanamkan sahamnya.

Saham memiliki resiko paling tinggi di antara semua jenis instrumen. Investor bisa kehilangan semua modalnya apabila emiten bangkrut. Namun kejadian bangkrutnya emiten jarang terjadi, Investor selalu mencari alternatif lain yang memberikan return yang tinggi dengan tingkat resiko tertentu, untuk melakukan investasi dalam bentuk saham diperlukan analisis untuk mengukur nilai saham , yaitu analisis Fundamental.

Dimana analisis fundamental pada dasarnya adalah melakukan analisis histories atas kekuatan keuangan dari suatu perusahaan, dimana proses ini sering


(14)

juga disebut sebagai analisis perusahaan (company analysis). Data histories mencerminkan keadaan keuangan yang telah lalu yang digunakan sebagai dasar untuk memproyeksikan keadaan keuangan perusahaan dimasa depan. Dalam Company analysis para investor atau pemodal akan mempelajari laporan keuangan perusahaan dengan tujuan untuk menganalisis kinerja perusahaan dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan serta memahami sifat dasar dan karakter operasional perusahaan, analisis fundamental berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan, tentang efektivitas perusahaan mencapai sasarannya.

Untuk menganalisis kinerja perusahaan dapat digunakan rasio keuangan yang terbagi dalam berbagai kelompok, yaitu rasio likuiditas, leverange, Profitabilitas, dan aktivitas, dengan analisis tersebut para analisis mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai dari faktor faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang dan menerapkan hubungan faktor fundamental yang menerapkan hubungan faktor faktor tersebut sehingga di peroleh taksiran harga saham. Disamping analisis fundamental, investor harus memperhatikan resiko sistematis yang berhubungan erat dengan perubahan harga saham jenis tertentu atau kelompok tertentu yang disebabkan oleh antisipasi investor terhadap perubahan tingkat kembalian yang diharapkan.

Kondisi ekonomi merupakan salah satu informasi teknikal yang merupakan dasar dari analisis sekuritas, dimana jika kondisi ekonomi buruk, maka kemungkinan besar tingkat kembalian saham - saham yang beredar akan


(15)

merefleksikan penurunan yang sebanding, namun jika kondisi ekonomi baik, maka refleksi harga saham akan baik pula.

Analisis ekonomi ini menggunakan harga indikator ekonomi yang ada pada suatu negara maupun berbagai variabel sasaran menengah yang digunakan didalam menentukan kebijakan moneter. Secara teori, banyak terdapat indikator yang dapat mengukur variabel makro, termasuk didalamnya indikator politik ekonomi, namun demikian dari sekian banyak indikator yang cukup lazim digunakan untuk memprediksi fluktuasi saham adalah variabel yang secara langsung di kendalikan melalui kebijakan moneter dengan mekanisme transmisi melalui pasar keuangan. Variabel – variabel tersebut meliputi tingkat bunga dan kurs valuta asing. Terkait dengan hubungan antar faktor fundamental ekonomi terhadap saham perbankan adalah : Earning per share (EPS), Net Interest Margin (NIM), Return on Assets (ROA), Price to Book Value (PBV), maupun kondisi ekonomi yang dalam hal ini nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga.

Perusahaan Perbankan merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat, juga tidak terlepas dari kondisi ekonomi, terutama bagi perusahaan perbankan yang go public. Salah satu yang menunjukkan keberhasilan kinerja perusahaan adalah tingkat pengembalian sahamnya dimana sektor perbankan merupakan sektor yang rentan terhadap resiko, karena sektor ini sangat erat kaitannya dengan kondisi makro ekonomi yaitu faktor - faktor fundamental.


(16)

Kondisi perekonomian indonesia dimana tingkat inflasi yang tinggi dan tingkat suku bunga yang tinggi merupakan isyarat buruk bagi pasar, dengan tingkat suku bunga yang tinggi maka investor lebih tertarik untuk membeli saham atau menginvestasikan dananya di bank dengan perhitungan akan memberikan return yang tinggi dengan tingkat resiko yang lebih rendah, sedangkan nilai tukar mencerminkan keseimbangan antara permintaan dan penawaran terhadap mata uang dalam negeri (Rupiah) maupun mata uang asing (US Dolar). Merosotnya nilai tukar rupiah terhadap US dolar merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat internasional terhadap mata uang rupiah karena permintaan masyarakat internasional terhadap mata uang Rupiah menurun. Menurunnya permintaan masyarakat internasional terhadap mata uang rupiah karena menurunnya peranan ekonomi nasional, atau meningkatnya permintaan uang asing US $ oleh karena peranannya sebagai alat tukar internasional.

Aktivitas investasi yang dilakukan para investor selalu berorientasi pada pendapatan saham dimasa yang akan datang. Sehingga para investor perlu melakukan penilaian kewajaran harga saham melalui pendekatan faktor fundamental ekonomi maupun faktor lain.

Kinerja perusahaan dapat dilihat melalui berbagai macam variabel atau indikator. Variabel atau indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Apabila kinerja sebuah perusahaan publik meningkat, nilai keusahaannya akan semakin tinggi. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 1995), kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi dan kinerja


(17)

keuangan dimasa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja dimasa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran deviden, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya.

Menurut Usman (2005), kinerja perbankan dapat diukur dengan menggunakan rata-rata tingkat bunga pinjaman, rata-rata tingkat bunga simpanan, dan profitabilitas perbankan. Lebih lanjut lagi dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat bunga simpanan merupakan ukuran kinerja yang lemah dan menimbulkan masalah, sehingga dalam penelitiannya diisimpulkan bahwa profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank. Ukuran profitabilitas yang digunakan adalah rate of return equity (ROE) untuk perusahaan pada umumnya dan return on asset (ROA) pada industri perbankan. Return on Asset (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan, sedangkan Return on Equity (ROE) hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut, sehingga dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai ukuran kinerja perbankan.

Alasan dipilihnya Return on Asset (ROA) sebagai ukuran kinerja adalah karena ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.


(18)

ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham.

Dalam kenyataannya, tidak semua teori seperti yang telah dipaparkan diatas, (dimana pengaruh Earning Per Share (EPS), dan Book Value Share (BVS) berbanding lurus terhadap Return On Asset (ROA) dan Net Interst Margin (NIM) berbanding terbalik terhadap (ROA) sejalan dengan bukti empiris yang ada. Seperti yang terjadi dalam perkembangan industri perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), dalam kurun waktu periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, terjadi ketidaksesuaian antara teori dengan bukti empiris yang ada. Adapun data tentang dinamika pergerakan rasio-rasio keuangan perbankan yang tercatat di BEI dari periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, gambaran secara umum ditampilkan seperti pada tabel 1.1 berikut ini :


(19)

Tabel 1.1

Dinamika Rasio Keuangan EPS, NIM, ROA, dan BVS

Tahun EPS NIM ROA BVS

2007 64 0.9 1.127 5.0

2008 80 1.1 1.010 6.3

2009 163 1.7 1.253 6.0

2010 266 2.5 1.776 5.8

2011 312 2.9 2.012 6.0

Sumber: Laporan Keuangan Publikasi BI ( data diolah )

Jika dilihat dari tabel 1.1, pergerakan Return On Asset (ROA) secara garis besar stabil, fluktuasi berkisar pada 2.012 % untuk yang tertinggi yaitu pada tahun 2011 dan yang terendah pada tahun 2008 yaitu sebesar 1.010 %, dimana standar ROA adalah 1,5 % (infoBank, 2007). Earning Per Share (EPS) fluktuasi pergerakannya begitu besar dari tahun ke tahun dimana tahun 2011 juga menjadi tahun yang tertinggi yaitu 312 % dan yang terendah pada tahun 2007 yaitu sebesar 64 % begitu juga dengan Net Interst Margin (NIM) yaitu yang tertinggi juga pada tahun 2011 yaitu 2.9 % dan yang terendah juga pada tahun 2007 yaitu 0.9 % lain halnya dengan BVS fluktuasinya tidak terlalu siginfikan untuk yang tertinggi terdapat pada tahun 2008 yaitu 6.3 % dan yang terendah pada tahun 2007 sebesar 5.0 % hal ini menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun faktor – faktor fundamental ekonomi perbankan khususnya pada perbankan BUMN telah banyak mengalami perubahan yang signifikan.


