PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK UNTUK MENGANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI KESEBANGUNAN DITINJAU DARI TAKSONOMI BLOM DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SEDERAJAT MEDAN.

(1)

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK UNTUK MENGANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI KESEBANGUNAN

DITINJAU DARI TAKSONOMI BLOOM DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SEDERAJAT

MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

YUNINGSIH SIREGAR NIM: 8146172072

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i ABSTRAK

Yuningsih Siregar, (2016). Pengembangan Tes Diagnostik Untuk Menganalisis Kesulitan Belajar Siswa Pada Materi Kesebangunan Ditinjau dari Taksonomi Blom di Sekolah Menengah Pertama Sederajat Medan. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Tujuan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran ini menyelidiki validitas dan reliabilitas tes diagnostik kesebangunan yang dikembangkan, serta kesulitan yang dialami siswa kelas IX SMP sederajat Medan ketika belajar kesebangunan. Penelitian ini dilaksanakan di MTs.N 1 Medan sebanyak 43 siswa, SMP Darul Aman Medan sebanyak 36 siswa dan SMP YPK Medan sebanyak 32 siswa yang keseluruhan sebanyak 111 siswa SMP, Penelitian ini merupakan suatu studi pengembangan perangkat pembelajaran dengan menggunakan model Thiagarajan Semmel dan Semmel. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX-9 MTs.N 1 Medan, siswa kelas IX-1 SMP Darul Aman Medan, siswa kelas IX-B SMP YPK Medan. Data diperoleh melalui tes diagnostik uji coba sebanyak I satu kelas dan dilanjutkan uji coba II sebanyak tiga kelas serta hasil wawancara kesulitan belajar siswa materi kesebangunan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa tes diagnostik materi kesebangunan yang dikembangkan valid dan reliabel. Persentase siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal berdasarkan empat jenis kemampuan di MTs.N 1, SMP Darul Aman, dan SMP YPK Medan berturut-turut diperoleh language knowledge sebesar 36,47%, 39,77%, 38,16%; schematic knowledge sebesar 44,69%, 46,27%, 45,41%, strategy knowledge sebesar 40,14%, 43,96%, 45,41%; algorithmic knowledge sebesar 50,11%, 59,97%, 62,93%. Persentase siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal berdasarkan enam aspek kognitif di MTs.N 1, SMP Darul Aman, dan SMP YPK Medan berturut-turut diperoleh C1 (pengetahuan) sebesar 29,84%, 23,61%, 26,04%; C2 (pemahaman) sebesar 31,84%, 29,27%, 32,21%; C3 (aplikasi) sebesar 42,27%, 43,14%, 41,18%, C4 (analisis) sebesar 56,26%, 57,54%, 46,58%; C5 (sintesis) sebesar 45%, 50,14%, 51,25%; C6 (evaluasi) sebesar 55,32%, 58,48%, 50,16%. Temuan penelitian merekomendasikan pengembangan tes dagnostik ditinjau dari taksonomi Bloom dijadikan salah satu perangkat pembelajaran yang digunakan di sekolah utamanya untuk menganalisis kesulitan belajar siswa agar dapat dilakukan perbaikan dalam pembelajaran.


(7)

ii ABSTRACT

Yuningsih Siregar, (2016). Development of Diagnostic Test To Analyze Student Learning Difficulties Judging from the similarity to Content Taxonomy Blom lower secondary education or equivalent field. Thesis Mathematics Education Graduate Medan State University, 2016.

The purpose of this research study investigating the development of the validity and reliability of diagnostic tests developed congruency, and the difficulties experienced by students of class IX SMP equivalent Medan when learning congruency. This research was conducted in MTs.N 1 Terrain as many as 43 students, SMP Darul Aman Terrain as many as 36 students and SMP YPK Terrain overall total of 32 students were as many as 111 junior high school students, this study is a study of the development of the learning device by using the model and Semmel Semmel Thiagarajan. Research subjects in this study were students of class IX-9 MTs.N 1 Medan, students of class IX-1 SMP Darul Aman Medan, students of class IX-B SMP YPK Medan. Data obtained through diagnostic testing trial as a class I and II trials continued for three classes and interviews students' learning difficulties congruency material. The result showed that the diagnostic test developed material congruency valid and reliable. The persentage of students who have difficulties in solving problems based on four types of abilities in MTs.N 1, SMP Darul Aman, SMP YPK Medan consecutive language knowledge gained by 36,47%, 39,77%, 38,16%; schematic knowledge amounted to 44,69%, 46,27%, 45,41%, knowledge strategy by 40,14%, 43,96%, 45,41%; Algorithmic knowledge amounted to 50,11%, 59,97%, 62,93%. The percentage of students who have difficulty in solving problems by six cognitive aspects in MTs.N 1, SMP Darul Aman, dan SMP YPK consecutive Medan acquired C1 (knowledge) of 29,84%, 23,61%, 26,04%; C2 (understanding) of 31,84%, 29,27%, 32,21%; C3 (application) of 42,27%, 43,14%, 41,18%, C4 (analysis) of 56,26%, 57,54%, 46,58%; C5 (synthesis) is 45%, 50,14%, 51,25%; C6 (evaluation) of 55,32%, 58,48%, 50,16%. The finding of the study recommended the development of diagnostic tests in terms of Bloom’s taxonomy used as one of the learning device used in primary schools to analyze student learning difficulties in order to do improvements in learning.


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengembangan Tes Diagnostik Untuk Menganalisis Kesulitan Belajar Siswa Pada Materi Kesebangunan Ditinjau Dari Taksonomi Bloom di Sekolah Menengah Pertama Sederajat Medan. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar master kependidikan di Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Tesis ini menelaah kevalidan dan reliabilitas tes diagnostik yang dikembangkan, serta menganalisi kesulitan belajar yang dialami siswa ketika belajar matematika. Dalam proses mulai dari penulisan dan seminar proposal, pembuatan instrumen dan penyusunan tes diagnostik dan rangkaian ujicobanya, penulis mendapat banyak bantuan, bimbingan, nasihat, dorongan, saran, dan kritik yang sangat berharga dari berbagai pihak.

1. Kepada Ayahanda Abdul Wahid Siregar, Ibunda Nurlela Sari, Kakek Sukirman, Ibu Nursawaliah Sari, S.Pd, kakanda Fitri Julianti Siregar, SE, kakanda Siti Dahliana Siregar, Rifka Rahayu Siregar, S,Pd, adinda Hamzah Haridz Siregar, S.Fil.I dan Soegiharto penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga yang telah memberikan doa, dorongan, motivasi dan nasehat, serta cinta kasihnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.