(20)

Dilatar belakangi oleh penjelasan penjelasan diatas maka penelitian yang berhubungan dengan jasa perbankan tentang pemilihan investor memilih berinvestasi di perusahaan BUMN yang selanjutnya penelitian ini memfokuskan tentang faktor – faktor ekonomi apa saja yang mempengaruhi harga saham terhadap perusahaan perbankan khususnya perusahaan BUMN. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian di badan Pusat Statistik (BPS) dan data yang di publikasi Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan Judul “ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN BUMN”.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah di uraikan di atas maka perumusan masalah penulis simpulkan untuk dijadikan sebagai bahan kajian dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada pengaruh Earning Per Share terhadap tingkat pembelian saham perbankan BUMN ?

2. Apakah ada pengaruh Net Interest Margin terhadap tingkat pembelian saham perbankan BUMN ?

3. Apakah ada pengaruh Return On Asset terhadap tingkat pembelian saham perbankan BUMN ?

4. Apakah ada pengaruh Price Book Value terhadap tingkat pembelian saham perbankan BUMN ?


(21)

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Earning Per Share terhadap tingkat pembelian saham perbankan BUMN.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Net Interest Margin terhadap tingkat pembelian saham perbankan BUMN.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Return On Asset terhadap tingkat pembelian saham perbankan BUMN.

4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Price Book Value terhadap tingkat pembelian saham perbankan BUMN.

I.4 Manfaat Penelitian

Sejalan dengan tujuan dari penelitian ini, maka kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bagi Emiten

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan di dalam pengambilan keputusan dalam bidang keuangan terutama dalam rangka memaksimumkan kinerja perusahaan dan pemegang saham, sehingga saham perusahaan – perusahaan BUMN dapat terus bertahan dan mempunyai return yang besar.


(22)

2. Bagi Investor

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk bahan pertimbangan didalam pengambilan keputusan investasi saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3. Bagi Akademis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau referensi untuk penelitian selanjutnya.

4. Bagi penulis

Menambah wawasan pengetahuan tentang faktor fundamental yang mempengaruhi saham perbankan BUMN.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini akan dijelaskan pengertian harga saham, nilai tukar, analisis teori – teori tentang faktor fundamental perusahaan dan pengembangan hipotesa.

2.2 Kerangka Konseptual

Earning Per Share (X1)

Net Interst Margin (X2)

Harga Saham (Y) Return On Asset (X3)

Price Book Value (x4)

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual : Pengaruh Variabel Fundamental terhadap Harga Saham.


(24)

Kerangka Konseptual bertujuan untuk memberikan gambaran konsep pemikiran dalam menjalankan penelitian ini. Kerangka pemikiran disusun berdasarakan pemahan penulis terhadap tinjauan teoritis serta penelitian terdahulu yang telah dikaji penulis pada bagian sebelumnya. Kerangka pemikiran ini akan digunakan untuk menyusun hipotesa dan instrument dalam penelitian yang digunakan.

2.2.1 Pengertian Saham

Saham dapat didefeniskan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Adapun wujud dari saham tersebut adalah berupa selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Dengan memiliki saham suatu perusahaan , maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan, persentase kepemilikan hak tersebut tergantung jumlah saham yang dimiliki investor.

Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikan dalam bentuk saham. Suatu perusahaan mengeluarkan sertifikasi saham kepada kepemilikannya sebagai bukti investasi mereka dalam usaha. Satuan dasar modal saham adalah lembar saham, saham yang ada ditangan pemegang saham di sebut saham beredar, total jumlah dalam peredaran pada tiap waktu mewakili seratus persen kepemilikan perusahaan di sebut modal saham.


(25)

Beberapa karakteristik Yuridis kepemilikan saham suatu perusahaan, antara lain :

1. Limited Risk, artinya pemegang saham hanya bertanggung jawab sampai jumlah yang disetorkan kedalam perusahaan

2. Ultimate Control, artinya pemegang saham ( secara kolektip ) akan menentukan arah dan tujuan perusahaan.

3. Residual Claim, artinya pemegang saham merupakan pihak terakhir yang mendapatkan pembagian hasil usaha perusahaan ( dalam bentuk deviden ) dan sisa asset dalam proses likuidasi perusahaan.

Pada dasarnya ada dua jenis keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli saham, yaitu deviden dan Capital Gain dimana :

a) Deviden

Yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut, atas keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan. Deviden tersebut diberikan atas persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Jika seorang investor ingin mendapatkan deviden, maka investor tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapat deviden. Umumnya deviden merupakan salah satu daya tarik


(26)

bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang seperti investor institusi atau dana pensiun dan lain - lain.

b) Capital Gain

Yaitu merupakan keuntungan yang diperoleh pemegang saham akibat fluktuasi harga saham yang terjadi di pasar modal ketika pemegang saham tersebut menjual sahamnya, berbeda dengan deviden.

2.2.2 Jenis Saham

1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas :

a. Saham biasa ( Common Stock ), yaitu merupakan saham yang menempatkan kepemilikannya pada posisi paling rendah terhadap pembagian deviden, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.

b. Saham Preferen ( Preferen Stock ), merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap ( seperti bunga obligasi ), tetapi juga tidak dapat mendatangkan hasil seperti yang didinginkan oleh investor.

2. Dilihat dari peralihannya, saham dapat dibedakan atas :

a. Saham atas unjuk ( Barrier Stock ), artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah di pindah tangan- kan dari satu investor, maka dialah yang diakui sebagai


(27)

pemiliknya, dan berhak untuk turut hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ).

b. Saham atas nama ( Registered Stock ), merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya dimana cara peralihannya harus sesuai prosedur tertentu.

3. Ditinjau dari kinerja perdagangan, maka saham dapat dikategorikan atas: a. Blue chip Stock, yaitu saham bisaa dari suatu perusahaan yang

memiliki reputasi tinggi, sebagai leader diindustri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.

b. Income Stock, yaitu Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden yang lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapataan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan deviden tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham.

c. Growth Stock ( Weel- Known ), yaitu saham – saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi,umumnya saham ini berasal dari daerah kurang populer dikalangan emiten.


(28)

d. Speculative Stocks, yaitu suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan yang tinggi dimasa yang akan datang meskipun belum pasti.

e. Counter Cyclical Stock, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun bisnis secara umum.

2.2.3 Indeks Harga Saham

Indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham. Indeks harga saham membandingkan perubahan harga saham dari waktu ke waktu, apakah suatu harga saham mengalami kenaikan atau penurunan dibandingkan suatu waktu tertentu.

Dipasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi:

1. Sebagai indikator trend pasar

2. Sebagai indikator tingkat keuntungan 3. Sebagai tolak ukur

4. Menfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif 5. Memfasilitasi berkembangnya produk derivative

Perkembangan investasi dewasa ini telah demikian pesatnya terutama pada pasar keuangan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan jumlah transaksi perusahaan go public yang terus bertambah . pada dasarnya investasi dapat diartikan sebagai kegiatan menanamkan modal baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan pada waktunya nati investor mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal.


(29)

Pengertian lain investasi adalah suatu kegiatan penempatan dana pada satu atau lebih dari suatu aset selama periode tertentu dengan harapan memperoleh penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi. Dengan demikian tujuan investasi adalah meningkatkan kesejahteraan investor, baik sekarang maupun dimasa yang akan datang. Investasi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Real Asset dan Financial Asset.

Real Asset adalah investasi yang secara fisik dapat dilihat seperti tanah, gedung, real estate atau logam mulia seperti emas, perak dan berlian. Dan Financial Asset adalah investasi yang secara fisik tidak dapat dilihat seperti sertifikat atau surat berharga menunjukkan kepemilikan asset keuangan seperti saham atau obligasi.

Return Saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atau suatu investasi yang dilakukannya. Return yang diterima oleh seorang pemodal yang melakukan investasi tergantung dari instrumen investasi yang dibelinya / ditransaksikan. Return sendiri merupakan hasil yang diperoleh dari investasi yang berupa return realisasi dan retun ekspektasi, diaman return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data histories dan digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return Realisasi ini juga berguna sebagai dasar penentuan Return Ekspektasi yang merupakan return yang diharapkan oleh investor dimasa yang akan datang. Return realisasi diukur dengan menggunakan return total, relative return, kumulative return dan return yang disesuaikan.


(30)

2.2.4 Nilai Tukar

2.2.4.1 Pengertian Nilai Tukar

Kurs (Exchange Rate) suatu mata uang nilai tukar atau harga nilai jika ditukar dengan mata uang yang lain.

2.2.4.2 Kebijakan Sistem Kurs

Kebijakan pemerintah ataupun Bank Sentral suatu negara beraneka ragam untuk memperhatikan kondisi perekonomian nasional yang memiliki derajat tertentu akibat dari globalisais ekonomi dunia. Kebijakan tersebut antara lain dengan memberlakukan sistem kurs tertentu. Adapun kebijakan sistemkurs antara lain :

1. Sistem Kurs Tetap (fixed Excange Rate), yaitu mematok nilai tertentu atas mata uang dalam jangka waktu yang relaif lama, belakangan ini, penerapan sistem kurs ini tetap digunakan pada negara yang menganut Curency Board System (CBS) atau dikenal dengan Dewan Mata Uang. 2. Sistem Kurs Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange Rate

System) yaitu kurs domestik secara otomatis di bebaskan bergerak dalam rentang tertentu atas mata uang utamanya, akan tetapi dalam waktu yang relatip pendek ( juga terjadwal ). Bank Sentral akan melakukan intervensi sebagai range tertentu yaitu dengan memakai band intervensi.

3. Sistem Kurs Mengambang Bebas ( Free Floating Exchange Rate System ) yaitu Bank Sentral melepas band intervensinya dan membiarkan kurs atau nilai tukar yang terjadi berdasarkan mekanisme pasar. Bank Sentral hanya


(31)

melakukan intervensi secara tidak langsung guna kestabilan kurs, diantaranya adalah dengan peningkatan suku bunga dalam negeri, operasi pasar terbuka dan valas.

2.3 Analisis Fundamental

Analisis fundamental merupakan analisis terhadap faktor-faktor yang diidentifikasikan dapat mempengaruhi harga saham. Faktor tersebut diantanya kinerja perusahaan secara keseluruhan yang diukur dari tingkat penjualan, pertumbuhan penjualan, kebijakan dividen, manajemen, dan lain – lain.

Analisi fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan faktor dasar perusahaan yang ditunjukkan dalam laporan keuangan perusahaan. Atas dasar laporan keunagan para investot dapat melakukan penilaian kinerja keunagan perusahaan terutama keputusan dalam hal melakukan investasi dan bagi para pemilik atau pemegnag saham bermanfaat untuk melihat tingkat kembalian yang tercermin dalam laporan rugi laba dan besarnya deviden yang menjadi hak para pemegang saham.

Analisi Fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai – nilai faktor faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan menerapkan hubungan variabel – variabel tersebut sehingga di peroleh taksiran harga saham. Secara umum analisis fundamental ini melibatkan banyak sekali variabel data yang harus di analisa, dimana berapa diantanya variabel tersebut yang cukup penting untuk diperhatikan yaitu :


(32)

2.3.1 Rasio laba Terhadap Saham Beredar (EPS)

EPS = Keuntungan Bersih / Jumlah Saham Beredar

Rasio ini digunakan untuk mengukur suatu tingkat keuntungan dari perusahaan. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai pada kwartal yang sama pada tahun sebelumnya untuk menggambarkan pertumbuhan tingkat keuntungan perusahaan.

Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk memperkirakan kenaikan ataupun penurunan harga saham suatu perusahaan di bursa saham. Rasio pertumbuhan EPS diperoleh dengan membandingkan nilai rasio laba terhadap saham beredar (EPS) pada tahun berjalan dengan nilai EPS pada kwartal yang sama pada tahun sebelumnya untuk menggambarkan pertumbuhan tingkat keuntungan perusahaan.

2.3.2 Net Interest Margin (NIM)

Salah satu proksi dari resiko pasar adalah suku bunga, dengan demikian rasio pasar dapat diukur dengan selisih antara suku bunga pendanaan (funding) dengan suku bunga pinjaman diberikan (lending) atau dalam bentuk absolute, yang merupakan selisih antara total biaya bunga pendanaan dengan total biaya bunga pinjaman. Didalam dunia perbankan dinamakan Net Interest Margin (NIM). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam memperolah pendapatan


(33)

operasionalnya dari dana yang ditempatkan dalam bentuk pinjaman (kredit). Semakin tinggi NIM menunjukkan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit. Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NIM adalah 6% keatas. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar net interest margin (NIM) suatu perusahaan, maka semakin besar pula return on asset (ROA) perusahaan tersebut, yang berarti kinerja keuangan tersebut semakin membaik atau meningkat. Begitu juga dengan sebaliknya, jika net interest margin (NIM) semakin kecil, return on asset juga akan semakin kecil, dengan kata lain kinerja perusahaan tersebut semakin menurun.

2.3.4 Return On Asset ( ROA )

ROA merupakan salah satu rasio profitabiltas yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini merupakan rasio terpenting diantara rasio rentabilitas yang ada. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin besar. ROA digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan – perusahaan multinasional khususnya jika dilihat dari sudut pandang profitabilitas dan kesempatan investasi. Return On Asset ( ROA ) merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu. ROA sering disebut Return On Investment ( ROI ) yang besarnya dapat dihitung dengan rasio


(34)

antara laba bersih setelah pajak atau net income after tax ( NIAT ) terhadap total asset.

2.3.4 Rasio Harga Saham Terhadap Laba Perlembar Saham ( BVS )

P/E Ratio = Harga Saham / EPS

Biasa juga disebut dengan P/E ratio yang dihitung dengan cara membagi harga saham dengan keuntungan perlembar saham. Rasio ini digunakan untuk membandingkan suatu perusahaan dengan P/E ratio rata-rata dari perusahaan dalam kelompok industri sejenis.

2.3.5 Kategori Faktor Fundamental

Faktor – Faktor Fundamental yang sifatnya luas dan kompleks tersebut dapat dikelompokkan kedalam empat kategori besar, yaitu:

1. Faktor politik sebagai salah satu alat indikator untuk memprediksi pergerakan nilai tukar, sangat sulit untuk diketahui timing/waktu terjadinya secara pasti dan untuk ditentukan dampaknya terhadap fluktuasi nilai tukar. Ada kalanya suatu perkembangan politik berdampak pada pergerakan nilai tukar, namun ada kalanya tidak membawa dampak apa pun terhadap pergerakan nilai tukar.

2. Faktor keuangan sangat penting dalam melakukan Analisis Fundamental. Adanya perubahan dalam kebijakan moneter dan fiskal yang diterapkan oleh pemerintah, terutama dalam hal kebijakan yang menyangkut perubahan tingkat suku bunga, akan membawa dampak signifikan


(35)

terhadap perubahan dalam fundamental ekonomi. Perubahan kebijakan ini juga memengaruhi nilai mata uang. Tingkat suku bunga adalah penentu utama nilai tukar suatu mata uang selain indikator lainnya seperti jumlah uang yang beredar. Aturan umum mengenai kebijakan tingkat suku bunga tingkat suku bunga ini adalah semakin tinggi tingkat suku bunga semakin kuat nilai tukar mata uang. Namun, kadang kala terdapat salah pegertian bahwa kenaikan tingkat uku bunga secara otomatis akan memicu menguatnya nilai tukar maa uang domentik. Perhatian terhadap suku bunga ini terutama harus dipusatkan pada tingkat suku bunga riil, bukan pada tingkat suku bunga nominal. Ini karena perhitungan tingkat suku bunga riil telah menyertakan variabel tingkat inflasi di dalamnya.

3. Faktor Eksternal dapat membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap nilai tukar suatu negara. Perubahan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara dapat membawa dampak (regional effect) bagi perekonomian negara-negara lain yang terdapat dalam kawasan yang sama. Dalam era global asset allocation, arus portofolio modal tidak lagi mengenal batas-batas wilayah negara. para fund manager, investor, dan hedge funds yang melakukan investasi secara global, sangat mencermati perubahan ekonomi, bukan hanya dalam lingkup satu negara, melainkan juga meluas hingga ke dalam lingkup satu kawasan/regional tertentu.