(9)

iv

2. Bapak Prof. Dian Armanto, M.Pd., M.A., M.Sc., Ph.D selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II. Untuk membimbing dan mengarahkan penulisan. Sumbangan pikiran yang amat berharga sejak awal pemunculan ide dan kritik demi kritik serta pertanyaan kritis guna mempertajam gagasan telah membuka dan memperluas cakrawala berpikir penuis dalam penyusunan tesis ini. Juga untuk dorongan beliau agar penulis segera menyelesaikan studi secepatnya.

3. Bapak Prof. Bornok Sinaga, M.Pd., Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd., dan Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd., selaku Narasumber yang telah banyak memberikan saran dan masukan-masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

4. Bapak Prof. Dr. Edi Syaputra, M.Pd dan Bapak Dr. Mulyono, M.Pd, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika yang setiap saat memberikan kemudahan, arahan dan nasihat yang sangat berharga bagi penulis.

5. Direktur, Asisten I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan tesis ini.

6. Kepala Sekolah MTs.N 1 Medan, Kepala Sekolah SMP Swasta Darul Aman Medan dan Kepala Sekolah SMP Swasta YPK Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan


(10)

v

7. Serta rekan-rekan satu angkatan 2016 dari Program Studi Pendidikan Matematika yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian tesis ini.

Semoga tesis ini benar-benar bermanfaat kepada penulis maupun rekan-rekan lain terutama bagi rekan-rekan guru dalam meningkatkan wawasan dan kemampuan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika di depan kelas serta dapat menjadi seorang guru yang berkompetensi dan professional.

Medan, September 2016 Penulis


(11)

vi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 12

1.3 Batasan Masalah ... 13

1.4 Rumusan Masalah ... 13

1.5 Tujuan Penelitian ... 14

1.6 Manfaat Penelitian ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 15

2.1. Kerangka Teoretis ... 15

2.1.1. Pengertian Tes ... 15

2.1.2. Tes Hasil Belajar ... 16

2.1.3. Tes Diagnostik ... 18

2.1.4. Hasil Belajar Matematika ... 29

2.1.5. Taksonomi Hasil Belajar Kognitif ... 33

2.1.6. Kualitas Alat Penilaian ... 42

2.1.7. Kesulitan Belajar Matematika ... 50

2.1.8. Kesalahan-kesalahan Menyelesaikan soal Matematika………. 52

2.1.9. Pengembangan Instrumen Pembelajaran ... 59

2.1.10.Penelitian Yang Relevan... 61

2.2. Kerangka Konseptual ... 63


(12)

vii

BAB III METODE PENELITIAN ... 65

3.1 Jenis Penelitian ... 65

3.2 Subjek dan Objek Penelitian ... 65

3.3 Model Pengembangan Tes Diagnostik... 65

3.3.1. Perancangan Awal……….. 66 3.3.2. Validasi/Penilaian Para Ahli………... 73

3.3.3. Uji Coba Lapangan………. 73 3.4. Defenisi Operasional ……… 74

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 76

3.6.Teknik Analisa Data……… .. 81

3.6.1. Validitas………... 81

3.6.2. Validitas isi……….. 81

3.6.3. Validitas konstruk……… 84 3.6.4. Validitas Butir Soal ... 84

3.6.5. Reliabilitas Butir Soal……….. 85

3.6.6. Tingkat Kesukaran Tes... 86

3.6.7. Analisis Penyebab Kesulitan Siswa Pada Soal…. 88

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……… 91

4.1 Hasil Penelitian………. 91

4.1.1. Deskripsi Tahap Pengembangan Perangkat Pembelajaran………... 92

I. Pendefenisian……….. 92

II. Perancangan………... 97

III. Pengembangan………...….… 99

a. Hasil Validasi Tes Diagnostik...……….. 99

1) Hasil Validasi Tes Diagnostik……… 139

2) Hasil Validasi Pedoman Wawancara………. 101

b. Revisi ………. 102

c. Hasil Uji Coba Lapangan I………. 111

1) Validitas Dan Reliabilitas Butir Soal……….. 111

2) Hasil Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menjawab Soal………. 112


(13)

viii

e. Hasil Uji Coba Lapangan II... 115

1) Validitas dan Reliabilitas Butir Soal... 115

2) Hasil Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menjawab Soal... 119

3) Hasil Jawaban Siswa Dalam Mengerjakan Tes Diagnostik.. 126

IV. Penyebaran... 157

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian... 158

4.2.1. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Yang Valid dan Reliabel... 158

a. Validitas dan Reliabilitas Perangkat Pembelajaran... 159

b. Analisis Kesalahan Jawaban Siswa... 160

c. Hasil Analisis Kesulitan Belajar Siswa... 165

4.4. Keterbatasan Penelitian... 168

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 169

5.1. Kesimpulan... 169

5.2. Saran... 170


(14)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perbedaan Tes Diagnostik dan Tes Prestasi……….. 22

Tabel 2.2. Contoh Kata Kerja Operasional Dalam Ranah Kognitif……... 41

Tabel 3.1. Kisi-kisi Tes Diagnostik Materi Kesebangunan………….….. 77

Tabel 3.2. Pedoman Wawancara... 79

Tabel 3.3. Lembar Validasi Instrumen tes………. 82

Tabel 3.4 Lembar Validasi Pedoman Wawancara………. 83 Tabel 4.1 Analisis Tugas Materi Kesebangunan... 96

Tabel 4.2 Tujuan Pembelajaran Pada Materi Kesebangunan... 97

Tabel 4.3 Hasil Validasi Tes Diagnostik……… 100 Tabel 4.4 Hasil Validasi Pedoman Wawancara………. 101

Tabel 4.5. Rangkuman Hasil Uji Coba I Instrumen Tes Kesebangunan… 111

Tabel 4.6. Rerata Kesalahan Siswa Pada Tiap Jenis Kemampuan Uji Coba I…...……….…... 113

Tabel 4.7. Rerata Kesalahan Siswa Pada Tiap Aspek Kognitif Uji Coba I 113

Tabel 4.8. Rangkuman Hasil Ujicoba Instrumen Tes Kesebangunan Uji Coba II di MTs.N 1 Medan... 116