4. Faktor ekonomi : indikator ekonomi adalah salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan bagian penting dari keseluruhan faktor


(36)

fundamental itu sendiri. Indikator-indikator ekonomi yang sering digunakan dalam analisa fundamental, yaitu :

a. Produk nasional bruto (PNB) adalah total produksi barang dan jasa yang diproduksi oleh penduduk negara tersebut baik yang bertempat tinggal/ berdomisili di dalam negeri maupun yang berada di luar negeri dalam suatu periode tertentu.

b. Produksi domestik bruto (PDB) adalah penjumlahan seluruh barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara baik oleh perusahaan dalam negeri maupun oleh perusahaan asing yang beroperasi di dalam negara tersebut pada suatu waktu/ periode tertentu.

c. Tingkat inflasi : Salah satu cara pemerintah dalam menanggulangi inflasi adalah dengan melakukan kebijakan menaikkan tingkat suku bunga. Penggunaan tingkat inflasi sebagai salah satu indikator fundamental ekonomi adalah untuk mencerminkan tingkat PDB dan PNB ke dalam nilai yang sebenarnya. Nilai GDP dan GNP riil merupakan indikator yang sangat penting bagi seorang investor dalam membandingkan peluang dan risiko investasinya di mancanegara.

Indikator-indikator inflasi yang biasanya digunakan oleh para investor:

• Indeks harga produksi atau Producer Price Index (PPI) adalah indeks yang mengukur rata-rata perubahan harga yang di terima


(37)

oleh produsen domestic untuk setiap output yang dihasilkan dalam setiap tingkat proses produksi. Data PPI dikumpulkan dari berbagai sektor ekonomi terutama dari sektor manufaktur, pertambangan, dan pertanian.

• Indeks harga konsumen atau Consumer Price Index (CPI) adalah digunakan untuk mengukur rata-rata perubahan harga eceran dari sekelompok barang dan jasa tertentu. Index CPI dan PPI digunakan oleh seorang Trader sebagai indikator untuk mengukur tingkat inflasi yang terjadi.

• Neraca pembayaran atau balance of payment adalah suatu neraca yang terdiri dari keseluruhan aktivitas transaksi perekonomian internasional suatu negara, baik yang bersifat komersial maupun finansial, dengan negara lain pada suatu periode tertentu. Neraca pembayaran ini mencerminkan seluruh transaksi antara penduduk, pemerintah, dan pengusaha dalam negeri dan pihak luar negeri, seperti transaksi expor dan impor, investasi portofolio , transaksi antar bank sentral, dan lain-lain. Dengan adanya neraca pembayaran ini kita mengetahui kapan suatu negara mengalami surplus maupun defisit.

• Neraca perdagangan yang merupakan selisih antara total ekspor dan impor barang, jasa, dan transfer. Dalam perhitungannya, neraca perdagangan ini tidak mencakup transaksi-transaksi asset finansial dan kewajiban (hutang). Data ini merupakan indikator


(38)

tren perdagangan luar negeri yang merupakan aliran bersih dari total eksport dan impor barang dan jasa sebagai penerimaan atau penghasilan. Dengan adanya transaksi ekspor maka akan diterima sejumlah uang yang nantinya akan menambah permintaan terhadap mata uang negara eksportir. Begitu pula sebaliknya pada impor barang dan jasa dimana sejumlah uang harus dikeluarkan guna membayar barang dan jasa yang kita impor, hal ini akan menambah penawaran akan mata uang negara importir.

• Aliran Modal yaitu investasi langsung dan investasi tidak langsung, dimana pada investasi langsung, investor dari luar negeri melakukan penanaman modal dalam aset riil misalnya saja membangun pabrik, gedung perkantoran dll. Investasi ini biasanya bersifat jangka panjang. Sedangkan investasi tidak langsung dapat kita temui di dalam investasi instrument keuangan. Misalnya seorang investor melakukan pembelian saham atau obligasi di bursa Indonesia. Maka investor tersebut harus menukarkan mata uangnya ke rupiah supaya dapat membeli saham ataupun obligasi di Indonesia.

• Tingkat pengangguran adalah suatu indikator yang dapat memberikan gambaran tentang kondisi rill berbagai sektor ekonomi. Indikator ini dapet dijadikan alat untuk menganalisa sehat/tidaknya perekonomian suatu negara. Apabila perekonomian berada dalam kondisi baik maka akan tercapai tingkat


(39)

pengangguran yang rendah. Tetapi jika perekonomian dalam keadaan lesu maka tingkat pengangguran pun meningkat.

• Kurs valuta asing adalah nilai perbandingan atau bisa juga disebut nilai tukar antara suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Kurs ini biasanya digunakan sebagai indikator utama untuk melihat kekuatan ekonomi ataupun tingkat kestabilan perekonomian suatu Negara. Jika kurs mata uang negara tersebut tidak stabil maka dapat dikatakan bahwa perekonomian negara tersebut tidak baik atau sedang mengalami krisis ekonomi. Untuk itu perlu bagi suatu Negara untuk memiliki mata uang yang stabil agar perekonomian negara tersebut dapat berjalan dengan lancar dan membentuk suatu tren pertumbuhan.

• PSNCR - Public Sector Net Cash Requirement atau kebutuhan tunai sektor publik yaitu jumlah uang yang harus dipinjam pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. Sebab pemerintah seringkali mengeluarkan lebih dari yang mereka terima dari penerimaan pajak, dan satu-satunya cara untuk menambah kekurangannya adalah dari meminjam.

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian terhadap faktor fundamental ekonomi perbankan terhadap harga saham telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Dalam penelitian tersebut peneliti lebih banyak menganalisis pengaruh faktor fundamental ekonomi


(40)

terhadap harga saham perusahaan. Beberapa peneliti terdahulu menjelaskan pengaruh – pengaruh dari faktor fundamental ekonomi dan perusahaan adalah sebagai berikut:

No Peneliti Judul Objek Penelitian Hasil Penelitian 1 P. Erwin Michael

Saragih ( 2007 )

Analisis Pengaruh Faktor fundamental dan Makro Ekonomi Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Sektor Perbankan Di Bursa Efek Jakarta

Variabel EPS, PER dan Kurs Rasio mempunyai pengaruh yang positif terhadap tingkat pengembalian saham.

2 Vernande Nirohito ( 2009 )

Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Industri Properti Dan Real Estate Di Bursa Efek Indonesia

Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan atau bersama-sama semua faktor fundamental Earning per Share (EPS), Book Value per Share (BVS), Return on

Assets (ROA), Dividend Payout Ratio (DPR) dan


(41)

resiko sistematik (Beta) berpengaruh

terhadap harga saham. 3 Bahtiar Usman

(2003)

Analisa Rasio Keuangan

dalam memprediksi perubahan laba pada bank

Indonesia

NIM dan LDR berpengaruh positif terhadap laba bank. Kecukupan

permodalan dan NPM berpengaruh negatif terhadap laba bank dimasa yang akan datang sementara

NPL tidak berpengaruh pada


(42)

2.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu permasalahan yang ada, artinya hipotesa bukanlah merupakan berarti jawaban akhir, namun menjadi kesimpulan sementara yang harus di uji kebenarannya dengan data – data yang mempunyai hubungan ataupun dengan melihat fakta yang terjadi dilapangan. Maka berdasarkan uraian perumusan masalah diatas, maka hipotesa dalam penelitian ini adalah:

a. Faktor fundamental Earning Per Share (EPS), Book Value Per Share (BVS), Return On Asset (ROA), Price Book Value (PBV) berpengaruh terhadap harga sahamperbankan BUMN.

b. Profitabilitas menjadi alat ukur kemampuan untuk mendapatkan laba, rendahnya profitabiltas akan menunjukkan rendahnya laba dalam perusahaan, sebaliknya profitabiltas yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan menunjukkan laba yang tinggi yang selanjutnya menaikkan harga saham perusahaan BUMN.


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah Evaluasi yaitu mencari jawaban tentang pencapaian tujuan yang di gariskan sebelumnya. Evaluasi disini mencakup formatip (melihat dan meneliti pelaksanaan program), dan sumatif (Dilaksanakan pada akhir program untuk mengukur pencapaian tujuan).

3.2 Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini merupakan pembahasan seberapa jauh pengaruh variabel – variabel independen (X) yang meliputi EPS, NIM, ROA PBV terhadap variabel dependen (Y) yaitu harga saham dengan menggunakan data tahunan yang dikeluarkan dan dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia dan Badan Pusat Statistik.


(44)

3.3 Defenisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat beberapa defenisi operasional yang dapat di jelaskan sebagai berikut:

1. Harga Saham

Harga Saham yang dimaksudkan adalah harga pasaranya, harga pasar saham lebih sering dipakai dalam berbagai penelitian pasar modal, dan harga pasar saham ini juga yang sering diperhatikan oleh investor.

2. Earning Per Share ( EPS )

Alat analisis tingkat profitabilitas perusahaan yang menggunakan konsep laba konvensional. EPS adalah salah satu dari alat ukur yang sering di gunakan untuk mengevaluasi saham biasa dalam lingkaran keuangan.

Besarnya Earning Per Share ( EPS ) suatu perusahaan bila di ketahui dari informasi laporan keuangan langsung atau dapat di hitung berdasarakan laporan neraca dana laporan laba rugi perusahaan.

3. Net Interst Margin ( NIM )

Salah satu proksi dari resiko pasar adalah suku bunga, dengan demikian rasio pasar dapat diukur dengan selisih antara suku bunga pendanaan (funding) dengan suku bunga pinjaman diberikan (lending) atau dalam bentuk absolute, yang merupakan selisih antara total biaya bunga pendanaan dengan total biaya bunga pinjaman. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan


(45)

bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam memperolah pendapatan operasionalnya dari dana yang ditempatkan dalam bentuk pinjaman (kredit).

4. Return On Asset ( ROA )

ROA merupakan salah satu resiko profitabiltas yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasioini merupakan rasio terpenting diantara rasio rentabilitas yang ada. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin besar.

5. Price Book Value ( PBV )

PBV adalah rasio yang menggambarkan seberapa besar pasar menghargai niali buku saham perusahaan, yaitu semakin besakin tinggi rasio ini berati pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut.

3.4 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel yang akan dilakukan dalam penelitian adalah mengukur tingkat harga saham yang harus memperhatikan faktor – faktor fundamental ekonomi terhadap ekonomi terhadap saham perbankan BUMN.

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah perusahaan perbankan BUMN yaitu Bank Mandiri , Bank Bni, Bank Bri, Bank BTN, dan Bank Mutiara.


(46)

Untuk sampel penelitian adalah data laporan keuangan pada bank bank BUMN tersebut yang di publikasikan oleh masing masing bank dan data laporan keuangan yang di publikasikan oleh bank BI maupun data dari Badan Pusat Statistik ( BPS ).

3.6 Jenis Data

Untuk mendapatkan data yang akan di gunakan pada penelitian ini, di gunakan data sekunder berupa laporan keungan perusahaan perbankan BUMN yaitu Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN dan Bank Mutiara, data yang di ambil adalah data tahunan yaitu dimulai dari tahun pertengahan 2006 dan awal 2007 sampai dengan tahun 2011.

Selain itu data yang digunakan dalam penelitian ini juga berasal dari berbagai literature, penelitian lain, referensi pasar modal indonesia, buku – buku, serta sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah yang akan di bahas.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan bahan – bahan kepustakaan berupa literature dan laporan – laporan ilmiah yang memiliki hubungan dengan topik yang di teliti dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah dengan melakukan pencatatan langsung data tahunan yaitu dari tahun 2007 sampai dengan 2011.


(47)

3.8 Teknik Analisis

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dalam meregresikan variabel – biasa ( Ordinary Least Square ).

Fungsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Y = f (X1,X2,X3,X4)

kemudian fungsi tersebut di transformasikan ke dalam model persamaan regresi berganda sebagai berikut:

Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + e

Dimana :

Y = Harga Saham a = Konstanta

x1 = Earning Per Share ( EPS )

x2 = Net Interst Margin ( NIM )

x3 = Return On Asset ( ROA )

x4 = Book Value Per Share (BVS)


(48)

Nilai koefisien regresi disini sangat menentukan sebagai dasar analisis, mengingat penelitian ini bersifat fundamental method. Hal ini berarti jika koefisien b bernilai positif (+) maka dapat dikatakan terjadi pengaruh searah antara variabel independen dengan variabel dependen, setiap kenaikan nilai variabel independen akan mengakibatkan kenaikan variabel dependen. Demikian pula sebaliknya, bila koefisien nilai b bernilai negatif (-), hal ini menunjukkan adanya pengaruh negatif dimana kenaikan nilai variabel independen akan mengakibatkan penurunan nilai variabel dependen.

3.8.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variable terikat dan variable bebas, keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.

Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan pula melalui analisis statistik yang salah satunya dapat dilihat melalui Kolmogorov-Smirnov test (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:

Ho = Data residual terdistribusi normal Ha = Data residual tidak terdistribusi normal

Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut:

a. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik maka Ho ditolak, yang berarti data terdistibusi tidak normal.

b. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan statistik maka Ho diterima, yang berarti data terdistibusi normal.


(49)

3.8.2 Uji Asumsi Klasik 3.8.2.1 Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi kolerasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas dalam model regresi dapat dilihat dari tolerance value atau variance inflation factor (VIF). Sebagai dasar acuannya dapat disimpulkan:

1. Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi. 2. Jika nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

3.8.2.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang terjadi homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser.

Dasar pengambilan keputusan uji heteroskedastisitas melalui uji Glejser dilakukan sebagai berikut:

1. Apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi signifikan statistik, yang berarti data empiris yang diestimasi terdapat heteroskedastisitas. 2. Apabila probabilitas nilai test tidak signifikan statistik, maka berarti data empiris yang diestimasi tidak terdapat heteroskedastisitas.


(50)

3.8.2.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi, dapat dilakukan uji statistik melalui uji Durbin-Watson (DW test).

Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut: 1. Bila nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du) dan (4–du) maka koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak ada autokorelasi.

2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl) maka koefisien autokorelasi > 0, berarti ada autokorelasi positif.

3. Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi < 0, berarti ada autokorelasi negatif.

4. Bila nilai DW terletak antara du dan dl atau DW terletak antara (4-du) dan (4- dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan. Akan tetapi uji Durbin-Watson memiliki kelemahan jika jumlah datanya besar. untuk sampel besar diatas 100 observasi, lebih tepat dengan menggunakan uji.

Lagrange Multiplier (LM). Uji LM akan menghasilkan statistic Breusch-Godfrey (BG). BG test dilakukan dengan meregresi variable pengganggu (residual) Ut menggunakan autoregressive model dengan orde p dengan rumus sebagai berikut:


(51)

3.8.2.4 Pengujian Hipotesis

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai statistik t, nilai statistik F, dan nilai koefisien determinasi (R2). Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik, apabila uji nilai statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila uji nilai statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima.

3.8.2.5 Uji t

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh rasio keuangan perbankan terhadap kinerja perbankan di Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu uji t ini digunakan untuk menguji hipotesis Ha1, Ha2, Ha3, Ha4.

Langkah–langkah pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Merumuskan hipotesis (Ha) Ha diterima: berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen (kinerja perbankan) secara parsial.

b. Menentukan tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05

c. Membandingkan thitung dengan ttabel,. Jika thitung lebih besar dari ttabel

maka Ha diterima. Nilai t hitung dapat dicari dengan rumus :

Thitung = Koefisien regresi / Standart deviasi

1. Bila –ttabel < -thitung dan thitung < ttabel, variabel independen secara individu


(52)

2. Bila thitung > ttabel dan –thitung < -ttabel, variabel independen secara individu berpe-

ngaruh terhadap variabel dependen. d. Berdasarkan probprobabilitas

Ha akan diterima jika nilai probabilitasnya kurang dari 0,05 (α)

e. Menentukan variabel independen mana yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap variabel dependen

Hubungan ini dapat dilihat dari koefisien regresinya.

3.8.2.6 Uji F

Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh EPS (Earning Per Share), Net Interst Margin (NIM), ROA ( Return On asset), PBV (Price Book Value ),terhadap Harga Saham secara simultan. Langkah–langkah yang dilakukan adalah :

a. Merumuskan Hipotesis (Ha)

Ha diterima: berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan.

b. Menentukan tingkat signifikansi yaitu sebesar 0.05 (α=0,05) c. Membandingkan Fhitung dengan Ftabel

Nilai F hitung dapat dicari dengan rumus :

F_Hitung = R2 / (k – 1) /((1 – R2 )/ (N – k ) )

dimana:

R2 = Koefisien Determinasi k = Banyaknya koefisien regresi N = Banyaknya Observasi


(53)

1. Bila F hitung < F tabel, variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

2. Bila F hitung > F tabel, variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.

d. Berdasarkan Probabilitas

Dengan menggunakan nilai probabilitas, Ha akan diterima jika probabilitas kurang dari 0,05

e. Menentukan nilai koefisien determinasi, dimana koefisien ini menunjukkan seberapa besar variabel independen pada model yang digunakan mampu menjelaskan variabel dependennya.