Tabel 4.9. Rangkuman Hasil Ujicoba Instrumen Tes Kesebangunan Uji Coba II di SMP Darul Aman Medan... 116

Tabel 4.10. Rangkuman Hasil Ujicoba Instrumen Tes Kesebangunan Uji Coba II di SMP YPK Medan... 117

Tabel 4.11. Tingkat Kesukaran Butir Tes di MTs.N 1 Medan... 118

Tabel 4.12. Tingkat Kesukaran Butir Tes di SMP Darul Aman Medan... 118

Tabel 4.13. Tingkat Kesukaran Butir Tes di SMP YPK Medan... 119

Tabel 4.14. Rerata Kesalahan Siswa Berdasarkan Jenis Kemampuan Uji Coba II di MTs.N 1 Medan... 120

Tabel. 4.15. Rerata Kesalahan Siswa Berdasarkan Aspek Kognitif Uji Coba II di MTs.N Medan... 121

Tabel 4.16. Rerata Kesalahan Berdasarkan Jenis Kemampuan Uji Coba II di SMP Darul Aman Medan... 122


(15)

x

Tabel 4.17. Rerata Kesalahan Berdasarkan Aspek Kognitif Uji Coba II

Di SMP Darul Aman Medan... 123 Tabel 4.18. Rerata Kesalahan Berdasarkan Aspek Kemampuan Uji Coba II

di SMP YPK Medan... 124 Tabel 4.19. Rerata Kesalahan Berdasarkan Aspek Kognitif Uji Coba II

di SMP YPK Medan... 125 Tabel 4.20. Rangkuman Hasil Validasi Perangkat dan Instrumen... 159 Tabel 4.21. Rerata Kesalahan Jawaban Siswa Berdasarkan Jenis Kemampuan Uji Coba II di Tiap Sekolah ... 161 Tabel 4.22. Rerata Kesalahan Jawaban Siswa Berdasarkan Aspek Kognitif Uji


(16)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Lembar Jawaban Siswa... 8

Gambar 2.1. Analogi Diagnostik Dokter dan Guru………... 19

Gambar 3.1. Diagram Alur Modifikasi Model 4D……… 66 Gambar 3.2. Peta Konsep Materi Kesebangunan……….……. 70 Gambar 4.1 Lembar Jawaban Siswa... 93 Gambar 4.2 Peta Konsep Materi Kesebangunan... 95 Gambar 4.3. Diagram Rerata Kesalahan Siswa Berdasarkan Tiap

Kemampuan Uji Coba I..……….. 112 Gambar 4.4. Diagram Rerata Kesalahan Siswa Pada Tiap Aspek Kognitif

Uji Coba I……….. 113 Gambar 4.5. Diagram Rerata Kesalahan Siswa Berdasarkan Jenis

Kemampuan Uji Coba I... 120 Gambar 4.6. Diagram Rerata Kesalahan Berdasarkan Aspek Kognitif

Uji Coba II di MTs.N 1 Medan ... 121 Gambar 4.7. Diagram Rerata Kesalahan Siswa Berdasarkan Jenis

Kemampuan Uji Coba II di SMP Darul Aman Medan... 122 Gambar 4.8. Diagram Rerata Kesalahan Berdasarkan Aspek Kognitif

Uji Coba II di SMP Darul Aman Medan... 123 Gambar 4.9. Diagram Rerata Kesalahan Siswa Berdasarkan Jenis

Kemampuan Uji Coba I... 124 Gambar 4.10. Diagram Rerata Kesalahan Pada Tiap Aspek Kognitif

Uji Coba II di SMP YPK Medan... 125 Gambar 4.11. Persentase Kesalahan Siswa Berdasarkan Jenis Kemampuan

Uji Coba II di Tiap Sekolah... 162 Gambar 4.12. Persentase Kesalahan Siswa Berdasarkan Tiap Aspek

Kognitif Uji Coba II Tiap Sekolah... 164


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Karena itu, pemerintah selalu berusaha agar mutu pendidikan matematika semakin baik. Hal ini terlihat dari berbagai upaya pemerintah seperti penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku-buku pelajaran, peningkatan kompetensi guru dan berbagai usaha lainnya yang bertujuan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang cerdas dan berkualitas. Hal tersebut sejalan dengan Tujuan pembelajaran matematika di dalam lampiran Permendiknas No.22 (2006: 346) tentang standar isi, disebutkan bahwa:

Pembelajaran matematika bertujuan supaya siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaika model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus dilakukan baik secara konvensional maupun inovatif. Namun, mutu pendidikan belum menunjukkan hasil yang sebagaimana yang diharapkan. Kenyataan ini terlihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa masih sangat rendah, khususnya mata pelajaran matematika.


(18)

2 Hal ini dapat terlihat dari hasil ujian nasional mata pelajaran matematika yang masih jauh di bawah standar. Kebanyakan siswa tidak lulus karena nilai ujian nasionalnya pada mata pelajaran matematika yaitu di bawah 4,5 (Wiyartimi, 2010: 89). Fakta di atas menunjukkan bahwa mata pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit bagi siswa. Amanat UUD 1945 untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan nampaknya masih belum tercapai. Berbagai analisis terhadap soal UN matematika yang berorientasi pada tingkat penalaran dan tingkat kognitif berdasarkan taksonomi bloom telah diusulkan oleh banyak peneliti untuk mengetahui kualitas soal UN. Kedua bentuk analisis ini sama - sama memiliki kelebihan pada dasar analisis yang digunakan, tapi penelitian- penelitian tersebut masih belum menjawab permasalahan apakah UN sudah memenuhi tuntutan kurikulum nasional dalam aspek pencapaian tujuan pembelajaran matematika yang terdapat pada Standar Isi. Rendahnya mutu pendidikan, termasuk hasil yang dicapai pembelajaran matematika dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain karakteristik mata pelajaran Matematika yang dibangun atas konsep-konsep yang abstrak dan deduktif, akibatnya sukar dipahami oleh sebagian besar siswa. Mengingat peranan matematika seharusnya menjadi mata pelajaran yang menarik dan menyenangkan, sehingga menimbulkan keinginan dan semangat siswa dalam mempelajarinya. Namun dari apa yang telah dipelajari ditemukan bahwa ada kesan bahwa sebagian siswa menganggap sulit dan tidak menyukai pelajaran ini. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa memang matematika memerlukan penguasaan yang baik dan benar juga menuntut intelektualitas yang relatif tinggi sehingga sebagian siswa mengalami kesulitan dalam mempelajarinya.


(19)

3 Kesebangunan merupakan salah satu pelajaran matematika yang penting dipelajari karena aplikasinya sering kita temukan dalam kehidupan. Kesebangunan merupakan dasar ilmu matematika yang dipelajari di SMP kelas IX. Sebagaimana tercantum dalam kompetensi dasar dari pokok bahasan kesebangunan SMP kelas IX dalam lampiran permendiknas No.22 (2006: 351) yaitu siswa dapat mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun dan kongruen, mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga sebangun dan kongruen, menggunakan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahan masalah. Pada materi kesebangunan ini siswa diarahakan untuk dapat memecahkan masalah, menalar, dan berpikir kritis. Ini berarti materi kesebangunan dapat meningkatkan kemampuan berpikir pada siswa menengah pertama. Namun kenyataannya hasil belajar siswa pada materi kesebangunan masih mengecewakan, masih banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah rata-rata saat evaluasi materi kesebangunan. Ini berarti kemampuan belajar matematika pada materi kesebangunan masih rendah.

Dalam kegiatan belajar mengajar tidak senantiasa guru berhasil, seringkali ada hal-hal yang mengakibatkan timbulnya kegagalan atau kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Terjadinya kesulitan belajar dikarenakan siswa tidak mampu mengaitkan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan lamanya sehingga menimbulkan ketidakpahaman atau ketidakjelasan terhadap suatu pelajaran. Demikian pula halnya mata pelajaran matematika, gejala kesulitan belajar akan tampak diantaranya ketika siswa tidak mampu lagi berkonsentrasi, sebagian siswa memperoleh nilai yang rendah, siswa menunjukan kemalasan dan sebagian besar siswa tidak menguasai bahan ajar atau materi yang telah guru sampaikan.


(20)

4 Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu “learning disability” yang artinya ketidakmampuan belajar (Abdurrahman, 2012: 1). Banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar, hal ini di pengaruhi banyak faktor yang terdiri dari eksternal maupun internal. Menurut Jamaris (2014: 188) kesulitan yang dialami oleh anak yang berkesulitan matematika adalah sebagai berikut: (1) kelemahan dalam menghitung; (2) kesulitan dalam mentransfer pengetahuan, (3) pemahaman bahasan matematika yang kurang dan; (5) kesulitan dalam persepsi visual. Selanjutnya menurut Lerner (Abdurrahman, 2012: 367) rendahnya hasil belajar Matematika dimungkinkan beberapa kekeliruan umum yang dilakukan siswa berkesulitan belajar matematika yaitu dalam memahami simbol, nilai tempat, perhitungan, penggunaan proses yang keliru, dan tulisan yang tidak dapat dibaca.

Kesulitan-kesulitan yang dipaparkan di atas ternyata berlaku pada materi kesebangunan. Sebagian besar siswa mengalami kesulitan belajar kesebangunan karena kurang memahami konsep, sulit dalam memahami soal cerita, siswa sulit menganalisis maksud soal dan malas untuk berpikir.

Berdasarkan penelitian yang saya peroleh, peneliti mengamati lembar jawaban siswa yang diperoleh dari guru matematika MTs.N 1 Medan pada materi kesebangunan masih banyak siswa yang salah dalam menyelesaikan soal-soal kesebangunan, dikarenakan kekeliruan, kesalahan konsep, kesalahan memahami maksud soal, kesalahan menginterpretasikan gambar, dan kesalahan-kesalahan lainnya. Hal ini menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa .


(21)

5 Hal tersebut terjadi karena kurang didukungnya proses pembelajaran yang inovatif misalnya dengan menggunakan, model, metode, strategi, atau pendekatan yang sesuai. Saat ini berbagai macam model dan pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan dan hasil belajar matematika. Mulai dari kooperatif learning, berbasis masalah, penemuan terbimbing, pembelajaran bermakna dan lain sebagainya. Ada juga inovasi pembelajaran lainnya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, misalnya dengan mengembangkan perangkat pembelajaran, mulai dari mengembangkan buku, LKS, LAS, Silabus, RPP dan instrument penilaian atau tes hasil belajar.

Instrumen merupakan suatu alat yang dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data dari suatu variabel (Matondang, 2009: 87). Dalam bidang penelitian, instrumen merupakan alat pengumpulan data untuk kebutuhan penilitian, sedangkan dalam bidang pendidikan instrumen digunakan untuk mengukur prestasi belajar atau faktor-faktor yang berkaitan dengan keberhasilan pembelajaran. Terdapat dua macam instrumen yaitu tes dan nontes. Tes adalah suatu instrument atau prosedur sistematis untuk mengukur suatu sampel perilaku. Gronlund & Linn (Asmin, 2014: 87). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran (Sudjana, 2014: 35). Menurut Purwanto (2011: 64) “Tergantung variable yang hendak diukur tes dapat berupa tes hasil belajar, tes kecerdasan, tes kreativitas, tes bakat, tes penguasaan bahasa inggris, tes kemampuan verbal, tes kemampuan numerik, tes potensi akademik, dan sebagainya”. Dari berbagai tes, secara garis besar dapat


(22)

6 dikelompokkan menjadi dua yaitu tes penguasaan dan tes kemampuan. Tes penguasaan (Mastering test) adalah tes yang diujikan setelah peserta memperoleh sejumlah materi. Sedangkan tes kemampuan (competence test) adalah tes yang diujikan untuk mengetahui kepemilikan kemampuan peserta tes. Tes penguasaan berbeda dengan tes kemampuan, karena penguasaan merupakan sesuatu yang diperoleh setelah mengikuti proses belajar mengajar dan tes kemampuan merupakan sesuatu yang dimiliki dan melekat dalam diri responden. Yang termasuk dalam tes kemampuan adalah tes bakat, tes kecerdasan, tes kemampuan numerik, tes potensi akademik, tes penalaran, tes kemampuan berpikir kritis, dan sebagainya. Dan yang termasuk dalam tes penguasaan adalah tes hasil belajar, tes prestasi belajar, penguasaan bahasa inggris, kemampuan berhitung, kemampuan membaca, keterampilan mengajar dan sebagainya.