3.8.2.7 Uji R2 ( R – Square )

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Koefisien determinasi dapat dicari dengan rumus :

�2 = ∑XY √X2√Y2 Dimana:

R2 = Koefisien determinasi Y = Variabel dependen

X = Variabel Independen

Nilai koefisien determinansi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel – variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.


(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan industri BUMN perbankan periode 2007 – 2011 (5 tahun). Berikut ini nama - nama perusahaan yang menjadi objek penelitian adalah sebagai berikut :

TABEL 4.1

DAFTAR PERUSAHAAN PERBANKAN BUMN

NAMA KODE

PT BANK NEGARA INDONESIA (Persero) Tbk BBNI

PT BANK MANDIRI (Persero) Tbk BMRI

PT BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk BBRI PT BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk BBTN

PT MUTIARA BANK (Persero) TBK BCIC

Sumber : Bank Indonesia

4.2 Deskriptip Hasil Penelitian 4.2.1 Harga Saham

Harga saham diperoleh dari rata – rata harga saham penutupan (Closing Price) pada laporan keuangan tahunan yang dikeluarkan oleh masing masing


(55)

perusahaan perbankan, berikut daftar harga saham masing – masing perusahaan perbankan BUMN tersebut:

Tabel 4.2

Harga Saham Perbankan BUMN Tahun 2007 – 2011

Bank Harga saham (RP)

BNI 2007 2008 2009 2010 2011 31 januari 1633 1644 722 1843 3275 28 februari/29 februari 1120 1577 656 1815 3450 31 maret 1025 1406 684 2185 3900 30 aprl 1050 1140 1188 2375 4050 30 mei 1250 1207 1492 2328 3850 30 juni 1020 1140 1653 2185 3825 31 juli 1080 1349 1805 2921 4450 29 agustus 1250 1226 1872 3230 4125 29 Sptember 1540 950 1948 3563 3650 30 okt/31okt 1350 442 1805 3658 4050 28 nop 1422 513 1872 3895 3700 31 des 2050 646 1900 3875 385 Jumlah 15790 13240 17597 33873 42710 Rata - rata Harga Saham 1315,833 1103,333 1466,417 2822,75 3559,167

Bank Harga saham (RP)

MANDIRI 2007 2008 2009 2010 2011 31 januari 3479 3234 1774 4533 5733 28 februari/29 februari 3430 3234 1705 4484 5700 31 maret 3553 3063 2009 5390 6500 30 aprl 3430 2769 2597 5488 7050 30 mei 3308 2867 2818 4949 7200 30 juni 3210 2548 3210 5684 7100 31 juli 3406 2940 3871 5880 7950 29 agustus 3038 2769 4043 5635 6800 29 Sptember 3675 2573 4410 6860 6450 30 okt/31okt 3210 1313 4582 6860 7250 28 nop 3406 1470 4312 6664 6450 31 des 3430 2009 4533 6517 6750


(56)

Jumlah 40575 30789 39864 68944 80933 Rata - rata Harga Saham 3381,25 2565,75 3322 5745,333 6744,417

Bank Harga saham (RP)

BRI 2007 2008 2009 2010 2011 31 januari 2850 3425 2238 3775 4950 28 februari/29 februari 2645 3650 1913 3675 4700 31 maret 2550 3175 2075 4125 5500 30 aprl 2890 2900 2650 4400 6550 30 mei 3425 2950 3100 4200 6450 30 juni 3250 2525 3350 4550 6500 31 juli 3125 3075 3750 4975 6850 29 agustus 3200 2875 3875 4675 6500 29 Sptember 3550 2675 3800 5000 5900 30 okt/31okt 3640 1400 3650 5700 6750 28 nop 3280 1663 3750 5425 6500 31 des 3700 2225 3800 5325 6800 Jumlah 38105 32538 37951 55825 73950 Rata - rata Harga Saham 3175,417 2711,5 3162,583 4652,083 6162,5

Bank Harga saham (RP)

BTN 2007 2008 2009 2010 2011 31 januari - - - 1050 1370 28 februari/29 februari - - - 1060 1340 31 maret - - - 1310 1630 30 aprl - - - 1530 1730 30 mei - - - 1280 1630 30 juni - - - 1600 1680 31 juli - - - 1960 1710 29 agustus - - - 1810 1550 29 Sptember - - - 1830 1190 30 okt/31okt - - - 2025 1440 28 nop - - - 1840 1250 31 des - - 840 1670 1220 Jumlah - - 840 18965 17740 Rata - rata Harga Saham - - 840 1580,417 1478,333


(57)

Bank Harga saham (RP)

MUTIARA 2007 2008 2009 2010 2011 31 januari - 68 50 50 50 28 februari/29 februari - 72 50 50 50 31 maret - 66 50 50 50 30 aprl - 85 50 50 50 30 mei - 80 50 50 50 30 juni - 79 50 50 50 31 juli - 74 50 50 50 29 agustus - 68 50 50 50 29 Sptember - 61 50 50 50 30 okt/31okt - 50 50 50 50 28 nop - 50 50 50 50 31 des 66 50 50 50 50 Jumlah 66 803 600 600 600 Rata - rata Harga Saham 66 52,75 50 50 50

Sumber :

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, menunjukkan bahwa saham yang terjadi di perusahaan perbankan tersebut dilihat dari rata – rata harga setiap akhir periode. Berdasarkan tabel diatas bisa kita lihat bahwa harga saham pada perusahaan perbankan diatas selalu mengalami perubahan dari tahun ke tahun dimana Bank Mandiri lah yang mengalami perubahan saham terbesar yaitu pada akhir periode pada tahun 2011 yaitu dengan jumlah sebesar Rp 80933 dan rata – rata nya sebesar Rp 6744,417 sedangkan untuk yang terkecil adalah bank mutiara yang mengalami perubahan penurunan yang sangat drastis yaitu sebesar Rp 600, rata-ratanya sebesar Rp 50 di tahun yang sama bahkan di 3 tahun terakhir.


(58)

Tabel 4.3

Data Faktor fundamental ekonomi

Tahun EPS ROA BVS NIM Harga saham Juni 2006 155.23 1.52 1.32 4.55 2002.1 2007 177 1.82 1.435 5.82 2053.5 2008 354.94 2.92 16.86 5.22 4351.75 2009 372.468 4.42 14.18 10.11 3972.817 2010 139.6 1.85 18.316 5.38 1299.583 2011 88.2 1.74 12.88 5.86 50.6875

Sumber :

4.3. PEMBAHASAN 4.3.1 Hasil Analisis Regresi

Dari analisa yang dilakukan maka diperoleh hasil yang diperlihatkan oleh tabel sebagai berikut:

Tabel 4.3

Hasil Regresi Dependen dan independen Variabel Tingkat Pengembalian Saham

Variabel Standart Koefisien Standart error t-hit

EPS (x1) 17,858 0,231 77,432

ROA (x2) -1751,813 -42,415 -41,302


(59)

NIM (x4) 680,125 14,612 46,545 Konstanta -1866,701 43,910 -42,512

F 7226,167

R 1.000

R2 1.000

Variabel terikat : Harga Saham Sumber : Data diolah, 2012

Hasil analisis linier sederhana diatas, dapat disusun dalam bentuk persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 1866,701+ 17,858x1 – 1751,813x2 + 10,811x3 + 680,125x4

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat nilai koefisien regresi, nilai t-hitung dan nilai R – squared. Kemudian dari model persamaan tersebut dapat dijelaskan pengaruh variabel independen (variabel bebas), yaitu EPS (Earning Per Share), ROA (Return On Asset), BVS ( Book Value per Share), dan NIM (Net Interst Margin) pada Harga Saham.

Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Nilai Konstanta (a) = 1866,701 hal ini menunjukkan apabila tidak ada pengaruh faktor variabel dari pada EPS, ROA, BVS, dan NIM atau bernialia konstan maka harga saham akan sebesar Rp. 1866,701

2. Koefisien regresi variabel Earning Per Share (EPS) sebesar 17,858 ini menunjukkan pengaruh positif terhadap variabel harga saham, artinya jika variabel Earning Per Share meningkat sebesar 1% ceteris paribus, maka akan meningkatkan kenaikan harga saham sebesar 17,86 poin.


(60)

3. Koefisien regresi variabel Return On Asset (ROA) sebesar -1751,813 ini menunjukkan pengaruh negative terhadap variabel harga saham, artinya jika variabel Return On asset meningkat sebesar 1% ceteris paribus, maka akan menurunkan harga saham sebesar 1751,81 poin.

4. Koefisien regresi variabel Book Value per Share (BVS) sebesar 10,811 ini menunjukkan pengaruh positif terhadap variabel harga saham, artinya jika variabel Book Value per Share meningkat sebesar 1% ceteris paribus, maka akan meningkatkan kenaikan harga saham sebesar 10,81 poin.

5. Koefisien regresi variabel Net Interst Margin (NIM) sebesar 680,125 ini menunjukkan pengaruh positif terhadap variabel harga saham, artinya jika variabel Net Interst Margin meningkat sebesar 1% ceteris paribus, maka akan meningkatkan kenaikan harga saham sebesar 680,125 poin.

4.3.2 Koefisiean Determinasi ( R-Square)

R2 = 1,000

Dari Hasil regresi yang telah diolah tersebut dengan menggunakan program SPSS 19 maka diperoleh nilai koefisien sebesar 1,000 Hal ini menggambarkan bahwa variabel bebas yang secara bersamaan memberikan pengaruh yang besar dan signifikan terhadap variabel terikat yaitu sebesar 100 %. Ini menandakan bahwa semua faktor fundamental ini adalah sangat amat besar dan nyata pengaruhnya pada variabel harga saham dan pada faktor lain tidaklah terlalu berpengaruh.


(61)

4.3.3 Pengujian Hipotesis (Uji t)

Uji t-statistik merupaan uji yang betujuan untuk mengetahui apakah masing – masing variable independen berpengaruh signifan atau tidak terhadap variable dependen.

1. Variabel Earning Per Share / EPS (x1)

Hipotesa : Ho : b1 = 0 ……tidak signifikan Ha : b1 ≠ 0 ……signifikan

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa t-hitung dari pada variabel EPS adalah 77,432 > t-tabel (6,313) artinya Ho ditolak, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Earning Per Share / EPS (x1) berpengaruh nyata (signifikan) terhadap Harga Saham (Y).

2. Variabel Return On Asset / ROA (x2)

Hipotesa : Ho : b1 = 0 ……tidak signifikan Ha : b1 ≠ 0 ……signifikan

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa t-hitung dari pada variabel ROA adalah – 41,302 < t-tabel (6,313) artinya Ho diterima,, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Retun on Asset / ROA (x2) tidak berpengaruh nyata (signifikan) terhadap Harga Saham (Y).

3. Variabel Book Value per Share / BVS (x3) Hipotesa : Ho : b1 = 0 ……tidak signifikan


(62)

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa t-hitung dari pada variabel BVS adalah 8,878 > t-tabel (6,313) artinya Ho ditolak, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Book Value Per Share / BVS (x1) berpengaruh nyata (signifikan) terhadap Harga Saham (Y).

4. Variabel Net Inters Margin / NIM (x4)

Hipotesa : Ho : b1 = 0 ……tidak signifikan Ha : b1 ≠ 0 ……signifikan

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa t-hitung dari pada variabel NIM adalah 46,545 > t-tabel (6,313) artinya Ho ditolak, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Book Value Per Share / BVS (x1) berpengaruh nyata (signifikan) terhadap Harga Saham (Y).

4.3.5 Uji Keseluruhan (Uji F-Statistik)

Uji F-statistik ini dilakukan untuk mengetahui apabila variabel independen secara bersama – sama mempengaruhi variabel dependen dan berdasarkan data diatas di ketahui bahwa F-hitung ( 7226,167 ) > 10,128 maka Ho ditolak. Artinya, secara bersama – sama variabel EPS (x1),ROA (x2),BVS (x3) dan NIM (x4) mempunyai pengaruh yang signifinakan terhadap tingkat Harga Saham (Y), ceteris paribus.

4.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 4.4.1 Uji Multikolineritas

Multikolineritas adalah alat untuk mengetahui kondisi, apakah terdapat korelasi variabel independen diantara satu sama lainnya, Untuk mengetahui ada tidaknya multikolineritas dapat dilihat dari nilai R-square, F-hitung dan Standard


(63)

eror. Dalam penelitian ini tidak terdapat multikolineritas diantara variabel independen. Hal ini dijelaskan dari tanda – tanda multikolineritas :

Tabel 4.4 Nilai VIF

Model Tolerance VIF

EPS (x1) ,071 14,079

ROA (x2) ,024 42,436

BVS (x3) ,609 1,643

NIM (x4) ,066 15,045

Dari analisis pada tabel 4.4 diatas dapat dijelaskan nilai VIF untuk variabel Earning Per Share (EPS) sebesar 14,079, Return On Asset (ROA) sebesar 42,436, Book Value Per Share (BVS) sebesar 1,643 dan untuk variabel Net interst Margin (NIM) sebesar 15,045 yang masing masing nilai variabel diatas 10 terkecuali Book value Per Share artinya hanya variabel Book Value Per Share sendirilah yang tidak terdapat problem multikolinearitas.

4.4.2 Uji Autokolinearitas

Uji autokolinearitas merupakan hubungan variabel – variabel dari serangkaian yang tersusun dalam rangkaian waktu. Autokolinearitas juga menunjukkan hubungan nilai – nilai yang berurutan dari variabel yang sama. Autokoliearitas dapat terjadi jka kesalahn penggangu suatu periode korelasi dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya.


(64)

Autokoliearitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Durbin – Watson. Uji D-W digunakan untuk mengetahui apakah dalam model yangdigunakan terdapat autokorelasi diantara variabel – ariabel yang diamatai dengan prosedur sebagai berikut:

a. Hipotesa : Ho : Dw = 0 ….. tidak ada autokorelasi Ha : Dw ≠ 0 ….. ada autokorelasi b. Kriteria :

Ho diterima apabila du < Dw(hit) < 4-du

Ha diterima apabila Dw(hit) > 4-dl dan Dw(hit) < dl c. α = 5 %

d. Dw(hit) : 2,739

e. Du < Dw(hit) < 1,1753 < 1,277 < 2,8247 sehingga Ho diterima artinya tidak terdapat autokorelasi pada hasil estimasi ini.


(65)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari interpretasi model menunjukkan bahwa faktor – faktor fundamental ekonomi perbankan yang dapat menjelaskan tingkat harga saham sebesar 100%. Hal ini dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi R2 = 1,000 2. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari interpretasi model bahwa variabel

Earning per Share, Book Value Per Share dan Net interst Margin masing – masing mempunyai pengaruh yang positif terhadap harga saham.

3. Berdasarkan hasil interpretasi model bahwa variabel Return On asset mempunyai pengaruh yang negative terhadap harga saham. Hal ini dapat dilihat besarnya koefisien determinasi dari pada Return On Asset yaitu – 1751,813

5.2 Saran

Berdasarkan evaluasi analisis dari hasil penelitian serta kesimpulan yang telah dirumuskan diatas, maka penulis perlu untuk mengajukan saran – saran yang relevan sebagai usaha untuk memecahkan permasalahan yang ditentukan dalam


(66)

analisis serta diharapkan dapat berguna sebagai masukan bagi pihak – pihak yang terkait. Adapun saran – saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah, dirasa perlu untuk menjaga kestabilan kondisi perekonomian Indonesia terkhusus makro ekonomi demi tercapainya kondisi yang kondusif dalam berinvestasi dipasar modal sehingga tingkat pengembalian yang maksimal dapat dicapai oleh investor. Selain itu hal – hal yang perlu diperhatikan dalam upaya mencapai tujuan tersebut adalah dengan melalui pembuatan system regulasi pasar modal yang tidak merugikan berbagai pihak terkhusus bagi emiten. Demikian pula dalam pengawasan dan pelaksanaan regulasi pasar modal yang ketat haruslah dilaksanakan oleh pemerintah melalui badan – badan yang terkait yang ditunjuk dan ditugaskan oleh pemerintah.