Tes hasil belajar (THB) merupakan tes penguasaan, karena tes ini mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh siswa (Purwanto, 2011: 66). Tes diujikan setelah siswa memperoleh sejumlah materi sebelumnya dan pengujian dilakukan untuk mengetahui penguasaan siswa atas materi tersebut. Tes hasil belajar (THB) dilakukan untuk mengukur hasil belajar yakni sejauh mana perubahan perilaku yang diinginkan dalam tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh para siswa. Dalam mengukur hasil belajar, siswa didorong untuk menunjukkan penampilan maksimalnya. Dari penampilan maksimal yang ditunjukkan dalam jawaban atas tes hasil belajar (THB) dapat diketahui penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan dan dipelajari. Tes hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori. Menurut peranan fungsionalnya dalam pembelajaran, tes hasil


(23)

7 belajar dapat dibagi menjadi empat macam yaitu tes formatif, tes sumatif, tes diagnostik dan tes penempatan. Tes formatif diujikan untuk mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar dalam satu program telah membentuk siswa dalam perilaku yang menjadi tujuan pembelajaran program tersebut. Tes sumatif dimaksudkan sebagai tes yang digunakan untuk mengetahui penguasaan siswa atas semua jumlah materi yang disampaikan dalam satuan waktu tertentu seperti caturwulan atau semester. Tes diagnostik adalah tes hasil belajar yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan evaluasi diagnostik. Dalam evaluasi diagnostik, tes hasil belajar (THB) digunakan untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang mengalami masalah dan menelusuri jenis masalah yang dihadapi. Sedangkan tes penempatan adalah pengumpulan data tes hasil belajar yang diperlukan untuk menempatkan siswa dalam kelompok siswa sesuai dengan minat dan bakatnya. Dalam proses pembakuan, THB dicobakan untuk mengukur hasil belajar sejumlah peserta uji coba dan memeriksa terpenuhinya persyaratan sebagai tes hasil belajar yang baik. Pemeriksaan mutu tes hasil belajar itu menyangkut pengujian validitas dan reliabilitas, uji coba untuk pemeriksaan kualitas tes hasil belajar harus dilakukan sebelum benar-benar digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar. Pemeriksaan dilakukan untuk menjamin bahwa pengukuran dilakukan menggunakan THB yang layak untuk pengumpulan data hasil belajar. Tes hasil belajar yang memenuhi syarat alat ukur yang baik dapat menghasilkan hasil ukur belajar yang akurat. Syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi alat ukur hasil belajar yang baik berhubungan dengan validitas dan reliabilitas (Purwanto, 2011: 153). Dimana validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur melakukan fungsi ukurnya (Asmin, 2014: 260) dan reliabilitas adalah


(24)

8 ketepatan atau keajegan alat penilaian dalam menilai apa yang dinilainya (Sudjana, 2010: 16).

Pengembangan tes diagnostik perlu dilakukan dalam meningkatkan kualitas pengajaran matematika di sekolah. Untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai kompetensi yang telah ditetapkan maka seorang guru dituntut untuk mampu mengadakan penilaian (Wena, 2013: 19). Pada aplikasi di lapangan guru kurang dalam pengembangan instrumen tes. Selama ini guru hanya menggunakan tes biasa dan cara penilaian yang biasa pada umumnya. Tes hasil belajar yang sering digunakan adalah tes formatif dan sumatif yang merupakan tes prestasi tanpa menganalisis kesulitan-kesulitan yang dialami siswa. Guru membuat soal hanya berupa hitungan atau secara matematisnya saja tanpa mempertimbangkan aspek kognitif taksonomi Bloom (C1 sampai C6), sehingga penilaian tentang ketercapaian konsep matematika tidak muncul. Hal ini menyebabkan guru tidak dapat mengetahui sejauh mana siswa mampu memahami konsep matematika. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.


(25)

9 Berdasarkan alasan-alasan tersebut maka perlu disusun atau dilakukan pengembangan instrument tes. Dalam Permendiknas No 16 (2007: 5) tentang Kualifikasi Akademik dan Standar Kompetensi Guru dinyatakan bahwa salah satu kompetensi inti guru adalah menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Kompetensi inti tersebut dijabarkan dalam tujuh kompetensi, yaitu: 1) memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu, 2) menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu, 3) menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, 4) mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, 5) mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan mengunakan berbagai instrumen, 6) menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan, dan 7) melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.

Memperhatikan tuntutan kompetensi guru pada Permendiknas di atas, dapat diketahui bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Instrument tes yang akan dikembangkan pada penelitian ini adalah tes diagnostik. Menurut Brueckner dan Melby (Suwarto, 2013: 189) “tes diagnostik digunakan untuk menentukan elemen-elemen dalam suatu mata pelajaran yang mempunyai kelemahan-kelemahan khusus dan menyediakan alat untuk menemukan penyebab kekurangan tersebut”. Menurut Arikunto (2012: 48) “Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan–kelemahan siswa sehingga


(26)

10 berdasarkan kelemahan–kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat”. Selanjutnya Ekawati (2011: 11) menyatakan bahwa, “tes diagnostik adalah tes hasil belajar yang digunakan untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan, sebagai dasar perbaikan. Tujuan penggunaan tes ini adalah untuk menentukan pengajaran yang perlu dilakukan dimasa selanjutnya. Tes diagnostik adalah alat atau instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi kesulitan belajar. Setiap tes disusun untuk menentukan satu atau lebih ketidakmampuan siswa. Guru harus mengetahui dimana seharusnya memulai pengajaran dan keterampilan apa yang harus ditekankan. Jika tidak, kelemahan siswa tidak akan diketahui dan program pengajaran pendahuluan tidak dapat dibuat. Oleh karena itu diagnosis yang teliti merupakan hal penting untuk menyesuaikan semua aspek pengajaran seperti tujuan, materi pelajaran dan teknik mengajar dengan kebutuhan siswa (Hopkins dan Antes, (Suwarto, 2013: 189)).

Tes diagnostik perlu dilakukan untuk mengetahui dimana letak kelemahan dan kekuatan siswa terhadap penguasaan suatu bagian atau keseluruhan materi pelajaran serta dapat mengidentifikasi kesulitan – kesulitan belajar yang muncul sehingga kegagalan dan keberhasilan siswa dapat diketahui. Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi siswa, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes diagnostik dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar siswa gagal dalam mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu. Dengan demikian tes diagnostik sangat penting dalam rangka membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dan dapat diatasi dengan segera apabila guru atau pembimbing peka terhadap siswa tersebut. Hasil tes diagnostik memberikan informasi tentang konsep-konsep


(27)

11 yang belum dipahami dan yang telah dipahami. Oleh karena itu, tes ini berisi materi yang dirasa sulit oleh siswa. Secara umum tes diagnostik dikembangkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sedangkan tes prestasi dikembangkan untuk mengetahui kemampuan-kemampuan siswa setelah mengikuti serangkaian proses pembelajaran.

Pada tahapan pengembangan tes diagnostik dibutuhkan kesesuaian permasalahan yang ada dengan tujuan pembelajaran serta ranah kognitif yang diukur. Tes diagnostik yang dikembangkan mengacu berdasarkan taksonomi bloom. Dimana benyamin bloom menggunakan klasifikasi hasil belajar yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Jadi, penilaian yang dilakukan berdasarkan keenam ranah kognitif taksonomi blom dan akan dibangun soal-soal yang berkualitas sehingga membantu siswa berkesulitan belajar matematika.

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengembangan tes diagnostik adalah penelitian yang dilakukan Duskri (2014) yang berjudul “Pengembangan Tes Diagnostik Kesulitan Belajar Matematika Di SD”. Kumala (2011) yang berjudul Pengembangan Tes Diagnostik Matematika Pokok Bahasan Bilangan Bulat Untuk Siswa Kelas VI SD di Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang. Perwitasari (2015) yang berjudul Pengembangan Tes Diagnostik


(28)

12 Berbasis Web Pada Materi Termodinamika Untuk Mengidentifikasi Tingkat Pemahaman Konsep Siswa. Dari beberapa penelitian tersebut menjelaskan bahwa Laporan hasil analisis tes diagnostik yang dimunculkan bermanfaat bagi guru untuk merencanakan dan melaksanakan perbaikan pembelajaran matematika

Dengan demikian, peneliti tertarik untuk mengkaji dan menganalisis validitas, reliabilitas dan kepraktisan tes diagnostik untuk melihat kesulitan belajar matematika siswa. Adapun judul penilitan yang dilakukan adalah Pengembangan Tes Diagnostik Untuk Menganalisis Kesulitan Belajar Siswa Pada Materi Kesebangunan Ditinjau Dari Taksonomi Bloom di Kelas IX Siswa Menengah Pertama Medan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan masalah tersebut sebagai berikut :

1. Hasil belajar matematika siswa rendah.

2. Matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit.

3. Rendahnya kemampuan siswa dalam penguasaan rumus dan konsep dalam pokok bahasan kesebangunan.

4. Sebagian siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal kesebangunan.

5. Kurangnya guru dalam mengembangkan instrumen tes dalam pembelajaran 6. Kurangnya guru dalam menganalisis kesulitan-kesulitan belajar matematika


(29)

13

1.3. Batasan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas dengan memperhitungkan keterbatasan kemampuan, dana, dan waktu maka penelitian ini dibatasi pada Pengembangan Tes Diagnostik Matematika Materi Kesebangunan Untuk Siswa Kelas IX Sekolah Menengah Pertama Sederajat Medan Tahun Pelajaran 2016/2017”.

Agar penelitian dapat mencapai sasaran yang ditetapkan, ruang lingkup penelitian ini terbatas pada :

1. Objek yang akan diteliti adalah hasil belajar berupa kelemahan/kesulitan belajar siswa atas pengembangan tes diagnostik pada bidang studi matematika. 2. Subjek penelitian adalah siswa kelas IX MTs.N 1 Medan, siswa kelas IX

SMP YPK Medan dan siswa kelas IX SMP Darul Aman Medan Tahun Ajaran 2016/2017.

3. Materi pokok yang akan ditetapkan dalam penelitian ini adalah kesebangunan. 1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan yaitu :

1. Bagaimana validitas tes diagnostik matematika pada materi kesebangunan yang dikembangkan?

2. Bagaimana reliabilitas tes diagnostik matematika pada materi kesebangunan yang dikembangkan?

3. Kesulitan apa saja yang dialami siswa kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP) Medan ketika belajar Matematika khususnya materi kesebangunan?


(30)

14

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui validitas tes diagnostik Matematika pada materi kesebangunan yang dikembangkan.

2. Untuk mengetahui reliabilitas tes diagnostik Matematika pada materi kesebangunan yang dikembangkan.

3. Untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Medan ketika belajar Matematika khususnya materi kesebangunan.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran dan masukan berarti bagi semua pihak, terutama ;

1. Diharapkan penelitian ini menambah pengalaman dan pengetahuan peneliti dalam menyusun dan mengembangkan butir soal untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik di masa yang akan datang.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru tentang penyusunan tes diagnostik matematika yang baku khususnya dalam materi kesebangunan. 3. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi sekolah dalam pengambilan

kebijakan pendidikan.

4. Penelitian ini dapat menambah keragaman tes yang telah ada sebelumnya 5. Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi peneliti yang lain

dalam menyusun dan mengembangkan tes diagnostik matematika dan mengimplementasikannya dalam berbagai materi yang relevan.


(31)

169 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pengembangan tes diagnostik ditintau dari taksonomi Bloom menggunakan model pengembangan Thiagarajan, Semmel dan Semmel ini bertujuan untuk menganalisis kesulitan belajar siswa di MTs.N 1 Medan, SMP Swasta Darul Aman Medan, SMP Swasta YPK Medan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan yang dapat diuraikan dalam penelitian ini adalah:

1. Validasi tes diagnostik yang dilakukan oleh 5 validator menyatakan tes diagnostik yang dikembangkan oleh peneliti tergolong baik, hal ini berdasarkan penilaian kelima orang validator untuk aspek kelayakan isi skor rata-rata adalah 2,48, aspek konstruksi skor rata-rata adalah 2,5 dan aspek kelayakan bahasa skor rata-rata adalah 2,47.

2. Validasi pedoman wawancara tergolong baik, hal ini dapat dilihat dari penilaian yang dilakukan oleh validator untuk kelayakan isi skor rata-rata adalah 2,48, aspek konstruksi nilai rata-rata adalah 2,6 dan aspek kelayakan bahasa nilai rata-rata adalah 2,5.

3. Reliabilitas tes diagnostik adalah reliabel, hal ini dapat dlihat dari nilai yang didapat dari perhitungan rumus alpa dengan kategori sedang di MTs.N 1 Medan, kategori tinggi di SMP Swasta YPK Medan, kategori tinggi di SMP Swasta Darul Aman Medan.