2. Bagi Investor, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa factor fundamental ekonomi perbankan yang diwakili oleh Earning Per Share mempunyai pengaruh yang positif dalam penapaian tingkat harga saham. Oleh karena itu sangat disarankan bagi investor ataupun calon investor dalam menjalankan usahanya haruslah mempertimbangkan faktor fundamental ini.

3. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya juga menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap harga saham pada semua jenis sector agar pengujian menjadi lebih kuat.


(67)

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Panji, Pengantar Pasar Modal, Edisi Revisi, PT. Rineka Cipta, Jakarta 2001

Boediono. Ekonomi Makro. Edisi Ke 4, BPFE, Yogyakarta, 1992

\Darmadji, Tjiptono. Pasar Modal Indonesia, Edisi pertama, Salemba Empat Jakarta , 2001

Gujarati, D, Ekonometrika Dasar terjemahan, Erlangga, 1978, Jakarta

Herlambang, Teddy,et all, Ekonomi Makro, Gramedia Pustaka Utama, 2001, Jakarta

Putra, Eka Dianata, Berburu Di Pasar Modal, Edisi 1, Ephar dan Dahara Prize, Jakarta, 2002

Sjahrir, 1995, Tinjauan Pasar Modal, Penerbit PT. Gramedia Pustaka utama, Jakarta

Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi Modern, LP FEUI. Jakarta, 1985

Sukirni, Sadono. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Bina Grafika, Jakarta 1981 Tandelilin, Eduardus. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, BPFE.

Yogyakarta, 2001

Tajul, Khalwaty, Inflasi dan Solusinya, Gramedia, 2000, Jakarta


(1)

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa t-hitung dari pada variabel BVS adalah 8,878 > t-tabel (6,313) artinya Ho ditolak, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Book Value Per Share / BVS (x1) berpengaruh nyata (signifikan) terhadap Harga Saham (Y).

4. Variabel Net Inters Margin / NIM (x4)

Hipotesa : Ho : b1 = 0 ……tidak signifikan Ha : b1 ≠ 0 ……signifikan

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa t-hitung dari pada variabel NIM adalah 46,545 > t-tabel (6,313) artinya Ho ditolak, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Book Value Per Share / BVS (x1) berpengaruh nyata (signifikan) terhadap Harga Saham (Y).

4.3.5 Uji Keseluruhan (Uji F-Statistik)

Uji F-statistik ini dilakukan untuk mengetahui apabila variabel independen secara bersama – sama mempengaruhi variabel dependen dan berdasarkan data diatas di ketahui bahwa F-hitung ( 7226,167 ) > 10,128 maka Ho ditolak. Artinya, secara bersama – sama variabel EPS (x1),ROA (x2),BVS (x3) dan NIM (x4) mempunyai pengaruh yang signifinakan terhadap tingkat Harga Saham (Y), ceteris paribus.

4.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 4.4.1 Uji Multikolineritas

Multikolineritas adalah alat untuk mengetahui kondisi, apakah terdapat korelasi variabel independen diantara satu sama lainnya, Untuk mengetahui ada tidaknya multikolineritas dapat dilihat dari nilai R-square, F-hitung dan Standard


(2)

eror. Dalam penelitian ini tidak terdapat multikolineritas diantara variabel independen. Hal ini dijelaskan dari tanda – tanda multikolineritas :

Tabel 4.4 Nilai VIF

Model Tolerance VIF

EPS (x1) ,071 14,079

ROA (x2) ,024 42,436

BVS (x3) ,609 1,643

NIM (x4) ,066 15,045

Dari analisis pada tabel 4.4 diatas dapat dijelaskan nilai VIF untuk variabel Earning Per Share (EPS) sebesar 14,079, Return On Asset (ROA) sebesar 42,436, Book Value Per Share (BVS) sebesar 1,643 dan untuk variabel Net interst Margin (NIM) sebesar 15,045 yang masing masing nilai variabel diatas 10 terkecuali Book value Per Share artinya hanya variabel Book Value Per Share sendirilah yang tidak terdapat problem multikolinearitas.

4.4.2 Uji Autokolinearitas

Uji autokolinearitas merupakan hubungan variabel – variabel dari serangkaian yang tersusun dalam rangkaian waktu. Autokolinearitas juga menunjukkan hubungan nilai – nilai yang berurutan dari variabel yang sama. Autokoliearitas dapat terjadi jka kesalahn penggangu suatu periode korelasi


(3)

Autokoliearitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Durbin – Watson. Uji D-W digunakan untuk mengetahui apakah dalam model yangdigunakan terdapat autokorelasi diantara variabel – ariabel yang diamatai dengan prosedur sebagai berikut:

a. Hipotesa : Ho : Dw = 0 ….. tidak ada autokorelasi Ha : Dw ≠ 0 ….. ada autokorelasi b. Kriteria :

Ho diterima apabila du < Dw(hit) < 4-du

Ha diterima apabila Dw(hit) > 4-dl dan Dw(hit) < dl c. α = 5 %

d. Dw(hit) : 2,739

e. Du < Dw(hit) < 1,1753 < 1,277 < 2,8247 sehingga Ho diterima artinya tidak terdapat autokorelasi pada hasil estimasi ini.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari interpretasi model menunjukkan bahwa faktor – faktor fundamental ekonomi perbankan yang dapat menjelaskan tingkat harga saham sebesar 100%. Hal ini dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi R2 = 1,000 2. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari interpretasi model bahwa variabel

Earning per Share, Book Value Per Share dan Net interst Margin masing – masing mempunyai pengaruh yang positif terhadap harga saham.

3. Berdasarkan hasil interpretasi model bahwa variabel Return On asset mempunyai pengaruh yang negative terhadap harga saham. Hal ini dapat dilihat besarnya koefisien determinasi dari pada Return On Asset yaitu – 1751,813

5.2 Saran


(5)

analisis serta diharapkan dapat berguna sebagai masukan bagi pihak – pihak yang terkait. Adapun saran – saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah, dirasa perlu untuk menjaga kestabilan kondisi perekonomian Indonesia terkhusus makro ekonomi demi tercapainya kondisi yang kondusif dalam berinvestasi dipasar modal sehingga tingkat pengembalian yang maksimal dapat dicapai oleh investor. Selain itu hal – hal yang perlu diperhatikan dalam upaya mencapai tujuan tersebut adalah dengan melalui pembuatan system regulasi pasar modal yang tidak merugikan berbagai pihak terkhusus bagi emiten. Demikian pula dalam pengawasan dan pelaksanaan regulasi pasar modal yang ketat haruslah dilaksanakan oleh pemerintah melalui badan – badan yang terkait yang ditunjuk dan ditugaskan oleh pemerintah.

2. Bagi Investor, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa factor fundamental ekonomi perbankan yang diwakili oleh Earning Per Share mempunyai pengaruh yang positif dalam penapaian tingkat harga saham. Oleh karena itu sangat disarankan bagi investor ataupun calon investor dalam menjalankan usahanya haruslah mempertimbangkan faktor fundamental ini.

3. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya juga menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap harga saham pada semua jenis sector agar pengujian menjadi lebih kuat.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Panji, Pengantar Pasar Modal, Edisi Revisi, PT. Rineka Cipta, Jakarta 2001

Boediono. Ekonomi Makro. Edisi Ke 4, BPFE, Yogyakarta, 1992

\Darmadji, Tjiptono. Pasar Modal Indonesia, Edisi pertama, Salemba Empat Jakarta , 2001

Gujarati, D, Ekonometrika Dasar terjemahan, Erlangga, 1978, Jakarta

Herlambang, Teddy,et all, Ekonomi Makro, Gramedia Pustaka Utama, 2001, Jakarta

Putra, Eka Dianata, Berburu Di Pasar Modal, Edisi 1, Ephar dan Dahara Prize, Jakarta, 2002

Sjahrir, 1995, Tinjauan Pasar Modal, Penerbit PT. Gramedia Pustaka utama, Jakarta

Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi Modern, LP FEUI. Jakarta, 1985

Sukirni, Sadono. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Bina Grafika, Jakarta 1981 Tandelilin, Eduardus. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, BPFE.

Yogyakarta, 2001

Tajul, Khalwaty, Inflasi dan Solusinya, Gramedia, 2000, Jakarta