(32)

170

4. Ditinjau dari jenis kesalahan yang dilakukan siswa yang paling banyak dilakukan siswa adalah algorithmic knowledge yaitu kesalahan dalam penulisan hasil akhir jawaban, kesulitan yang menjadi penyebab atau sumber terjadinya kesalahan siswa dalam mengerjakan soal-soal kesebangunan adalah kesulitan dalam penggunaan bahasa, memahami maksud soal, memahami konsep, perhitungan atau komputasi ,mengerjakan soal tidak teliti, memahami gambar, mengingat, menguasai fakta dan konsep prasyarat, menggunakan proses yang tepat, dan mengambil keputusan. 5. Ditinjau dari aspek kognitif kesalahan yang paling banyak dilakukan adalah

soal-soal sintesis dan evaluasi. 5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan tersebut, maka dapat disarankan beberapa hal berikut:

1. Para guru agar dapat menggunakan perangkat berupa tes diagnostik sebagai alternatif pemberian tes pada materi kesebangunan.

2. Hendaknya guru dapat memaksimalkan kegiatan proses belajar mengajar, yaitu tidak hanya mengejar target kurikulum terselesaikan, tetapi juga memperhatikan tingkat penguasaan siswanya terhadap materi yang dimaksud dengan meminta siswa untuk menjelaskan setiap langkah yang ditempuh dalam mengerjakan soal. Dengan demikian guru dapat mengetahui langkah mana yang belum dikuasai siswa agar dapat melakukan bimbingan secara intensif 3. Sekolah dan guru diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang kreatif dan

inovatif untuk dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran dengan mengembangkan perangkat pembelajaran berupa tes


(33)

171

diagnostik yang ditinjau dari aspek lainnya agar bervariasi dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Penelitian dan pengembangan berupa perangkat pembelajaran menggunakan model Thiagarajan, Semmel dan Semmel, dapat dijadikan alternatif bagi pengembangan perangkat pembelajaran untuk matematika maupun mata pelajaran lainnya.

5. Peneliti penyarankan kepada pembaca dan praktisi pendidikan untuk dapat melakukan penelitian sejenis yang lebih mendalam hingga tahap terakhir yaitu penyebaran yang lebih luas dan materi yang lebih luas, dan menambahkan kemampuan-kemampuan lainnya.


(34)

172

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 2012. Anak Berkesulitan Belajar; Teori, Diagnosis, dan Remediasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Agninditya, dkk. 2014. Analisis Kesalahan dan Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Uraian Pokok Bahasan Trigonometri Kelas X di SMA Negeri 1 Rembang. Prosiding Mathematics and Sciences Forum 2014. ISBN: 978-602-0960-00-5

Arikunto. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Asmin dan Mansyur. 2014. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar Dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa Indonesia.

Duskri, M. 2014. Pengembangan Tes Diagnostik Kesulitan Belajar Matematika di SD. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan.

Ekawati, Estina. 2011. Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran Matematika SD/SMP. Kementrian Pendidikan Nasional Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPTK) Matematika 2011.

Fajariyah & Wasis. Pengembangan Tes Diagnostik (Diagnostic test) Teknik Analitik Pada Materi Listrik Dinamis Untuk Siswa SMA Kelas X. Jurnal Ilmiah Jurusan Fisika Universitas Negeri Surabaya.

Fitriani, dkk. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa di SMP Kelas VIII. Paradikma Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 7 No.2 Agustus 2014 Program Studi Pendidikan Matematika PPs UNIMED.

Geller dan Yovanoff, 2009. Diagnostic Assessments in Mathematics To Support Instructional Decision Making. Practical Assessment, Research and Evaluation Vol. 14 No.16. Cognitive Diagnostic Assesment.

Jamaris, Martini. 2014. Kesulitan Belajar; Perspektif, Asesmen, dan Penanggulangannya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Maisura. 2014. Remedial Teaching Matematika Didasarkan Pada Diagnosa Kesulitan Siswa Kelas II Madrasah Tsanawiyah. Jurnal Didaktik Matematika Vol.1 No.1, April 2014.


(35)

173

Matondang, Zulkifli. 2009. Validitas dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian. Jurnal Tabularasa PPs UNIMED Vol. 5 No.1 Juni 2009.

Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nawi, M. 2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Penalaran Formal Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas (Al-ulum) Medan. Jurnal tabularasa PPs UNIMED, Volume 9 No.1 Juni 2012.

Permendiknas No.16 Tahun 2007. Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran Matematika SD/SMP. Kementerian Pendidikan Nasional Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.

Permendiknas No.22 Tahun 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Direktorat Badan Standar Nasional Pendidikan. Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Riani, Wiwik. S. 2007. Diagnosisi Kesulitan Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Tesis Mahasiswa Pascasarjana Unesa. Rochmad, 2012. Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Matematika. Jurnal Kreano ISSN: 2086-2334 Jurusan Matematika FMIPA UNNES Volume 3 Nomor 1, Juni 2012.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suwarto. 2013. Model-Model Instrumen Diagnostic. No.1 Vol. 22, 2013. Widyatama

Suwarto. 2013. Pengembangan Tes Diagnostik. Jurnal Pendidikan, Volume 22, Nomor 2, Juli 2013 Yogyakarta.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana

Untari, Erny. Diagnosis Kesulitan Belajar Pokok Bahasan Pecahan Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol. 13 No.1 (2014)


(36)

174

Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Widdiharto, Rachmadi. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP dan Alternatif Proses Remidinya. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika Yogyakarta.

Wiyartimi, dkk. 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika Siswa Pada Materi Trigonometri Rumus-Rumus Segitiga Di Kelas X Sma Negeri 50 Jakarta. http://www.unj.ac.id, Jurnal Vol.9 No.2 2010, ISSN : 1412-8632. Diakses 15 Agustus 2015.


(1)

169 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pengembangan tes diagnostik ditintau dari taksonomi Bloom menggunakan model pengembangan Thiagarajan, Semmel dan Semmel ini bertujuan untuk menganalisis kesulitan belajar siswa di MTs.N 1 Medan, SMP Swasta Darul Aman Medan, SMP Swasta YPK Medan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan yang dapat diuraikan dalam penelitian ini adalah:

1. Validasi tes diagnostik yang dilakukan oleh 5 validator menyatakan tes diagnostik yang dikembangkan oleh peneliti tergolong baik, hal ini berdasarkan penilaian kelima orang validator untuk aspek kelayakan isi skor rata-rata adalah 2,48, aspek konstruksi skor rata-rata adalah 2,5 dan aspek kelayakan bahasa skor rata-rata adalah 2,47.

2. Validasi pedoman wawancara tergolong baik, hal ini dapat dilihat dari penilaian yang dilakukan oleh validator untuk kelayakan isi skor rata-rata adalah 2,48, aspek konstruksi nilai rata-rata adalah 2,6 dan aspek kelayakan bahasa nilai rata-rata adalah 2,5.

3. Reliabilitas tes diagnostik adalah reliabel, hal ini dapat dlihat dari nilai yang didapat dari perhitungan rumus alpa dengan kategori sedang di MTs.N 1 Medan, kategori tinggi di SMP Swasta YPK Medan, kategori tinggi di SMP Swasta Darul Aman Medan.


(2)

4. Ditinjau dari jenis kesalahan yang dilakukan siswa yang paling banyak dilakukan siswa adalah algorithmic knowledge yaitu kesalahan dalam penulisan hasil akhir jawaban, kesulitan yang menjadi penyebab atau sumber terjadinya kesalahan siswa dalam mengerjakan soal-soal kesebangunan adalah kesulitan dalam penggunaan bahasa, memahami maksud soal, memahami konsep, perhitungan atau komputasi ,mengerjakan soal tidak teliti, memahami gambar, mengingat, menguasai fakta dan konsep prasyarat, menggunakan proses yang tepat, dan mengambil keputusan. 5. Ditinjau dari aspek kognitif kesalahan yang paling banyak dilakukan adalah

soal-soal sintesis dan evaluasi. 5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan tersebut, maka dapat disarankan beberapa hal berikut:

1. Para guru agar dapat menggunakan perangkat berupa tes diagnostik sebagai alternatif pemberian tes pada materi kesebangunan.

2. Hendaknya guru dapat memaksimalkan kegiatan proses belajar mengajar, yaitu tidak hanya mengejar target kurikulum terselesaikan, tetapi juga memperhatikan tingkat penguasaan siswanya terhadap materi yang dimaksud dengan meminta siswa untuk menjelaskan setiap langkah yang ditempuh dalam mengerjakan soal. Dengan demikian guru dapat mengetahui langkah mana yang belum dikuasai siswa agar dapat melakukan bimbingan secara intensif 3. Sekolah dan guru diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang kreatif dan

inovatif untuk dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran dengan mengembangkan perangkat pembelajaran berupa tes


(3)

171

diagnostik yang ditinjau dari aspek lainnya agar bervariasi dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Penelitian dan pengembangan berupa perangkat pembelajaran menggunakan model Thiagarajan, Semmel dan Semmel, dapat dijadikan alternatif bagi pengembangan perangkat pembelajaran untuk matematika maupun mata pelajaran lainnya.

5. Peneliti penyarankan kepada pembaca dan praktisi pendidikan untuk dapat melakukan penelitian sejenis yang lebih mendalam hingga tahap terakhir yaitu penyebaran yang lebih luas dan materi yang lebih luas, dan menambahkan kemampuan-kemampuan lainnya.


(4)

172

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 2012. Anak Berkesulitan Belajar; Teori, Diagnosis, dan Remediasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Agninditya, dkk. 2014. Analisis Kesalahan dan Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Uraian Pokok Bahasan Trigonometri Kelas X di SMA Negeri 1 Rembang. Prosiding Mathematics and Sciences Forum 2014. ISBN: 978-602-0960-00-5

Arikunto. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Asmin dan Mansyur. 2014. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar Dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa Indonesia.

Duskri, M. 2014. Pengembangan Tes Diagnostik Kesulitan Belajar Matematika di SD. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan.

Ekawati, Estina. 2011. Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran

Matematika SD/SMP. Kementrian Pendidikan Nasional Badan

Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPTK) Matematika 2011.

Fajariyah & Wasis. Pengembangan Tes Diagnostik (Diagnostic test) Teknik Analitik Pada Materi Listrik Dinamis Untuk Siswa SMA Kelas X. Jurnal Ilmiah Jurusan Fisika Universitas Negeri Surabaya.

Fitriani, dkk. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa di SMP Kelas VIII. Paradikma Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 7 No.2 Agustus 2014 Program Studi Pendidikan Matematika PPs UNIMED.

Geller dan Yovanoff, 2009. Diagnostic Assessments in Mathematics To Support Instructional Decision Making. Practical Assessment, Research and Evaluation Vol. 14 No.16. Cognitive Diagnostic Assesment.

Jamaris, Martini. 2014. Kesulitan Belajar; Perspektif, Asesmen, dan Penanggulangannya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Maisura. 2014. Remedial Teaching Matematika Didasarkan Pada Diagnosa Kesulitan Siswa Kelas II Madrasah Tsanawiyah. Jurnal Didaktik Matematika Vol.1 No.1, April 2014.


(5)

173

Matondang, Zulkifli. 2009. Validitas dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian. Jurnal Tabularasa PPs UNIMED Vol. 5 No.1 Juni 2009.

Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nawi, M. 2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Penalaran Formal Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas (Al-ulum) Medan. Jurnal tabularasa PPs UNIMED, Volume 9 No.1 Juni 2012.

Permendiknas No.16 Tahun 2007. Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran Matematika SD/SMP. Kementerian Pendidikan Nasional Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.

Permendiknas No.22 Tahun 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Direktorat Badan Standar Nasional Pendidikan. Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Riani, Wiwik. S. 2007. Diagnosisi Kesulitan Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Tesis Mahasiswa Pascasarjana Unesa. Rochmad, 2012. Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Matematika. Jurnal Kreano ISSN: 2086-2334 Jurusan Matematika FMIPA UNNES Volume 3 Nomor 1, Juni 2012.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suwarto. 2013. Model-Model Instrumen Diagnostic. No.1 Vol. 22, 2013. Widyatama

Suwarto. 2013. Pengembangan Tes Diagnostik. Jurnal Pendidikan, Volume 22, Nomor 2, Juli 2013 Yogyakarta.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana

Untari, Erny. Diagnosis Kesulitan Belajar Pokok Bahasan Pecahan Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol. 13 No.1 (2014)


(6)

Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Widdiharto, Rachmadi. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP dan Alternatif Proses Remidinya. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika Yogyakarta.

Wiyartimi, dkk. 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika Siswa Pada Materi Trigonometri Rumus-Rumus Segitiga Di Kelas X Sma Negeri 50 Jakarta. http://www.unj.ac.id, Jurnal Vol.9 No.2 2010, ISSN : 1412-8632. Diakses 15 Agustus 2015.